Anda di halaman 1dari 2

AKTIVITAS 1

Nama :
Kelas :
Mata pelajaran:
Tanggal :

Tujuan Pembelajaran : Peserta didik mampu membuat perbedaan konsep dasar manusia,
ruang dan waktu dalam sejarah

A. Bacalah artikel di bawah ini!


B. Petunjuk Kerja!
 Baca dan pahami artikel di bawah ini
 Berdasarkan pemahaman dan artikel ini temukan konsep “manusia, ruang, dan
waktu”!
 Kerjakan pada lembar yang telah tersedia!
 Gunakan berbagai sumber untuk mengerjakan tugas ini.
 Kerjakan secara mandiri
 Kumpulan pada LMS yang telah tersedia!

Jalan Panjang Indonesia Raya

Pada 1928, para pemuda pergerakan tengah sibuk mempersiapkan Kongres Pemuda
II. Supratman kemudian menulis surat kepada panitia guna memperkenalkan lagunya dan
untuk diperdengarkan dalam kongres. Gayung bersambut, panitia mengizinkan lagu itu
diperdengarkan dalam penutupan kongres. Kongres Pemuda II pun digelar di rumah milik Sie
Kong Liong, Jalan Kramat Raya 106 Jakarta. Supratman membawakan lagu itu dengan
biolanya usai sidang pleno ketiga. Penampilannya mendapat sambutan hangat peserta
kongres dan meminta lagu itu dinyanyikan beserta liriknya.
“Hadirin segera senang dengan lagu itu dan
minta diulang. Dolly, salah satu gadis remaja,
putri sulung Haji Agus Salim, menyanyikan lirik
lagu tersebut,” tulis Rosihan Anwar dalam
Sejarah Kecil Petite Historie Indonesia Jilid 2.

Pada momen itu, untuk pertama kalinya lagu Indonesia


diperbolehkan dengan catatan tanpa lirik “Merdeka…
Merdeka”. Supratman menggubah lirik asli yang
mencantumkan kata “merdeka” dengan kata “mulia.” Maka,
sambil berdiri di atas kursi, dengan suara lantang Dolly
Salim berseru, “Indones… Indones… mulia… mulia!” Para
peserta kongres pun menyayikannya bersama.
Pada 10 November 1928, untuk pertama kalinya lagu
Foto 1 W.R. Soepratman Indonesia dipublikasikan dalam surat kabar. Surat kabar
Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id
berbahasa Melayu-Tionghoa, Sin Po, memuat lagu dan notasi
Indonesia Raya pada edisi No. 293. Selain mencetak, Supratman juga meminta Sin Po untuk
menjual dalam bentuk partitur lepas. Padahal, pemuatan maupun percetakan lagu Indonesia
melanggar aturan pemerintah kolonial Belanda. Pengusaha rokok kretek Moro Seneng di
Tulungagung, Jawa Timur, juga memuat utuh syair lagu dalam buku peringatan lima tahun
perusahaan kreteknya. Tak hanya itu, Supratman juga menyebarluaskan lagunya dalam
bentuk piringan hitam. Dia meminta bantuan temannya, Yo Kim Tjan, yang berhasil
mencetaknya dalam piringan hitam.
Lagu Indonesia lalu menjadi lagu wajib yang hampir selalu dinyanyikan di setiap
pertemuan-pertemuan organisasi. Seiring dengan kian populernya lagu itu di kalangan aktivis
pergerakan, Supratman berinisiatif untuk mengubah judulnya. Tidak terlalu terang alasannya,
lagu itu kemudian berjudul Indonesia Raya.
“Wage Rudolf Supratman menerbitkan sendiri naskah lagu Indonesia Raya itu
dalam cetakan rapi yang berjumlah lebih dari seribu lembar. Semua sahabat dan
kenalannya, diberinya dengan cuma-cuma. Sebagian besar lainnya, dijual dengan
harga dua puluh sen. Dalam waktu singkat saja, sudah terjual habis,” tulis Sularto
dalam Wage Rudolf Supratman.
Sejak diterima Kongres Pemuda, Indonesia Raya biasa dinyanyikan dalam
pembukaan sidang partai-partai politik. Misalnya pada konges kedua Partai Nasional
Indonesia (PNI) di Jakarta, 18-20 Desember 1929. Untuk memeriahkan kongres, Supratman
diminta memperdengarkan lagu Indonesia Raya dengan gesekan biolanya bersama suatu
orkes. Ketika lagu kebangsaan itu hendak dimulai, Sukarno selaku ketua PNI, meminta
hadirin berdiri, untuk menghormat lagu Indonesia Raya. “Sejak itu hingga pada saat ini dan
seterusnya apabila lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan, maka selalu dihormati dan
dinyanyikan dengan berdiri,” tulis Oerip Kasansengari dalam Lagu Kebangsaan Indonesia
Raya dan W.R. Soepratman Pentjiptanja.
Kongres PNI juga menetapkan Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan Indonesia.
Penetapan ini dikukuhkan dalam Kongres Rakyat Indonesia yang digelar Gabungan Politik
Indonesia (Gapi) pada Desember 1939. Selain itu, Kongres juga menetapkan bendera Merah
Putih sebagai bendera nasional dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

Sumber: https://historia.id/politik/articles/jalan-panjang-indonesia-raya-P1R0O/page/4

Manusia

Ruang

Waktu

Anda mungkin juga menyukai