Anda di halaman 1dari 4

PANCASILA

___________________________

Nama : Hariz Kurniawan


NIM : 223010503045

Pancasila Sebagai Identitas Negara


___________________________

A. BENDERA NEGARA
Warna merah dan putih bendera Indonesia sudah ada sejak zaman kerajaan dan sebelum
kemerdekaan. Tahun 1928, para pelajar, kaum nasionalis, dan pemuda mengibarkan bendera
merah putih ketika masa penjajahan Belanda. Kemudian Belanda melarang masyarakat Indonesia
mengibarkan bendera merah putih.

Ketika masa penjajahan Jepang, tanggal 7 September 1944 Indonesia diperbolehkan untuk
merdeka suatu saat. Chuuoo Sangi In menyelenggarakan sidang tidak resmi pada 12 September
1944 yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Sidang tersebut membahas tentang lagu kebangsaan dan
pemakaian bendera Indonesia. Hasil sidang, panitia membentuk bendera kebangsaan merah
putih dan lagu Indonesia Raya. Penetapan ukuran bendera perbandingan panjang dan lebar
adalah 3:2. Ukuran bendera Indonesia sama dengan ukuran bendera Nippon (Jepang). Chaerul
Basri, kepala barisan propaganda Jepang (Sendenbu) diperintahkan Ir. Soekarno untuk
mengambil kain dari gudang.

Sang Saka Bendera Merah Putih dijahit oleh Fatmawati istri Soekarno, setelah diberikan kain.
Bendera merah putih kemudian dikibarkan ketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, pada 17
Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Pengibaran bendera merah putih
dilakukan oleh Latief Hendraningrat dan Suhud. Bendera pusaka sempat dipindahkan karena
keamanan. Pada 4 Januari 1946, presiden, wakil presiden, dan para menteri pindah sementara ke
Yogyakarta. Ketika itu, bendera merah putih dibawa dan dikibarkan di Gedung Agung. Ketika
Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda, tanggal 19 Desember 1948 bendera pusaka diungsikan oleh
Husein Mutahar, ajudan Ir. Soekarno. Lalu bendera diberikan kembali pada presiden Soekarno
pada 6 Juli 1949.

Kemudian tanggal 17 Agustus 1949, bendera merah putih kembali dikibarkan di halaman gedung
Agung. Bendera pusaka terakhir dikibarkan di Istana Merdeka pada 17 Agustus 1968, ketika masa
kepemimpinan Presiden Soeharto. Alasannya karena bendera pusaka warnanya mulai memudar
dan rapuh. Akhirnya, bendera pusaka disimpan dalam Ruang Bendera Pusaka di Istana Merdeka.

Makna filosofis bendera Indonesia berwarna merah artinya berani, sedangkan putih artinya suci.
Warna putih menjadi simbol jiwa manusia, sementara merah melambangkan tubuh manusia. Jadi,
warna merah dan putih saling melengkapi satu sama lain.
Warna merah putih menjadi simbol penting untuk masyarakat Jawa kuno. Dahulu, warna merah
dan putih menjadi simbol pemersatu untuk laki-laki dan perempuan. Sedangkan kaum
Austronesia di masa lalu menganggap warna merah putih menjadi simbol langit dan bumi.

B. LAMBANG NEGARA
Lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Lambang negara Indonesia dan semboyannya ditegaskan dalam Pasal 36A UUD 1945 setelah
amandemen. Simbol tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 1951 tentang Bentuk dan
Ukuran Lambang Negara. Lambang negara Republik Indonesia berbentuk burung garuda dengan
kepala menoleh ke kanan dari sudut pandang Garuda, perisai berbentuk hati yang digantungkan
pada rantai di leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Lambang negara Republik Indonesia pertama kali diusulkan keberadaannya setelah Perang
Kemerdekaan 1945-1949 dan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda melalui Konferensi
Meja Bundar pada tahun 1949, sebagaimana dikutip dari Spiritualisme Pancasila oleh Fokky Fuad
Wasitaatmadja. Lambang negara Republik Indonesia yang digunakan saat ini dirancang oleh
Menteri Negara RIS Sultan Hamid II dengan perbaikan dari Soekarno dan dilukis oleh pelukis
istana Dullah.

Burung Garuda diresmikan sebagai lambang negara pada tanggal 11 Februari 1950 dalam Sidang
Kabinet Republik Indonesia Serikat. Soekarno memperkenalkan lambang negara Indonesia
pertama kali kepada masyarakat umum pada tanggal 15 Februari 1950 di Hotel Des Indes,
Jakarta.

Makna Garuda sebagai lambang negara yaitu, Garuda sebagai lambang negara adalah untuk
menggambarkan bahwa Indonesia adalah negara dengan uang besar dan negara yang kuat.
Garuda muncul dalam berbagai kisah, khususnya di Jawa dan Bali. Dalam berbagai kisah, Garuda
melambangkan keutamaan pengetahuan, kekuatan, keberanian, kesetiaan, dan kedisiplinan.

Garuda memiliki paruh, sayap, ekor dan cakar yang melambangkan kekuatan dan kekuatan
pembangunan. Makna warna pada lambang Garuda Pancasila yaitu, Warna emas burung Garuda
melambangkan keagungan dan kemuliaan.

C. BAHASA NEGARA
Sejarah bahasa Indonesia lisan maupun tulisan mulai pada saat terbentuknya, yaitu pada 28
Oktober 1928, bersamaan dengan momen Sumpah Pemuda. Setelah terbentuk, bahasa Indonesia
terus berkembang seiring berlakunya ejaan Van Ophuijsen, Soewandi, Melindo bahkan hingga ke
Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Ini 2 adalah beberapa contoh sederhana bagaimana bahasa
Indonesia dengan pesat mengalami perkembangan. Bahasa Indonesia yang telah dikenal oleh
khalayak umum merupakan bahasa Melayu yang menjadi lingua franca atau bahasa perhubungan
di Nusantara kala itu. Bahasa Melayu telah ada dan digunakan terlebih dahulu. Keberadaan
bahasa Melayu pun dapat ditilik dalam saat persiapan Kongres Pemuda tahun 1926, para pemuda
masih mempermasalahkan tentang sebutan bahasa persatuan Indonesia.

Kemudian M. Tabrani mengusulkan bahasa Melayu diganti dengan istilah bahasa Indonesia dan
hal ini pun disetujui bersama pada 2 Mei 1926. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam laman resminya telah
mencantumkan bahwa bahasa Melayu telah berada di kawasan Asia dan khususnya Asia tenggara
sejak abad ketujuh. Pernyataan ini juga tentu didukung oleh adanya beberapa prasasti sepeti
prasasti Talang Tuo di Palembang, bahkan prasasti Karang Brahi di Jambi. Keberadaan prasasti-
prasasti ini telah ada sejak tahun 680-an.

Selanjutnya, untuk sejarah perkembangan bahasa Indonesia dapat disoroti melalui zaman
Sriwijaya yang menggunakan bahasa Melayu untuk menjadi bahasa pembelajaran kebudayaan
dan hingga pada saat penyebaran agama Kristen oleh para pendeta- pendeta dan orang Belanda
pada saat masih berada di Indonesia. Bahasa Melayu yang merupakan cikal bakal bahasa
Indonesia telah berkembang dengan sangat pesat di Indonesia, bahkan sebelum bahasa
Indonesia pertama kali resmi di umumkan pada sumpah pemuda. Bahasa Indonesia sejak dahulu
telah membentuk bangsa dan mempersatukan keberagaman yang ada di Indonesia yang memiliki
tingkat kemajemukan yang sangat tinggi.

Bahasa Indonesia mempersatukan setiap suku-suku di Indonesia yang memiliki bahasa dan
kebudayaan yang berbeda dengan total tujuh ratusan bahasa daerah, bahasa Indonesia pun
menyatukan. Dengan demikian, peranan bahasa Indonesia adalah krusial dalam menunjang
bangsa dan negara serta setiap dari pada rakyat Indonesia.

D. LAGU KEBANGSAAN NEGARA


Lagu Indonesia Raya dikumandangkan pertama kali pada penyelenggaraan Kongres Pemuda II
pada tanggal 28 Oktober 1928 yang kemudian kita sebagai hari sumpah pemuda. Lagu Indonesia
Raya diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman atau yang kita kenal dengan W.R. Supratman. W. R
Supratman kemudian berinisiatif membawa lagu Indonesia Raya dan tidak ingin hanya sekadar
menulis berita. Kemudian, dengan rasa semangat dan inisiatif yang tinggi, ia menyebarkan
salinan teks lagu Indonesia Raya kepada para pemimpin organisasi muda. Dari sanalah menjadi
titik bermulanya sejarah lagu Indonesia Raya. Lagu yang diciptakan oleh W.R. Supratman
disambut dengan sangat hangat kala itu.

Pemimpin Kongres Pemuda Indonesia, yakni Sugono kemudian mengizinkan lagu tersebut
dibawakan ketika jam istirahat tiba. Namun, terjadi keraguan dikarenakan kandungan dari lirik
tersebut. Sugondo khawatir jika pemerintah memboikot acara Kongres, sehingga beliau meminta
Supratman membawakan lagu dengan versi instrumental saja. Ketika membawakan lagu tersebut,
gesekan biola yang dimainkan dengan sepenuh hati membuat semua peserta kongres terharu.
Menurut sejarah lagu Indonesia Raya, Lagu ini pertama kali dikumandangkan pada tanggal 28
Oktober 1928. Selanjutnya, lagu tersebut kembali dibawakan pada pembubaran panitia Kongres
Pemuda II pada Desember 1928. Ketika Supratman menggesekkan biolanya, semua peserta
berdiri dan menyanyi mengikuti kur dan iringan biola.

Lagu ini menjadi tanda hormat kepada Indonesia Raya. Semenjak itulah lagu Indonesia menjadi
populer. Disatu sisi, Belanda yang mendengar lagu tersebut menjadi gelisah jika dan ketakutan.
Mereka takut jika lagu tersebut akan membangkitkan semangat kemerdekaan masyarakat.
Ketakutan Belanja menjadi dasar pelarangan lagu Indonesia Raya dinyanyikan. Belanja
mengatakan bahwa lagu tersebut mengganggu ketertiban dan keamanan.

Pencipta lagu Indonesia Raya itu pun diancam dan di introgasi mengenai maksud lirik dari lagu
yang ia ciptakan. Mereka maksud lirik “Merdeka, merdeka, merdeka.” Pelarangan ini pun diprotes
oleh berbagai kalangan hingga akhirnya Hindia Belanda mencabut pelarangan menyanyikan lagu
tersebut, namun tetap dengan satu syarat yakni dinyanyikan di ruang tertutup. Tepat pada
tanggal 17 agustus 1938, tepat 7 tahun sebelum Indonesia merdeka Supratman menghembuskan
napas terakhirnya setelah jatuh sakit. Ia kemudian dimakamkan di Kuburan Umum Jalan Kenjeran
Surabaya.

Makna lagu Indonesia Raya pada kata “Marilah Kita Berseru Indonesia Bersatu.” memiliki arti
bahwa terdapat penyemangat dan pengingat bagi seluruh bangsa Indonesia yang pada saat itu
belum merdeka agar tersebut bergerak meraih kemerdekaan.

Pada kata “Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya” pada sebelumnya merupakan kata dari
“Bangunlah Badannya, Bangunlah Jiwanya.” Berdasarkan sejarah lagu Indonesia Raya, perubahan
posisi kata ini dikarenakan menurut Ir Soekarno bahwa tidak akan bangun ragu seseorang jika
jiwanya masih belum bangun

Anda mungkin juga menyukai