Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH BENDERA MERAH PUTIH

Bendera Negara Republik Indonesia, yang secara singkat disebut Bendera Negara,


adalah Sang Saka Merah Putih, Sang Merah Putih, Merah Putih, atau kadang disebut Sang
Dwiwarna (dua warna). Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi panjang
dengan ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjang serta bagian atas berwarna merah dan
bagian bawah berwarna putih yang kedua bagiannya berukuran sama

Warna merah-putih bendera negara diambil dari warna panji atau patakaKerajaan
Majapahit yang berpusat di Jawa Timur pada abad ke-13. Akan tetapi ada pendapat bahwa
pemuliaan terhadap warna merah dan putih dapat ditelusuri akar asal-mulanya dari mitologi
bangsa Austronesia mengenai Bunda Bumi dan Bapak Langit; keduanya dilambangkan
dengan warna merah (tanah) dan putih (langit). Karena hal inilah maka warna merah dan
putih kerap muncul dalam lambang-lambang Austronesia — dari Tahiti, Indonesia,
sampaiMadagaskar. Merah dan putih kemudian digunakan untuk melambangkan dualisme
alam yang saling berpasangan. Catatan paling awal yang menyebut penggunaan bendera
merah putih dapat ditemukan dalamPararaton; menurut sumber ini disebutkan
balatentara Jayakatwang dari Gelang-gelang mengibarkan panji berwarna merah dan putih
saat menyerangSinghasari. Hal ini berarti sebelum masa Majapahit pun warna merah dan
putih telah digunakan sebagai panji kerajaan, mungkin sejak masa Kerajaan Kediri.
Pembuatan panji merah putih pun sudah dimungkinkan dalam teknik pewarnaan tekstil di
Indonesia purba. Warna putih adalah warna alami kapuk atau kapas katun yang ditenun
menjadi selembar kain, sementara zat pewarna merah alami diperoleh dari daun pohon jati,
bunga belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), atau dari kulit buah manggis.

Sebenarnya tidak hanya kerajaan Majapahit saja yang memakai bendera merah putih sebagai
lambang kebesaran. Sebelum Majapahit, kerajaan Kediri telah memakai panji-panji merah
putih. Selain itu, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai warna
merah putih sebagai warna benderanya , bergambar pedang kembar warna putih dengan dasar
merah menyala dan putih. Warna merah dan putih ini adalah bendera perang
Sisingamangaraja XII. Dua pedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-
raja Sisingamangaraja I-XII. Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang – pejuang Aceh telah
menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian
belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat
suci Al Quran. Di zaman kerajaan Bugis Bone,Sulawesi Selatan sebelum Arung Palakka,
bendera Merah Putih, adalah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan Bone.Bendera Bone
itu dikenal dengan nama Woromporang. Panji kerajaan Badung yang berpusat di Puri
Pamecutan juga mengandung warna merah dan putih, panji mereka berwarna merah, putih,
dan hitam yang mungkin juga berasal dari warna Majapahit.

Pada waktu perang Jawa (1825-1830 M) Pangeran Diponegoro memakai panji-panji


berwarna merah putih dalam perjuangannya melawan Belanda. Kemudian, warna-warna yang
dihidupkan kembali oleh para mahasiswa dan kemudian nasionalis di awal abad 20 sebagai
ekspresi nasionalisme terhadap Belanda. Bendera merah putih digunakan untuk pertama
kalinya di Jawa pada tahun 1928. Di bawah pemerintahan kolonialisme, bendera itu dilarang
digunakan. Bendera ini resmi dijadikan sebagai bendera nasional Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, ketika kemerdekaan diumumkan dan resmi digunakan sejak saat itu pula.  
Badira/bandir yang artinya umbul-umbul 
Badiera dari bahasa italia rumpun romawi kun – Dalam bahasa sangsakerta untuk
pataka,panji,dhuaja
Bendera adalah lambang kedaulatan-lambang kemerdekaan .dimana negara yang memiliki
dan mengibarkan bendera sendiri berarti negara itu bebas mengatur segala bentuk aturan
negara tersebut 
Menurut WJS purwadarminta bendera adalah sepotong kain segi empat atau segi tiga di beri
tiang (tongakat) di pergunakan sebagai lambang,tanda,dan sebagaianya :panji,tunggul
Sejarah
Bangsa indonesia purba ketika masih bertempat di dataran asia tenggara kurang lebih 6000
tahun tahun yang lalu menganggap matahari dan bulan merupakan benda langit yang sangat
penting dalam epjalanan hidup manusia .penghormatan terhadap benda langit itu disebut
penghormatan surya chandra.
Bangsa indonesia puraba menghubungkan matahari dengan merah dan bulan dengan
putih.akibat dari penghormatan surya chandra .bangsa indonesia sangat menghormati warna
merah dan putih kedua lambang te4rsebut melambangkan kehidupan :merah melambangkan
getah,ciri-ciri tumbuhan yang masih hidup .waran merah putih di anggap keangguangan
kesetiaan dan kejayaan .
Warna merah – putih itu bagi indonesia khususnya bagi rumpun Austronesia pada umumnya
merupakan lambang keagungan kesaktian dan kejayaan .bedasarkan anggapan itu dapatlah di
pahami apa sebab lambang perjuangan kebangsaan indonesia .lambang negara nasioanal yang
merupakan bendera berwarna merah dan putih.kemudian bendera merah putih bergelar
“sang” yang berarti kemegahan turun temurun.sehingga sang saka berarti bendera warisan
yang di mulyakan

Bendera Merah Putih berkibar untuk pertama kali dalam abad XX sebagai lambang
kemerdekaan ialah di benua Eropa. Pada tahun 1922 Perhimpunan Indonesia mengibarkan
bendera Merah Putih di negeri Belanda dengan kepala banteng ditengah-tengahnya. Tujuan
perhimpunan Indonesia Merdeka semboyan itu juga digunakan untuk nama majalah yang
diterbitkan.

Pada tahun 1924 Perhimpunan Indonesia mengeluarkan buku peringatan 1908-1923 untuk
memperingati hidup perkumpulan itu selama 15 tahun di Eropa. Kulit buku peringatan itu
bergambar bendera Merah Putih kepala banteng.

Dalam tahun 1927 lahirlah di kota Bandung Partai Nasional Indonesia (PNI) yang
mempunyai tujuan Indonesia Merdeka. PNI mengibarkan bendera Merah Putih kepala
banteng.

Pada tanggal 28 Oktober 1928 berkibarlah untuk pertama kalinya bendera merah putih
sebagai bandera kebangsaan yaitu dalam Konggres Indonesia Muda di Jakarta. Sejak itu
berkibarlah bendera kebangsaan Merah Putih di seluruh kepulauan Indonesia. Pada tanggal
18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dibentuk pada
tanggal 9 Agustus 1945 mengadakan sidang yang pertama dan menetapkan Undang-Undang.
Dasar Republik Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Undang-Undang Dasar 1945
(UUD 1945).

Dalam UUD 1945, Bab I, pasal I, ditetapkan bahwa Negara Indonesia ialah Negara kesatuan
yang berbentuk Republik. Dalam UUD 1945 pasal 35 ditetapkan pula bahwa bendera Negara
Indonesia ialah Sang Merah Putih. Dengan demikian , sejak ditetapkannya UUD 1945 , Sang
Merah Putih merupakan bendera kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sang Saka Merah Putih merupakan julukan kehormatan terhadap bendera Merah Putih negara
Indonesia. Pada mulanya sebutan ini ditujukan untuk bendera Merah Putih yang dikibarkan
pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, saat Proklamasi
dilaksanakan. Tetapi selanjutnya dalam penggunaan umum, Sang Saka Merah Putih ditujukan
kepada setiap bendera Merah Putih yang dikibarkan dalam setiap upacara bendera.

Bendera pusaka dibuat oleh Ibu Fatmawati, istri Presiden Soekarno, pada tahun 1944.
Bendera berbahan katun Jepang (ada juga yang menyebutkan bahan bendera tersebut adalah
kain wool dari London yang diperoleh dari seorang Jepang. Bahan ini memang pada saat itu
digunakan khusus untuk membuat bendera-bendera negara di dunia karena terkenal dengan
keawetannya) berukuran 276 x 200 cm. Sejak tahun 1946 sampai dengan 1968, bendera
tersebut hanya dikibarkan pada setiap hari ulang tahun kemerdekaan RI. Sejak tahun 1969,
bendera itu tidak pernah dikibarkan lagi dan sampai saat ini disimpan di Istana Merdeka.
Bendera itu sempat sobek di dua ujungnya, ujung berwarna putih sobek sebesar 12 X 42 cm.
Ujung berwarna merah sobek sebesar 15x 47 cm. Lalu ada bolong-bolong kecil karena jamur
dan gigitan serangga, noda berwarna kecoklatan, hitam, dan putih. Karena terlalu lama
dilipat, lipatan-lipatan itu pun sobek dan warna di sekitar lipatannya memudar.

Setelah tahun 1969, yang dikerek dan dikibarkan pada hari ulang tahun kemerdekaan RI
adalah bendera duplikatnya yang terbuat dari sutra. Bendera pusaka turut pula dihadirkan
namun ia hanya ‘menyaksikan’ dari dalam kotak penyimpanannya.

Bendera Indonesia memiliki makna filosofis. Merah berarti berani, putih berarti suci. Merah
melambangkan raga manusia, sedangkan putih melambangkan jiwa manusia. Keduanya
saling melengkapi dan menyempurnakan jiwa dan raga manusia untuk membangun
Indonesia.

Ditinjau dari segi sejarah, sejak dahulu kala kedua warna merah dan putih mengandung
makna yang suci. Warna merah mirip dengan warna gula jawa (gula aren) dan warna putih
mirip dengan warna nasi. Kedua bahan ini adalah bahan utama dalam masakan Indonesia,
terutama di pulau Jawa. Ketika Kerajaan Majapahit berjaya di Nusantara, warna panji-panji
yang digunakan adalah merah dan putih (umbul-umbul abang putih). Sejak dulu warna merah
dan putih ini oleh orang Jawa digunakan untuk upacara selamatan kandungan bayi sesudah
berusia empat bulan di dalam rahim berupa bubur yang diberi pewarna merah sebagian.
Orang Jawa percaya bahwa kehamilan dimulai sejak bersatunya unsur merah sebagai
lambang ibu, yaitu darah yang tumpah ketika sang jabang bayi lahir, dan unsur putih sebagai
lambang ayah, yang ditanam di gua garba.

Dalam sejarah Indonesia terbukti, bahwa Bendera Merah Putih dikibarkan pada tahun 1292
oleh tentara Jayakatwang ketika berperang melawan kekuasaan Kertanegara dari Singosari
(1222-1292). Sejarah itu disebut dalam tulisan bahwa

Jawa kuno yang memakai tahun 1216 Caka (1254 Masehi), menceritakan tentang perang
antara Jayakatwang melawan R. Wijaya.

Mpu Prapanca di dalam buku karangannya Negara Kertagama mencerirakan tentang


digunakannya warna Merah Putih dalam upacara hari kebesaran raja pada waktu
pemerintahan Hayam Wuruk yang bertahta di kerajaan Majapahit tahun 1350-1389 M.
Menurut Prapanca, gambar-gambar yang dilukiskan pada kereta-kereta raja-raja yang
menghadiri hari kebesaran itu bermacam-macam antara lain kereta raja puteri Lasem dihiasi
dengan gambar buah meja yang berwarna merah. Atas dasar uraian itu, bahwa dalam
kerajaan Majapahit warna merah dan putih merupakan warna yang dimuliakan.

Dalam suatu kitab tembo alam Minangkabau yang disalin pada tahun 1840 dari kitab yang
lebih tua terdapat ambar bendera alam Minangkabau, berwarna Merah Putih Hitam. Bendera
ini merupakan pusaka peninggalan jaman kerajaan Melayu Minangkabau dalam abad ke 14,
ketika Maharaja Adityawarman memerintah (1340-1347). Warna Merah = warna hulubalang
(yang menjalankan perintah) Warna Putih = warna agama (alim ulama) Warna Hitam =
warna adat Minangkabau (penghulu adat) – Warna merah putih dikenal pula dengan sebutan
warna Gula Kelapa. Di Kraton Solo terdapat pusaka berbentuk bendera Merah Putih
peninggalan Kyai Ageng Tarub, putra Raden Wijaya, yang menurunkan raja-raja Jawa.

Dalam babat tanah Jawa yang bernama babad Mentawis (Jilid II hal 123) disebutkan bahwa
Ketika Sultan Agung berperang melawan negeri Pati. Tentaranya bernaung di bawah bendera
Merah. Sultan Agung memerintah tahun 1613-1645.

Di bagian kepulauan lain di Indonesia juga menggunakan bendera merah putih. Antara lain,
bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai warna merah putih
sebagai warna benderanya , bergambar pedang kembar warna putih dengan dasar merah
menyala dan putih. Warna merah dan putih ini adalah bendera perang Sisingamangaraja XII.
Dua pedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-
XII.

Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang – pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang
berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan
gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran.

Di jaman kerajaan Bugis Bone,Sulawesi Selatan sebelum Arung Palakka, bendera Merah
Putih, adalah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan Bone.Bendera Bone itu dikenal
dengan nama Woromporang. Pertama di kibarkan oleh dua orang muda-mudi dan di pimpin
oleh bapak latief hendraningrat dan suhud s bendera pusaka di jahit oleh ibu fatmawati
soekarno dengan ukuran 185x275 cm
Pada tanggal 4 juni 1946 aksi teror belanda meningkat sehingga ibu kota RI pindah ke
yoyakarta dan bendera pusaka di bawa oleh presiden soekarno memanggil bapa husein
muntahar untuk menyelamatkan bendera pusaka dengan cara memisahkan warna merah dan
putih.yaitu melepaskan benang jahitan antara merah dan putih dengan di bantu oleh ibu perna
dinata .setelah itu kain merah putih di masukan pada dasar dua tas milik bapak husein
muntahar untuk menghindari penyitaan dari tentara belanda
Bapak husein muntahar menjahit kembali bendera pusaka dengan meminjam mesin jahit
seorang istri dokter ,tepat di lubang bekas jahitan asli.tetapi 2 cm dari ujung bendera ada
sedkit kesalahan jahit .kemudian bendera pusaka di serahkan pada presiden soekarno di
bangka melalui bapak soejono pada pertengan bulan juni 1948 bendera pusaka di kibarkan
oleh lima orang di istana presiden yogyakata 
Tahun 1969 bendera pusaka tidak di kibarkan karena sudah terlalu tua .sehingga di buatlah
bendera duplikat tiang 17 meter istana merdeka dari baan bendera (wool) yang di jahit tiga
potong memanjang kain merah dan tiga potong memanjang kain putih kekuning-kuningnan 
Bendera merah putih duplikat bendera pusaka ,idealnya terbuat dari sutra alam dan alat tenun
asli indonesia karena satu hal pemikitan tadi tidak di laksanakan ,bendera duplikat terbuat
dari katun inggris tanpa jahitan dengan ukuran 200x300 cm
Pembuat bendera duplikat di laksanakan oleh balai penelitian textil bandung di bantu PT
ratna di ciawi bogor ,bendera duplikat di bagika ke setiap daereh tingkat I dan daerah tingkat
II serta pewakilan indonesia si luar negri pada tanggal 5 agustus 1969
Kemudian bendera pusaka tidak di kibarkan dan hanya di jadikan pendamping benderra
duplikat pada saat pengibaran dan penurunan 
 
Sebelum masehi 
6000 tahun yang lalu perpindahan orang purba-indonesia dari asia tenggara melalui
semenanjang sumatra dan filipina sulawesi .mereka itu menghormati merah-matahari dan
putih- rembulan .dari zaman itulah penghormatan aditia-candera yang bertebar di nusa
indonesia dan di seluruh kepulauan –austronesia di lautan india dan fasifik 
4000 tahun yang lalu perpindahan kedua orang purba dari asia menuju indonesia .ketiga
lapisan (orang persia gelombang kedua)berpadu menjadi orang indonesia sebagai nusa
indonesia .bangsa indonesia menghormati Aditia candra dan merah putih sebagai lambang zat
hidup menurut kepercayaan adli bertenaga tuah-kesaktian .lambang surya candra dan
lambang getah-getih bersandar pada penghormatan dwi warna austronesia :merah-putih
500 tahun sebelum masehi .gelombang pertebaran bangsa austronesia menuju kepulauan
austronesia dan nusa indonesia .sebagai hasil perpindahan bangsa atas ini .maka pada
penghabisan zaman prasejarah indonesia di dapatlah penghormatan warna merah putih di
seluruh kepulauan austronesia .terutama di daerah nusa indonesia .di kaki gunung dempu
(sumatra selatan )si sapat patilasan –waruga terbuat dari pada batu yang berlukiskan
berwarna-warna san seorang perwira manggul bendera merah putih :dalam kuburan
purbakala itu di tempat manik –tanah berwarna merah-putih pula 
sesudah prasejarah ini maka bermulalah babakan pula sejarah (protohisteria) indonesia 

Sesudah masehi 
150 kitab ramayana karangan pujangga walmiki dalam bahasa sangsakerta manamai nusa
indonesia (yawadwipa) kepulauan sawarna –rupyaka-dwipa yang berarti nusa emas dan perak
.yaitu logam nusa merah putih
450 kekusasaan maharaja purnawarman .kepala negara taruma negara di jawa barat dei
bandngkan dengan kibaran bendera (dwadja).bekas lukisannya memulyakan kembang
tunjung .semenjak purnawarman maka mulailah burung garuda di namai burung merah putih
yang di lukiskan pada lukisan indonesia dan si dapat pada candi dieng .preambanan penataran
dan lain-lain sebagai lambang tenaga pembangun.

517 anggota keluarga kaundinya turun dari bukit si guntang kota palembang dan membentuk
dab pembentuk radjakula merah-putih si guntang yang menguasai dan mendirikan kedatuan
sriwijaya.radjakula merah putih ini ialah sekeluarga sailendrasebelum tahun 517 berlangsung
permaianan turunnya warna merah-putih berkilau di puncak siguntang .antara 517 dan 683
kekuadaan di pegang oleh melayu.radjakula sailendra ini asalah sang teri buana 
683 keluarga sriwijaya datang ke palembang dari sumatra tengah .keluarga sailendra
berpindah dari palembang menuju jawa tengah 
800 lukisan bendera merah putih dengan di namai pelaka di pahat di kaki candi borobudur
yang menurut prasasti karng tengah di dirikan sebelum 824 T.M rupanya berupa umbul-
umbul dan kata petaka itu dituliskan di atas lukisan bendera yang si kibarkan oleh tiga
pengawal
Pada dinding borobudur di pahat beberapa kali kembang tunjung merah putih dan biru .kata
dwadja dan pataka lazim di pakai dalam peradaban indonesia lama .sejak abad ke V .dwadja
di pakai slam tulisan tarumanegara semasa purnawarman dalam kitab wirataparwa.sedangkan
kata pataka di pakai dalam kitab sang hyang kamahayanikan .kedu-dua kata itu di pakai
dalam kitab djawa lama bernama ramayana .kembang tunjung merah putih juga di pahatkan
pada dinding candi mendut yang hampir sama tuanya dengan candi borobudur
898-910 maharaja balitung pertamakalinya dalam sejara indonesia mananami dirinya dengan
gelaran garuda muka 
900 warna merah putih di pakai untuk menuliskan aksara huruf di dinding candi prmbanan
pada dinding candi tersebut terdapat lukisan pahat yang menceritakan ramayana :cerita ini di
mulai dengan lukisan bernama garuda memegang kembang tunjung merah putih   Bendera
yang dinamakan Sang Merah Putih ini pertama kali digunakan oleh para pelajar dan kaum
nasionalis pada awal abad ke-20 di bawah kekuasaan Belanda. Bendera Merah Putih berkibar
untuk pertama kali dalam abad XX sebagai lambang kemerdekaan di benua Eropa.
Pada tahun 1922 Perhimpunan Indonesia mengibarkan bendera Merah Putih di Belanda
dengan kepala banteng ditengah-tengahnya.

     Pada tahun 1924 Perhimpunan Indonesia mengeluarkan buku peringatan 1908-1923 untuk
memperingati hidup perkumpulan itu selama 15 tahun di Eropa. Kulit buku peringatan itu
bergambar bendera Merah Putih kepala banteng.

     Dalam tahun 1927 lahirlah di kota Bandung Partai Nasional Indonesia (PNI) yang
mempunyai tujuan Indonesia Merdeka. PNI mengibarkan bendera Merah Putih kepala
banteng.

     Tanggal 28 Oktober 1928, dalam Kongres Indonesia Muda di Jakarta, para pemuda
mengibarkan Merah Putih dihiasi dengan lambang garuda terbang. Kemudian lambang
garuda menjadikan lambang tersendiri, sehingga tinggal warna Merah Putih.

     Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan pada hari Jumat tanggal
17 Agustus 1945, pukul 10.00 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Setelah pernyataan
kemerdekaan tersebut, untuk pertama kalinya secara resmi Bendera Kebangsaan Merah Putih
berkibar di bumi Indonesia merdeka, dikibarkan oleh Latief Hendaningrat dan Suhud. S.

     Bendera tersebut merupakan hasil jahitan Ibu Fatmawati Soekarno dan selanjutnya
bendera inilah yang disebut “Bendera Pusaka”
Bendera Pusaka berkibar siang dan malam ditengah hujan, tembakan sampai Ibukota
Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta pada tahun 1946.

     Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang
dibentuk pada tanggal 9 Agustus 1945 mengadakan sidang pertama dan menetapkan Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Undang-Undang Dasar
1945 (UUD 1945).

     Dalam UUD 1945, Bab I, pasal I, ditetapkan bahwa Negara Indonesia ialah Negara
kesatuan yang berbentuk Republik. Dalam UUD 1945 pasal 35 ditetapkan pula bahwa
bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih. Denagn demikian itu, sejak ditetapkannya
UUD 1945 , Sang Merah Putih merupakan bendera kebangsaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

     Dengan ditetapkannya UUD 1945 dan bendera kebangsaan Sang Merah Putih, maka
serentak seluruh rakyat Indonesia dan pemuda Indonesia, menegakkan, mengibarkan dan
mempertahankan Sang Merah Putih di bumi Indonesia. Pertempuran-pertempuran dengan
serdadu kolonial Belanda yang didukung oleh tentara sekutu berkobar di seluruh Indonesia.
Ribuan rakyat dan pemuda Indonesia gugur sebagai pahlawan bangsa mempertahankan
kemerdekaan Sang Merah Putih. Karena pengorbanan mereka kini Sang Merah Putih tegak
berkibar dibumi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka dan berlandaskan
Pancasila.

     Pada tahun 1948 Belanda melancarkan agresi militernya. Pada waktu itu Ibukota RI
berada di Yogyakarta, Bapak Husein Mutahar (Bapak Paskibraka) ditugaskan oleh Presiden
Soekarno untuk menyelamatkan Bendera Pusaka. (Penyelamatan Bendera tersebut
merupakan salah satu bagian dari sejarah untuk menegakan berkibarnya Sang Merah Putih di
persada Ibu Pertiwi).

     Untuk menyelamatkan Bendera Pusaka tersebut terpaksa Bapak Husein Mutahar harus
memisahkan antara bagian yang merah serta putihnya. Akhirnya dengan bantuan Ibu Perna
Dinata benang jahitan diantara Bendera tersebut berhasil dipisahkan. Selanjutnya kedua
bagian tersebut masing-masing di simpan sebagai dasar pada kedua tas Bapak Husein
Mutahar yang selanjutnya tas tersebut diisi dengan pakaian serta perlengkapan pribadi
miliknya.

     Hal ikhwal Bendera tersebut dipisahkan, karena pada waktu itu beliau mempunyai
pemikiran bahwa setelah dipisah Bendera tersebut tidak lagi dapat dikatakan Bendera karena
hanya sebatas secarik kain. Hal ini dilakukan guna menghindari penyitaan dari pihak
Belanda.
Tak lama setelah Presiden menyerahkan Bendera Pusaka, Beliau ditangkap dan diasingkan
oleh Belanda bersama Wakil Presiden beserta staf kepresidenan lainnya ke Muntok, Bangka
Sumatera.

     Sekitar pertengahan bulan Juni 1948 Bapak Husein Mutahar menerima berita dari Bapak
Soejono, isi pemberitahuan itu yakni adanya surat pribadi Presiden pada dirinya yang pada
pokoknya Presiden memerintahkan Bapak Husein Mutahar guna menyerahkan kembali
Bendera Pusaka kepada Beliau dengan perantaraan Bapak Soejono yang selanjutnya Bendera
Pusaka tersebut dibawa serta diserahkan kepada Presiden ditempat pengasingan (Muntok,
Bangka).
     Setelah mengetahui hal tersebut, dengan meminjam mesin jahit milik isteri seorang dokter,
Bendera Pusaka yang terpisah menjadi dua bagian tersebut disatukan kembali persis pada
posisinya semula, akan tetapi sekitar 2 cm dari ujung Bendera ada sedikit kesalahan jahit.

     Selanjutnya Bendera tersebut di serahkan kepada Bapak Soejono sesuai dengan isi surat
perintah Presiden. Dengan demikian dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia,
Bendera Pusaka tidak pernah jatuh ke tangan musuh, meskipun tentara kolonial Belanda
menduduki Ibukota Negara Republik Indonesia.

 Bendera Indonesia, Merah Putih, sering diartikan "berani" dan "suci". Apakah ini pemaknaan
budaya modern atau budaya Indonesia promodern? Mengapa kini bangsa Indonesia memilih
simbol merah dan putih sebagai jati diri? Mengapa merah di atas dan putih di bawah, bukan
sebaliknya? Dari mana simbol ini berasal?

     Berbagai pertanyaan itu tak pernah diajukan orang sejak Mohammad Yamin
menjelaskannya dalam buku yang tak pernah dicetak ulang. 6000 Tahun Sang Saka Merah
Putih, tahun 1958. Dijelaskan, warna merah simbol matahari dan warna putih sebagai simbol
bulan. Merah putih bermakna "zat hidup". Hanya tidak dijelaskan makna "zat hidup". Buku
ini ingin membuktikan, Merah Putih sudah menjadi simbol bangsa Indonesia sejak
kedatangan mereka di kepulauan Nusantara 6.000 tahun lampau.

     Makna merah-putih tidak cukup ditelusuri dari jejak arkeologi bahwa warna merah, putih,
dan hitam dapat dijumpai pada berbagai peninggalan prasejarah, candi, dan rumah adat.
Artefak- artefak itu hanya ungkapan pikiran kolektif suku-suku di Indonesia. Maka, arkeologi
pikiran kolektif inilah yang harus digali dan masuk otoritas antropolo- gi-budaya atau
antropologi-seni. Alam pikiran semacam itu masih dapat dijumpai di lingkungan masyarakat
adat sampai sekarang.

     Warna merah, putih, hitam, kuning, dan campuran warna- warna itu banyak dijumpai pada
ragam hias kain tenun, batik, gerabah, anyaman, dan olesan pada tubuh, yang menunjukkan
keterbatasan penggunaan warna- warna pada bangsa Indonesia. Kaum orientalis menuduh
bangsa ini buta warna di tengah alamnya yang kaya warna. Benarkah bangsa ini buta warna?
Atau bangsa ini lebih rohaniah dibandingkan dengan manusia modern yang lebih duniawi
dengan pemujaan aneka warna yang seolah tak terbatas?

Alam rohani dan duniawi

     Alam rohani lebih esensi, lebih sederhana, lebih tunggal. Sedangkan alam duniawi lebih
eksisten, kompleks, dan plural.
Bangsa Indonesia pramodern memandang hidup dari arah rohani daripada duniawi. Inilah
sebabnya penggunaan simbol warna lebih sederhana ke arah tunggal. Jika disebut buta warna,
berarti buta duniawi, tetapi kaya rohani.

     Berbagai perbedaan hanya dilihat esensinya pada perbedaan dasar, yakni laki-laki dan
perempuan. Semua hal yang dikenal manusia hanya dapat dikategorikan dalam dualisme-
antagonistik, laki-perempuan. Matahari itu lelaki, bulan perempuan. Dan puluhan ribu
kategori lain.

     Pemisahan "lelaki"-"perempuan" itu tidak baik karena akan impoten. Potensi atau "zat
hidup" baru muncul jika pasangan-pasangan dualistik itu diharmonikan, dikimpoikan,
ditunggalkan. Itu sebabnya tunggalnya merah dan putih menjadi dwitunggal. Satu tetapi dua,
dua tetapi tunggal. Dwitunggal merah-putih menjadi potensi, zat hidup.

      Harmoni bukan sintesis. Sintesis merah-putih adalah merah jambu. Bendera Indonesia
tetap Merah Putih, dwitunggal. Dalam sintesis tidak diakui perbedaan karena yang dua lenyap
menjadi satu. Bhinneka Tunggal Ika bukan berarti yang plural menjadi satu entitas. Yang
plural tetap plural, hanya ditunggalkan menjadi zat hidup. Sebuah kontradiksi, paradoks,
yang tidak logis menurut pikiran modern.

     Dalam pikiran modern, Anda harus memilih merah atau putih atau merah jambu. Lelaki
atau perempuan atau banci. Dalam pikiran pramodern Indonesia, ketiganya diakui adanya,
merah, putih, merah jambu. Merah jambu itulah Yang Tunggal, paradoks, Zat Hidup, karena
Yang Tunggal itu hakikatnya Paradoks. Jika semua ini berasal dari Yang Tunggal, dan jika
semua ini dualistik, Yang Tunggal mengandung kedua-duanya alias paradoks absolut yang
tak terpahami manusia. Tetapi itulah Zat Hidup yang memungkinkan segalanya ini ada.

     Yang Tunggal itu metafisik, potensi, being. Yang Tunggal itu menjadikan Diri plural
(becoming) dalam berbagai pasangan dualistik. Inilah pikiran monistik dan emanasi,
berseberangan dengan pikiran agama-agama samawi. Harus diingat, merah-putih telah
berusia 6.000 tahun, jauh sebelum agama-agama besar memasuki kepulauan ini. Warna
merah, putih, dan hitam ada di batu-batu prasejarah, candi, panji perang. Putih adalah simbol
langit atau Dunia Atas, merah simbol dunia manusia, dan hitam simbol Bumi atau Dunia
Bawah. Warna-warna itu simbol kosmos, warna-warna tiga dunia.

     Alam pikiran ini hanya muncul di masyarakat agraris. Obsesi mereka adalah tumbuhnya
tanaman (padi, palawija) untuk keperluan hidup manusia. Tanaman baru tumbuh jika ada
harmoni antara langit dan bumi, antara hujan dan tanah. Antara putih dan hitam sehingga
muncul merah. Inilah yang menyebabkan masyarakat tani di Indonesia "buta warna".
Buta warna semacam itu ada kain-kain tenun, kain batik, perisai Asmat, hiasan rumah adat.
Meski dasarnya triwarna putih, merah, hitam, terjemahannya dapat beragam. Putih menjadi
kuning. Hitam menjadi biru atau biru tua. Merah menjadi coklat. Itulah warna-warna
Indonesia.

Kehidupan dan kematian

     Antropolog Australia, Penelope Graham, dalam penelitiannya di Flores Timur (1991)
menemukan makna merah dan putih agak lain. Warna merah dan putih dihubungkan dengan
darah. Ungkapan mereka, "darah tidak sama", ada darah putih dan darah merah. Darah putih
manusia itu dingin dan darah merah panas. Darah putih itu zat hidup dan darah merah zat
mati. Darah putih manusia mendatangkan kehidupan baru, kelahiran. Darah merah
mendatangkan kematian.

     Darah putih yang tercurah dari lelaki dan perempuan menimbulkan kehidupan baru, tetapi
darah merah yang tercurah dari lelaki dan perempuan berarti kematian. Makna ini cenderung
mengembalikan putih untuk perempuan dan merah untuk lelaki, karena hanya kaum lelaki
yang berperang. Mungkin inilah hubungan antara warna merah dan keberanian. Merah adalah
berani (membela kehidupan) dan putih adalah suci karena mengandung "zat hidup".

     Mengapa merah di atas dan putih di bawah? Mengapa tidak dibalik? Bukankah merah itu
alam manusia dan putih Dunia Atas? Merah itu berani (mati) dan putih itu hidup? Merah itu
lelaki dan putih perempuan? Merah matahari dan putih bulan?
Merah panas dan putih dingin? Artinya, langit-putih-perempuan mendukung manusia-merah-
lelaki. Asal manusia itu dari langit. Akar manusia di atas. Itulah sangkan-paran, asal dan
akhir kehidupan. Beringin terbalik waringin sungsang. Isi berasal dari Kosong. Imanen dari
yang transenden. Merah berasal dari putih, lelaki berasal dari perempuan.

Jelas, Merah-Putih dari pemikiran primordial Indonesia. Merah-putih itu "zat hidup", potensi,
daya-daya paradoksal yang menyeimbangkan segala hal: impoten menjadi poten, tak berdaya
menjadi penuh daya, tidak subur menjadi subur, kekurangan menjadi kecukupan, sakit
menjadi sembuh . Merah-putih adalah harapan keselamatan. Dia adalah daya-daya sendiri,
positif dan negatif menjadi tunggal.

     Siapakah yang menentukan Merah-Putih sebagai simbol Indonesia? Apakah ia muncul
dari bawah sadar kolektif bangsa? Muncul secara intuisi dari kedalaman arkeotip bangsa?
Kita tidak tahu, karena merah-putih diterima begitu saja sebagai syarat bangsa modern untuk
memiliki tanda kebangsaannya.

Merah-Putih adalah jiwa Indonesia.

Pada umumnya warna Merah Putih merupakan lambang keberanian, kewiraan sedangkan
warna Putih merupakan lambang kesucian

Bendera Indonesia memiliki makna filosofis. Merah melambangkan tubun utama dalam
masakan Indonesia, terutama di pulau Jawa. Ketika Kerajaan Majapahit berjaya di Nusantara,
warna panji-panji yang digunakan adalah merah dan putih (umbul-umbul abang putih). Sejak
dulu warna merah dan putih ini oleh orang Jawa digunakan untuk upacara selamatan
kandungan bayi sesudah berusia empat bulan di dalam rahim berupa bubur yang diberi
pewarna merah sebagian. Orang Jawa percaya bahwa kehamilan dimulai sejak bersatunya
unsur merah sebagai lambang ibu, yaitu darah yang tumpah ketika sang jabang bayi lahir, dan
unn utama dalam masakan Indonesia, terutama di pulau Jawa. 
Ketika Kerajaan Majapahit berjaya di Nusantara, warna panji-panji yang digunakan adalah
merah dan putih (umbul-umbul abang putih). Sejak dulu warna merah dan putih ini oleh
orang Jawa digunakan untuk upacara selamatan kandungan bayi sesudah berusia empat bulan
di dalam rahim berupa bubur yang diberi pewarna merah sebagian. Orang Jawa percaya
bahwa kehamilan dimulai sejak bersatunya unsur merah sebagai lambang ibu, yaitu darah
yang tumpah ketika sang jabang bayi lahir, dan unsur putih sebagai lambang ayah, yang
ditanam di gua garba.

Daftar Pustaka:

http://id.wikipedia.org/wiki/Bendera_Indonesia

http://info-biografi.blogspot.com/2013/03/sejarah-bendera-merah-putih-indonesia.html

http://silsilahnaruto.blogspot.com/

http://ppi-sulut.jimdo.com/sejarah-merah-putih/

Anda mungkin juga menyukai