Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Sejarah Paskibraka

Gagasan Paskibraka lahir pada tahun 1946, pada saat ibukota Indonesia

dipindahkan ke Yogyakarta. Memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan RI

yang ke-1. Presiden Soekarno memerintahkan salah satu ajudannya. Mayor

(Laut) Husein Mutahar, untuk menyiapkan pengibaran bendera pusaka di

halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta. Pada saat itulah, di benak Mutahar

terlintas suatu gagasan bahwa sebaiknya pengibaran bendera pusaka

dilakukan oleh para pemuda dari seluruh penjuru Tanah Air, karena mereka

adalah generasi penerus perjuangan bangsa yang bertugas.

Tetapi, karena gagasan itu tidak mungkin terlaksana, maka Mutahar hanya

bisa menghadirkan lima orang pemuda (3 putra dan 2 putri) yang berasal dari

berbagai daerah dan kebetulan sedang berada di Yogyakarta. Lima orang

tersebut melambangkan Pancasila. Sejak itu, sampai tahun 1949, pengibaran

bendera di Yogyakarta tetap dilaksanakan dengan cara yang sama.

Ketika Ibukota dikembalikan ke Jakarta pada tahun 1950, Mutahar tidak

lagi menangani pengibaran bendera pusaka. Pengibaran bendera pusaka pada

setiap 17 Agustus di Istana Merdeka dilaksanakan oleh Rumah Tangga

Kepresidenan sampai tahun 1966. Selama periode itu, para pengibar bendera

diambil dari para pelajar dan mahasiswa yang ada di Jakarta.

Tahun 1967, Husein Mutahar dipanggil presiden saat itu, Soeharto,

untuk menangani lagi masalah pengibaran bendera pusaka. Dengan ide

dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta, dia kemudian

1
mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok yang

dinamai sesuai jumlah anggotanya, yaitu:

1. Pasukan 17 / pengiring (pemandu),

2. Pasukan 8 / pembawa bendera (inti),

3. Pasukan 45/pengawal.

Idik Sulaeman, Sang Pencetus Istilah PaskibrakaJumlah tersebut

merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI, 17

Agustus 1945 (17-8-45).Pada waktu itu dengan situasi kondisi yang ada,

Mutahar hanya melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta dan menjadi

anggota Pandu/Pramukauntuk melaksanakan tugas pengibaran bendera

pusaka. Rencana semula, untuk kelompok 45 (pengawal) akan terdiri

dari para mahasiswa AKABRI (Generasi Muda ABRI) namun tidak

dapat dilaksanakan. Usul lain menggunakan anggota pasukan

khusus ABRI(seperti RPKAD, PGT, KKO, dan Brimob) juga tidak

mudah. Akhirnya diambil dari Pasukan Pengawal Presiden

(PASWALPRES) yang mudah dihubungi karena mereka bertugas di

lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta.

Mulai tanggal 17 Agustus 1968, petugas pengibar bendera pusaka adalah

para pemuda utusan provinsi. Tetapi karena belum seluruh provinsi

mengirimkan utusan sehingga masih harus ditambah oleh eks-anggota

pasukan tahun 1967.

2
Pada tanggal 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta berlangsung

upacara penyerahan duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi

Naskah Proklamasi oleh Suharto kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I

seluruh Indonesia. Bendera duplikat (yang terdiri dari 6 carik kain) mulai

dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun

Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka

Jakarta, sedangkan Bendera Pusaka bertugas mengantar dan menjemput

bendera duplikat yang dikibar/diturunkan. Mulai tahun 1969 itu, anggota

pengibar bendera pusaka adalah para remaja siswa SLTA se-tanah air

Indonesia yang merupakan utusan dari seluruh provinsi di Indonesia, dan tiap

provinsi diwakili oleh sepasang remaja putra dan putri.

Istilah yang digunakan dari tahun 1967 sampai

tahun 1972 masih Pasukan Pengerek Bendera Pusaka. Baru pada

tahun 1973, Idik Sulaeman melontarkan suatu nama untuk Pengibar

Bendera Pusaka dengan sebutan Paskibraka. PAS berasal dari PASukan,

KIB berasal dari KIBar mengandung pengertian pengibar, RA berarti

bendeRA dan KA berarti PusaKA.Mulai saat itu, anggota pengibar

bendera pusaka disebut Paskibraka.

Tabel 1.1 Berikut nama-nama paskibraka yang berasal dari man 2.

NO NAMA PASKIBRAKA TAHUN TINGKATAN

1 Jefri Orlando Lubis 1993 Kota

2 Mutia 1995 Kota

3
3 Heru 1996 Kota

4 Ardiansyah 2001 Kota

5 Chandra Erdiansyah 2007 Kota

6 Ratu Julianti 2008 Kota

7 Tiara Puspa sari 2009 Kota

8 Ritonga 2010 Kota

9 Erli Puspita Sari 2008 Kota

10 Ahmad Akbar Suparno 2011 Kota

11 Rahman Della (ALM) 2014 Provinsi

12 Zhendy Chantika Putri 2016 Kota

13 Isabelita Chantika Putri 2016 Kota

14 Hasnawi Mangkualam 2017 Provinsi

15 Elvi Novita Sari 2018 Kota

1.2 Bendera Merah Putih

Bendera nasional Indonesia adalah sebuah bendera berdesain sederhana

dengan dua warna yang dibagi menjadi dua bagian secara mendatar

(horizontal). Warnanya diambil dari warna Kerajaan Majapahit. Sebenarnya

tidak hanya kerajaan Majapahit saja yang memakai bendera merah putih

sebagai lambang kebesaran. Sebelum Majapahit, kerajaan Kediri telah

memakai panji-panji merah putih.

Selain itu, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun

memakai warna merah putih sebagai warna benderanya , bergambar pedang

4
kembar warna putih dengan dasar merah menyala dan putih. Warna merah

dan putih ini adalah bendera perang Sisingamangaraja XII. Dua pedang

kembar melambangkan pisogaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja

I-XII.

Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang – pejuang Aceh telah menggunakan

bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di

bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan

bintang serta beberapa ayat suci Al Quran.

Di jaman kerajaan Bugis Bone,Sulawesi Selatan sebelum Arung

Palakka, bendera Merah Putih, adalah simbol kekuasaan dan kebesaran

kerajaan Bone.Bendera Bone itu dikenal dengan nama Woromporang.

Pada waktu perang Jawa (1825-1830 M) Pangeran Diponegoro

memakai panji-panji berwarna merah putih dalam perjuangannya

melawan Belanda.

Bendera yang dinamakan Sang Merah Putih ini pertama kali

digunakan oleh para pelajar dan kaum nasionalis pada awal abad ke-20

di bawah kekuasaan Belanda. Setelah Perang Dunia II berakhir,

Indonesia merdeka dan mulai menggunakan bendera ini sebagai bendera

nasional.

Sang Saka Merah Putih merupakan julukan kehormatan terhadap

bendera Merah Putih negara Indonesia. Pada mulanya sebutan ini

ditujukan untuk bendera Merah Putih yang dikibarkan pada tanggal 17

Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, saat Proklamasi

dilaksanakan. Tetapi selanjutnya dalam penggunaan umum, Sang Saka

5
Merah Putih ditujukan kepada setiap bendera Merah Putih yang

dikibarkan dalam setiap upacara bendera.

Bendera pusaka dibuat oleh Ibu Fatmawati, istri Presiden Soekarno,

pada tahun 1944. Bendera berbahan katun Jepang (ada juga yang

menyebutkan bahan benderatersebut adalah kain wool dari London yang

diperoleh dari seorang Jepang. Bahanini memang pada saat itu

digunakan khusus untuk membuat bendera-bendera negara di dunia

karena terkenal dengan keawetannya) berukuran 276 x 200 cm. Sejak

tahun 1946 sampai dengan 1968, bendera tersebut hanya dikibarkan pada

setiap hari ulang tahun kemerdekaan RI. Sejak tahun 1969, bendera itu

tidak pernah dikibarkan lagi dan sampai saat ini disimpan di Istana

Merdeka. Bendera itu sempat sobek di dua ujungnya, ujung berwarna

putih sobek sebesar 12 X 42 cm. Ujung berwarna merah sobek sebesar

15x 47 cm. Lalu ada bolong-bolong kecil karena jamur dan gigitan

serangga, noda berwarna kecoklatan, hitam, dan putih. Karena terlalu

lama dilipat, lipatan-lipatan itu pun sobek dan warna di sekitar lipatannya

memudar.

Setelah tahun 1969, yang dikerek dan dikibarkan pada hari ulang

tahun kemerdekaan RI adalah bendera duplikatnya yang terbuat dari

sutra. Bendera pusaka turut pula dihadirkan namun ia hanya

‘menyaksikan’ dari dalam kotak penyimpanannya.

Bendera Indonesia memiliki makna filosofis. Merah berarti berani, putih

berarti suci. Merah melambangkan tubuh manusia, sedangkan putih

6
melambangkan jiwa manusia. Keduanya saling melengkapi dan

menyempurnakan untuk Indonesia.

Ditinjau dari segi sejarah, sejak dahulu kala kedua warna merah dan

putih mengandung makna yang suci. Warna merah mirip dengan warna

gula jawa/gula aren dan warna putih mirip dengan warna nasi. Kedua

bahan ini adalah bahan utama dalam masakan Indonesia, terutama di

pulau Jawa. Ketika Kerajaan Majapahit berjaya di Nusantara, warna

panji-panji yang digunakan adalah merah dan putih (umbul-umbul abang

putih). Sejak dulu warna merah dan putih ini oleh orang Jawa digunakan

untuk upacara selamatan kandungan bayi sesudah berusia

empat bulan di dalam rahim berupa bubur yang diberi pewarna merah

sebagian.

Orang Jawa percaya bahwa kehamilan dimulai sejak bersatunya unsur

merah sebagai lambang ibu, yaitu darah yang tumpah ketika sang jabang

bayi lahir.

1.3 Sejarah Bimanda

Barisan Inti Man 2 Palembang (BIMANDA) didirikan pada tahun

1993 berdasarkan inisiatif beberapa orang siswa dan guru, diantaranya

Jefri Orlando Lubis, Ade Irma dan Pak Hartono(alm). BIMANDA 1993

awalnya bernama PASMANDA (Paskibra Man 2 Palembang), akan

tetapi terlebih dahulu digunakan oleh SMAN 2 Palembang maka nama

tersebut diganti menjadi BIMANDA.

1.4 Pembina Bimanda Periode 1993-2018.

Tabel 1.2 Berikut nama-nama Pembina Bimanda periode 1993-2018

7
NO NAMA TAHUN

1 Fauzi 1993-2001

2 Selfi 1993-2001

3 Hartono 2001-2004

4 Drs. Amir Hamzah 2004-2007

5 Drs. Rizal, Msi 2007-2010

6 Eko Septri Hardiwinata, S. 2010-2011


Kom

7 Maryanti, S. Pd, MM 2011-2012

8 HJ. Suaibah Anwar, S. Pd 2012-2013

9 Mujibur Rakhman, S. Pd 2013-2014

10 Nurlaili, S. Pd 2014-2015

11 Dra. Wiwin Agustina 2015-sekarang

E. Ketua-ketua Bimanda Periode 1993-2018

Tabel 1.3 Berikut nama-nama ketua-ketua bimanda periode 1993-2018

No NAMA ANGKATAN PERIODE

1 Jefri Orlando lubis Perintis 1993-1999

2 Muhammad Ali V 1999-2000

3 Riana VI 2000-2001

4 Ardiansyah VII 2001-2002

5 Abraham Haikal VIII 2002-2003

6 Heri Hendrio IX 2003-2004

7 Syawal X 2004-2005

8
8 Arizal Lumutab XI 2005-2006

9 Chandra Erdiansyah XII 2006-2007

10 Janjang Erdiansyah XIII 2006-2008

11 Dodi Siswanto XIV 2008-2009

12 Sony Jumaza Romadoni XV 2009-2010

13 Helwa S Tricah Y XVI 2010-2011

14 Syaiful Amri XVII 2011-2012

15 Sandy Aditya Putra XVIII 2012-2013

16 Mardika Zaditya XIX 2013-2014


Herlambang

17 Junaidi XX 2014-2015

18 Muhammad Abduh XXI 2015-2016

19 Agung Nasrullah XXII 2016-2017

20 Muhammad Rafli XXIII 2017-2018


apriansyah

F. Biografi

Nama : Muhammad Irfan Thoriq

TTL : Palembang, 04 Febuari 2003

Alamat : Jl. Manunggal V

Hobi : Bermain Bola

Agama : Islam

Umur : 15

Nama Orang Tua

Ayah : Rudy Afriandy

Ibu : Diah Hening Kusuma Dewi

Pekerjaan Orang Tua

9
Ayah : Wiraswasta

Ibu : Guru

Prestasi yang pernah saya raih :

Akademik : Peringkat 2 , Kelas 4 (semester 1), SDN 35

Peringkat 3, kelas 4 (semester 2), SDN 35

Peringkat 2 , kelas 5 (semester 1), SDN 35

Peringkat 3, kelas 5 (semester 2), SDN 35

Peringkat 2 , kelas 6 (semester 1), SDN 35

Peringkat 2, kelas 6 (semester 2), SDN 35

Juara umum 2 kelas 6, SDN 35

Non Akademik: Juara 3 mewarnai

Juara 2 formasi kreasi

10
BAB II

ISI

2.1 Visi dan Misi

Visi:

1. Membuat BIMANDA lebih dikenal SMA lain

2. Membuat BIMANDA sebagai motivasi bagi orang lain

3. Membuat anak BIMANDA berprestasi dan berkualitas

4. Mempunyai akhlak yang baik diluar maupun didalam sekolah

Misi:

1. Mengedepankan akhlak yang mulia

2. Latihan dengan serius dan bersungguh-sungguh

3. Lebih bertanggung jawab dan disiplin

4. berperan aktif dalam belajar disekolah maupun diluar

2.2 Program Kerja Jangka Panjang

1. Melaksanakan pelantikan malam

2. Mengadakan BE part IV

3. Melakukan Hiking

2.3 Program Kerja Jangka Pendek

1. Bubar Sabar (buka bareng sahur bersama)

2. Mengadakan perpisahan kelas 3

3. Melaksanakan pengibaran 17 Agustus

4. PSB (penerimaan siswa baru)

5. Pemilihan ketua umum periode 2019-2020

6. Ikut seleksi Paskibraka

11
7. Bakti Sosial

2.4 Rancangan Kerja Selama 1 Tahun

Bulan Minggu Kegiatan

Oktober Minggu 1 Latihan

Minggu 2 Latihan

Minggu 3 Latihan

Minggu 4 Latihan

November Minggu 1 Latihan

Minggu 2 Hiking

Minggu 3 Kumpul

Minggu 4 Belajar Bersama untuk

ulangan

Desember Minggu 1 Ulangan

Minggu 2 Ulangan

Minggu 3 Liburan

Minggu 4 Liburan

Januari Minggu 1 Kumpul

Minggu 2 Latihan untuk pelantikan

Minggu 3 Latihan untuk pelantikan

Minggu 4 Latihan untuk pelantikan

Februari Minggu 1 Pelantikan

Minggu 2 Latihan

Minggu 3 bahas seleksi paskibraka

12
Minggu 4 Refreshing

Maret Minggu 1 Bahas Bimanda event

Minggu 2 Menyiapkan Bimanda

event

Minggu 3 Bimanda event

Minggu 4 Latihan dan pemilihan

paskibraka

April Minggu 1 Membahas Perpisahan

Minggu 2 Membahas perpisahan

Minggu 3 Perpisahan

Minggu 4 Evaluasi perpisahan

Mei Minggu 1 Kumpul

Minggu 2 Membahas ketua Bubar

Sabar dan penerimaan

siswa baru (PSB)

Minggu 3 Persiapan acara Bubar

Sabar

Minggu 4 Ulangan

Juni Minggu 1 Ulangan

Minggu 2 Acara Bubar Sabar

Minggu 3 Idul Fitri

Minggu 4 Latihan penerimaan

siswa baru (PSB)

13
Juli Minggu 1 Latihan penerimaan

siswa baru (PSB)

Minggu 2 Latihan penerimaan

siswa baru (PSB)

Minggu 3 penerimaan siswa baru

(PSB)

Minggu 4 Latihan pengibaran

Agustus Minggu 1 Latihan pengibaran

Minggu 2 Latihan pengibaran dan

membahas pembuatan

proker

Minggu 3 Pengibaran

Minggu 4 Idul Adha

September Minggu 1 Refereshing

Minggu 2 Kumpul

Minggu 3 Bahas Proker

Minggu 4 Pemilihan Ketua Umum

Bimanda

2.5 Pengertian Profesionalisme

Profesionalisme adalah kemampuan sesorang dalam melakukan

sesuatu dengan sangat baik.

2.6 PengertianPemimpin,Memimpin,

Dipimpin,Terpimpin,Kepemimpinan

14
Pemimpin adalah orang yang telah diberi kepercayaan oleh seseorang.

Memimpin adalah proses dimana diberi tanggung jawab sebagai

pemimpin.

Dipimpin adalah dimana individu atau kelompok mengikuti arahan

pemimpin.

Terpimpin adalah dimana individu atau kelompok dapat dipimpin

dengan baik oleh pemimpin.

Kepemimpinan adalah proses dimana pemimpin memberikan

pengaruh terhadap orang lain dalam mencapai tujuan tertentu.

15
16
2.8 Fungsi dan Tugas Pokok Divisi-divisi

Fungsi dan Tugas pokok Divisi-divisi :

1. Kasi Operasi Putra :

Berfungsi sebagai pengawas dilapangan.

Bertugas untuk mengawasi dan memberikan pelajaran tentang baris

berbaris yang benar untuk anggota yang putra.

2. Kasi Operasi Putri :

Berfungsi sebagai pengawas dilapangan.

Bertugas untuk mengawasi dan memberi pelajaran tentang baris

berbaris yang benar untuk anggota yang putri.

3. Kedisiplinan :

Berfungsi sebagai pengawas kedisiplinan anggota.

Bertugas untuk menjadikan anggota yang lain disiplin akan waktu.

4. Pengetahuan Umum :

Berfungsi sebagai Pemberi materi pelajaran

Bertugas untuk memberi pelajaran yang ada di sekolah.

5. Humas :

Berfungsi sebagai sumber informasi bagi anggota dan penyatu antara

anggota dengan alumni-alumni yang ada.

Bertugas untuk berkomunikasi dengan alumni.

6. Keagamaan :

Berfungsi sebagai pemberi materi keagamaan.

Bertugas untuk memberikan ilmu ilmu tentang agama.

17
7. Kesehatan :

Berfungsi sebagai pengawas kesehatan anggota.

Bertugas untuk menagani anggota yang sedang sakit.

8. Olahraga :

Berfungsi sebagai pembantu anggota agar tidak cidera dan harus

memahami tentang keolahragaan.

Bertugas untuk melakukan pemanasan agar tidak tejadi cidera.

9. Minat dan Bakat :

Berfungsi sebagai menyalurkan dan meningkatkan kreativitas

Bertugas untuk mengembakan kreativitas dan bakat

10. Dokumentasi :

Bertugas sebagai yang mempubikasi sebuah kegiatan atau acara

Berfungsi untuk membuat arsipan suatu kegiatan

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan dibuatnya program kerja ini, kita dapat memikirkan untuk

kedepannya, demi memajukan BIMANDA ini. Selain itu kita dapat

mengetahui perkembangan dari tahun ke tahun BIMANDA, karena

BIMANDA sangat membutuhkan generasi penerus untuk lebih

memajukan, meningkatkan prestasi, agar mendapatkan pemimpin yang

bertanggung jawab, bekerja keras, dan bisa membuat BIMANDA lebih

jaya lagi.

3.2 Saran Untuk Bimanda

1. Ditambah lagi kegiatan-kegiatan lain, jangan terlalu terfokus ke

latihan.

2. Jangan pernah menyerah jikat terjatuh dan harus bangkit

3. Selalu semangat dalam melakukan sesuatu agar lebih ringan dalam

melakukan sesuatu

19

Anda mungkin juga menyukai