Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

TUGAS ULANGAN TENGAH SEMESTER (UTS)


Dosen Pengampu : Dr. Rahmuniar, M.Si
Mata Kuliah : Birokrasi dan Pemerintahan Daerah

DI BUAT OLEH

NAMA : A. OJA INDRAWATI


NIM : P2MA230102005

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR MAKASSAR


TAHUN 2023/2024
TUGAS

I. ANALISIS POLITISASI BIROKRASI DALAM PEMBINAAN APARATUR SIPIL

NEGARA DIKAITKAN DENGAN PARADIGMA BUREAUCRATIC POLITIK

MENURUK PANDANGAN GRAHAM T. ALLISON BAHWA TEORI POLITIK

BIROKRASI MENJELASKAN PERAN ADMINISTRASI DAN BIROKRASI DALAM

PROSES PEMBUATAN KEBIJAKAN PUBLIK SEKALIGUS MENOLAK PANDANGAN

DIKOTOMI ADMINISTRASI DAN POLITIK.

II. BERIKAN PENDAPAT SAUDARA TENTANG PRAKTEK POLITIK DALAM

BIROKRASI PEMERINTAHAN KEMUDIAN JELASKAN MANAKAH YANG PALING

DOMINAN: POLITIK MEMPENGARUHI KINERJA BIROKRASI ATAU BIROKRASI

YANG MEMPENGARUHI POLITiK DALAM MEMBUAT KEBIJAKAN.


ANALISIS POLITISASI BIROKRASI DALAM PEMBINAAN APARATUR SIPIL

NEGARA DIKAITKAN DENGAN PARADIGMA BUREAUCRATIC POLITIK

MENURUK PANDANGAN GRAHAM T. ALLISON BAHWA TEORI POLITIK

BIROKRASI MENJELASKAN PERAN ADMINISTRASI DAN BIROKRASI DALAM

PROSES PEMBUATAN KEBIJAKAN PUBLIK SEKALIGUS MENOLAK PANDANGAN

DIKOTOMI ADMINISTRASI DAN POLITIK.

Analisis politisasi birokrasi dalam pembinaan aparatur sipil negara dapat dikaitkan dengan

paradigma bureaucratic politics yang dikemukakan oleh Graham T. Allison. Paradigma ini

menjelaskan peran administrasi dan birokrasi dalam proses pembuatan kebijakan publik serta

menolak pandangan dikotomi administrasi dan politik. Menurut pandangan Allison, birokrasi

memiliki kepentingan dan agenda politiknya sendiri. Birokrasi tidak hanya berfungsi sebagai

pelaksana kebijakan yang netral, tetapi juga memiliki kekuasaan dan pengaruh dalam proses

pembuatan kebijakan. Birokrasi dapat mempengaruhi kebijakan publik melalui penggunaan

sumber daya, informasi, dan keahlian teknis yang dimilikinya. Dalam konteks politisasi birokrasi

dalam pembinaan aparatur sipil negara, hal ini dapat terjadi ketika birokrasi terlibat dalam

kegiatan politik, seperti mendukung atau mempengaruhi partai politik tertentu, melakukan

nepotisme atau klienelisme, atau menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan politik pribadi.

Pandangan Allison juga menolak pandangan dikotomi administrasi dan politik yang memisahkan

antara tugas administratif yang netral dan tugas politik yang dilakukan oleh pemimpin politik.

Menurut pandangan ini, administrasi dan politik saling terkait dan tidak dapat dipisahkan secara

tegas. Birokrasi memiliki peran politik dalam proses pembuatan kebijakan, dan pemimpin politik

juga memiliki peran administratif dalam menjalankan kebijakan.


Dalam konteks pembinaan aparatur sipil negara, politisasi birokrasi dapat mengancam netralitas

dan profesionalisme aparatur sipil negara. Politisasi dapat mengarah pada penyalahgunaan

kekuasaan, korupsi, dan ketidakadilan dalam perekrutan dan promosi pegawai negeri. Oleh

karena itu, penting untuk menjaga independensi dan profesionalisme birokrasi agar dapat

berperan secara netral dan efektif dalam pembuatan kebijakan publik. Dalam rangka mengatasi

politisasi birokrasi, diperlukan upaya untuk memperkuat sistem pengawasan dan akuntabilitas

birokrasi, meningkatkan transparansi dalam proses pembuatan kebijakan, serta mengedepankan

prinsip meritokrasi dalam perekrutan dan promosi aparatur sipil negara. Selain itu, penting juga

untuk membangun kesadaran dan integritas moral di kalangan birokrasi agar dapat menjalankan

tugasnya dengan baik tanpa adanya intervensi politik yang merugikan kepentingan publik.

Politikasi birokrasi adalah proses di mana birokrasi atau aparat sipil negara terlibat dalam

kegiatan politik atau dipengaruhi oleh kepentingan politik. Hal ini dapat terjadi ketika birokrasi

menggunakan kekuasaan dan sumber daya yang dimilikinya untuk mempengaruhi atau

mendukung partai politik tertentu, melakukan nepotisme atau klinelisme, atau menggunakan

kekuasaan untuk kepentingan politik pribadi.

Politikasi birokrasi dapat mengancam netralitas dan profesionalisme birokrasi. Ketika birokrasi

terlibat dalam kegiatan politik, mereka mungkin tidak lagi berfungsi sebagai pelaksana kebijakan

yang netral dan objektif. Mereka dapat memproritaskan kepentingan politik tertentu dari pada

kepentingan publik secara keseluruhan. Politakasi birokrasi juga dapat menyebabkan

penyalagunaan kekuasaan, korupsi, dan ketidakadilan dalam perekrutan dan promosi pegawai

negeri. Ketika keputusan administratif didasarkan pada pertimbangan politik dari pada

kualifikasi dan kompetensi, hal ini dapat merusak integritas dan efektivitas birokrasi.
Untuk mengatasi politikasi birokrasi, diperlukan upaya untuk memperkuat sistem pengawasan

dan akuntabilitas birokrasi. Transparansi dalam proses pembuatan kebijakan juga penting untuk

mencegah manipulasi politik. Prinsip meritokrasi harus ditegakkan dalam perekrutan dan

promosi aparatur sipil negara, sehingga keputusan didasarkan pada kualifikasi dan kompetensi,

bukan pertimbangan politik. Selain itu, penting juga untuk membangun kesadaran dan integritas

moral di kalangan birokrasi. Pelatihan etika dan penegakan kode etik dapat membantu

memastikan bahwa birokrasi menjalankan tugasnya dengan integritas dan tanpa adanya

intervensi politik yang merugikan kepentingan publik. Secara keseluruhan, politikasi birokrasi

adalah fenomena yang perlu di waspadai dan ditangani dengan serius, diperlukan upaya untuk

menjaga independensi, netralitas, dan profesionalisme birokrasi agar dapat berperan secara

efektif dalam pembuatan kebijakan publik dan pelayanan kepada masyarakat.


BERIKAN PENDAPAT SAUDARA TENTANG PRAKTEK POLITIK DALAM

BIROKRASI PEMERINTAHAN KEMUDIAN JELASKAN MANAKAH YANG PALING

DOMINAN: POLITIK MEMPENGARUHI KINERJA BIROKRASI ATAU BIROKRASI

YANG MEMPENGARUHI POLITIK DALAM MEMBUAT KEBIJAKAN.

Praktek Politik dalam Birokrasi Pemerintahan menurut pendapat saya, dalam konteks birokrasi

pemerintahan, hubungan antara politik dan kinerja birokrasi saling mempengaruhi. Namun, sulit

untuk secara tegas menyatakan apakah politik lebih dominan mempengaruhi kenerja birokrasi

atau sebaliknya.

Ada satu sisi, politik memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja birokrasi. Keputusan politik

yang dibuat oleh pemimpin politik dapat mempengaruhi kebijakan, prioritas, dan sumber daya

yang dialokasikan kepada birokrasi. Politik juga dapat mempengaruhi proses pengangkatan

pejabat birokrasi, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kualitas dan kompetensi birokrasi.

Jika politik tidak stabil atau terjadi intervensi politik yang berlebihan, kinerja birokrasi dapat

terganggu.

Di sisi lain, birokrasi juga dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap politik. Birokrasi

memiliki pengetahuan dan keahlian teknis yang diperlukan untuk merancang dan melaksanakan

kebijakan publik. Mereka juga bertanggung jawab untuk memberikan saran dan rekomendasi

kepada pemimpin politik. Jika birokrasi tidak efektif atau tidak profesional, keputusan politik

dapat menjadi tidak efektif atau bahkan merugikan masyarakat.

Politik Mempengaruhi Kinerja Birokrasi. Dalam perspektif ini, politik dianggap sebagai faktor

dominan yang mempengaruhi kinerja birokrasi. Hal ini terjadi ketika kepentingan politik dan

kekuasaan politik mempengaruhi proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan di


dalam birokrasi. Contonya, jika terdapat tekanan politik dari pihak-pihak tertentu untuk

mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan kepentingan publik atau melanggar prinsip-

prinsip etika, maka kinerja birokrasi dapat terpengaruh negatif.

Birokrasi Mempengaruhi Politik dalam Membuat Kebijakan. Dalam perspektif ini, birokrasi

dianggap sebagai faktor dominan yang mempengaruhi politik dalam pembuatan kebijakan.

Birokrasi memiliki pengetahuan dan keahlian teknis yang diperlukan untuk merumuskan

kebijakan yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, birokrasi dapat mempengaruhi proses

pembuatan kebijakan dalam memberikan saran dan rekomendasi kepada para pembuat

kebijakan. Namun, dalam beberapa kasus, birokrasi juga dapat mempengaruhi politik dengan

cara memanipulasi informasi atau mengejar kepentingan sendiri.

Dalam praktiknya, hubungan antara politik dan kinerja birokrasi dapat bervariasi tergantung

pada konteks dan negara tertentu. Beberapa negara mungkin memiliki birokrasi yang kuat dan

independen yang mampu mempengaruhi kebijakan politik, sementara negara lain mungkin

memiliki politik yang dominan yang mempengaruhi kinerja birokrasi. Selain itu, faktor-faktor

seperti budaya politik, sistem pemerintahan, dan tingkat korupsi juga dapat mempengaruhi

hubungan antara politik dan kinerja birokrasi.

Dalam mengambil keputusan, penting untuk mempertimbangkan baik politik maupun kinerja

birokrasi. Keduanya harus bekerja sama untuk mencapai tujuan yang lebih besar, yaitu

memberikan pelayanan publik yang efektif dan efisien kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai