Anda di halaman 1dari 37

BAHAN DAFTAR ISI

AJAR 1. Fakta, Data, dan Informasi ke SIM Didik, Didikan, dan Sistem
Pendidikan (Pendalaman Konsep SIM dan SIM Pendidikan);
2. Keberadaan SIM Pendidikan KEMENDIKBUD dan Implikasi
untukPerbaikan dan Pengembangan;
3. Keberadaan SIM Pendidikan KEMENAG dan Implikasi
untukPerbaikan dan Pengembangan;
4. SIM Pendidikan, TI, BOS, dan BSC;
5. SIM Pendidikan: Makro – Meso - Mikro
6. SIM Kurikulum dan Evaluasi
7. SIM Kesiswaan
8. SIM Tenaga Kependidikan
9. SIM Keuangan
10. Masalah Kebijakan dan Manajemen Mutu
11. Masalah Kebijakan dan Manajemen Pemerataan
12. Masalah Kebijakan dan Manajemen Prod/Efektifitas dan
Efisiensi
13. Masalah Kebijakan dan Manajemen Akontabilitas Publik
14. Masalah Kebijakan dan Manajemen Kembalian (Returns)

Latar Belakang
Potret sistem pendidikan Islam di Indonesia biasanya dilihat dari sisi mutu
(guru, siswa, sarpras, sistem pembelajaran, dan pengelolaan. Selain itu
juga produktivitas (efisiensi dan effektivitas), relevansi, dan
pemerataannya (education for all). Dalam pada itu SIM nya masih
tumpang tindih, sehingga keputusan yang dibuat penentu kebijakan publik
sebagai produk dari sistem informasi kurang produktif. Hal ini merupakan
peluang tersediri bagi para penggiat pendidikan untuk membuat sistem
informasi yang representatif, akurat, tepat, dan tebarukan.
Akibat lanjutan keadaan tersebut, adalah kurang tepatnya kajian tentang
sinergi antar bagian atau faktor yang mempengaruhi produktivtas
pendidikan. ter[ebih lagi manakala harus menganalisis sinergi hubungan
antar-kompomen, antar-bidang, antar-jalur, antar-tingkat dan jenjang.
Pengaruh lanjutannya adalah lemahnya pembuatan renstra dan renop
pada masa berrikutnya. Dalam kaitan inilah maka lembaga penyedia SDM
manajemen pendidikan Islam perlu menguasai konsep, prinsip, teori, dan
keterampilan aplikasi dari SIM Pendidikan. Keterampilan mendisain,
mencari, dan malah mengolah fakta jadi data dan jadi informasi,
merupakan bagian keterampilan yang harus dimiliki para manajer
pendidikan Islam. Dengan demikian para manajer pendidikan
Islam akan kaya wawasan dan pengetahuan tentang lembaga
yang diasuhnya untuk kemudian dapat membuat kebijakan (dan
malah kebijaksanaan) yang lebih produktif. Proporsional
manakala berbarengan dengan itu para mahasiswa juga dibekali
dengan kajian mengenaan manajemen strategik dan manajemen
mutu.
Sebagai mata kuliah pokok, SIM Memuat konsep-konsep mendasar
tentang SIM, teknologi informasi, hubungan fungsionalnya satu sama lain,
serta makna dan potensi dukungannya bagi meningkatkan pemerataan,
relevansi, efisiensi, dan mutu pendidikan.
Tujuan
Setelah selesai mata kuliah SIM diharapkan mahasiswa menguasi hal-hal

1
berikut.
1. Konsep, prinsip, teori, dan aplikasi SIM pendidikan;
2. Mendisain, mencari, dan mengolah data atau unsur-unsur yang
diperlukan top manajemen bagi peningkatan produktifitas
pembuatan kebijakan;
1.Standar 3. Keterampilan kerja bareng dengan pihak lain yang terkait dengan
2.perbedaan pengolahan dan publikasi data pada berbagai jenjang pembuat
3. kepuasan kebijakan publik.
4.kesetiaan Kata Kunci
5.nilai tmbh Sistem pendidikan Islam, guru, siswa, sarpras, sistem pembelajaran, dan
6.harga pengelolaan. Selain itu juga produktivitas (efisiensi dan effektivitas,
kompetitif relevansi, dan pemerataannya (education for all), keterampilan
7.kmitman. aplikasi, kebijakan, kebijaksanaan, produktif, teknologi informasi,
pemerataan, relevansi, efisiensi, dan mutu pendidikan.
SBPSNtHkK

1. Dalam kajian SIM, para ahli membedakan pengertian tentang:

Fakta, yaitu kenyataan, atau keterangan tentang benda, orang, organisasi mengenai
keberadaannya, sifatnya, kegiatannya, hasilnya. Fakta yang disistimatisasi dengan
pandangan, pendapat, gagasan, harapan, dan cita-cita disebut data. Dalam kaitan ini,
Informasi, adalah data yang tersusun menurut atau berdasarkan konsep tertentu, sehingga ia
dapat memberi sesuatu keterangan yang berarti, atau memberi sesuatu pengertian tertentu.
Informasi Manajemen, dimaknai sebagai informasi yang disiapkan untuk manajemen,
dan juga sebagai rekayasa manajemen mengatur informasi. Terkait ke dalam kegiatan
ini konsep-konsep mengenai knowledge, policy, dan wisdom.

2. Tentang Manajemen Mutu dan Manajemen Strategik secara ringkas.

Latar belakang perkembangan konsep dan prinsip Manajemen Mutu dan Manajemen
Strategik, yang sejarahnya terjadi di USA dan dalam bidang manajemen bisnis, dapat
dikemukakan sebagai berikut.

Gagasan dan konsep manajemen mutu bermula di Amerika Serikat sesudah Perang Dunia II.
Meski lahirnya di AS, namun perkembangannya yang subur dan pesat terjadi justru di Jepang,
yang justru kalah dalam Perang Dunia II. Rupanya adalah semangat yang kuat untuk menebus
kekalahan, serta untuk rehabilitasi dari kerusakan-kerusakan, adalah pendorong motif
berprestasi tinggi.

Ketelitian akan urusan-urusan details, serta kegiatan bekerja secara teratur dalam hubungan
kerja-sama dan bahkan kerjasama sebagai satuan-satuan teamwork, adalah faktor-faktor
pendukung lainnya. Di sana pun ada sikap dan niyat untuk bekerja tanpa salah dan tepat
waktu. Demikian latar belakang dan pendorong Manajemen Mutu dalam bidang industri dan
perekonomian di Jepang sesudah Perang Dunia II.

Secara berangsur terbentuklah konsep-konsep manajemen mutu (Quality Management) atau


manajemen mutu terpadu (Total Quality Management).

Adapun mutu itu memuat dan mengisyaratkan:

a. Adanya standard tentang produk akhir (benda atau jasa), juga dari proses serta organisasi
memproduksinya, dan standard-standard itu dipenuhi, bahkan ada sertifikasi untuk produk
ybs.
2
b. Adanya unsur-unsur perbedaan (difference) dan keunggulan (distinction), jika
dibandingkan dengan yang lain-lain atau yang umum,

c. Adanya kepuasan dengan mutu produk (benda serta jasa) yang dibeli/dibayar oleh tiap
kelompok pelanggan (customer satisfaction),

d. Ada kesetiaan terhadap produk (benda serta jasa) dari para pelanggan dan stakeholder,

e. Ada nilai tambah (added values) sepanjang proses memproduksi produk (benda dan jasa)
ybs., dan yang kemudian disebut mata-rantai nilai-tambah (chain of added values).

f. Ada harga yang kompetitif yang mesti dibayar pelanggan, juga dalam cara-cara
pembayarannya,

g. Ada komitmen dari pimpinan, staf, dan karyawan untuk memelihara dan memperbaiki
mutu produk dan mutu proses produksinya secara berprogram, dan berkelanjutan secara terus-
menerus (continuous quality improvements, kaizen).

Lalu tentang asal-usul Manajemen Strategik. Keadaan sebagai indikator-indikator


kemunduran ekonomi USA dan puncak krisis banyak perusahaan manufaktur dan perbankan,
terjadi pada periode sekitar tahun 1969 - 1976.

Selama itu tingkat kemampuan kompetitif beberapa sektor industri dan perekonomian USA
disusul atau dilewati oleh Jepang dan beberapa negara di Eropa. Banyak kasus dari
perusahaan yang mengalami bangkrut, likuidasi, atau take-over. Bisnis di USA banyak yang
berukuran besar, sedang pasarnya pun bersifat masal secara umum, atau hampir uniform and
un-differentiated.

Karakteristik lingkungan eksternal dan internal perusahaan-perusahaan besar itu


menunjukkan perubahan di semua bidang dan tingkat organisasinya. Peraturan dan ketentuan
lama yang sudah membudaya secara berangsur tapi pasti, banyak yang mulai tidak berlaku
lagi, alias tidak efektif. Tetkala ia dipaksa dipertahankan, maka akibatnya adalah stagnasi;
setengah teratur dan setengah lagi tidak-teratur; setengah masih pasti dan dapat diantisipasi
kelanjutannya, sedang sebagiannya lagi tidak pasti dan tidak dapat diantisipasi kelanjutannya.

Pendeknya keadaan eksternal dan internal organisasi perusahaan sama mengalami gejolak
atau perubahan besar (turbulence), mengalami banyak kerumitan (complexities), banyak
kesemrawutan (chaos), yang umumnya berakhir dengan krisis serta kerugian besar.

Maka lahir pemikiran-pemikiran manajemen baru. Prinsipnya ialah bahwa sistem manajemen
baru haruslah responsif pada perubahan. Banyak perusahaan yang skala produksinya amat
besar dan rata-ratanya uniform. Maka setelah penelitian dan uji-coba, sejumlah praktek yang
memuat nilai-nilai lama ditinggalkan, dan menggantinya dengan yang baru.

Terkait erat dengan prinsip-prinsip manajemen mutu, dan meneruskan kelengkapannya,


adalah prinsip-prinsip Manajemen Strategik. Beberapa prinsipnya dapat dikemukakan dengan
ringkas sebagai berikut.

a. Ada kajian terus-menerus sebagai pendahuluan terhadap faktor-faktor lingkungan


eksternal dan internal yang strategik, yang sudah terkenal atau lazim dengan nama SWOT
Analysis.
Konsep-konsepnya diarahkan untuk mengetahui di mana posisi komparatif dan kompetitif

3
dari organisasi ybs. pada saat ini, mana/apa faktor-faktor yang merupakan kekuatan
(Strength), mana/apa yang merupakan kelemahan (Weakness), mana yang merupakan potensi
dan peluang (Opportunity) untuk dikembangkan, dan mana yang (dapat) merupakan ancaman
(Threat) yang harus dihindari.

b. Pimpinan harus punya visi masa depan (future vision), perspektif masa depan (future
perspectives), skenario masa depan (scenario of the future). Harus ada kajian juga tentang
kemungkinan adanya kondisi-kondisi yang khusus.
Dalam konteks itu, khususnya harus ada fokus tentang produk dan pasarnya yad.
Tentang ini tentu ada unsur-unsur persamaan dengan yang sudah ada pada pihak lain, namun
sekaligus juga mesti ada unsur-unsurnya yang berbeda dan lebih unggul/istimewa (different
and distinctive),

c. Jadi mesti ada kejelasan tentang posisi berikut produk serta pasarnya dari oganisasi ybs.
saat ini, dan posisinya itu nanti 4 atau 5 tahun yad. Di sini ada analisa kesenjangan (gap
analysis), dan hasilnya menuntun pada perencanaan Kebijakan Publik dan strategi.

d.. Selanjutnya ada tingkat-tingkat strategi yang satu sama lain menunjukkan sistem
hubungan yang (dituntut) saling memberi peluang dan menguatkan. Tingkat strategi itu, yang
nanti akan diuraikan detilnya, mencakup:

---. Strategi korporet (tingkat organisasi tertinggi kewenangannya),


---. Strategi bidang/produk yang diunggulkan secara kompetitif,
---. Strategi fungsional secara operasional.

BAHAN DISKUSI KELOMPOK

Berpedoman pada Kaplan dan Norton, konsep Manajemen Strategik dapat diurai secara
praktis dengan bantuan BSC (Balanced Score Card), yang intinya berpusat pada
Visi/Misi/Strategi, sedang sayapnya atau perspektifnya mencakup:

Ke-1. Produk/output, dengan mengidentifikasikan output, bahan, desain dan proses produksi,
serta teknologinya,
Ke-2. Personel, dengan tugasnya, keahliannya, kesediaan belajarnya, hubungan kerja sama,
teamwork, dalam konteks sistem organisasinya,
Ke-3. Pelanggan, stakeholder, dan pasar yang dilayani dengan produk, ataupun pasar yang
melayani dengan bahan baku/mentah,
Ke-4. Dana untuk sarana produksi, sarana administrasi, dll. anggaran keuangan.
penerimaan/pendapatan dan pengeluaran/biaya (modal, operasional) serta pembukuannya.

2. Dari Didik, Didikan ke Sistem Pendidikan

Sebelum melangkah lebih jauh, kita hendaknya makin memahami hal-ihwal sesunguhnya
tentang pengertian apa yang dimaksud, jika kita sehari-hari membicarakan/mendiskusikan
soal pendidikan dengan berbagai masalahnya.

Maka, dalam hal ini kita, terutama yang punya perhatian khusus terhadap masalah dan
perkembangannya dalam bidang Sistem Informasi Manajemen Pendidikan (= S I M P ),
perlu punya batasan pengertian yang jelas, baik ruang lingkupnya maupun unsur-unsurnya,
seperti tentang:

- didik, didikan, mendidik, tujuan mendidik, isi/materi, cara atau metode mendidik,

4
terdidik. Jadi, itu menyatakan kegiatan yang bertujuan, dalam bentuk kegiatan dan
untuk tujuan mencapai tertentu, dengan melakukan kegiatan berikut cara-cara tertentu.
(Bandingkan dengan ajar, ajaran, mengajar, tujuan mengajar, bahan dan metode
mengajar, terpelajar!)

- pendidikan, unsur-unsur dan aspek-aspek pendidikan, sistem pendidikan, (Bandingkan


dengan pengajaran, unsur-unsur pengajaran, sistem pengajaran, sistem pembelajaran!,

- filsafah pendidikan, sosiologi pendidikan, psikologi pendidikan, teknologi pendidikan,


paradigma pendidikan, (Bandingkan dengan yang serupa yang merujuk pada
pengajaran!),

- sistem pendidikan nasional, undang-undang dan perundang-undangan tentang sistem


pendidikan nasional, yang mencakup dasar dan tujuannya, lingkungan eksternalnya,
mutunya, fungsinya, kembaliannya, bidangnya, tingkatnya, jalurnya, kesiswaannya,
ketenagaannya, biayanya! (Bandingkan dengan yang serupa yang merujuk pada sistem
pengajaran nasional!)

Untuk kepentingan memahami serta memperbaiki mutu, relevansi, pemerataan, produktifitas,


efisiensi, dan akontabilitas sistem pendidikan nasional itu, maka sekali lagi ditekankan di sini
bahwa kita sekaligus harus menguasai arti, batasan, dan fungsi dari:

(a) fakta-fakta tentang pendidikan,


(b) data-data tentang pendidikan,
(c) informasi tentang pendidikan,
(d) Sistem Informasi tentang pendidikan,
(e). Sistem Informasi Manajemen tentang pendidikan (SIMP).

Untuk kajian yang sederhana, ambillah sebuah kasus, untuk mendeskripsikan dan
menganalisis keberadaan dan posisi dari sebuah satuan pendidikan: Ambillah kasus sebuah
Sekolah Dasar, atau Sekolah Menengah, atau Perguruan Tinggi, atau Pesantren, atau PKBM.

Sistem Informasinya akan berkenaan dengan: tahun berapa didirikannya, oleh siapa, dengan
dorongan siapa, berdasar Sk atau akta, atau keputusan siapa? Keadaan sosial-ekonomi-budaya
apa, lalu dasar pertimbangan serta tujuan apa, juga potensi apa yang merupakan latar
belakang historis serta rasionale didirikannya satuan pendidikan ybs? Jika ada, siapa-siapa
sebagai pelopor atau pendukung utama?

Adakah dirumuskan visi-misi, tujuan umum jangka panjang (goals) dan jangka menengah
(objectives) yang ingin dicapai? Apa nilai-nilai esensial sebagai dasar/landasan dari
mendirikan satuan pendidikan itu, dan apa nilai-nilai esensial yang hendak dicapainya, untuk
kepentingan siapa atau siapa yang dijadikan khalayak sasarannya? Apa yang ingin dan hendak
dicapai selama dan sesudah selesai mengikuti kegiatan-kegiatan pendidikan di sana?

Maka posisi apa dan/atau hubungan fungsional serta hubungan struktural bagaimana, yang
hendak dicapai oleh satuan pendidikan ybs. dalam keterkaitan eksternalnya? Adakah saling
memerlukan dan saling membantu, saat ini dan di kemudian hari? Bentuk kerjasama apa dan
dengan siapa yang akan dibina dan dikembangkannya?

Lalu bagaimana kenyataan faktual atau data empirik tentang:

--. deskripsi tentang bentuk dan tata organisasi (fungsional dan struktural) internal,
--. pembagian tugas dan tanggung jawab,

5
--. kepemimpinan dan manajemen,
--. kurikulum-susunan mata pelajaran dan satuan acara pelajaran,
--. guru dan personel lain, serta jumahnya,
--. siswa, per tingkatan, dan jumlahnya,
--. hasil ujian harian, tahunan, ujian sekolah, dan ujian akhir nasional,
--. alumni, dan jumlahnya,
--. pekerjaan alumni, dan peranannya dalam lingkungan tempat bekerja
dan di masyarakat
--. tanah, pekarangan, lapangan olah raga, bangunan, ruangan,
perlengkapan, peralatanm sebagai sarana, prasarana, baik jumlah
satuan dan harganya,
--. penerimaan uang dan pengeluaran tahunan, per mata anggaran,
--. sistem pelaporan, berikut kandungan item-nya, baik sebagaimana
direncanakan maupun yang secara aktual dijalankan, oleh satuan
pendidikan ybs? Dilaporkan dan dipertanggungjawabkan oleh siapa
kepada siapa?

Untuk dapat diperolehnya SI Manajemen Pendidikan, harus ada unit organisasi dengan
pemimpin dan stafnya yang diberi tanggung jawab atas keberadaan serta keberlangsungan
sistem input - proses - output mengenai informasi manajemen pendidikan ybs.

Ada alur data, dari mana input datanya, ke mana disalurkan, bagaimana dan oleh siapa
diprosesnya, hingga bentuk akhirnya? Lalu untuk kepentingan dan tujuan apa, dan yang
dikerjakan oleh siapa/pejabat mana, dan dteruskan kepada siapa?

BAHAN DISKUSI:

Apa yang jadi kebanggaan, juga yang jadi keprihatinan di lingkungan internal dan lingkungan
eksternal dari lembaga pendidikan yang dipilih kelompok belajar sebagai kasus?

Adakah data dan informasinya yang relevan? Beri fokus, dan buatlah satu deskripsi serta
analisis tentang apa sebab-sebab utama sehingga terjadi demikian.

Siapa yang menjalankan peran apa?

Lalu apa implikasinya untuk kebijakan dan manajemen strategik di tahun-tahun berikutnya!

Pendalaman Konsep SIM dan SIM Pendidikan

Tetkala mendiskusikan masalah Sistem Informasi Manajemen Pendidikan (atau singkatkan


saja SIM P), maka para peminat kajian di bidang ini tentu mengutama-kan tinjauannya dari
sudut manajemen pendidikan. Dengan lain perkataan, mereka tentu harus dan akan
mendudukkan serta memperlakukan informasi yang bersistem tentang pendidikan itu, dan
dalam konteks manajemen!

Dalam hal ini, selanjutnya kita semua sudah amat sering mendengar, dan sudah tahu bahwa
salah satu tujuan dari kebijakan nasional dalam pembangunan di sektor pendidikan yang amat
penting adalah peningkatan mutunya.

Masyarakat sendiri dan kita yang bergerak dalam bidang pendidikan harus bersungguh-
sungguh turut melibatkan diri dalam kebijakan tsb, karena kita sebenar-benarnya sudah
terlambat dan tertinggal banyak dan jauh, jika mau mengadakan studi banding tentang
6
sejumlah aspek dari mutu pendidikan itu dengan yang serupa dari negara-negara tetangga
seperti Singapore dan Malaysia..

Untuk itu, dari sudut dan dengan konsep-konsep Manajemen Mutu Pendidikan, kita harus
memahami soal dan masalah mutu pendidikan, dan pendidikan yang bermutu ini, dengan
jalan terus-menerus makin lebih mendalami:

a.. kriteria, atau batasan pengertian tentang mutu sistem pendidikan, dan
pendidikan cq. mendidik yang bermutu. Dapat ditegaskan konsep MUTU dan BERMUTU
itu, mengandung NILAI. Sedang NILAI itu dapat merujuk pada nilai teologik, nilai logik,
nilai etik, nilai estetik, dan nilai teleologik, satu per satu dan agglomeration(pengelompokan)-
nya!

b.. dimensi berikut aspek-aspek dari mutu sistem pendidikan, dan pendidikan
cq. mendidik yang bermutu. Dapat dikemukakan dimensi dan aspek-aspek yang dimaksud
supaya bermutu itu, secara garis besarnya mencakup : Dasar dan tujuan, Kebijakan publik,
manajemen, organisasi pengelola/penyelenggara, siswa/ pembelajar, kurikulum, evaluasi,
guru dan tenaga kependidikan, dana dan perlengkapan!

c. indikator, atau fakta, data dan informasi yang relevan dengan mutu dari sejumlah
dimensi/aspek sistem pendidikan, atau pendidikan cq. mendidik yang bermutu. Di sini dapat
dikemukakan contoh-contoh indikator kebermutuan sistem pendidikan, seperti bahan
ajar/diskusi merujuk pada nilai-nilai etika menurut agama, atau tentang perilaku sopan-santun
yang bertanggung jawab, atau pada kondisi lingkungan alam yang ada di sekitar. Tidak
kurang pentingnya, dalam indikator itu merujuk pada latar belakang atau sebab-sebabnya dari
yang terjadi atau fakta kenyataan sebagimana adanya!.

d..ukuran tentang mutu sistem pendidikan, dan pendidikan cq. mendidik yang bermutu,
berapa tinggi atau rendah, juga dengan standar-standar mana, dan diperbandingkan dengan
standar-standar mana, serta pada waktu /periode mana!. .

Dalam pengertian umum keseharian, mutu sistem informasi manajemen pendidikan (SIM P)
dapat diobservasi pada:

-. Hasil belajar, proses belajar mengajar, sistem penilaian, sistem administrasi, sistem
pengadaan dan penggunaan sumber daya yang melayani atau mendukung belajar-mengajar,

-. Kinerja satuan sistem pendidikan pada tingkat mikro, yaitu di satuan-satuan


Sub-Topik penyelenggara pendidikan, seperti sekolah, madrasah, kursus, dan keluarga
ke-3. (lingkungan pendidikan formal, nonformal, informal),
Pendalam
an Konsep -. Kinerja satuan sistem pendidikan pada tingkat messo, yaitu di satuan-satuan program
SIM dan studi atau bidang studi tertentu, seperti pendidikan bahasa, atau pendidik-an teknik bangunan
SIM Pendi dll. di seluruh struktur hierarkinya. Tingkat messo dapat juga berkenaan dengan sesuatu
dikan satuan input yang merupakan pendukung pendidikan, umpamanya keseluruhan ketenagaan
atau keuangan tentang dan yang berkenaan dengan pendidikan informal, non-formal, dan
formal,

-. Kinerja satuan tingkat makro, yaitu pada satuan-satuan organisasi, biasanya berstatus
hukum publik yang mengelola keseluruhan tingkat dari sistem pendi-dikan.pada wilayah
administratif atau daerah otonom tertentu, atau bahkan di seluruh negara tertentu secara
nasional.

7
Mutu pendidikan juga merujuk pada proses dan hasil belajar siswa/peserta didik, pada proses
pengajaran oleh guru/pelatih, pada sumber bahan ajar, pada penggu-naan alat bantu belajar-
mengajar, pada sistem penilaian proses dan hasil belajar, pada bantuan layanan administratif,
untuk mencapai tingkat produktifitas dan efektifitas yang optimal.

Dalam kebermutuan itu termuat juga produktiftas, yaitu yang mencakup:


--. proses serta hasil akhir belajar yang lebih baik dari yang direncanakan,
-- fungsi dan pengadaan, penggunaan, dan pemeliharaan prasarana, sarana, perlengkapan dan
alat-alat sesuai standar dan prosedur yang dipraktekkan lebih baik dari yang direncanakan.

Lebih lanjut soal mutu pendidikan itu harus mencakup indikator atau datanya yang faktual.
Segi ini berkenaan dengan kenyataan yang dilakukan sejak para perumus kebijakan publik,
para perencana, birokrasi/penyelenggara, dan lebih lanjut khususnya para pelaku (yaitu
pembelajar dan pengajar) yang terlibat aktif dan berkepentingan.

Maka berhubung dengan itu, perlu diketahui mengenai mutu sistem pendidikan itu, dengan
memperhatikan tentang faktor-faktor lingkungan, inputnya, output (hasil), proses (kegiatan),
dibandingkan dengan standar-standar tertentu.

Dan untuk itu, haruslah dipahami apa faktor-faktor yang terlibat, mana faktor-faktor yang
berpengaruh? Dapatkah ditelusuri dan diidentifikasi ”biang keladinya” dari kebermutuan dan
perusak mutu pendidikan itu, dalam kompleksitas hubungan antara berbagai faktor itu?
SIMDIK adalah sebuah sistem informasi untuk kebutuhan manajemen lembaga pendidikan
dalam hal ini adalah sekolah. Sekolah yang dapat di cover dengan SIMDIK ini adalah sekolah
TK, SD, SMP, SMA dan sederajat.
SIMDIK dikembangkan secara terpadu dimulai dari proses operasional pendaftaran siswa
baru, proses akademik, pengelolaan keuangan, sampai operasional siswa menjadi alumni.
SIMDIK merupakan core proses operasional sekolah.
SIMDIK juga dirancang sesuai dengan standar JARDIKNAS. Segala kebutuhan pelaporan
dari sekolah ke Dinas Pendikan Daerah maupun untuk kebutuhan Depdiknas dapat dilakukan
Sub-Topik dengan mudah. Dengan adanya SIMDIK manajemen pendidikan menjadi lebih mudah dan
ke-3. terkontrol.
Pendalam
an Konsep
SIM dan Latar Belakang
SIM Pendi  Pemanfaatan ICT dalam bidang pendidikan sudah sangat diperlukan dalam proses
dikan pengelolaan sekolah, baik dalam hal pengelolaan administrasi akademik, administrasi
kepegawaian, dan untuk proses pelaporan.
 Kebutuhan aplikasi database yang dapat mengelola data dan informasi sekolah,
manajemen sekolahan, dan konten-konten pengajaran dan pembelajaran.
 Kebutuhan untuk menyediakan laporan-laporan dari sekolah secara cepat dan valid
kepada instansi terkait, seperi laporan ke Diknas Pendidikan Daerah maupun laporan
ke Departemen Pendidikan Nasional.

Tentang Sistem Informasi Manajemen Sekolah

 Sistem Informasi Manajemen sekolah adalah konsep manajemen sekolah


menggunakan ICT.
 Sistem Informasi Manajemen sekolah merupakan konversi manajemen sekolah secara
manual ke Sistem manajemen sekolah berbasis program komputer (database).
 Sistem Informasi Manajemen sekolah adalah proses manajemen data akademik dan
data pendukung akademik secara mudah, cepat dan efisien.

8
Nilai Lebih SIMDIK

 Sesuai standar JARDIKNAS (Departemen Pendidikan Nasional), sehingga pembuatan


laporan dari masing-masing sekolah maupun dari Dinas Pendidikan dapat dengan
mudah dan cepat di sampaikan tanpa harus membuat laporan ulang dan tanpa harus
mencetak laporan, hal ini karena format laporan dan jaringan sudah disesuaikan dan
menggunakan konsep singkronisasi online.
 Kemudahan dan kecepatan proses pengolahan, penyimpanan, pencarian, pelaporan
data dan informasi yang dibutuhkan.
 Dikembangkan secara integrated untuk kebutuhan administrasi akademik sekolah.
 Sistem dapat disesuaikan dengan kebutuhan lembaga/institusi pendidikan terkait.
 Secara teknis, proses instalasi dan setup yang mudah.
 Tampilan user friendly dengan mengadopsi interface Office 2007.
 Harga lisensi yang sangat kompetitif.

Cakupan SIMDIK
Ruang Lingkup SIMDIK Back-office :

1. Koneksi dan setting

Identitas sekolah, setting tahun ajaran, seting kurikulum, koneksi database, dan format
tanggal.
2. PengelolaanKesiswaan
Pengelolaan biodata masing-masing siswa, beasiswa, kasus kedisiplinan, data
kesehatan, data periksa, prestasi, perpindahan (mutasi) siswa, sampai pengelolaan data
alumni.
3. PengelolaanAkademik
Laporan nilai hasil ujian secara periodik, data nilai KTSP, data nilai KBK, data
absensi, data bimbingan dan penyuluhan, data kasus siswa, rencana pengajaran,
pengelolaan mata pelajaran, penjadwalan, dan prestasi akademik.
4. Pengelolaan Guru dan Karyawan

Manajemen biodata guru dan karyawan, data keluarga, riwayat pendidikan,


pendidikan tambahan(kursus, training, seminar, workshop dsb).

5. Pengelolaan Keuangan

Manajemen pembayaran biaya pendidikan, administrasi dana BOS (Bantuan


Operasional Sekolah)dan penggunaannya, biaya tambahan, seperti : biaya praktikum,
biaya ekstra, dll.

6. Pengelolaan Perpustakaan

Pengelolaan buku (judul, kategori & deskripsi), status keanggotaan dan peminjam,
stock inventory, Jurnal keluar masuk buku, laporan-laporan terdiri dari : statistik
peminjaman, statistik keluar masuk buku, rekap peminjaman, dan rekap
pengembalian.

7. Pelaporan
Pelaporan siswa (induk siwa, kesehatan, periksa kesehatan, biasiswa, kasus, dan
bimbingan) per siswa, per kelas dan seluruh siswa, pelaporan guru/pegawai (induk

9
pegawai, bidang pengajaran), rencana pengajaran, nilai, kelulusan, statistik dan
laporan ke DEPDIKNAS (data sekolah, siswa dan guru)
8. Bank Soal

Pengolahan data bank soal, penyimpanan soal,pencarian

TUGAS KELOMPOK BELAJAR

Siswa ditugasi dan dipersilahkan meyusun konsep tertentu tentang mutu sistem pendidikan,
tentang mutu SI Manajemen Pendidikan, tentang pendidikan cq. tentang mutu mendidik,
dan menemukan data empirik sebagai pendukungnya!

Terhadap sistem pendidikan yang bermutu (dan/atau tidak bermutu) itu, dan terhadap sistem
mendidik yang bermutu itu, dan terhadap sistem belajar yang bermutu itu, kembangkanlah
Sistem Informasi Manajemennya, yaitu di mana dan seberapa besar pengaruh faktor siswa,
faktor guru, faktor Kepala Sekolah/PT/ Lembaga, faktor Birokrasi, faktor Kurikulum, faktor
Dana, dll.

Kita juga sudah sering mendengar dan mengenal bahwa salah satu tujuan dari kebijakan
pembangunan nasional di sektor pendidikan adalah peningkatan efisiensi.

Masyarakat sendiri dan kita yang bergerak dalam bidang pendidikan harus bersungguh-
sungguh turut melibatkan diri dalam kebijakan tsb, karena kita sebenar-benarnya sudah
terlambat dan tertinggal banyak jika mau mengadakan studi banding dengan sistem
pendidikan pada negara-negara tetangga seperti Singapore dan Malaysia.

Untuk itu, kita harus memahami masalah efisiensi pendidikan ini dengan jalan mendalami:

--. kriteria, parameter, atau batasan pengertian tentang efisiensi sistem


pendidikan, tentang pendidikan cq. belajar-mengajar yang efisien,
--. dimensi berikut aspek-aspek dari efisiensi sistem pendidikan, dari pendidikan
cq. mendidik yang efisien,
--. indikator, atau data yang relevan dengan efisiensi pendidikan, dengan
pendidikan cq. mendidik yang efisien,
--. ukuran tentang efisiensi pendidikan, tentang pendidikan cq. mendidik yang
efisien..

Dalam pengertian umum, efisiensi pendidikan merujuk pada layanan pendidikan, khususnya
kegiatan belajar-mengajar, yang produktif dan efektif. Atau dengan perkataan lain, bahwa:
-.. proses serta hasil akhirnya lebih besar/banyak dan lebih baik/unggul,
-.. biaya dan waktunya lebih rendah/kecil/sedikit,
dibandingkan dengan yang direncanakan. Dalam hubungan ini, tentu harus ditemukan satuan-
satuan input seperti sarana dll, satuan-satuan kegiatan, dan satuan-satuan output sebagai
hasilnya.

Juga di sini amat perlu dikaji secara teliti tentang bentuk pendidikan mana (baca: informal,
nonformal, formal), tingkat pendidikan mana, dan bidang serta jenis pendidikan mana
(termasuk pengajian, majlis taklim, dsb) yang –menurut kebijakan Pemerintah itu—yang
harus direncana serta diselenggrakan secara efisien itu. Lalu mana data, informasinya,
informasi sebagai satu sistem dan ditinjau dengan kacamata manajemen pendidikan!

10
Lebih lanjut soal efisiensi pendidikan itu mencakup indikator atau datanya yang faktual. Segi
ini berkenaan dengan kenyataan yang dilakukan para perencana, birokrasi/penyelenggara,
khususnya para pelaku (yaitu pembelajar dan pengajar) yang terlibat, yang berkewajiban, dan
yang berkepentingan. Maka perlu dapat diketahui soal efisiensi pendidikan itu, dengan
memperhatikan tentang output (hasil), proses (kegiatan), input (masukan, biaya), yang
akhirnya dapat diterjemahkan dalam rupiah.

Itu semua mencakup soal efisiensi pada satuan-satuan organisasi, seperti:

a) badan dan lembaga yang berkewajiban, bertanggungjawab menetapkan kebijakan publik,


yaitu pembangunan nasional dan daerah di sektor pendidikan, termasuk aparat birokrasinya,
yaitu untuk:

i. tujuan umum sistem pendidikan,


ii. urusan struktur organisasi umum,
iii. urusan kesiswaan,
iv. urusan guru dan tenaga kependidikan,
v. urusan anggaran (dana) bagi pembangunan dan pemeliharaan
prasarana, pengadaan sarana dan fasilitas, serta siswa dan personel.

b) badan dan lembaga penyelenggara pendidikan, seperti untuk:


i. tujuan umum sistem pendidikan pada tingkat ini,
ii. urusan administratif umum,
iii. urusan kesiswaan,
iv. urusan guru dan tenaga kependidikan lain,
v. .. urusan perlengkapan dan fasilitas belajar-mengajar,
vi... urusan anggaran dana bagi perlengkapan dan fasilitas belajar-
mengajar,

Juga penting dimengerti, ditetapkan, dijelaskan ukuran-ukuran tentang macam-macam


efisiensi pendidikan itu, seperti:

-.. efisiensi satuan-satuan birokrasi yang memberi layanan administratif umum pada
pendidikan informal, non-formal, formal tingkat dasar, menengah, dan tinggi,
-.. efisiensi satuan-satuan /badan-badan penyelenggara pendidikan informal, non-formal,
formal pada tingkat dasar, menengah, dan tinggi.

BAHAN DISKUSI:

Kelompok Belajar Siswa ditugasi dan dipersilahkan meyusun konsep tertentu tentang
efisiensi penyelenggaraan sistem pendidikan, yaitu:

1). pada tingkat politik dan kebijakan publik,


2). pada tingkat pemerintahan dan birokrasi penanggung jawab,
3). pada tingkat satuan penyelenggara pendidikan,
dan menemukan data serta informasi yang relevan dari sudut manajemen!

Seberapa tinggi atau rendah efisiensinya? Mana data dan informasinya yang relevan?

Siapa atau kelompok mana, di tingkat mana (berstandar Internasional, berstandar nasional),
dan pada bidang mana di jajaran mana yang paling efisien, dan paling tidak efisien?

11
Apa sebab-sebabnya demikian? Mana yang mendukung dan mana yang justru menghambat?

Lalu apa yang harus dan dapat dikerjakan untuk perbaikannya?

Sub-Topik ke-2. Keberadaan SIM Pendidikan Kita Dewasa ini

Secara kongkret dan sebenarynya amat menantang adalah keberadaan berikut masalah-
masalah tentang dan sekitar Sistem Informasi Manajemen Pendidikan (S I M P) kita
dewasa ini.

Sesuai dengan tujuan dan ruang lingkup Mata Kuliah ini, kita hendaknya tidak henti-hentinya
belajar serta mempelajari sistem pendidikan kita itu, khususnya dari sudut Informasi dan
Manajemennya, dan lebih khususnya lagi sesuatunya secara Sistem.

Kita bertugas menguasai data dan informasi, serta pandai-pand ai menganalisis keberadaan
dan posisi sistem pendidikan kita di Kota kita (kasus dipilih oleh masing-masing Kelompok
Belajar Siswa). Dalam konteks itu, tinjau lebih dulu dasar/landasan hukum tata negaranya,
hukum administrasi negara, tentang:

--. Pemerintah Kota, badan eksekutif dan legislatif, dasar hukum pendirian, pembagian
kewenangan, tugas dan tanggung jawab, khususnya mengenai satuan organisasi yang diberi
12
tanggung jawab mengelola urusan pendidikan dasar dan menengah,

--. status hukumnya sebagai badan hukum publik, sejauh mana UU telah memberi
kewenangan otonom dalam bidang pendidikan sebagai urusan fungsionalnya, dan dalam
urusan-urusan apa serta sejauh mana ditetapkan untuk menjalankan tugas pembantuan,

--. Visi dan Misi, Rencana Strategis (4 – 5 tahunan). Apa yang dirumuskan sebagai
tujuan umum jangka panjang (goals) yang hendak dicapai? Apa nilai-nilai esensial dari
lingkungan alam, juga dari lingkungan sosial-ekonomi-politik-budaya, sebagai konteks
eksternal?

Lalu apa nilai-nilai esensial yang melekat dan karakteristik dari sistem pendidikan, belajar-
mengajar, yang hendak dicapai Pemda Kota ybs., untuk kepentingan siapa, yaitu siapa-siapa
yang dijadikan khalayak sasarannya?
Sudah sejauh mana nilai-nilai itu telah tercapai, pada tiap tingkat, dan bidangnya? Apa pula
faktor-faktor pendukung maupun penghalangnya yang dominan?

Maka posisi apa dan/atau hubungan fungsional serta struktural bagaimana, yang hendak
dicapai oleh Pemda ybs. cq. Dinas Pendidikan ybs. dalam keterkaitan eksternalnya? Bentuk
kerjasama apa dan dengan badan-badan mana yang dibina dan dikembangkannya?

Lalu apa serta bagaimana kenyataan faktual atau data empirik tentang:
--. Pembagian serta hubungan tanggung jawab berikut kewenangan antara badan
eksekutif dan legislatif ybs, secara hukum tata negara, hukum tata usaha negara, maupun
secara politik?
--. Uraian atau deskripsi tentang bentuk dan tata organisasi (fungsional dan
struktural) internal dari Dinas Pendidikan ybs,
--. pembagian tugas dan tanggung jawab,
--. kepemimpinan dan manajemen,
--. prinsip-prinsip kurikulum dan pengorganisasiannya (KTSP),
--. guru dan personel lain, pengangkatan serta jumahnya,
--. siswa, per tingkatan, dan jumlahnya,
--. sistem penilaian dan ujian sekolah, termasuk hasilnya,
--. alumni, dan jumlahnya, di mana mereka bekerja, apa sumbangan kepada
lingkungannya,
--. tanah, pekarangan, lapangan olah raga, bangunan, ruangan, perleng-
kapan, peralatan sebagai sarana, prasarana, baik jumlah satuan dan
harganya per sekolah, dan kantor UPT/KCD,
--. penerimaan dan pengeluaran uang bulanan dan tahunan, per mata
anggaran,
--. sistem pelaporan, berikut kandungan item-nya, baik sebagaimana
direncanakan maupun yang secara aktual dijalankan, oleh Dinas
Pendidikan ybs? Di mana kesenggangannya, dan apa faktor-faktor
penyebabnya, di tingkat mana, oleh siapa?

BAHAN DISKUSI KELOMPOK BELAJAR.

Apa kinerja yang paling menggembirakan, atau pun yang paling memprihatinkan dari kinerja
sistem pendidikan, dan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan di tingkat Kota ini? Badan
mana yang paling bertanggung jawab langsung atas Sistem Informasi Manajemen
Pendidikan?

Adakah sesuatu hal yang menarik sebagai fokusnya dalam arti positif dan dalam arti negatif?

13
Bagaimana keterhubungan fungsional dan struktural antar-faktor dan antar-variabelnya?

Lebih mendalam lagi: Apa sebab terjadi demikian, mana faktor-faktor dominan?

Lalu apa implikasinya untuk perencanaan Kebijakan Publik di bidang ini di tahun berikutnya!

5. Sub-Topik ke-5. Implikasi untuk Perbaikan dan Pengembangan

Pesan-pesan Manajemen Strategik dan Manajemen Mutu yang selalu harus dikumandangkan
dan terus mengumandang itu, mencakup:

a. Kinerja bermutu itu mengandung sesuatu perbedaan dan keunggulan lebih dari yang lain
atau umumnya!

b. Kinerja bermutu itu mesti merujuk pada sistem nilai secara terintegrasi secara optimal!
(Logik, Etik, Estetik, Teleologik, dan Teologik!)

c. Mutu atau kebermutuan itu mesti jelas nilai-nilainya, sebab Mutu merupakan nilai-tambah,
bahkan satu mata-rantai dari banyak nilai-tambah.

d. Kinerja bermutu itu selalu mengutamakan teamwork!

e. Kinerja hari ini mesti Lebih Baik, tegasnya lebih Bermutu dari yang kemarin!

f. Kinerja Bermutu itu menjunjung standard. Ia tepat waktu. Kinerja bermutu itu bebas dari
kesalahan! Yaitu kinerja yang lebih produktif, lebih efektif, lebih efisien dari yang
direncanakan!

g. Meningkatkan kinerja bermutu itu adalah satu rangkaian upaya dan usaha secara
berkelanjutan, alias terus-menerus! Ia harus membudaya dan dipraktekkan setiap hari dengan
penuh disiplin dan semangat tinggi! Orang Jepang menye-
butnya semangat KAIZEN!

h. Kebermutuan itu memuaskan pelanggan dan para stakeholder!

Sebagaimana pesan-pesan di atas dari konsep Manajemen Strategik (dan Manajemen Mutu),
kinerja dan capaian hari besok haruslah lebih bermutu daripada hari ini.

Tegaskan pepatah dan nasehat agar supaya lebih baik itu, dalam arti lebih bernilai, yaitu lebih
baik, lebih tepat, lebih indah, lebih berguna, dari hari ini!

Bagi kita, semua itu sekaligus lebih mendalam dan meluas secara budaya!

Bahkan sekaligus makin mendekati ampunan, rohmat, barokah Allah swt. Kita selalu
berpegang pada pesan-pesan berikut:

 lil-laah, yaitu karena taat pada Allah,


 ilal-looh, yaitu menuju keridhaan Allah,
 bil-laah, yaitu dengan pertolongan dan bimbingan Allah,
 ma’allooh, yaitu bersama dengan tuntunan Allah!

14
Fakta dan data pendidikannya kita usahakan lebih jelas terurai!

Dari fakta dan data itu, dengan memilih konsep-konsep yang relevan, kita bangun jadi
informasi! Sedang informasi itu kita susun secara sistemik, sehingga dapat jadi sistem
informasi, dapat lebih berarti dan bermakna.

Lalu sistem informasi itu kita dudukkan dalam lingkup Manajemen, dan dimaknai dengan
teori serta konsep-konsep Manajemen Mutu serta Manajemen Strategik.

Hubungan korelasional dan hubungan sebab-akibat antara fakta-fakta itu kita usahakan terus
supaya mencapai nilai-tambah yang makin bermutu!

6. Sub-Topik ke-6. SIM Pendidikan: Makro – Meso – Mikro (jadi tugas UTS bagi
mahasiswa Jakarta, membuat SIM sekolahnya masing-masing ).

Sesudah tingkat Kota, kajian SI Manajemen Pendidikan tingkat makro itu, baiklah kita
teruskan pada Tingkat Kabupaten. Mungkin kisi-kisinya sama atau serupa saja!

Sebagaimana halnya dengan tingkat Kota, tugas kita ialah mendeskripsikan serta
menganalisis keberadaan sistem pendidikan di Kabupaten pilihan itu (kasus dipilih bersama
siswa), dengan kacamata konsep serta datanya yang relevan dengan Sistem Informasi
Manajemen.

Pertama-tama, kita perlu mengadakan tinjauan hukum tata negara dan hukum administrasi
negara, tentang:

--. Pemerintahan Kabupaten ybs, badan eksekutif dan legislatif, dasar hukum pendirian,
pembagian kewenangan, tugas dan tanggung jawab, khususnya mengenai satuan organisasi
yang diberi tanggung jawab mengelola urusan pendidikan dasar dan menengah,

--. status hukumnya sebagai badan hukum publik, sejauh mana otonom dalam bidang
pendidikan itu tentang urusan-urusan fungsionalnya, dan dalam urusan-urusan apa serta
sejauh mana sebagai badan yang diberi tugas de-konsentrasi.
Ibu Lulu farida berkomentar positif (A)
 Bapak Sugiyono (A/B)ttg bantuan RKB namun tdk ada muridnya.
 Keberanian kepsek negeri kerjasama dg sekolah luar negeri .
 No.absen 10. Dualisme kepemimpinan yang menjadi arah pertanggungan jawab .
pertama ke kementrian/kep Dinas dan kedua ke pemda. Antara dinas dan pemda dan
kepsek kurang mengindahkan kebjakan /undang-undang. Contoh soal jabatan dua
periode (8 tahun), tapi ternyata sdh mutasi pada tahun
--. Visi dan Misi, Rencana Strategis (4 – 5 tahunan). Apa yang dirumus-kan
sebagai tujuan umum jangka panjang (goals) yang hendak dicapai? Apa nilai-
nilai esensial dari lingkungan alam, juga dari lingkungan sosial-ekonomi-
politik-budaya, sebagai konteks eksternal?
Lalu apa nilai-nilai esensial dari sistem pendidikan yang hendak dicapai Pemda
Kabupaten ybs., untuk kepentingan siapa, yaitu siapa-siapa yang dijadikan
khalayak sasarannya?

Maka posisi apa dan/atau hubungan fungsional serta struktural bagaimana,


15
yang hendak dicapai oleh Pemda ybs. cq. Dinas Pendidikan ybs. dalam
keterkaitan eksternalnya? Bentuk kerjasama apa dan dengan badan-badan
mana yang dibina secara strategik dan dikembangkannya?

Lalu bagaimana kenyataan faktual atau data empirik tentang:


--. Pembagian serta hubungan tanggung jawab berikut kewenangan
antara badan eksekutif dan legislatif ybs, secara hukum tata negara, hukum
tata usaha negara, maupun secara politik?
--. deskripsi bentuk dan tata organisasi (fungsional dan struktural)
internal dari Dinas Pendidikan ybs,
--. pembagian tugas dan tanggung jawab,
--. kepemimpinan dan manajemen,
--. Prinsip-prinsip kurikulum dan pengorganisasiannya, khususnya
tentang
KTSP,
--. guru dan personel lain, pengangkatan serta jumahnya,
--. siswa, per tingkatan, dan jumlahnya,
--. sistem penilaian dan ujian sekolah,
--. alumni, dan jumlahnya, di mana mereka berkiprah, apa
perananya di
sana,
--. tanah, pekarangan, lapangan olah raga, bangunan, ruangan,
perlengkapan, peralatan sebagai sarana, prasarana, baik jumlah
satuan
dan harganya per sekolah, dan kantor UPT/KCD
--. penerimaan dan pengeluaran uang tahunan, per mata anggaran,
--. sistem pelaporan, berikut kandungan item-nya, baik sebagaimana
direncanakan maupun yang secara aktual dijalankan, oleh Dinas
Pendidikan ybs?

BAHAN DISKUSI:

Tentang pendidikan di daerah ini, lalu tentang Sistem Informasi Manajemen Pendidikan di
daerah ini, apa yang paling menarik sebagai fokus, baik positif maupun negatif? Himpun data
pendukungnya yang relevan secara lengkap.

Apa sebab terjadi hal demikian, mana faktor-faktor positif maupun negatifnya?
Bagaimana antar-hubungan dari variabel – variabel itu semua? Adakah yang berperan sebagai
magnetic forces dan driving forces?

Apa implikasinya untuk perencanaan Kebijakan Publik dan manajemen di tahun berikutnya!

Lebih lanjut, kita teruskan dengan mendeskripsikan keberadaan Sistem Informasi Manajemen
Ppendidikan di tingkat Provinsi, d.h.i. Provinsi Jawa Barat (kasus lain dipilih kelompok
siswa ybs).

16
Hampir sama dengan sebelumnya, perlu sekali ada tinjauan tentang hukum tata negara dan
hukum administrasi negara, tentang:

--. Pemerintah Provinsi Jawa Barat (atau Provinsi lain), badan eksekutif dan legislatif, dasar
hukum pendirian, pembagian kewenangan, tugas dan tanggung jawab, khususnya mengenai
satuan organisasi yang diberi tanggung jawab mengelola urusan pendidikan dasar dan
menengah, atau pun pendidikan tinggi,

--.status hukumnya sebagai badan hukum publik, sejauh mana otonom dalam urusan
fungsionalnya, dan dalam urusan-urusan apa serta sejauh mana sebagai badan de-konsentrasi,

--. Visi dan Misi, Rencana Strategis (4 – 5 tahunan). Apa yang dirumus-kan sebagai tujuan
umum jangka panjang (goals) yang hendak dicapai? Apa nilai-nilai esensial dari lingkungan
alam, juga dari lingkungan sosial-ekonomi-politik-budaya, sebagai konteks eksternal?

Lalu apa nilai-nilai esensial dari sistem pendidikan yang hendak dicapai Pemda Provinsi ybs.,
untuk kepentingan siapa, yaitu siapa-siapa yang dijadikan khalayak sasarannya?

Maka posisi apa dan/atau hubungan fungsional serta struktural bagaimana, yang hendak
dicapai oleh Pemda ybs. cq. Dinas Pendidikan ybs. dalam keterkaitan eksternalnya?

Bentuk kerjasama apa dan dengan badan-badan mana yang dibina dan dikembang-kannya?
Cari latar belakang sebab dan tujuannya yang hendak dicapai!

Lalu bagaimana kenyatan faktual, atau data empirik tentang:

--. Pembagian serta hubungan tanggung jawab berikut kewenangan antara badan eksekutif
dan legislatif ybs, secara hukum tata negara, hukum tata usaha negara, maupun secara politik?

--. deskripsi bentuk dan tata organisasi (fungsional dan struktural) internal dari Dinas
Pendidikan ybs,
--. pembagian tugas dan tanggung jawab,
--. kepemimpinan dan manajemen,
--. Prinsip-prinsip kurikulum dan pengorganisasiannya (KTSP),
--. guru dan personel lain, pengangkatan serta jumahnya,
--. siswa, per tingkatan, dan jumlahnya,
--. sistem penilaian dan ujian sekolah,
--. alumni, dan jumlahnya, di mana mereka bekerja, apa peranan bagi
lingkungannya,
--. tanah, pekarangan, lapangan olah raga, bangunan, ruangan, perleng-
kapan, peralatan sebagai sarana, prasarana, baik jumlah satuan dan
harganya per sekolah, kantor UPT/KCD dan kantor Dinas Pendidikan
Kota/Kabupaten,
--. penerimaan dan pengeluaran uang bulanan dan tahunan, per mata
anggaran,
--. sistem pelaporan, berikut kandungan item-nya, baik sebagaimana
direncanakan maupun yang secara aktual dijalankan, oleh Dinas
Pendidikan ybs?

Namun yang lebih relevan ialah pertanyaan Bagaimana mengorganisasikan badan atau satuan
organisasi yang bertanggung dengan pengelolaan Sistem Informasi Manajemen bidang
pendidikan itu? Ini harus jelas mengenai:

17
 jenis dan jalur input dan outputnya yang diperlukan.
 oleh siapa dan dengan sistem kerja bagaimana?
 Siapa yang memerlukan informasi itu, untuk kepentingan dan tujuan apa,
melayani siapa, dalam bentuk apa, seberapa sering?
 dukungan dana berapa besar serta perlengkapan/alat2 berapa banyak dan
canggih,
 siapa orang/pejabat sebagai Pemimpin umumnya, sebagai stafnya, dan sebagai
para pembantunya?

BAHAN DISKUSI

Pilihlah topik apa yang jadi fokus, dengan nilainya yang positif maupun yang negatif, tentang
data dan informasi pendidikan, tentang Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, pada
tingkat nasional. .
Mana yang paling menarik perhatian? Apa sebab-sebab langsung dan tidak langsung maka
terjadi demikian, lalu apa implikasinya untuk perencanaan dan manajemen sistem pendidikan
itu di tahun berikutnya!

7. Sub-Topik ke-7. SIM Pendidikan Berbasis Balanced ScoreCard dan IT (TI)


Mari kita belajar dan mempelajari apa yang terkenal dengan BSC. Menguasai konsep atau
prinsip-prinsip BSC, yang meski awalnya berlaku untuk bidang bisnis, akan banyak
kegunaannya bagi kita dalam usaha memperbaiki dan memajukan manajemen pendidikan,
khususnya SIM Pendidikan, dan sistem pendidikannya sendiri.

Tentu dalam hal ini harus ada sikap kritis dan penyesuaian-penyesuaian sesuai kondisi dan
tuntutan nilai-nilai sosio-kultural..Asalnya konsep-konsep BSC diaplikasikan dalam bidang
bisnis dan di Amerika Serikat, sekarang akan diaplikasikan dalam bidang pendidikan di
Indonesia! Tentu dalam hal ini (ada unsur meniru dan komparasinya, juga ada unsur inovasi
dan kekhususannya) kita harus kritis, waspada, namun juga terbuka untuk pemikiran-
pemikiran yang inovatif.

Balanced ScoreCard (BSC), sebagai satu konsep-instrumental manajemen strategik, semula


ditemukan dan diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton.. Awal-awalnya BSC ditemukan
sebagai respons terhadap krisis yang menimpa dunia bisnis di Amerika Serikat sekitar tahun
1969 – 1976.

Prinsipnya organisasi bisnis itu ada 4 (empat) perspektif besar, yaitu:


a. output akhir dari produk, apakah benda atau jasa, yang diolah dengan
sistem teknologi tertentu dari bahan-baku dan bahan-mentah tertentu,
dan dibeli dari serta dikirim oleh para supplier tertentu;
b. organisasi serta para pegawai, yang menjalankan bermacam-macam tugas dan
dengan belajar memahirkan diri secara teknis dan prosedural maupun dalam
koordinasi dan dalam kesatuan ikatan team-kerja;
c. para pelanggan dan stakeholder, yang membutuhkan produk ybs., yang tertarik,
percaya, dan bersedia membayar harganya,
d. dana, yang disediakan tepat-jumlah dan tepat-waktu untuk membiayai parasarana,
faslitas, peralatan, dan jasa/layanan para pegawai

Keempat perspektif itu diidentifikasi dan diurai lebih lanjut hingga mendetil bahkan dicari
satuan-satuan dengan skalanya hingga dapat ditetapkan keseimbangannya. Umpamanya untuk
mendapat 100 buah dari output-akhir produk O, maka diperlukan bahan mentah BM masing-
masing dalam jumlah ..., XYZ, yang dibeli dari supplyer SSS dengan harga HHH, yang
18
diolah dengan mesin MMM selama JJJjam/per hari, sehingga harga pdoduksi O itu adalah
HPO.

Maka proses antar-perspektif itu terus dicari dan diuji-coba lewat perkiraan dan perhitungan
yang detil dan makin mendekati ”keseimbangan”. alias balanced.
Maksudnya supaya jalannya bisnis, makin efisien, makin efektif, makin produktif, hasilnya
makin bermutu, makin memuaskan dan makin luas pasarnya, dan dengan demikian makin
tambah besar labanya..

Di balik itu, BSC sekaligus dimaksudkan supaya dapat membuang apa yang tidak diperlukan,
mengurangi beban-beban ekstra, menghilangkan / membatasi keborosan, kekeliruan,
kesalahan, dan kerusakan,

Jadi pengertian ”balanced” merujuk pada keseimbangan atau perimbangan atau ekuilibrium
yang stabil selama periode-periode tertentu. Namun berhubung selalu ada faktor-faktor
pembaharuan dan inovasi, di luar maupun di dalam organisasi sendiri, maka stabilitas atau
ekuilibrium itu pun harus bersifat dinamik (dynamic equilibrium).

Tidak mungkin ekuilibrium dinamik dari organisasi itu dapat dikuasai dan dikendalikan
seluruhnya dengan tepat, jika tidak didukung oleh bekerjanya satuan organisasi yang
bertanggung jawab dengan SIM yang sepadan, dan bermutu canggih.

Sebelum melanjutkan soal TI bagi SIM ini, mari bandingkan perspektif-perspektif organisasi
bisnis itu dengan organisasi / lembaga penyelenggara pendidikan. Di sini perspektifnya
menjadi sebagai berikut:

a. Kurikulum, mata pelajaran, satuan pembelajaran, organisasi contents dan urutannya,


pola didaktik-metodik-metodik khususnya, sistem penilaian dan pengujian, sesuai
dengan tujuan strategik dan nilai-nilai azasi dari lembaga ybs.
b. Siswa, persyaratan umum, prosedur penilaian dan pengujian, ketentuan-ketentuan
penerimaannya, jumlah siswa diterima, disiplin siswa, beban belajar, cara belajar,
syarat-syarat ujian dan kelulusan;
c. Guru dan tenaga kependidikan, persyaratan umum, prosedur penerimaan dan test,
pelatihan karier, jumlah yang diterima, pembagian tugas, disiplin pegawai, penetapan
gaji, fasilitas lain-lain termasuk pengembangan profesi, pensiun dan pemberhentian,
d. Dana sesuai dengan yang diperlukan untuk kepentingan investasi dan kegiatan-kegiatan
operasi, termasuk membangun prasarana, membeli perlengkapan dan alat-alat, gaji dan
tunjangan, keperluan kantor, tranportasi dan komunikasi..

Yang mengendalikan keempat perspektif itu adalah Kepala dengan: (i) ketrampilan
memimpin jalannya organisasi, (ii) kemampuan manajemen strategik/mutu, (iii)
mengendalikan teamwork dengan komunikasi formal dan informal, (iv)
memahami/menghayati Visi, Misi dan strategi lembaga pendidikan ybs., semuanya secara
simultan dan berkelanjutan.

Maka untuk mendukung keseimbangan yang dinamik itu, dan sejalan dengan perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi, dianjurkanlah supaya SIM pada umumnya dan SIM
Penddikan pada khususnya, diperkuat dengan Teknologi Informasi.:

Dari sudut manajemen berbasis Balanced ScoreCard, untuk berlakunya suatu program
Teknologi Informasi bagi/dalam organisasi secara efektif, disyaratkan kinerja faktor/unsur
berikut yang terintegrasi, yaitu antara:

19
a. Software,
b. Hardware,
c. Infra-structure telekomnikasi yang ditawarkan/disediakan oleh provider,
d. SDM dengan keahlian dan pengalaman,
e. Organisasi internal,
f. Manajemen
g. Kepemimpinan

Satu per satu punya potensi dan keterbatasannya. Karenanya Kepemimpinan layaknya ada
pada seseorang yang mampu:

(i) jadi initiator, motivator, integrator,


(ii) memerankan tugas yang menemukan tingkat balanced and stable equilibrium.
dalam organisasi ybs., sekaligus juga mampu
(iii) bertindak sebagai change agent, atau yang dewasa ini lebih dikenal
(iv) pengemban blue ocean strategy, dengan
(v). image dan macam-macam magnetic force serta driving force.

Berhubung dengan itu semua, maka unit organisasi SIM-nya pun, dalam berbagai aspeknya
itu harus dapat diperkaya dan disesuaikan sedemikian rupa sehingga mampu memberi
layanan kepada Pemimpin tertinggi dalam organisasi ybs.

8. Sub-Topik ke-8. SIMP: Kurikulum dan Evaluasi

Kita perlu bahkan wajib belajar terus menerus sehingga punya pandangan yang menyeluruh,
lengkap, sistematik, dan jelas tentang ruang lingkup berikut kemungkinan isinya (contents)
dari kurikulum itu.

Dengan begitu kita pun akan dapat lebih berpeluang untuk menyusun Sistem Informasi
Manajemen Pendidikan, khususnya SI tentang manajemen kuriku-lumnya. Dan dengan
dukungan itu, kita pun layak berharap lebih banyak untuk mengadakan perbaikan-perbaikan
yang lebih bermutu, dengan merujuk pada tujuan dan prinsip-prinsip dari sesuatu sistem
pendidikan.

Kurikulum sebagai rencana pelajaran (belajar-mengajar, penilaian dan pengujian terhadap


kemajuan belajar siswa/pembelajar) selalu ada pertimbangan-pertimbangan terhadap faktor-
faktor:

(a) lingkungan alam,


(b) lingkungan kehidupan beragama, sosial-budaya, ekonomi-sains dan teknologi,
(c) azas (dasar, landasan) sebagai prinsip-prinsip dan tujuan esensial, atau
nilai-nilai filsafah dari pendidikan ybs.,
(d) yang jadi batasan tentang ruang lingkup, spesifikasi, dan kerangka contents serta
organisasi atau urut-urutan dari bahan belajar-mengajar,
(e) sifat-sifat pelajar, multiple intelligence, dan tingkat perkembangan psikologik
para pelaja,
(f).didaktik, metodik, metodik khusus, dan forum belajar-mengajar supaya
dilaksanakan oleh pengajar/pendidik , dengan memperhatikan karakteristik
serta tingkat pertumbuhan kedewasaan pelajar,
(g) urutan, proses, serta bentuk dan metode belajar-mengajar,
(h) sistem penilaian dan ujian terhadap kemajuan siswa/pelajar.
20
Dalam konteks itu pula, kurikulum mengandung perbedaan dan variasi berhubung dengan
adanya faktor perbedaan dan karakteristik khusus tentang:

a) tingkat dan jenis pendidikan (dasar, menengah, tinggi, serta formal, non-
formal, dan informal, juga umum, ketrampilan, dan spesialisasi). Kita
diperknalkan sekarang pada KTSP.

b). jenjang, hierarki atau kelas/tingkat, sekaligus urutan menurut tahun atau
semester, jadwal mingguan, dll.

c) bidang dan program studi, susunan mata-pelajaran, dan satuan acara


pelajarannya.

Ada beberapa kualifikasi lain tentang kurikulum itu, yang merujuk pada titik berat tujuan dan
ujung tombak instrumentalianya, yang bagi sementara kita masih baru; yaitu yang sering
disebut dengan istilah::

(i). Cognitive Curriculum,


(ii) Life Skills Curriculum,
(iii) Living Curriculum, dan
(iv) Thinking Curriculum.

Berhubung dengan uraian di atas, maka SI Manajemen Pendidikan dapat diperkaya lagi
dengan data dan informasi tentang berbagai aspek dari kurikulum yang berlaku. Kriterianya
dapat dipilih antara lain berdasar:

a. Program Studi,
b. Tingkat/Kelas,
c. Mata Kuliah/Pelajaran,
d. Jam pelajaran (per tahun, semester, minggu, per tingkat/kelas, per mata-
kuliah/pelajaran),
e. Buku referensi wajib dan yang dianjurkan

Kurikulum dan kesiswaan tidak dapat dipisahkan. Kurikulum dimaksudkan terutama sebagai
layanan kepada para siswa. Tentang mereka dicatat identitas diri dan orang tuanya, yang a.l.
mencakup:
- namanya
- jenis kelaminnya,
- usia (tanggal dan tempat lahirnya),
- IQ-nya, jika diadakan test demikian,
- Sekolah/lembaga pendidikan sebelumnya,
- nama orang tua,
- alamat tinggalnya, kadang-kadang juga pendidikannya,
- pekerjaan (dan kadang-kadang pendapatannya per bulan!)
- dll.

Pada sistem pendidikan nasional kita, tidak ada diskriminasi antara pria dan wanita. Ini
merujuk pada hak asasi, dan khususnya dengan merujuk pada multiple intelligencies yang ada
pada semua pelajar. Ketentuan-ketentuan umum tentang hak, kewajiban, disiplin kesiswaan
berlaku umum, meskipun ada beberapa pengecualian bagi mereka yang lazim disebut sebagai
gifted children dan yang memiliki special talents, maupun bagi mereka yang cacat dan yang

21
mempunyai kebutuhan khusus..

Kewajiban utama siswa adalah belajar. Pedoman resminya tentang mata pelajaran, materi apa
yang dipelajari, apa sumbernya, berapa menit/jam lamanya, bagaimana cara-cara belajarnya,
bagaimana sistem penilaian dan ujiannya, adalah tercantum dalam kurikulum, mata-pelajaran,
berikut jadwalnya. Kegiatan kurikuler itu dilakukan secara formal, dan sering pula
dilengkapi dengan kegiatan ekstra-kurikuler.

Mereka mendapat arahan, panduan, bimbingan, dan nasehat dari para guru, sedang makin
banyak guru pun yang telah berhasil meningkatkan pendidikannya serta kemampuhan
profesionalnya sampai bersertifikat

Adapun hakekat tujuan selanjutnya, terutama pada tingkat-tingkat lebih tinggi, ialah supaya
para siswa makin mampu belajar mandiri. Dasar alasannya ialah bahwa materi pelajaran itu:

a. makin luas dan makin terurai,


b. makin jelas struktur dan fungsinya, serta antar-hubungannya,
c. makin detil,
d. makin berkembang,
e. makin banyak variasi dalam persamaan dan perbedaannya.

Makin hari, berdasarkan kurikulum ybs., lembaga-lembaga pendidikan cq. Kepala Sekolah
dan para guru, menuntut kemampuan/ketrampilan (competencies/skills) dan prestasi
(achievements) para siswa secara berangsur, namun pasti, supaya makin meningkat tinggi
pada:

(i). Domain kognitif,


(ii). Domain afektif,
(iii). Domain konatif (psikomotorik)
(iv). Domain perilaku-ujicoba-aktual.

Untuk semua itu prestasi belajar para siswa hendakanya dinilai (evaluated) oleh para guru/
pendidiknya. Prestasi belajar siswa banyak tergantung pada kemampuhan berpikir (thinking
skills) siswa dengan beberapa model, metode, dan gayanya.

Untuk sebagian aspek-aspek yang dianggap relevan dan strategik saja, para siswa diuji
(tested) dan diberi angka sebagai kualifikasinya. Perhatikan ujian akhir sekolah dan ujian
akhir nasional!

Pada sekolah-sekolah tertentu ada sistem pencatatan tentang kejadian penting yang dialami,
dan prestasi yang amat penting yang dicapai para siswa.

Hal-hal di atas tentang kesiswaan perlu dicatat datanya secara periodik, disusun secara
sistematik-konseptual sebagai informasi dalam bentuk SI Manajemen Pendidikan. Disimpan
dalam files (buku atau web sites), sehingga dapat di-retrieve dan dikomunikasikan
kepada/dengan pihak-pihak yang berkepentingan.

Pada Sistem Informasi Manajemen Pendidikan yang efektif, sudah dapat diuji, bahwa
informasinya terintegrasi dan stabil, sedang berbagai informasi (d.h.i. tentang kurikulum)
setiap waktu tetkala diperlukan secara selektif dapat mengalir secara timbal-balik dari hulu
(kantor Departemen, Dinas) ke hilir (perguruan tinggi, sekolah, lembaga-lembaga lain, dan
warga masyarakat yang berkepentingan). . .

22
9. Sub-Topik ke-9. SIMP: Kesiswaan / Pembelajar

Mari kita masuki dan soroti dunia pelajar, peserta latihan, siswa, pembelajar, penuntut ilmu!
Pada dasarnya, di negeri kita sejak beberapa tahun telah terjadi eksplosi penduduk dan
eksplosi jumlah pelajar!

Dari satu sisi, ini merupakan tanda kesadaran dan kebangkitan kebangsaan untuk merintis
kemajuan hidup dan kehidupan bersama dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Secara konstitusional ditetapkan bahwa pendidikan itu adalah hak warga negara. Negara
wajib menyediakan sarana-prasarana pendidikan. Pada kalimat itu tidak dibuat batasan
tentang pendidikan apa, dan tentang warga negara, sebab prinsip itu berlaku umum dan untuk
jangka waktu lama!

Urusan kesiswaan dan kurikulum hubungannya erat sekali, malahan tidak dapat dipisahkan.

Kurikulum sebagai rencana pelajaran (belajar-mengajar, penilaian dan pengujian terhadap


kemajuan belajar siswa/pembelajar) selalu ada:

(a). pertimbangan-pertimbangan terhadap faktor-faktor lingkungan alam,


(b). pertimbangan-pertimbangan terhadap faktor-faktor lingkungan kehidupan
beragama, sosial-budaya, ekonomi-sains dan teknologi,
(c). azas (dasar, landasan) sebagai prinsip-prinsip dan tujuan esensial, atau
nilai-nilai filsafah dari pendidikan ybs.,
(d). batasan tentang ruang lingkup, spesifikasi, dan kerangka contents serta
organisasi atau urut-urutan dari bahan belajar-mengajar,
(e). sifat-sifat pelajar, multiple intelligence, dan tingkat perkembangan psikologik
para pelaja,
(f). didaktik, metodik, metodik khusus, dan forum belajar-mengajar supaya
dilaksanakan oleh pengajar/pendidik , dengan memperhatikan karakteristik
serta tingkat pertumbuhan kedewasaan pelajar,
(g). urutan, proses, serta bentuk dan metode belajar-mengajar,
(h). sistem penilaian dan ujian terhadap kemajuan siswa/pelajar.

Dalam konteks itu pula, kurikulum mengandung perbedaan dan variasi berhubung dengan
adanya faktor perbedaan dan karakteristik khusus tentang:

a) tingkat dan jenis pendidikan (dasar, menengah, tinggi, serta formal, non-
formal, dan informal, juga umum, ketrampilan, dan spesialisasi). Kita
diperkenalkan sekarang pada KTSP.

b) jenjang, hierarki atau kelas/tingkat, sekaligus urutan menurut tahun atau


semester, jadwal mingguan, dll.

c) bidang dan program studi, susunan mata-pelajaran, dan satuan acara


pelajarannya.

Dewasa ini mulai banyak dikomunikasikan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini. Mulai
banyak juga didirikan lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD), disamping atau
bersamaan dengan taman kanak-kanak/raudhotul atfal (TK/RA) atau istilah-istilah lainnya.

23
Lebih khusus ditetapkan, bahwa wajib belajar berlaku untuk pendidikan dasar 9-tahun
dan/atau 12-tahun. Dapat dicatat sambil lalu, bahwa sanksi hukum terhadap pelanggaran yang
diwajibkan itu tidak jelas/ada. Penyelenggaraan pendidikan demikian berlangsung di sekolah
(negeri dan swasta), madrasah (negeri dan swasta), dan pusat-pusat kegiatan belajar-mengajar
yang menyeleng-garakan program kesetaraan.

Pada hierarki tingkat pendidikan berikutnya pun, yaitu Menengah Pertama (yang di sementara
tempat sudah digabungkan dengan Dasar), Menengah (Atas) yang Umum dan Kejuruan,
berikutnya tingkatTinggi, dewasa ini makin banyak pula pelajar /peserta/mahasiswanya.

Tentang mereka dicatat identitas diri dan orang tuanya, yang a.l. mencakup:
- namanya
- jenis kelaminnya,
- usia (tanggal dan tempat lahirnya),
- IQ-nya, jika diadakan test demikian,
- Sekolah/lembaga pendidikan sebelumnya,
- nama orang tua,
- alamat tinggalnya, kadang-kadang juga pendidikannya,
- pekerjaan (dan kadang-kadang pendapatannya per bulan!)
- dll.

Pada sistem pendidikan nasional kita, tidak ada diskriminasi antara pria dan wanita. Ini
merujuk pada hak asasi, dan khususnya dengan merujuk pada multiple intelligencies yang ada
pada semua pelajar. Ketentuan-ketentuan umum tentang hak, kewajiban, disiplin kesiswaan
berlaku umum, meskipun ada beberapa pengecualian bagi mereka yang lazim disebut sebagai
gifted children dan yang memiliki special talents, maupun bagi mereka yang cacat dan yang
mempunyai kebutuhan khusus..

Kewajiban utama siswa adalah belajar. Pedoman resminya tentang mata pelajaran, materi apa
yang dipelajari, apa sumbernya, berapa menit/jam lamanya, bagaimana cara-cara belajarnya,
bagaimana sistem penilaian dan ujiannya, adalah tercantum dalam kurikulum, mata-pelajaran,
berikut jadwalnya. Kegiatan kurikuler itu dilakukan secara formal, dan sering pula
dilengkapi dengan kegiatan ekstra-kurikuler.

Mereka mendapat arahan, panduan, bimbingan, dan nasehat dari para guru, sedang makin
banyak guru pun yang telah berhasil meningkatkan pendidikannya serta kemampuhan
profesionalnya sampai bersertifikat

Adapun hakekat tujuan selanjutnya, terutama pada tingkat-tingkat lebih tinggi, ialah supaya
para siswa makin mampu belajar mandiri. Dasar alasannya ialah bahwa materi pelajaran itu:

f. makin luas dan makin terurai,


g. makin jelas struktur dan fungsinya, serta antar-hubungannya,
h. makin detil,
i. makin berkembang,
j. makin banyak variasi dalam persamaan dan perbedaannya.

Makin hari, berdasarkan kurikulum ybs., lembaga-lembaga pendidikan cq. Kepala Seklah dan
para guru, menuntut kemampuan/ketrampilan (competencies/skills) dan prestasi
(achievements) para siswa secara berangsur, namun pasti, supaya makin meningkat tinggi
pada:

(i). Domain kognitif,

24
(ii). Domain afektif,
(iii). Domain konatif (psikomotorik)
(iv). Domain perilaku-ujicoba-aktual.

Untuk semua itu prestasi belajar para siswa hendakanya dinilai (evaluated) oleh para guru/
pendidiknya. Prestasi belajar siswa anyak tergantung pada kemampuhan berpikir (thinking
skills) siswa dengan beberapa model, metode, dan gayanya.

Untuk sebagian aspek-aspek yang dianggap relevan dan strategik saja, para siswa diuji
(tested) dan diberi angka sebagai kualifikasinya. Perhatikan ujian akhir sekolah dan ujian
akhir nasional!

Pada sekolah-sekolah tertentu ada sistem pencatatan tentang kejadian penting yang dialami,
dan prestasi yang amat penting yang dicapai para siswa.

Hal-hal di atas tentang kesiswaan perlu dicatat datanya secara periodik, disusun secara
sistematik-konseptual sebagai informasi dalam bentuk SI Manajemen Pendidikan. Disimpan
dalam files (buku atau web sites), sehingga dapat di-retrieve dan dikomunikasikan
kepada/dengan pihak-pihak yang berkepentingan.

10. Sub-Topik ke-10. SIMP: Ketenagaan


Hasrat pendidikan nasional untuk menghasilkan insan Indonesia cerdas dan kompetitif
melalui pendidikan transformatif, diharapkan menjadi pemicu perubahan kehidupan bangsa
berbasis pengetahuan (knowledge based society). Kuncinya terletak pada sikap kemandirian,
baik pada tingkat individu, komunitas, dan terutama manusia Indonesia sebagai suatu bangsa.
Dalam kaitan ini unsur ketenagaan menduduki posisi sentral, sebab pada akhirnya kunci
keberhasilan terletak pada faktor manusianya. Diperlukan data akurat atau persisi tentang hal-
hal yang menyangkut (a) jumlah tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam berbagai
aspeknya seperti tingkat profesionalitas, tempat penugasan, rekrutmen dan withdrawl terkait
cohort pertambahan penduduk; (b) latar belakang pendidikan dengan implikasinya terhadap
produk kreativitas, dinamika manajerial, dan sumbangannya terhadap kematangan dalam
hidup kebersamaan; (c) link and match antara latar belakang pendidikan dengan tempat
penugasan. Informasi yang berkembang dalam hal ini, memunculkan ironisme yang
memprihatinkan, khususnya pada produk beasiswa mahal di luar negeri namun tidak diberi
penugasan yang relevan saat kembali ke dalam negeri; (d) kepangkatan dan kesejahteraan
serta treatment yang dikembangkan bagi kedua aspek ini. Jangan sampai modal besar dan
usaha keras para tenaga pendidik dan kependidikan untuk mencapai pangkat tinggi (melalui
pendidikan formal, ketekunan menulis karya ilmiah, atau keterlibatan dalam berbagai
kegiatan kepanitiaan, kegiatan keilmuan baik pada dataran lokal, nasional, maupun
internasional) tdak mempunyai dampak khususnya terhadap kesejahteraan hidupnya kini dan
masa datang.

Sebagaimana diketahui secara umum pada dasarnya tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan mempengaruhi seluruh unsur dan terkait dengan berbagai kegiatan pendidikan,
antara lain:
(i) filsafat dan tujuan pendidikan yang direpresentasikan pada kurirkulum, baik pada
katagori kognitif (cognitive curriculum), keterampilan hidup (life skills curriculum),
kejadian dalam kelas (living curriculum), dan tingkat berpikir (thinking curriculum).
(ii) Unjuk kemampuan transformatif yang direpresentasikan pada kegiatan komunikasi
belajar mengajar, bimbingan, dan latihan keterampilan dalam berbagai suasana
pendidikan, yang pada hakikatnya jadi penentu utama peningkatan mutu manusia
Indonesia, dan punya implikasi kuat terhadap aspek-aspek lain peningkatan IPM
Indonesia.
25
(iii) pemerataan dan perluasan akses pendidikan yang representasinya pada
perluasan daya tampung (wajar dikdas 9 tahun, wajar jalur non formal, keaksaraan
penduduk > 15 tahun, perluasan akses SLB, akses PAUD, akses SMA, SMK, dan SM
Terpadu, akses Perguruan Tinggi), sehingga kapasitas penduduk Indonesia yang dapat
belajar meningkat, disamping juga meningkatkan IPM Indonesia.
(iv)Peningkatan mutu dan daya saing yang representasinya mewujud pada eksistensi
manusia Indonesia dan interaksinya sehingga dapat hidup bersama dalam keragaman
sosial dan budaya.

Bentuk-bentuk program yang dapat dikembangkan terkait ketenagaan ini antara lain
pengawasan dan penjaminan mutu, pengembangan guru sebagai profesi, pengembangan
kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, perluasan jenjang pendidikan dengan program
yanng bervariasi, dan pemanfaatan teknologi informasi. Managerial Skill (MS) pada level top
manajemen jadi sangat menentukan, sebab tanpa MS yang mumpuni, banyak peluang yang
terbuang dan tantangan yang tidak teratasi. Sebaliknya sekecil apapun peluang yang dimiliki,
manakala MSnya bermutu tinggi, maka berbagai tantanganpun jadi peluang yang cukup baik.
Tidak kurang pentingnya dalam pengembangan unsur ketenagaan dalam SIMP ini adalah
pendeskripsian aspek sosial budaya dan spikologi sosial. Hal ini lantaran banyak muncul
persoalan-persoalan pembangunan Indonesia, bukan lantaran kurang dana dan kurang
perlengkapan tapi lebih lantaran persoalan sosial budaya bangsa yang kurang mendukung,
seperti budaya cepat puas dengan hasil yang sekedarnya, evasive yakni menghindar dari
tanggung jawab, munculnya keberanian menampilkan perilaku menyimpang dalam
kebersamaan, egois atau kurangnya komitmen sosial, serta treatment manajemen yang kurang
proporsional.
Berkenaan dengan hal-hal tersebut di atas, studi tentang SIMP terkait Ketenagaan, perlu
mendapat perhatian serius dalam berbagai aspeknya, tidak terbatas pada tradisi yang selama
ini berjalan yakni rekrutmen, pembinaan profesionalitas, penempatan dan penarikan kembali.

Bahan Diskusi
Temukan faktor dominan yang membedakan keragaman mutu ketenagaan pendidikan pada
berbagai unit satuan pendidikan (atau malah pada satu satuan pendidikan) yang memiliki
fasilitas yang kurang lebih sama.

11. Sub-Topik ke-11. SIMP: Pembiayaan


SIMP Keuangan yang merupakan representasi tentang gambaran pembiayaan Pendidikan
merupakan faktor yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Dapat dikatakan
bahwa proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dukungan biaya yang memadai. Karena
itu pada tingkat dan jenis pendidikan bagaimanapun, perencanaan pembiayaan pendidikan
menduduki posisi yang sangata strategis. Namun demikian, belum banyak orang yang tahu
secara persisi mengenai hal ini, baik pada peruntukan maupun pada sumbernya. Jaminan
UUD 45 yang menegaskan ”setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”
disimplifikasi oleh masyarakat sebagai sumber pembiayaan hanya dari pemerintah.
Sebaliknya pemerintah berpegang pada frasa bahwa ”pendidikan diselenggarakan oleh
pemerintah, masyarakat dan orangtua”, mereka berusaha untuk terus mendorong masyarakat
supaya berperanserta dalam pendidikan. Ketentuan UUD 45 tentang 20 % APBN untuk biaya
pendidikan, kemudian ditunjang oleh 20% APBD masing-masing Pemda Provinsi dan Pemda
Kabupaten/Kota, tentu saja tidak meliputi masalah pakaian, transportasi, serta berbagai
kegiatan individual pendidikan.
Studi yang sempat dikerjakan sebelum diberlakukan ketentuan UUD 45 dan UU Pendidikan
Nasional tentang alokasi 20 %, menunjukkan bahwa sumbangan keluarga jauh lebih tinggi
dibandingkan subsidi pemerintah. Sebanyak 68 % dari Rp1.324.465 pembiayaan persiswa
SDN, 80% dari Rp2.743.605 pembiayaan persiswa SLTPN, 78 % dari Rp3.552.268,-
pembiayaan persiswa SMAN, dan 68% dari Rp3.468.318,- pembiayaan siswa SMKN
26
ditanggung oleh orangtua murid.
Di sekolah-sekolah swasta, persentaseu pemasukan dan peruntukkan pembiayaan pendidikan
hampir mirip dengan pembiayaan rumah tangga. Pada sekolah-sekolah yang ”income” nya
masih kecil, besaran persentaseu pembiayaan cenderung untuk hal-hal yang sifatnya
konsumtif seperti honor atau gaji guru atau dosen, perawatan gedung, atau biaya transportasi
atau biaya-biaya lain yang sifatnya berupa kebertahanan hidup. Sedangkan bagi mereka yang
”income” nya sudah besar kecenderungan pembiayaan lebih kepada faktor pengembangan.
Selama ini terdapat citra biaya pendidikan terbatas pada biaya langsung yakni pembiayaan
bagi komponen-komponen yang langsung menunjang proses pendidikan. Padahal terdapat
biaya yang tidak langsung yang kalau tidak ada item tersebut, pendidikanpun tidak akan
berjalan, seperti biaya kesempatan (opportunity cost), kesehatan, pakaian, jajan.
Katagorisasi lain dari pembiayaan pendidikan adalah biaya pribadi (private cost) dan biaya
sosial (social cost), serta biaya dalam bentuk uang (monetary cost) dan bukan uang (non-
monetary cost). Dalam prakteknya, ketiga macam katagori tersebut berjalan seiring dan
malah sering tumpang tindih. Dalam penganggaran pembangunan Indonesia, dikenal juga
pebiayaan pendidikan yang dipilah jadi dua komponen, yakni komponen
pendapatan/pemasukan/penerimaan, dan komponen pengeluaran/belanja. Sementara dilihat
dari sifatnya ada pembiayaan yang sifatnya rutin (biasanya dituangkan dalam Daftar isian
Kegiatan /DIK, dan ada biaya pembangunan, yang dituangkan dalam Daftar Isian proyek
(DIP). Disamping itu dikenal juga DIKS yakni Daftar Isian Kegiatan Suplemen atau
Anggaran Tambahan yang dananya bersumber dari masyarakat.
Dilihat dari sumbernya, biaya pendidikan tingkat nasional (makro) berasal dari :
(i) Pendapatan negara dari sektor pajak;
(ii) Pendapatan negara dari sektor non pajak, dengan katagori gas dan non gas;
(iii) Keuntungan dari ekpor barang dan jasa;
(iv) Usaha-usaha negara lainnya, termasuk divestasi saham pada perusahaan negara
(BUMN), serta
(v) Bantuan dalam bentuk hibah (grant) dan pinjaman luar negeri (loan) dari lembaga
keuangan internasional atau pemerintah lain dalam kerjasama bilateral atau
multilateral.
Dalam pada itu pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota, pembiayaan pendidikan
diperoleh malalui PAD yang tertuang dalam RAPBD, yang uniknya dalam RAPBD tersebut
masuk dana dari Pusat dalam bentuk DAU (dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi
Khusus), yang pada daerah-daerah tertentu DAK ini mengacu kepada dan sesuai dengan UU
No. 25/1999, tentang perimbangan keuangan Pusar dan Daerah.
Pada tingkat satua Pendidikan, biaya pendidikan diperoleh dari :
(i) Subsidi Pemerintah Pusat;
(ii) Subsidi Pemerintah Daerah;
(iii) Sumbangan masyarakat yang bentuk reelnya iyuran siswa, yang pada dua tahun
terakhir ini diusahakan pemerintah untuk ditiadakan, dalam bahasa sekolah gratis..

Bahan diskusi
Bagaimana teknis menggali sumber-sumber pembiayaan dan mengalokasikan peruntukannya
secara efisein dan effektif,
(i) saat pemerintah sedang mengalami defisit anggaran;
(ii) saat anggaran dari pemerintah tidak mencukupi kebutuhan untuk mempertahanan
dan meningkatakan mutu pendidikan;
(iii) pada kepompok masyarakat (a) kaya perkotaan, (b) kaya pedesaan, (c)miskin
perkotaan, dan (d)msikin pedesaan.
(iv) Studi pembayaan pada lembaga pendidikan pesantren jadul.
BAGAIMANA SIM KEUANGAN YANG IDEAL ? BGM YG SENTRALISTIK

12. Sub-Topik ke-12. Masalah Kebijakan dan Manajemen Mutu


27
(Model Hubungan Antara Variabel)

1..Kita ummnya sudah sering mendengar dan sudah mengenal bahwa sasaran tujuan dari
kebijakan pembangunan nasional di sektor pendidikan adalah perbaikan dan peningkatan:
a. mutu,
b. pemerataan layanan pendidikan,
c. .produktifitas, efektifitas,
d. akontabilitas.

Masyarakat sendiri dan kita yang bergerak dalam bidang pendidikan harus bersungguh-
sungguh turut melibatkan diri dalam kebijakan tsb, karena kita sebenar-benarnya dewasa ini
sudah terlambat dan tertinggal banyak, jika mau mengadakan studi banding dengan negara-
negara tetangga, antara lain seperti Singapore dan Malaysia.

Untuk itu, kita harus memahami masalah ini dengan jalan mendalami:
a. kriteria, parameter, atau batasan pengertian tentang layanan pendidikan yang bermutu,
merata, produktif, akontabel, tentang pembangunan pendidikan itu,
b. dimensi berikut aspek-aspek dari layanan pendidikan yang bermutu, merata, produktif,
efektif-efisien, dan akontabel tentang pembangunan pendidikan,
c. indikator, atau data yang relevan tentang layanan pendidikan yang demikian,
d. ukuran tentang layanan pendidikan yang tsb. di atas itu.

2. Dalam pengertian umum, peningkatan mutu, produktifitas, pemerataan, efektifitas-


efisiensi, dan akontabilitas pendidikan itu merujuk pada layanan pendidikan, khususnya
kegiatan belajar-mengajar, diberikan kepada semua orang tanpa ada diskriminasi, perbedaan
atau pengecualian.
Jika lebih kritis atau lebih teknis, orang dapat mengajukan pertanyaan apakah kebijakan
peningkatan mutu, produktifitas, efektifitas-efisiensi, akontabilitas, dan pemerataan yang
dimaksud (Pemerintah) itu mencakup juga layanan pendidikan informal (dalam keluarga), dan
layanan pendidikan non-formal (dalam lembaga, dan kursus-kursus)?

3. Kita juga dapat mendalami soal dimensi atau aspek dari mutu, pemerataan, dll. itu, apakah
ia berkenaan dengan isi serta tingkatnya? Di sini soal-soal tsb. dapat merujuk umpamanya
pada pendidikan buta-huruf (keaksaraan, termasuk pendidikan keaksaraan fungsional), ngaji
mingguan di masjid, pendidikan agama dan akhlak, pendidikan budi pekerti, pendidikan di
sekolah dasar atau sekolah menengah pertama dan yang sederajat, atau pendidikan dalam
sesuatu bidang studi tertentu!

4. Lebih lanjut soal mutu, pemerataan, dll. tentang pembangunan sistem pendidikan itu
mencakup indikator atau datanya yang faktual. Segi ini berkenaan dengan kenyataan yang
dilakukan penyelenggara, khususnya para pelaku (yaitu pembelajar dan pengajar) yang
terlibat dan berkepentingan. Maka perlu dapat dketahui soal perbaikan mutu, pemerataan
pendidikan, dll. itu bagi siapa, laki dan perempuan, usia berapa tahun, dengan kedudukan
sosial ekonomi bagaimana, bertempat tinggal di daerah mana, di kota atau desa, dst.

5. Juga penting dimengerti, ditetapkan, dijelaskan ukuran-ukuran tentang mutu, pemerataan


pendidikan, dll. itu, seperti umpamanya apakah itu belajar yang wajib dilakukan untuk 36 jam
per minggu bagi anak usia sekolah dasar? Atau belajar pada tingkat SMP atau SM dan
sederajat, atau belajar pada tingkat perguruan tinggi? Atau pemerataan pendidikan itu hanya
terbatas pada kegiatan 1 jam setiap hari, baik dalam batasan pendidikan informal atau non-
formal.

6. Jadi, sebegitu jauh di mana posisi nasional bangsa ini, jika diperhatikan dari sudut tujuan

28
kebijakan Pemerintah tentang layanan pendidikan yang bermutu dan merata, dll. itu?
Sesungguhnya, faktor-faktor apa saja yang mendukung dan membantu? Sesungguhnya, mana
pula faktor-faktor yang membatasi serta menjadi hambatan?.

CATATAN UNTUK TUGAS/DISKUSI KELOMPOK BELAJAR.

Siswa ditugasi dan dipersilahkan meyusun konsep tertentu tentang dan sekitar kebijakan
publik tentang peningkatan mutu, pemerataan layanan pendidikan, yaitu tentang layanan
pendidikan yang bermutu, produktif, efektif-efisien, merata, akontabel, serta menemukan data
pendukungnya!
Bagaimana, untuk apa, dan di mana pentingnya layanan pendidikan yang bermutu dan merata
itu? Sesungguhnya, apa arti layanan pendidikan yang bermutu dan merata. Jika tidak/kurang
bermutu, tidak/kurang relevan, jika tidak/kurang efisien, jika tidak/kurang merata dan
akontabel, bagaimana konsekuensinya?.

13. Sub-Topik ke-13. Masalah Kebijakan dan Manajemen Pendidikan (Tinjauan Aspek
Pemerataan)

Apakah sistem pendidikan nasional kita harus merata, apalagi harus sama? Lagi pula apanya
yang harus merata, jika memang benar harus demikian? Apakah yang dimaksud dengan
merata di sini tidak lebih tepat jika dirumuskan dengan kata lain seperti non-diskriminatif?

Yang paling mungkin ialah bahwa layanan pendidikan (educational services) harus
diselenggarakan seluas-luasnya tanpa diskriminasi. Layanan pendidikan informal adalah yang
paling mungkin, disusul layanan pendidikan non-formal, lalu disusul lagi dengan layanan
pendidikan formal 9-tahun atau 12-tahun.

Kebijakan publik mengenai pemerataan layanan pendidikan dalam arti demikian itu sama
wajibnya, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Ialah bahwa layanan pendidikan itu harus
merata atau non-diskriminatif, sekaligus berkenaan juga dengan mutunya yang baik.

Jika Kebijakan Publik tentang peningkatan atau perluasan layanan pendidikan itu sebenar-
benarnya hendak dikembangkan, maka SIM Pendidikannya pun haruslah diperbaiki dan
ditingkatkan mutunya, agar supaya ada ketelitian dan kejelasan dalam pelaksanaan dari
tingkat-tingkat urgensinya menurut:

a. skala antar-pulau dan antar-wilayah;


b skala antar-kota, antar-pinggiran-kota, dan antar-kampung,
c. skala antar-usia penduduk,
d. skala antara jenis kelamin (laki dan perempuan)
e. skala antar tingkat pendidikan (dasar – menengah – tinggi),
f. skala antara program pendidikan formal dan non-formal,
g. skala antara program pendidikan bagi pejabat-pejabat PNS, ABRI
h. skala antar-bidang studi, bidang spesialisasi,

Lalu sejalan dengan berbagai skala di atas, maka pemerataan siswa/pelajarnya,


kurikulumnya, SDMnya, serta dana, sarana, dan fasilitas pun harus disesuaikan.

Perlu dicatat bahwa tidak ada itu pemerataan layanan pendidikan antar-agama atau antar-
pemeluk agama.Yang tepat ialah bahwa layanan pendidikan dan layanan administrasi
pendidikan keseluruhannya harus berdasarkan, merujuk, dan dibimbing nilai-nilai Ketuhanan
29
Yang Maha Esa dan agama.

Jelas bahwa Kebijakan Publik tentang pemerataan layanan pendidikan itu bukan penyama-
rataan segala-galanya. Lagi pula itu adalah satu hal tidak mungkin bisa terjadi. Bukankah
kekayaan dan lingkungan alam kita yang amat luas ini berbeda-beda? Bukankah kita pun
punya multiple-intelligences dan sejarah sosial-budaya yang berbeda-beda? Bukankah value-
Memes kita serta macam-macam aglomerasinya serta sejarah dan tahap=tahap
pertumbuhannya juga berbeda-beda?

Ia tetap memuat pluralitas, namun pluralitas yang reasonable, lagi pula yang strategik, di
mana antara lain akan lebih nyata mana yang lebih bermutu dan lebih bermanfaat, dan yang
sekaligus berkekuatan mendorong / mendukung atau menarik yang lain-lainnya. Yang maju
lebih dulu menjadi contoh dan menarik yang lainnya dalam ikatan nilai-nilai nasional. Jadi,
dalam kebijakan pemerataan layanan pendidikan itu sama sekali tidak ada eksklusifisme atau
elitisme yang eksklusif! Bagaimana pun, kebijakan pemerataan layanan pendidikan itu, justru
dimaksudkan untuk menambah eratnya persatuan kebangsaan Indonesia

Jika sasaran tujuan Kebijakan Publik tentang pemerataan layanan pendidikan itu hendak lebih
ditingkatkan, maka secara simultan Sistem Informasi Manajemen Pendidikannya, terutama
yang memuat data-data seperti di atas, harus dibangun lebih strategik

14. Sub-Topik ke-14. Masalah Kebijakan dan Manajemen Pendidikan


(Tinjauan Aspek Relevansi, Produktifitas, Efektifitas, Efisiensi)

Kita ummnya juga sudah sering mendengar dan sudah mengenal bahwa salah satu tujuan dari
kebijakan pembangunan nasional di sektor pendidikan adalah peningkatan relevansi.
Masyarakat sendiri dan kita yang bergerak dalam bidang pendidikan harus bersungguh-
sungguh turut melibatkan diri dalam kebijakan tsb, karena kita sebenar-benarnya sudah
terlambat dan tertinggal banyak jika mau mengadakan studi banding dengan negara-negara
tetangga seperti Singapore dan Malaysia.

Untuk itu, kita harus memahami secara penuh-arti masalah relevansi pendidikan ini dengan
jalan mendalami:

a. kriteria, parameter, atau batasan pengertian tentang relevansi pendidikan,


b. dimensi berikut aspek-aspek dari relevansi pendidikan,
c. indikator, atau data yang tepat tentang relevansi pendidikan,
d. ukuran tentang relevansi pendidikan.

2. Dalam pengertian umum, relevansi pendidikan merujuk pada layanan pendidikan,


khususnya kegiatan belajar-mengajar, yang tepat, sejalan, sesuai dengan -, atau responsif pada
beberapa hal, bahkan mengembangkannya. Intinya: relevan dengan apa?

Juga di sini amat perlu dikaji secara teliti tentang bentuk pendidikan yang mana (baca:
informal, nonformal, formal), tingkat pendidikan mana, dan bidang serta jenis pendidikan
mana (termasuk pengajian, majlis taklim, dsb) yang –menurut kebijakan Pemerintah itu--
harus disusun relevan-sinya, atau ”campurannya”, atau tingkat-tingkat relevansinya itu.

3. Lebih lanjut soal relevansi pendidikan itu mencakup indikator atau datanya yang faktual.
Segi ini berkenaan dengan kenyataan yang dilakukan para perencana, penyelenggara,
khususnya para pelaku (yaitu pembelajar dan pengajar) yang terlibat dan berkepentingan.
Maka perlu dapat dketahui soal relevansi pendidikan itu, sesuai dan responsif, dus
mengembangkan apa. Di sini diajukan relevansi pendidikan itu, cq. saling dukung secara
30
positif, umpamanya dengan:

a.. intelijensi, dan perkembangannya dari para siswa atau pembelajar,


b. lingkungan/kekayaan alam, dan lingkungan sosial-ekonomi-budaya masyarakat,
c. nilai-nilai tradisional warisan leluhur pahlawan Indonesia,
d. kebutuhan pembentukan karakter pribadi dan karakter bangsa, sesuai
ketentuan UUD/Konstitusi, Renstra Nasional/Daerah, APBN/APBD
e. kewajiban yang diturunkan dari agama serta kitab sucinya,
f. persaingan dan kerjasama antar-bangsa.
g. permintaan pasar yang diciptakan dunia usaha domestik dan asing,

4. Lalu soal relevansi pendidikan itu mencakup indikator atau datanya yang faktual. Segi ini
berkenaan dengan kenyataan yang dilakukan penyelenggara, khususnya para pelaku (yaitu
pembelajar dan pengajar) yang terlibat dan berkepentingan. Maka perlu dapat diketahui soal
relevansi pendidikan tentang kurikulumnya, sumber belajar-mengajar, alat bantunya, sistem
ujian dan penilaiannya.

Soal relevansi pendidikan itu lebih rinci memerlukan gambaran lebih lanjut tentang
kesesuaian dan dinamika responsifnya dari berbagai unsur/aspek input – proses - output -
outcome pendidikan.

5. Juga penting dimengerti, ditetapkan, dijelaskan ukuran-ukuran tentang macam-macam


relevansi pendidikan itu, seperti umpamanya:

-.. pendidikan informal, non-formal, formal tingkat dasar (terutama) relevan dengan
intelijensinya, lingkungan alamnya, lingkungan sosial-budaya lokal dan global, dan dengan
karakternya menurut Renstra, UUD, dan ajaran agamanya,
--. Penddikan informal, non-formal, formal tingkat menengah (lebih) relevan dengan
intelijensinya, lingkungan alamnya dan tuntutan Konstitusional, dasar-dasar sains dan
teknologi, relevan dengan karakter menurut ajaran agamanya,
--. Pendidikan informal, nonformal, formal tingkat tinggi (lebih) relevan dengan sains dan
teknologi, kompleksitas sosial-budaya, relevan dengan karakter kebangsaan, dan ajaran
agamanya.

Lalu kita perlu mengidentifikasikan sumber daya mana yang inheren dengan masalah ini!

Efisiensi Pendidikan: Konsep dan Data


(Model Hubungan Antara Variabel)

1..Kita juga sudah sering mendengar dan sudah mengenal bahwa salah satu tujuan dari
kebijakan nasional di sektor pendidikan adalah efisiensi.

Masyarakat sendiri dan kita yang bergerak dalam bidang pendidikan harus bersungguh-
sungguh turut melibatkan diri dalam kebijakan tsb, karena kita sebenar-benarnya sudah
terlambat dan tertinggal banyak jika mau mengadakan studi banding dengan negara-negara
tetangga seperti Singapore dan Malaysia.

Untuk itu, kita harus memahami masalah efisiensi pendidikan ini dengan jalan mendalami:
e. kriteria, atau batasan pengertian tentang efisiensi sistem pendidikan, tentang
pendidikan cq. belajar-mengajar yang efisien,
f. dimensi berikut aspek-aspek dari efisiensi sistem pendidikan, dari pendidikan cq.
mendidik yang efisien,
g. indikator, atau data yang relevan dengan efisiensi pendidikan, dengan pendidikan cq.

31
mendidik yang efisien,
h. ukuran tentang efisiensi pendidikan, tentang pendidikan cq. Mendidik yang efisien..

2. Dalam pengertian umum, efisiensi pendidikan merujuk pada layanan pendidikan,


khususnya kegiatan belajar-mengajar, yang produktif dan efektif. Atau dengan perkataan lain,
bahwa:
-.. proses serta hasil akhirnya lebih besar/banyak dan baik/unggul,
-.. biaya dan waktunya lebih kecil/sedikit,
dibandingkan dengan yang direncanakan.

Juga di sini amat perlu dikaji secara teliti tentang bentuk pendidikan mana (baca: informal,
nonformal, formal), tingkat pendidikan mana, dan bidang serta jenis pendidikan mana
(termasuk pengajian, majlis taklim, dsb) yang –menurut kebijakan Pemerintah itu—yang
harus direncana serta diselenggrakan secara efisien itu.

3. Lebih lanjut soal efisiensi pendidikan itu mencakup indikator atau datanya yang faktual.
Segi ini berkenaan dengan kenyataan yang dilakukan para perencana,
birokrasi/penyelenggara, khususnya para pelaku (yaitu pembelajar dan pengajar) yang
terlibat, yang berkewajiban, dan yang berkepentingan. Maka perlu dapat diketahui soal
efiensi pendidikan itu, dengan memperhatikan tentang output (hasil), proses (kegiatan), input
(masukan, biaya), yang akhirnya dapat diterjemahkan dalam rupiah. Itu mencakup soal
efisiensi pada satuan-satuan organisasi, seperti:

a) birokrasi/pelayanan administrasi pendidikan:


i. untuk urusan administratif umum
ii. untuk urusan personel,
iii. untuk pembangunan dan pemeliharaan prasarana
iv. untuk pengadakaan sarana dan fasilitas

b) penyelenggara pendidikan:
i. untuk urusan administratif umum,
ii. untuk urusan personel,
iii... untuk perlengkapan dan fasilitas administratif,
iv... untuk perlengkapan dan fasilitas belajar-mengajar,

4. Juga penting dimengerti, ditetapkan, dijelaskan ukuran-ukuran tentang macam-macam


efisiensi pendidikan itu, seperti:

-.. efisiensi satuan-satuan birokrasi yang memberi layanan administratif umum pada
pendidikan informal, non-formal, formal tingkat dasar, menengah, dan tinggi,
-.. efisiensi satuan-satuan /badan-badan penyelenggara pendidikan informal, non-formal,
formal pada tingkat dasar, menengah, dan tinggi.

BAHAN DISKUSI KELOMPOK BELAJAR.

Siswa ditugasi dan dipersilahkan meyusun konsep tertentu tentang efisiensi pendidikan, cq,
mendidik yang efisien, dan menemukan data pendukungnya! Siapa atau kelompok mana, di
tingkat mana (berstandar Internasional, berstandar nasional), dan pada bidang mana di jajaran
mana yang paling efisien, dan paling tidak efisien? Apa sebab-sebabnya demikian? Lalu apa
yang harus dan dapat dikerjakan untuk perbaikannya?

TUGAS DISKUSI KELOMPOK

32
Siswa ditugasi dan dipersilahkan meyusun konsep tertentu tentang dan sekitar relevansi
pendidikan, dan menemukan data pendukungnya!
Di mana dan bagaimana Relevansi dari sistem pendidikan kita dewasa ini? Mengapa
demikian, Faktor-faktor apa yang memberi pengaruh positif, juga yang memberi pengaruh
negatif, terhadap sistem pendidikan kita yang kurang relevan itu.

Masalah Kebijakan dan Manajemen Akontabilitas Publik

Sistem Informasi Manajemen punya antar-hubungan (inter-relationships) dengan Kebijakan


Publik. Di satu pihak atau sisi, SIM itu adalah produk dari Kebijakan Publik. Di pihak atau
sisi lain, SIM itu melayani dan membantu Kebijakan Publik. Lebih jelas, antar-hubungan itu
mengandung arti:

(a). Kebijakan Publik melahirkan SIM, di mana Kebijakan Publik yang baik, membawa dan
menghadirkan SIM yang lengkap-tepat-efektif. Sebaliknya pun dapat terjadi!

(b). SIM adalah pendukung Kebijakan Publik, atau SIM yang lengkap-tepat-baik dapat
membantu lahirnya Kebijakan Publik yang baik. Sebaliknya pun dapat terjadi!

Dalam situasi umum di mana berbagai bidang dan cabang kehidupan di masyarakat berikut
dengan lingkungan alamnya yang ada itu makin kompleks, maka diperlukan SIM yang makin
canggih. Dalam pada itu untuk SIM yang demikian, maka manajemen lembaga yang
bertanggung jawab dengan SIM pun haruslah sama canggihnya, berhubung informasi
demikian tidak hadir sendiri!

Dewasa ini, tidak ada kebijakan publik yang sederhana, yang lurus-lurus atau linear saja.
Dalam semua tugas dan seluruh tahapannya, para pemegang Kebijakan Publik pada bidang
dan sektor sosial-ekonomi-teknologi-budaya itu memerlukan layanan SIM yang canggih
sedemikian rupa, sehingga mereka memperoleh kemampuan tinggi dalam menetapkan
strategi bayu birunya (blue ocean strategy), atau strategi berselancar di atas kesemrawutan
(surfing on chaos).

Demikian pula sama halnya dengan SIM Pendidikan. Pengorganisasian struktur dan konten
data, demikian juga sumber data, dan pencatat serta pengirim data awal/mentah, harus makin
pilihan dan terlatih.

Pengolahan data mentah dan pengirimannya ke pusat-pusat pengolahan harus makin terjadwal
dengan seksama. Pengolahan data yang makin luas untuk tujuan/kepentingan tertentu yang
bermacam-macam itu, pada seluruh struktur organisasi yang diberi tanggung jawab mengelola
SIM itu harus didukung semua unsurnya yang canggih, yang meliputi:

a. teknologi software,
b. teknologi hardware,
c. band width yang dikuasai para provider,
d. human ware dalam ICT,
e. keahlian manajemen, komunikasi, kerjasama, teamwork,
f. koordinasi dan kepemimpinan yang handal.

Kebijakan Publik bersumber dari suara publik dan bermuatan kepentingan publik. Kebijakan
Publik mempunyai dasar organisasinya, baik pembagian tugas-tugas fungsional, satuan-
satuan struktural dan hierakikalnya, maupun pembagian wewenangnya, dan urusan-urusan
yang dibidanginya.

33
Ada satuan-satuan organisasi yang diberi wewenang menyelenggarakan Kebijakan Publik.
Dalam tatanan hukum konstitusi dan hukum Tata Negara kita, sesuai dengan luas dan
bobotnya tugas-tugas Kebijakan Publik itu.telah ditetapkan ada pada:

a. Pemerintah.,
b. Pemerintah bersama DPR,
c. MPR.

Tanggung jawab secara yuridis formal dan secara administratif ditetapkan dalam banyak
perundang-undangan! Disamping tanggung-jawab yuridis-formal, akontabilitas publik
memuat tanggung jawab moral-sosial, sedang dalam tiap tanggung jawab itu ada ketentuan
dapat dituntut, baik secara yuridis, administratif, maupun moral-sosial..

Tiap pejabat yang diberi wewenang dan tugas menjalankan Kebijakan Publik ditetapkan pula
kewajiban serta tanggung jawabnya,. Yaitu ketentuan-ketentuan tentang ruang lingkup atau
skalanya, waktunya, dan kepada siapa atau badan mana ia harus mempertanggung jawabkan
pelaksanaan tugas-tugasnya. Di sini kita analisis sistem tanggung jawab itu, atau lebih tepat
lagi sistem akuntabilitas publik.

Pejabat-pejabat birokrasi harus mempertanggung-jawabkan pelaksanaan tugas-tugasnya yang


mengalir dari Kebijakan Publik itu kepada atasannya. Kepala Dinas bertanggung jawab
kepada yang mengangkatnya. Kepala Daerah mempertang-gung jawabkan pelaksanaan tugas-
tugasnya yang mengalir dari Kebijakan Publik itu kepada yang mengangkatnya, dan/atau
kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai lembaga pemilihnya, dan kepada para pemilih
dalam pemilihan umum.

Para anggota DPR dan DPRD mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas-tugasnya secara
organisatoris kepada fraksi dan partai politiknya, secara etis-politis kepada para pemilihnya,
dan secara politis-sosiologis kepada bangsanya.

Para Menteri (dan Wakil Presiden) bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugas-tugasnya
kepada Presiden, atau dalam urusan-urusan tertentu juga kepada DPR. .

Secara yuridis formal, secara etika sosial, secara politis-sosiologis, Presiden bertanggung
jawab dalam melaksanakan tugas-tugasnya kepada MPR, kepada partainya, kepada para
pemilihnya, dan kepada bangLast but not Least, pertangung jawaban diri dan akontabilitas
publik dari setiap kita atas pelaksanaan tugas-tugas maupun segala amal perbuatan kita,
akhirnya kepada Allah swt., ar-Rohman ar-Rohim, Yang Maha Kekal, Yang Maha Adil!

Masalah Kebijakan dan Manajemen Kembalian (Returns)

Kita, terutama para pemegang kebijakan publik, harus makin memahami, bahwa sistem
pendidikan yang kita bangun yang hendaknya makin bermutu itu, ialah yang memberikan
”kembalian” tinggi (high returns).
Mungkin pikiran atau konsep ini belum dikenal oleh banyak pihak, termasuk sebagian dari
kita sendiri yang sehari-harinya bekerja dengan tugas-tugas mendidik, atau dengan tugas-
tugas manajemennya, bahkan dengan tugas-tugas mengelola sistem informasi manajemennya.
Mungkin sebagian dari kita masih berkeluh-kesah tetkala bergulat dengan banyak masalah,
34
keterbatasan, dan kesulitan dalam didik-mendidik, dalam pembelajaran, dalam pengujian dan
penilaiannya! Serba terbatas dalam bahan ajar, dalam alat bantu belajar, dalam keahlian
tenaga pengajar/pendidik, dalam keahlian tenaga pengelola lembaga pendidikannya, dalam
keahlian tenaga penyususn kebijakan publiknya!
Dalam konteks keterbatasan sebagaimana dikemukakan di atas, dalam naskah kuliah dan
diskusi ini, telah berkali-kali dikemukakan konsep ketrampilan berpikir tingkat tinggi (higher
order thinking skills). Memang, dalam kondisi dan situasi bagaimana pun, dan lebih-lebih
dalam begitu banyak kesulitan, kita dituntut dan karenanya harus bahkan wajib belajar serta
berlatih berpikir tingkat tinggi, dan mempraktekkannya berpikir demikian dengan makin
mahir!
Secara ringkas di sini dikemukakan lagi rujukan pada model, metode, cara-cara Berpikir
Aqliyah dan Berpikir Naqliyah!

Dapat diitambahkan bahwa sumber kepustakaan dunia Barat amat kaya dengan hal-ihwal
berpikir aqliyah, sedang berpikir naqliyah amat tepat bagi kita untuk menggalinya dari
kepustakaan karya besar para sarjana Muslim.

Konsep kedua yang hendak ditekankan lagi di sini ialah kembalian pendidikan (educational
returns). Sungguh akan banyak manfaatnya, setidak-tidaknya sebagai tambahan topik
berpikir, tambahan kesadaran, tambahan dorongan dan tenaga pendorong, supaya kita makin
berhasil dalam kegiatan didik-mendidik, dalam manajemen pendidikan, dalam outputnya,
bahkan mampu hidup makin maju dan bermutu dengan hasil-hasil pendidikan itu. Bagian
kalimat yang terakhir itulah yang dimaksud dengan kembalian pendidikan (educational
returns).

Pada dasarnya atau secara garis besar, konsep kembalian pendidikan itu menunjukkan
perbandingan antara 2 (dua) komponen, yaitu:
(1). Biaya (costs) yang dibuat dan pengeluaran (expenditures) untuk memperoleh hasil dari
kegiatan-kegiatan mengikuti dan melakukan pendidikan;
(2). Hasil (outcome ) dan keuntungan (benefits) yang diperoleh, berhubung dengan
perolehan-perolehan (gains) dari mengikuti pendidikan.

Mari kita tinjau lebih lanjut apa yang dimaksud dengan unsur Biaya dan Pengeluaran. Pada
prinsipnya biaya itu adalah ( = , sama dengan) pengorbanan. Adapun pengorbanan itu luas
sekali, mencakup :
a. tindakan/perbuatan yang mengurangi (nilai dan harga) kekayaan,
b. membuat biaya (costs),
c. amortisasi, penyusutan terhadap benda modal,
d. mengeluarkan uang (expenditures),
e. mengerahkan tenaga,
f. menyediakan waktu,
g. pendapatan jadi tertangguhkan/hilang,
h. menahan / mengurangi kegiatan-kegiatan (mungkin hingga ada penderitaan).

Biaya itu mencakup juga pengeluaran uang yang berasal dari sumber-sumber pihak ketiga,
termasuk dari anggaran Pemerintah maupun swasta.

Coba dapatkah kita menghitung unsur-unsur itu semua, dan meringkaskannya dalam satuan
mata uang, d.h.i.rupiah? Berapa rupiah harganya tenaga fisik dan mental Anda per jam?
Berapa rupiah harganya per satu jam menahan/mengurangi kegiatan yang lazimnya
merupakan kesenangan dan kegembiraan Anda?
Namun konsep murni tentang biaya itu terbatas pada pengorbanan yang diperlukan untuk
kegiatan-kegiatan yang langsung dapat memberi nilai-tambah pada proses dan output yang

35
direncanakan. Jika ada sesuatu dari macam-macam jenis pengorbanan yang tidak demikian (=
yang tidak langsung untuk tujuan memberi nilai-tambah), maka itu bukan biaya, melainkan
pemborosan; .
Konsep manajemen mutu dan manajemen strategik, bahkan al-Islam, menyatakan bahwa.kita
dilarang boros y.i. antara lain khususnya dalam menggunakan waktu untuk yang sia-sia dalam
belajar, dalam proses belajar-mengajar, dalam mendidik, dalam mengelola lembaga
pendidikan, bahkan dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya! Maka sadarilah hal itu
dengan belajar terus, dan usahakanlah jangan hidup berboros-boros di muka bumi ini!

Secara konseptual, biaya pendidikan seseorang, para siswa, dan warga masyarakat belajar itu
dihitung untuk selama jangka waktu dari program-program atau tingkat-tingkat tertentu!
Memang detilnya cukup rumit. Yang berminat mendalami aspek ini, dipersilahkan membaca
buku dan artikel-artikel tersedia di Collection Room PPS kita.
Lalu pada pihak lain, nilai-nilai apa yang dihasilkan, diperoleh, diterima dan dinikmati berkat
macam-macam biaya pendidikan itu? Dan nilainya dalam bentuk apa, serta berapa besar?
Ingat dan perhatikan kembali konsep yang diperkenalkan lebih dulu, bahwa sistem nilai itu
adalah satu gabungan (aglomerasi) yang terdiri atas:
a. nilai teologik, alias Ketuhanan,
b. nilai etik, alias kebaikan,
c. nilai logik, alias kebenaran. ketepatan
d. nilai estetik, alias keindahan,
e. nilai teleologik, alias kemanfaatan/kegunaan praktis.
Uraikan secara sistematik satu per satu, dan gabungkan.berbagai unsur itu menjadi satu
gabungan atau kesatuan. Nilai-nilai mana yang paling kuat, paling besar, paling banyak yang
diperoleh berkat pendidikan itu? Sungguh tidak mudah dihitung dan diukurnya, apalagi
dirumuskan pada satu satuan dan sekaligus dikuantitatifkan dengan belangan-bilangan!

Namun dalam pada itu adalah jelas bahwa semua nilai itu tumbuh dan berkembang untuk
mencapai ekuilibrium pada tahapan yang stabil, namun terus berubah dalam kompleksitasnya
dan/atau mencapai krisisnya, atau sebaliknya menemukan titik-balik sebagai kurva keduanya
(Second Curve)!

Adapun kembalian pendidikan (educational returns) dalam berbagai kemungkinan bentuk


tersebut di atas itu bukan yang terbatas bagi pelajar yang bersangkutan sendiri. Tegasnya
nilai-nilai itu dapat diperoleh/dinikmati oleh orang ybs, dan/atau sekelompok / sekumpulan
orang-orang tertentu, satu organisasi tertentu, atau suatu bangsa, dan dapat berupa nilai-nilai.
Dengan perkataan lain, berbagai macam kembalian dari pendidikan itu, yang sampai batas
tertentu dapat dikembalikan pada satuan tertentu bahkan dikuantitatifkan, dapat dinikmati
oleh:
a. pembelajar sebagai pihak yang berkepentingan langsung sendiri,
b. pihak-pihak lain, seperti anggota keluarga, atau warga sekampung,
c. organisasi swasta, di mana ybs bekerja dan/atau mengabdi,
d. masyarakat bangsa dan negara, tempat ybs. menunjukkan perjuangan dan amal
baktinya.
Segala sesuatu yang mendetil itu berbeda-beda, ada yang bernilai atau berharga
moneter/kebendaan dan ada yang non-material, namun ada hubungan fungsional satu sama
lain, dan terus berubah! Lazimnya perkembangan itu makin dewasa, makin stabil dab
berimbang, lalu mencapai kompleksitasnya, dan kemudian menemui saat krisinya dan
berakhir.

Namun pada satu saat di hari yang akan datang, pada hari-hari pembalasan, pasti ada pula
kembalian yang paling berimbang, cocok, tepat, dan adil! Maka belajarlah, bertindaklah,
beramallah, hiduplah makin kaya nilai, makin bermutu, makin produktif, efektif, efisien, dan

36
akontabel, dalam arti yang sesungguhnya! In syaa Allah!

37

Anda mungkin juga menyukai