Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah
dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah merupakan
salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala
sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah,
pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan
prasarana. Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan
tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien.
Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan menentukan
kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi, dan
luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan kepala sekolah yang baik harus dapat
mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga
kependidikan. Oleh karena itu, kepala sekolah harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat
dan kemampuan serta keterampilan-keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga
pendidikan. Dalam perannya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat
memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja, sehingga kinerja guru
selalu terjaga.
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut
berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang
pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan
harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai
dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata
sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang
melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahkan
dan menuntun siswa dalam belajar.
Dari sudut pandang manajemen sumber daya manusia, guru masih berada dalam
pengelolaan yang lebih bersifat birokratis-administratif yang kurang berlandaskan paradigma
pendidikan. Dari aspek unsur dan prosesnya, masih dirasakan terdapat kekurang-terpaduan
antara sistem pendidikan, rekrutmen, pengangkatan, penempatan, supervisi, dan pembinaan
guru. Masih dirasakan belum terdapat keseimbangan dan kesinambungan antara kebutuhan dan

1
pengadaan guru. Pembinaan dan supervisi dalam jabatan guru belum mendukung terwujudnya
pengembangan pribadi dan profesi guru secara proporsional.
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan
akan selalu berubah seiring dengan perubahan jaman, setiap saat pendidikan selalu menjadi
fokus perhatian dan bahkan tidak jarang menjadi sasaran ketidakpuasan karena pendidikan
menyangkut kepentingan semua orang. Oleh karena itu, pendidikan senantiasa memerlukan
upaya perbaikan dan peningkatan sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan
kehidupan masyarakat. Kunci utama keberhasilan pendidikan salah satunya terletak pada
kualitas guru. Mengingat peran guru yang besar dalam proses pendidikan, kepala sekolah
sebagai atasan langsung dituntut memiliki kapasitas utama sebagai edukator, manajer,
administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator.
Sementara itu guru memiliki tugas utama (1) membuat program pembelajaran; (2)
melaksanakan program pembelajaran; (3) melaksanakan evaluasi; (4) melaksanakan analisis
hasil belajar siswa; (5) melaksanakan perbaikan, remedial, dan pengayaan. Tidak semua guru
mampu melaksanakan tugas utama itu. Banyak faktor yang mempengaruhi. Dua faktor utama
adalah kemampuan dan kemauan. Koordinat kemampuan dan kemauan akan sangat
berpengaruh terhadap kinerja guru. Keduanya terletak pada kompetensi guru. Apabila
kompetensi kepribadiannya rendah akan membuat guru rendah kemauannya, apabila
kompetensi kepribadiannya tinggi akan membuat tinggi kemauannya untuk melaksanakan
tugas pokok guru. Disisi lain apabila kompetensi akademisnya rendah akan membuat rendah
kemampuannya, demikian pula sebaliknya.
Sebagai supervisor, kepala sekolah diharapkan mampu bertindak sebagai konsultan,
sebagai fasilitator yang memahami kebutuhan dari guru dan juga mampu memberi alternatif
pemecahannya. Disamping itu, kepala sekolah juga diharap dapat memotivasi guru-guru agar
lebih kreatif dan inovatif. Dalam kerangka pembinaan kompetensi guru melalui supervisi perlu
dicermati bahwa kegiatan tersebut bukan hanya memfokuskan pada peningkatan pengetahuan
dan ketrampilan mengelola pembelajaran, tetapi juga mendorong pengembangan motivasi
untuk melakukan peningkatan kualitas kinerjanya.
Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Wahjosumidjo bahwa kepala sekolah
disamping bertugas untuk melakukan pembinaan kompetensi guru juga berfungsi sebagai
motivator. Setiap unsur dari pimpinan hendaknya dapat menggerakkan orang lain, baik

2
bawahan atau kolega, sehingga dengan sadar secara bersama-sama bersedia berperilaku untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.1
SMP Salman Al-Farisi berdiri sejak tahun pelajaran 1997/1998. Waktu pembelajarannya
2
setiap Senin-Kamis pukul 07.30-16.00 WIB dan Jum'at pukul 07.30-14.00 WIB. Rentang
waktu yang panjang di sekolah memungkinkan pengembangan potensi dan karakter siswa yang
lebih terpadu. Kurikulum yang dikembangkan di SMP Salman Al-Farisi adalah perpaduan
antara kurikulum nasional yang telah dikembangkan untuk mata pelajaran umum,
pengembangan Kurikulum PAI dari Kemenag yang telah disesuaikan dengan kondisi SMP
Salman Al-Farisi, dan pengembangan kurikulum Yayasan yang menjadi ciri khas yang menjadi
unggulan lembaga. Pengembangan kurikulum dari tiga unsur tersebut, menjadi Kurikulum
SMP Salman Al-Farisi yang dipadukan dalam suatu rumusan Iman, Ilmu, dan Amal. Aspek
Leadership, Green Education, dan Imtaq menjadi penekanan dalam setiap proses
pembelajaran. Pengembangan Kurikulum di SMP Salman Al-Farisi antara lain: Materi PAI
diperluas menjadi Baca Tulis Al-Qur'an dengan metode Tilawati, Tahfizh, Hafalan Doa,
Hafalan Hadits, Praktik Ibadah dan Kajian Al Qur'an, serta pembelajaran Bahasa Arab. 3

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, makalah ini merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana kinerja guru SMP Salman Al Farisi?
2. Bagaimana pengawasan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Salman Al Farisi?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui kinerja guru SMP Salman Al Farisi?
2. Untuk mengetahui pengawasan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Salman Al
Farisi?

1
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: Raja Grafindo,
2002), Cet. Ke-3, h. 96.
2
Pembelajaran Salman Al-Farisi, Tersedia: http://www.salman-alfarisi.com/html/profil.php?
id=profil&kode=14&profil=Pembelajaran[5 Januari 2015]
3
Bagaimana evaluasi
Kurikulum Salman Al-Farisi, Tersedia:http://www.salman-alfarisi.com/html/index.php?
id=profil&kode=82&profil=Kurikulum[5 Januari 2015].
kinerja guru Islamic
full day school melalui 3
pendekatan Balanced
ScoreCard?
BAB II
KERANGKA TEORITIS

A. Pengawasan (Supervisi) Kepala Sekolah


1. Pengertian Supervisi
Menurut Purwanto, pengawasan (supervisi) adalah suatu aktivitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan
pekerjaan secara efektif. Sedangkan Wiyono mencoba mendefinisikan supervisi dengan
mengkaitkan fungsi pimpinan umum yang mengkoordinasikan dan memimpin kegiatan-
kegiatan sekolah yang berhubungan dengan kegiatan belajar. Hal senada dikemukakan
Sahertian, supervisi adalah usaha memberikan pelayanan dan bantuan kepada guru-guru baik
secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran. Kata kunci
dari pelaksanaan supervisi adalah ”memberi layanan dan bantuan”. Pendapat senada
dikemukakan Soewadji bahwa supervisi merupakan rangsangan, bimbingan atau bantuan yang
diberikan kepada guru-guru agar kemampuan profesionalnya makin berkembang, sehingga
situasi belajar semakin efektif dan efisien.
Supervisi merupakan salah satu bagian dari manajemen personal pendidikan. Supervisi
di sekolah sering juga disebut pembinaan guru. Kegiatan supervisi pada prinsipnya merupakan
kegiatan membantu dan melayani guru agar diperoleh guru yang lebih bermutu yang
selanjutnya diharapkan terbentuk situasi proses belajar mengajar yang lebih baik dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan.
Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah yang
salah satunya memiliki fungsi supervisi yang kompetensinya adalah sebagai berikut:
1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme
guru
2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan
teknik supervisi yang tepat.
3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.

2. Teknik Supervisi
Menurut Soewadji, teknik supervisi ada beberapa macam, yaitu (1) observasi kelas (2)
percakapan individu/kelompok, (3) saling berkunjung, (4) diskusi, (5) rapat guru, (6)
kunjungan studi. Sahertian membedakan teknik supervisi menjadi dua yaitu teknik supervisi

4
yang bersifat individual dan kelompok. Teknik supervisi yang bersifat individual ada tiga jenis
yaitu: (1) kunjungan kelas, (2) observasi, (3) percakapan pribadi. Sedangkan teknik yang
bersifat kelompok antara lain: rapat guru, diskusi kelompok, loka karya, seminar, simposium,
dan sebagainya. Menurut Nawawi, supervisi kunjungan kelas adalah bagian dari kegiatan
kunjungan sekolah, karena dalam pengertian sama dengan supervisi kunjungan kelas.
Sementara Rohmadi mengatakan bahwa supervisi kunjungan kelas adalah salah satu teknik
supervisi yang ditujukan langsung pada guru untuk perbaikan cara-cara mengajar,
menggunakan alat peraga, kerjasama murid dalam kelas dan lain-lainnya.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa supervisi kunjungan kelas
adalah menolong guru-guru dalam hal pemecahan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi.
Dalam kunjungan kelas yang diutamakan adalah mempelajari sifat dan kualitas cara belajar
anak dan bagaimana guru membimbing murid-muridnya. Oleh karena sifatnya mempelajari
dan mengadakan peninjauan kelas, maka sering disebut observasi kelas.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa supervisi kunjungan kelas
pada hakekatnya adalah observasi di kelas dengan tujuan untuk menemukan kelemahan dan
kelebihan guru mengajar sehingga dapat ditemukan permasalahan-permasalahan yang dijumpai
guru untuk selanjutnya dibantu pemecahannya oleh supervisor secara demokratis.
Menurut Sahertian, jenis supervisi kunjungan kelas dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Kunjungan Dengan Tanpa Memberitahu
Supervisi tiba-tiba datang ke kelas tempat guru mengajar tanpa memberitahu terlebih
dahulu. Jenis supervisi ini ada segi positifnya dan ada segi negatifnya. Segi positifnya yaitu
supervisor dapat mengetahui keadaan yang sesungguhnya, sehingga ia dapat menentukan
sumbangan apakah yang diperlukan oleh guru tersebut. Suasana yang wajar ini juga akan
berpengaruh terhadap suasana belajar anak secara wajar pula. Kemudian supervisor dapat pula
melihat yang sebenarnya tanpa dibuat-buat. Hal seperti ini dapat membiasakan guru agar
selalu mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Sedangkan kelemahannya adalah guru menjadi
gugup, karena tiba-tiba didatangi, tentu timbul prasangka bahwa ia dinilai dan pasti hasilnya
tidak memuaskan. Ada sebagian guru yang tidak senang, bila tiba-tiba dikunjungi tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu. Ini berarti supervisi hanya mencari kesalahan guru.
b. Kunjungan dengan Cara Memberitahu Terlebih Dahulu (Announced Visitation)
Supervisi terlebih dahulu memberikan jadwal kunjungan yang telah direncanakan dan
diberikan kepada tiap kelas yang akan dikunjungi. Jenis supervisi kunjungan kelas dengan
diberitahukan lebih dahulu ini juga ada segi positif dan negatifnya. Segi positifnya adalah ada
pembagian waktu merata bagi pelaksanaan supervisi terhadap semua guru yang

5
memerlukannya. Dengan demikian akan tercapai efisiensi kerja dan meningkatkan proses
belajar mengajar. Sedangkan segi negatifnya adalah ada kemungkinan pengurangan
kesempatan bagi guru-guru yang lebih banyak membutuhkan supervisi. Keterbatasan waktu
yang ditentukan itu menekan guru yang bersangkutan karena harus menuggu giliran
berikutnya. Kecuali itu bagi supervisor kunjungan yang direncanakan ini sangat tepat dan ia
punya konsep pengembangan yang kontinyu dan terencana. Para guru dapat mempersiapkan
diri dengan sebaik-baiknya karena ia sadar bahwa kunjungan itu akan membantu apa yang
diharakan guru. Kelemahannya adalah guru dengan sengaja mempersiapkan diri, sehingga ada
kemungkinan timbul hal-hal yang dibuat-buat dan kemungkinan berlebihan, sehingga
gambaran yang diperoleh supervisor bukan merupakan hasil yang murni.
c. Kunjungan Atas Undangan Guru (Visit Upon Invitation)
Pada jenis supervisi ini guru dengan sengaja mengundang kepala sekolah untuk
mengunjungi kelasnya. Jarang sekali terjadi ada seorang guru yang menginginkan kepala
sekolahnya melihat/memperhatikan suasana pada waktu guru tersebut mengajar. Oleh karena
itu, jenis supervisi ini lebih baik karena guru secara sadar berupaya dan termotivasi untuk
mempersiapkan diri dan membuka diri untuk memperoleh balikan dan pengalaman baru dalam
hal perjumpaannya dengan kepala sekolah. Dengan demikian ada sifat keterbukaan dari guru
dan guru merasa memiliki otonomi dalam jabatannya, aktualisasi kemampuannya terwujud
sehingga guru selalu belajar untuk mengembangkan dirinya. Sikap dan dorongan
untuk mengembangkan diri ini merupakan alat untuk mencapai proporsional, karena sudah
dipersiapkan jauh sebelumnya. Kelebihan dari jenis supervisi ini adalah supervisor akan lebih
pengalaman dalam berdialog dengan guru, sedangkan guru akan lebih mudah untuk
memperbaiki dan meningkatkan kemampuannya, karena motivasi untuk belajar dari
pengalaman dan bimbingan dari supervisi sudah begitu tinggi, maka supervisi dirasakan
sebagai kebutuhan mutlak dari seorang guru yang profesional. Kelemahannya adalah
kemungkinan timbul sikap manipulasi, yaitu dengan dibuat-buat untuk menonjolkan diri.
Padahal sewaktu-waktu bisa tidak berbuat seperti itu.
Dari uraian tentang pengertian, tujuan, fungsi, dan jenis-jenis supervisi kunjungan kelas
yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan, maka supervisi kunjungan kelas
sangat dibutuhkan. Supervisi kunjungan kelas baik dengan pemberitahuan lebih dahulu
maupun secara tiba-tiba atau mendadak tanpa memberitahu akan berjalan baik apabila
sebelumnya dipersiapkan (direncanakan) terlebih dahulu dan dilaksanakan secara situasional.

6
Tujuan supervisi kunjungan kelas terlebih dahulu harus dirumuskan secara jelas. Rancangan
yang berkaitan dengan kegiatan supervisi kunjungan kelas harus sudah disusun lebih dahulu
oleh kepala sekolah terutama yang menyangkut situasi belajar mengajar.

B. Kinerja Guru
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kinerja berarti sesuatu yang
dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja.4 Lembaga Administrsi Negara
merumuskan kinerja merupakan terjemahan bebas dari istilah performance yang artinya adalah
prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau pencapaian kerja atau hasil kerja. Anwar Prabu
Mangkunegara mengemukakan pengertian kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggungjawab yang diberikannya. Dalam kajian yang berkenaan dengan profesi guru, Anwar
memberikan pengertian kinerja sebagai seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan oleh
seorang guru pada waktu memberikan pelajaran kepada siswanya. Kinerja guru dapat dilihat
saat dia melaksanakan interaksi belajar mengajar di kelas termasuk persiapannya baik dalam
bentuk program semester maupun persiapan mengajar. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa kinerja seseorang tergantung pada: (1) faktor individu yang bersangkutan
yaitu menyangkut kemampuan, kecakapan, motivasi, dan komitmen yang bersangkutan pada
organisasi; (2) faktor kepemimpinan yaitu menyangkut dukungan dan bimbingan yang
diberikan pada bahan serta kualitas dukungan itu sendiri; (3) faktor tim atau kelompok yaitu
menyangkut kualitas dukungan yang diberikan pada bahan oleh tim (partner/teman kerja); (4)
faktor sistem yaitu menyangkut sistem kerja dan fasilitas yang diberikan oleh organisasi; dan
(5) faktor situasional yaitu menyangkut lingkungan dari dalam dan dari luar serta perubahan-
perubahan yang terjadi.
Sedangkan Agus Dharma dalam bukunya Manajemen Supervisi mengatakan hampir
semua cara pengukuran kinerja mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:5
1. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran kuantitatif
melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan kegiatan. Ini berkaitan
dengan jumlah keluaran yang dihasilkan.
2. Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran kualitatif
keluaran mencerminkan pengukuran “tingkat kepuasan” yaitu seberapa baik
penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk keluaran.

4
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud 1990:503
5
Agus Dharma, Manajemen Supervisi, 2003,h. 355
7
3. Ketepatan waktu, yaitu sesuai dengan waktu yang direncanakan. Pengukuran ketepatan
waktu merupakan jenis khusus dari pengukuran kuantitatif yang menentuan ketepatan
waktu penyelesaian suatu kegiatan.
Natawijaya menyatakan bahwa kinerja guru mencakup aspek: (1) kemampuan
profesional dalam proses belajar mengajar; (2) kemampuan sosial dalam proses belajar
mengajar; dan (3) kemampuan pribadi dalam proses belajar mengajar. Pendapat hampir senada
dikemukakan oleh Joni yang dikutip oleh Arikunto menjelaskan bahwa ada tiga kompetensi
yang harus dimiliki oleh guru, yaitu: (1) kompetensi profesional; (2) kompetensi personal; dan
(3) kompetensi sosial. Kompetensi profesional, artinya guru harus memiliki
pengetahuan yang luas serta dalam tentang bidang studi yang akan diajarkan serta penguasaan
metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoretik, mampu memilih metode yang
tepat serta mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar. Kompetensi personal,
artinya guru harus memiliki sikap kepribadian yang mantap, patut diteladani sehingga menjadi
sumber identifikasi baik peserta didik maupun masyarakat pada umumnya. Kompetensi sosial
artinya guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi sosial dengan murid-muridnya
maupun dengan sesama teman guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha, dan anggota
masyarakat di lingkungannya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, kinerja guru dapat dimaknai sebagai
kemampuan guru dalam melaksanakan tugas pada kompetensi profesional dalam proses belajar
mengajar, kompetensi pribadi dalam proses belajar mengajar, dan kompetensi sosial dalam
proses belajar mengajar. Indikator kompetensi profesional dalam proses belajar mengajar
adalah (1) penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus
diajarkan dan konsep-konsep keilmuan dari bahan yang diajarkan itu; (2) kemampuan
mengelola program belajar mengajar; (3) kemampuan mengelola kelas; (4) kemampuan
mengelola dan menggunakan media/sumber belajar; dan (5) kemampuan menilai prestasi
belajar. Indikator kompetensi pribadi dalam belajar mengajar meliputi: (1) kemantapan dan
integritas pribadi; (2) kepekaan terhadap perubahan dan pembaharuan; (3) berfikir alternatif;
(4) adil, jujur, dan obyektif; (5) berdisiplin dalam melaksanakan tugas; (6) berusaha
memperoleh hasil kerja yang sebaikbaiknya; (7) simpatik dan menarik, luwes, bijaksana, dan
sederhana dalam bertindak; (8) kreatif; (9) berwibawa. Indikator kompetensi sosial dalam
proses belajar mengajar meliputi; (1) trampil berkomunikasi dengan siswa; (2) bersikap
simpatik; (3) dapat bekerjasama dengan komite sekolah; (4) dapat bergaul dengan kawan
sekerja dan mitra pendidikan.

8
BAB III
DESKRIPSI KASUS PENGAWASAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN

Kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan dituntut untuk memiliki kemampuan


mengelola program peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah
hendaknya dapat melaksanakan supervisi secara efektif sebagaimana diamanahkan dalam
Permendiknas No. 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/ Madrasah bahwa kepala
sekolah memiliki tugas merencanakan program supervisi akademik dalam rangka
profesionalitas guru, melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan
pendekatan dan teknik supervisi yang tepat serta menindaklanjuti hasil supervisi akademik
terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
Hal ini memerlukan kerja keras kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru
sebagai ujung tombak proses pembelajaran yang berkualitas. Adanya tuntutan masyarakat akan
efektivitas dan kualitas pelaksanaan pengajaran pada proses pembelajaran maka dibutuhkan
bantuan pengajaran guru dan layanan belajar siswa melalui supervisi kepala sekolah.
Rendahnya kualitas guru tersebut membutuhkan peran kepala sekolah sebagai supervisor untuk
memantau dan mensupervisi serta memberikan arahan dan bimbingan kepada guru guna
mencapai pembelajaran yang berkualitas. Guru yang profesional sangat dibutuhkan di setiap
sekolah karena berperan dalam menyiapkan siswa agar dapat mencapai perkembangannya
secara optimal. Seorang siswa dikatakan telah mencapai perkembangannya secara optimal
apabila siswa memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan bakat, kemampuan dan minat yang
dimiliki.
Keluaran sekolah mencakup output dan outcome. Output sekolah adalah hasil belajar
yang merefleksikan seberapa baik peserta didik mampu mengikuti proses pembelajaran.
Idealnya, hasil belajar harus mengekspresikan tiga unsur kemampuan, yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotor. Pertama, kemampuan kognitif tidaklah semata-mata mengukur prestasi belajar
berupa NUAN (Nilai Ujian Akhir Nasional), akan tetapi harus juga mengukur kemampuan
berpikir ganda, seperti misalnya berpikir deduktif, induktif, ilmiah, kritis, kreatif, nalar,
eksploratif, diskoveri, lateral, dan berpikir sistem. Kedua, hasil belajar harus juga mengukur
kemampuan afektif, yang pada dasarnya adalah mengukur kualitas batiniyah/karakter manusia,
seperti misalnya iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kasih sayang, kejujuran,
kesopanan, toleransi, tanggungjawab, keberanian moral, komitmen, disiplin diri, dan estetika.
Ketiga, hasil belajar harus juga mengukur psikomotor, yang meliputi keterampilan olahraga
(atletik, sepakbola, badminton, dan sebagainya), kesehatan (daya tahan, bebas penyakit), dan

9
kesenian (musik, visual, teater, dan kriya). Oleh karena itu, tidaklah cukup jika hasil belajar
hanya diukur dengan hasil tes berupa NUAN. Outcome adalah dampak jangka panjang dari
output/hasil belajar, baik dampak bagi tamatan maupun bagi masyarakat. Outcome memiliki
dua dimensi, yaitu: (1) kesempatan pendidikan dan kesempatan kerja, dan (2) pengembangan
diri alumni. Sekolah yang baik memberikan banyak kesempatan/akses kepada alumninya untuk
meneruskan pendidikan berikutnya dan kesempatan/akses untuk memilih pekerjaan. Sekolah
yang baik juga membekali kecakapan alumninya untuk mengembangkan diri dalam kehidupan.
Pengembangan diri yang dimaksud adalah pertumbuhan intelektualitas yang dihasilkan dari
proses pembelajaran di sekolah.
Wahjosumidjo mendefinisikan kepala sekolah sebagai seorang tenaga fungsional guru
yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar
mengajar, atau tempat terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang
menerima pelajaran.6 Untuk menjamin kelangsungan proses pendidikan, kepala sekolah
menunaikan dua peran yang sama pentingnya, yaitu sebagai pengelola pendidikan di sekolah
secara keseluruhan; dan pemimpin formal pendidikan di sekolahnya. Dalam kapasitas yang
disebut pertama, kepala sekolah bertanggung jawab terhadap keberhasilan penyelenggaraan
kegiatan pendidikan dengan cara melaksanakan administrasi sekolah dengan seluruh
substansinya. Di samping itu, bertanggung jawab pula terhadap mutu dan kemampuan
sumberdaya manusia yang ada untuk menjalankan tugas-tugas pendidikan. Oleh karena itu,
kepala sekolah sebagai pengelola satuan pendidikan memiliki tugas untuk mengembangkan
kinerja guru ke arah kompetensi profesional yang diharapkan.
Dalam kapasitas sebagai pemimpin formal, kepala sekolah bertanggung jawab atas
tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya menggerakkan bawahan ke arah pencapaian
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini kepala sekolah bertugas melaksanakan
fungsi-fungsi kepemimpinan, baik fungsi yang berhubungan dengan pencapaian tujuan
pendidikan maupun penciptaan iklim sekolah yang kondusif bagi terlaksananya proses belajar
mengajar yang efektif dan efisien.
Menurut Glickman ada beberapa strategi yang diikuti oleh kepala sekolah dalam
melakukan pembinaan profesionalisme guru, yaitu :
a) Mendengar (listening), yaitu kepala sekolah mendengarkan apa saja yang dikemukakan
oleh guru, bisa berupa kelemahan, kesulitan, kesalahan, masalah dan apa saja yang
dialami oleh guru, termasuk yang ada kaitannya dengan peningkatan profesionalisme
guru.

6
Wahjosumidjo, Op.Cit.
10
b) Mengklarifikasi (clarifying), yaitu kepala sekolah memperjelas mengenai apa yang
dimaksudkan oleh guru. Jika pada mendengar (point 1) diatas, kepala sekolah
mendengar mengenai apa saja yang dikemukakan oleh guru, maka dalam meng-
klarifikasi ini kepala madrasah memperjelas apa yang diinginkan oleh guru dengan
menanyakan kepadanya.
c) Mendorong (Encouraging), yaitu kepala sekolah mendorong kepada guru agar mau
mengemukakan kembali mengenai sesuatu hal bilamana masih dirasakan belum jelas.
d) Mempresentasikan (presenting), yaitu kepala sekolah mencoba mengemukakan
persepsinya mengenai apa yang dimaksudkan oleh guru.
e) Memecahkan masalah (problem solving), yaitu kepala sekolah bersama-sama dengan
guru memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh guru.
f) Negosiasi (negotiating), yaitu kepala sekolah dan guru membangun kesepakatan-
kesepakatan mengenai tugas yang harus dilakukan masing-masing atau bersama-sama.
g) Mendemonstrasikan (demonstrating), yaitu kepala sekolah mendemonstrasikan
tampilan tertentu dengan maksud agar dapat diamati dan ditirukan oleh guru.
h) Mengarahkan (directing), yaitu kepala sekolah mengarahkan agar guru melakukan hal-
hal tertentu.
i) Menstandarkan (standardization), yaitu kepala sekolah mengadakan penyesuaian-
penyesuaian bersama dengan guru.
j) Memberikan penguat (Reinforcing), yaitu kepala sekolah menggambarkan kondisi-
kondisi yang menguntungkan bagi pembinaan guru.
Ada beberapa metode dan teknik supervisi yang dapat dilakukan kepala sekolah.
Metode-metode tersebut dibedakan antara yang bersifat individual dan kelompok
a) Teknik Supervisi Individual
Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru tertentu
yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Supervisor atau pengawas hanya
berhadapan seorang guru yang dipandang memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik supervisi
yang dikelompokkan sebagai teknik individual meliputi: kunjungan kelas, observasi kelas,
pertemuan individual, kunjungan antar kelas, dan menilai diri sendiri.
a) Kunjungan Kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah, pengawas, dan pembina
lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga memperoleh
data yang diperlukan dalam rangka pembinaan guru. Tujuan kunjungan kelas ini adalah untuk
menolong guru dalam mengatasi kesulitan atau masalah guru di dalam kelas. Melalui

11
kunjungan kelas, pengawas akan membantu permasalahan yang dialaminya.kunjungan kelas
dapat dilakukan dengan pemberitahuan atau tanpa oemberitahuan terlebih dahulu, dan bias juga
atas dasar undangan dari guru itu sendiri.
Dalam melaksanakan kunjungan kelas, terdapat empat tahap, yaitu :
(1) Tahap persiapan, Pada tahap ini, pengawas merencanakan waktu, sasaran, dan cara
mengobservasi selama kunjungan kelas.
(2) Tahap pengamatan, yaitu mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung.
(3) Tahap akhir kunjungan, pada tahap akhir ini pengawas bersama guru mengadakan
perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi, setelah itu dilakukan tindak
lanjut.
Ada beberapa kriteria kunjungan kelas yang baik, yaitu :
(1) Memiliki tujuan-tujuan tertentu.
(2) Mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru.
(3) Menggunakan instrument observasi tertentu untuk mendapatkan daya yang obyektif.
(4) Terjadi interaksi antara Pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling
pengertian.
(5) Pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses belajar mengajar.
(6) Pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut.
b) Observasi Kelas
Observasi kelas secara sederhana dapat diartikan melihat dan memperhatikan secara teliti
terhadap gejala yang tampak. Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh
supervisor terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Tujuannya adalah untuk
memperoleh data seobyektif mungkin mengenai aspek-aspek dalam situasi belajar mengajar,
kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam usaha memperbaiki proses belajar mengajar.
Secara umum yang diamati selama proses pembelajaran adalah:
(1) Usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran.
(2) Cara penggunaan media pengajaran.
(3) Reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar.
(4) Keadaan media pengajaran yang dipakai dari segi materialnya.
Dalam pelaksanaan observasi kelas dilakukan beberapa tahap, yaitu:
(1) Persiapan observasi kelas.
(2) Pelaksanaan observasi kelas.
(3) Penutupan pelaksanaan observasi kelas.
(4) Penilaian hasil observasi.

12
(5) Tindak lanjut.
Ketika supervisor melaksanakan observasi kelas, sebaiknya menggunakan instrument observasi
tertentu, antara lain evaluative check-list, activity check-list.
c) Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara
Pembina atau supervisor guru, guru dengan guru, mengenai usaha meningkatkan kemampuan
professional guru. Tujuannya adalah: (1) memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru
melalui pemecahan masalah yang dihadapi; (2) mengembangkan hal mengajar yang lebih baik;
(3) memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri; dan (4) menghilangkan
atau menghindari segala prasangka yang bukan-bukan.
d) Kunjungan Antar Kelas
Kunjungan antarkelas dapat juga digolongkan sebagai teknik supervisi secara perorangan.
Kegiatan ini dilakukan guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah
itu sendiri. Melalui kunjungan antarkelas ini diharapkan guru akan memperoleh pengalaman
baru dari teman sejawatnya mengenai pelaksanaan proses pembelajaran, pengelolaan kelas, dan
sebagainya.
Agar kunjungan antar kelas ini dapat berhasil dengan baik dan bermanfaat, maka harus
ada beberapa hal yang diperhatikan antara lain :
(1) Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi dengan sebaik-baiknya. Diupayakan
agar mencari guru yang berpengalaman sehingga mampu memberikan pengalaman baru
bagi guru-guru yang akan mengunjungi.
(2) Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi.
(3) Sediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan kelas.
(4) Supervisor/pengawas hendaknya mengikuti acara ini dengan cermat. Amatilah apa-apa
yang ditampilkan secara cermat, dan mencatatnya pada format-format tertentu.
(5) Adakan tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas selesai. Misal, dengan percakapan
pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu.
(6) Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, yaitu dengan
menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi.
(7) Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.
e) Menilai diri Sendiri
Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervisi pendidikan. Penilaian
diri sendiri memberikan informasi secara obyektif kepada guru tentang peranannya di kelas dan
memberikan kesempatan kepada guru mempelajari metode pengajarannya dalam

13
mempengaruhi murid. Dengan demikian guru akan terdorong untuk mengembangkan diri
secara profesional.
Ada beberapa cara/alat untuk menilai diri sendiri yaitu:
(1) Buat suatu pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk
menilai pekerjaan atau suatu aktivitas (buat dalam bentuk pertanyaan bisa pertanyaan
tertutup atau terbuka dan tidak perlu menyebut nama).
(2) Menganalisis tes-tes terhadap unit kerja.
(3) Mencatat murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka bekerja secara perorangan
maupun secara kelompok.
2). Teknik Supervisi Kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan
pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki
masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau
dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian pada kelompok ini diberikan layanan
supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang dihadapi.
Kinerja guru atau prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Kinerja guru akan baik jika guru telah melakukan
unsur-unsur yang terdiri dari kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar,
menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas
lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan semua warga sekolah,
kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, kepribadian yang baik, jujur dan objektif dalam
membimbing siswa, serta tanggung jawab terhadap tugasnya.
Seorang guru dituntut untuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran, serta
menindaklanjuti hasil evaluasi sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran seperti yang
tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 tentang
Tugas Keprofesionalan Guru.
Pertama, merencanakan program pembelajaran. Perencanaan Pembelajaran adalah
proses membantu guru secara sistematik dan menganalisis kebutuhan pelajar dan menyusun
kemungkinan yang berhubungan dengan kebutuhan. Seperti yang dikemukakan oleh Branch
(2002) bahwa perencanaan pembelajaran adalah suatu sistem yang berisi prosedur untuk
mengembangkan pendidikan dengan cara yang konsisten dan reliable.

14
Kedua, melaksanakan program pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran adalah
operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga tidak lepas dari perencanaan
pembelajaran yang sudah dibuat. Usman mengemukakan pelaksanaan pembelajaran mengikuti
prosedur memulai pelajaran, mengelola kegiatan belajar mengajar, mengorganisasikan waktu,
peserta didik, dan fasilitas belajar, melaksanakan penilaian proses dan hasil pelajaran dan
mengakhiri pelajaran.
Ketiga, evaluasi program pembelajaran. Menurut Erman, evaluasi pembelajaran
diartikan sebagai penentuan kesesuaian antara tampilan siswa dengan tujuan pembelajaran.
Dalam hal ini yang dievaluasi adalah karakteristik siswa dengan menggunakan suatu tolak ukur
tertentu. Karakteristik-karakteristik tersebut dalam ruang lingkup kegiatan belajar-mengajar
adalah tampilan siswa dalam bidang kognitif (pengetahuan dan intelektual), afektif (sikap,
minat, dan motivasi), dan psikomotor (keterampilan, gerak, dan tindakan). Tampilan tersebut
dapat dievaluasi secara lisan, tertulis, maupun perbuatan.

15
BAB IV
PEMBAHASAN

Pengawasan (supervisi) kepala sekolah memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
kinerja guru. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan kepala sekolah,
fasilitas kerja, harapan-harapan, dan kepercayaan personalia sekolah. Adapun faktor lainnya
adalah sudah banyak guru yang bertugas di SMP berlatar pendidikan sesuai dengan ketentuan
dan bidang studi yang dibinanya, serta sudah banyak guru yang terpacu, terdorong dan tergerak
secara pribadi untuk mengembangkan profesi mereka sebagai guru, misalnya menulis karya
ilmiah bidang pembelajaran, menemukan teknologi sederhana dan tepat guna bidang, membuat
alat peraga pembelajaran, dan atau menciptakan karya seni.
Untuk meningkatkan efektivitas supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru, kepala
sekolah dapat meningkatkan kegiatan supervisinya dengan melaksanakan kegiatan supervisi
sesuai dengan jadwal yang sudah tersusun, merumuskan tujuan supervisi dengan jelas,
menyusun format observasi, berunding dan bekerjasama dengan guru, mengamati guru
mengajar dan menyimpulkan hasil supervisi kunjungan kelas secara musyawarah.
Begitu juga dengan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan menetapkan delapan standar yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pendidikan.
Salah satu yang dinilai langsung berkaitan dengan mutu lulusan adalah standar pendidik dan
tenaga kependidikan. Ini berarti melalui supervisi kepala sekolah harus terlihat dampaknya
terhadap kinerja sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikannya.
Untuk meningkatkan peran kepala sekolah dalam membina kemampuan guru terhadap
kinerja guru, kepala sekolah dapat lebih memberikan kesempatan yang luas kepada para guru
untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan
pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti : MGMP/MGP tingkat
sekolah, in house training, diskusi profesional dan sebagainya, atau melalui kegiatan
pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti : kesempatan melanjutkan pendidikan atau
mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.
Kualitas kinerja guru merupakan suatu kontribusi penting yang akan menentukan bagi
keberhasilan proses pendidikan di Sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah dapat melakukan
berbagai kegiatan dalam meningkatkan kualitas kinerja guru terhadap kinerja guru meningkat,
seperti selalu penyediaan fasilitas komputer, akses internet, buku-buku, dan jurnal-jurnal,
sehingga menumbuhkan kesadaran pada diri mereka untuk selalu belajar dan terus belajar serta
berupaya mengembangkan diri seiring perubahan yang berlangsung cepat.

16
Oleh karena itu perhatian pada pengembangan kinerja guru untuk terus meningkat dan
ditingkatkan menjadi hal yang amat mendesak, apalagi apabila memperhatikan tuntutan
masyarakat yang terus meningkat berkaitan dengan kualitas pendidikan, dan hal ini tentu saja
akan berimplikasi pada makin perlunya peningkatan kualitas kinerja guru.
Meningkatkan peran kepala sekolah dalam meluruskan perilaku buruk guru terhadap
kinerja guru dapat dilakukan dengan memotivasi guru agar dapat mendisiplinkan diri dalam
melaksanakan pekerjaan baik. Disamping itu disiplin bermanfaat mendidik guru untuk
mematuhi dan menyenangi peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat
menghasilkan kinerja yang baik.
Untuk meningkatkan peran kepala sekolah dalam memberi motivasi terhadap kinerja
guru, kepala sekolah dapat menumbuhkan motivasi melalui sebagai berikut:
a. Pengaturan lingkungan fisik. Lingkungan yang kondusif akan menumbuhkan motivasi
guru dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu kepala sekolah harus mampu
membangkitkan motivasi guru agar dapat melaksanakan tugas secara optimal.
Lingkungan fisik tersebut mencakup ruang kerja yang kondusif, ruang belajar, ruang
perpustakaan dan lain-lain.
b. pengaturan suasana kerja. Seperti halnya iklim fisik, suasana kerja yang tenang dan
menyenangkan juga akan membangkitkan kinerja guru.
c. Disiplin. Disiplin dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme guru di
sekolah kepala sekolah harus berusaha menanamkan disiplin kepada semua
bawahannya. Adapun strategi yang digunakan oleh kepala sekolah dalam membina
disiplin guru adalah (1) membantu guru dalam mengembangkan pola perilakunya; (2)
membantu guru dalam meningkatkan standar perilakunya; dan (3) melaksanakan semua
aturan yang telah disepakati bersama.
d. Dorongan. Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik faktor yang datang dari dalam maupun yang datang dari lingkungan. Dari
berbagai faktor tersebut, motivasi merupakan suatu faktor yang cukup dominan untuk
menggerakkan efektifitas kerja.
e. Penghargaan. Penghargaan (rewards) ini sangat penting untuk meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan, dan untuk mengurangi kegiatan yang kurang
produktif. Melalui penghargaan ini para tenaga kependidikan dapat dirangsang untuk
meningkatkan profesionalisme kerjanya secara positif dan produktif.
Dr. Nyi. Untuk meningkatkan peran kepala sekolah dalam mengawasi tugas guru terhadap
kinerja guru, kepala sekolah sebagai pemimpin senantiasa mengawasi, membangun,

17
mengkoreksi dan mencari inisiatif terhadap jalannya seluruh kegiatan pendidikan yang
dilaksanakan di lingkungan sekolah, serta mengkondisikan guru untuk bekerja dan
melaksanakan tugasnya sesuai harapan kepala sekolah sebagai pemimpin dalam organisasi
pendidikan. Kepala sekolah mengawasi guru dengan melihat apakah guru mengalami kesulitan
dalam mengajar sehingga dapat memberikan bantuan kepada guru untuk mengatasi kesulitan
dalam melaksanakan tugas mengajarnya dan meningkatkan kemampuannya dalam kegiatan
belajar mengajar di kelas, bukan untuk mencari-cari kesalahan guru.
Kepala sekolah perlu meningkatkan peran kepala sekolah dalam menilai kompetensi
guru terhadap kinerja guru melalui pendidikan dan pelatihan (off the job training). Guru dilatih
secara individual maupun dalam kelompok untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
terbaik dengan menghentikan kegiatan mengajarnya. Kegiatan pelatihan seperti ini memiliki
keunggulan karena guru lebih terkonsentrasi dalam mencapai tujuan yang diharapkan seperti
training mengajar dengan pendekatan micro teaching dan penguasaan jaringan komputer.
Seperti yang dikatakan Anwar dan Amir (2000) bahwa “kepala sekolah sebagai pengelola
memiliki tugas mengembangkan kinerja personel, terutama meningkatkan kompetensi
profesional guru.”
Kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan
kualitas pendidikan. Kepala sekolah dapat melakukan berbagai upaya untuk lebih
meningkatkan pengaruh antara supervisi kepala sekolah terhadap merencanakan program
pembelajaran, diantaranya:
1) Kurikulum. Dalam perencanaan atau penyusunan suatu program pengajaran, hal
pertama yang perlu diperhatikan adalah kurikulum terutama perangkat
pembelajarannya. Dalam perangkat pembelajaran telah tercantum Standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pokok, tujuan pembelajaran, indikator serta alokasi waktu
untuk mengajar materi tersebut. Dalam penyusunan program semester, rincian standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang akan diberikan, perlu juga memperhatikan
waktu yang tersedia. Jika waktu yang tersedia cukup banyak maka indikator yang akan
disampaikan dapat lebih banyak, tetapi jika waktu sedikit maka indikator yang akan
diberikan dibatasi. Demikian juga pada waktu menyusun bahan ajar dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), luasnya bahan dan banyaknya aktivitas belajar perlu
disesuaikan dengan waktu yang tersedia.
2) Kondisi Sekolah. Perencanaan program pengajaran juga perlu memperhatikan keadaan
sekolah, terutama tersedianya sarana-prasarana dan alat bantu pelajaran, karena
keduanya menjadi pendukung terlaksananya berbagai aktivitas belajar siswa. Guru

18
tidak mungkin melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam praktek menggunakan
komputer apabila di sekolah itu tidak tersedia komputer. Demikian juga halnya guru
tidak mungkin menyuruh siswa-siswa mengadakan pengamatan terhadap tanaman, jika
di sekolah/ sekitar sekolah tidak ada taman.
3) Kemampuan dan perkembangan siswa. Dalam program pengajaran, baik program
semester maupun program mingguan/harian dapat dipandang sebagai suatu skenario
tentang apa yang harus dipelajari siswa dan bagaimana mempelajarinya. Agar materi
dan cara belajar ini sesuai dengan kondisi siswa, maka penyusunan program rencana
pembelajaran perlu disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan siswa.
Keluasan dan kedalaman materi pelajaran serta aktivitas belajar yang direncanakan
guru perlu disesuikan dengan kemampuan dan perkembangan siswa. Secara umum,
siswa dalam satu kelas terbagi atas tiga kelompok, yaitu kelompok pandai atau cepat
belajar, sedang dan kelompok kurang atau lambat belajar. Bagian yang terbanyak
adalah yang kelompok sedang, maka penyusunan materi hendaknya menggunakan
kriteria sedang ini. Untuk mengatasi variasi pengetahuan siswa, maka guru perlu
menggunakan metode atau strategi mengajar yang bervariasi pula.
Kepala sekolah dapat meningkatkan peran supervisi kepala sekolah dalam
melaksanakan program pembelajaran dengan cara membina guru untuk melakukan penelitian
tindakan kelas (PTK). PTK dapat dilakukan sendiri dalam pelaksanan tugas, melakukan
penilaian proses maupun hasil untuk mendapatkan data mengenai prestasi maupun kendala
yang siswa hadapi serta menentukan solusi perbaikan. Selain itu, bisa juga melakukan magang
pada ruang lingkup satu sekolah atau pada sekolah lain yang memiliki mutu yang lebih baik.
Adapun kinerja guru di SMP Salman Al Farisi yang penulis amati di lapangan antara
lain :
a. Guru memanfaatkan media pembelajaran yang relevan dalam kelas. Media pembelajaran
yang relevan dapat mengoptimalkan proses pembelajaran. Bagi guru, media membantu
mengkonkritkan konsep atau gagasan dan membantu memotivasi peserta belajar aktif.
Bagi siswa, media dapat menjadi jembatan untuk berpikir kritis dan berbuat. Dengan
demikian media dapat membantu tugas guru dan siswa mencapai kompetensi dasar yang
ditentukan.
b. Guru memperhatikan kebutuhan pembelajarannya dan permasalahan-permasalahan yang
dihadapi siswa tentang materi yang akan diajarkan.
c. Guru kreatif dalam menciptakan dan memanfaatkan media yang tepat, efisien, dan
menyenangkan bagi siswa.

19
d. Media pembelajaran yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan guru bervariasi.
Beberapa contoh media pembelajaran yang dimaksud adalah: foto, karikatur, poster, koran,
bagan, grafik, peta, benda model, permainan, slide, proyeksi komputer, overhead
transparansi, radio, televisi, lingkungan (fisik, alam, sosial, dan peristiwa).
e. Lingkungan sekolah memberikan pengaruh positif pada siswa. Banyak siswa yang
mengalami peningkatan hasil belajar karena pengaruh teman sebaya/lingkungan yang
mampu memberikan motivasi kepadanya untuk belajar.
f. Kurikulum yang disesuaikan dengan aspek perkembangan siswa.
g. Sarana dan prasarana pembelajaran merupakan faktor yang turut memberikan pengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu, sarana dan prasarana menjadi bagian penting
untuk dicermati dalam upaya mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang
diharapkan.
Untuk meningkatkan peran kepala sekolah terhadap hasil belajar siswa, kepala sekolah
mempunyai tugas yang sangat penting di dalam mendorong guru untuk melakukan proses
pembelajaran agar mampu menumbuhkan kemampuan kreatifitas, daya inovatif, kemampuan
pemecahan masalah, berpikir kritis dan memiliki naluri jiwa kewirausahaan bagi siswa sebagai
produk suatu sistem pendidikan
Pembinaan guru tersebut secara langsung antara lain akan berdampak pada kinerja guru
di sekolah. Lebih lanjut kinerja guru yang optimal akan berdampak pada mutu proses dan hasil
belajar peserta didik yang pada akhirnya akan menentukan mutu SDM Indonesia untuk waktu
sekarang dan terlebih untuk waktu yang akan datang, yang penuh dengan persaingan.
Peningkatan kualitas kinerja guru bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan guru
mengenai keilmuan, wawasan berpikir, sikap terhadap pekerjaan dan keterampilan atau
keahlian dalam melaksanakan tugas, sehingga kinerja dapat ditingkatkan. Diantaranya
membuka kesempatan kepada guru untuk mengembangkan dirinya dengan melanjutkan
pendidikan formalnya kejenjang yang lebih tinggi; memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengikuti training, seminar, workshop, diskusi panel, rapat-rapat, simposium, konferensi,
musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) dan kegiatan lain untuk pengembangan pribadinya,
serta memberikan fasilitas kerja kepada guru.
Adapun kegiatan yang dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas kinerja
guru SMP Salman Al Farisi antara lain:
a. Kesempatan studi lanjut
b. Mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah
c. Penyediaan fasilitas pembelajaran yang diperlukan guru

20
Sementara kinerja guru SMP Salman Al Farisi ditunjukan antara lain dengan:
1. Merencanakan program pembelajaran
a. Merencanakan program tahunan
b. Merencanakan program semester
c. Membuat silabus
d. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2. Melaksanakan program pembelajaran
a. Pendahuluan dalam proses pembelajaran
b. Membuat kegiatan inti dalam melaksanakan proses pembelajaran
c. Membuat kegiatan penutup dalam melaksanakan proses pembelajaran
3. Evaluasi program pembelajaran
Penilaian proses belajar mengajar
4. Menindaklanjuti hasil evaluasi
a. Penyajian remedial
b. Pengayaan materi Pembelajaran
baDr. Nyi. R. Tedt Baktin

21
BAB V
PENUTUP

Guru yang profesional sangat dibutuhkan di setiap sekolah karena berperan dalam
menyiapkan siswa agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal. Seorang siswa
dikatakan telah mencapai perkembangannya secara optimal apabila siswa memperoleh hasil
belajar yang sesuai dengan bakat, kemampuan, dan minat yang dimiliki.
Oleh karena itu, guru dituntut untuk meningkatkan kinerjanya karena akan lebih
mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola
kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Selain itu, diperlukan
kesadaran guru dalam mengembangkan profesionalismenya, pengalaman kerja guru yang
cukup lama, sarana prasarana yang memadai, komunikasi organisasi sekolah, gaya
kepemimpinan kepala sekolah yang memungkinkan untuk menanamkan keyakinan dan
menghormati, memperlakukan bawahannya sebagai individu, inovasi dalam pemecahan
masalah, transmisi nilai-nilai dan prinsip-prinsip etika, dan penyediaan menantang tujuan saat
berkomunikasi visi untuk masa depan, serta lingkungan kerja yang kondusif.
Untuk meningkatkan peran supervisi, kepala sekolah dapat memberikan pembinaan
kepada guru-guru sebagai upaya peningkatan profesional guru. Implementasi kemampuan
professional guru mensyaratkan guru agar mampu meningkatkan peran yang dimiliki, baik
sebagai informator, organisator, motivator, director, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator,
dan evaluator sehingga diharapkan mampu mengembangkan kompetensinya. Secara teknis,
kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru adalah (1) bimbingan dan
tugas, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) kursus-kursus, (4) studi lanjut, (5) promosi, (6) latihan
jabatan, (7) rotasi jabatan, (8) konferensi, (9) penataran, (10) lokakarya, (11) seminar, dan (12)
pembinaan profesional guru.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Depdikbud.
Dharma, Agus. 2003. Manajemen Supervisi. Jakarta: ttt.
Kurikulum Salman Al-Farisi, Tersedia:http://www.salman-alfarisi.com/html/index.php?
id=profil&kode=82&profil=Kurikulum[5 Januari 2015].
Pembelajaran Salman Al-Farisi, Tersedia: http://www.salman-alfarisi.com/html/profil.php?
id=profil&kode=14&profil=Pembelajaran[5 Januari 2015]
Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. Cet.III. Jakarta : Raja Grafindo.

22

Anda mungkin juga menyukai