Anda di halaman 1dari 44

SIM Pendidikan, TI, BOS, dan BSC

Blue Ocean Strategy – Pengenalan

Blue Ocean Strategy merupakan metode yang digunakan untuk menciptakan pasar baru, ketika pasar tersebut sudah
mengalami kejenuhan atau dengan kata lain tidak ada pangsa pasar yang lebih yang didapat diambil di pasar tersebut.
Metode ini diciptakan oleh W.Chan Kim dan Renee Mauborgne yang merupakan 2 professor dari Harvard Business
School.

Dalam bukunya disebutkan bahwa sebenarnya persaingan dalam pasar dapat dibagi 2 macam, yaitu red ocean dan
blue ocean. red ocean merupakan kompetisi secara head to head dengan pesaing kita, sebagai contoh dalam industri
retail, Carrefour dengan Giant, yang saling menawarkan barang dengan harga terendah. sedangkan blue ocean
merupakan pasar yang diciptakan ketika pasar tidak ada persaingan, atau minimalnya persaingan dalam industri
tersebut. Untuk perbandingan antara red ocean dan blue ocean dapat dilihat pada tabel berikut:

Sebelum adanya metode ini sebenarnya


sudah banyak contoh beberapa perusahaan besar yang menerapkan blue ocean strategy dan berhasil menciptakan
pasar dalam kondisi blue ocean, sebagai contoh air asia. Air Asia merupakan perusahaan penerbangan di wilayah Asia
Tenggara yang menerapkan prinsip low cost carrier, dimana Air Asia meilhat peluang bahwa penumpang pesawat
terbang tidak membutuhkan makan dalam penerbangan jarak dekat, pemilihan tempat duduk di pesawat terbang, dan
proses pembelian tiket yang berbelit – betlit yang mereka butuhkan adalah ketepatan waktu dalam berangkat dan
ketepatan waktu dalam sampai, proses pembelian tiket dengan mudah, dan dapat tempat duduk ketika mereka terbang,
oleh karena itu air asia keluar dari industri penerbangan pada umumnya dimana pada industri ini biasanya
menawarkan kenyamanan ekstra dan harga tiket dengan sangat mahal, air asia menawarkan harga tiket sangat murah
(dengan harga 50% -80% lebih murah daripada pesaingnya) dan ketepatan waktu serta proses pembelian tiket secara
mudah cepat dan aman lewat sistem online. Ketika itu Air Asia tidak memiliki pesaing sama sekali dan berhasil keluar
persaingan secara head to head dan masuk kedalam blue ocean.
Kenapa Air Asia bisa mencapai sukses seperti hal tersebut? Air Asia menawarkan value yang orang lain ingin
membelinya, bukan hanya sekedar value tetapi value yang dapat menghasilkan keunggulan kompetitif yaitu value-
innovation. Sekarang untuk mengetahui definisi dari value-innovation tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Sebuah value-innovation yaitu


menciptakan nilai tambah atau meningkatkan suatu produk/jasa yang tidak pernah ditawarkan pasar bagi
pelanggan + menghilangkan atau mengurangi biaya yang timbul akibat suatu produk / jasa yang akan
diciptakan. Kedua elemen tersebut harus ada, karena jika kita hanya meningkatkan value saja tanpa memikirkan
biaya yang timbul maka akan tercipta suatu produk yang harganya mahal yang mungkin malah akan menghasilkan
kerugian. sedangkan kita hanya menurunkan cost atau biaya saja, mungkin tidak ada yang dapat diciptakan atau nilai
tambah bagi produk tersebut. value-innovation merupakan hal yang harus dipegang ketika kita ingin mencipkatan
produk/jasa yang baru.
Setelah kita mengenal blue ocean strategy bagaimana caranya agar kita mendapatkan value-innovation yang baik bagi
perusahaan dan pada akhirnya kita dapat menciptakan suatu blue ocean yang baik? untuk dapat memahami cara -
caranya, Kim dan Renee membaginya kedalam beberapa bagian :
Analytical Tools and Frameworks merupakan tools yang digunakan sebagai dasar pemahaman kita dalam blue ocean
strategy karena tools ini akan digunakan diseluruh buku blue ocean strategy.
Setelah kita mengetahui mengenai tools yang digunakan kita masuk kedalam prinsip2 formulasi blue ocean strategy :
1. Ciptakan kembali batasan – batasan pasar
2. Fokus kepada “big picture” bukan kepada angka
3. Capailah permintaan pasar yang melebihi dari permintaan yang sudah ada
4. Pastikan bahwa langkah demi langkah perencanaan strategis,dilakukan dengan benar.
Setelah formulasi blue ocean strategy diciptakan maka masuk pada tahap berikutnya yaitu prinsip2 eksekusi/
penerapan blue ocean strategy :
1. Atasi permasalahan2 kunci organisasi
2. Buatlah penerapan yang masuk kedalam strategi yang telah dibuat
http://ilmututs.wordpress.com/2011/03/11/blue-ocean-strategy-pengenalan/

Blue Ocean Strategy – Analytical Tools and Framework


Posted: March 19, 2011 in Blue Ocean Strategy
Dalam post ini akan dijelaskan metode2 yang akan digunakan untuk mencapai blue ocean strategy, jika anda yang
sudah terlanjur membuka post ini tetapi belum mengenal apa itu blue ocean strategy ada baiknya anda mengenalnya
terlebih dahulu dengan mengklik disini
Analytical Tools dan Framework
Tools pertama yang digunakan adalah strategy canvas, strategy canvas merupakan kerangka kerja yang digunakan
untuk mendiagnosa dan eksekusi strategi blue ocean. tujuan penggunaan strategy canvas adalah menangkap posisi
perusahaan kita yang ada di dalam pasar, dengan kita mengetahui posisi kita didalam pasar maka kita akan memahami
faktor – faktor apa saja yang dikompetisikan baik untuk produk, jasa, dan delivery yang kita berikan ke pelanggan dan
offerings apa saja yang diterima oleh pelanggan akibat dari persaingan pasar.
Gambar diatas merupakan strategy canvas untuk industri wine (minuman anggur) di Amerika (U.S) pada akhir tahun
1990. Di Amerika industri wine dibagi 2 yaitu untuk kelas premium dan kelas menengah. Pada sumbu mendatar
merupakan faktor – faktor yang dikompetisikan dalam industri wine dan juga faktor – faktor yang terus dikembangkan
atau diinvestasikan agar perusahaan wine dapat bertahan. Pada sumbu tegak lurus merupakan skala/ tingkat yang
diberikan perusahaan kepada pelanggan, sebagai contoh faktor price / harga. Semakin tinggi titik price pada gambar
tersebut maka semakin tinggi harga yang diberikan kepada pelanggan.Dapat dilihat pada kurva budget wines, price
yang diberikan lebih rendah dibandingkan kurva premium wines.
Agar dapat mencipatakn blue ocean, kita harus merubah fokus pemikiran kita, dari bersaing head to head dengan
kompetitor menuju alternatif yang mungkin , dan dari customer yang sudah ada menuju non customer di
industri tersebut. Dengan melihat alternatif2 yang ada, perusahaan wine dari Australia Casella Wines
meredefinisikan permasalahan pada industri wine :
1. Bagaimana menciptakan wine yang menyenangkan dan non tradisional yang mudah untuk diminum? kenapa?
karena melihat dari permintaan pasar di US bahwa penjualan beer dan cocktails 3x lipat lebih besar daripada
wine yang notabene mudah diminum.
2. Para orang dewasa Amerika melihat wine hanya sebagai minuman yang sulit karena wine mengitimidasi dan
terlalu megah, dan kompleksitas rasanya menjadi tantangan tersendiri bagi orang yang tidak biasa meminum
wine, dimana pada umumnya industri wine justru mengejar kompleksitas rasa tersebut
Casella Wines berusaha membuat blue ocean pada industri wine yang akan digambar pada strategy canvas dengan
tools berikutnya yaitu 4 actions framework yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
1. Reduce : Faktor –
faktor apa yang harus dikurangi dari standar industri?
2. Eliminate : Faktor – faktor apa yang kita terima begitu saja yang sebenarnya harus dihilangkan?
3. Raise : Faktor – faktor apa yang harus ditingkatkan dari standar industri?
4. Create : Faktor – faktor apa saja yang harus diciptakan yang tidak pernah ditawarkan industri sebelumnya?
Dengan melakukan 4 hal diatas maka akan tercipta sebuah kurva yang baru pada strategy canvas yang akan diciptakan
nanti, kurva yang baru tersebut akan mendatangkan blue ocean bagi Casella Wines.
Apa yang dilakukan Casella Wines adalah memodifikasi terhadap faktor – faktor industri wines dengan mengacu 4
actions framework sebagai berikut :

Dari 4 actions framework yang telah dibuat. Casella Wines kemudian menerjemahkan kembali strategy canvas
industri yang lama pada strategy canvas yang baru sebagai berikut :
Dapat dilihat pada gambar diatas bahwa grafik yang dihasilkan oleh Casella Wines berbentuk kurva, ada faktor –
faktor yang dihilangkan dan ditambah pada sumbu – sumbue mendatar, kurva yang dihasilkan Casella Wines
menghasilkan blue ocean strategy karena bisa melepaskan pola pada industri wine pada umumnya. Minuman bernama
yellow tail merupakan jawaban dari Casella Wines dimana wine tersebut mudah diminum dan menyenangkan,
memiliki pilihan yang banyak, kompleksitas rasanya tidak terlalu tajam, dihilangkannya istilah – istilah yang sulit
yang biasa ditemui pada wine umumnya.
kurva yang dihasilkan oleh Casella Wines bukanlah kurva yang sembarangan dibuat, kurva ini menghasilkan strategi
yang berprinsip pada 3 ciri strategi blue ocean yang baik :
1.Focus
Yellow tail yang dihasilkan Casella Wines hanya berfokus pada 3 hal, kemudahan diminum, pilihan yang tidak
terlalu banyak, rasa yang menyenangkan. Semakin fokus maka semakin baik karena ketidakfokusan strategy maka
tidak akan menghasilkan strategy yang mengarah ke satu tujuan, malahan akan terjebak pada situasi yang semakin
tidak karuan
2.Divergence
kurva yang dihasilkan blue ocean strategy yang baru harus benar – benar berbeda, jangan sampai terjebak pada pola
yang mirip pada industri umumnya
3.Compeling Tagline
blue ocean strategy yang baik harus memiliki tagline yang menarik, seperti yang dihasilkan yellow tail : a fun and
simple wine to be enjoyed every day. tagline yang semakin kuat maka akan semakin menguatkan produk / jasa yang
dihasilkan oleh blue ocean strategy.
http://ilmututs.wordpress.com/2011/03/19/blue-ocean-strategy-analytical-tools-and-framework/

Strategi kolam biru


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Strategi kolam biru atau Blue Ocean Strategy merupakan sebuah buku yang membahas strategi bisnis yang ditulis
oleh W. Chan Kim dan Renée Mauborgne, pertama kali dipublikasikan pada tahun 2005. Buku ini mengilustrasikan
cara-cara meraih keuntungan serta pertumbuhan usaha yang tinggi dengan cara menciptakan permintaan dengan
memanfaatkan pasar yang belum atau bahkan tidak dilirik oleh kompetitor, daripada berhadapan langsung dengan
kompetitor lain untuk sejumlah konsumen yang sama.[1] Dalam strategi kolam biru, perusahaan dapat menurunkan
biaya produksi diiringi dengan peningkatan nilai produk, sehingga menimbulkan inovasi nilai yang menguntungkan
bagi perusahaan maupun pelanggan. Perusahaan yang menerapkan strategi ini dapat meningkatkan keuntungan dengan
cara menjadi pemimpin pasar dan penentu harga pasar dari produk yang dihasilkan.
Terdapat tiga karakteristik untuk mencapai strategi yang baik, yaitu fokus pada area yang diminati, melakukan
perbedaan dengan pola pasar pada umumnya, dan memiliki slogan yang mudah diingat dan berkesan.
Rujukan
1. ^ Kim and Mauborgne. Blue Ocean Strategy. Harvard Business School Press. 2005.
Pranala luar
 (Inggris) Blue Ocean Strategy
 (Inggris) Blue Ocean Strategy - A Review
http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi_kolam_biru
Konsep Sistem Informasi Manajemen
Pendidikan (2)
•Written by Naguib Sulaimana•
••Wednesday•, 24 •August• 2011 00:00•
Untuk lebih memahami pengertian sistem informasi manajemen, di samping mempertimbangkan definisi-definisi para
ahli sebagaimana dikemukakan dalam bagian 1, kiranya perlu dipahami juga konsep-konsep yang terkandung dalam
istilah sistem informasi manajemen, yakni: sistem, informasi, dan manajemen. Analisis terhadap ketiga konsep
tersebut akan membuat pemahaman terhadap sistem informasi manajemen menjadi lebih baik dan konseptual.
a. Sistem
Suatu sistem dapat dijelaskan dengan sederhana sebagai seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan lainnya
untuk suatu tujuan bersama. Suatu subsistem adalah bagian dari sistem yang lebih besar dan semua sistem adalah
bagian dari sistem yang lebih besar. Dalam kaitannya dengan maksud tulisan ini, organisasi adalah sistem dan
bagiannya (divisi, departemen, fungsi, satuan dan sebagainya) adalah subsistem.
Definisi sistem dikemukakan Murdick et.al. (1987: 15) sebagai berikut:
A System is a set of elements forming an activity or a processing procedure/scheme seeking a common goal or goals
by operating on data and/or energy and/or matter in a time reference to yield information and/or energy and/or
matter.
Berdasarkan definisi inilah kemudian Murdick dkk. merumuskan definisi SIM sebagaimana dikemukakan pada tulisan
bagian 1.
Sebuah organisasi yang baik dari sudut pandangan sistem adalah organisasi yang di dalamnya terdapat sinergi
(Murdick et al., 1987: 6). Konsep sinergi diterapkan pada organisasi dengan adanya integrasi subsistem melalui
pertukaran informasi. Dengan demikian, terjadinya bidang-bidang fungsional yang berada pada lintasan yang berbeda
dan bekerja untuk suatu maksud yang bersilangan dapat dihindari.
Prinsip dasar teori sistem adalah bahwa tiap elemen (subsistem) diikat oleh tujuan bersama yang hanya dapat dicapai
dengan baik apabila terjadi pertukaran informasi antar subsistem. Konsep sistem pada SIM karenanya yang
mengoptimasikan keluaran organisasi dengan menghubungkan subsistem operasi dan level-level organisasi melalui
media pertukaran dan pelaporan informasi. Berkaitan dengan hal ini, Murdick et al. (1987: 6) menyatakan bahwa
tujuan suatu SIM adalah menyajikan informasi untuk pengambilan keputusan pada perencanaan, pemrakarsaan,
pengorganisasian, pengendalian kegiatan operasi subsistem suatu perusahaan (organisasi) dan menyajikan sinergi
organisasi pada proses. Uraian lebih lanjut mengenai kegiatan/proses manajemen dapat dilihat pada bagian ketiga
(manajemen).
b. Informasi
Informasi sudah merupakan sumber daya dan komoditi yang nilainya semakin meningkat dan yang dibutuhkan oleh
pejabat (manajemen) untuk merencanakan dan mengontrol kegiatan organisasi secara efektif. Kedudukan informasi
sebagai sumber daya sama halnya dengan jenis sumber daya lain yang sering dikenal dengan 4 M (men, machine,
material, money). Bahkan informasi dapat diibaratkan sebagai darah yang mengalir dalam tubuh organisasi dan
menentukan kehidupan organisasi. Dengan informasi sebuah sistem atau organisasi akan dapat menghindari proses
keberakhiran yang biasa disebut entropy atau lebih tepatnya negentropy (Jogiyanto, 1999: 7-8).
Davis (1999a: 27-28) menyatakan bahwa informasi sering digunakan secara tidak tepat. Data mentah, data tersusun,
dsb, kadang dikaitkan dan dianggap sebagai informasi. Secara umum, informasi dalam konteks sistem informasi
adalah "data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam
mengambil keputusan saat ini atau mendatang." Menurutnya, informasi memperkaya penyajian, mempunyai nilai
kejutan, atau mengungkap sesuatu yang penerimanya tidak tahu atau tidak tersangka. Dalam dunia yang tidak
menentu, informasi mengurangi ketidakpastian. Ia mengubah kemungkinan-kemungkinan hasil yang diharapkan
dalam sebuah situasi keputusan dan karena itu mempunyai nilai dalam proses keputusan.

Adapun data, sebagaiman dijelaskan Davis (1999a: 29), yang merupakan bahan baku informasi adalah "kelompok
teratur simbol-simbol yang mewakili kuantitas, tindakan, benda, dan sebagainya." Data terbentuk dari karakter, yang
dapat berupa alfabet, angka, maupun simbol khusus seperti *,$, dan /. Data disusun untuk diolah dalam bentuk
struktur data, struktur file, dan database.

Dalam praktek, rnaka antara informasi dan data, kedudukannya sangat relatif. Informasi yang diproduksi dari
sekumpulan data, pada situasi tertentu yang baru serta mempunyai kekhususannya, dapat berubah menjadi data
mentah yang masih perlu diproses kembali untuk menjadi informasi baru. Oleh karena itu maka sangat diperlukan
adanya informasi tersebut. Dengan konsep yang ada, akan menjadi suatu kerangka acuan (frame of reference) yang
akan digunakan untuk mengindentifikasikan data yang diperlukan.
Informasi sangat erat hubungannya dengan pengambilan keputusan (decision making). Dalam hubungan dengan
pengambilan keputusan ini, maka Oxenfeldt (Riley, 1981: 5) mengemukakan bahwa informasi dapat berfungsi untuk:
menggambarkan (to describe), menjelaskan/menerangkan (to explain), memperkirakan (to predict), mengevaluasi (to
evaluate) dan mengadakan pembaharuan (to innovate). lnformasi yang deskriptif membantu pimpinan untuk
menentukan apakah sesuatu itu akan salah atau apakah kondisi lingkungan itu akan mengalami perubahan. Informasi
yang menjelaskan akan sangat berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk menyusun atau merancang model.
Dengan model yang ada, maka akan dapat memperjelas apa yang dimaksudkan serta hubungan-hubungan yang ada.
Informasi prediktif sangat membantu pimpinan untuk memprediksi dan mengestimasi keadaan pada masa yang akan
datang dihubungkan dengan keadaan pada masa lampau. Informasi yang evaluatif membantu pimpinan untuk
mengadakan evaluasi periodik mengenai performans serta aktivitas penting lainnya, baik yang nampak sekarang
maupun yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Informasi yang inovatif adalah hal-hal yang berupa ide-ide
atau gagasan-gagasan baru, rancangan-rancangan dan hipotesa-hipotesa yang dirasakan akan dapat membantu
mempercepat usaha pengembangan dan pembangunan.
Di samping data dan informasi sebagai elemen entitas dari sistem informasi, dewasa ini diperkenalkan juga dua
konsep lainnya yakni pengetahuan dan kebijaksanaan. Pengetahuan adalah rangkaian informasi dan data, yang
membentuk jaringan semantik di dalam ingatan seseorang. Jaringan semantik tersebut bisa dibentuk oleh relasi logika
atau intuisi berdasarkan pengalaman maupun proses belajar. Dengan kata lain pengetahuan merupakan informasi
ditambah pengolahan kesimpulan. Bentuk umum dari pengetahuan adalah sekumpulan data tentang fakta dan aturan
(prolog) tentang beberapa subyek tertentu. Adapun kebijaksanaan (wisdom) adalah sifat dan kemampuan untuk
menggunakan pengetahuan, pemahaman, pengalaman, akal sehat dan wawasan yang dalam. Data, informasi,
pengetahuan, dan kebijaksanaan (D-I-P-K) merupakan 4 elemen entitas dari sistem informasi (Witarto, 2004: 8 dst.;
lihat juga Whitten et al., 2004: 23 & 57-60)
c. Manajemen
Sebagian pakar menyatakan bahwa manajemen adalah seni mencapai tujuan dengan menggunakan keahlian orang
lain, sebagian lagi menyatakan manajemen adalah proses pencapaian tujuan melalui keahlian orang lain (Stoner, 1986;
Atmodiwirio, 2000; Fattah, 2000). Pemahaman manajemen sebagai seni menunjukkan bahwa aktivitas manajemen
tidak bisa distrukturisasi dengan pasti karena berbagai macam keadaan yang tidak pasti (uncertainty) dan secara terus
menerus mempengaruhi jalannya suatu organisasi. Sedangkan konsep manajemen sebagai suatu proses menunjukkan
bahwa aktivitas harus dilakukan secara terstruktur dan sistematis.
Murdick et al. (1987:5-6) menyatakan bahwa manajemen terdiri dari proses atau kegiatan yang menjelaskan apa yang
dilakukan manajer pada operasi organisasi mereka, yakni: merencanakan, mengorganisasikan, memprakarsai, dan
mengendalikan operasi. Keempat macam proses ini biasa pula disebut sebagai fungsi-fungsi manajemen. Meskipun
para ahli memberi rumusan yang berbeda mengenai hal ini (lihat Atmodiwirio, 2000; Fattah, 2000), tetapi secara
umum fungsi-fungsi manajemen terdiri dari: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), kepemimpinan
(leadership), dan pengendalian (controlling).
Manajer dapat ditemukan pada berbagai tingkat di dalam organisasi. Manajer pada puncak hirarki organisasi, seperti
direktur dan para wakil direktur, sering disebut berada pada tingkat (level) perencanaan strategis (strategic planning
level). Istilah ini menunjukkan pengaruh atas keputusan-keputusan yang diambil pada seluruh organisasi selama
beberapa tahun mendatang. Istilah eksekutif sering pula digunakan untuk menggambarkan manajer pada tingkat
perencanaan strategis. Manajer tingkat menengah mencakup manajer wilayah, direktur produk, dan kepala divisi.
Tingkat mereka dinamakan tingkat pengendalian manajemen (management control level) yang menyadari bahwa
tanggung jawab mereka mengubah rencana menjadi tindakan dan memastikan agar tujuan tercapai. Manajer tingkat
bawah mencakup kepala departemen, penyelia (supervisor), dan pemimpin proyek, yang bertanggung jawab
menyelesaikan rencana-rencana yang telah ditetapkan oleh para manajer di tingkat yang lebih tinggi. Tingkat
terendah ini disebut tingkat pengendalian operasional (operational control level), karena di sinilah operasi organisasi
berlangsung. (McLeod, 2001: 7)
Manajer dapat pula ditemukan pada berbagai bidang fungsional organisasi, tempat berbagai sumber daya dipisahkan
menurut pekerjaan yang dilakukan. Tiga bidang fungsional yang tradisional adalah pemasaran, manufaktur, dan
keuangan. Pembagian bidang fungsional dapat berkembang atau berubah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi tiap-
tiap organisasi (lihat Witarto, 2004: 55-58).
Semua manajer, apapun tingkatan atau bidang fungsionalnya, melaksanakan fungsi-fungsi manajemen: perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian, walau mungkin dengan penekanan yang berlainan. Mengenai
hal ini McLeod menggambarkannya dengan cukup jelas. (lihat McLeod, 2001: 9)
Terkait dengan SIM, Murdick dkk. (1987: 6) menyatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan persyaratan
mendasar bagi tiap proses/fungsi manajemen tersebut. Artinya, pada semua fungsi manajemen tersebut terjadi proses
pengambilan keputusan. Peran SIM dalam hal ini—sebagaimana telah dikemukakan di atas—adalah menyajikan
informasi untuk pengambilan keputusan pada perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, pengendalian kegiatan
operasi subsistem suatu organisasi dan menyajikan sinergi organisasi pada proses-proses tersebut.
Perlu juga dikemukakan bahwa penggunaan kata manajemen dalam SIM bukan berarti hanya manajer yang
mengambil manfaat dan menjadi subyek SIM. Kroenke (1989: 6) menyatakan bahwa selain manajer, pihak-pihak lain
dalam organisasi atau dalam struktur dan desain organisasi adalah pelaku (subyek) SIM. Hal sama dikemukakan
McLeod (2001: 7) yang menyatakan bahwa selain manajer, non-manajer dan staf ahli juga menggunakan output SIM.
Dari luar organisasi, pemegang saham, pelanggan/klien, dan pemerintah adalah juga pemakai sistem. Menurutnya,
istilah SIM sebenarnya tidak memberikan gambaran yang menyeluruh. SIM bukanlah suatu sistem untuk
memproduksi informasi manajemen, melainkan informasi pemecahan masalah. Oleh karena itu, Kroenke (1989: 6)
menyatakan bahwa istilah organizational information systems (sistem informasi keorganisasian) adalah lebih tepat,
sedangkan management information systems adalah sebuah konsep yang kurang jelas (an ill-defined concept).
Meskipun demikian, istilah sistem informasi manajemen (management information systems) sudah terlanjur
terbangun dan diterima luas. Hal ini juga menunjukkan bahwa SIM berorientasi manajemen (management oriented)
dan diarahkan oleh manajemen (management directed) (Anwar dkk: 1989:32).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan definisi sistem informasi manajemen, yakni: sistem, yang terdiri
dari sekelompok orang, pedoman, dan perangkat pengolah data, yang memantau dan mengambil kembali data dari
lingkungan, yang memperoleh data dari transaksi dan operasi dalam organisasi, dan yang menyaring, mengatur, dan
memilih data serta menyajikannya sebagai informasi terutama bagi para manajer (terdapat juga pemakai non manajer),
di semua level dan fungsi organisasi, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam menjalankan fungsi-fungsi
manajemen, untuk mendukung komunikasi, dan untuk mendukung kegiatan operasional. bersambung ke bagian 3

Referensi:
1. Anwar, I. dkk. (1982). Sistem Informasi Manajemen dan Perencanaan Pembangunan Pendidikan. Bandung:
Angkasa.
2. Atmodiwirio, S. (2000). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: P.T. Ardadizya Jaya.
3. Davis, G.B. (1999). Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen: Bagian I Pengantar (terjemahan). Jakarta: PT
Pustaka Binaman Pressindo.
4. Fattah, N. (2000). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
5. Ibrahim, R.M.S. (2004). Penelitian Bidang Sistem Informasi Managemen di Indonesia (SIMDI): Quo
Vadis?[Online]. Tersedia: http://rms46.vlsm.org/2/114.pdf. [6 Januari 2005].
6. Jogiyanto, HM. (1999). Analisis dan Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur, Teori dan Praktek Aplikasi
Bisnis. Yogyakarta: ANDI.
7. Kroenke, D. (1989). Management Information Systems. (International Ed.). Singapore: McGraw-Hill.
8. Laudon, K.C. and Laudon, J.P. (2005). Essential of Management Information Systems: Managing the Digital Firm.
(sixth ed.). New Jersey: Pearson Prentice Hall.
9. McLeod Jr., R. (2001a). Sistem Informasi Manjemen Jilid 1. (seventh ed.) (terjemahan). Jakarta: PT. Prenhallindo.
10. Murdick, R.G., Ross, J.E, and Clagget, J.R. (1987). Information Systems for Modern Management. (third ed.).
New Delhi: Prentice Hall of India.
11. Scott, G.M. (2004). Prinsip-prinsip Sistem Informasi Manajemen (terjemahan). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
12. Stoner, J.A.F. (1986). Manajemen. (terjemahan). Jakarta: Intermedia
13. Whitten, J.L., Bentley, L.D. and Dittman, K.C. (2004). Metode Desain dan Analisis Sistem. (sixth
ed.).(terjemahan). Yogyakarta: Andi
14. Witarto. (2004). Memahami Sistem Informasi: Pendekatan Praktis Rekayasa Sistem Informasi melalui Kasus-
kasus Sistem Informasi di Sekitar Kita.
Bandung: Informatika.
•Last Updated on ••Tuesday•, 18 •December• 2012 17:42••
http://www.websekolahindonesia.com/index.php/articles/simdik/111-konsep-sistem-informasi-manajemen-
pendidikan-2.html

Teknologi informasi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Teknologi Informasi (TI), atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Information technology (IT) adalah
istilah umum untuk teknologi apa pun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan,
mengomunikasikan dan/atau menyebarkan informasi. TI menyatukan komputasi dan komunikasi berkecepatan tinggi
untuk data, suara, dan video. Contoh dari Teknologi Informasi bukan hanya berupa komputer pribadi, tetapi juga
telepon, TV, peralatan rumah tangga elektronik, dan peranti genggam modern (misalnya ponsel).[1]
Dalam konteks bisnis, Information Technology Association of America menjelaskan
Pengolahan, penyimpanan dan penyebaran vokal, informasi bergambar, teks dan numerik oleh mikroelektronika
berbasis kombinasi komputasi dan telekomunikasi. [2] Istilah dalam pengertian modern pertama kali muncul dalam
sebuah artikel 1958 yang diterbitkan dalam Harvard Business Review, di mana penulis Leavitt dan Whisler
berkomentar bahwa "teknologi baru belum memiliki nama tunggal yang didirikan. Kita akan menyebutnya teknologi
informasi (TI). ".[3] Beberapa bidang modern dan muncul teknologi informasi adalah generasi berikutnya teknologi
web, bioinformatika, ''Cloud Computing'', sistem informasi global, Skala besar basis pengetahuan dan lain-lain.
Daftar isi
 1 Sejarah
 2 Informasi umum
 3 Pertumbuhan dan kapasitas teknologi
 4 Lihat juga
 5 Referensi
 6 Note
 7 Pranala luar
Sejarah
Pada awal sejarah, manusia bertukar informasi melalui bahasa. Maka bahasa adalah teknologi, bahasa memungkinkan
seseorang memahami informasi yang disampaikan oleh orang lain tetapi itu tidak bertahan secara lama karena Setelah
ucapan itu selesai, maka informasi yang berada di tangan si penerima itu akan dilupakan dan tidak bisa disimpan lama.
Selain itu jangkauan suara juga terbatas.
Setelah itu teknologi penyampaian informasi berkembang melalui gambar. Dengan gambar jangkauan informasi bisa
lebih jauh. Gambar ini bisa dibawa-bawa dan disampaikan kepada orang lain. Selain itu informasi yang ada akan
bertahan lebih lama. Beberapa gambar peninggalan zaman purba masih ada sampai sekarang sehingga manusia
sekarang dapat (mencoba) memahami informasi yang ingin disampaikan pembuatnya.
Ditemukannya alfabet dan angka arabik memudahkan cara penyampaian informasi yang lebih efisien dari cara yang
sebelumnya. Suatu gambar yang mewakili suatu peristiwa dibuat dengan kombinasi alfabet, atau dengan penulisan
angka, seperti MCMXLIII diganti dengan 1943. Teknologi dengan alfabet ini memudahkan dalam penulisan informasi
itu.
Kemudian, teknologi percetakan memungkinkan pengiriman informasi lebih cepat lagi. Teknologi elektronik seperti
radio, televisi, komputer mengakibatkan informasi menjadi lebih cepat tersebar di area yang lebih luas dan lebih lama
tersimpan.
Informasi umum

Informasi dan Teknologi komunikasi 2005


TI adalah bidang pengelolaan teknologi dan mencakup berbagai bidang yang termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-
hal seperti proses, perangkat lunak komputer, sistem informasi, perangkat keras komputer, bahasa program , dan data
konstruksi. Singkatnya, apa yang membuat data, informasi atau pengetahuan yang dirasakan dalam format visual
apapun, melalui setiap mekanisme distribusi multimedia, dianggap bagian dari TI. TI menyediakan bisnis dengan
empat set layanan inti untuk membantu menjalankan strategi bisnis: proses bisnis otomatisasi, memberikan informasi,
menghubungkan dengan pelanggan, dan alat-alat produktivitas.
TI melakukan berbagai fungsi (TI Disiplin/Kompetensi) dari meng-instal Aplikasi untuk merancang jaringan
komputer dan Database informasi. Beberapa tugas yang TI lakukan mungkin termasuk manajemen data, jaringan,
rekayasa perangkat keras komputer, database dan desain perangkat lunak, serta manajemen dan administrasi sistem
secara keseluruhan. Teknologi informasi mulai menyebar lebih jauh dari konvensional komputer pribadi dan teknologi
jaringan, dan lebih ke dalam integrasi teknologi lain seperti penggunaan ponsel, televisi, mobil, dan banyak lagi, yang
meningkatkan permintaan untuk pekerjaan .
Di masa lalu, para (Dewan Akreditasi untuk Engineering dan Teknologi) dan Asosiasi untuk mesin komputasi telah
bekerjasama untuk membentuk akreditasi dan standar kurikulum [4] untuk program degrees di Teknologi Informasi
sebagai bidang studi dibandingkan [5] dengan Ilmu Komputer and Sistem Informasi. SIGITE (Special Interest Group
for IT Education)[6] adalah kelompok kerja ACM untuk mendefinisikan standar ini. Pendapatan layanan TI di seluruh
dunia sebesar $ 763.000.000.000 pada tahun 2009.[7]
Pertumbuhan dan kapasitas teknologi
Hilbert dan Lopez[8] mengidentifikasi kecepatan eksponensial perubahan teknologi (semacam hukum Moore): mesin
'aplikasi-spesifik untuk menghitung kapasitas informasi per-kapita memiliki sekitar dua kali lipat setiap 14 bulan
antara 1986-2007; kapasitas per-kapita di dunia komputer tujuan umum telah dua kali lipat setiap 18 bulan selama dua
dekade yang sama, kapasitas telekomunikasi global per-kapita dua kali lipat setiap 34 bulan; kapasitas penyimpanan
dunia per kapita yang dibutuhkan sekitar 40 bulan untuk menggandakan (setiap 3 tahun); dan informasi siaran per
kapita telah dua kali lipat sekitar setiap 12,3 tahun.[8]
Lihat juga
 Sistem Informasi
 Teknologi Informasi Komunikasi (TIK)
 Ilmu Komputer
 Bahasa pemrograman
 Istilah Internet Indonesia
 Komputer
 Perangkat keras
 Perangkat lunak
Referensi
1. ^ Williams / Sawyer, (2007), Using Information Technology terjemahan Indonesia, Penerbit ANDI, ISBN
979-763-817-0
2. ^ Longley, Dennis; Shain, Michael (1985), Dictionary of Information Technology (ed. 2), Macmillan Press,
hlm. 164, ISBN 0-333-37260-3
3. ^ "information technology", Oxford English Dictionary (ed. 2), Oxford University Press, 1989, diakses 20
November 2010
4. ^ ABET
5. ^ Isbell, Charles; Impagliazzo, John; Stein, Lynn; Proulx, Viera; Russ, Steve; Forbes, Jeffrey; Thomas,
Richard; Fraser, Linda et al. (December 2009), (Re)Defining Computing Curricula by (Re)Defining
Computing, Association for Computing Machinery, ACM, ISBN 978-1-60558-886-5
6. ^ ACM-SIGITE
7. ^ "Gartner Says Worldwide IT Services Revenue Declined 5.3 Percent in 2009", Gartner, diakses 20
November 2010
8. ^ a b "The World’s Technological Capacity to Store, Communicate, and Compute Information", Martin Hilbert
dan Priscila López (2011), Science (journal), 332(6025), 60-65; free access to the article through here:
martinhilbert.net/WorldInfoCapacity.html
Note
 Adelman, C. (2000). A Parallel Post-secondary Universe: The Certification System in Information
Technology. Washington, D.C.: U.S. Department of Education.
 Allen, T., and M.S. Morton, eds. 1994. Information Technology and the Corporation of the 1990s. New York:
Oxford University Press.
 Shelly, Gary, Cashman, Thomas, Vermaat, Misty, and Walker, Tim. (1999). Discovering Computers 2000:
Concepts for a Connected World. Cambridge, Massachusetts: Course Technology.
 Webster, Frank, and Robins, Kevin. (1986). Information Technology—A Luddite Analysis. Norwood, NJ:
Ablex.
 The Global Information Technology Report 2008–2009, World Economic Forum and INSEAD, 2009,
ISBN 978-92-95044-19-7
 Blais, Steven (December 2011). Business Analysis: Best Practices for Success. John Wiley & Sons.
ISBN 1118076001.
http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_informasi

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN

BAB II ISI BUKU


II.1 PENDAHULUAN
II.2 TEKONOLIGI INFORMASI UNTUK KEUNTUNGAN BERSAING LEMBAGA
PENDIDIKAN
II.3 STRATEGI MANAJEMEN PENDIDIKAN YANG BERFOKUS
MASA DEPAN
II.4 TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PERSPEKTIP PENDIDIKAN
II.5 TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PERSPEKTIP PENDIDIKAN
II.6 KERANGKA KERJA TIM DALAM MENAJEMEN PENDIDIKAN
II.7 PERANAN SIM DALAM PENGEMBANGAN KEPUTUSAN
BIDANG PENDIDIKAN
BAB III PENUTUP
TANGGAPAN PENILAIAN ISI BUKU
GLOSARIUM

BAB I

PENDAHULUAN

A. Deskripsi Buku

Judul buku : SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN

Pengarang : Eti Rochaety – Pontjorini Rahayuningsih Prima Gusti Yanti

Tahun Terbit / Edisi : Agustus 2009

Tempat, Nama Penerbit : Jakarta, PT Bumi Aksara

Halaman : 188 halaman

Ukuran :

Warna Sampul : Biru

Bentuk / Ukuran Tulisan: Times New Roman / 12

B. Alasan Pemilihan Buku


Informasi merupakan satu-satunya sumber yang dibutuhkan seorang pemimpin lembaga pendidikan. Informasi dapat
diolah dari sumber lain yang dipengaruhi oleh organisasi yang sangat komplek dan perangkat komputer yang d miliki.
Informasi dapat memperbaiki kinerja lembaga pendidikan, layaknya kinerja usaha lembaga bisnis. Oleh karna itu
“SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN” informasi yang di olah dengan menggunakan komputer
dapat digunakan oleh seorang pemimpin organisasi atau perseorangan dengan keahlian yang dimiliki sebagai sarana
komunikasi dan pemecahan masalah, serta informasi yang sangat berharga dalam proses pengambil keputusan.
Informasi dapat digali melalui sumber-sumber yang tersedia, seperti sumber daya manusia, material, alat, biaya yang
dibutuhkan, serta data yang akan diolah. Jadi Buku yang ditulis oleh Eti Rochaety – Pontjorini Rahayuningsih Prima
Gusti Yanti ini menyajikan informasi sebagai bahan dalam proses pengambilan keputusan bidang pendidikan yang
dapat dipertanggung jawabkan secara moral.

C. Gambaran Sekilas Isi Buku

Buku yang berjudul “SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN” ini dari 7 Bab. Pada bab 1 membahas
pendahuluan, bab 2 membahas tekonoligi informasi untuk keuntungan bersaing lembaga pendidikan, bab 3 membahas
strategi manajemen pendidikan yang berfokus masa depan, bab 4 membahas teknologi informasi dalam perspektip
pendidikan, bab 5 membahas teknologi informasi dalam perspektip pendidikan, bab 6 membahas kerangka kerja tim
dalam menajemen pendidikan, bab 7 membahas peranan sim dalam pengembangan keputusan bidang pendidikan.

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Pendahuluan

Era baru dalam dunia pendidikan, yaitu diperlukannya reformasi pendidikan yang berkaitan erat dengan sistem
informasi yang dibutuhkan dalam pengembangan dunia pendidian. Konsep ini memiliki nuansa bagaimna dunia
pendidikan berusaha menggunakan perangkat computer, yang dapat di aplikasikan sebagai sarana komunikasi untuk
meningkatkan kinerja dunia pendidikan secara signifikan

A. Konsep Dasar Sistem Informasi Manajemen Pendidikan

Mengingat lembaga pendidikan di Indonesia merupakan organisasi yang memiliki orientasi ganda (multiple oriented),
yaitu organisasi yang berorientasi social dan berorientasi bisnis. Orientasi social pendidikan bertujuan meningkatkan
kecerdasan bangsa sedangkan orientasi bisnis pendidikan dalam mempertahankan eksistensi maupun oprasionalnya
harus memiliki dana yang cukup memadai.

B. Pengertian Sistem Informasi Manajemen Pendidikan

1. Sistem

a. Sistem adalah seperangkat unsur yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam satu lingkungan tertentu
(Ludwig, 1997)

b. Sistem adalah seperangkat eleman yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan (A. Rapoport, 1997)

c. Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian yang saling
mempengaruhi (L. Ackof, 1997)

d. Sistem merupak bagian-bagian yang beroprasi secara bersama-sama untuk mencapai beberapa tujuan (Gordon B.
Davis, 1995).

e. Sistem yaitu sekelompok elemen yang terintegrasi untuk mencapai satu tujuan (Raymond Mcleod, 2001)

f. Ryans (1968) system is an identifiable assemblage of element (object, person, activities, information records, etc)
which are interrelated by process or structure and which are presumed to function as an organizational entity
generating an observable (or sometimes merely infrable) production.

g. William A. Shorde (1995) dalam bukunya organizational and management menyembutkan ada sekitar enam ciri-ciri
sebuah sistem, yaitu prilaku berdasrkan tujuan tertentu, keseluruhan, keterbukaan, terjadi tranformasi, terjadi kolerasi,
memiliki mekanisme control artinya ada kekuatan yang mempersatukan dan mempertahankan sistem yang
bersangkutan.

2. Informasi

Adapun penegrtian Informasi yaitu data yang telah di proses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi
penerima dan memiliki arti nilai nyata yang di butuhkan untuk proses pengambilan keputusan saat ini maupun saat
mendatang (Gordon B. Davis, 1995)

Sedangkan informasi menurut budi sutedjo (2002: 168) merupakan hasil pemerosesan data yang diperoleh dari setiap
elemen sistem tersebut menjadi bentuk yang mudah dipahami dan merupakan pengetahuan yang relevan dan di
butuhkan dalam pemahaman fakta-fakta yang ada.

Informasi yaitu sebuah peryataan yang menjelaskan suatu peristiwa (suatu objek atau konsep) sehingga manusia dapat
membedakan sesuatu dengan yang lainnya (Samuel Elion, 1992).

3. Manajemen

Secara umum dikatakan bahwa manajemen merupakan proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan
prencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan mulai
pemamfaatan sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya (George R. terry, 1997)

Definisi lain menyatakan bahwa manajemen merupakan proses prencanaan, penggorganisasian, kepemimpinan, dan
pengawasan antar anggota organisasi dengan menggunakan seluruh sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
yang telah di tetapkan (Stoner AF, 1998)

4. Pendidikan
Menurut undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 bab 1 pasal 1 ayat (1): pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
fotensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan , akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

5. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan

Gordon B Davis, 1995 bahwa Sistem Informasi Manajemen Pendidika merupakn sebuah sistem manusia dan mesin
yang terpadu dengan untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi oprasi, manajemen, dan proses
pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.

Soetedjo moeljodihardjo, 1992, sistem informasi manajemen, yaitu suatu metode yang menghasilkan informasi yang
tepat (timely) bagi manjemen tentang kehidupan ekternal dan oprasi internal sebuah organisasi, dengan tujuan untuk
menunjang pengembalian keputusan dalam rangka memperbaiki perencanaan dan pengendaliaan.

II.2 Tekonoligi Informasi Untuk Keuntungan Bersaing Lembaga Pendidikan

A. Lingkungan Pendidikan

Dalam dunia Pendidikan, keberadaan sistem informasi merupakan salah satu komponen yang didak dapatdipidahkan
dari aktivitas pendidikan itu tersendiri. Kedua dominan ini memiliki tingkat ketergantungan yang cukup tinggi dalam
membentuk karakteristik dunia pendidikan itu tersebut, Manajemen dalam menggambarkan hubungan kedua
aspektersebut di manna pendidkan sebagai penggerak (Drive) terhadap sistem informasi pendidikan, sedangkan sistem
informasi pendidikan akan menjadi penentu kinerja pendidikan. Dalam hal ini terdafat persepektif yang melihat bahwa
dunia pendidikan dan sistem informasi berada dalam lingkungan mikro lembaga-lembaga pendidikan, juga merupakan
bagian makro dunia pendidikan secara keseluruhan. Peran masyarakat, dan gelobalisasi merupakan berbeda contoh
komponen mikro yang prilakunya yang tidak dapat dikenadlikan oleh sebuah lembaga pendidikan. Kedua persefektip
di atas harus dapat di pelajari dan di analisis agar dapt memberikan gambaran mengenai keberadaan lingkungan mikro
dan makro tempat beroperasinya sistem informasi pendidikan. Lebih jauh lagi hal ini dapat membantu para
penganmbil kebijakan bidang pendidikan dalam memutuskan setretagi apa yang tepat untuk di terapkan dalm
pengendalian dan monitoring terhadap komponen-komponen pendidikan. Ada sebuah kerangka pemikiran yang dapat
melihat di mana sebenarnya posisi sistem informasi dalam kerangka Mikro dan makro lembaga pendidikan.

Dalam sebuah lembaga pendidikan memiliki komponen-komponen yang di perlukan untuk menjalankan oprasional
pendidikan, seperti siswa/mahasiwsa, sarana-prasarana, struktur organisasi, proses, sumber daya manusia (tenaga
pendidik), dan biaya organisasi, adapun sistem organisasi terdiri dari komponen-komponen pendukung lembaga
pendidikan untuk menyediakan informasi yang di butuhkan pihak pengambil keputusan saat melakukan aktivitas
pendidikan.

Sistem informasi terbentuk dari komponen-komponen perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan
perangkat manusia (brainware), dalam teori manajemen untuk menjalankan sebuah lembaga pendidikan, strategi
lembaga pendidikan dan strategi sistem informasi harus saling mendukung sehingga dapat menciptakan keunggulan
bersaing (competitive advantage) lembaga pendidikan yang bersangkutan, jika dilihat dari perspektif makro, di luar
lembaga pendidikan terlihat ada dua dominan, yaitu lembaga pendididkan pesaing dan sistem informasinya yang
memiliki komponen yang sama, selain itu terdapat komponen pemerintah sebagai penyusun kebijakan dan peraturan
bidang pendidikan, masyarakat, dan lain sebaginya, komponen lembaga pendidikan external ini secara langsung
maupun tidak langsung berpengaruh terhadap komponen lembaga pendidikan secara internal. Dari sistem informasi,
factor eksternal yang adalah perkembangan teknologi, baik perangkat keras maupun perangkat lunak.

Menurut cash, et.al., 1992 dalam indrajit (2001:76) ada beberapa hal yang menarik untuk dianalisi dari gambar di
bawah ini.

Beberapa hal yang perlu di analisis lebih lanjut adalah sebagai berikut :

a. Sebuah lembaga pendidikan haya dapat mengontrol konponen-komponen dari domain internal, baik yang
brehubungan dengan oprasional pendidikan maupun sistem informasi. Lingkungan ekternal lainnya sama sekali di luar
pengendalian lembaga pendidikan.
b. Pada kenyataannya komponen ekternal sangat mempengaruhi komponen internal lembaga pendidikan seperti
kebijakan pemerintah dalam menetapkan anggaran penddidikan yang sangat integral mempengaruhi perubahan
setrategi lembaga pendidikan. Masyarakat sebgai pengguna jasa pendidikan sangat dipengaruhi oleh trend yang
mudah berubah-ubah dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dapat terjadi secara cepat karna telah terbukanya arus
komunikasi dan informasi globaldari mancanegara.

c. Dari kempat kuadran yang ada yang paling cepat mengalami perubahan adalah kuadran sistem infomasi sistem
informasi pada domain ekternal.karna hamper semua sistem informasi menggambarkan pesatnya kemajuan teknologi
informasidan gerafik yang bersifat eksponensial.

d. Jika ramalan para ahli di bidang teknologi informasi tentang masa depan yang menyatakan bahwa revolusi besar-
besaran dalam kehidupan manusia akan terjadi. Abad informasi didikuti oleh abad bioteknologi yang akan
menghasilkan lingkungan makro yang sama seklai jauh berbeda dengan yang saat ini dan secara mikro dampak
tersebut akan berpengaruh terhadap kehidupan setiap individu dalam beriorentasi maupun berprilaku.

B. Teknoligi Informasi Untuk Mendorong Keunggulan Bersaing Lembaga Pendidika

Banyak pendapat mengatakan bahwa teknologi informasi merupakan salah satu senjata pesaing. Hal ini tidak perlu di
ragukan lagi karna saat ini teknologi informasi telah menjadi salah satu alat untuk meningkatkan efesiensi aktifitas
oprasional lembaga pendidikan, hamper di setiap lembaga pendidikan telah tampak phenomena bahwa yang menjadi
criteria pilihan masyarakat saat ini adalah lembaga pendidikan yang telah memiliki perangkat teknologi informasi
sangat memadi dalam berbagai aktivitas oprasional lembaga pendidikan tersebut. Hal itu di sebabkan oleh salah satu
unsur penilaian masyarakat tentang kualitas pendidikan saat ini dapat di lihat dari kemampuan sebuah lembaga
pendidikan dalam menyajikan jasa pendidikan diantaranya menggunakan teknilogi informasi. Setidak-tidakbya
teknologi informasi yang berguna bagi dunia pendidikan bisa menyajikan aktivitasnya secara lebih cepat dan memiliki
nilai tambah sehngga dunia pendidikan akan myaenghasilkan output yang memiliki daya jual (sellable) tinggi.

Untuk mengidentifikasi daya saing lembaga pendidikan yang marketable dan sellable, ada beberapa kekuatan yang
harus menjadi prioritas perhatian para pengambil kebijakan lembaga pendidikan kerna adanya para pesaing lembaga
pendidikan yang secara ofensif dan defensive menggunakan teknologi informasi.

1. Ancana pertama biasanya datang dari para pesaing yang lama, yaitu kumpulan lembaga pendidikan yang
menawarkan program pendidikan yang relative sama di mata masyarakat pengguna jas pendidikan. Secara prinsipil
teknologi yang di jalankan terhadap program pendidikan yang sama ini bagai mna menciptakan program pendidikan
yang harganya terjangkau, kulaitasnya baik, dan disajikan tepat waktu (on time), yang menjadi ancaman disini adalah
jika para pesaing telah menggunakan teknologi informasi untuk menyajikan program pendidikan yang Cheaper, better,
maupun Faster,

2. Ancaman dari lembaga pendidikan pendatang batu (threat of new entrant)

Datangnya pendatang baru dalam lembaga dunia pendidikan merupakan jenis ancaman kedua bagi setiap lembaga
pendidikan. Dalm era globalisasi infromasi lembaga pendidikan baru adalah lembaga pendidikan yang secara fisik
datang dan berada pada lingkungan (local, regional, maupun nasional) lembaga pendidikan tersebuat berada di Negara
lain dan kekuatan informasinya dapat menawarkan program pendidikan melalui jalur komunikasi internet.

3. Ancaman lembaga pendidikan yang menawarkan jasa pendidi pengganti (threat of substitute educations service)

Ancaman ini datang dari kekuatan teknologi informasi untuk mencipatakan program pendidikan pengganti.

4. Kekuatan tawar-menawar Pemasok/masyarakatyang membutuhkan jasa pendidikan (bargaining power of suppliers)

Jikas sebelumnya datang secara langsung dari para pesaing lembaga pendidikan yang bersangkutan, ancana keempat
berasal dari komponen rekan yang merupakan pemasok. Dalam hal ini masyarakat calaon pengguna jasa pendidikan
(calan siswa) atau calaon jasa penyaji pendidikan (Pendidik) berkempentingan untuk menciptakan jasa pendidikan
yang berkualitas. Jika masyarakat tersebut memutuskan hubungan atau tidak memilih lagi lembaga pendidik tertentu
maka lembaga pendidikan yang bersangkutan tidak akan surviv bahkan akan mengalami penuruna jumlah siswa.

5. Kekuatan tawar-menawar Pembeli (bargaining power of buyer)

Komponen ancaman berikutnya yaitu berasal dari (masyarakat) pengguna jasa pendidikan.
C. Menciptakan Keunggulan Bersaing Lembaga Pendidikan

Salah satu fasilitas yang ditawakan oleh teknologi informasi dalam dunia pendidikan adalah pembentukan jaringan
komunikasi antar lembaga pendidikan untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas. Ada tiga jenis jaringan yang bisa
dibentuk dalam jaringan komunikasi antar lembaga pendidikan yaitu Internet, internal dan ekternal.

Sistem antarorganisasi (inter organizational system/IOS) akan terbentuk jika dua atau lebih organisasi (lembaga
pendidikan) kerja sama dalam pemakaian teknologi informasi. Secara integral ada tiga jenis sistem yang di tawarkan
lembaga pendidikan untuk mengimplementasikan IOS. Yaitu sebagi berikut :

a. Internet : jaringan internal lembaga pendidikan yang menghubungkan antara kantor pusat dan kantor cabang yang
terpisah secara geografis, baik local maupun regional

b. Internal : jaringan computer public yang beriorentasi sebagai penghubung lembaga pendidikan dengan para
pengguna program pendidikan atau calaon siswa atau mahasiswa.

c. Ekternal : jaringan yang di gabung sebagai alat komunikasi antarlembaga pendidikan dan lembaga pendukungnya,
seperti departemen pendidikan, masyrakat, pemerintah dan dunia usaha.

Lembaga pendidik yang terkait untuk melakukan IOS memiliki alas an popular yang mendasarinya, yaitu sebagi
berikut :

1. Program Baru (New Programme)

Tujuan di adakan kerjasama antarlembaga pendidikan adalah untuk menghsilkan jasa pendidikan yang tidak mungkin
dihasilkan oleh lembaga pendidikan jika berdiri sendiri.

2. Pelayanan Baru (New Service)

Selain sebagai pelayanan pendidikan yang bersifat fisik, pelayanan baru juga mungkin ditawarkan oleh lembaga
pendidikan yang bekerja sama.

3. Efesiensi

Alasan mengadakan kerjasama antarlembaga pendidikan, yaitu efesiensi (terlaksananya proses yang lebih murah dan
cepat)

4. Hubungan antar lembaga pendidikan dan masyarakat

Bentuk kerjasam lain terjadi antar lembaga pendidikan dan masyarakat, baik sebagai penyedia calon siswa atau
mahasiswa untuk lembaga pendidikan ataupun sebagai pengguna jasa pendidikan tersebut.

5. Outsercing (menggunakan jasa lain untuk membantu melakukan aktivitas pendidikan)

Lembaga pendidikan dalam menjalankan aktivitasnya tidak terlepas dari berbagai keterbatasan, baik keterbatasan
sumber daya manusia, modal, maupun sarana prasarana, jika plembaga pendidikan tidak memiliki tenaga ahli untuk
mempefbaiki atau memelihara peralatan kantor, dapat digunakan perusahaan jasa di bidang pemeliharaan alat-alat
kantor,seperti computer.

6. Membangan citra lembaga pendidikan (Image building)

Masih banyak alas an untuk memutuskan diadakannya kerjasama, baik dengan lembaga pendidikan yang sama
maupun lembaga lain yang dapat menunjang kelancaran aktivitas lembaga pendidikan tersebut. Salah satunya adalah
bagaimana meningkatkan cirta lembaga pendidikan, terutama di era globalisasi.

7. Oprasi bersama (Jiont Opreration)


Oprasional yang dilakukan bersama-sama antar lembaga baik antarlembaga pendidikan formal maupun antarlembaga
pendidikan formal dan nonformal, yang pada dasarnya dibentuk untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada para
pengguna jasa.

8. Aliansi Strategi (Strategic Alliance)

Hal ini merupakan bentuk kerjasama anatar beberapa lembaga pendidikan untuk tujuan yang bersifat umum dan
jangka panjang. Misalnya aliansi antar situasi bagi lembaga-lembaga pendidikan swasta atau perguruan tinggi swasta
untuk jurusan tenaga kependidikan baik sekolah tinggi keguruan maupun fakultas Keguruan.

D. Teknologi Informasi Sebagai Aset Utama Lembaga Pendidikan Dalam Jangka Panjang

Kecepatan perkembangan teknologi informasi sangan tinggi sehingga sanagt sulit bagi lembaga pendidikan untuk
menyususn strategi mempertahankan eksistensisnya dalam jangka panjang, ada tiga kunci utama yang mendudkung
teknologi informasi untuk di jadikan asset lembaga pendidikan dalam jangka panjang, yaitu sebagai berikut :

1. Sumber Daya Manusia

Yang di maksud sumber daya Manusia adalah staf penanggung jawab perencanaan dan pengembangan teknologi
informasi pada sebuah lembaga pendidikan, Faktor SDM yang menjadi staf pengembangan teknologi informasi pada
lembaga pendidikan harus memiliki tiga dimensi berikut

1. Keahlian tekhnik sumber daya manusia sangat di butuhkan dalam dunia pendidikan, mengingat cepatnya
perkembangan teknologi informasi yang terjadi, keahlian teknik di miliki seorang staf teknologi informasi Terutama
untuk selalu mempelajari hal-hal baru

2. Pengetahuan mengenai dunia pendidikan biasanya di peroleh dari hasil interaksi antar SDM yang terlibat dalam
dunia pendidikan, dan mengetahui proses oprasional lembaga pendidikan yang menggunakan bantuan tekonlogi
informasi serta kemungkinan untuk meningkatkan nilai tambah bagi lembaga pedidikan tersebut.

3. Orientasi pada pemecahan masalah. Hal ini tidak terbatas pada karakteristik SDM secara tradisional yang hanya
terpaku pada tugas-tugas rutin, akan tetapi SDM yang di butuhkan cenderung merupakan kumpulan orang yang selalu
berpikir keritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang terjadi pada lembaga pendidikan.

2. Teknologi

Seluruh infrastruktur teknologi informasi, ermasuk perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)di
pergunakan secara bersama-masa dalam proses oprasional lembaga pendidikan karena merupakan tulang punggung
terciptanya sistem terintegrasi, dengan biaya relative terjangkau, untuk biaya oprasional, pengembangan, maupun
biaya pemeliharaan, dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang lembaga pendidikan harus
mengembangkan infrastrukturnya, pada akhirnya, sistem informasi yang di hasilkan akan memiliki potensi yang dapat
di percaya (Reliable), akurat (accurate), dan konsisten (consistent) akan dijadikan panduan pengembangan teknologi
informasi yang di bangun sejalan dengan strategi pengembangan lembaga pendidikan.

3. Relasi

Yang di maksud dalam hal ini adalah hubungan tknologi informasi dengan pihak manajemen lembaga pendidikan
sebagai pengambil keputusan (decision maker). Menjalin suatu relasi berarti membagi resiko dan tanggung jawab.
Dalam mewujudkan relasi ini harus didukung oleh pimpinan tertinggi dari lembaga pendidikan sehingga akan
bertanggung jawab pada aplikasi teknologi informasi yang beriorentasi terhadap proses bukan berdasarkan fungsi
organisasi. Disamping itu pimpinan tertinggi lembaga pendidikan di harapkan mampu memutuskan sekala prioritas
pengmbangan dan implementasi dari teknologi informasi berdasarkan skala kepentingan lembaga pendidikan, serta
harus dituangkan dalam cetak biru (blueprint) panduan perencanaan dan pengembangan sistem informasi manajemen
pendidikan.

II.3 Strategi Manajemen Pendidikan Yang Berfokus Masa Depan

Lingkungan internal maupun ekternal lembaga pendidikan selalu berkembang dan bersifat dinamis sehingga
menimbulkan kesempatan atau hambatan bagi pertumbuhan lembaga pendidikan tersebut. Penyebab lainnya adalah
keputusan yang dibuat oleh pihak manajemen, sebelum menentukan langkah – langkah strategi yang harus dipilih
dalam manajemen pendidikan, akan di jelaskan terlebuh dahulu apa yang di maksud dengan strategi.

Menururt Glueck (1997:5), Strategi adalah satu kesatuan rencana yang komperhensifdan terpadu yang
menghubungkan kekuatan strategi organisasi dengan lingkungan yang dihadapinya, kesemuanya menjamin agar
tujuan organisasi tercapai.

Menurut Robson (1997:5) strategi merupakan pola keputusan dari alokasi sumber yang dibuat untuk mencapai tujuan
organisasi.

Selanjutnya menurut Glueck, manajemen strategi adalh sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada
penyusunan strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk mencapai sasaran organisasi.

Manajemen strategi merupakan keptusan memilih strategi dan bagaimana merencanakan srategi tersebut, agar
memberikan dampak pada kemajuan organisasi melalui aktivitas analisis, pemilihan dan implentasi strategi yang telah
di tetapkan (Johonson and Scholes (1993:153)).

Dari pengertian diatas, dapat di tarik beberapa kesimpulan pokok bahwa strategi pertama, merupak satu kesatuan
rencana organisasi yang komperhensif: kedua, perlu analisis lingkungan: ketiga, tujaun organisasi: keempat, setrategi
yang telah di pilih.

A. Strategi Pendidikan Nasional Dalam Menghadapi Lingkungan Global

Kerancuan yang terjadi atas pendidikan Nasional dimungkinkan oleh berbagai kebijakan dasar dan strategi
implentasinya kurang di dasarkan atas keutuhan konsep dan filosofi, banyak pemikirang yang andi curahkan pada
permasalahan Mikro, yakni yang berkait langsung dengan aktivitas pembelajaran,

Strategi pendidikan Nasional akan mencakup berbagai aspek sistem pendidikan Nasional dengan landasan yang lebih
utuh dan kokoh, secara makro, demokrasi, politik, dan libralisasi ekonomi global menjadi pertimbangan utama, secara
social pisikologis, pendekatan kepada peserta didik bersifat konstruktif dalm institusi pendidikan yang programnya
beriorentasi kepada kepentingan perkembangan pribadi peserta didik serta kemajuan dan kesejahteraan masyarakat,
bangsa, dan kemanusiaan.

Dalam hal ini akan dikemukakan beberapa rumusan strategi mengenai substitusi dan metodologi pendidikan serta
beberapa rumusan strategi lainnya mengenai organisasi dan manajemen pendidikan Nasonal, Aspek Organisasi
manajemen memang tidak dipisahkan dari rumusan tentang subsatnsi dan metodologi pendidikan sehingga keduanya
tidak dapat dipisahkan.

1. Strategi umum pendidikan Nasional

Strategi Umum pendidikan untuk menjawab isu pemberdayaan masyarakat dalam pendidikan dituangkan dalam dua
aspek penting, yaitu pertama , tentang demokratisasi pendidikan sebagai konsep: kedua , ditampilkan kelompok
sasaran khusus sebagai konsekuensi dari demokrasi.

a. Demokrasi pendidikan

Demokrasi pendidikan dilakukan melalui beberapa cara sebagai berikut :


1. Perluasan dan pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan
2. Pendidikan untuk semua (education for all)
3. Pemberdayaan dan pendayagunaan berbagai institusi kemasyarakatan
4. Pengakuan hak-hak masyarakat termasuk hak pendidikan
5. Kerjasama dengan dunia usaha dan industry
b. Kelompok-kelompok sasaran khusus
1. Anak Dini Usia (PAUD)
2. Keluarga
3. Penyandang cacat
4. Anak berkemampuan luar biasa (Gifted)
5. Kelompok anak-anak kurang beruntung
6. Kaum perempuan
7. Masyarakat terpencil
8. Kelompok Usia Prodiktif
9. Kelompok Usia Lanjut

2. Strategi Pokok Pembangunan pendidikan Nasional

Dalam merealisasikan strategi pokok pembangunan pendidikan, sedikitnya terdapat lima strategi pokok
pengembangan pendidikan Nasional, Yaitu

1. Mengatasi Dampak Kritis Ekonomi terhadap Pendidikan


2. Perluasan dan Pemerataan kesempatan pendidikan
3. Peningkatan mutu dan relevansi Pendidikan
4. Pengembangan sisitem dan manajemen pendidikan
5. Pemberdayaan kelembagaan Pendidikan

3. Karakteristik strategi Pendidikan


Misi dasar Pola pendidikan yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat, harus memiliki karakteristik
Khusus. Yaitu sebagai berikut.

1. pengutamaan Kemampuan Dasar


2. Penguasaan Kompetensi Umum
3. Penyelenggaraan Program Studi dengan Kulifikasi yang dapat dipasarkan (marketable)
4. Pendidikan yang Memiliki kepedulian terhadap teknologi informasi
5. Pendidikan Agama, Moral, dan budi pekerti
6. Pendidikan multicultural dan perdamaian

B. Faktor-Faktor yang Mendudkung Pengembangan Strategi Pendidikan

Berbagai isu Faktor-faktor strategi yang harus diperhitungkan dalam pengembangan strategi pendidikan masa depan
yang melipiti pembenahan structural serta peningkatan kualitas dan relevansi.

1. Pembenahan Struktural

a. Otonomi dan Akuntabilitas


b. Strategi Pendanaan
c. Sumber daya manusia
d. Diferensiasi

2. Peningkatan Kualitas dan Relevansi


Berkenaan dengan kualitasdan Relevandi, isu-isu strategi yang perlu diperhitungkan dalam pengembangan strategi
pendidikan Nasional adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan dan penjamunan kulitas


b. Keterampilan Menulis di Kalangan Tenaga Pengajar
c. Relevansi
d. Penyedian dan Perluasan Akses Kependidikan Tinggi
3. Pengembangan Kapibilitas Pendidikan Nasional

Kapabilitas Pendidikan nasional yang diharapkan di masa mendatang dapat memenuhi tuntunan pasar yang
membutuhkan lulusan lembaga pendidikan yang ada. Untuk mendudukng kapabilitas tersebut, diperlukan factor-faktor
yang mendasarinya, yaitu sebagi berikut :

a. Pengurangan Ketregantungan Pendidikan terhadap Pemerintah Pusat


b. Penyelenggarana Pendidikan yang Demokratis, Akuntabel, dan Bermutu
c. Kurikulum yang mampu membentuk kepribadian dan Profesionalisme
d. Penerapan Filsafat Konstuktivisme
e. Penerapan Pendekatan Rekonstruksi Sosial
f. Implikasi Konstuktivisme terhadap Proses Belajar

4. Desentralisasi Pendidikan
Desentralisasi Pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan Lembaga pendidikan yang ada di Indonesia.
Hal ini akan memacu indicator yang sangat signifikan dalam memenuhi kebutuhan lulusan yang memiliki kapabilitas
sesuai dengan pasar tenaga kerja. Beberapa indicator yang melandasi desentralisasi pendidikan adalah sebagai
berikut.

a. Pengaturan Perimbangan Kewenangan Pusat – Daerah


b. Manajemen Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan
c. Pengutan Kapasitas Manajemen Pemerintah daerah
d. Pendayagunaan Bersama Sumber Daya Pendidikan
e. Hubungan Kemitraan Antara Stakeholder Pendidikan
f. Pengembangan Infrastruktur Sosial

5. Akuntabilitas Pendidikan

Agar Lembaga Pendidikan Memiliki Keunggulan dan dapat diterima oleh pengguna jasa Pendidikan, Perlu
Menerapkan Berbagai Kriteria Pendukungnya Sebagai Berikut.

a. Peranan Profesionalsime Manajemen Pendidikan


b. Peranan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) Bidang Pendidikan
c. Peningkatan Kesejahteraan dan penerapan Sistem Pengembangan Karis Guru
d. Penegakan Legalitas Penyelenggaraan Pendidikan
e. Optimalisasi Kinerja Lembaga Akreditasi Pendidikan

C. Masalah-Masalah yang dihadapi Pendidikan Nasional

Tanggal 2 Mei telah emnjadi momentumyang tepat untuk mengenang bagai mana dahulu Ki Hajar Dewantara dengan
tulus mendirikan sekolah taman siswa. Beliu sama sekali tidak memikirkan bahwa akan meraup keuntungan financial
dari sekolah itu untuk menopang hidupnya apalagi untuk hidup mewah dari kegiatan pembelajaran, beliu hanya punya
keinginan masyarakat itu menjadi pintar hingga terbebas dari berbagai bentuk penjajahan. Setelah hampir satu abad
berlalu, tampaknya pendidikan masih menjadi persoalan komplek yang belum juga menemukan solusi tepat menuju
arah yang lebih baik, saat ini titik awal perbaikan pendidikan masih manjadi bahan perdebatan yang tidak kunjung
selesai bagi para ahli pendidikan, setelah polemic Undang-undang sistem Pendidikan NAsional Selesai, kini hangat
dibicarakan perlu tidaknya ujian akhir Nasional (UAN). Mereka terus memeprdebatkan hal ini sementara kualitas
lulusan pendidikan secara Nasional terus menurun di tingkat dunia, bahkan Asia. Perkembangan dunia pendidikan
nasional sangat dipengarihi oleh berbagai Faktor, baik factor internal maupun ekternal :

1. Faktor Internal

Faktor internal yang mempengaruhi kondisi pendidikan meliputi hal-hal berikut:

a. Dampak manajemen yang sentralistik

Meskipun banyak keberhasilan yang telah dicapai dunia pendidikan dalammembuka akses yang lebih luas, upaya
untuk mengembangkan suatu sistem pendidikannasional telah menimbulkan akibat-akibat yang negative.
Secaraperlahan namun pasti, kecenderungan tentang terjadinya sntralisasi yang berlebihan (over centralization) pada
pemerintahan pusat telah dirasakan hampir pada semua aspek manajemen pendidikan.

b. Mekanisme Pendananan oleh Pemerintah

Berdasrkan pengamatan, pemerintah haya menyerahkan semua mekanisme ini kepada pasar dan sama sekali tidak ada
proteksi untuk masyarakat yang kurang mampu, jika ada sedikit keberpihakan pemerintah terhadap dunia pendidikan
banyak strategi yang bisa dilakukan.

c. Manajemen dan Organisasi

Lembaga pendidikan dibawah naungan Depdiknas harus tunduk kepada peraturan-peraturan yang berlaku secra
seragam unruk semua lembaga pendidikan. Kebijakan seperti ini telah menimbulkan banyak pengaruh negative
terhadap kehidupan lembaga pendidikan. Banyak tenaga pengajar/guru ramai-ramai mencari penghasilan tambahan di
luar kegiatan utamanya karna kurangnya insentif yang diterima. Ketidak mampuan lembaga pendidikan dalam
meberikan insentif tambahan yang berprestasi akibat kurangnya akuntabilitas dan sustainabilitas serta kecenderungan
penetapan tujuan yang tidak realistis.

d. Sumber daya Manusia

Meskipun usaha meningkatkan mutu tenaga pendidikan terus dilakukan, secara umum kualifikasi pendidikan
guru/dosen di Indonesia masih belum memadi. Di samping suasana akademik belum memuaskan dan staf administrasi
pendidikan masih jauh dari memadai untuk mendukung tuntunan tugas administarsi pendidikan di setiap blembaga
pendidikan yang ada.

2. Faktor Ekternal

Sedang factor ektenal yang mempengaruhi sistem pendidikan nasional adalah sebagi berikut.

a. Globalisai

Bersamaan dengan kemajuan teknologi informasi, globalisasi telah membawa paradigm baru dalam lingkungan
pendidikan nasional berkenaan dengan penyelenggaraan proses pendidikan nasional yang dewas ini sedang
mengalami tranfortasi yang lebih komperhensif dan multidisifliner. Manakala perubahan terjadi dalam suatu
masyarakat, pimpinan baru muncul di berbagai lembaga pendidikan yang membawa semangat keilmuan yang mantap.
Hal ini menjadi ciri dari pembaharu dunia pendidikan yang muncul saat perubahan besar sedang berlangsung.

b. Perkembangan Ekonomi Nasional

Dalam pemulihan ekonomi pascakrisis, strategi perkembangan ekonomi nasional sangat kuat di kendalikan oleh
lembaga moneter internasional, yaitu IMF dunia pendidikan harus tampil cermat mengamati dan memantau
perkembangan ekonomi nasional agar secara terus-menerus dapat meningkatkan relevansinya.

c. Politik

Meskipun sebagain masyarakat meragukan kemampuan pemerintah untuk melakukan reformasi structural, pemerintah
yang legitimate sekarang mempunyai potensi besar untuk membawa bangsa melepati priode yang sulit, melalui suatu
arah atau langkah baru, seperti memerkenalkan paradigma baru dari sistem pendidikan, memerlukan kemampuan
untuk meyakinkan para elite strategis di lingkungan birokrat, kelompok-kelompok yang berkepentingan, dan
masyarakat umum lainnya tentang pentingnya arah baru yang akan ditempuh, pendidikan sebagai salah satu alat untuk
mempersatuakan bangsa ini diharapkanberpihak banyak dalam menggalang persatuan terutama dalam mewujudkan
tujuannya, yaitu meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa.

d. Sosial Budaya

Merton memperkenalkan suatu paradigm yang dikenal dengan paradigm merton untuk komunitas pendidikan, yang
terdiri atas universalisme, komunalisme, tampa pamrih (disinterestedness), dan skeptisisme terorganisasi (organized
skepticism).

e. Teknologi

Jasa pendidikan missal lebih mengandalkan keterampilan setandar yang cenderung seragam dengan model pendidikan
yang lebih fleksibel dan menuntuk kreativitas, inovasi dan kerjasam tim . saat ini tidak sesuai lagi dengan tuntunan
lingkungan industry yang menganut model prodiksi yang fleksibel, pluralitas, desentralisasi, serta otomoni pendidikan
merupakan aspek-aspek kritis yang memungkinkan tumbuhnya kreativitas dan inovasi di lingkungan pendidikan, hal
ini sesaui dengan dunia industry/dunia bisnis yang semakin berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi
terutama tekonologi informasi, yang membawa masyarakat Indonesia memembus wilayah geografis, local, nasional,
maupun internasional, yang tidak mengenal batas, oleh karna itu lembaga pendidikan harus mempersiapkan diri
menghadapi situasi saat ini, orang yang terlibat dalam dunia pendidikan harus mulai melirik (MELEK) terknologi
untuk lebih meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dalam mewujudkan dunia pendidikan yang di harapkan semakin
memiliki arti dengan didukung oleh kualitas yang biasa diandalkan oleh masyarakat pengguna jasa pendidikan.

D. Membangun Sistem Pendidikan Yang Berbudaya di Era Globalisasi


Bagaimana membangaun sistem pembangunan yang tangguh agar mampu menghasilkan sumber daya manusia yang
siap memasuki era gelabalisasi, ada dua pengertian dasar yang perlu dicatat dlam memahami konteks ini.

Petama, sumber daya manusia tidak di artikan sebagai sumber daya dalam konteks ekonomi tetapi jauh lebih bernilai,
yakni sebagi insane dengan segala keutuhannya (human being as a whole). Dengan arti pengertian tersebut, sumber
daya manusia tidak dipandang sebagai Faktor produksi setara dengan sumber daya lainnya tetapi lebih kea rah sebuah
asset yang lebih dipelihara dengan baik karena manusia adalah makhluk tuhan yang paling sempurna.

Kedua, pendidikan tidak dipandang sebgai “ramuan ajaib” yang mampu memecahkan segala permasalahan dalam
membangun dunia dengan segala bentuk cita-citanya, akan tetapi, pendidikan harus dipandang sebagai salah satu
wahana utama untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia. dengan demikian jika terjadi kesalahan dalam
kehidupan social kemasyarakatan, tidak bebrarti bahwa sistem pendidikan satu-satunya yang bertanggung jawab
terhadap berbagai bentuk kesalahan tersebut.

1. Pentingnya Setrategi Budaya

Dalam Era Gelobalisasi budaya ibi ada tiga aspek kehidupan yang kan berubah dan cenderung terus berubah, yaitu
budaya 3-F budaya makan (food), budaya berbusana (fashion), budaya memenuhi kesenangan hidup (fun), ancaman
gelobalisasi yang paling mendasar adalah Globalisasi Budaya yang berdampinganan dengan organisasi ekonomi maka
strategi yang harus diutamakan adalah strategi budaya yang tidak salah pentingnya dari strategi ekonomi, Indonesia
memiliki satu departemen yang sanggup menjadi paying dunia pendidikan, yaitu departemen pendidikan Nasional
yang memiliki mandate utama membangun manusia Indonesia yang terdidik dan berbudaya.

2. Masalah utama Pendidikan

Ada beberapa masalah internal pendidikan yang dihadapai, antara lain sebagai beritut :

a. Rendahnya pemerataan kesempatan belajar (equity) disertai banyaknya peserta didik yang putus sekolah, serta
banyknya lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, hal ini identik dengan ciri-ciri
kemiskinan.

b. Rendahnya mutu akdemik terutama penguasaan ilmu pengetahuan alam (IPA), Matematika, serta Bahasa terutama
bahasa Inggris padahal penguasaan materi tersebut merupakan kunci dalam menguasai dan mengembangkan IPTEK.

c. Rendahnya efesiendi internal karna lamanya mata studi melampau waktu setandar yang telah ditetapkan.

d. Rendahnya efesiensi ekternal sisitem pendidikan yang disebut dengan relepansi pendidikan, yang menyebabkan
terjadinya pengangguran tenaga terdidik yang cenderung terus meningkat.

e. Terjadinya kecenderungan menurunnya akhlak dan moral yang menyebabkan lunturnya tanggung jawab dan
kesetiakawanan social, seperti terjadinya tauran pelajar dan kenakalan Remaja.

Masalha-masalah di atas, erat kaitannya dengan kendala seperti keadaan geografis, demografis, serta sosio-ekonomi,
kemiskinan juga merupakan salah satu kendala yang memiliki hubungan erat dengan masalah pendidikan. Rendahnya
mutu kinerja sistem pendidikan tidak hanya di sebabkan oleh adanya kelemahan manajemen pendidikan tingkat mikro
lembaga pendidikan,

3. Membangun Sistem Pendidikan yang Bagus

Langkah-langkah strategis sistem pendidikan, antara lain sebagai berikut

a. Meningkatkan evesiensi dan evektivitas manajemen pendidikan, baik pada tingkat mikro maupun tingkat makro.

b. Menciptakan kelembagaan agar daerah mempunyai peranan dan keterlibatan yang lebih besar dalam
menyelenggarakan pendidikan.

c. Mendorong peran serta masyarakat termasuk lembaga social kemasyarakatan dan dunia usaha sebagai mitra
pemerintah dalam pembangunan dan penyelenggaraan pendidikan.
d. Ada sistem pendidikan nasional, terutama pendidikan keagamaan yang mengelola sekolah dasar islam (Madrasah)
yang sebagian besar dikelola oleh lembaga social social kemasyarakatan termasuk pendidikan pesantren, akan tetapi,
lembaga pendidikan swasta belum dapat menujukkan tingkat kualitas yang memadai.

e. Menyediakan fasilitas yang memadai agar peserta didik tumbuh dan berkembang secara sehat, dinamis, kreatip dan
prodiktif, bagi anak-anak sekolah terutama diperkotaan, yang paling dibutuhkan adalah fasilitas bermain dan olehraga,
idealnya halamn depan dan halaman belakang sekolah luas sehingga energy dan kereativitas anak dapat di ekpresikan
secara optimal.

f. Menciptakan sistem pendidikan yang proaktip dan felksibel, sistem pendidikan tersebut dapat mewujudkan konsep
keterkaitan dan kesepadanan (link and match).

g. Menciptakan suasana dan proses belajar mengajar yang mampu membangkitkan dan mengembangkan kreativitas,
inovasi, serta minat, dan semangat belajar.

h. Menanamkan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sejak dini di tingkat sekolah dasar dalm
rangka menumbuhkan budaya IPTEK.

i. Mengembangkan daya juang (fighting spirit), profesionalisme, dan wawasan keunggulan, profesionalisme dan
wawasan keeunggulan merupakan kata kunci yang perlu di sosialisasikan dalam upaya membangaun sumber daya
sumber daya manusia yang berkualitas di era industrialisasi dan globalisasi.

j. Mengembangkan sikap hidup yang hemat, cermat, teliti, tertib, tekun, dan disiplin, nilai-nilai tersebut merupakan
nilai dasar yang harus tertanam dalam setiap individu.

k. Menumbuhkan moral dan budi pekerti luhur sehingga pengejawantahan dari keimanan dan ketakwaan terhadap
tuhan yang maha Esa. Nilai-nilai moral dan budi pekerti ini lebih lebih-lebih memilikimakna yang sanagt luas dan
teramat penting dalam penanaman dasar moral anak didik menghadapi era gelobalisasi ini. Menurut Delors (1992)
menyatakan bahwa pilar yang memperkokoh bangunan sistem pendidikan adalah (1) learning how to know (2)
learning how to do (3) learning to live together (4) learning how to be.

4. Meningkatkan Kualitas Guru

Menyimak berbagai permasalahan, Visi dan Misi Pendidikan, kita yakin bahwa peran guru atau dosensangat penting,
dari semua unsure yang terdapat dalam sistem pendidikan, guru atau dosen merupakan factor yang sangat menentukan
kualitas sebagai output utama dari sistem pendidikan, upaya peningkatan guru menjadi sangat penting dan setrategis,
prasyarat yang ditetapkan adalah guru sekolah dasr minimal harus memiliki kualifikasi diploma dua (D-2), dalam
permasalahan guru dihadapkan kepada beberapa persoalan kunci sebagai berikut

a. Jabatan guru ini cenderung tidak menarik karena berbagai factor terutama menyangkut tingkat kesejahteraan dan
pengembangan karir.

b. Lulusan perguruan tinggi lebih tertarik bekerja dilembaga bisnis daripada menjadi tenaga pengajar di perguruan
tinggi.

c. Banyak terjadi guru mengajar tidak sesuai dengan kulaifikasi keahlian yang dimilki.

d. Adanya ketidak seimbangan antara kebutuhan (demand) dengan pengadaan (supply) guru bidang studi matematika
dan ilmu pengetahuan alam untuk tingkat SLTP dan SLTA masih cukup besar, manun pengadaan guru bidang studi
ilmu pengetahuan social sungguh banyak akhirnya mengalami kejenuhan sehingga tidak dapat diperdayakan lagi
sesuai dengan kulifikasi kelulusannya.

Pola pembinaan karir guru yang berlaku saat ini, tampaknya belum dapat membedakan adanya penghargaan dalam
promosikenikan pangkat antara professional dan tidak professional. Kenyataan lain insentip guru yang
berprestasitampaknya sangat kelasik tetapi sampai saat ini belum terpecahkan secara mendasar. Lembaga pendidikan
seperti IKIP/LPTK diharapkan menemukan terobosan untuk mengatasi masalah yang sudah semakin komplek, serta
perlu keterlibatan pihak lain yang tekait, dalam era informasi guru sebagai pengajar dalam arti menyampaikan
informasi sudah bergeser, di bnyak tempat impormasi dengan mudah dapat dipilih dari berbagai sumber, seperti
televise, radio, majalah, Koran, maupun internet. Jadi saat ini guru bukan satu-satunya penyampai informasi dan
perannya juga bergeser menjadi fasilitator dan motivator. Naum fungsi guru sampai kapan pun perlu dipertahankan.
Guru harus tetap menjadi idola siswa dan berperan sebagai factor utama dalam pembentukan watak dan kepribadian
peserta didik, pergeseran fungsi tersebut menuntut perlunya penyesuian salam sistem pendidikan dan pola pelatihan
guru, termasuk sistem pendidikan id IKIP maupun lembaga pendidikan tenaga kependidikan lainnya.

II.4 Teknologi Informasi dalam Perspektip Pendidikan

Teknologi informasi (TI) merupakan sebutan lain dari teknologi computer, yang di khususkan untuk pengolahan data
menjadi informasi yang bermanfaat bagi sebuah organisasi termasuk organisasi pendidikan, IT ini terus mengalami
perkembangan baik dari bentuk, ukuran,kecepatan, dan kemampuan untuk mengakses multimedia dan jaringan
computer, perkembangan itu disebabkan tingginya tingkat persaingan antar produsen prosesor kumputer, seperti intel,
Motorola, Apple, DEC, dan lainnya.

Perkembangan prosesor tersebut mencapai tingkat yang sangat tinggi dalam sepuluh tahun terakhir, jia di amati secara
rinci perkembangan setiap seri prosesor, hampir berhimpitan terciptanya prosesor baru dengan sepesifikasiyang
semakin tinggi.

Persaingan dalam perkembangan prosesor telah mendorong pertumbuhan industry IT karna setiap prosesor baru di
ciptakan, dibutguhkan sepesifikasi baru, khususnya yang terkait dengan RAM dan kapasitas pengingat sekunder
seperti hardisk penciptaan prosesor dengan sepesifikasi baru telah member tantangan bagi produsen software untuk
mengimbanginya dengan menciptakan sistem oprasi dan aplikasi baru yang mampu mengoptimalkan sepesifikasi
prosesor dengan perangkat hardware secara keseluruhan.

A. Gelombang Inovasi Teknologi

Teknologi informasi pada saat ini telah menjadi pembicaraan/perbincangan yang sangat menarik, mengingat teknologi
informasi ini merupakan salah satu unsure penting yang dapat mendorong keunggulan bersaing sebuh organisasi, baik
organisasi bisnis maupun organisasi social. Hal ini diyakini bahwa sebuah lembaga yang dapata menguasai teknologi
informasi maka lembaga tersebut akan memenangkan persaingan.

Menurut Budi Sutedjo (2002:49) gelombang teknologi informasi yang berbasis internet berkembang melalui beberapa
tahap sebagai berikut

a. Gelombang pertama, pemanfaatan TI difokuskan untuk meningkatkan produksi dan memperkecil biaya. Bagai
organisasi yang menerapka teknologi tersebuat akan melakukan otomatisasi kegiatan rutinnya, seperti surat-menyurat,
slide presentasi, pembuatan tabel dan neraca, aplikasi yang digunakan, antara lain word, excel, power point, dan
access

b. Gelombang kedua, Ti difokuskanuntuk meningkatkan epektipitas penggunaan pelaratan computer melalui


pembangaunan jaringan computer. Jaringan ini dibangun dengan cara menghubungkan Komputer-komputer dengan
menggunakan kabel dan kartu jaringan sehingga printer, harddisk dan peralatan lain dapat digunakan secara
serempakl, jaringan ini dapat menghemat biaya investasi dan mempercepat distribusi data dan informasi.

c. Gelombang ketiga, difokuskan untuk menghasilkan keuntungan untuk lewat pembangunan program sistem
informasi pelayanan administrasi akademik sistem informasi pelayanan akademik keuangan, maupun sistem informasi
pelayanan umum, yang kesemuanya berbasis teknologi informasi dan menguntungkan bagi pihak universitas maupun
mahasiswa yang dilayani.

d. Gelombang keempat, TI difokuskan untuk membantu proses pengambilan keputusan dari data kualitatif, seprti
pembangunan sistem pendukung keputusan (DSS/Decision support system) bagi penerimaan pegawi, penilaian
prestasi pegawai, peningkatan jenjang karir pegawai dan lain sebagainya (back office)

e. Gelombang kelima, TI difokuskan untuk meraih pelanggan (konsumen) melalui pengembangan jaringan internet,
membangun explorasi besar-besaran terhadap internet, maka dalam hal ini munculah dalam dunia bisnis apa yang di
sebut electronic business (e-business) dan e-commerce, dalam sistem pendidikan berbasis internet, apa yang disebut e-
learning, e-campus, e-school yang mampu menjangkau para pengguna jasa pendidikan baik local, nasional, maupun
gelobal.

f. Gelombang keenam, TI yaitumenggunakan sistem jaringan tanpa kabel (wireless), sisitem tersebut memungkinkan
seseorang mengakses internet melalui computer yang terhubung ke telepon seluler, bahkan internet dapat diakses
langsung lewat ponsel, gelombang inovasi ini menunjukan bahwa TI dapat digunakan untuk komunikasi efektif
dengan konsumen dan mitra kerjanya.

B. Menyambut Teknologi Informasi dalam Dinia Pendidikan

Liam tahun terakhir, TI yang berbasis internet betul-betul berkembang seperti jamur di musim hujan, banyak
perusahaan lima tahun lalu belum ada, sekarang sudah sukses dengan pendapatan miliaran dolar berkat bantuan TI
internet, berdasrkan setatistik jumlah situs (websites) di dunia telah berlipat ganda jika dilihat pada http://www.isc.org
hal ini menunjukan betapa pentingnya TI dalam dunia bisnis maupun dalam setiap aspek kehidupan manusia. Untuk
menggunakan pasislitas intenet seseorang memerlukan computer pribadi (personal komputer), dengan demikian, tidak
mengherankan jikaperkembangan penjualan computer mempunyai kecenderungan meningkat seiring dengan setatistik
penggunaan internet, oleh karna itu, perkembangan TI akan mengubah cara hidup manusia dan proses peribahan itu
sedang dialami saat ini.

Dalam kebutuhannya sehari-hari banyak orang yang membeli buku, makanan maupun minuman, atau mengikuti
lelang berbagai jenis produk menggunakan TI internet, hal ini tidak terbatas pada jangkauan kota ataupun luar kota.
Akan tetapi, sampai lintas Negara dengan sistem hubungan langsung pada waktu yang sama atau (real time). Inilah
yang disebut dengan revolusi dalam kehidupan social atau cara hidup manusia saat ini, aktivitas seperti ini sering
disebut dengan e-commerce.

Lembaga pendidikan melihat bahwa TI sebagai alat yang sangat menarik untuk membuat oprasional organisasi lebih
efesien, tujuannya adalah menghapus posisi penyambung komunikasi dari dua tempat yang berkepentingan, juga
menghapuskan batas waktu untuk oprasi internasional dengan konsep real time, ileh karena itu, sebuah lembaga
penddidikan dapat pelanyani pelanggannya secara efesien, biaya yang dikorbankan juga akan lebih rendah karena
pengurangan tenaga kerja, artinya. TI merupakan salah satu fasilitas lembaga pendidikan yang lebih tepat dalam
melanyani pelanggan dan memuaskan pemilik lembaga pendidikan tersebut (share holder). Hubungan antarlembaga
pendidikan juga mengalami evolusi ataupun revolusi sejalan dengan munculnya e-learning, e-school, jadi, proses
pembelajran yang dilaksanakan malalui TI, hasil dapat dipastikan lebih unggul karena formulasi pola pembelajaran
sudah dibuat fleksibel sesuai dengan kebutuhan penyedia maupun pengguna jasa pendidikan. Disamping itu, muatan
mata pelajaran yang dirikan bisa dimodifikasi melalui internet yang bersumber dari database atau kasus-kasus real,
bahkan fenomena-fenomena social yang terjadi di berbagai kota maupun berbagai Negara.

Sekarang banyak universitas di Amerika serikat menawarkan dan melaksanakan kegiatan edukasinya dengan
menggunakan edukasinya dengan menggunakan internet. Jadi, peserta pendidikan (mahasiswa) yang berda di
Amerika, Afrika, maupun di Indonesia asal tersedia jaringan internet dapat menikmati edukasi dan gelar pendidikan di
Amerika tanpa harus menguasasi dalam beberapa tahun ke kota dimana universitas tersebut berada.

Dengan perkembangan TI yang demikian cepat dan merambah kesemua sector kehidupan manusia, demand terhadap
para ahli TI punsemakin meningkat. Disamping dampak positif perkembangan IT dala mengbah berbagi aspek
kehidupan manusia, dampak Negatif pun muncul yaitu adanya pengurangan tenaga kerja, ibarat dua sisi mata uang. Di
sini lain TI menyediakan banyak peluang pekerjaan dengan kompotensi yang berada di sebelumnya, jadi, diperlukan
adalah kompotensi tenaga kerja bidang keahlian TI.

C. Model Pembelajaran dengan E-Leraning

Proses Pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan e-learning tidak dapat disamakan dengan lembaga
pendidikan pada umumnya, juga berada dalam pola pembelajaran konvensional yang hanya menggunakan metode
tatap muka, prosespembalajaran e-learning adalah perpaduan antara metode tatap muka dengan mtode on line (via
internet dan berbagai pengembangan teknologi informasi lainnya. Metode pembelajaran tradisional saat ini
memerlukan sebuah perubahan dalam kaitannya dengan proses adaptif dan memeprsiapkan para peserta didik agar
siap menjadi knowledge workers).

E-learning sebagai sebuah wacana baru lebih sesuai untuk peserta didik dengan karakteristik di atas, keterbatasan
waktu, keterbatasan tempat belajar, keterpisahan jarak secara geografis, dan peserta didik untuk belajar di tempatnya
sendiri, hal ini akan terpenuhi jika metode yang digunakan adalah e-learning. Dengan demikian e-learning telah
memperbesar kesempatan bagi individu untuk mendapatkan pendidikan yang diinginkannya sekaligus mempercepat
terciptanya masyarakat yang berpengetahuan (knowledge society). Bill gates pernah mengemukakan bahwa teknoligi
baru akan memainkan peran penting dalam proses pembelajaran, baik yang dilakukan yang didalam maupun dan
diluar kelas.
Proses pembelajaran secara on line dapat diselenggaran dalam berbagai cara berikut.

a. Proses pembelajaran secara konvensional (lebih banyak face to face meeting) dengan tambahan pembelajaran
melalui media interaktif computer via internet atau menggunakan gerafik interakfit computer.

b. Dengan metode campuran, yakni secara umum sebagaian besar proses pembelajaran dilakukan melalui computer,
namun juga tetap memerlukan face to face meeting untuk kepentingan tutorial atau mendiskusiakan materi ajar.

c. Metode pembelajaran yang secara keseluruhan yang haya dilakukan secara online, metode ini sama sekali tidak
ditemukan face to face meeting.

Model mebelajaran yang dikembangkan melalui e-learning menemukan pada resource based learning, yang juga
dikenal dengan learner-contred learning dengan model ini, peserta didik mampu mendapatkan bahan ajar dari
tempatnya masing-masing (melalui personal Komputer/PC di rumah masing-masing atau dikantor) keuntungan model
pembelajaran seperti ini adalah tingkat kemandirian peserta didik menjadi lebih baik dan kemampuan teknik
komunikasi mereka menunjukan kemajuan yang menggembirakan. Dengan model ini komunikasi antar peserta didik
dengan para staf pengajar berlangsung secara bersamaan atau sendiri-sendiri melalui melalui dukungan jaringan
computer. resource based learning dilengkapi dengan virtual library dan call center, komitmen terhadap model
pembelajaran tersebut ditentukan dengan formula pada tahun pertama peserta didik hanya mendapatkan bahan ajar
melalui CD-ROM, tahun kedua dan keempat mereka medapatkan bahan ajar lealui website. Kemudian dikembangkan
lagi ke sistem intruksi yang berbasis jaringan yang di sebut virtual instructional support system (VOISS). Proses
pembelajaran secara fisik di bnagku sekolah/tempet kuliah akan menjaga value dari human instruction, sedangkan e-
learning akan memberikan aspek pada knowledge resource yang sangat kaya dari internet.

D. Pendidikan Internet Bagi Anak Sekolah

Sebagaimana dikemukakan dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional Bab
1 ayat (14) bahwa : pendidikan anak usia dini adalah satu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut, Meliat peluang yang cukup menarik dan sejalan dengan pertanyaan tersebut, saat ini banyak bermunculan
lembaga-lembaga pendidikan yang diperuntukan bagi anak-anak usia dini, mulai dari kelompok bermain (play goup)
maupun tempat penitipan anak (TPA) yang di pelopori oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) terutama dikota-kota
besar di Jakarta.

Meliat peluang yang sangat cukup menarik, tidak pernah dibayangkan sebelumnya oleh beberapa kalangan bahwa
sebuah lembaga pendidikan akan menyiapkan sebuah tawaran yang menarik bagi peserta didiknya. Hal ini dilakukan
bukan semata-mata untuk menarik jumlah peerta didik yang lebih banyak, tetapi lebih dari tawaran ini secara filosofi
mempunyai keinginan untuk memperkenalkan teknologi keompuer kepada anak didik lebih awal. Dengan demikian,
pada saatnya nanti mereka harus betul-betul berhadapan dengan dunia nyata yang penuh dengan persaingan dan setiap
aktivitas menentukan mereka menggunakan teknologi teknologi informasi, dan mampu mengoprasionalkannya.

Saat ini banyak lembaga pendidikan yang menawarkan salah satu muatan pendidikan khusus pendidikan computer
multimedia (internet). Mulai dari pesrta didik persekolahan sampai keperguruan tinggi. Begitu juga orang tua yang
anaknya mengikuti kelompok bermain (plat group) meliki keuntungan , yaitu dapat memantau aktivitas anaknya di
sekolah. Antara lain berkat fitur thankwace Educator pada situs www.thankwace.com dengan pirarti berupa PC
berakses internet yang terhubung dengan fitur sistus tersebut telah dipalang kamera web. Orang tua bisa memantau
setiap aktivitas yang sedang dilakukan anak-anaknya di kelas. Selain kemampuan untuk memantau aktivitas anak,
www.thankwace.com dilengkapi jadwal kehadiran, kalender pendidikan, nilai setiap siswa, dan catatan guru yang
setiap anak, untuk komunikasi antara guru dan orangtua sebagain dilakukan via-email.

Meskipun program tersebut tidak menginduk kepada kurikulum Depdiknas, banyak orang tua siswa mendapat nilai
fositip, sebab program tersebut dapat memberikan wawasan dan pengetahuan setra kemampaun belajar mengenal
computer dan internet lebih awal, akantetapi dalam pelaksanaannya, pengawasan dan pengarahan guru dan orang tua
tetap dipelrlukan, sehingga informasi yang diterima siswa betul-betul infromasi yang bermanfaat seperti pelajaran
puzzle, game, dan berhitung dapat meningkatkan rangsangan pada pola pikiranak.

E. Acton Learning dalam Pendidikan


Action learing sangat populerdalam kalangan akademisi dan praktisi sumber daya manusia (SDM) karna pendekatan
ini banyak dilakukan dalam pelatuhan dan pengembangan SDM, baik SDM di perusahaan maupun SDM di lembaga
pendidikan, dalam menguraikan acion learning setiap orang memiliki pandangan yang berbeda, tergantung pada isi
kajian mana yang mereka lakukan.

Action learning dicetuskan ole reg revans tahun 1971 di Amerika Serikat. Pada dasarnya pendekatan ini diperuntukan
bagi keryawan perusahaan, makin berkembang dan banyak dibutuhkan organisasi-organisasi nonbisnis termasuk
organisasi pendidikan. Revan menggambarkan action learning merupakan sebuah cara pengembangan intelektual,
emosi, merupakan fisik seseorang atau kelompok yang telah terlibat dalam sebuah organisasi, pengembangan ini
dilakukan melalui keterlibatan penuh dalam masalah organisasi yang sangat kompleks. Sasaran yang ingin dicapai
dalam pendekatan ini adalah terjadinya partisipasi aktif dari setiap unsure organisasi untuk peroses pemecahan
masalah.

Dalam ection learning terdapat tiga komponen, yaitu (1) orang yang menerima tanggung jawab untuk bertindak
mengenai masalah yang di hadapi (pimpinan lembaga pendidikan), (2) tugas yang di tetapkan untuk semua unsure
organisasi (job description), dan (3) tim kerja yang akan merumuskan berbagi permasalahn yang dihadapi organisasi
atau lembaga yang saling mendukung agar terjadi sinergi untuk memajukan organisasi.

Pendekatan action learning paling pas digunakan untuk kebutuhan lembaga pendiikan, misalnya kebutuhan dalam
proses pembelajaran, mengindetifikasi peluang penyempurnaan proses pembelajaran, merancang program
pembelajaran, dan merealisasikan visi dalam oprasionalisasikan pendidikan, action learning digunakan jika
dibutuhkan yang akan di bahas lebih sederhana, jelas, kritis, dan bersifatsegar. Misalnya, lembaga pendidikan yang
ditentukan oleh departemen terkait tanpa memperhatikan kapabilitas maupun akuntabilitas seperti lembaga
pendidikan.

Adapun situasi sebuh lembaga pendidikan yang membutuhkan action learning telah gteridentifikasi, harus
dipersiapkan sebuah tim action learning untuk menanggapi permaslahan yang dihadapi, anggota tim action learning
yang cocok dipilih, yaitu memiliki kemampuan dan keterampilan terutama dalam lembaga pendidikan adalah guru-
guru yang memiliki keterkaitan langsung dengan oprasional lembaga pendidikan. Dengan demikian, tim yang
dipersiapkan akan betul-betul memiliki visi dan misi untuk memecahkan maslah yang dihadapi berkaitan dengan
kualitas pendidikan yang dihasilkan. Untuk menciptakan kreativitas di antara anggota tim, diperlukan para anggota
yang memiliki latar belakang pengetahuan dan keterampilan, sikap yang positif dan terbuka, serta disiplin keilmuan
yang berbeda karena seluruh anggota tim harus dapat bekerja sama dalam jangka. Disamping itu, seluruh anggota tim
harus memiliki kepentingan untuk menyempurnakan situasi maupun kondisi yang sedang dihadapi bersama.

Action learing juga membutuhkan fasilitator ini berkaitan membantu agar tim dapat bekerja sama secara serempak .
misalkan konsultan fasilitator dibidang pendidikan memiliki kapabilitas dalam memecahkan masalah yang dihadapi
lembaga pendidikan dan tidak mengetahui situasi lembaga pendidikan yang sebenarnya. Dengan demikian, dalam
membahas permasalahan yang dihadapi lembaga pendidikan bersikaf lebih objektif dan mendalam. Yang wajib
dimiliki oleh seorang fasilitator adalah kemampuan untuk membantu proses kerja sama tim action learning.

action learning harus mengacu pada konsep belajar kerana pada dasrnya bagi seorang manusia belajar adalah proses
yang terjadi secara bertahap, sedikit demi sedikit, dan harus berulang-ulang , action learning juga terjadi mealalui
upaya yang bersifat ekspremental atau simulasi sehingga diperlukan upaya untuk terjadinya ahli pembelajaran pada
situasi yang nyata dan berkaitang dengan semua aktivitas lembaga pendidikan serta semua orang yang terlibat di
dalam lembaga tersebut, untuk lebih jelasnya, model kerja action learning dapatdigambarkan dalam diagram berikut.
F. Sinergi Positip dan Negatif Sistem Informasi Dan Strategi Pendidikan

Sinergi Negatif dan positif antara sistem infomasi dengan strategi lembaga pendidikan. Pada gambaran pertama,
sistem informasi tidak mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pihak manajemen lembaga pendidikan
dalam proses pembuatan keputusan karna tidak didukung oleh sistem informasi yang ada, dalam konsep sistem
informasi pendidikan untuk menyajikan informasi yang dibutuhkan akan membawa dampak terhadap strategi lembaga
pendidikan, dampak yang dihasilkan adalah strategi lembaga pendidikan yang meragukan pengambil keputusan karna
disusun berdarkan informasi yang terbatas dan ini lah sinergi negatif yang dihasilkan.

Sedangkan sinergi negatif adalah sinergi antar sistem informasi yang disajikan dengan baik serta pemahaman strategi
lembaga pendidikan yang menandai. Keduanya akan menghasilkan sebuah strategi lembaga pendidikan yang baik dan
bisa dipertanggung jawabkan. Secara sederhana kedua sinergi tersebut dapat di gambarkan dalam matriks berikut.

KUDADRAN II KUADRAN I
Masih dimungkinkan terjadinya sinergi positif tetapi harus ada upaya keras untuk mencari berbagai sumber informasi.
Konsultan yang dibutuhkan adalah konsultan sistem infrmasi. Sinergi positif, kualitas sinergi lembaga pendidikan
yang dihasilkan sangat baik dan dapat dipertanggung jawabkan, konsultan yang diperlukan sebagai second opinion.

KUDADRAN III KUADRAN IV

Sinergi negative, kualitas sinergi pendidikan yang dihasilkan tidak baik dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Bantuan konsultan tidak banyak menolong kecuali untuk pembenaran lembaga pendidikan yang mendasar. Masih
dimungkinkan terjadinya sinergi positif, misalnya dengan meminta jasa konsultan bidang pendidikan untuk memandu
penyusunan strategi lembaga pendidikan.

G. Pendekatan Human-centred dalam Manajemen Pendidikan

Sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai
bidang kehidupan mengalami kemajuan yang sedemikian pesat. Tidak terkecuali kemajuan ilmu pengetahuan dibidang
pendidikan yang telah memunculkan konsep dan strategi baru. Konsep dan strategi baru ini kemudian di terapkan
dalam praktik oleh lembaga pendidikan yang mempunyai peluang untuk memamfaatkan keampuan konsep dan
strategi tersebut. Dalam praktiknya peranan suatu konsep dan strategi lembaga pendidikan biasanya memerlukan
peranan konsep lainnya, baik karena sifatnya yang inheran maupun sebagai penunjang konsep strategi utamanya,
selain itu, peranan salah satu konsep dan strategi yang ditetapkan dalam lembaga pendidikan akan berpengaruh pada
keseluruhan sistem lembaga pendidikan tersebut.

Munculnya berbagai konsep dan strategi pada lembaga pendidikan, berkaitan dengan situasi ersaingan antar lembaga
pendidikan yang ada, namun, munculnya fenomena persaingan tersebut dipicu oleh cepatnya perkembangan dan
perubahan teknologi informasi yang semakin mutakhir. Pesatnya perkembangan teknologi informasi telah menjadikan
banyak lembaga pendidikan menjadi bernilai karena nilai informasi yang dihasilkan memiliki arti strategis dalam pola
pengembangan manajeman lembaga pendidikan. Dengan demikian, teknologi informasi akan menjadi keharusan
dalam mengelola sebuah lembaga pendidikan agar mampu mengembangkan pola pembelajaran yang lebih berkualitas
dan memiliki nilai bagi pelanggannya.

Untuk mampu menguasi teknologi informasi yang optimal, sedikitnya diperlukan prasyarat umum yang meliputi
kesiapan baik sunber daya manusia maupun sumber daya mineral. Kesiapan sumber daya bukanlah sesuatu yang
mudah untuk dipenuhi karena bagi lembaga pendidikan harus mencari alternative tertentu yang peling menguntungkan
dan tepat guna. Salah atu upaya tersebut, yaitu dengan strategi outsourcing teknologi informasi, yang merupakan
strategi penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi oleh lembaga pendidikan mealalui pihak ketiga (ludigdo,
1997). Akan tetapi, strategi ini tidak selalu memberikan manfaat yang optimal dan mengandung sejumlah resiko
sehingga digunakan strategi insourcing dalam pemanfaatan teknologi.

H. Keamanan Sistem Informasi, Moral, Etika, dan Hukum Teknologi Informasi

1. Keamanan sistem Inforamasi

Menurut Hary Gunarto dalam budi sutejdo (2002:191-210) terdapat tiga jenis pengendalian data dan informasi
meliputi :

a. Pengendalain sistem informasi

b. Pengendalian procedural

c. Pengendalain fisilitas

Ketiga prosedur pengendalian tersebut jika dirumuskan dan diimplemantasikan dengan baik diyakini dapat
memberikan pengamanan yang optimal terhadap data dan informasi dan mampu menekan resiko terjadinya gangguan
keamanan terhadap sistem informasi secara keseluruhan.

a. Pengendalain Sistem Informasi

Pengendalian dalam hal ini untuk memonotoring dan menjaga kualitas, keamana peralatan, input, proses, output,
aktivitas penyimpanan dan distribusi sistem informasi.
1. Kualitas input sangat menentukan hasil akhir pemrosesan

Pengendalin input terdiri dari: (1) penggunaan sistem password dan log-in name akan membatasi siap saja yang dpata
mengakses terhadap sistem informasi tersebut (2) pendeteksian terhadap proses pemasukan data.

2. Pengendalian proses ketika computer akan memproses data dengan prosedur yang telah ditetapkan

3. Pengendalian output dilakukan untuk menjamin bahwa informasi yang dihasilkan tidak terjadi selahan.

4. Pengendalian penyimpanan baik proses maupun peralatan yang digunakan jenis pengendalian ini meliputi 3 hal (1)
harddisk (2) Virus (3) distribusi data dan informasi.

b. Pengendalian Prosedural

Hal yang harus dirumuskan dalam menyusun pengendalian procedural, antar lain.

1. Prosedur backup data dan program yang program yang disesuaikan dengan tingkat urgensinya

2. Prosedur untuk memasuki lingkungan jaringan computer yang ada dilingkungan organisasi dan prosedur apabila
akan keluar dan meninggalkannya

3. Prosedu pembagian kerja antar setaf pengelola teknologi informasi berdasrkan keahlian dan kemampuan.

c. Pengendalian fasilitas dan usaha pengamanan

Hal ini dilakukan untuk melindungi fasilitas fisik istem informasi yang berbasis teknologi informasi serta peralatan
pendukungnya dari kerusakn dan pencurian, upaya pengendalian fasilitas dapat dilakukan, antara lain melakukan
kompresi agar dapat menjaga tingkat kepadatan lalu lintas data dalam jaringan, enskripsi, dan deksipsi untuk menjaga
keamanan data dalam harddisk maupun yang sedang melintas dengan jaringan.

2. Etika, Moral dan Hukum Teknologi Informasi

Menurut McLeod dalam Budi Sutedjo (2001:90) moral merupakan kebiasaan dalam memeprecayaai prilaku baik atau
buruk. Sedangkan etika merupakan serangkaian petunjuk yang harus diikuti, memiliki standar atau idealism yang
diterima oleh prorangan, kelompok, atau suatu komunitas teknologi informasi.

Menurut james H. Moor dalam Budi Sutedjo (2001:208) etika tehnoligi informasi berperan sebagai alat analisis
mengenai sifat dan dampak social teknologi informasi, serta formulasi dan justifikasi kebijakan untuk menggunakan
teknologi informasi tersebut, etika digunakan untuk menganalisis sifat dan tampak social ekonimis yang ditimbulkan
dari penggunaan tekonogi informasi dan usaha-usaha untuk menerima dan menghargai semua kegiatan yang mengarah
kepada pengoprasian dan peningkatan leyanan teknologi informasi, serta upaya untuk menghindari atau mengecah
hal-hal yang mengancam, merusak, dan mematikan kegiatan teknologi informasi secara langsung atau tidak langsung.

Hukum merupakan aturan formal tentang prilaku, wewenang, atau kekuasaan pemerintahan yang menentukan subjek
atau kewarganegaraan. Setelah membahas moral, etika dan hukum kaitannya dengan teknologi informasi yang
digunakan dalam tatanan organisasi harus memenuhi tiga criteria tesebut, yaitu secra moral, etika dan hukum yang
berlaku, teknologi infromasi yang di gunakan dalam sebuah organisasi merupakan petunjuk bagi seorang pemimpin
dan bawahannya yang harus memiliki nilai moral, etika, informasi khusus, serta sebgai bentuk aplikasi penegakan
hukm. Kebutuhan kan budaya etika snagt dibutuhkan terutama dalam pola hubungan antar pimpinan dengan lembaga
pendidikannya. Dalam menanamkan budaya etika, ada tiga bentuk implementasi yang harus diperhatikan.

1. Membentuk paham etika lembaga pendidikan (educational institution credo)


2. Untuk mempalsilitasi atasan dan bawahan yang terlibat dalam lembaga pendidikan dalam memahami organisasi
pendidikan tersebut.
3. Menggunakan kode etik lembaga pendidikan tersendiri atau beradaptasi dengan kode etik yang dibuat oleh lembaga
profesi dibidang pendidikan, misalnya kode etik guru dan kode etik kepala sekolah.
Tiga unsure membentuk budaya etika dalam lembaga pendidikan
1. Membentuk paham etika
2. Membuat program etika
3. Membentuk kode etik lembaga pendidikan
Selanjutnya Loed menyatakan dalam merencanakan oprasional teknologi informasi yang berkeritera harus ada 10
tahap setandar etika, yaitu

1. Merumuskan paham etika


2. Membentuk prosedur melalui peraturan-peraturan yang ada
3. Menetapkan sanksi
4. Mengakui adanya perilaku etis
5. Memfokuskanpada program pelatihan
6. Melaksanakn tanggung jawab yang di bebankan
7. Mendorong program rehabilitas atika
8. Mendorong partisipasi masyarakat professional untuk membuat kode etik
9. Menetapkan budaya keteladanan

Semntara itu menurut James Moor dalam Indrajit (2002:265) ada tiga alas an utama diperlukannya etika, yaitu :

1. Ketentuan logika
2. Fektor tranformasi
3. Factor tidak kasat mata

II.5 Aplikasi TMQ Dalam Manajemen Pendidikan

A. Folosifi Total Quality Managemen (TQM)


Istilah kualitas mengandung bebarti macan makna yang berlainnan, gietsch dan Davis (1994) merumuskan konsep
holistic mengenai kualitas sebagai kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pengguna produk/jasa.

KOnesp total qulity managemen (TQM) pertama kali dikemukakan oleh nancy warren, seorangbehavioral scientist di
united states navy (Walton dalam bounds,ea.al., 1994). Istilah ini mengandung maknka every process, every job, dan
every person (lewis & Smith, 1994). Pengertian TQM dalam diartikan menjadi dua aspek (Goestsch & Davis, 1994).
Aspek pertama menguraikan apa TQM. Dan TQM didefenisikan sebagai sebuah pendekatan dalam menjalankan usaha
yang berupa memaksimumkan daya saing melalui penyempurnaan secara terus-meners atas produk, jasa, manusia,
proses, dan lingkungan organisasi. Aspek kedua menyangkut cara menyampaikan dan berkaitan dengan sepuluh
karakteristik TQM yang terdiri dari atas: (a) Focus pada pelanggan (internal & ekternal), (b). Beriorentasi pada
kualitas, (c) Menggunakan pendekatan ilmiah, (d) Meliliki komotmen dengan jangka panjang, (e) kerjasam tim, (f)
menyempurnakan kualitas secara berkesinambungan, (g) pendidikan dan pelatihan, (h) menerapka kebebasan yang
terkendali, (i) memiliki kesatuan tujuan, (j) melibatkan dan memberdayakan karyawan

B. Pilar Total quality Manjemen (TQM)

Ada lima pilar total quality manjemen (TQM) (Creech, 1996) yang terdiri dari atas : (1) Produksi, (2) Proses, (3)
Organisasi, (4) Pemimin, (5) Komitmen

C. Keterkaitan TQM dan QWL dalam Lembaga Pendidikan

Keterkaitan TQM dan QWL (quality of working life) dapat di jelaskan bahwa TQM pada dasarnya adalah QWL
hehingga QWL meripakan kultur berbasis keterlibatan. Dalam QWL terletak dalam sumber utama kesulitan penerapan
TQM. Menurut pendapat Plowman (1990) prilaku manajmen pendidikan menunjukan bahwa lembag pendidikan
mengalami masalah dalam mengembangkan kualitas total karna menghadapi berbagai permasalahan. Dari sejumlah
permasalahan tersebut perubahan kultur diidentfikasikan sebgai permasalahn utama. Hambatan kultur merupakan
ketidak selarasan hubungan fungsional, komunikasi yang buruk diantar fungsi organisasi, dan sikap manjemen
terhadap staf yang memperlukan staf seolah-olah tidak mampu berpikir.

1. QWL seluruh kutul esensial untuk keberhasilan TQM

QWl (quality of working life) dapat didefinisikan sebagai suatu cara berfikir tentang orang, pekerjaan dan organisasi
dengan elemen-elemenberupa adanya perhatian tentang dampak pekerjaan pada orang-orang/pegawai dan aktivitas
organisasi serta gagasan partisipasi dalam pemecahan masalah organisasi dan mpembuatan keputusan.
QWL merupakan kultur esensial dan tiang penopang keberhasilan strategi TQM. Tujuan kultur QWL adalah
menciptakan organisasi atau lembaga pendidikan yang bebas dari rasa takut dan menuntut keterlibatan seluruh unsure
organisasi.

2. QWL sebagai model organisasi

Model organisasi QWL dimulai dan diakhiri dengan lingkaran kualitas. Dalam hal ini keterlibatan individu lembaga
pendidikan tidak mepulakan imbalan (rewaed) yang diterima setiap individu karna hal ini akan mewujudkan stabilitas
kerja mereka serta akan membangun model organisasi QWL (organisasi keterlibatan tinggi) yang efektif. Sistem karir
dalam model organisasi QWL akan melibatkan sejumlah besar proses belajar, pengembangan karir, dan konsep
berbasis kemampuan.

D. Penerapan TQM dalam Manjemen Pendidikan

1. Pengertian jasa pendidikan

Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau keputusan yang ditawarkan untuk dijual (Fandy Tjiptono, 1996:6), Koler
mengemukakan pengertian jasa dalah merupakan sesuatu yang tidak berwujud, yang melibatkan hubungan antar
penyaji jasa dengan konsumen pemakai dan tidak ada perpindahan kepemilikan (transfer of ownership)
antarkeduanya. Sedangkan menurut Berry (Zaithaml dan Berry(1996:5)) jasa dapat di artikan sebagai unjukrasa
(perfoermens) atau prosedur kerja, tidakan dan aktivitas (deeds), maupun proses yangdilakukan oleh seseorang atau
institusi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumennya.

2. Karakteristik Jasa Pendidikan

a. Tidak berwujud (Intangibility)


b. Tidak Terpisahkan (Insparability)
c. Bevariasi (Variability)
d. Mudah Musnah (Perishability)

3. Dimensi Kualitas Pelanyanan pada jasa Pendidikan

Dalam studi empiris yang dilakukan oleh Parasuraman (1988) di Amerika sertikat diketahui bahwa terdapat lima
dimensi kualitas pelayanna (TERRA) dimana jsas pendidikan merupakan bentuk jasa yang melibatkan tingkat
interaksi yang tinggi natarpenyedia jasa pendidikan (lembaga pendidikan) dan pengguna jasa pendidikan, dimensi jasa
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Tangible (Bukti fisik)


b. Reliability (Keandalan)
c. Responsiveness (daya tanggap)
d. Assurance (Jaminan)
e. Empathy (Empati)

E. Pendekatan Kualitas Layanan Jasa Pendidikan

Mnegevaluasi Kualitas layanan jasa pendidikan diperlukan pendekatan yang komperhensif kinerja jasa pendidikan
merupakan jasa yang memiliki karakteristik cukup komplek dibanding jasa lainnya. Karna jasa pendidikan padat
modal, investasi bidang pendidikan yang berkualitas dan memiliki value dari pengguna jasa pendidikan. Saat ini
dibutuhkan modal yang sangat besar disamping dapat karya (memerlukan tenaga SDM) yang memiliki dedikasi,
kapabilitas, maupun skill yang spesifik.

Terdapat dua pendekatan untuk memberikan pelayanan yang bermutu kepada pengguna jasa pendidikan, yaitu sebagai
berikut.

1. Pendekatan service triangle (Segitiga Layanan)

Merupakan satu model interaksi meanjemen layanan yang mencerminkan hubungan antar lembag pendidikan dengan
para pengguna jasa pendidikan (siswa/mahasiswa). Model tersebut terdiri dari 3 elemen yaitu :

a. Service Strategy (Strategi layanan)


b. People (Sumber daya manusia yang memberikan layanan)
c. Service system (Sistem Layanan)

2. Pendekatan kedua total quality Service (TQS)

total quality Service atau layanan mutu terpadu adalah suatu keadaan katika sebuah kembaga pendidikan memiliki
kemapuan untuk memberikan pelayanan bermutu kepada para pelanggan maupun pemilik lembaga pendidikan
(pemerintah atau yayasan). Dan pegawainya, TQS memiliki 5 elemen yang saling terkait satu sama lain (Albrecht,
1992)

a. Market and costumer research (Riset pasar dan pelanggan)


b. Strategy Fomulation (Perumusan Strategi)
c. Education, training dan communication (Pendidikan, Pelatihan, dan komunikasi)
d. Process improvement (Penyempurnaan Proses)
e. Assessment, measurement, and feedback (Penilaian, pengukuran dan unpan balik)

F. Upaya-Upaya Perbaikan Layanan Pada Lembaga Pendidikan

1. Fokus pada Penggunaan jasa Pendidikan (Pelanggan)

Langkah pertama dalam menerapkan TQM adalah memandang siswa/mahasiswa sebagai pelanggan yang harus
dilayani dengan baik, pelanggan ini dikenal luas, tetapi tidak diteri secara universal pandangan yang komperhensif
dikemukan oleh Lewis dan Simth (1994). Pelnggan ditinjau menjadi tiga perspektif. Yaitu pelanggan internal
akademik dan administrative, siswa srta staf pengajar (guru), guru pembingbing dan karyawan bagian adminstrasi,
pelnggan ekternal langsung yaitu pegawai administrasi dan siswa serta lembaga pendidian lain sebagai pesaing.

2. Kepemimpinan

Dalam kontek TQM, pemimpin perlu memiliki karakteristik pribadi yang mencakup dorongan, motivasi untuk
memimpin, kejujuran dan integritas, kepercayaan diri, inisisatif, kreativitas/originalitas, adaptabilitas/fleksibelitas,
kemampuan kognitif, serta pengetahuan dan charisma, kualitas manajerial pimpinan harus dapat dapat memberikan
inspirasi pada semua jajaran manajemen agar mampu memperagakan kualitas kemampuan yang sama, yang
diperlukan untuk mengembangkan budaya TQM. Oleh sebab itu keterlibatan langsung pemimpin lembaga pendidikan
sangat penting.

3. Perbaikan yang berkesinambungan

Upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan dalam lembaga pendidikan harus mengunakan pendekatan sistem
terbuka atas fungsi inti lembaga pendidikan, student learning, ada tiga pendekatan yang digunakan untuk
menjaminkualitas lembaga pendidikan, yaitu

a. Pendekatan akreditas

b. Pendekatan outcome assessment

c. Pendekatan sistem

4. Manajemen SDM

SDM pemegang penghargaan kualitas baldrige award, Blackburn & Rosen (1993) mengajukan 14 komponen strategi
sumber daya manusia yang dapat mempasilitasi penerapan TQM, yaitu sebagai berikut

1. Manajemen puncak bertanggung jawab untuk memprakasai dan mendukung visi budaya tersebut

2. Visi tersebut dikalsifikasikan dan dikomunikasikan kepada semua insane

3. Bebagai sistem yang memungkinkan terjalin komunikasi ke atas dan dikembangkan, dilaksanakan, serta diperkokoh

4. Pelatihan TQM disediakan bagai semua karyawan dan manajemen puncak mendukung secara aktif pelatihan
tersebut
5. Tersedia program keterlibatan atau partisipasi karyawan

6. Oranisasi wajib mengbangkan proses yang melibatkan berbagai macam perspektif untuk menganangi isu-isu
kualitas

7. Pra karyawan diberdaya gunakan mengmbil keputusan yang berkualitas menuruk kebujakan mereka dan desain
kebijakan harus menyatakan hal ini dengan jelas

8. Penilaian kinerja difokuskan ulang dari sekedar evaluasi kinerja masa lalu, mejadi tekanan yang dapat dilakukan
manajemen untuk membantu para karyawan melakukan usaha berkualitas yang berkaitan dengan pekerjaan di masa
mendatang

9. Sistem kompensasi mencerminkan kontribusi kualitas yang berkaitan dengan tim, termasuk pengausaan
keterampilan tambahan

10. Sistem pengakuan nonfinancial (bagi perseorangan atu kelompok kerja) agar mendukung upaya pencapain kualitas
social

11. Berbagi sistem yang ada memungkinkan para karyawan di semua jenjang organisasi untuk menyampaikan
perhatian, gagasan, dan reaksi mereka terhadap inisiatif kualitas

12. Isu-isu keamanan dan kesehatan dikembangkan secra produktif, bukan secara reaktif

13. Berbagai program rekrutmen, seleksi, promosi, dan pengmbangan karir karyawan mencerminkan realitas baru
dalam mengelola dan bekerja dalam lingkungan TQM

14. Meskipun membantu pihak lain untuk mengimplentasikan proses yang mendukung TQM, professional sumber
daya manusia tidak melupakan pentingnya mengelola fungsi sumber daya manusia dengan pedoman yang sama

5. Manajemen Berdasarkan Fakta

Menurut A. Muri Yusuf (1995:280) perbaikan mutu dalam bidang pendidikan bukan semata-mata soal physical-
product seperti yang terjadi dalam bidang industry atau pabrik. Ini disebabkan karna raw input sekolah adalah manusia
dan hasil pendidikan (output-nya) adalah manusia yang akan diuji lagi kemampuannya pada saat individu itu
berintraksi dengan manusia lainnya, oleh karna itu, seluruh komponen dalam sistem sekolah diarahkan secra terpadu
untuk mendukung terciptanya proses tranformasi nilai yang sebaik-baiknya. Dengan kata lian, hasil belajar bukan
hanya sekedar mengetahui dan memahami, melainkan harus bisa mencapai kemampaun berpikir tingkat tinggi (higher
order thinking skills). Menurut Engkoswara (1987)

II.6 Kerangka kerja Tim dalam Menajemen Pendidikan

Lembaga pendidika merupakan sebuah organisasi, terdiri dari pendidik dan tenaga kependidikan. Tenaga
kependidikan bertugas melakukan adminstrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk
menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Pendidikan adalah tenaga professional yang bertugas
merancang dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan penganbian kepada masyarakat, terutapa bagi pendidik pada perguruan tinggi (BAB XI
Pasal 39 UU RI No. 20 Tahun 2003). Kedua unsure lembag pendidikan tersebut bergabubg dalam satu kesataun
organisasi satuan kependidikan.

A. Transformasi Individu menuju Tim

Setiap individu yang terlibat kedalam sebuah komunitas akan mengmbil bagaian dari keseluruhan pekerjaan yang ada
sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimilikinya. Melalui kerjasama gotong royong, setiap individu tidak ada
yang merasa dirinya paling ahli, serta keberhasilan dan kerja sama tersebut akan menjadi milik bersama.

Tanggung jawab individu akan menjadi lebih ringan karna divikul secara bersama, kekurangan individu akan saling
menutupi dan saling melengkapi, serta keahlian yang dimliki oleh seseorang individi akan menyempurnakan kerja
sama.
Sebuah tim kerja tidak terbentuk secara kebetulan atau tanpa direncanakan sama sekali, menurut Stoner (1995) dalam
budi sutedjo (2002:232). Ada lima tahap terbentukannya sebuah tim kerja, yaitu sebagai berikut.

1. Pembentukan

Pada awalnya, tim dibentuk berdasrkan kebutuhan, keprihatinan, keahlian, jenis pekerjaan atau bidang yang sama.
Kemuadian anggota kelompok akan salaing mempelajari tingkah laku masing-masing anggota secara sepesifik
menetapkan peraturan tim, baik secara lisan maupun secara tertulis, kemantapan tim ini sangat tergantung pada
keseimbangan yang ada dalam sebuah lembaga, baik dari segi kemampuan, keahlian, aupun dari segi pembagian hak
dan kewajibannya. Dalam lingkungan teknologi informasi, sebuh tim harus menciptakanrasa saling tergantung satu
sama lain sehingga akan lahir rasa solidaritas yang akan meningkatkan setiap individu dalam suatu kelompok yang
solid.

2. Komflik

Pada tahap awal pembentukan tim akan meninmulkan komflik yang saling bergantian

3. Pemantapan Norma Tim

Pada saat mulai komflik berada, anggota tim mulai merumuskan Norma atau peraturan dasar tim. Misalnya pembagian
tugas, kesepakatan waktu, dan lain sebaginya.

4. Berprestrasi

Setelah tim bekerja dengan kelompok dan semangat kebersaman yang tinggi maka tim ini dapat mencapai puncak
prestasi khususnya dalam menciptakan inovasi dan kerativitas.

5. Pembubaran

Suatu saat seorang angota atau beberapa anggotatim mengundurkan diri karna kondisi kesehatan, mutasi, atau pension
yang mengakibatkan tim tersebut bubur tetapi sebuh lembaga akan terus hidup.

B. Tim Kerja Lembaga Pendidikan Dalam Revolusi Informasi

Uraian tentang proses evolusi masyarakat industry munuju masyarakat informasi memperlihatkan bahwa masa depan
penbentukan tim kerja dalam lembaga pendidikan harus memiliki landasan sosiologis sekaligus memiliki dasar
filosofis yang jelas. Pembentukan tim kerja bukan sekedar tuntutan manajerial lembaga pendidikan, lebih dari itu
merupakan pemberdayaan secara menyeluruh terhadap elemn organisasi lembaga pendidikan yang eksis di tengah-
tengah masyarakat. Oleh karna itu,tim kerja sama harus memiliki unsure secara spesifik yang membedakan dengan
sekelompok orang yang sedang melakukan sesuatu. Untuk membedakan tim kerja dengan kelompok lainnya akan
digambarkan pada table di bawah ini.

No Kelompok kerja Tim Kerja

1 Fakus pada lapisan elit pimpinan Penyebaran peran kepemimpinan


2 Akuntabilitas individu Akuntabilitas individu dan tim
3 Tujuan kerja adalah tujan organiasasi Tujuan kerja sefesipik sesaui keyakinan tim
4 Prodek kerja individual Produk kerja kolektif
5 Rapatbersifat sfisien Rapat mengikuti fleksibelitas diskusi
6 Kinerja bersifat parsial Kinerja bersifat komperhensif
7 Diskusi, keputusan, dan pendelegasian Diskusi, keputusan, dan kerja sama

C. Pendekatan Kompetisi Bagian Acuan Pengembangan Karier Individu Dalam Lembaga Pendidikan

Perusahan konsultan internasional manjemen Arthur Andersen (1994) mendifinisikan kompetensi sebagai
karakteristik dasar yang terdiri dari kemampuan (skill), pengetahuan (knowledge) serta atribut nasional (personal
attributes) lainnya yang mampu membedakan seseorang dari yang perform dan tidak perform artinya, inti dari sistem
atau model kompotensi sebenarnya adalah sebagai alat penentu untuk memprediksi keberhasilan kerja seseorang pada
posisi tertentu.
Menurut Spencer & Spencer (1994) atau mengacu kepada the competency handbook, volume 1 & 2, beberapa
pedoman dasar untuk mengmbangkan sistem kompetensi dalam lembaga pendidikan adalah (1) Mengidentifikasi
pekerjaan posisi kunci yang dibuat kompetensi modelnya, (2) melakukan analisis proses kerja, seperti kerja, waktu
jerja, hubungan kerja, dab tanggung jawab (3) melakukan survai kompetensi yang dibutuhkan agar berhasil
meksanakan pekerjaan, (4) membuat daftar jenis kompetensi yang diperlukan pada posisi tertentu, (5) menguraikan
maknsa setiap jenis kompetensi, (6) menentukan sekala tingkat penguasaan kompetensi yang diinginkan dibuat
dengan memakai sekala: b (basic) I (intermediate), a (advance), atau E (expert), (7) membuat penjelasan dari setiap
jenis kompetensi dalam sekal yang di buat, (8) mengajukan kembali setiap daftar kompetensi yang telah dibuat agar
dapat diaplikasikan.

Ada lima karakteristik kompetensi , yaitu motivasi, trait, self concept, knowledge, dan skill. Pendekatan kompetensi
dapat digunakan untuk mengukur karir, pendekatan kompetensi dikembangkan oleh Lyle dan Signe Specer (1995)
memiliki 5 skala bagai berikut. (1) Intensitas atau kelengkapan suatu kegiatan, (2) Ukuran dampak, (3) Kompleksitas,
skala utama pada kompetensi yang berhubungan dengan kemampuan berfikir, (4) Jumlah usaha, waktu yang
diginakan dalam melaksanakan dimensi dan kompetensi, (5) Dimensi unik.

Sinergi merupakan wujud harmonis kegiatan untuk menciptakan tujuan bersama yang merupakan gabungan suatu
kegiatan mulai dari unit terkecil hingga init terbesar dengan mengharapkan hasil akhir jauh lebih besar jika
dibandingkan pencapain kerja oleh masing-masing unit yang bekerja mandiri.

D. Menciptakan Hubungan Yang Harmonis dalam Lembaga Pendidikan

Untuk menciptakan hubungan yang harmonis, di atntar mereka perlu mengubah pola pendekatan dari pendekatan
kontrol ke pendektan komutmen. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, mereka membutuhkan otonomi,
keterlibatan yang tinggi, pengembangan dan akuntabilitas diri.

Untuk menciptakan hubungan yang harmonis dalam sebuah lembaga pendidikan, ada dua hal yang dapat dilakukan,
ayitu mecapai komunikasi dua arah dan menciptakan sistem pengembangan SDM yang terpadu.

1. Menciptakan Komunikasi yang Harmonis

Komunikasi dua arah untuk meningkatkan saling pengertian antara pemimpin dan bawahan sangat penting. Dengan
saling memahami diharapkan segala persoalan dapat diselesaikan sehingga tidak menimbulkan ketegangan. Untuk
menciptakan komunikasi yang harmonis, Stephen covey yang tekenal dengan bukunya seven habit of Highly Effective
people menggunakan seek first to understand, than to be understood. Artinya cobalah terlebih dahulu untuk
memahami baru kemudian dipahami.

2. Menciptakan sistem pengembangan SDM tarpadu

Menciptakan sistem SDM terpadu dalam lembaga pendidikan dimulai dari mendefinisikan visi pendidikan. Visi
adalah suatu gambaran ideal yang menjadi ciri-ciri lembaga pendidikan dimansa mendatang. Merumuskan visi sangat
penting untuk memberikan arah (sense of direction) kepada setiap individu yang terlibat dalam lembaga pendidikan.
Dengan mengetahui visi semua individu yang terlibat diharapkan berjalan kearah yang sama segngga seluruh energy
akan tercurah untuk menacapai visi yang telah ditetapkan sebelumnya. Visi yang menjawab pertanyaan mengenai
kemana lembaga pendidikan akan berjalan (where).

E. Konflik lembaga pendidikan sebagai prilaku komunikasi

Konflik dalam sebuah lembaga seiring silihat sebagai sesuatu yang negative, termasuk oleh pemimpin lembaga
pendidikan, istilah konflik berasal dari bahasa latin, com yang berarti bersama dan fligere berarti melanggar,
menabrak, menemukan, dan membentur. Dengan demikian konflik merupakan ekpresi pertikaian individu dan
individu lain, kelompok dengan kelompok lain karna beberapa alasan. Pada pandangan ini, pertikaan menunjukan
adanya perbedaan antar dua atau lebij individu yang diekpresikan, diingat, dan dialami (Pece & Faules, 1994 : 249).
Konflik dapat dirasakan, diketahui, dan diekpresikan melalui prilaku-prilaku komunikasi (Folger & Poole : 1984).

1. Konfik dalam lembaga pendidikan

Ada tiga bentik knflik dalam sebuah lembaga pertama, konflik pribadi (personal conflict) kedua, konflik antar pribadi
(interpersonal conflict), ketiga, konflik lembaga (institutional conflict),
2. Sumber-Sumber konflik dalam lembaga pendidikan

Factor-faktor dalam sebuah lembaga pendidikan yang dapat mendorong konflik meliputi lima hal. Petama ,
lingkungan ekternal. kedua, ukuran (size), ketiga, teknologi (technologi), keempat, tujuan (goals), kelima, struktur
(structure).

3. Damapak konflik

Konflik yang bisa menimbulkan dampak negatif, misalnya melemahnya hubungan natar pribadi, timbulnya sikap
marah, perasaan terluka, serta keter asingan. Pada tahap dini konflik ditandai dengan sikap tidak saling percaya
antarindividu yang lambat laun ditujukan secra verbal maupun non verbal, raut muka yang tidak senang bersikap
diam, atau mungkin menghindari kelompok yang lain, sebaliknya konfik dapat di kelola secra tepat dengan dampak
konstruktif bagi pihak yang telibat termasuk lembaga pendidikan.

4. Menangani konflik dalam lembaga pendidikan

Ada tiga cara menangani konflikyang terjadi dalam lembag pendidikan , pertama, mediation. Kedua, negotiation,
ketiga. Arbitration.

II.7. Peranan SIM dlam Pengembangan Keputusan Bidang Pendidikan

Salah satu fungsi yang sangat penting dalam kepemimpinan, yaitu pengambilan keputusan , seorang pemimpin
sebagian besar waktu, pehatian, maupun pikirannya, dipergunakan untuk mengkaji proses pengambilan keputusan.
Semakin tinggi posisi seseorang dalam kepemimpinan organisasi maka pengambilan keputusan menjadi tugas utama
yang harus dilakukan. Prilaku dan cara dalam pola pengambilan keputusan sangt mempengaruhi prilaku dan sikap dari
para pengikutnya, hal ini menentukan kinerja organisasi untuk mencapai tujuannya.

A. Pengambilan Keputusan

Secara etimologi kata decide berasal dari bahasa latin prefik de yang berbrarti off, dan kata caedo yang berarti to cut,
hal ini berarti proses kognitif cut off sebagai tindakan memilih diantara beberapa alternative yang mungkin.

Menurut Max (1972), decision making is commonly defined as choosing from among alternatives (pengambil
keputusan merupakan pemilihan dari beberapa alternatif).

Sedangkan shull (1970:67) mengemukakan bahwa pengambil keputusan merupak proses kesadaran manusia terhadap
fenomena individual maupun social berdasarkan kejadian factual dan nilai pemikiran, yang mencakup aktivitas
perilaku pemilihan satu atau beberapa alternative sebagai jalan keluar untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternative perilaku (kelakuan) tertentu dari kedua atau lebih alternative
yang ada (George R. Terry dalam Iqbal Hasan, 2002:9) pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang
sistimatis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan
tindakan yang paling tepat (S.P Siagian dalm Iqbal Hasan 2002:10) pengambil keputusan adalah proses yang
digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.

Dari pengertian pengambilan keputusan di atas dapat disimpulkan bahwa keputusan adalah sebuah hasil dari
pemecahan masalah, jawaban dari suatu pertayain sebagai hukum situasi, dan merupakan pemilihan dari salah satu
alternatif yang ada, serta pengakhiran dari proses pemikiran tentang masalah atau problem yang dihadapi. Adapun
pengambilan dalam keputusan adalah keputusan (decision). Berikut ini akan dijelaskan pengertian keputusan.
Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapi dengan jelas.

Pengambil keputusan memiliki dua fungsi, yaitu (1) pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan
terarah, baik secra individual maupun secra kelompok. (2) sesuatu yang bersifat futuristik. Adapun tujuan
pengambilan keputusan, yaitu (1) tujuan yang bersifat tunggal, (2) tujuan yang bersifat ganda.

Melihat fungsi dari pegambilan keputusan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai pimpinan akan brepengaruh
besar terhadap kelangsungan organisasi sekolah.

Unsur-unsur pengambilan keputusan menurut George R. Terry dalam Iqbal Hasan (2002 : 16) didasarkan pada lima
hal:
1. Intuisi, pengambilan keputusan yang berdasarkan atas intuisi atau perasaan

2. Pengalaman, pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis

3. Fakta, pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid, dan baik.

4. Wewenang, pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap
bawahannya.

5. Rasional, pengambilan keputusan berdasarkan Rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih
transparan, konsisten.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan keputusan

Tidak terlepas dari Faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu sebgai berikut :

1. Posisi atau kedudukan

Dalam rangka pengambilan keputusan, posisi atau kedudukan dapat dilihat dalam hal: (1) letak Posisi, apakah sebagai
pembuat keputusan (decision maker) penetu keputusan (decision taker), ataukah staf (staffer): (2) tingkah posisi
apakah sebagai strategi, policy, peraturan, organisasional, Oprasional, atau teknis.

2. Masalah

Masalah atau problem adalah apa yang menjadi penghalang untuk tercapainya tujuan. Masalaha dapat dibagi menjadi
dua (1) masalah tersusun dan (2) masalah tidka tersusun. Masalah di atas dapat di bagi menjadi (1) masalah rutin (2)
Masalah insidentil.

3. Situasi

Situasi adalah keseluruhan factor dalam keadaan yang berkaitan satu sama lain. Factor-faktor itu dibedakan atas (1)
Faktor-faktor yang Konstan. (2) factor-faktor yang tidak konstan.

4. Kondisi

Kondisi adalah keseluruhan factor yang secra bersama-sama menentukan daya gesek, daya berbuat atau kemampuan
kita.

5. Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan organisasi, maupun tujuan usaha
pada umumnya telah tertentu atau ditentukan.

C. Pengambilan keputusan dalam Perspektif informasi

Pengumpulan informasi dan persyaratan proses informasi terjadi melalui kapabilitas masing-masing lembaga
pendidikan atau pimpinan lembaga pendidikan tersebut, serta tergantung pada tingkat ambiguitas tujuan atau konflik
tujuan mupun ketidak pastian teknis, oleh karna itu, lembaga pendidikan dapat mengatasinya dengan mengadopsi
salah satu model dari model pengambilan keputusan berikut ini. (a) rasional model, (b) political model, (c) anarchy
model, (d) process model.

D. Jenis-Jenis Pengambila Keputusan

Jenis-Jenis keputusan dapat disusun berdasarkan berbagai sudut pandangan dan secara garis besar dikenal tiga jenis
keputusan, yaitu sebagai berikut.

1. Keputusan berdasrkan tingkat keputusan


Pada umumnya sebuah lembag termasuk lembaga pendidikan memiliki hirarki manajemen, secra hirarki ini terbagi
atas tiga tingkatan, yaitu manajemen tingkat puncakberkaitan dengan pemecahan yang bersifat strategis (strategic
palanning). Manajemen tingkat menengah mengenai masalah pengawasan dan kegiatannya lebih banyak bersifat
administrasi, manajemen tingkat bawah yaitu manjemen oprasional, berkaitan dengan kegiatan oprasional sehari-hari.

2. Keputusan yang berdasarkan Regularitas

Keputusan yang dikemukakan oleh simon (1995) dibagi menjadi keputusan terprogram dan keputusan tidakn
terprogram yang diuraikan sebgai berikut.

a. Pengeambilan keputusan terprogram

Pengambilan keputusan ini bersifat rutinitas dan berulang-ulang dengan cara penanggulangan telah ditentukan untuk
penyelesaian masalah melalui: (1) prosedur, yaitu serangkaian langkah (2) aturan, yaitu ketentuan, (3) kebijakan, yaitu
pedoman.

b. Pengambilan keputusan tidak terprogram

Pengambilan keputusan ini bersifat tidak rutinitas dan digunakan untuk menyelesaikan masalah yang berstruktur.

3. Keputusan berdasarkan lingkungan

Keputusan ini dibedakan menjadi empat kelompok berikut ini.

a. Pengambilan keputusan dalam kondisi pasti

b. Pengambilan keputusan dalam kondisi berisiko

c. Pengambilan keputusan dalam kondisi tidak pasti

d. Pengambilan keputusan dalam kondisi konflik

Menurut V.H Vromm dan P.W. Tetton dalm Wirawan (2003:125)ada 3 jenis proses pengambilan keputusan, yaitu
sebgai berikut.

1. Pengambilan keputusan otokratik

2. Pengambilan keputusan konsultatif

3. Pengambilan keputusan kelompok

E. Sistem informasi Fungsional Manajmen Pendidikan

Subsistem Lain sebagai pendukung keputusan sebagai berikut

1. Sistem Infromasi Manajemen Keuangan dalam Pendidikan

2. Sistem Informasi Manajemen oprasi dalam pendidikan

3. Sistem Infromasi Manajemen pemasaran jasa pendidikan

4. Sistem Infromasi Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Pendidikan

GLOSARIUM

1. Reformasi : Re-for-ma-si /réformasi/ n perubahan secara drastis untuk perbaikan

(bidang sosial, politik, atau agama) dl suatu masyarakat atau Negara


2. Signifikan : Sig-ni-fi-kan a penting; berarti: seorang -- yg dijadikan anutan;

perbedaannya kecil sekali, tidak

3. Orientasi : Ori-en-ta-si /oriéntasi/ n 1 peninjauan untuk menentukan sikap

(arah, tempat, dsb) yg tepat dan benar; 2 pandangan yg mendasari

pikiran, perhatian atau kecenderungan

4. Eksistensi : ek-sis-ten-si /éksisténsi/ n hal berada; keberadaan:

5. Integrasi : In-teg-ra-si n pembauran hingga menjadi kesatuan yg utuh atau bula

6. Mikro : Mik-ro - bentuk terikat 1 kecil; kecil sekali: mikrofilm; mikrokosmos;

mikroorganisme; 2 membuat benda dsb yg kecil kelihatan besar:

mikroskop; 3 seperjuta unit: mikrogram; microfarad

7. Komponen : kom-po-nen /komponén/ n bagian dr keseluruhan; unsure

8. Outsercing : (menggunakan jasa lain untuk membantu melakukan aktivitas

pendidikan)
Diposkan oleh andri rahman di 01.0
http://sisteminformasimanajemenpendidikan1.blogspot.com/

Mamajeen bstrategis mengunalan BSC


( Media komunikasi antar warga SDN Simokerto 7 Surabaya kali ini menyajikan informasi terkait
dengan Manajemen Strategis Menggunakan Balanced Scorecard ; Memberikan deskripsi salah satu pelaksanaan
pendidikan berkarakter melalui Manajemen Strategis Menggunakan Balanced Scorecardyang merupakan bentuk
implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di samping berita terkait media pembelajaran yang
digunakan dan makalah-makalah pendidikan. Manajemen Strategis Menggunakan Balanced Scorecard di SDN
Simokerto 7 Surabaya menerima saran dan kritik dari seluruh warga sekolah ).

Balanced scorecard adalah metoda yang dikembangkan Kaplan dan Norton untuk mengukur setiap aktivitas
yang dilakukan oleh suatu lembaga pendidikan dalam rangka merealisasikan tujuan lembaga pendidikan
tersebut. Balanced scorecard semula merupakan aktivitas tersendiri yang terkait dengan penentuan sasaran, tetapi
kemudian diintegrasikan dengan sistem manajemen strategis. Balanced scorecard bahkan dikembangkan lebih lanjut
sebagai sarana untuk berkomunkasi dari berbagai unit dalam suatu lembaga pendidikan. Balanced scorecard juga
dikembangkan sebagai alat bagi lembaga pendidikan untuk berfokus pada strategi. Bagaimana balanced
scorecard diterapkan bagi lembaga pendidikan merupakan tujuan dari penulisan artikel ini. Diskusi mengenai hal itu
dimulai dengan pembahasan mengenai sistem manajemen strategis.

Sistem Manajemen Strategis


Sistem manajemen strategis adalah proses merumuskan dan mengimplementasikan strategi untuk
mewujudkan visi secara terus menerus secara terstruktur. Strategi adalah pola tindakan terpilih untuk mencapai tujuan
tertentu. Pada mulanya, sistem manajemen strategis bercirikan: mengandalkan anggaran tahunan, berjangka panjang
dan berfokus pada kinerja keuangan. Penerapan sistem manajemen strategis yang demikian di banyak lembaga
pendidikan swasta mengalami kegagalan. Sebab-sebabnya antara lain: hanya 25% manajer yang memiliki insentif
yang terhubung ke strategi, 60% lembaga pendidikan tidak menghubungkan anggarannya ke strategi, 85% dari tim
eksekutif menghabiskan waktu kurang dari satu jam untuk membahas strategi tiap bulan, dan hanya 5% pegawai yang
memahami strategi.
Namun sistem manajemen strategis tetap diperlukan karena lembaga pendidikan dituntut untuk berkembang
secara terencana dan terukur, sehingga memerlukan peta perjalanan menghadapi masa depan yang tidak pasti,
memerlukan langkah-langkah strategis, dan perlu mengarahkan kemampuan dan komitmen SDM untuk mewujudkan
tujuan lembaga pendidikan. Balanced scorecard yang dikembangkan oleh Norton dan Kaplan memberikan solusi
terhadap tuntutan ini. Peran balanced scorecard dalam sistem manajemen strategis adalah: memperluas perspektif
dalam setiap tahap sistem manajemen strategis, membuat fokus manajemen menjadi seimbang, mengaitkan berbagai
sasaran secara koheren, dan mengukur kinerja secara kuantitatif.
Penggunaan balanced scorecard dalam konteks perusahan swasta ditujukan untuk menghasilkan proses yang
produktif dan cost effective, menghasilkan financial return yang berlipat ganda dan berjangka panjang,
mengembangkan sumber daya manusia yang produktif dan berkomitmen, mewujudkan produk dan jasa yang mampu
menghasilkan value terbaik bagi customer/pengamat.
Balanced scorecard diyakini dapat mengubah strategi menjadi tindakan, menjadikan strategi sebagai pusat
lembaga pendidikan, mendorong terjadinya komunikasi yang lebih baik antar pendidik dan manajemen, meningkatkan
mutu pengambilan keputusan dan memberikan informasi peringatan dini, serta mengubah budaya kerja. Potensi untuk
mengubah budaya kerja ada karena dengan balanced scorecard, lembaga pendidikan lebih transparan, informasi dapat
diakses dengan mudah, pembelajaran lembaga pendidikan dipercepat, umpan balik menjadi obyektif, terjadwal, dan
tepat untuk lembaga pendidikan dan individu; dan membentuk sikap mencari konsensus karena adanya perbedaan
awal dalam menentukan sasaran, langkah-langkah strategis yang diambil, ukuran yang digunakan, dll.
Kelebihan sistem manajemen strategis berbasis balanced scorecard dibandingkan konsep manajemen yang
lain adalah bahwa ia menunjukkan indikator outcome dan output yang jelas, indikator internal dan eksternal, indikator
keuangan dan non-keuangan, dan indikator sebab dan akibat. balanced scorecard paling tepat disusun pada saat-saat
tertentu, misalnya ketika ada merjer atau akuisisi, ketika ada tekanan dari pemegang saham, ketika akan melaksanakan
strategi besar dan ketika lembaga pendidikan berubah haluan atau akan mendorong proses perubahan. balanced
scorecard juga diterapkan dalam situasi-situasi yang rutin, antara lain: pada saat menyusun rencana alokasi anggaran,
menyusun manajemen kinerja, melakukan sosialisasi terhadap kebijakan baru, memperoleh umpan balik,
meningkatkan kapasitas staf.
Adakah kemungkinan kegagalan dalam menerapkan balanced scorecard? Menyusun balanced
scorecard bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak lembaga pendidikan gagal membuat balanced scorecard karena
berbagai sebab. Sebab-sebab itu antara lain: tidak ada komitmen pimpinan, terlalu sedikit staf terlibat, scorecard
disimpan saja, proses penyusunan yang lama dan sekali jadi, menganggapbalanced scorecard sebagai sebuah proyek,
kesalahan memilih konsultan, atau menggunakan balanced scorecard hanya untuk keperluan pemberian kompensasi.
Siapa yang menggunakan balanced scorecard? Banyak lembaga pendidikan swasta, pendidikan dan nirlaba
yang telah menggunakan balanced scorecard 60% dari 1000 lembaga pendidikan dalam Fortune
menggunakan balanced scorecard. Balanced scorecard semakin banyak diadopsi di Eropa, Australia dan Asia oleh
lembaga pendidikan besar, menengah dan kecil. Industri pengguna balanced scorecard sendiri terdiri dari berbagai
macam lembaga pendidikan, seperti bank, konstruksi, jasa konsultansi, IT, perminyakan, farmasi, penerbangan,
asuransi, manufacturing, lembaga pendidikan dagang dan distribusi. Lembaga pendidikan yang menunjukkan
keberhasilan luar biasa setelah menerapkan balanced scorecard adalah antara lain: MOBIL Oil yang pada tahun 1993
menempati posisi ke 6 dalam provitability, kemudian menjadi nomor satu pada periode 1995–1998; CIGNA pada
tahun 1993 rugi $275 M, tahun 1994: menjadi untung sebesar $15 M dan tahun 1997 sebesar $98 M; BROWN &
ROOT ENG. tahun 1993 rugi namun tahun 1996 menjadi nomor satu dalam pertumbuhanprofit.

KONSEPSI BALANCED SCORECARD


Kemunculan gagasan balanced scorecard berawal dari temuan riset Kaplan dan Norton (dariHarvard
Business School) pada awal tahun 1990an. Konsep awal balanced scorecard berdasarkan riset tersebut ditulis pada
tahun 1992 di majalah prestisius Harvard Business Review. Pada tahun 1996 Norton dan Kaplan menerbitkan
buku The Balanced Scorecard – Translating Strategy into Action, berdasarkan pengalaman mereka dalam
menerapkan balanced scorecard pada banyak lembaga pendidikan di Amerika. Buku ini semakin
mempopulerkan balanced scorecard, sampai ke negara-negara di Eropa, Australia dan Asia. Belum lama ini mereka
menerbitkan buku The Strategy Focused Organisation – How BSC Companies Thrive in the New Business
Environment (2001). Para penemu dan rekan-rekannya membangun sebuah lembaga Balanced Scorecard
Collaboration untuk mempopulerkan penggunaan balanced scorecard pada berbagai institusi di berbagai negara.
Secara teratur Norton dan Kaplan menyelenggarakan konferensi di berbagai negara untuk memperkenalkan dan
membahas konsep-konsep terbaru mereka. Disayangkan Indonesia sampai saat ini belum mampu menghadirkan
pencetus ide balanced scorecard ini, namun kursus-kursus dan buku-buku mengenaibalanced scorecard sudah ada,
walau masih bersifat terbatas.
Balanced scorecard secara singkat adalah suatu sistem manajemen untuk mengelola implementasi strategi,
mengukur kinerja secara utuh, mengkomunikasikan visi, strategi dan sasaran kepada stakeholders.
Kata balanced dalam balanced scorecard merujuk pada konsep keseimbangan antara berbagai perspektif, jangka
waktu (pendek dan panjang), lingkup perhatian (intern dan ekstern). Kata scorecard mengacu pada rencana kinerja
lembaga pendidikan dan bagian-bagiannya serta ukurannya secara kuantitatif.
Balanced scorecard memberi manfaat bagi lembaga pendidikan dalam beberapa cara:
menjelaskan visi lembaga pendidikan
menyelaraskan lembaga pendidikan untuk mencapai visi itu
mengintegrasikan perencanaan strategis dan alokasi sumber daya
meningkatkan efektivitas manajemen dengan menyediakan informasi yang tepat untuk mengarahkan perubahan

Selanjutnya dalam menerapkan balanced scorecard, Robert Kaplan dan David Norton, mensyaratkan
dipegangnya lima prinsip utama berikut:
(1) menerjemahkan sistem manajemen strategi berbasis balanced scorecard ke dalam terminologi operasional sehingga
semua orang dapat memahami
(2) menghubungkan dan menyelaraskan lembaga pendidikan dengan strategi itu. Ini untuk memberikan arah dari
eksekutif kepada staf garis depan
(3) membuat strategi merupakan pekerjaan bagi semua orang melalui kontribusi setiap orang dalam implementasi
strategis
(4) membuat strategi suatu proses terus menerus melalui pembelajaran dan adaptasi lembaga pendidikan dan
(5) melaksanakan agenda perubahan oleh eksekutif guna memobilisasi perubahan.

PENGGUNAAN BALANCED SCORECARD


Balanced scorecard digunakan dalam hampir keseluruhan proses penyusunan rencana. Tahapan penyusunan
rencana pada dasarnya meliputi enam kegiatan berikut: perumusan strategi, perencanaan strategis, penyusunan
program, penyusunan anggaran, implementasi dan pemantauan.

1. Perumusan Strategi
Tahap ini ditujukan untuk menghasilkan misi, visi, keyakinan dan nilai dasar, dan tujuan institusi. Proses
perumusan strategi dilakukan secara bertahap, yaitu: analisis eksternal, analisis internal, penentuan jati diri, dan
perumusan strategi itu sendiri.

Analisis Eksternal dan Internal


ANALISIS EKSTERNAL terdiri dari analisis lingkungan makro dan mikro. Analisis lingkungan makro
bertujuan mengidentifiksasi peluang dan ancaman makro yang berdampak terhadap value yang dihasilkan lembaga
pendidikan kepada pengamat. Obyek pengamatan dalam analisis ini adalah antara lain: kekuatan politik dan hukum,
kekuatan ekonomi, kekuatan teknologi, kekuatan sosial, faktor demografi.
Analisis eksternal mikro diterapkan pada lingkungan yang lebih dekat dengan institusi yang bersangkutan.
Dalam dunia lembaga pendidikan, lingkungan tersebut adalah industri di mana suatu lembaga pendidikan termasuk di
dalamnya. Analisis yang dilakukan dapat menggunakan teori Porter mengenai persaingan, yaitu: kekuatan tawar
pemasok, ancaman pendatang baru, kekuatan tawar pembeli, ancaman produk atau jasa pengganti.
ANALISIS INTERNAL ditujukan untuk merumuskan kekuatan dan kelemahan lembaga pendidikan.
Kekuatan suatu lembaga pendidikan antara lain: kompetensi yang unik, sumberdaya keuangan yang memadai,
keterampilan yang unggul, citra yang baik, keunggulan biaya, kemampuan inovasi tinggi, dll. Sedangkan kelemahan
lembaga pendidikan antara lain: tidak ada arah strategi yang jelas, posisi persaingan yang kurang baik, fasilitas yang
‘usang’, kesenjangan kemampuan manajerial, lini produk yang sempit, citra yang kurang baik, dll.

Penentuan Jati Diri


Penentuan jati diri lembaga pendidikan terdiri dari perumusan misi, visi, keyakinan dasar, nilai dasar dan
tujuan lembaga pendidikan.
MISI menjelaskan lingkup, maksud atau batas bisnis lembaga pendidikan, yaitu kebutuham pengamat apa
yang akan dipenuhi oleh lembaga pendidikan, siapa dan di mana; serta produk inti apa yang dihasilkan, dengan
teknologi inti dan kompetensi inti apa. Misi ditulis sederhana, ringkas, terfokus. Unsur-unsur misi meliputi produk
inti, kompetensi inti, dan teknologi inti. Yang dimaksud dengan produk inti adalah barang atau jasa yang dipersepsi
bernilai tinggi oleh pengamat, berupa komponen kunci dilindungi hak paten dan menghasilkan laba terbesar.
Kompetensi inti adalah kemampuan kunci yang dimiliki lembaga pendidikan dalam menghasilkan produk inti. Sedang
teknologi inti adalah know-how, perangkat keras dan perangkat lunak yang menjadi basis kompetensi inti.
Beberapa contoh misi adalah sebagai berikut.
“To engineer, produce, and market the world’s finest automobiles, known for uncompromised levels of
distinctiveness, comfort, convenience, and refined performance.” (Cadillac Motor Co.)
“To produce outstanding financial returns by providing totally reliable, competitively superior global air-ground
transportation of high priority goods and document that require rapid, time-sensitive delivery.” (FedEx).

VISI menggambarkan akan menjadi apa suatu lembaga pendidikan di masa depan. Ia bersifat sederhana,
menumbuhkan rasa wajib, memberikan tantangan, praktis dan realistik, dan ditulis dalam satu kalimat pendek.
Contoh-contoh visi adalah:
“We will be an outstanding company by exceeding pengamat expectations through empowered people, guided by
shared values.” (PepsiCo.)
“From managing a world-class port, we shall grow into world-class corporation with network of perts, logistics and
related businesses throughout the world. We shall be recognized everywhere for quality and value.” (Otoritas
Pelabuhan Singapore).
“Menjadi lembaga pendidikan jasa konsultan perencana nomor satu di Jakarta.”
“Menjadi BPR terbesar, tangguh dan dihargai di Cianjur Selatan.”

Visi perlu diperinci dalam berbagai perspektif. Dalam perspektif finansial, misalnya: “Kami akan
menyerahkan nilai superior jangka panjang secara konsisten kepada pemegang saham”. Dalam perspektif pengamat:
“Kami akan memberikan nilai terbaik pada setiap penawaran yang memenuhi kebutuhan pengamat dalam pasar yang
dipilih untuk dilayani.” Dalam perspektif proses internal: “Kami akan meningkatkan nilai pengamat melalui berfikir
kembali, meningkatkan dan memperlancar (mengefisienkan) proses bisnis kami.” Dalam perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan: “Kami akan selalu berfikir tentang pengamat dan bangga sebagai orang yang bertanggungjawab
terhadap pengamat.”
KEYAKINAN DASAR adalah pernyataan yang perlu dipegang direksi dan pendidik dalam menghadapi
hambatan dan ketidakpastian. Pernyataan ini untuk mendorong semangat manajemen dan pendidik dalam menghadapi
hambatan dan ketidakpastian. Contoh: “We believe that customer service and satisfaction are fundamental to any
succesful long-term partnership. We shall provide our customers with service of high quality and at the right
price.” (PSA Co.)
NILAI DASAR adalah untuk membimbing manajemen dan pendidik dalam memutuskan pilihan yang dapat
muncul setiap saat. Contoh: nilai dasar PepsiCo adalah: Diversity – menghargai perbedaan setiap orang, Integrity –
melakukan apa yang dikatakan, Honesty – berbicara terbuka dan bekerja keras memahami dan menyelesaikan
masalah, Teamwork – bekerja untuk memenuhi kebutuhan pengamat, Accountability – kesungguhan memenuhi
harapan, Balance – menghargai keputusan seseorang untuk mencapai keseimbangan dalam hidup.
TUJUAN adalah pernyataan tentang apa yang akan diwujudkan sebagai penjabaran visi lembaga pendidikan.
Tujuan dijabarkan dalam empat perpektif pula: Apa tujuan yang berkaitan dengan perspektif pengamat? Apa tujuan
yang berkaitan dengan perspektif finansial ? Apa proses bisnis internal yang akan mendukung pencapaian tujuan
pengamat dan finansial? Apa tujuan yang berkaitan dengan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan?
Contoh-contoh pernyataan tujuan adalah: “Menjadi lembaga pendidikan jasa konstruksi paling
menguntungkan di Indonesia pada tahun 2005 berdasarkan keunggulan dalam manajemen, teknologi, dan sumber daya
manusia.” ”Mencapai oplah 100.000 eksemplar pada tahun 2006.” “Membangun 15.000 unit RSS per tahun sejak
tahun 2007 dengan model yang paling diminati, didukung teknologi terbaik, dilaksanakan oleh pekerja bangunan yang
handal dan berkomitmen.”

Perumusan Strategi
Strategi dibuat dalam beberapa tingkatan: tingkat lembaga pendidikan, tingkat unit bisnis, dan tingkat
fungsional. Dalam menentukan strategi perlu dikenali penghalang intern yang dihadapi, antara lainmanagement
barrier: di mana management system didisain secara tradisional untuk pengawasan pelaksanaan kegiatan dan terkait
dengan anggaran, bukan strategi, vision barrier: dimana strategi seringkali tidak dimengerti oleh mereka yang harus
menerapkannya, operational barrier: dimana proses-proses penting tidak dibuat untuk menggerakkan strategi,
dan people barrier: dimana tujuan orang per orang, peningkatan kemampuan dan pengetahuan pendidik tidak terkait
dengan implementasi strategi lembaga pendidikan.
Strategi yang baik umumnya mengikuti kriteria sebagai berikut: konsisten secara intern, realistik, berfokus
pada pencarian peluang dan penyelesaian akar masalah, meningkatkan customer value, menonjolkan keunggulan
kompetitif, fleksibel, mudah dilaksanakan dalam lembaga pendidikan, dan tanggap terhadap lingkungan eksternal.[1]

2. Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis meliputi proses penentuan sasaran, tolok ukur, target dan inisiatif.
SASARAN adalah kondisi masa depan yang dituju. Sasaran bersifat komprehensif: sesuai dengan tujuan dan
strategi, merumuskan sasaran secara koheren, seimbang dan saling mendukung. Beberapa pedoman dalam
menentukan sasaran adalah: sasaran harus menentukan hasil tunggal terukur yang harus dicapai, sasaran harus
menentukan target tunggal atau rentang waktu untuk penyelesaian, sasaran harus menentukan faktor-faktor biaya
maksimum, sasaran harus sedapat mungkin spesifik dan kuantitatif (dan oleh karenanya bisa diukur dan dapat diuji),
sasaran harus menentukan hanya apa dan kapan; harus menghindari spekulasi kata mengapa dan bagaimana, sasaran
harus dalam arah mendukung, atau sesuai dengan, rencana strategis lembaga pendidikan dan rencana tingkat tinggi
lainnya, dan sasaran harus realistik dan dapat dicapai, tetapi tetap menggambarkan tantangan yang berat. Antara visi,
tujuan dan sasaran harus saling terkait dalan alur logikanya jelas.
Sasaran juga harus dijabarkan dalam berbagai perspektif. Contoh: Perspektif finansial: “Kami akan mencapai
suatu hasil total yang secara konsisten akan menempatkan lembaga pendidikan kami diantara 125 lembaga pendidikan
puncak yang terdaftar pada the S&P 500”. Perspektif pengamat: “Kami akan secara terus-menerus meningkatkan
persepsi pengamat tentang nilai-nilai yang ditawarkan lembaga pendidikan kami sehingga jumlah pengamat yang
tidak memberikan nilai “sangat baik” akan menurun sebanyak 40% ketika melakukan survei pengamat pada tahun
1998”. Perspektif proses internal: “Pada tahun 1998, rasio biaya total operasional kami akan turun sepertiga
(33,33%)”.Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran: “Sasaran kami adalah peningkatan tahunan pada skor yang
ditetapkan oleh survei benchmark. Selain itu, kami akan memantau kemajuan kami melalu pengumpulan opini
pendidik, baik secara formal maupun non-formal, secara periodik”.
TOLOK UKUR adalah alat untuk mengukur kemajuan sasaran. Tolok ukur terdiri dari dua jenis: tolok ukur
hasil (lag indicator) dan tolok ukur pemacu kinerja (lead indicator). Keduanya merupakankey performance indicators.
Indikator kinerja kunci harus merupakan faktor-faktor yang bisa diukur, masuk secara logis dalam area hasil kunci
tertentu yang sasarannya jelas, mengidentifikasi apa yang akan diukur, bukan berapa banyak atau ke arah mana,
merupakan faktor-faktor yang dapat ditelusuri asalnya (tracked) secara terus-menerus sampai tingkat yang
memungkinkan.
Jika outcome indicator berfokus pada hasil-hasil kinerja pada akhir periode waktu atau aktivitas dan
merefleksikan keberhasilan masa lalu atau aktivitas-aktivitas dan keputusan-keputusan yang telah dilaksanakan,
maka output indicator mengukur proses-proses dan aktivitas-aktivitas antara dan hipotesis dari hubungan sebab-akibat
strategik. Contoh ukuran hasil dalam konteks peningkatan profit: pertumbuhan pendapatan, sedang ukuran
pemacunya: revenue mix. Dalam konteks meningkatkan kepercayaan pengamat, ukuran hasil: persentase pendapatan
dari pengamat baru, sedang ukuran pemacu: pertumbuhan pengamat baru.
TARGET berfungsi memberikan usaha tambahan tetapi tidak bersifat melemahkan semangat, berjangka
waktu dua sampai lima tahun agar memberikan banyak waktu untuk melakukan terobosan, membatasi banyak target,
berfokus pada terobosan dalam satu atau dua area kunci, tergantung pada nilai (value), kesenjangan (gap), ketepatan
waktu (timeliness), hasrat/keinginan (appetite), keterampilan (skill). Target dapat ditentukan dengan menggunakan
hasil benchmarking. Benchmarking adalah untuk mendapat informasi praktek terbaik, untuk membangun suatu kasus
yang jelas guna mengkomunikasikan betapa pentingnya mencapai target-target itu.
INISIATIF adalah langkah-langkah jangka panjang untuk mencapai tujuan. Inisiatif tidak harus spesifik pada
satu bagian, tetapi dapat bersifat lintas fungsi/bagian, mengindentifikasi hal-hal penting yang harus dilakukan oleh
lembaga pendidikan agar mencapai tujuan, harus jelas agar manajer dan pendidik dapat menentukan rencana yang
diperlukan, dan memperkirakan sumberdaya yang diperlukan untuk mendukung pencapaian strategi secara
keseluruhan.

3. Penyusunan Program
Proses penyusunan program adalah: menjabarkan inisiatif menjadi beberapa program yang akan dilaksanakan
beberapa tahun yad., memperkirakan investasi yang diperlukan untuk setiap program, menghitung perkiraan
penerimaan yang dapat diperoleh dan menghitung perkiraan laba/hasil yang akan diperoleh.

4. Penyusunan Anggaran
Penyusunan anggaran bertujuan untuk menentukan kegiatan tahun berikutnya dan sumber daya yang
diperlukan. Anggaran disusun berdasarkan iniatif yang telah dirumuskan. Anggaran yang baik adalah: merupakan
rencana tindakan terperinci, merupakan rencana satu-dua tahunan, menguraikan biaya yang diperlukan,
mengidentifikasi pencapaian terpenting kegiatan tsb., menyebutkan siapa yang akan bertanggung jawab, sebagai
referensi menyusun rencana kinerja individual, ditulis secara singkat namun lengkap, alat untuk memantau kinerja dan
diperbarui apabila terjadi perubahan-perubahan. Dengan sdemikian balanced scorecard mendukung suatu sistem
manajemen yang lengkap dengan mengkaitkan strategi jangka panjang ke penganggaran tahunan.

5. Implementasi
Tahap ini melaksanakan kegiatan sesuai rencana.
6. Pemantauan dan Pengendalian
Tahap ini membandingkan kinerja dengan target. Berbagai kemungkinan hasil adalah berhasil, gagal, dan
variasi diantara keduanya. Prinsip umum dalam pemantauan adalah mengukur kinerja, membandingkan kinerja,
melakukan tinjauan ulang, memberi penghargaan dan mengidentifikasi hasil yang dicapai, mempelajari pengalaman,
menyesuaikan dan menyegarkan strategi, dan melakukan perbaikan. Pemantauan harus diikuti dengan pengendalian.
Jenis-jenis pengendalian: pengendalian premis/asumsi dasar, pengendalian implementasi, pengawasan strategis, dan
pengendalian berdasarkan sinyal-sinyal khusus. Pengendalian dapat lebih mudah dilakukan dengan
menggunakan balanced scorecard karena tolok ukurnya sudah diperjelas.[2]

PENGGUNAAN BALANCED SCORECARD PADA LEMBAGA PENDIDIKAN


Mengapa institusi pendidikan perlu mengadopsi balanced scorecard ? Pendidikan pada era sekarang ini, baik
pendidikan pusat, daerah maupun lokal diharapkan untuk menjadi: akuntabel, kompetitif, ramah rakyat, dan berfokus
pada kinerja. Lembaga pendidikan juga ditantang untuk memenuhi harapan berbagai kelompok stakeholders (yaitu
penerima layanan, pendidik, lembaga pemberi pinjaman/hibah, masyarakat, dan pembayar pajak). Tuntutan ini
mengharuskan lembaga pendidikan untuk bertindak profesional sebagaimana yang dilakukan oleh lembaga pendidikan
swasta. Lembaga pendidikan harus mempunyai sistem manajemen strategis. Karena dunia eksternal adalah sangat
tidak stabil, maka sistem perencanaan harus mengendalikan ketidak-pastian yang ditemui. Lembaga pendidikan,
dengan demikian, harus berfokus strategi. Strategi ini lebih bersifat hipotesis, suatu proses yang dinamis, dan
merupakan pekerjaan setiap staf. Lembaga pendidikan harus juga merasakan, mengadakan percobaan, belajar, dan
menyesuaikan dengan perkembangan.
Agar lembaga pendidikan dapat berfokus pada strategi yang sudah dirumuskan, maka lembaga pendidikan
juga harus menterjemahkan strategi ke dalam terminologi operasional, menyelaraskan lembaga pendidikan dengan
strategi (dan bukan sebaliknya), memotivasi staf sehingga membuat strategi merupakan tugas setiap orang,
menggerakkan perubahan melalui kepemimpinan eksekutif, dan membuat strategi sebagai suatu proses yang
berkesinambungan.

Contoh Penerapan
Berikut ini adalah konsep BSC untuk kota Charlotte (AS) untuk menunjukkan perbedaannya dengan lembaga
pendidikan swasta seperti yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu.
Ada tujuh komponen dalam BSC Kota Charlotte, yaitu: visi, tema strategis (atau area fokus), prinsip strategis,
perspektif, sasaran, kaitan, dan ukuran & target.
Visi: Visi Kota Charlotte secara singkat adalah untuk menjadi “pilihan masyarakat untuk hidup, bekerja dan
berekreasi”.
Tema strategis atau area fokus: Dewan Kota menetapkan lima tema strategis atau area fokus sebagai strategi untuk
mencapai visi kota: ketenteraman warga (community safety), kemandirian kota (city-within-city), kemajuan ekonomi
(economic development), tranportasi (transportation) dan mereformasi birokrasi (restructuring government).
Prinsip strategis: Penerapan prinsip strategis adalah untuk membantu memastikan bahwa kota Charlotte akan
menjadi pilihan masyarakat. Ada delapan prinsip strategis yang ditetapkan dan disebut Prinsip Pertumbuhan Cerdas
(Smart Growth Principles), yaitu:
1. Mempertahankan kapasitas perencanaan penggunaan lahan
2. Mengupayakan keputusan penggunaan lahan yang efektif
3. Memperkuat masyarakat melalui lingkungan yang sehat
4. Merancang kota untuk mendukung kehidupan yang harmonis
5. Melindungi lingkungan
6. Memperluas aneka pilihan transportasi
7. Menggunakan investasi publik sebagai katalisator untuk mencapai hasil yang diinginkan

Perspektif: Dengan penekanan pada "keseimbangan", balanced scorecard Kota Charlotte menggunakan empat
perspektif untuk menjawab kebutuhan pelayanan yang diinginkan oleh masyarakat.

1. Perspektif Pengamat: melayani pengamat.


Manajer kota harus mengetahui apakah pendidikan kota betul-betul memenuhi kebutuhan masyarakat. Mereka harus
menjawab pertanyaan: Apakah lembaga pendidikan menyediakan apa yang diinginkan oleh masyarakat?

2. Perspektif Proses Internal: Menyediakan pelayanan secara kompetitif.


Manajer kota harus berfokus pada tugas penting yang memungkinkan mereka untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Manajer kota harus menjawab pertanyaan: Dapatkah pendidikan kota meningkatkan pelayanan dengan
mengubah cara pelayanan itu disampaikan?

3. Perspektif Keuangan: Mengelola anggaran secara akuntabel.


Manajer kota harus berfokus pada bagaimana cara memenuhi kebutuhan pelayanan secara efisien. Mereka harus
menjawab pertanyaan: Apakah pelayanan yang diberikan telah dilaksanakan dengan biaya yang rendah?

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan: Mengembangkan kapasitas pendidik.


Kemampuan lembaga pendidikan untuk meningkatkan dan memenuhi permintaan masyarakat terkait secara langsung
dengan kemampuan pendidik untuk memenuhi permintaan itu. Pendidikan kota harus menjawab pertanyaan: Apakah
pendidikan kota menggunakan teknologi yang sesuai dan melakukan pelatihan pendidik untuk kemajuan yang
berlanjut?

Sasaran
Kota Charlotte memilih 16 sasaran lembaga pendidikan untuk scorecard lembaga pendidikannya. Setiap sasaran
lembaga pendidikan secara garis besar digambarkan sedemikian sehingga ia memberikan konteks untuk mencapai apa
lembaga pendidikan itu dibentuk. Hubungan antara lima area fokus, empat perspektif dan 16 sasaran lembaga
pendidikan merupakan panduan bagi setiap unit dan pendidik dalam melaksanakan kegiatannya.

Kaitan
Sasaran yang strategis harus saling dihubungkan dalam suatu hubungan sebab-akibat. Misalnya, jika suatu lembaga
pendidikan memberikan pendidik dengan pelatihan yang perlu untuk “Mempromosikan Pembelajaran &
Pertumbuhan”, maka lembaga pendidikan itu akan dapat “Menyampaikan Pelayanan secara Kompetitif”. Ini akan
mempengaruhi kemampuan lembaga pendidikan itu untuk “Meningkatkan Pelayanan bagi Masyarakat” yang pada
akhirnya “Menyediakan Aneka Pilihan Pelayanan”.

Ukuran & Target


Untuk setiap sasaran strategis, ada satu set ukuran dan target strategis. Ini dijabarkan dalam rencana strategis untuk
setiap area fokus.

Penerapan di Berbagai Lembaga pendidikan


Balanced scorecard sudah diterapkan di banyak lembaga pendidikan, baik pada tingkat pusat maupun daerah.
Di AS instansi Federal yang menggunakan balanced scorecard antara lain adalah Department of Agriculture, Natural
Resource Conservation, Forrest Service, Department of Commerce, Fish & Wildlife Service, Bureau of Reclamation,
Environmental Protection Agency, Council on Environmental Quality. Sedang negara bagian yang sudah
menerapkan balanced scorecard diantaranya Alaska, Oregon, Washington, California, Idaho, Montana. Pada tingkat
lokal, setingkat kecamatan di Indonesia, balanced scorecard sudah dipergunakan di 39 Counties, 277 Cities, 44 Sewer
Districts, 125 Water Districts, 36 Irrigation Districts, 32 Public Utility Districts, 14 Port Districts, 48 Conservation
Districts, dan 170 Municipal Water Suppliers.

KESIMPULAN
Balanced Scorecard adalah sebuah cara pandang baru bagaimana suatu lembaga pendidikan akan dapat lebih
baik lagi dikelola. Balanced scorecard merupakan bagian dari sistem manajemen strategis, yang perlu dirumuskan
oleh setiap lembaga pendidikan, agar dapat mencapai visi dan misinya secara efektif. Balanced scorecard memberikan
prosedur bagaimana tujuan lembaga pendidikan dirinci ke dalam sasaran-sasaran dalam berbagai perspektif secara
lengkap, dengan ukuran-ukuran yang jelas.Balanced scorecard merupakan mekanisme untuk membuat lembaga
pendidikan, termasuk lembaga pendidikan, berfokus pada strategi, karena penerapan balanced
scorecard memungkinkan semua unit dalam lembaga pendidikan memberikan kontribusi secara terukur pada
pelaksanan strategi lembaga pendidikan. Balanced scorecard seyogyanya dikembangkan oleh setiap lembaga
pendidikan untuk mempertajam perannya dalam menjalankan fungsi-fungsi pendidikanan, sehingga membedakannya
dengan lembaga pendidikan lain. Tugas pengawasan oleh DPR terhadap pendidikan akan dipermudah jika instansi
pendidikan memiliki strategi berbasis balanced scorecard. Perumusan balanced scorecardbukan suatu pekerjaan
sekali jadi, melainkan tugas yang terus menerus, dengan setiap saat ada proses penyempurnaan dan yang terpenting
adalah ia dimanfaatkan untuk mencapai visi dan misi lembaga pendidikan▪
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan R.S. & Norton, D.P.; The Balanced Scorecard, Translating Strategy into Action, 1996
Mulyadi, Balanced Scorecard, 2001
Vincent Gaspersz; Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard dengan Six Sigma, 2002
Amin Widjaja T.; Memahami Balanced Scorecard, 2002
Sony Yuwono, et.al; Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard, 2003
Beberapa artikel dalam www.BSCol.com dan www.charmeck.org
[1]
Contoh-contoh strategi perusahaan swasta secara garis besar adalah antara lain: memperluas pasar, diversifikasi
terpusat, integrasi horizontal, merjer, bertahan, likuidasi, downsizing.
[2]
Berbagai program komputer siap pakai sudah dikembangkan untuk mempermudah penyusunan balanced scorecard,
diantaranya:Dialog Strategy dari www.dialogsoftware.com.

dnsimokerto7.blogspot.com/2012/03/manajemen-strategis-menggunakan.html

Anda mungkin juga menyukai