Anda di halaman 1dari 2

SEKOLAH BAGUS BERKUALITAS

Pendidikan yang berkualitas memerlukan dukungan dari berbagai faktor, baik faktor
internal maupun eksternal. Faktor internal antara lain meliputi kebijakan dari pihak
sekolah, baik dari top management (Kepala Sekolah), middle management (Wakil Kepala
Sekolah) maupun lower management (Guru). Sementara faktor eksternal antara lain
meliputi hubungan antara pihak sekolah dengan pihak luar sekolah, seperti hubungan
sekolah dengan komite sekolah maupun dengan masyarakat.
Adapun upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara umum bisa meliputi:
a. Otonomi pendidikan
Ide otonomi dalam pendidikan sama dengan ide otonomi dalam pemerintahan yang
umum yaitu memberi peluang pada daerah-daerah bahkan unit-unit untuk
mengembangkan diri sehubungan dengan kekhasan yang dimilikinya. Otonomi itu
selalu bersifat desentralisasi. Luasnya otonomi akan sebanding dengan luasnya aspek-
aspek yang didesentralisasikan. Oleh karena itu, dalam bidang apapun otonomi atau
desentralisasi itu seringkali masih dirasakan terbatas. Artinya, dalam otonomi itu
selalu masih terasa ada yang disentralisasikan.
Secara garis besar, dengan adanya otonomi pendidikan ini memberikan kesempatan
bagi sekolah untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
b. Meningkatkan daya saing
Sekolah perlu meningkatkan kualitas lulusannya agar memiliki prestasi yang bagus
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Adapun untuk tingkat SMA,
diharapkan lulusannya bisa bersaing di dunia kerja ataupun bisa memasuki perguruan
tinggi unggulan. Untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, diperlukan dana dan
peralatan untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran serta adanya sumber daya
manusia, baik dari segi kualitas maupun kuantitas
c. Penguatan pendidikan keimanan dan ketakwaan
Adanya perubahan paradigma pendidikan agama dalam UU No.2/1989 yang berbunyi
“Pendidikan agama adalah tugas guru agama” yang diubah menjadi “Pendidikan
agama merupakan tugas bersama antara kepala sekolah, guru agama, guru umum,
seluruh aparat sekolah, dan orangtua murid” sesuai dalam UU No. 20/2003.
Paradigma baru ini kemudian memunculkan pemikiran bahwa tujuan utama
pendidikan agama ialah keberagamaan siswa, bukan terutama pada pemahaman
tentang agama. Dengan kata lain, yang diutamakan ialah being-nya bukan knowing
1|Sekolah Bagus Berkualitas
ataupun doing-nya. Strategi untuk menghasilkan lulusan dengan keimanan yang kuat
tersebut bisa dengan penerapan metode internalisasi yang sekurang-sekurangnya
dengan dua teknik, yaitu peneladanan dan pembiasaan.

Upaya-upaya tersebut penulis kutip dari buku Filsafat Pendidikan Islami karya Prof.
Dr. Ahmad Tafsir. Penulis sependapat dengan gagasan tentang upaya-upaya yang perlu
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, terutama pendidikan Islami. Selain hal
tersebut, penulis juga menambahkan upaya lain dalam meningkatkan kualitas pendidikan
yaitu dengan menanamkan sikap leadership (kepemimpinan) dan entrepreneurship
(kewirausahaan). Sehingga setelah lulus sekolah, mereka bisa menciptakan lapangan kerja
sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Negara Indonesia memiliki sumber daya alam
yang masih perlu dikelola secara professional, dan kesempatan peluang usaha masih terbuka
secara luas bagi yang mau berusaha. Rasulullah sebagai uswatun hasanah sendiri adalah
seorang pedagang ulung, entrepreneurship sejati. Berdikari.
Di bidang ekonomi, pertumbuhan ekonomi Indonesia berasal dari sektor swasta,
berkat peran aktif para wirausahawan. Oleh karena itu, sekolah perlu mendesain
pembelajaran yang aplikatif, sehingga materi pelajaran yang diajarkan di sekolah dapat
bermanfaat dan diaplikasikan para murid setelah lulus. Adapun bagi yang akan melanjutkan
ke jenjang yang lebih tinggi, diharapkan life skill yang mereka miliki dapat menjadi modal
dasar untuk membiayai pendidikan mereka. Sementara untuk tingkat dasar, nilai-nilai jiwa
leadership dan entrepreneurship ini perlu dtanamkan sejak dini, agar mereka terbiasa hidup
hemat, disiplin, menghargai waktu dan setiap usaha yang dilakukan dirinya serta orang lain.
Penanaman nilai-nilai tersebut sejak dini sangat penting, karena usia dini adalah pijakan
untuk masa-masa berikutnya.

Sulasman dan Dadan Rusmana. (2013). Filsafat Sosial Budaya di Dunia Islam.
Bandung: Pustaka Setia.

2|Sekolah Bagus Berkualitas

Anda mungkin juga menyukai