Anda di halaman 1dari 13

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD DZIKRU AL HAFIZHI


MUHAMMAD NAUFAL ARRAFI
MUQADDIMAH

Segala puji bagi Allah. Tuhan semesta alam yang berkat karunia dan rahmat-Nyalah kita
dapat merasakan limpahan nikmat yang tak terhingga sehingga tidak dapat dikalkulasikan
sekalipun kita ingin membuat perhitungan terhadap nikmat-Nya.

Sholawat serta Salam selalu kita haturkan dan curahkan kepada manusia pilihan Allah Nabi
Muhammad SAW. yang dengan penuh keikhlasan menjalankan perintah Allah yang terbilang berat
bagi manusia biasa seperti kita yakni untuk menyerukan asma Allah hingga pada akhirnya pilar –
pilar Islam pun tertancap dimuka bumi ini dan cahaya rahmat-Nya menyinari alam semesta.
Dengan izin Allah kita masih diberikan kesempatan untuk mengkaji, mempresentasikan dan
mendiskusikan beberapa masalah yang ada dimuka bumi ini yang belum pernah terpecahkan
selama ini. Dengan memudahkan pekerjaan kami, maka kami susun makalah ini dari berbagai
sumber yang kita miliki untuk memecahkan beberapa masalah yang ada dimuka bumi ini yang
belum terpecahkan selam ini yaitu tentang Mawaris dalam Islam.

Alhamdulillah, akhirnya makalah ini telah kami susun dengan sebaik mungkin untuk
memnuhi tugas kami yang telah di amanahkan kepada kami. Mudah – mudahan makalah ini dapat
memenuhi kebutuhan, menambah ilmu dan wawasan bagi para pembaca dari kalangan apapun.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan hanya
milik Allah semesta. Oleh karena itu, kritik dan saran yang positif untuk penyempurnaan makalah
ini sangat kami harapkan. Apabila ada kata – kata yang salah dan kurang berkenan dihati para
pembaca, kami memohon maaf yang seluas – luasnya karena kesalahan datanya dari kami dan
kebenaran yang haqiqi datangnya hanya dari Allah SWT.

Tangerang, November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

MUQADDIMAH i

DAFTAR ISI ii
BAB 1 Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Batasan Masalah 2
1.3 Rumusan Masalah 2
1.4 Tujuan Penulisan 2
1.5 Manfaat Penulisan 2

BAB 2 Isi 3
2.1 Makna Waris dan Ahli Waris dalam Hukum Islam 3
2.2 Pembagian Ahli Waris Sesuai Ketentuan Islam 5
2.3 Makna Aul dan Radd dalam Pewarisan 8
2.4 Hikmah Mawaris 9

BAB 3 Penutup 9
3.1 Kesimpulan 9
3.2 Pesan 9

DAFTAR PUSTAKA 10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Diantara aturan yang mengatur hubungan sesama manusia yang ditetapkan Allah
adalah aturan tentang harta warisan yaitu harta dan pemilikan yang timbul sebagai akibat
dari suatu kematian. Harta yang ditingglkan oleh seorang yang meninggal dunia
memerlukan pengaturan siapa yang berhak menerimanya, berapa jumlahnya, dan
bagaimana cara mendapatkannya.
Aturan tentang waris tersebut telah ditetapkan oleh Allah melalui firman-Nya yang
terdapat dalam Al Quran terutama surah An Nisa : 7, 8, 11, 12, dan 176. Hukuma kewarisan
Islam atau juga yang dikenal dengan The Islamic Law of Inheritance mempunyai
karakteristik tersendiri jika dibandingkan dengan sistem hukum lainnya.
Ditinjau dari perspektif sejarah, implementasi hukum kewarisan pada zaman
penjajahan Belanda ternyata tidak berkembang bahkan secara plitis posisinya dikalahkan
oleh sistem kewarisan hukum adat. Pada masa itu di introdusir teori persepsi yang bertujuan
untuk mengangkat hukum kewarisan adat dan menyisihkan penggunaan hukum kewarisan
Islam.

Banyak para sarjana hukum barat menganggap hukum kewarisan Islam tidak
mempunyai sistem dan hukum Islam itu hanya bersandar pada asas patrinieal. Sementara
itu, dikalangan umat Islam sendiri banyak pula yang mengira tidak ada sistem tertentu
dalam hukum kewarisan Islam sehingga menimbukan sebuah angapan seolah – olah hukum
kewarisan Islam merupakan hukum yang sangat rumit dan sulit. Kondisi ynag demikian
itulah yang menyebabkan hukum kewarisan Islam menurut fiqh kebudayaan arab itu sangat
sulit diterima masyarakat Islam di Indonesia.

1.2 BATASAN MASALAH

A. Makna Waris dan Ahli Waris dalam Hukum Islam.


B. Pembagian Ahli Waris sesuai Ketentuan Islam.
C. Makna Aul dan Radd dalam Pewarisan.
D. Hikmah Mawaris.

1.3 RUMUSAN MASALAH

A. Apa makna waris dan ahli waris dalam hukum Islam ?


B. Bagaimana pembagian ahli waris sesuai ketentuan Islam ?
C. Apa makna aul dan radd dalam pewarisan ?
D. Apa hikmah mawaris ?

1.4 TUJUAN PENULISAN


Makalah ini kami susun untuk mengkaji bebrapa masalah yang ada dimuka bumi
ini yang belum pernah dipresentasikan dan didiskusikan bersama. Adapun tujuan bahasan
masalah ini ialah tentang Mawaris dalam Islam.
1.5 MANFAAT PENULISAN
Melalui makalah ini kami berharap agar makalah ini dapat menambah ilmu
wawasan bagi para pembaca mengenai mawaris dalam Islam agar pembagian harta warisan
sama rata dan tidak pilih kasih sesama yang lain.
BAB II
ISI

2.1 MAKNA WARIS DAN AHLI WARIS DALAM HUKUM ISLAM

A. PENGERTIAN ILMU WARIS ( FARAID ) DALAM ISLAM

Menurut bahasa mawaris berasal dari bahasa Arab ‫ َو َر َث – يَ ِرث – َو َرثَة‬yang artinya
berpindahnya harta seseorang yang telah meninggal kepada yang lain. Sedangkan menurut
para fuqaha ( ulama fiqih ) yang dimaksud ilmu waris

‫ِع مْل ي مع َرف ِب ِه َم من يَ ِرث َو َم من ََليَ ِرث َوت َ مق ِس مْي ِل‬


ِ ‫ك َوا ِح ٍد َوكَ مي ِف َّية التَّ مو ِزيمع‬
“ Ilmu untuk mengetahui orang yang berhak menerima warisan, orang yang tidak berhak
menerima warisan, kadar yang diterima oleh tiap – tiap waris dan cara pembagiannya ’’.

B. TUJUAN PEMBAGIAN HARTA WARIS MENURUT ISLAM

 Agar tidak terjadi perselisihan dan pertikaian antara ahli waris.


 Agar dapat terwujud keadilan yang berimbang dalam pembagian harta waris.
 Agar dapat memiliki harta secara halal.

C. SUMBER HUKUM YANG MENJADI DASAR PELAKSANAAN


PEMBAGIAN WARIS

1. AL QURAN

Q.S. An Nisa / 4 : 11 – 12

2. AL HADIST

‫ " اَ ِحلق موا المفَ َرائِ َض ِبأَ مه ِلهَا ف َ َما‬: ‫ قَا َل‬.‫ِض هللا َع منه َع ِن النَّ ِ ِ لب َص ََّّل هللا عَل َ مي ِه َو َس َّ َْل‬ ِ ‫َع من َع مب ِد‬
َ ِ ‫هللا مب ِن َع َّب ٍاس َر‬
﴾ ‫ل َذكَ ٍر " ﴿ متفق عليه‬ ٍ ‫ب َ ِق َي فَه َو َِلَ مو ََل َرج‬
“ Abdullah bin Abbas R.A. berkata. Nabi Muhammad SAW. bersabda “ Berikanlah harta
warisan kepada orang – orang yang berhak sesudah itu, sisanya untuk orang laki – laki
yang lebih utama’’. ( H.R. Bukhari dan Muslim ) ’’.

3. IJMA’ ULAMA
Para ulama berperan dalam penyelesaian masalah – masalah yang berkaitan dengan
mawaris. Adapun hukum mempelajari ilmu mawaris adalah wajib ( fardhu kifayah ) yaitu
apabila disuatu tempat ada salah seorang diantara mereka ada yang mempelajari, maka
sudah dianggap terpenuhi kewajiban itu, tetapi jika tidak ada satupun dari mereka
mempelajarinya maka semua orang ikut berdosa.
4. UNDANG – UNDANG
Bagi umat Islam di Indonesia, pembagian harta waris dapat diserahkan kepada
pengadilan agama Islam berdasarkan UU. No. 7 Tahun 1989 yang pada hakikatnya
bersumber dari Al Quran, Hadist, dan Ijma’ para ulama yang terdiri dari 5 bab dan 37 pasal,
yaitu :

 Bab I terdiri atas 1 pasal, ketentuan umum.


 Bab II terdiri atas 5 pasal, berisi tentang ahli waris.
 Bab III terdiri atas 16 pasal, berisi tentang besarnya bagian ahli waris.
 Bab IV terdiri atas 2 pasal, berisi tentang aul dan radd.
 Bab V terdiri atas 13 pasal, berisi masalah wasiat.

D. RUKUN, SYARAT, SEBAB DAN TERHALANGNYA PEWARISAN

1. RUKUN PEWARISAN

 Muwaris ( Orang yang mewariskan ).


 Waris ( Orang yang mendapatkan warisan ).
 Maurus ( Harta warisan ).

2. SYARAT PEWARISAN

 Kematian.
 Ahli waris masih hidup.
 Adanya harta warisan.

3. SEBAB PEWARISAN

 Perkawinan.
 Kekeluargaan.
 Kekerabatan.

4. TERHALANGNYA PEWARISAN

 Pembunuhan.
 Perbedaan agama.
 Perbudakan.
2.2 PEMBAGIAN AHLI WARIS SESUAI KETENTUAN ISLAM

A. AHLI WARIS BERDASARKAN JENIS KELAMIN

AHLI WARIS LAKI - LAKI AHLI WARIS PEREMPUAN


Anak Laki – Laki Anak Perempuan
Cucu Laki – Laki Cucu Perempuan
Ayah Ibu
Kakek Nenek
Saudara Laki – Laki Sekandung Saudara Perempuan Kandung
Saudara Laki – Laki Seayah Saudara Perempuan Seayah
Saudara Laki – Laki Seibu Istri
Anak Laki – Laki Saudara Kandung Wanita yang memerdekakan Budak
Anak Laki – Laki Saudara Seayah
Paman Sekandung
Paman Seayah
Anak Paman Kandung
Anak Paman Seayah
Suami
Laki – Laki yang memerdekakan Budak

B. AHLI WARIS BERDASARKAN HAK MEMPEROLEH HARTA


WARIS

1. AHLI WARIS ZAWIL FURUD

Ahli waris zawil furud ialah ahli waris yang bagian harta warisan telah ditentukan
berdasarkan Al Quran, Hadist, dan Ijma’ sehingga tidak dapat diubah. Ahli waris zawil
furud ada enam kelompok, yaitu :

 ASHABU AN – NISHFI ( 1/2 )


 Anak perempuan apabila sendirian.
 Cucu perempuan dari anak laki – laki apabila sendirian.
 Saudara perempuan kandung apabila sendirian.
 Saudara perempuan seayah apabila sendirian.
 Suami tanpa adanya anak.

 ASHABU AR – RUB’I ( 1/4 )


 Suami tanpa adanya anak atau cucu dari anak.
 Istri tanpa adanya anak.

 ASHABU ATS – TSUMUNI ( 1/8 )


 Isrtri dengan adanya anak.

 ASHABU ATS – TSULUTSI ( 1/3 )


 Ibu tanpa adanya anak maupun dari saudara laki – laki ataupun perempuan.
 Saudara laki – laki dan perempuan tanpa adanya orangtua dan anak.
 ASHABU ATS – TSULUTSAINI ( 2/3 )
 Dua anak perempuan atau lebih.
 Dua cucu perempuan dari anak laki – laki.
 Dua saudara perempuan kandung.
 Dua saudara perempuan seayah tanpa adanya saudara laki – laki.

 ASHABU AS – SUDUSI ( 1/6 )


 Ibu dengan adanya anak serta saudara laki – laki dan perempuan.
 Nenek tanpa danya ibu.
 Cucu perempuan dari anak laki – laki dengan anak perempuan kandung.
 Saudara perempuan seayah dengan saudara perempuan kandung.
 Ayah dengan adanya anak.
 Kakek tanpa adanya ayah.
 Saudara laki – laki seibu.

2. AHLI WARIS ASABAH ( MU’ASSIB )

Ahli waris asabah ialah ahli waris yang memperoleh harta warisan apabila ada sisa
dan mendapatkan bagian warisan yang tidak pasti karena tergantung ada atau tidaknya sisa
dari harta warisan.

 ASABAH BINAFSIH ( KARENA DIRINYA SENDIRI )


 Anak laki – laki atau cucu laki – laki.
 Ayah.
 Kakek.
 Saudara laki – laki kandung dan seayah.
 Anak saudara laki – laki kandung dan seayah.
 Paman sekandung atau seayah.
 Anak laki – laki paman sekandung atau seayah.

 ASABAH BILGHAIR ( KARENA FAKTOR ORANG LAIN )


 Anak perempuan dengan anak laki – laki.
 Cucu perempuan dengan cucu laki – laki.
 Saudara perempuan kandung dengan saudar laki – laki kandung.
 Saudar perempuan seayh senga saudar laki – laki seayah.

 ASABAH MA’AL GAHIR ( BERSAMA DENGAN YANG LAIN )


 Saudara perempuan kandung dengan anak perempuan.
 Saudara perempuan seayah dengan anak perempuan.
3. AHLI WARIS HAJIB DAN MAHJUB

Ahli waris hajib ialah ahli waris yang menjadi penghalang bagi ahli waris lain untuk
menerima bagian harta warisan dan terbagi menjadi dua macam, yaitu :
 Hajib Muqsan ialah menutupi hak ahli waris sebagian sehingga tetap memperoleh
bagian walaupun bagian tersebut berkurang.
 Hajib Hirman ialah menutupi seluruh bagian ahli waris sehingga tidak memperoleh
bagian warisan sama sekali.

Sedangkan ahli waris mahjub ialah ahli waris yang tertutupi haknya untuk
memperoleh bagian warisan.

HAJIB MAHJUB AKIBAT


Ibu Nenek dari garis Ibu

Tidak memperoleh
baguan harta warisan
Ayah dan Ibu Nenek dari garis Ayah
Anak laki – laki atau
perempuan, cucu laki – laki
atau perempuan dari anak Saudara Seibu
laki – laki, ayah dan kakek

sama sekali
Ayah, anak laki – laki, cucu
laki – laki dari anak laki – Saudara Seayah
laki dan ayah
Anak laki – laki, cucu laki –
laki dari ank laki – laki dan Saudara Kandung
ayah
Hanya suami, ayah, dan
Semua ahli waris Semua ahli waris anak laki – laki yang
Laki – Laki Perempuan berhak memperoleh
warisan
Hanya istri, anak
perempuan, ibu, dan
Semua ahli waris Semua ahli waris
saudara perempuan
Perempuan Laki – Laki kandung yang berhak
memperoleh warisan

4. AHLI WARIS ZAWIL ARHAM

Ahli waris zawil arham ialah ahli waris yang sudah jauh hubungannya dengan
orang yang meninggal dunia. Mereka ini dapat memperoleh bagian warisan kalau tidak ada
zawil furud dan asabah atau diberi atas sukarela dari ahli waris zawil furud atau ahli waris
asabah.
2.3 MAKNA AUL DAN RADD DALAM PEWARISAN

A. MAKNA AUL DALAM PEWARISAN

Aul dalam pewarisan ialah kelebihan furudh atau kekurangan harta warisan yakni
apabila dalam pembagian harta warisan duantara para ahli waris zawil furud menunjukkan
bahwa angka pembilang lebih besar dari angka penyebut maka angka penyebut dinaikan
sesuai dengan anka pembilang.

B. MAKNA RADD DALAM PEWARISAN

Radd dalam pewarisan ialah kekurangan furudh atau kelebihan harta warisan yakni
apabila dalam pembagian harta warisan duantara para ahli waris zawil furud menunjukkan
bahwa angka pembilang lebih kecil dari angka penyebut sedangkan tidak ada ahli waris
asabah maka dilakukan secara radd dan apabila masih terdapat ahli waris asabah maka
tidak dilakukan secara radd.

2.4 HIKMAH MAWARIS

 Memperoleh predikat bertaqwa.


 Meninggalkan rezeki yang halal dan berkah kepada keturunan.
 Menegakkan keadilan.
 Memelihara keutuhan keluarga.
 Mewujudkan syiar Islam.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Jika ahli warisnya lengkap semua baik dari kalangan laki – laki, perempuan, kerabat
dekat maupun kerabat jauh hanya lima golongan saja yang berhak menerima harta waris,
yaitu suami atau istri, anak laki – laki dan anak perempuan, ayah dan ibu. Untuk kasus
yang lai, silakan ditentukan siapa saja yang berhak menerima harta waris.

Sesungguhnya jika engkau meninggalkan ahli warismu dalam kecukupan maka hal
itu lebih baik daripada engkau tinggalkan mereka dalam kekurangan sehingga meminta –
minta kepada manusia. Dan sungguh, tiada satu nafkah pun yang engkau kelaurkan untuk
mencari ridha Allah niscaya akan dibalas pahala, hingga apa yang engakau suapkan ke
mulut istrimu.
‫وهللا أعلم بالصواب‬
3.2 PESAN

Tak ada buku yang paling baik melainkan buku yang dimanfaatkan dengan sebaik
– baiknya dan jadikanlah buku itu sebagai teman dimanapun kalian berada karena tanpa
ilmu, dunia ini tidak akan berkembang seperti sekarang ini. Ketahuilah ! Sesungguhnya
segala sesuatu yang telah kita kerjakan selama ini akan dipertanggungjawabkannya
diakhirat kelak maka jadilah manusia yang dapat dicontah oleh oranglain.
DAFTAR PUSTAKA

Al Quran Al Karim

Departemen Agama R.I. 1986. Ilmu Fiqih. Jakarta


Drs. H. Moh. Muhibbin. 2009. Hukum Kewarisan Islam. Jakarta : Sinar Grafika
Hafsah. 2011. Fiqih. Medan : Cita Pustaka Media Perintis

Imran, Ali. 2011. Fikih. Medan : Cita Pustaka Media Perintis


Nur, Wahyuni. 2019. Faraidh untuk SMAI Darul Hasan kelas X. Tangerang : Darul Hasan Press

Sadi dan H. M. Nasikin. 2014. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA kelas XII.
Jakarta : Penerbit Erlangga

Prof. Dr. Amir Syarifuddin. 2003. Garis – Garis Besar Fiqh. Jakarta : Prenada Media

Anda mungkin juga menyukai