Oleh :
KELOMPOK 1
KELAS B
SEMESTER I
ADMINISTRASI PUBLIK
2022
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................................3
A. Pengantar........................................................................................................................3
B. Ilmu Pengetahuan dan Sosiologi.....................................................................................4
C. Gambaran Ringkas tentang Sejarah Teori-teori Sosiologi..............................................8
D. Metode-metode Dalam Sosiologi.................................................................................10
E. Mazhab-mazhab dan Spesialisasi dalam Sosiologi.......................................................12
F. Perkembangan Sosiologi di Indonesia..........................................................................12
BAB 2 PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL ..........................................................13
A. Pengantar......................................................................................................................13
B. Interaksi Sosial sebagai Faktor Utama dalam Kehidupan Sosial...................................14
C. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial......................................................................14
D. Kehidupan yang Terasing..............................................................................................15
E. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial.....................................................................................16
BAB 3 KELOMPOK KELOMPOK SOSIAL DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT.................................27
A. Pengantar..................................................................................................................27
B. Pendekatan Sosiologis terhadap Kelompok-kelompok Sosial..................................28
C. Tipe-tipe Kelompok Sosial.........................................................................................28
D. Kelompok-kelompok Sosial yang Tidak Teratur........................................................31
E. MAasyarakat Pedesaan (Rural Community) dan Masyarakat Perkotaan (Urban
Community) 32
F. Kelompok-kelompok Kecil (Small Group)..................................................................34
Judul Buku : “Sosiologi Suatu Pengantar “
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Pengantar
Sosiologi merupakan suatu ilmu yang masih muda, walau telah mengalami
perkembangan yang cukup lama. Sejak manusia mengenal kebudayaan dan peradaban,
masyarakat manusia sebagai proses pergaulan hidup telah menarik perhatian. Awal
mulanya, orang-orang yang meninjau
Masyarakat hanya tertarik pada masalah-masalah yang menarik perhatian umum,
seperti kejahatan, perang, kekuasaan golongan yang berkuasa, keagamaan, dan lain
sebagainya. Dari pemikiran serta penilaian yang demikian itu, orang kemudian meningkat
pada filsafat kemasyarakatan, di mana orang menguraikan harapan-harapan tentang
susunan serta kehidupan masyarakat yang diingini atau yang ideal. Dengan demikian,
timbullah perumusan nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang seharusnya ditaati oleh setiap
manusia dalam hubungannya dengan manusia lain dalam suatu masyarakat. Yang
dimaksudkan untuk menciptakan kehidupan yang bahagia dan damai bagi semua manusia
selama hidup di dunia ini.
Hal tersebut merupakan idaman manusia di kala itu yang pada umumnya bersifat
utopis. Artinya, orang harus mengakui bahwa nilai-nilai dan kaidah-kaidah masyarakat
yang diidam-idamkan itu tidak selalu sesuai dengan kenyataan yang ada di dalam
masyarakat pada suatu waktu yang tertentu. Perbedaan yang tidak jarang menimbulkan
pertentangan antara harapan dengan kenyataan memaksa para ahli pikir untuk mencari
penyebabpenyebabnya dengan jalan mempelajari kenyataan-kenyataan di dalam
masyarakat, sehingga timbul berbagai macam teori tentang masyarakat. Lambat laun
teori-teori tersebut dipelajari dan dikembangkan secara sistematis dan netral, terlepas dari
harapan-harapan pribadi para sarjana y ang mempelajarinya dan juga dari penilaian baik
atau buruk mengenai gejala-gejala atau unsur yang dijumpai di dalam tubuh masyarakat
itu sehingga timbullah ilmu pengetahuan mengenai masyarakat.
Filsafat biasanya dipandang sebagai induk ilmu pengetahuan atau ilmu pengetahuan
yang umum. Pythagoras menyatakan dirinya sebagai cinta kebijaksanaan karena kata
“philein” (bahasa Yunani) adalah cinta dan “sophia” merupakan kebijaksanaan. Filsafat
dicari untuk kebijaksanaan dan kebijaksanaan dicarikan. Asal-usul filsafat merupakan
penjelasan rasional secara semuanya. Prinsip-prinsip atau asas-asas yang dijelaskan
terhadap semua fakta adalah filsafat. Dengan demikian, walaupun filsafat merupakan
induk pengetahuan, filsafat berbeda dengan ilmu pengetahuan.
Selanjutnya, filsafat merupakan asas-asas dari eksistensi dan yang menduga
kenyataan yang terpenting. Kala itu, filsafat adalah ilmu tentang ilmu pengetahuan, kritik
dan sistematika pengetahuan, penyimpulan ilmu pengetahuan empiris, pengajaran
rasional, akal pengalaman, dan seterusnya. Dengan demikian, filsafat mencakup ontologi,
deontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi yang menjadi cabang filsafat tentang
sifat kenyataan riil dan deontologi adalah sifat kenyataan idiil. Epistemologi merupakan
dasar-dasar dan batas-batas pengetahuan. Sementara itu, aksiologi adalah evaluasi atau
penilaian dasar-dasar dan kenyataan.
Ilmu-ilmu sosial yang masih muda usianya, baru sampai pada tahap analisis
dinamika, artinya baru sampai pada analisis-analisis tentang masyarakat manusia dalam
keadaan bergerak. Mungkin dari ilmu ekonomi dapat dikatakan bahwa perkembangannya
telah meningkat pada taraf kemungkinan.
Istilah sosial (social) pada ilmu-ilmu sosial mempunyai arti yang berbeda dengan
misalnya istilah sosialisme atau istilah sosial pada Departemen Sosial. Apabila istilah
“sosial” pada ilmu-ilmu sosial menunjuk pada objeknya, yaitu masyarakat, sosialisme
merupakan suatu ideologi yang berpokok pada prinsip pemilikan umum (atas alat-alat
produksi dan jasa-jasa dalam bidang ekonomi).
3. Definisi Sosiologi dan Sifat Hakikatnya
Merumuskan suatu definisi (batasan makna) yang dapat mengemukakan keseluruhan
pengertian, sifat, dan hakikat yang dimaksud dalam beberapa kata dan kalimat
merupakan hal yang sangat sukar. Oleh sebab itu, suatu definisi hanya dapat dipakai
sebagai suatu pegangan sementara saja. Sungguhpun penyelidikan berjalan terus dan
ilmu pengetahuan tumbuh ke arah pelbagai kemungkinan, masih juga diperlukan suatu
pengertian yang pokok dan menyeluruh. Untuk patokan sementara, akan diberikan
beberapa definisi sosiologi sebagai berikut.
a. Pitirim Sorokin mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari:
1) Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejalagejala sosial
(misalnya antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral,
hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik dan lain
sebagainya)
2) Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala
nonsosial (misalnya gejala geografis, biologis, dan sebagainya)
3) Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.
b. Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
c. William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff¹4 berpendapat bahwa sosiologi adalah
penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi
sosial.
d. J.A.A. van Doorn dan C.J. Lammers¹5 berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu
pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang
bersifat stabil.
e. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi ¹6 menyatakan bahwa sosiologi atau
ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses
sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Selanjutnya menurut Selo
Soemardjan dan Soelaeman Soemardi,
4. Objek Sosiologi
Sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, objek sosiologi adalah
masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antarmanusia dan proses yang timbul dari
hubungan manusia di dalam masyarakat. Agak sukar untuk memberikan suatu batasan
tentang masyarakat karena istilah masyarakat terlalu banyak mencakup pelbagai faktor
sehingga kalaupun diberikan suatu definisi yang berusaha mencakup keseluruhannya,
masih ada juga yang tidak memenuhi unsur-unsurnya.
1. Teori
Suatu teori pada hakikatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau lebih, atau
pengaturan fakta menurut cara-cara tertentu. Fakta tersebut merupakan sesuatu yang
dapat diamati danpada umumnya dapat diuji secara empiris. Oleh sebab itu, dalam
bentuknya yang paling sederhana, suatu teori merupakan hubungan antara dua variabel
atau lebih, yang telah diuji kebenarannya. Suatu variabel merupakan karakteristik dari
orang-orang, benda-benda, atau keadaan yang mempunyai nilai-nilai yang berbeda,
seperti misalnya, usia, jenis kelamin, dan lain sebagainya.
2. Perhatian terhadap Masyarakat Sebelum Comte
Seorang filsuf Barat yang untuk pertama kalinya menelaah masyarakat secara
sistematis adalah Plato (429-347 SM), seorang filsuf Romawi. Sebetulnya Plato
bermaksud untuk merumuskan suatu teori tentang bentuk negara yang dicita-citakan,
yang organisasinya didasarkan pada pengamatan kritis terhadap sistem-sistem sosial
yang ada pada zamannya. Plato menyatakan bahwa masyarakat sebenarnya merupakan
refleksi dari manusia perorangan. Suatu masyarakat akan mengalami kegoncangan,
sebagaimana halnya manusia perorangan yang terganggu keseimbanga.
Jiwanya yang terdiri dari tiga unsur yaitu nafsu, semangat dan inteligensia.
Inteligensia merupakan unsur pengendali, sehingga suatu negara seyogyanya juga
merupakan refleksi dari ketiga unsur yang berimbang atau serasi tadi.
Aristoteles (384-322 SM) mengikuti sistem analisis secara organis dari Plato.
Di dalam bukunya Politics, Aristoteles mengadakan suatu analisis mendalam terhadap
lembaga-lembaga politik dalam masyarakat. Pengertian politik digunakannya dalam
arti luas mencakup juga berbagai masalah ekonomi dan sosial. Sebagaimana halnya
dengan Plato, perhatian Aristoteles terhadap biologi telah menyebabkannya
mengadakan suatu analogi antara masyarakat dengan organisme biologis manusia. Di
samping itu, Aristoteles menggarisbawahi kenyataan bahwa basis masyarakat adalah
moral (etika dalam arti yang sempit).
Pada dasarnya terdapat dua jenis cara kerja atau metode, yaitu metode kualitatif dan
metode kuantitatif. Metode kualitatif mengutamakan bahan yang sukar dapat diukur
dengan angka-angka atau dengan ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak, walaupun
bahan-bahan tersebut terdapat dengan nyata di dalam masyarakat. Di dalam metode
kualitatif termasuk metode historis dan metode komparatif, keduanya dikombinasikan
menjadi historis- komparatif. Metode historis menggunakan analisis atas peristiwa-
peristiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum. Seorang sosiolog
yang ingin menyelidiki akibat-akibat revolusi (secara umum) akan mempergunakan
bahan-bahan sejarah untuk meneliti revolusi-revolusi penting yang terjadi dalam masa
yang silam.
Metode komparatif mementingkan perbandingan antara bermacam-macam
masyarakat beserta bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan-perbedaan dan
persamaan-persamaan serta sebab-sebabnya. Perbedaan-perbedaan dan persamaan-
persamaan tersebut bertujuan untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk mengenai perilaku
masyarakat pada masa silam dan masa sekarang, dan juga mengenai masyarakat-
masyarakat yang mempunyai tingkat peradaban yang berbeda atau yang sama.
Metode studi kasus (case study) bertujuan untuk mempelajari sedalam-dalamnya
salah satu gejala nyata dalam kehidupan masyarakat. Studi kasus dapat digunakan untuk
menelaah suatu keadaan, kelompok, masyarakat setempat (community), lembaga-
lembaga maupun individuindividu. Dasarnya adalah bahwa penelaahan suatu persoalan
khusus yang merupakan gejala umum dari persoalan-persoalan lainnya dapat
menghasilkan dalil-dalil umum. Alat-alat yang dipergunakan oleh metode studi kasus
adalah misalnya wawancara (interview), pertanyaan-pertanyaan (questionnaires), dari
daftar pertanyaan-pertanyaan (schedules), participant observer technique, dan lain-lain.
Teknik wawancara sering kali dipakai apabila diperlukan data penting dari masyarakat
lain. Teknik wawancara dapat dilaksanakan secara tidak tersusun dan secara tersusun.
Pada yang pertama, penyelidik menyerahkan pembicaraan kepada orang yang diajak
berwawancara, sedangkan pada yang terakhir, penyelidik yang memimpin pembicaraan.
Dalam participant observer technique, penyelidik ikut serta dalam kehidupan sehari-
hari dari kelompok sosial yang sedang diselidikinya. Dalam hal ini penyelidik akan
berusaha sedapat-dapatnya untuk tidak memengaruhi pola-pola kehidupan masyarakat
yang sedang diselidikinya. Metode kualitatif tersebut dalam istilah bahasa Jerman dapat
dinamakan sebagai metode berdasarkan verstehen (artinya pengertian).
Metode kuantitatif mengutamakan bahan-bahan keterangan dengan angka-angka,
sehingga gejala-gejala yang diteliti dapat diukur dengan mempergunakan skala-skala,
indeks, tabel, dan formulaformula yang semuanya mempergunakan ilmu pasti atau
matematika. Metode yang termasuk jenis metode kuantitatif adalah metode statistik yang
bertujuan menelaah gejala-gejala sosial secara matematis. Akhirakhir ini dihasilkan suatu
teknik yang dinamakan Sociometry yang berusaha meneliti masyarakat secara kuantitatif.
Sociometry mempergunakan skala-skala dan angka-angka untuk mempelajari hubungan-
hubungan antarmanusia dalam masyarakat. Jadi sociometry adalah himpunan
konsepkonsep dan metode-metode yang bertujuan untuk menggambarkan dan meneliti
hubungan-hubungan antarmanusia dalam masyarakat secara kuantitatif.
Ada dua metode dalam Sosiologi:
1. Kualitatif: tidak bisa diukur dengan angka tetapi nyata dalam masyarakat (metode
historis, komparatif)
2. Kuantitatif: bisa diukur dengan angka, dengan mempergunakan skala, indeks, tabel
dan formula (metode statistik, sociometry)
Metode lainnya:
1. Deduktif: berdasarkan hal-hal yang bersifat umum kemudian ditarik ke hal-hal
yang lebih khusus
2. Induktif: berdasarkan hal-hal yang khusus kemudian diambil generalisasinya.
Sudah menjadi sifat ilmu pengetahuan bahwa apabila teori-teor dalam ilmu
pengetahuan tersebut meningkat semakin dalam dan tinggi maka akan timbul spesialisasi-
spesialisasi ilmu pengetahuan. Di dalam perkembangan ilmu sosiologi tampak
kecenderungan bahwa ilmu tersebut di dalam taraf pertama dapat dibeda-bedakan
menurut metode
A. Pengantar
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses
sosial) karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas
sosial. Bentuk lain proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi
sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang
bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan,
saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu
merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial. Walaupun orang-orang yang bertemu muka
tersebut tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial
telah terjadi, karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan
perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orangorang yang bersangkutan,
yang disebabkan oleh misalnya bau keringat, minyak wangi, suara berjalan, dan
sebagainya. Semuanya itu menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang, yang
kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya.
Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat,
yaitu:
1. Adanya kontak sosial (social-contact)
2. Adanya komunikasi.
Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau CUM (yang artinya bersama-sama)
dan tango (yang artinya menyentuh). Jadi, artinya secara harfiah adalah bersama-sama
menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah.
Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena orang
dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, seperti
misalnya, dengan cara berbicara dengan pihak lain tersebut.
Pentingnya kontak dan komunikasi bagi terwujudnya interaksi sosial dapat diuji
terhadap suatu kehidupan yang terasing (isolation). Kehidupan terasing yang sempurna
ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengadakan interaksi sosial dengan pihak-pihak
lain. Sudah tentu seseorang yang hidup terasing sama sekali dapat melakukan
tindakantindakan, misalnya terhadap alam sekitarnya, tetapi hal itu tak akan mendapatkan
tanggapan apa-apa.
Kehidupan terasing dapat disebabkan karena secara badaniah seseorang sama sekali
diasingkan dari hubungan dengan orang-orang lainnya. Padahal, seperti diketahui,
perkembangan jiwa seseorang banyak ditentukan oleh pergaulannya dengan orang-orang
lain. Banyak contoh, di mana anak-anak yang sejak kecil diasingkan dari pergaulan
dengan orangorang lain mempunyai kelakuan yang mirip dengan hewan. Mereka tak
dapat berbicara dan tak dapat berperilaku sebagai manusia biasa. Secara fisik saja mereka
tampaknya sebagai manusia, tetapi perkembangan jiwanya jauh terbelakang. Dalam salah
sebuah karangannya, Kingsley Davis pernah menelaah perihal seorang anak usia lima
tahun (namanya Anna) yang selama hampir seluruh usianya disekap dalam sebuah kamar
kecil di atas loteng di sebuah rumah petani di Pennsylvania.¹¹ Anak yang bernama Anna
tersebut menunjukkan sifat-sifat yang berlainan sama sekali dengan anak lain yang
seusia; dia tak dapat jalan, tak dapat mendengar dengan sempurna, tak dapat makan
seperti manusia dan seterusnya.
Terasingnya seseorang dapat pula disebabkan oleh karena cacat pada salah-satu
indranya. Seseorang yang sejak kecil buta dan tuli, misalnya, mengasingkan dirinya dari
pengaruh-pengaruh kehidupan yang tersalur melalui kedua indra tersebut. Dari beberapa
hasil penyelidikan ternyata bahwa kepribadian orang-orang demikian mengalami banyak
penderitaan sebagai akibat kehidupan terasing karena cacat indra itu. Orang-orang cacat
tersebut akan mengalami perasaan rendah diri, karena kemungkinankemungkinan untuk
mengembangkan kepribadiannya seolah-olah terhalang dan bahkan sering kali tertutup
sama sekali.
Dari uraian di atas jelas bahwa asimilasi terkait erat dengan pengembangan
sikap-sikap dan cita-cita yang sama. Di dalam proses tersebut, ada beberapa
bentuk interaksi sosial yang memberi arah ke suatu proses asimilasi (interaksi
yang asimilatif) bila memiliki syarat-syarat berikut ini.
A. Pengantar
Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, namun mengapa harus hidup
bermasyarakat? Seperti diketahui manusia pertama, Adam, telah ditakdirkan untuk hidup
bersama dengan manusia lain, yaitu istrinya yang bernama Hawa. Banyak cerita tentang
manusia yang hidup menyendiri seperti Robinson Crusoe. Akan tetapi, pengarangnya tak
dapat membuat suatu penyelesaian tentang hidup seorang diri tadi karena kalau dia mati
berarti riwayatnya pun akan habis pula. Maka, kemudian muncullah tokoh “Friday”
sebagai teman Robinson Crusoe. Walaupun temannya itu pria juga, hal itu membuktikan
bahwa pengarang sudah mempunyai perasaan tentang kehidupan bersama antarmanusia.
Begitu pula tokoh Tarzan di dalam film. Ia diberi pasangan seorang wanita sebagai teman
hidupnya, yang kemudian berketurunan pula, dan seterusnya. Apabila kita membaca
cerita-cerita dari dunia wayang, tokoh-tokoh seperti Arjuna yang sering bertapa dan
menyendiri akhirnya kembali pada saudara-saudaranya. Bertapa dan menyendiri hanyalah
untuk sementara dan bersifat temporer.