Anda di halaman 1dari 28

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ini disajikan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Bangsal I, II,

III, PAV di RSUD Kudus, mulai tanggal 13 desember 2016 sampai dengan 10 januari

2017; yang meliputi gambaran umum tempat pengambilan data, gambaran

karakteristik responden, gambaran tingkat kepuasan pasien dan analisis hubungan

penerapan model asuhan keperawatan profesional tim dengan kepuasan pasien.

Untuk mengetahui signifikansi atau hubungan antara variabel dilakukan uji

statistik korelasi(sperman’s rho) dengan fasilitas komputer SPSS versi 22 dengan

tingkat kemaknaan p ≤ 0,05, ketentuan terhadap penerimaan dan penolakan hipotesis

apabila signifikansi p ≤ 0,05, maka Hi diterima dan Ho ditolak, apabila p > 0,05

maka Hi ditolak dan Ho diterima. (Sugioyono dan Eri, 2000).

5.1 Hasil

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Kudus yang merupakan Rumah Sakit

pemerintah. ini terdapat 10 ruangan rawat inap dimana kapasitas total semuanya

mencapai 313 tempat tidur dengan BOR tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Jumlah BOR RSUD Kudus Kediri, 2016


BULAN BOR
Januari 88%
Februari 91 %
Maret 89 %
April 90 %
Mei 91 %
Juni 90%
Mei 90 %

47
Dalam penelitian ini difokuskan ke Bangsal I, II, III, PAV di RSUD Kudus,

dengan kapasitas 313 tempat tidur, dengan rata- rata jumlah pasien 97 pasien

perharinya.

5.1.2 Karakteristik Demografi Responden Pasien

5.2.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Gambar 5.1 Diagram Karakteristik Responden Pasien Berdasarkan Kelompok


Umur di Bangsal I, II, III, PAV tanggal 13 Desember 2016 sampai 10
Januari 2017 di RSUD Kudus,

Berdasarkan diagram diatas terlihat bahwa sebagian besar responden yaitu

merupakan kelompok usia 40 - 50 tahun dengan jumlah 38 responden (48,72 %), dan

yang merupakan jumlah yang paling sedikit adalah kelompok usia 30 – 40 tahun

dengan jumlah 17 responden (21,79 %).

5.2.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat pendidikan

Gambar 5.2 Diagram Karakteristik Responden Pasien Berdasarkan Tingkat


Pendidikan di Bangsal I, II, III, PAV tanggal 13 Desember 2016
sampai 10 Januari 2017di RSUD Kudus,.
Pada diagram diatas terlihat bahwa tingkat pendidikan terbanyak dari

responden adalah tingkat pendidikan SMP sebanyak 23 responden (29,48%) dan

sedangkan yang merupakan jumlah yang paling kecil dengan pendidikan PT

sebanyak 15 responden (19,23%).

5.2.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Gambar 5.3 Diagram pie Karakteristik Responden Pasien Berdasarkan Pekerjaan


di Bangsal I, II, III, PAV tanggal 13 Desember 2016 sampai 10
Januari 2017 di RSUD Kudus,
Dari diagram diatas tampak gambaran bahwa sebagian besar responden

pekerjaannya sebagai SWASTA yaitu 54 responden (69,23%), dan pekerjaan yang

tidak dimiliki oleh responden yaitu sebagai ABRI.

5.2.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 5.4 Diagram pie Karakteristik Responden Pasien Berdasarkan Jenis


Kelamin di Bangsal I, II, III, PAV tanggal 13 Desember 2016 sampai
10 Januari 2017di RSUD Kudus
Diagram diatas tampak gambaran bahwa sebagian besar responden Jenis

Kelamin sebagai LAKI – LAKI sebanyak 40 responden (51,82%).

5.2.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Rawat

Gambar 5.5 Diagram pie Karakteristik Responden Pasien Berdasarkan Lama Rawat
di Bangsal I, II, III, PAV tanggal 13 Desember 2016 sampai 10
Januari 2017di RSUD Kudus

Berdasarkan Lama Rawat pasien yang di Rumah Sakit sebagian besar 3 –7

hari rawat inap dengan 70 responden (89,70%).

5.1.3 Karakteristik Demografi Responden Perawat

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin


Gambar 5.6 Diagram pie Karakteristik Responden Perawat Berdasarkan Jenis
Kelamin di Bangsal I, II, III, PAV tanggal 13 Desember 2016 – 15
Januari 2017 di RSUD Kudus.

Diagram pie diatas menunjukkan bahwa perawat yang bertugas di ruangan

penelitian sebagian besar berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 61 perawat

(89,70%).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Gambar 5.7 Diagram pie Karakteristik Responden Perawat Berdasarkan Umur di


Bangsal I, II, III, PAV tanggal 13 Desember 2016 – 15 Januari 2017
di RSUD Kudus.

Pada diagram pie diatas menunjukkan bahwa perawat yang bertugas di ruangan

penelitian sebagian besar berumur 31-40 tahun dengan jumlah 40 perawat

(58,82%), dan yang merupakan kelompok yang paling kecil adalah mereka yang baru

lulus kontrak pegawai umur >51 tahun sebanyak 3 perawat (4,41%).

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Status Perkawinan


Gambar 5.8 Diagram pie Karakteristik Responden Perawat Berdasarkan Status
Perkawinan di Bangsal I, II, III, PAV tanggal 13 Desember 2016 – 15
Januari 2017 di RSUD Kudus.

Menurut diagram pie diatas menunjukkan bahwa perawat yang bertugas di

ruangan penelitian sebagian besar telah menikah dengan jumlah 51 perawat (75%).

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Pendidikan Profesi

Gambar 5.9 Diagram pie Karakteristik Responden Perawat Berdasarkan Pendidikan


Profesi di Bangsal I, II, III, PAV tanggal 13 Desember 2016 – 15
Januari 2017 di RSUD Kudus.

Pada diagram pie diatas menunjukkan bahwa perawat yang bertugas di ruangan

penelitian sebagian besar berpendidikan SPK dengan jumlah 50 perawat (73,52%).

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Status Kepegawaian

Gambar 5.10 Diagram pie Karakteristik Responden Perawat Berdasarkan Status


Kepegawaian di Bangsal I, II, III, PAV tanggal 13 Desember 2016 –
15 Januari 20017di RSUD Kudus.
Pada diagram pie diatas menunjukkan bahwa perawat yang bertugas di ruangan

penelitian sebagian besar berstatus sebagai pegawai tetap dengan jumlah 50 perawat

(73,52%).

6. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Masa Kerja

Gambar 5.11 Diagram pie Karakteristik Responden Perawat Berdasarkan Masa


Kerja di Bangsal I, II, III, PAV tanggal 13 Desember 2016 – 15
Januari 20017di RSUD Kudus.

Pada diagram pie diatas menunjukkan bahwa perawat yang bertugas di ruangan

penelitian sebagian besar sedah bekerja 11 – 50 tahun dengan jumlah 30 perawat

(44,11%), dan yang paling sedikit masa kerjanya yaitu mereka yang baru

menyeesaikan masa kontrak >16 tahun sebanyak 3 perawat (4,41%).

5.1.4 Variabel Yang Diukur

1. Tanggung jawab perawat dalam penerapan MAKP Tim.

1) Tanggung Jawab Kepala Ruangan


Gambar 5.12 Diagram pie Tanggung Jawab Kepala Ruangan di Bangsal I, II, III,
PAV – I, PAV– II tanggal 13 Desember 2016 – 15 Januari 20017di
RSUD Kudus.

Tanggung jawab kepala ruangan dalam penerapan Model Asuhan Keperawatan

Profesional Tim di RSUD Kudus terutama di Ruang Bangsal I, II, III, PAV

dijalankan dengan baik (60,00%).

2) Tanggung Jawab Ketua Tim

Gambar 5.13 Diagram pie Tanggung Jawab Ketua Tim di Bangsal I, II, III, PAV –
I, PAV– II tanggal 13 Desember 2016 – 15 Januari 20017di RSUD
Kudus.

Tanggung jawab ketua tim dalam penerapan Model Asuhan Keperawatan

Profesional Tim di RSUD Kudus terutama di Ruang Bangsal I, II, III, PAV

dijalankan dengan baik (70,00%).

3) Tanggung Jawab Anggota Tim

Gambar 5.14 Diagram pie Tanggung Jawab Anggota Tim di Bangsal I, II, III,
PAV – I, PAV– II tanggal 13 Desember 2016 – 15 Januari 20017di
RSUD Kudus.
Tanggung jawab anggota tim dalam penerapan Model Asuhan Keperawatan

Profesional Tim di RSUD Kudus terutama di Ruang Bangsal I, II, III, PAV

dijalankan dengan baik (55,80%).

2. Kepuasan Pasien Di RSUD Kudus

Gambar 5.15 Diagram pie kepuasan pasien di Bangsal I, II, III, PAV tanggal 13
Desember 2016 – 15 Januari 20017di RSUD Kudus.

Melihat pada diagram pie diatas bahwa pasien yang dirawat di RSUD Kudus

terutama di Ruang Bangsal I, II, III, PAV sebagian besar menyatakan kepuasan pada

setiap pelaksanaan keperawatan yang telah dilakukan, dengan Jumlah 46 pasien

(59,0%), dan yang paling rendah hanya menunjukkan 10,20% dengan jumlah 8

pasien.

3. Hubungan Tanggung Jawab Perawat Dengan Kepuasan Pasien

1) Hubungan antara Tanggung Jawab Kepala Ruangan dengan Kepuasan

Pasien.

Hubungan antara Tanggung Jawab Kepala Ruangan dengan Kepuasan Pasien dapat

digambarkan tabel sebagai berikut :

Tabel 5.2 : Hubungan antara Tanggung Jawab Kepala Ruangan dengan Kepuasan
Pasien di Bangsal I, II, III, PAV tanggal 13 desember 2016 sampai dengan
10 januari 2017 di RSUD Kudus
Kepuasan Pasien Total
Tinggi Sedang Rendah
F % F % F % F %

Baik 2 40% 1 20% 0 0% 3 60%


Sedang 0 0% 1 20% 0 0% 1 20%
Kurang 0 0% 0 0% 1 20% 1 20%
2 40% 2 40% 1 20% 5 100%
Koefesiensi korelasi : 0,975
Total
Signifikan (p) : 0.005

Berdasarkan Tabel di atas terdapat hubungan yang sangat kuat antara

Tanggung Jawab Kepala Ruangan dengan Kepuasan Pasien. Hal ini ditunjukkan

dengan uji hubungan didapatkan nilai kemaknaan p = 0,005 dengan nilai koefesiensi

korelasi = 0,975 yang berarti semakin baik tanggung jawab kepala ruangan semakin

tinggi kepuasan pasien yang dirasakan.

2) Hubungan antara Tanggung Jawab Ketua Tim dengan Kepuasan

Pasien.

Hubungan antara Tanggung Jawab Ketua Tim dengan Kepuasan Pasien. dapat

digambarkan tabel sebagai berikut :

Tabel 5.3 : Hubungan antara Tanggung Jawab Ketua Tim dengan Kepuasan Pasien di
Bangsal I, II, III, PAV tanggal 13 desember 2016 sampai dengan 10 januari
20017di RSUD Kudus
Kepuasan Pasien
Tanggung Jawab Total
Tinggi Sedang Rendah
Ketua Tim F % F % F % F %
Baik 10 50% 4 20% 0 0% 14 70%
Sedang 0 0% 3 15% 0 0% 3 15%
Kurang 0 0% 0 0% 3 15% 3 15%
10 50% 7 35% 3 15% 20 100%
Total Koefesiensi korelasi : 0.927
Signifikan (p) : 0.000
Tabel di atas menjelaskan hubungan yang sangat kuat antara Tanggung Jawab

Ketua Tim dengan Kepuasan Pasien. Hal tersebut diketahui dari hasil uji hubungan

didapatkan nilai kemaknaan p = 0,000 dengan nilai koefesiensi korelasi = 0,927, ini

menunjukkan semakin baik tanggung jawab Ketua Tim semakin tinggi kepuasan

pasien yang dirasakan.

3) Hubungan antara Tanggung Jawab Anggota Tim dengan Kepuasan

Pasien.

Hubungan antara Tanggung Jawab Anggota Tim dengan Kepuasan Pasien dapat

digambarkan tabel sebagai berikut :

Tabel 5.4: Hubungan antara Tanggung Jawab Anggota Tim dengan Kepuasan Pasien
di Bangsal I, II, III, PAV tanggal 13 desember 2016 sampai dengan 10
januari 2017 di RSUD Kudus
Kepuasan Pasien
Tanggung Jawab Total
Tinggi Sedang Rendah
Anggota Tim F % F % F % F %
Baik 17 39,5% 7 16,3% 0 0% 24 55,8%
Sedang 6 14,0% 4 9,3% 2 4,7% 12 27,9%
Kurang 0 0% 3 7,0% 4 9,3% 7 16,3%
23 53,5% 14 32,6% 6 14% 43 100%
Total Koefesiensi korelasi : 0.591
Signifikan (p) : 0.000

Pada Tabel di atas menjelaskan hubungan yang sangat kuat antara Tanggung

Jawab Anggota Tim dengan Kepuasan Pasien. Hal tersebut diketahui dari hasil uji

hubungan yang didapatkan nilai kemaknaan p = 0,000 dengan nilai koefesiensi

korelasi = 0, 591. Hal ini menunjukkan semakin baik tanggung jawab Anggota Tim

semakin tinggi kepuasan pasien yang dirasakan.


4. Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim di RSUD

Kudus.

1) Timbang Terima

Penerapan MAKP Tim dalam pelaksanaan timbang terima di RSUD Kudus

digambarkan pada digram berikut ini:

Gambar 5.16 Diagram cones pelaksanaan timbang terima di Bangsal I, II, III,
PAV tanggal 3 Desember 2016 – 15 Januari 2017 di RSUD
Kudus.

Pada diagram cones diatas bahwa pelaksanaan timbang terima di RSUD

Kudus berjalan belum optimal hanya mencapai taraf sedang (60%).

2) Sentralisasi Obat

Penerapn MAKP Tim dalam pelaksanaan sentralisasi obat di RSUD Kudus

digambarkan pada digram berikut ini:

Gambar 5.17 Diagram cones pelaksanaan sentralisasi obat di Bangsal I, II, III,
PAV tanggal 3 Desember 2016 – 15 Januari 2017 di RSUD
Kudus.
Menurut diagram cones diatas bahwa pelaksanaan sentralisasi obat

dilaksanakan dengan baik (100%).

3) Dokumentasi Keperawatan

Penerapn MAKP Tim dalam pelaksanaan dokumentasi keperawatan di RSUD

Kudus digambarkan pada digram berikut ini:

Gambar 5.18 Diagram cones pelaksanaan dokumentasi keperawatan di


Bangsal I, II, III, PAV tanggal 3 Desember 2016 – 15 Januari
2017 di RSUD Kudus.

Diagram cones diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan dokumentasi

keperawatan masih jauh dari yang diharapkan yaitu kurang (65,40%).

4) Supervisi

Penerapan MAKP Tim dalam pelaksanaan Supervisi di RSUD Kudus

digambarkan pada digram berikut ini:

Gambar 5.19 Diagram cones pelaksanaan supervisi di Bangsal I, II, III, PAV
tanggal 3 Desember 2016 – 15 Januari 2017 di RSUD Kudus.
Berdasarkan diagram cones diatas bahwa pelaksanaan supervisi berjalan

dengan baik (60%%).

5. Hubungan antara Pelaksanaan Timbang Terima dengan Kepuasan

Pasien.

Hubungan antara Pelaksanaan Timbang Terima dengan Kepuasan Pasien dapat

digambarkan tabel sebagai berikut :

Tabel 5.5 Hubungan antara Pelaksanaan Timbang Terima dengan Kepuasan Pasien
di Bangsal I, II, III, PAV tanggal 13 desember 2016 sampai dengan 10
januari 20017di RSUD Kudus
Kepuasan Pasien
Pelaksanaan Total
Tinggi Sedang Rendah
Timbang Terima F % F % F % F %
Baik 2 40% 0 0% 0 0% 2 40%
Sedang 0 0% 2 40% 1 20% 3 60%
Kurang 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%
2 40% 2 40% 1 20% 5 100%
Koefesiensi korelasi : 0.975
Total
Signifikan (p) : 0.005

Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara

Pelaksanaan Timbang Terima dengan Kepuasan Pasien. Hal tersebut diketahui dari

hasil uji hubungan yang didapatkan nilai kemaknaan p = 0,005 dengan nilai

koefesiensi korelasi = 0,975, yang berarti semakin baik Pelaksanaan Timbang Terima

semakin tinggi kepuasan pasien yang dirasakan, tetapi dalam pelaksanaan ini belum

berjalan dengan maksimal hal ini dapat dilihat bahwa pelaksanaan timbang terima

berada dalam taraf sedang dengan jumlah 3 (60%), sehingga ini mempengaruhi

kepuasan pasien.
6. Hubungan antara Pelaksanaan Sentralisasi Obat dengan Kepuasan

Pasien.

Hubungan antara Pelaksanaan Sentralisasi Obat dengan Kepuasan Pasien dapat

digambarkan tabel sebagai berikut :

Tabel 5.6 Hubungan antara Pelaksanaan Sentralisasi Obat dengan Kepuasan Pasien
di Bangsal I, II, III, PAV tanggal 13 desember 2016 sampai dengan 10
januari 20017di RSUD Kudus
Kepuasan Pasien
Pelaksanaan Total
Tinggi Sedang Rendah
Sentralisasi Obat
F % F % F % F %
Baik 2 40% 2 40% 1 20% 5 100%
Sedang 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%
Kurang 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%
2 40% 2 40% 1 20% 5 100%
Koefesiensi korelasi : 0.975
Total
Signifikan (p) : 0.005

Menurut Tabel di atas menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara

Pelaksanaan Sentralisasi Obat dengan Kepuasan Pasien. Hal ini diketahui dari hasil

uji hubungan yang didapatkan nilai kemaknaan p = 0,005 dengan nilai koefesiensi

korelasi = 0,975, yang berarti semakin baik Pelaksanaan Sentralisasi Obat semakin

tinggi kepuasan pasien yang dirasakan.

7. Hubungan antara Pelaksanaan Dokumentasi Keperawatan dengan

Kepuasan Pasien.

Hubungan antara Pelaksanaan Dokumentasi Keperawatan dengan Kepuasan Pasien

dapat digambarkan tabel sebagai berikut :

Tabel 5.7 Hubungan antara Pelaksanaan Dokumentasi Keperawatan dengan


Kepuasan Pasien di Bangsal I, II, III, PAV tanggal 13 desember 2016
sampai dengan 10 januari 20017di RSUD Kudus
Pelaksanaan Kepuasan Pasien
Total
Dokumentasi Tinggi Sedang Rendah
Keperawatan F % F % F % F %
Baik 5 6,4% 0 0% 0 0% 5 6,4%
Sedang 17 21,8% 5 6,4% 0 0% 22 28,2%
Kurang 24 30,8% 19 24,4% 8 10,3% 51 65,4%
46 59% 24 30.8% 8 10.3% 78 100%
Koefesiensi korelasi : 0.401
Total
Signifikan (p) : 0.000

Pada Tabel di atas menunjukkan hubungan sangat kuat antara Pelaksanaan

Dokumentasi Keperawatan dengan Kepuasan Pasien. Hal ini diketahui dari hasil uji

hubungan yang didapatkan nilai kemaknaan p= 0,000 dengan nilai koefesiensi

korelasi = 0,401, yang berarti menunjukkan semakin baik Pelaksanaan Dokumentasi

Keperawatan semakin tinggi kepuasan pasien yang dirasakan. Tetapi 51 responden

(65,4%) menyatakan kurang puas dalam pelaksanaan dokumentasi keperawatan.

8. Hubungan antara Pelaksanaan Supervisi dengan Kepuasan Pasien.

Hubungan antara Pelaksanaan Supervisi dengan Kepuasan Pasien dapat digambarkan

tabel sebagai berikut :

Tabel 5.8 Hubungan antara Pelaksanaan Supervisi dengan Kepuasan Pasien di


Bangsal I, II, III, PAV tanggal 13 desember 2016 sampai dengan 10
januari 20017di RSUD Kudus
Kepuasan Pasien
Pelaksanaan Total
Tinggi Sedang Rendah
Supervisi F % F % F % F %
Baik 2 40% 1 20% 0 0% 3 60%
Sedang 0 0% 1 20% 0 0% 1 20%
Kurang 0 0% 0 0% 1 20% 1 20%
2 40% 2 40% 1 20% 5 100%
Total Koefesiensi korelasi : 0.975
Signifikan (p) : 0.005

Dari Tabel di atas terdapat hubungan yang sangat kuat antara Pelaksanaan

Supervisi dengan Kepuasan Pasien. Hal tersebut diketahui dari hasil uji hubungan
yang didapatkan nilai kemaknaan p = 0,005 dengan nilai koefesiensi korelasi =

0,975. Hal ini menunjukkan semakin baik Pelaksanaan Supervisi semakin tinggi

kepuasan pasien yang dirasakan.

5.2 Pembahasan

Setelah dilakukan analisa data dan melihat hasilnya, maka ada beberapa hal

yang akan dibahas, yaitu ;tanggung jawab kepala ruangan , ketua tim, anggota tim,

supervisi, timbang terima, sentralisasi obat dan dokumentasi keperawatan dengan

kepuasan pasien. Untuk mengidentifikasi hubungan faktor-faktor tersebut peneliti

menggunakan uji statistik korelasi (sperman’s rho) dengan tingkat kemaknaan p ≤

0,05.

5.2.1 Tanggung jawab perawat dalam penerapan MAKP Tim

Tanggung jawab perawat di RSUD Kudus terutama pada ruangan Bangsal I,

II, III, PAV menunjukkan tanggung jawab dijalankan dengan baik (55,80% – 70%).

Dari fakta diatas menurut Douglas, 1984 menyatakan bahwa asuhan

keperawatan yang sudah direncanakan dengan baik akan menimbulkan motivasi dan

rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga akan membuat mutu asuhan

keperawatan meningkat, yang tentunya akan membuat pasien merasa mendapatkan

kepuasan.
Tanggung jawab perawat harus dijalankan dengan maksimal dan teliti,

sehingga perlu adanya motivasi dari atasan supaya pelaksanaan tanggung jawab

perawat tersebut berjalan dengan baik. Dalam melaksanakan kegiatan sehari – hari

perawat di RS. Baptis Kediri sudah menjalankan dengan baik tanggung jawabnya.

Semakin baik tanggung jawab perawat semakin tinggi pula asuhan keperawatan yang

diberikan terutama dalam pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim.

5.2.2 Kepuasan Pasien Di RSUD Kudus

Melihat dari penelitian ini bahwa pasien yang dirawat di RSUD Kudus

terutama di Ruang Bangsal I, II, III, PAV sebagian besar menyatakan puas (59%).

Menurut Muninjaya (2004) bahwa kepuasan pasien akan tercapai bila diperoleh hasil

yang optimal bagi setiap pasien dan pelayanan kesehatan memperhatikan pasien dan

keluarganya, ada perhatian terhadap keluhan, kondisi lingkungan fisik dan tanggap

kepada kebutuhan pasien sehingga tercapai keseimbangan yang sebaik-baiknya

antara tingkat rasa puas dan derita serta jerih payah yang harus dialami guna

memperoleh hasil tersebut. Dalam kepuasan suatu pelayanan di rumah sakit hal ini

dipengaruhi karena adanya komunikasi, Empati, biaya, tangibility, assurance,

reability, dan responsiveness. Sehingga apabila sudah tercapai kepuasan pasien maka

akan meningkat pula pendapatan Rumah Sakit.

5.2.3 Hubungan Tanggung Jawab Perawat Dengan Kepuasan Pasien

1. Hubungan antara tanggung jawab kepala ruangan dengan kepuasan pasien.

Tanggung Jawab Kepala Ruangan mempunyai hubungan yang sangat kuat

dengan Kepuasan Pasien( r = 0,975). Kepuasan dirasakan pasien dari tanggung


jawab kepala ruangan dalam hal perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan. Semakin baik tanggung jawab kepala ruangan semakin tinggi kepuasan

pasien yang dirasakan.

Menurut Kron & Gray (1987) bahwa peran kepala ruangan dalam penerapan

model asuhan keperawatan profesional Tim ini sangat penting dan besar, sehingga

melalui rasa tanggung jawab yang tinggi membuat mutu asuhan keperawatan

meningkat dan tentunya mengakibatkan kepuasan pasien bertambah.

Tanggung jawab Kepala Ruangan mempunyai hubungan yang sangat kuat

dengan kepuasan pasien. Hal ini menunjukkan bahwa tanggung jawab kepala

ruangan di RS. Baptis Kediri dijalankan dengan baik dan mempengaruhi kepuasan

pasien yang tinggi. Mutu asuhan keperawatan yang baik apabila semua tugas yang

dilimpahkan dapat dijalankan dengan baik Tanggung jawab kepala ruangan di RS.

Baptis Kediri yang baik dilakukan dalam hal perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan. Perencanaan disini yaitu mengatur dan mengendalikan

asuhan keperawatan, pengorganisasian disini dalam hal mengendalikan tenaga

keperawatan, pengarahan dalam hal meningkatkan kolaburasi antar tim, sedangkan

untuk pengawasan dalam hal supervisi kepada setiap anggota perawatan yang bekerja

di ruangan tersebut. Semakin baik tanggung jawab kepala ruangan (perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan) dijalankan, maka kepuasan pasien

semakin tinggi pula.

2. Hubungan antara tanggung jawab ketua tim dengan kepuasan pasien

Melalui penelitian ini dapat dianalisa bahwa didapatkan hubungan yang

sangat kuat antara Tanggung Jawab ketua tim dengan Kepuasan Pasien (r=0,927).
Hal ini menunjukkan semakin baik tanggung jawab ketua tim semakin tinggi

kepuasan pasien yang dirasakan.

Menurut Kron & Gray (1987) bahwa peran ketua tim dalam penerapan model

asuhan keperawatan profesional Tim ini sangat penting dan besar terutama dalam

mengunakan tehnik kepemimpinan, sehingga melalui rasa tanggung jawab yang

tinggi membuat mutu asuhan keperawatan meningkat dan tentunya mengakibatkan

kepuasan pasien tinggi.

Tanggung jawab ketua tim mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan

kepuasan pasien. Hal ini mempunyai arti bahwa tanggung jawab ketua tim di RSUD

Kudus dijalankan dengan baik yang tentunya akan mempunyai dampak terhadap

kepuasan pasien yang semakin tinggi pula. Mutu asuhan keperawatan yang baik

apabila semua tugas yang dilimpahkan dapat dijalankan dengan baik Tanggung jawab

ketua tim dalam perencanaan, evaluasi, mengetahui kondisi pasien, menilai tingkat

kebutuhan pasien, mengembangkan kemampuan anggota dan menyelengarakan

konferensi. Semakin baik tanggung jawab ketua tim dijalankan, maka kepuasan

pasien semakin tinggi pula.

3. Hubungan antara tanggung jawab anggota tim dengan kepuasan pasien

Dengan penelitian ini menunjukkan bahwa didapatkan hubungan yang sangat

kuat antara Tanggung Jawab anggota tim dengan Kepuasan Pasien (r = 0,591). Hal

ini menunjukkan semakin baik tanggung jawab anggota tim semakin tinggi kepuasan

pasien yang dirasakan.

Menurut Kron & Gray (1987) bahwa peran anggota tim dalam penerapan

model asuhan keperawatan profesional Tim ini sangat penting dan besar terutama
dalam hal pelaksanaan kegitan keperawatan dan menghargai kepemimpinan dari

ketua tim, sehingga melalui rasa tanggung jawab yang tinggi membuat mutu asuhan

keperawatan meningkat dan tentunya mengakibatkan kepuasan pasien bertambah.

Tanggung jawab anggota tim mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan

kepuasan pasien. Hal ini mempunyai arti tanggung jawab anggota tim di RSUD

Kudus dijalankan dengan baik, sehingga mempengaruhi kepuasan pasien semakin

tinggi. Mutu asuhan keperawatan yang baik apabila semua tugas yang dilimpahkan

dapat dijalankan dengan baik. Tanggung jawab anggota tim disini dalam hal

memberikan asuhan keperawatan, kerjasama dengan anggota tim lain, dan

memberikan laporan. Semakin baik tanggung jawab anggota tim dijalankan, maka

kepuasan pasien semakin tinggi pula.

5.2.4 Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim di RSUD Kudus

1. Timbang Terima

Pada penelitian ini didapatkan bahwa pelaksanaan timbang terima yang

diterapkan di RSUD Kudus berjalan dalam taraf sedang. Hal ini ditunjukkan dari 5

ruangan yang melaksanakan timbang terima hanya 2 ruangan yang menjalankan

dengan baik (40%).

Menurut Nursalam (2002) bahwa timbang terima merupakan cara

menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan,

sehingga dengan adanya laporan yang secara rutin membuat pelaksanaan

keperawatan menjadi maksimal.

Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanan timbang terima di RS. Baptis Kediri

masih kurang optimal. Kurangnya optimal penerapan timbang terima banyak


dipengaruhi faktor – faktor tertentu antara lain kurang fokusnya masalah pasien yang

di timbang terimakan, rencana kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya, belum

adanya diskusi saat akan melaksanakan timbang terima dan juga belum adanya

penulisan laporan timbang terima. Dengan pelaksanaan timbang terima di RSUD

Kudus yang demikian maka untuk mencapai mutu Asuhan keperawatan profesional

terutam tim belum berjalan dengan baik. Sehingga semakin baik pelaksanaan

timbang terima semakin baik pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional

Tim.

2. Sentralisasi Obat

Menurut peneltian ini didapatkan bahwa pelaksanaan sentralisasi obat di

RSUD Kudus dijalankan dengan baik. Hal ini ditunjukkan dari 5 ruangan yang

menjalankan sentralisasi obat semua berjalan dengan baik (100%).

Menurut Nursalam (2002) bahwa kontroling terhadap penggunaan dan

konsumsi obat, sebagai salah satu peran perawat perlu dilakukan dalam suatu pola/

alur yang sistematis sehingga penggunaan obat benar – benar dapat dikontrol oleh

perawat sehingga resiko kerugian baik secara materiil maupun secara non material

dapat dieliminir.

Pelaksanaan sentralisasi obat di RSUD Kudus dijalankan dengan baik dalam

hal penyediaan obat yang di sentralkan di keperawatan sehingga membuat pasien

merasa lebih mudah untuk mendapatkan obat tanpa harus mencari sendiri, dan hal ini

menurunkan juga biaya pengobatan karena obat yang disediakan sesuai dengan
jumlah yang diperlukan. Pengecekan obat yang dilakukan di RSUD Kudus secara

teliti dan setiap pagi dilakukan oleh perawat yang bertugas. Sehingga membuat

pelaksanaan sentralisasi obat semakin baik pula pelaksanaan MAKP Tim.

3. Dokumentasi Keperawatan

Melalui penelitian ini didapatkan bahwa pelaksanaan dokumentasi keperawatan

masih jauh dari kesempurnaan yaitu pada tingkat rendah. Hal ini ditunjukkan dari 78

responden lest pasien terdapat hanya 5 lest yang diisi dengan baik(6,4%).

Menurut Ratna Sitorus (2001) bahwa dokumentasi keperawatan merupakan unsur

penting dalam sistem pelayanan kesehatan. Karena adanya dokumentasi yang baik

informasi mengenai keadaan kesehatan pasien dapat diketahui secara

berkesinambungan.

Pelaksanaan dokumentasi keperawatan pada tingkat rendah. Hal ini menujukkan

bahwa dokumentasi keperawatan yang dijalankan di RSUD Kudus kurang optimal.

Kurangnya optimal dokumentasi keperawatan ini dipengarahui banyak faktor

diantaranya kurang pengetahuan perawat terhadap dokumentasi keperawatan yang

baik, manfaat dokumentasi keperawatan, dan tidak adanya motivasi dari atasan.

Padahal untuk menerapkan Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim perlu

adanya dokumentasi keperawatan yang baik, seperti semakin baik pelaksanaan

dokumentasi keperawatan semakin baik pula pelaksanaan MAKP Tim.

4. Supervisi
Berdasarkan penelitian ini dihasilkan bahwa pelaksanaan supervisi di RS.

Baptis kediri berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukkan dari 5 ruangan yang

menjalankan supervisi terdapat 3 ruangan yang menjalankan dengan baik (60%).

Menurut Nursalam (2002) bahwa supervisi merupakan suatu proses

pemberian sumber – sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas –

tugas dalam mencapai tujuan organisasi, dimana staf akan termotivasi apabila mereka

menerima sebagai suatu tantangan, oleh karena itu perlu perhatian dan bimbingan

khusus dalam membantu staf untuk menyelasaikan tugas yang dilimpahkan.

Supervisi yang dilakukan di RSUD Kudus sudah dijalankan dengan baik,

supervisi yang sudah dilakukan adalah pengawasan dilakukan secara langsung

maupun tidak langsung, mengecek dokumentasi keperawatan, mencari pemecahan

masalah, memantau hasil solusi, dan memberikan umpan balik kepada anggota. Hal

ini sebagai upaya untuk mengoptimalkan penerapan Model Asuhan Keperawatan

Profesional Tim.

5.2.5 Hubungan antara pelaksanaan timbang terima dengan kepuasan pasien.

Penelitian ini didapatkan hubungan yang sangat kuat antara pelaksanaan

timbang terima dengan Kepuasan Pasien (r = 0,975). Bahwa semakin bertambah

pelaksanaan timbang terima akan semakin bertambah kepuasan pasien. Tetapi

pelaksanaan timbang terima hanya mencapai tingkat sedang.

Menurut Nursalam (2002) bahwa timbang terima merupakan cara

menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan,

sehingga dengan adanya laporan yang secara rutin membuat pelaksanaan


keperawatan menjadi maksimal, yang tentunya akan membuat pasien merasa dilayani

dengan baik dan membuat pasien puas.

Hubungan yang sangat kuat antara pelaksanaan timbang teriam dengan

kepusan pasien ini menunjukkan bahwa pelaksanaan timbang terima di RSUD Kudus

belum dijalankan dengan optimal dan hanya mencapai tingkat sedang. Kurang

optimalnya pelaksanaan timbang terima dipengaruhi banyak faktor antara lain karena

pada waktu timbang terima masalah pasien yang disampaikan kurang terfokus,

rencana kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya, belum adanya diskusi saat akan

melaksanakan timbang terima dan juga belum adanya penulisan laporan timbang

terima. Apabila timbang terima yang diterapkan kurang terfokus pada masalah pasien

maka asuhan keperawatan yang diberikan juga tidak maksimal, sehingga

mempengaruhi kepuasan pasien. Karena semakin baik pelaksanaan timbang terima

semakin tinggi kepuasan pasien yang dirasakan.

5.2.6 Hubungan antara pelaksanaan sentralisasi obat dengan kepuasan pasien

Berdasarkan penelitian didapatkan hubungan yang sangat kuat antara

pelaksanaan sentralisasi obat dengan Kepuasan Pasien (r = 0,975). Bahwa semakin

bertambah pelaksanaan sentralisasi obat akan semakin bertambah kepuasan pasien.

Menurut Nursalam (2002) bahwa kontroling terhadap penggunaan dan

konsumsi obat, sebagai salah satu peran perawat perlu dilakukan dalam suatu pola/

alur yang sistematis sehingga penggunaan obat benar – benar dapat dikontrol oleh

perawat sehingga resiko kerugian baik secara materiil maupun secara non material

dapat dieliminir.
Pelaksanaan sentralisasi obat mempunyai hubungan yang kuat dengan

kepuasan pasien. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan sentralisasi obat di RSUD

Kudus berjalan dengan maksimal atau optimal. Berjalannya sentralisasi obat dengan

optimal memberikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien menjadi

lebih baik. Mutu asuhan yang baik akan memberikan kepuasan pasien menjadi

meningkat. Kepuasan dirasakan pasien dalam hal penyediaan obat yang di sentralkan

di keperawatan sehingga membuat pasien merasa lebih mudah untuk mendapatkan

obat tanpa harus mencari sendiri. Hal ini menurunkan juga biaya pengobatan karena

obat yang disediakan sesuai dengan jumlah yang diperlukan, sehingga membuat

kepuasan pasien semakin tinggi.

5.2.7 Hubungan antara pelaksanaan dokumentasi keperawatan dengan

kepuasan pasien

Penelitian ini menganalisa hubungan yang kuat antara pelaksanaan

dokumentasi keperawatan dengan Kepuasan Pasien (r = 0,401). Pelaksanaaan

dokumentasi keperawatan dapat dilihat dari taraf pelaksanaan hanya 5 dokumentasi

yang baik (6,4%), hal ini jauh dari sempurna dan yang kurang dari sempurna 51

dokumentasi (65,4%).

Menurut Ratna Sitorus (2001) bahwa dokumentasi keperawatan merupakan

unsur penting dalam sistem pelayanan kesehatan. Karena adanya dokumentasi yang

baik informasi mengenai keadaan kesehatan pasien dapat diketahui secara

berkesinambungan. Disamping itu dokumentasi merupakan dokumen legal tentang

pemberian asuhan keperawatan. Secara lebih spesifik dokumentasi berfungsi sebagai

sarana komunikasi antar profesi kesehatan, sumber data untuk pemberian asuhan
keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bukti pertanggungjawaban dan

pertanggunggugatan asuhan keperawatan, dan sarana untuk pemantauan asuhan

keperawatan.

Pelaksanaan dokumentasi keperawatan mempunyai hubungan yang sangat

kuat terhadap kepuasan pasien. Tetapi pelaksanaannya dalam taraf kurang. Hal ini

berarti bahwa pelaksanaan dokumentasi keperawatan di RSUD Kudus masih belum

berjalan dengan optimal. Dokumentasi yang kurang optimal ini dikarenakan oleh

kurangnya pengetahuan perawat terhadap dokumentasi keperawatan yang baik,

manfaat dokumentasi keperawatan, dan tidak adanya motivasi dari atasan. Apabila

hal ini berlanjut maka mempengaruhi mutu asuhan keperawatan menjadi kurang

baik, yang berakibat terhadap menurunnya kepuasan pasien rendah. Semakin baik

dalam pengisian dokumentasi keperawatan akan membuat perencanaan keperawatan

menjadi lebih baik dan kepuasan pasien meningkat..

5.2.8 Hubungan antara pelaksanaan supervisi dengan kepuasan pasien

Melalui penelitian ini dapat dianalisa bahwa didapatkan hubungan yang

sangat kuat antara pelaksanaan supervisi dengan Kepuasan Pasien (r = 0,975).

Semakin baik pelaksanaan supervisi akan semakin tinggi kepuasan pasien

Menurut Nursalam (2002) bahwa supervisi merupakan suatu proses

pemberian sumber – sumber yang dibutuhakan perawat untuk menyelesaikan tugas –

tugas dalam mencapai tujuan organisasi, dimana staf akan termotivasi apabila mereka

menerima sebagai suatu tantangan, oleh karena itu perlu perhatian dan bimbingan

khusus dalam membantu staf untuk menyelasaikan tugas yang dilimpahkan.


Terdapat hubungan yang sangat kuat antara pelaksanaan supervisi dengan

kepuasan pasien menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi di RSUD Kudus

dijalankan dengan baik. Dengan berjalannya supervisi dengan baik maka

memberikan dampak kepada kepuasan pasien semakin tinggi. Tingginya kepuasan

pasien tersebut dikarenakan setiap permasalahan yang dihadapi pasien dapat

dipecahkan oleh perawat, sehingga pasien merasa terpuaskan. Maka itu senmakin

baik pelaksanaan supervisi semakin tinggi pula kepuasan pasien.

Anda mungkin juga menyukai