Anda di halaman 1dari 5

ANALISA KONSEP MANAJEMEN STRES PADA KASUS MASALAH

PSIKOSOSIAL SESUAI STUDI KASUS JURNAL INTERNASIONAL

oleh :
KELOMPOK PEMINATAN JIWA
Salwa Nirwanawati 206070300111003
Dessy Ekawati 206070300111007
Dewa Ayu Anggi G 206070300111011
Atin Humayya 206070300111014
Ridwan Sofian 206070300111024

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat, rahmat dan karunia-Nya, makalah yang berjudul “Analisa Konsep
Manajemen Stres Pada Kasus Masalah Psikososial Sesuai Studi Kasus Jurnal
Internasional” oleh mahasiswa Magister Keperawatan Peminatan Keperawatan
Jiwa Angkatan 2020 ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini, telah
disusun semaksimal dan seoptimal mungkin sesuai dengan point-point yang
diminta dan berdasarkan pada literature atau jurnal yang kami dapatkan. Namun,
kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dalam penulisan
maupun tata bahasa.
Dengan segala kerendahan hati, tim penyusun menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, tim penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, 16 Februari 2021

Kelompok Peminatan Jiwa


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Remaja menjadi kelompok usia yang paling rawan mengalami perubahan
perilaku. Pada fase ini remaja mengalami masa pubertas yaitu puncak pencarian
jati diri, dimana remaja mudah mengalami perubahan suasana hati. Menurut
Desiningrum (2018), remaja adalah tahap usia peralihan dari anak-anak menuju
dewasa, dimana mereka ingin menonjolkan kepribadian dirinya. Hasil penelitian
Untari (2018), pengkajian kesehatan psikologis remaja meliputi egosentris 93%,
mengabaikan lingkungan 73%, mudah marah 63%, merasa rendah diri 60%, sulit
fokus 50%, mudah menuduh orang lain 50%, merasa tidak aman 50%, melakukan
kesalahan 43%, tidak memiliki tujuan hidup 40%, dan etika bermasyarakat buruk
36%.
Pada tahap ini remaja cenderung memiliki emosi yang sensitif, labil, dan
temperamental. Remaja mudah sekali tersinggunga, seding, murung, dan marah.
Bahkah tidak jarang dijumpai remaja agresif, takut mengadapi kenyataan hingga
kondisi depresi (Desi, 2020). Jangan anggap remeh kondisi ini, remaja dengan
depresi akan sulit berkonsentrasi, terbatasanya interaksi sosial, tergangunya
penyesuaian diri bahkan munculnya resiko bunuh diri, membuat masalah ini perlu
penanganan serius (Nevid, & Taylor, et al. 2016).
WHO (2015), melaporkan terdapat 800,000 kasus bunuh diri akibat kondisi
depresi yang diabaikan. Tahun berikutnya, WHO menetapkan bunuh diri sebagai
kasus global di dunia dengan penyebab kematian terbanyak kedua dengan rentang
usia 15-26 tahun (Putri, 2020). Adapun faktor penyebab seperti faktor psikologis,
faktor keluarga, faktor lingkungan sosial, faktor biologi, faktor riwayat bunuh diri
dan faktor orientasi seksual (Aulia, 2019). Oleh sebab itu, dibutuhkan manajemen
diri yang baik yang dapat meningkatkan resiliensi remaja. Tidak hanya pertahanan
dari diri sendiri, remaja membutuhkan dukungan mental untuk melewati masa-
masa krisisnya tanpa stres dan rasa bimbangan sehingga dapat mengenali dan
mengembangkan pribadi dirinya (Jannah, 2016).
Permasalah emosionalis yang tidak menyenangkan berupa perasaan cemas,
tegang, dan khawatir yang dialami remaja membutuhkan penanganan khusus.
Salah satu metode yang dapat menurunkan kecemasan yaitu terapi yoga. Yoga
merupakan kombinasi antara gerak tubuh dan pengaturan nafas yang diyakini
dapat memberikan efek baik bagi fisik dan psikis. Terapi yoga yang dilakukan
secara rutin dalam waktu tiga bulan terbukti efektif dapat mereduksi kecemasan
remaja (Trikusuma, 2019)

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu menganalisa konsep manajemen stres pada kasus masalah
psikososial sesuai studi kasus jurnal internasional yang didapat.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu memahami konsep manajemen stres pada remaja
2. Mampu menganalisa penatalaksanaan yang sesuai dengan kasus.

1.3 Manfaat
1. Pengembangan ilmu
Menjadi bahan tambahan referensi tentang konsep manajemen stres dan
penatalaksanaan terapi pada remaja
2. Bagi masyarakat
Sebagai bahan ilmu tentang problem solving yang harus di lakukan di
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, N. (2019). Analisis Hubungan Faktor Risiko Bunuh Diri Dengan Ide
Bunuh Diri Pada Remaja. Jurnal Keperawatan. 4 (11): 303-310.

Desi. (2020). Gejala Depresi Pada Remaja Di Sekolah Menengah Atas. Jurnal
Ilmiah Ilmu Keperawatan. 1 (8): 30-38.

Desiningrum, D. R. (2018). Persepsi Remaja Terhadap Authoritative Parenting


Practice yang diterapkan Orangtua dan Intensi Berperilaku Delinkuen.
Journal of Psychological Science and Profesion. 2 (1): 106-113.

Jannah, M. (2016). Remaja dan Tugas-Tugas Perkembangannya dalam Islam.


Jurnal Psikoislamedia. 1 (1): 243-256.

Nevid, J. S., Greene, B., Johnson, P. A., & Taylor, S. (2016). Essentials of
abnormal psychology

Untari, Putri, dan Hafiduddin. (2018). Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap
Kesehatan Psikologis Remaja. Profesional Islam. 15 (2): 99-106.

Putri, K. J. (2020). Tingkat Resiliensi dengan Ide Bunuh Diri Pada Remaja.
Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia. 1 (10): 1-6

Trikusuma, G. A. (2019). Peran frekuensi latihan yoga terhadap tingkat


kecemasan pada remaja di Kabupaten Tabanan. Jurnal Psikologi Udayana.
187-195

World Health Organization. (2015). Fact Sheets: Depression. Diakses dari


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs369/en/. [Sitasi 16 Februari
2021].

Anda mungkin juga menyukai