OLEH
KELOMPOK IV
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala karunia dan limpahan rahmatNya, sehingga tugas Makalah dengan topik Grand
Theories & Conceptual Models “Teory Betty Neuman” dapat diselesaikan tepat
waktu.
Makalah ini merupakan tugas kelompok pada mata kuliah “Konsep dan Teori Model
Keperawatan”. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kesalahan maupun kekurangan, namun penyusun telah berupaya semaksimal mungkin
untuk menyempurnakan makalah ini. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat untuk semua pihak khususnya bagi mahasiswa Program Studi
Magister Ilmu Keperawatan.
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keperawatan merupakan suatu disiplin ilmu professional yang dikenal
melalui bidang keilmuan yang lebih spesifik dan nilai tentang komitmen sosial
dan sifat layanannya. Keperawatan lahir dengan perspektif unik yang didasarkan
pada perkembangan filosofi, riwayat masa lampau dan cakupan praktik
keperawatan yang terus meluas. Selain itu pandangan global yang dianut oleh
mayoritas kelompok ilmu keperawatan membentuk suatu susunan yang
mengatur hubungan diantara beberapa teori guna mengembangkan konseptual
dari teori- teoti keperawatan sebagai kerangka kerja pemberian layanan
keperawatan secara komprehensif.
Model konseptual diharapkan dapat menjadi kerangka berfikir perawat,
sehingga perawat perlu memahami beberapa konsep ini sebagai kerangka
konsep dalam memberikan asuhan keperawatan dalam praktik keperawatan.
Pengembangan teori keperawatan adalah bagian yang perlu dikerjakan untuk
memajukan disiplin ilmu pengetahuan keperawatan.
Teori keperawatan menunjukkan fenomena yang menarik yang
dikemukakan, mengikuti banyak pertimbangan, sehingga logis, konsisten dan
disesuaikan dengan penemuan empiris dan didefinisikan secara operasional.
Salah satu model keperawatan yang akan dibahas dalam makalah ini
yaitu grand teory dan model konseptual “Teori Betty Neuman” serta
pengaplikasian dalam kasus keperawatan.
B. Tujuan
1. Untuk memahami model konsep dan teori keperawatan “teory Betty Neuman”
2. Untuk mendesain aplikasi teori Betty Neuman untuk mendekati
kasus/masalah keperawatan dalam asuhan keperawatan menggunkan
proses keperawatan
3. Untuk menganalisa teori/model konseptual teory Betty Neuman keperawatan
yang dirancang dalam situasi praktik keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5. Aktivitas Keperawatan
Perawat dalam model Neuman dipandang sebagai “aktor” atau
pemberi intervensi yang mempunyai tujuan mengurangi pertemuan
individu dengan stressor yang jelas atau meminimalkan efeknya. Perawat
mungkin memilih untuk mengintervensi dengan cara menguatkan
kemampuan klien untuk berespon terhadap stressor. Jadi tanpa
memperhatikan apakah pertemuan dengan stressor itu menghasilkan hasil
yang positif atau negatif, perawat memberikan pelayanan sebagai peserta
yang aktif dalam mendukung pertahanan klien dengan membantu klien
berespon yang sesuai terhadap stressor yang datang.
Partisipasi aktif dari klien membenarkan arti dari pengalamannya
dengan perawat. Selanjutnya pembuatan tujuan kolaborasi dan
kemajuannya adalah istilah yang digunakan Neuman untuk menjelaskan
aktivitas antara perawat dan klien. Neuman menyatakan bahwa sekali
masalah utama telah didefinisikan dan diklasifikasikan satu keputusan
harus dibuat sebagai bentuk intervensi apa yang harus diambil sebagai
prioritas.Yang membuat keputusan adalah proses kolaborasi antara
perawat dan klien terlibat dalam merundingkan tujuan kolaborasi yang
sesuai.
Dalam situasi perawatan tiap klien perawat mengkaji dan
mengintervensi secara berbeda. Contoh jika stressor ada di lingkungan
klien tapi tidak merusak garis pertahanan normal (tingkat pencegahan
primer), perawat mungkin mengkaji faktor-faktor resiko dan mencari
kemungkinan untuk mengajari atau membantu klien sesuai dengan
kebutuhannya. Jika stressor telah menembus garis pertahanan normal
(tingkat pencegahan sekunder perawat mungkin bertindak untuk
menentukan sifat dari proses penyakit dan mulai berurusan dengan
respon maladaptif.
Jika stressor dihasilkan dalam gejala-gejala sisa (tingkat pencegahan
tertier) perawat berusaha untuk membatasi atau mengurangi efek,
barangkali dengan menggunakan sumber-sumber rehabilitasi. Ringkasnya
perawat atau profesi kesehatan lain menggunakan model Neuman adalah
pengevaluasi aktif dan pemberi intervensi aktif. Klien dipandang sebagai
aktif tetapi lebih rendah disbanding perawat berhubungan beberapa
perubahan status kesehatan.
Keperawatan digambarkan sebagai profesi yang unik, keunikannya
dihubungkan dengan sifat holistic manusia dan pengaruh dari variable
yang berinteraksi dalam lingkungan internal maupun eksternal. Perawat
mengkaji semua factor yang berpengaruh pada klien..Contoh Neuman
menyatakan bahwa lapang persepsi pemberi pelayanan professional dan
klien harus dikaji karena persepsi klien dan care giver mungkin bervariasi.
Dengan demikian hal ini akan mempengaruhi tindakan caregiver.
Pengkajian persepsi berarti bahwa perawat mengkaji prasangka,
kebutuhan dan nilai-nilai yang dimiliki klien yang berhubungan dengan
kondisi klien sebelum membuat keputusan. Hal ini penting bahwa
pengkajian persepsi harus menjadi aspek yang dimuat karena ini akan
sangat berguna pada format proses perawatan yang selanjutnya dibuat
oleh Neuman.
6. Hubungan antara keempat konsep sentral
Perawat dilihat sebagai parsitipan yang aktif dan sebagai faktor dalam
lingkungan interpersonal yang mempengaruhi klien. Kesehatan adalah
keadaan dinamis yang dipengaruhi oleh waktu dimana individu tersebut
mencari cara untuk memepertahankan beberapa bentuk stabilitas.
Keadaan ini merupakan keadaan yang harmonis pada semua aspek
mausia, keadaan yang tidak harmonis akan menyebabkan keadaan
kesehatan berkurang. Stressor didapat dari lingkungan internal dan
eksternal dimana keduanya ada dalam system klien. Sifat dari stressor
kebutuhan klien harus dikaji oleh perawat sebelum menetapkan
perencanaan .
Salah satu kekuatan dalam model ini terletak pada hubungan antara
variabel klien dengan konsep yang termasuk dalam system. Kegunaan
dari model ini adalah :
a) Dapat mengkonseptualisasikan klien / system klien dalam keadaan
kesehatan berubah – ubah
b) Lingkungan internal dan ekternal adalah system yang dinamis untuk
klien
c) Perawat melakukan pengkajian , pencegahan dan intervensi pada
klien/ sistem klien
BAB III
APLIKASI KASUS
A. Gambaran Kasus
Ny. A (28 tahun), G1P0A0. Saat ini usia kehamilan 7 minggu. Datang ke RS
dengan keluhan mengalami perdarahan sejak 3 hari sebelum masuk RS.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, menurut dokter kehamilan Ny. A apabila tidak
ada perubahan pada janin selama 2 minggu ke depan maka kehamilan Ny. A
tidak dapat dipertahankan dan harus dilakukan aborsi untuk menyelamatkan
ibunya.
Ny. A mendiskusikan hal tersebut kepada suaminya Tn. T, namun Tn. T
merasa keberatan dengan alasan bahwa kehamilan ini sangat ditunggu-tunggu
karena selama 3 tahun menikah Ny. A baru hamil. Ny. A merasa bingung untuk
mengambil keputusan karena suaminya tidak menyetujui tetapi berdasarkan
penjelasan dokter, hal ini harus dilakukan aborsi karena mengancam jiwa Ny. A.
Hasil pemeriksaan fisik diperoleh data : TD = 140/80 mmHg, N = 90x/mnt, R
= 22x/mnt, dan klien terpasang infus. Menurut klien, saat ini perdarahan masih
terjadi namun tidak sebanyak sebelum klien dibawa ke RS. Ny. A tampak lemah
dan pucat. Klien merasa cemas dengan kondisinya saat ini.
B. Pengkajian
Pada kasus ini menembus garis pertahanan fleksibel dan garis pertahanan
normal, yaitu:
1. Garis pertahanan fleksibel
a. Hilangnya harapan Ny. A terhadap kehamilan yang telah ditunggu-tunggu
(kehilangan intrapersonal)
b. Ny. A berduka karena calon bayinya tidak dapat dipertahankan
(kehilangan interpersonal), atau hilangnya harapan terhadap kehamilan
yang telah ditunggu-tunggu (kehilangan interpersonal).
2. Garis pertahanan normal
Ny. A merasa bersalah kepada anggota keluarga lainnya karena tidak sesuai
harapan mereka untuk memperoleh keturunan (kehilangan ekstrapersonal).
3. Garis pertahan resisten
Adanya reaksi klien dan suami yang mencari bantuan untuk mengatasi
perdarahan yang terjadi pada Ny. A (reaksi simpatomologi, yaitu reaksi untuk
mengatasi gejala yang ada).
C. Diagnosa Keperawatan
1. Cemas berhubungan dengan tindakan aborsi yang akan dilakukan
2. Resiko deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tidak adekuat
D. Intervensi
Intervensi keperawatan:
Ketika seorang perawat akan menentukan tingkat pengaruh kehilangan pada
diri seseorang, kita juga harus mengkaji dampak dari perasaan kehilangan
tersebut pada kehidupan mereka sehari-hari, cara mereka mengatasi
kesedihannya, atau nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut mengenai
kehilangan.
Dalam hal ini intervensi yang diberikan pada Ny. A dan suaminya termasuk
pencegahan sekunder, yaitu intervensi yang dilakukan setelah klien bereaksi
terhadap stressor dan intervensi ini berfokus pada penguatan garis resistensi
untuk melindungi struktur dasar.
Jika pencegahan sekunder tidak berhasil, maka stressor yang dialami Ny. A
dapat menembus struktur dasar, maka faktor-faktor yang ada dalam struktur
dasar seperti faktor kekuatan dan kelemahan dan faktor genetik termasuk
variabel fisiologis, psikologis, sosial dan kultural serta variabel perkembangan
harus mendukung ke arah rekonstitusi.
E. Pembahasan Kasus Betty Neuman pada Kasus
Berdasarkan kasus yang dialami oleh Ny. A, jika diaplikasikan ke dalam
model sistem Betty Neuman, maka Ny. A mengalami stressor yaitu perasaan
duka cita yang memiliki karakteristik yang kompleks. Ny. A berduka karena calon
bayinya tidak dapat dipertahankan (kehilangan interpersonal), atau hilangnya
harapan terhadap kehamilan yang telah ditunggu-tunggu (kehilangan
intrapersonal), atau merasa bersalah kepada anggota keluarga lainnya karena
tidak sesuai harapan mereka (kehilangan ekstrapersonal). Dalam hal ini, stressor
yang dialami Ny. A telah menembus garis pertahanan fleksibel dan garis
pertahanan normal, sehingga garis pertahanan resistensi teraktivasi. Hal ini
dapat ditunjukkan dari reaksi klien dan suami yang mencari bantuan untuk
mengatasi perdarahan yang terjadi pada Ny. A (reaksi simpatomologi, yaitu
reaksi untuk mengatasi gejala yang ada).
Intervensi keperawatan : ketika seorang perawat akan menentukan tingkat
pengaruh kehilangan pada diri seseorang, kita juga harus mengkaji dampak dari
perasaan kehilangan tersebut pada kehidupan mereka sehari-hari, cara mereka
mengatasi kesedihannya, atau nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut mengenai
kehilangan. Dalam hal ini intervensi yang diberikan pada Ny. A dan suaminya
termasuk pencegahan sekunder, yaitu intervensi yang dilakukan setelah klien
bereaksi terhadap stressor dan intervensi ini berfokus pada penguatan garis
resistensi untuk melindungi struktur dasar. Jika pencegahan sekunder tidak
berhasil, maka stressor yang dialami Ny. A dapat menembus struktur dasar.
Untuk mempertahankan struktur dasar, maka faktor-faktor yang ada dalam
struktur dasar seperti faktor kekuatan dan kelemahan dan faktor genetik
termasuk variabel fisiologis, psikologis, social dan kultural serta variabel
perkembangan harus mendukung ke arah rekonstitusi.
Untuk pasangan tersebut mencapai rekonstitusi, dukungan intrapersonal,
interpersonal dan ekstrapersonal merupakan 3 hal penting yang perlu dikaji.
Siapakah anggota keluarga yang dapat memberikan dukungan positif? Apakah
sistem pendukung secara kultural dapat diterima oleh pasangan tersebut? Setiap
orang tua akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung pada struktur
dasar yang dimilikinya. Hal ini dapat dilihat dari respon terhadap pengalaman
duka cita bagi masing-masing orang yang tidak sama termasuk rentang waktu
pemulihannya pun berbeda.
Setelah dilakukan secara menyeluruh, selanjutnya tahapan perencanaan,
intervensi, dan evaluasi akan menggunakan proses yang sama. Perangkat
penilaian akan mengukur hal-hal yang akan berdampak secara khusus pada
aspek-aspek fisiologis, psikologis, sosial budaya dan spiritual serta
perkembangan. Intervensi terhadap gangguan fisiologis yang dapat menghalangi
proses rekonstruksi dapat juga diberikan tergantung kondisi klien misalnya
perubahan pola tidur, nutrisi dan lain sebagainya. Selanjutnya perawat perlu
mempertimbangkan aspek perkembangan seseorang dari perasaan berduka.
Intervensi yang sesuai untuk ibu muda primigravida tentunya akan sangat
berbeda dengan ibu yang telah memiliki anak sebelumnya.