Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. LEADER DAN LEADERSHIP


Istilah “leader” atau “pemimpin ada sejak tahun 1.300 sedangkan kata “leadership” atau
kepemimpinan pertama kalinya dikenal dengan bahasa Inggris sejak abad ke-19 (Marquis dan
Huston, 2012). Pemimpin dan kepemimpinan adalah dua kata yang saling berhubungan.
Adapun rincian yang lebih jelas dipaparkan sebagai berikut:
1. Pemimpin
Pemimpin adalah seseorang/individu yang yang bisa memengaruhi lingkungan dan orang
lain demi mencapai tujuan yang diinginkan (Suarli dan Bahtiar, 2009).
Bennis (2001, dalam Marquis dan Huston, 2012) mengatakan bahwa pemimpin harus
memiliki visi yang jelas sehingga mampu menarik perhatian banyak orang.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses dimana
seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya untuk mencapai suatu tujuan dan untuk
mencapai tujuan tersebut, pemimpin menggunakan berbagai cara agar bawahan bersedia
melakukan sesuatu baik dan benar.Hal ini sejalan yang dipaparkan oleh Sitorus dan
Panjaitan (2011), pemimpin yang efektif merupakan pemimpin yang sukses
memengaruhi orang lain untuk bekerjasama dalam kondisi menyenangkan. Pemimpin
yang efektif menghasilkan kepemimpinan yang efektif pula sesuai penyataan Huber
(2010) bahwa kepemimpinan yang efektif berdampak pada kualitas kerja perawat,
menstabilkan, meningkatan produktivitas serta kualitas hidup perawat.
2. Kepeminpinan
Kepemimpinan menurut Suarli dan Bahtiar (2009) adalah kemampuan memberikan
inspirasi kepada orang lain untuk bekerjasama sebagai kelompok untuk mencapai tujuan
bersama. Kepemimpinan berfungsi sebagai alat dan membutuhan proses untuk
memengaruhi orang lain dalam melakukan sesuatu secara sukarela (Rivai dan Mulyadi,
2012).
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses dimana
seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya untuk mencapai suatu tujuan dan untuk
mencapai tujuan tersebut, pemimpin menggunakan berbagai cara agar bawahan bersedia
melakukan sesuatu baik dan benar. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan kepemimpinan
dijelaskan sebagai berikut:
a. Komponen Peristiwa Kepemimpinan
Menurut Huber (2010) adapun hal-hal yang terkait dengan kepemimpinan adalah:
1) Pemimpin
Pemimpin memiliki kekuasaan yang dimiliki dapat memengaruhi tingkah laku
pengikutnya menggunakan berbagai cara (Rivai dan Mulyadi, 2012)
2) Anggota
Keberadaananggota kelompok sangat penting didalam kepemimpinan. Anggota
kelompok ini yang memutuskan untuk menerima atau menolak pemimpin yang
akan dipilih. Didalam pemilihan anggota juga menjadi dilema pada etika perawat
sesuai penelitian Poikkeus,Leino-Kilpi dan Katajisto (2014) bahwa pada saat
rekuitmen perawat tidak memperhatikan etika perawat dan menjadi malasalah
ketika etika perawat berbeda saat berada di pelayanan keperawatan.
3) Situasi
Ada banyak situasi yang mempengaruhi kepemimpinan yang berbeda-beda.
Situasi dalam kepemimpinan yang dimaksud adalah pekerjaasn pokok, beban
kerja, pengawasan, interaksi interpersonal, waktu yang digunakan dalam
pengambila keputusan, lingkungan, budaya, etos kerja dan masih banyak
lainnya. Sejalan dengan Rivai dan Mulyadi (2012) bahwa kepemimpinan
melibatkan pendistribusian kekuasaan yang seimbang antara anggota kelompok.
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Barkhordari- Sharifabad,
Ashkatorab dan Atashsadeh-Shoorideh (2017), ada tiga yang menpengaruhi
masalah kepemimpina yaitu: masalah etika, masalah budaya dan masalah
manajerial.
4) Komunikasi
Komunikasi meupakan dasar yang berpengaruh didalam kepemimpinan.Dengan
komunikasi visi dan misi pemimpin dapat diterima oleh anggota.
5) Tujuan
Organisasi memiliki tujuan dan masing-masing individu juga memiliki
tujuan.Ketika tujuan organisasi dan individu berbeda maka tugas pemimpin yang
menyelesaikan konflik yang terjadi.
b. Pola Dasar Kepemimpinan
Ada 2 pola dasar kepemimpinan menurut Suarli dan Bahtiar (2009), yaitu:
1) Kepemimpinan Formal
Kepemimpinan yang bersifat resmi dalam organisasi.
2) Kepeminpinan informal
Kepemimpinanyang bersifat tidak resmi dan lebih kepada pengakuan nyata
orang-orang disekitarnya
c. Tipe Kepemimpinan
Menurut Suarli dan Bahtiar (2009), gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku
untuk mencapai tujuan organisasi dan tujuan individu. Adapun gaya kepemimpinan
Lippits dan Ralph K.White (dalam Ali,2010) adalah sebagai berikut:
1) Gaya Otoriter
Kepemimpinan gaya ototriter terdiri dari:
a) Wewenag mutlak terpusat pada pimpinan.
b) Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan.
c) Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan.
d) Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
e) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para
bawahannya dilakukan secara ketat.
f) Prakarsa harus selalu datang dari pimpinan
g) Tiada kesempatan bagi bawahan utnuk memberikan saran, pertimbangan dan
pendapat
h) Tugas-tugas bagi bawahan diberikan secara instruktif
i) Lebih banyak kritik daripada pujian
j) Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
k) Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman.
l) Tanggungjawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan.
2) Gaya Demokratis
Ciri-ciri kepemimpinan gaya demokratis adalah:
a) Wewenang pimpinan tidak mutlak
b) Pemimpin bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
c) Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan.
d) Kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan.
e) Komunikasi berlangsung timbal balik, baik terjadi antara pimpinan dan
bawahan maupun antara sesama bawahan.
f) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para
bawahannya dilakukan secara wajar.
g) Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan
h) Banyak kesempatan bagi bawahan utnuk memberikan saran, pertimbangan
dan pendapat
i) Tugas-tugas bagi bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan
daripada instruktif
j) Pujian dan kritik seimbang
k) Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas
kemampuan masing-masing.
l) Pimpinan meminta kesetiaan secara wajar
m) Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindalk
n) Terdapat suasana saling percaya, saling hormat-menghormati dan saling
harga-menghargai.
o) Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama pimpinan dan
bawahan.
3) Gaya Liberal
Ciri-ciri kepemimpinan liberal sebagai berikut:
a) Pimpinan melimpahka wewenang sepenuhnya kepada bawahan
b) Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan.
c) Kebijakan lebih banyak dibuat oleh bawahan.
d) Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahannya.
f) Hampir tiada pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau
kegiatan para bawahannya.
g) Prakarsa selalu datang dari bawahan
h) Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
i) Peran pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
j) Kepentingan pribadi lebih utama daripada kepentingan kelompok
k) Tanggungjawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang per orang.

B. TRAITS, BEHAVIOURS AND RELATIONSHIP


1. Ciri – Ciri atau Sifat Kepemimpinan
Didasarkan pada asumsi bahwa beberapa orang merupakan pemimpin alamiah dan
dianugerahi beberapa ciri yang tidak punyai orang lain seperti energi yang tidak habis-
habisnya, intuisi yang mendalam, pandangan masa depan yang luar biasa dan kekuatan
pesuasif. Teori kepemimpinan ini menyatakan bahwa keberhasilan manajerial
disebabkan karena memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa dari seorang pemimpin.
a. Karakter kepemimpinan
Dalam pendekatan sifat, pemimpin dapatdipahami dengan melihat karakteristik
pemimpin.Pendekatan sifat telah menghasilkan beberapa daftar sifat yang
dimaksudkan agar penting bagi kepemimpinan. Bennis (1994, dalam Huber 2010)
mengidentifikasi resep untuk kepemimpinan yang berisi enam bahan: visi, semangat,
integritas (termasuk pengetahuan diri sendiri, keterbukaan, dan kedewasaan),
kepercayaan, keingintahuan, dan keberanian.(Huber,2010)
Drucker (1996, dalam Huber 2010) menuliskan bahwa pemimpin yang efektif
mengetahui empat hal berikut:
1) Satu – satunya definisi dari pemimpin adalah seseorang yang memiliki pengikut.
2) Yang dilihat dari sebuah kepemimpinan bukanlah popularitas, tapi hasilnya.
3) Pemimpin adalah yang memiliki visi dan memberi contoh.
4) Kepemimpinan bukanlah pangkat tapi tanggung jawab.
Penelitian yang dilakukan oleh Bennis dan thomas (2002), mengindikasikan bahwa
pemimpin luar biasa memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatasi
kesulitan dan muncul lebih kuat dan lebih berkomitmen. mereka menganggap bahwa
"salah satu indikator dan prediktor yang paling dapat diandalkan untuk
kepemimpinan sejati adalah kemampuan individu untuk menemukan makna dalam
kejadian negatif dan untuk belajar bahkan dalam situasi yang paling banyak dicoba.
pemimpin besar memiliki empat keterampilan penting berikut ini:
1) Kemampuan untuk melibatkan orang lain dalam sebuah kebersamaan
2) Gaya berbicara yang khas dan menarik
3) Memiliki integritas tinggi
4) Combinasi dari kemampuan dan kekuatan untuk memahami konteks ( adaptive
capacity).
Satu model keperawatan berbasis penelitian (Mathena, 2002) mengidentifikasi enam
perilaku inti berikut ini penting untuk kesuksesan kepemimpinan keperawatan:
1) Visi
2) Membangun tim interdisipliner
3) Analisis beban kerja
4) Analisis proses kerja
5) Analisis stakeholder
6) Perencanaan interaktif
b. Visi dan kepercayaan (trust)
Salah satu ciri seorang pemimpin adalah visi, kemampuan untuk menciptakan visi
dan menerapkannya.
Kepemimpinan didasarkan pada kepercayaan: "Kepercayaan adalah perekat
emosional yang mengikat para pemimpin dan bawahannya dan merupakan ukuran
legitimasi kepemimpinan". Perilaku yang membangun kepercayaan mencakup
berbagi informasi yang relevan, mengurangi kontrol, dan memenuhi harapan.
c. Kepemimpinan “ does and don’ts”
Karakteristik dan skill yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
sukses.Karakteristik ini dibagi menjadi 2 bagian : kepemimpinan "dos and don'ts."
Karakteristik kepemimpinan "does" mencakup kejujuran, energi, dorongan, keuletan,
kreativitas, fleksibilitas, visibilitas, stabilitas emosional, pengetahuan, keterampilan
konseptual, dan motivasi kepemimpinan. Diantara karakteristik ini,
kejujuran/kepercayaan dan kekuatanadalah yang terpenting.Kepemimpinan
didasarkan pada kepercayaan dan tidak bertahan tanpanya.Kepemimpinan adalah
kerja keras dan berkelanjutan yang membutuhkan banyak energi.karakteristik
kepemimpinan "Don’ts" mencakup ketidakpercayaan, ketidakpekaan terhadap orang
lain, sikap acuh tak acuh, overmanaging, abrasifasi, ketidakmampuan untuk berpikir
strategis atau staf secara efektif, ketidakmampuan membangun tim, dan memusatkan
perhatian pada politik organisasi internal (terlalu ambisius). Di antara karakteristik
ini, ketidakpercayaan dan ketidakpekaan adalah penyebab kepemimpinan tidak
efektif.
2. Perilaku
Perilaku seseorang dapat menentukan keefektifan kepemimpinan seseorang.Dari hasil
penelitian pada tahun 1940, ditemukan sifat – sifat dan pengaruh pada prestasi dan
kepuasan dari pengikut – pengikutnya.
a. Study dari University of Michigan
Melalui penelitian mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan yang berbeda,
disebut sebagai job – centered yang berorientasi pada pekerjaan dan empliyee-
centered yang berorientasi pada karyawan.(Rivai, Mulyadi, 2012)
1) Pemimpin yang job-centered
Pemimpin yang berorientasi pada tugas menerapkan pengawasan ketat sehingga
bawahan melakukan tugasnya dengan menggunakan prosedur yang telah
ditentukan.Pemimpin ini meengandalkan kekuatan paksaan, imbalan, dan
hukuman untuk mempengaruhi sifat – sifat dan prestasi bawahannya.Perhatian
pada orang dilihat sebagai suatu hal yang “wah” yang tidak dapat selalu dipenuhi
oleh pemimpin..(Rivai, Mulyadi, 2012)

2) Pemimpin yang employee-centered


Mendelegasikan pengambilan keputusan pada bawahan dan membantu
bawahannya dalam memenuhi kebutuhannya dengan cara menciptakan
lingkungan kerja yang suportif. Pemimpin yang berpusat pada bawahan
memiliki perhatian terhadap kemajuan, pertumbuhan dan prestasi pribadi
bawahannya.Tindakan – tindakan ini diasumsi dapat memajukan pembentukan
dan perkembangan kelompok.
b. Studi dari Ohio State University
Penelitian oleh fleishman dan rekan – rekannya di ohio state university menghasilkan
perkembangan teori dua faktor dari kepeminpinan :
1) Membentuk Struktur
Melibatkan perilaku dimana pemimpin mengorganisasikan dan mendefinisikan
hubungan – hubungan di dalam kelompok, cenderung membangun pola dan
saluran komunikasi yang jelas, dan menjelaskan cara – cara mengerjakan tugas
yang benar. Pemimpin yang memiliki kecenderungan membentuk struktur yang
tinggi, akan berorientasi pada tujuan dan hasil.
2) Konsiderasi
Melibatkan perilaku yang menunjukkan persahabatan, saling percaya,
menghargai, kehangatan dan komunikasi antara pemimpin dan
bawahannya.Pemimpin yang memiliki kensiderasi yang tinggi menekan
pentingnya komunikasi yang terbuka dan partisipasinya.
3. Relationship
Hubunganpemimpin-bawahan dianggap melibatkan dinamika keterikatan, terutama bila
hubungan ini memiliki komponen afektif.Hubungan pemimpin-bawahan layaknya
hubungan antara orang tua dan anak. Namun seharusnya tidak dianggap bersifat regresif,
melainkan mencerminkan hal normal dari apa yang disebut sistem perilaku keterikatan.
Seorang pemimpin mencerminkan layaknya orang dewasa, dimana seorang pemimpin
menciptakan sebuah keterikatan kepada orang lain khususnya kepada bawahan.
Meskipun para pemimpin juga tidak sempurna dan selalu salah, mereka memiliki jiwa
dan kemampuan untuk berfungsi sebagai tempat yang aman dan nyaman. Pandangan
pemimpin ini paling mudah terangsang ketika orang merasa terancam dan ketika sumber
perlindungan dan kenyamanan lain tidak memberikan tingkat keamanan yang
diinginkan. (Mayseless, 2010)
Hubungan pemimpin-bawahan bisa menimbulkan keterikatan penuh (pada sosok yang
tidak mudah ditukar dengan orang lain), dan perpisahan dapat memicu kesedihan dan
berkabung (Ainsworth, 1991 dalam Mayiseless 2010). Namun, seringkali hubungan
semacam itu membangkitkan dinamika keterikatan dan dinamika ini dapat
dimanifestasikan dalam bentuk simbolis tanpa pertemuan tatap muka yang
sebenarnya.Salah satu ciri yang menentukan dari hubungan keterikatan adalah
kedekatan-mencari pada saat kesusahan dan pemeliharaan ketersediaan emosional dan
fisik.Dalam beberapa hal, para pemimpin perlu dilihat dari kemampuan untuk
memfasilitasi idealisasi yang diperlukan dan persepsi bahwa mereka benar-benar lebih
kuat dan lebih bijak.Namun, pada saat-saat sulit atau ancaman, bentuk pencarian
kedekatan tertentu diharapkan terjadi. Untuk menumbuhkan rasa kedekatan dan proaktif
yang mendorong dan menopang dinamika keterikatan, para pemimpin menggunakan
berbagai cara, untuk menjembatani jarak antara mereka dan bawahannya. Metode ini
menghasilkan keseimbangan antara jarak dan idealisasi yang dibutuhkan untuk
memproyeksikan kekuatan dan kompetensi pemimpin, di satu sisi, dan kualitas
pribadinya yang mendorong dinamika keterikatan, di sisi lain.(Mayseless, 2010)

C. CONTINGENCY APPROACHES TO LEADERSHIP


Organisasi dipandang sebagai suatu sistem kontigensi sosial, pertama kali disampaikan oleh
seorang konsultan manajemen bernama Mary Parker Follet. Follet menyampaikan sebuah
gagasan bahwa gaya kepemimpinan haruslah bervariasi sesuai dengan situasi atau kondisi
karyawan yang terlibat.Pencapaian sasaran organisasi adalah dengan manjemen yang baik
melalui gaya kepemimpinan dengan pendekatan kontigensi atau pendekatan situsional, gaya
kepemimpinan ini dibagi dalam tiga pandangan (Rivai & Mulyadi, 2012) :
1. Teori Hersey dan Blanchard
Untuk mencapai keberhasilan dalam suatu organisasi maka seorang pemimpin harus
dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan keinginan bawahan, adapun faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut antara lain tuntutan tugas,
harapan dan tingkah laku rekan setingkat, karakteristik karyawan, budaya organisasi serta
kebijakannya. Pemimpin atau manager harus menyesuaikan responnya menurut kondisi
atau tingkat perkembangan kematangan, kemampuan,dan minat karyawan dalam
menyelesaikan tugas – tugasnya. Dalam hal ini, respon seorang manajer
dalam perilaku kepemimpinan memberikan sejumlah pengarahan dan
dukungan yang bersifat sosiemosional. Sementara itu, manajer harus
mennyesuaikan tingkat kematangan karyawan.
Hersey dan Blanchard mengembangkan empat gayakepemimpinan yang
dimiliki oleh manajer :
a. Gaya 1 : Memberitahu (Telling), gaya ini ditandai dengan adanya
komunikasi satu arah, dimana pemimpin menentukan peranan para
bawahannya dan cara mengerjakan tugasnya.
b. Gaya 2 : Menjual (Selling), gaya ini ditandai dengan usaha melalui
komunikasi dua arah dan pemimpin menyediaka n dukungan sosiemosional
agar bawahannya ikut berperan dalam pengambilan keputusan.
c. Gaya 3 : Berpartisipasi (partisipating), gaya ini ditandai oleh pemimpin dan
bawahanya bersama – sama terlibat dalam pembuatan keputusan melalui komunikasi
dua arah yang sebenarnya
d. Gaya 4 : Mewakilkan (delegating), pemimpin membiarkan bawahannya bertanggung
jawab atas keputusan – keputusan mereka. (Faules & Peace, 2010)
2. Teori Fred E. Fielder
Menurut Fiedler, tidak ada gaya kepemimpinan yang cocok untuk semua kondisi kerja
pada sebuah unit/organisasi, maka seorang pemimpin yang dipilih untuk memimpin suatu
unit/organisasi harus memiliki gaya kepemimpinan tertentu yang cocok dengan kondisi
kerja pada unit/organisasi tersebut atau mengubah kondisi kerja unit/organisasi tersebut
sesuai dengan gaya kepemimpinan yang digunakan oleh pemimpin itu.
Fiedler juga mengatakan bahwa prestasi kelompok tergantung pada interaksi antara gaya
kepemimpinan dan situasi yang mendukung. Kepemimpinan dilihat sebagai suatu
hubungan yang didasari oleh kekuatan dan pengaruh.Model kepemimpinanFiedler ini
mengemukakan tiga variable utama yang menentukan suatu situasi yang menguntungkan
dan tidak menguntungkan bagi pemimpin :
a. Hubungan pemimpin –anggota (baik atau buruk)
Dikatakan baik apabila pemimpin memiliki dukungan dan kesetiaan bawahan dan
hubungan dengan para bawahan bersahabat dan kooperatif.
b. Struktur tugas (terstruktur atau tak terstruktur)
Dikatakan terstruktur apabila terdapat standar prosedur operasi untuk menyelesaikan
tugas, gambaran rinci dari produk atau jasa yang telah jadi, dan indikator obyektif
mengenai seberapa baik tugas itu dilaksanakan.
c. Kekuasaan posisi (kuat atau lemah)
Dikatakan kuat à bila pemimpin memiliki kewenangan utk mengevaluasi kinerja
bawahan dan memberikan penghargaan dan hukuman.
Gambaran teori kepemimpinan kontinensia menurut Fiedler :

Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa :


a. Keuntungan ditentukan dengan memberikan bobot ketiga aspek situasi.
b. Prosedur pemberian bobot mengasumsikan bahwa hubungan pemimpin-anggota
lebih penting daripada struktur tugas, yang akhirnya adalah lebih penting daripada
kekuasaan posisi.
c. Kemungkinan kombinasi memberikan delapan tingkatan keuntungan, yang disebut
“oktan”.
Situasi yang paling menguntungkan bagi pemimpin (oktan 1) adalah hubungan
pemimpin – anggota baik sehingga bawahan lebih mungkin memenuhi
permintaan/arahan dari pemimpin. Saat pemimpin memiliki kekuasaan posisi yang
cukup besar, lebih mudah untuk mempengaruhi bawahan. Terlebih lagi jika itanbag
dengan keadaan dimana tugasnya terstruktur, lebih mudah bagi pemimpin untuk
mengarahkan dan mengawasi kinerja mereka.Sebaliknya, Situasi yang paling tidak
menguntungkan pemimpin (oktan 8) ketika hubungan dengan bawahan buruk, tugas
tidak terstruktur, dan kekuasaan posisi rendah.
Ketiga variable situasi ini dikaitkan dengan teori yang berorientasi pada tugas,
hal ini tergantung pada situasi yang ada pada saat tertentu. Kombinasi antara situasi yang
dihadapi oleh pemimpin dengan perilaku kepemimpinan yang tepat akan menentukan
efektifitas kepemimpinan. Yang dimakud perilaku yang tepat adalah dalam situasi apa
perilaku pemimpin berorientasi pada tugas dan dalam situasi apa perilaku pemimpin
berorientasi pada hubungan.
Perilaku pemimpin yang berorientasi pada hubungan akan efektif dalam situasi
yang moderat misalnya pemimpin yang menghadapi situasi ketika derajat variabel situasi
hubungan pemimpin dan bawahan rendah, tetapi kedua variabel yang lain derajatnya
tinggi. Atau dalam situasi lain yaitu variable posisi kewenangan pemimpin derajatnya
rendah tetapi variabel yang lain derajatnya tinggi.
Dapat disimpulkan dari model kepemimpinan kontingensi, perilaku pemimpin
yang efektif tidak berpola dari satu gaya tertentu, melainkan dimulai dengan mempelajari
situasi tertentu pada satu saat tertentu. Yang dimaksud dengan situasi tertentu adalah
adanya tiga variabel yang dijadikan dasar sebagai perilaku kepemimpinan yang
berorientasi pada tugas dan hubungan, tetapi tidak berarti bahwa tugas tidak pernah
berorientasi pada hubungan.
3. Martin G. Evans dan RJ House ( teori Path Goal)
Merupakan gaya kepemimpinan yang beriorentasi kepada keinginan atau harapan dari
karyawan. Hal ini berarti gaya kepemimpinan ini merupakan gaya kepemimpinan yang
menyesuaikan pada kondisi dimana pemimpin dapat memenuhi harapan dan kebutuhan
dari para karyawan agar mereka dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga
tujuan unit/organisasi dapat tercapai. Teori kepemimpinan ini menekankan hubungan
antara gaya kepemimpinan, karakteristik kepribadian pengikut, dan lingkungan kerja
serta regulasi.
Menurut teori ini, ada empat perilaku kepemimpinan utama yang biasanya
dipilih oleh pemimpin ketika berinteraksi dengan bawahan, yaitu:
a. Kepempimpinan direktif
Pemimpin memberikan pedoman yang memungkinkan bawahan tahu apa yang
diharapkan dari mereka, menetapkan standar kinerja bagi mereka, dan mengontrol
perilaku ketika standar kinerja tidak terpenuhi. Pemimpin secara bijaksana
memberikan penghargaan dan sanksi disiplin. Bawahan diharap mengikuti aturan dan
kebijakan yang dikeluarkan.
b. Kepemimpinan suportif
Pemimpin yang sifatnya mengayomi bawahan dan menampilkan perhatian pribadi
terhadap kebutuhan, dan kesejahteraan mereka.
c. Kepemimpinan partisipatif
Pemimpin yang percaya pengambilan keputusan dalam kelompok dan berbagi
informasi dengan bawahan. Dia berkonsultasi bawahannya mengenai keputusan
penting berkaitan dengan pekerjaan, tujuan tugas, dan cara untuk menyelesaikan
tujuan.
d. Kepemimpinan berorientasi prestasi
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mendorong karyawan untuk
mencapai kinerja terbaik mereka. Pemimpin percaya bahwa karyawan cukup
bertanggung jawab untuk mencapai tujuan yang menantang. Gaya ini sama dengan
pandangan teori penetapan tujuan.(Rivai & Mulyadi, 2012)
Menurut pencetus teori kepemimpinan ini, kepemimpinan memotivasi pengikut
ketika pemimpin meningkatkan jumlah dan jenis reward, membuat jalan untuk mencapai
tujuan yang jelas melalui pembinaan dan arahan, menghilangkan hambatan, dan membuat
pekerjaan lebih memuaskan.

Anda mungkin juga menyukai