Istilah “leader” atau “pemimpin ada sejak tahun 1.300 sedangkan kata “leadership” atau kepemimpinan pertama kalinya dikenal dengan bahasa Inggris sejak abad ke-19 (Marquis dan Huston, 2012). Pemimpin dan kepemimpinan adalah dua kata yang saling berhubungan. Adapun rincian yang lebih jelas dipaparkan sebagai berikut: 1. Pemimpin Pemimpin adalah seseorang/individu yang yang bisa memengaruhi lingkungan dan orang lain demi mencapai tujuan yang diinginkan (Suarli dan Bahtiar, 2009). Bennis (2001, dalam Marquis dan Huston, 2012) mengatakan bahwa pemimpin harus memiliki visi yang jelas sehingga mampu menarik perhatian banyak orang. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses dimana seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya untuk mencapai suatu tujuan dan untuk mencapai tujuan tersebut, pemimpin menggunakan berbagai cara agar bawahan bersedia melakukan sesuatu baik dan benar.Hal ini sejalan yang dipaparkan oleh Sitorus dan Panjaitan (2011), pemimpin yang efektif merupakan pemimpin yang sukses memengaruhi orang lain untuk bekerjasama dalam kondisi menyenangkan. Pemimpin yang efektif menghasilkan kepemimpinan yang efektif pula sesuai penyataan Huber (2010) bahwa kepemimpinan yang efektif berdampak pada kualitas kerja perawat, menstabilkan, meningkatan produktivitas serta kualitas hidup perawat. 2. Kepeminpinan Kepemimpinan menurut Suarli dan Bahtiar (2009) adalah kemampuan memberikan inspirasi kepada orang lain untuk bekerjasama sebagai kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan berfungsi sebagai alat dan membutuhan proses untuk memengaruhi orang lain dalam melakukan sesuatu secara sukarela (Rivai dan Mulyadi, 2012). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses dimana seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya untuk mencapai suatu tujuan dan untuk mencapai tujuan tersebut, pemimpin menggunakan berbagai cara agar bawahan bersedia melakukan sesuatu baik dan benar. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan kepemimpinan dijelaskan sebagai berikut: a. Komponen Peristiwa Kepemimpinan Menurut Huber (2010) adapun hal-hal yang terkait dengan kepemimpinan adalah: 1) Pemimpin Pemimpin memiliki kekuasaan yang dimiliki dapat memengaruhi tingkah laku pengikutnya menggunakan berbagai cara (Rivai dan Mulyadi, 2012) 2) Anggota Keberadaananggota kelompok sangat penting didalam kepemimpinan. Anggota kelompok ini yang memutuskan untuk menerima atau menolak pemimpin yang akan dipilih. Didalam pemilihan anggota juga menjadi dilema pada etika perawat sesuai penelitian Poikkeus,Leino-Kilpi dan Katajisto (2014) bahwa pada saat rekuitmen perawat tidak memperhatikan etika perawat dan menjadi malasalah ketika etika perawat berbeda saat berada di pelayanan keperawatan. 3) Situasi Ada banyak situasi yang mempengaruhi kepemimpinan yang berbeda-beda. Situasi dalam kepemimpinan yang dimaksud adalah pekerjaasn pokok, beban kerja, pengawasan, interaksi interpersonal, waktu yang digunakan dalam pengambila keputusan, lingkungan, budaya, etos kerja dan masih banyak lainnya. Sejalan dengan Rivai dan Mulyadi (2012) bahwa kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan yang seimbang antara anggota kelompok. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Barkhordari- Sharifabad, Ashkatorab dan Atashsadeh-Shoorideh (2017), ada tiga yang menpengaruhi masalah kepemimpina yaitu: masalah etika, masalah budaya dan masalah manajerial. 4) Komunikasi Komunikasi meupakan dasar yang berpengaruh didalam kepemimpinan.Dengan komunikasi visi dan misi pemimpin dapat diterima oleh anggota. 5) Tujuan Organisasi memiliki tujuan dan masing-masing individu juga memiliki tujuan.Ketika tujuan organisasi dan individu berbeda maka tugas pemimpin yang menyelesaikan konflik yang terjadi. b. Pola Dasar Kepemimpinan Ada 2 pola dasar kepemimpinan menurut Suarli dan Bahtiar (2009), yaitu: 1) Kepemimpinan Formal Kepemimpinan yang bersifat resmi dalam organisasi. 2) Kepeminpinan informal Kepemimpinanyang bersifat tidak resmi dan lebih kepada pengakuan nyata orang-orang disekitarnya c. Tipe Kepemimpinan Menurut Suarli dan Bahtiar (2009), gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku untuk mencapai tujuan organisasi dan tujuan individu. Adapun gaya kepemimpinan Lippits dan Ralph K.White (dalam Ali,2010) adalah sebagai berikut: 1) Gaya Otoriter Kepemimpinan gaya ototriter terdiri dari: a) Wewenag mutlak terpusat pada pimpinan. b) Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan. c) Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan. d) Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan e) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahannya dilakukan secara ketat. f) Prakarsa harus selalu datang dari pimpinan g) Tiada kesempatan bagi bawahan utnuk memberikan saran, pertimbangan dan pendapat h) Tugas-tugas bagi bawahan diberikan secara instruktif i) Lebih banyak kritik daripada pujian j) Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat k) Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman. l) Tanggungjawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan. 2) Gaya Demokratis Ciri-ciri kepemimpinan gaya demokratis adalah: a) Wewenang pimpinan tidak mutlak b) Pemimpin bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan c) Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan. d) Kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan. e) Komunikasi berlangsung timbal balik, baik terjadi antara pimpinan dan bawahan maupun antara sesama bawahan. f) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahannya dilakukan secara wajar. g) Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan h) Banyak kesempatan bagi bawahan utnuk memberikan saran, pertimbangan dan pendapat i) Tugas-tugas bagi bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada instruktif j) Pujian dan kritik seimbang k) Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas kemampuan masing-masing. l) Pimpinan meminta kesetiaan secara wajar m) Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindalk n) Terdapat suasana saling percaya, saling hormat-menghormati dan saling harga-menghargai. o) Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama pimpinan dan bawahan. 3) Gaya Liberal Ciri-ciri kepemimpinan liberal sebagai berikut: a) Pimpinan melimpahka wewenang sepenuhnya kepada bawahan b) Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan. c) Kebijakan lebih banyak dibuat oleh bawahan. d) Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahannya. f) Hampir tiada pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahannya. g) Prakarsa selalu datang dari bawahan h) Hampir tiada pengarahan dari pimpinan i) Peran pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok j) Kepentingan pribadi lebih utama daripada kepentingan kelompok k) Tanggungjawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang per orang.
B. TRAITS, BEHAVIOURS AND RELATIONSHIP
1. Ciri – Ciri atau Sifat Kepemimpinan Didasarkan pada asumsi bahwa beberapa orang merupakan pemimpin alamiah dan dianugerahi beberapa ciri yang tidak punyai orang lain seperti energi yang tidak habis- habisnya, intuisi yang mendalam, pandangan masa depan yang luar biasa dan kekuatan pesuasif. Teori kepemimpinan ini menyatakan bahwa keberhasilan manajerial disebabkan karena memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa dari seorang pemimpin. a. Karakter kepemimpinan Dalam pendekatan sifat, pemimpin dapatdipahami dengan melihat karakteristik pemimpin.Pendekatan sifat telah menghasilkan beberapa daftar sifat yang dimaksudkan agar penting bagi kepemimpinan. Bennis (1994, dalam Huber 2010) mengidentifikasi resep untuk kepemimpinan yang berisi enam bahan: visi, semangat, integritas (termasuk pengetahuan diri sendiri, keterbukaan, dan kedewasaan), kepercayaan, keingintahuan, dan keberanian.(Huber,2010) Drucker (1996, dalam Huber 2010) menuliskan bahwa pemimpin yang efektif mengetahui empat hal berikut: 1) Satu – satunya definisi dari pemimpin adalah seseorang yang memiliki pengikut. 2) Yang dilihat dari sebuah kepemimpinan bukanlah popularitas, tapi hasilnya. 3) Pemimpin adalah yang memiliki visi dan memberi contoh. 4) Kepemimpinan bukanlah pangkat tapi tanggung jawab. Penelitian yang dilakukan oleh Bennis dan thomas (2002), mengindikasikan bahwa pemimpin luar biasa memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan dan muncul lebih kuat dan lebih berkomitmen. mereka menganggap bahwa "salah satu indikator dan prediktor yang paling dapat diandalkan untuk kepemimpinan sejati adalah kemampuan individu untuk menemukan makna dalam kejadian negatif dan untuk belajar bahkan dalam situasi yang paling banyak dicoba. pemimpin besar memiliki empat keterampilan penting berikut ini: 1) Kemampuan untuk melibatkan orang lain dalam sebuah kebersamaan 2) Gaya berbicara yang khas dan menarik 3) Memiliki integritas tinggi 4) Combinasi dari kemampuan dan kekuatan untuk memahami konteks ( adaptive capacity). Satu model keperawatan berbasis penelitian (Mathena, 2002) mengidentifikasi enam perilaku inti berikut ini penting untuk kesuksesan kepemimpinan keperawatan: 1) Visi 2) Membangun tim interdisipliner 3) Analisis beban kerja 4) Analisis proses kerja 5) Analisis stakeholder 6) Perencanaan interaktif b. Visi dan kepercayaan (trust) Salah satu ciri seorang pemimpin adalah visi, kemampuan untuk menciptakan visi dan menerapkannya. Kepemimpinan didasarkan pada kepercayaan: "Kepercayaan adalah perekat emosional yang mengikat para pemimpin dan bawahannya dan merupakan ukuran legitimasi kepemimpinan". Perilaku yang membangun kepercayaan mencakup berbagi informasi yang relevan, mengurangi kontrol, dan memenuhi harapan. c. Kepemimpinan “ does and don’ts” Karakteristik dan skill yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin sukses.Karakteristik ini dibagi menjadi 2 bagian : kepemimpinan "dos and don'ts." Karakteristik kepemimpinan "does" mencakup kejujuran, energi, dorongan, keuletan, kreativitas, fleksibilitas, visibilitas, stabilitas emosional, pengetahuan, keterampilan konseptual, dan motivasi kepemimpinan. Diantara karakteristik ini, kejujuran/kepercayaan dan kekuatanadalah yang terpenting.Kepemimpinan didasarkan pada kepercayaan dan tidak bertahan tanpanya.Kepemimpinan adalah kerja keras dan berkelanjutan yang membutuhkan banyak energi.karakteristik kepemimpinan "Don’ts" mencakup ketidakpercayaan, ketidakpekaan terhadap orang lain, sikap acuh tak acuh, overmanaging, abrasifasi, ketidakmampuan untuk berpikir strategis atau staf secara efektif, ketidakmampuan membangun tim, dan memusatkan perhatian pada politik organisasi internal (terlalu ambisius). Di antara karakteristik ini, ketidakpercayaan dan ketidakpekaan adalah penyebab kepemimpinan tidak efektif. 2. Perilaku Perilaku seseorang dapat menentukan keefektifan kepemimpinan seseorang.Dari hasil penelitian pada tahun 1940, ditemukan sifat – sifat dan pengaruh pada prestasi dan kepuasan dari pengikut – pengikutnya. a. Study dari University of Michigan Melalui penelitian mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan yang berbeda, disebut sebagai job – centered yang berorientasi pada pekerjaan dan empliyee- centered yang berorientasi pada karyawan.(Rivai, Mulyadi, 2012) 1) Pemimpin yang job-centered Pemimpin yang berorientasi pada tugas menerapkan pengawasan ketat sehingga bawahan melakukan tugasnya dengan menggunakan prosedur yang telah ditentukan.Pemimpin ini meengandalkan kekuatan paksaan, imbalan, dan hukuman untuk mempengaruhi sifat – sifat dan prestasi bawahannya.Perhatian pada orang dilihat sebagai suatu hal yang “wah” yang tidak dapat selalu dipenuhi oleh pemimpin..(Rivai, Mulyadi, 2012)
2) Pemimpin yang employee-centered
Mendelegasikan pengambilan keputusan pada bawahan dan membantu bawahannya dalam memenuhi kebutuhannya dengan cara menciptakan lingkungan kerja yang suportif. Pemimpin yang berpusat pada bawahan memiliki perhatian terhadap kemajuan, pertumbuhan dan prestasi pribadi bawahannya.Tindakan – tindakan ini diasumsi dapat memajukan pembentukan dan perkembangan kelompok. b. Studi dari Ohio State University Penelitian oleh fleishman dan rekan – rekannya di ohio state university menghasilkan perkembangan teori dua faktor dari kepeminpinan : 1) Membentuk Struktur Melibatkan perilaku dimana pemimpin mengorganisasikan dan mendefinisikan hubungan – hubungan di dalam kelompok, cenderung membangun pola dan saluran komunikasi yang jelas, dan menjelaskan cara – cara mengerjakan tugas yang benar. Pemimpin yang memiliki kecenderungan membentuk struktur yang tinggi, akan berorientasi pada tujuan dan hasil. 2) Konsiderasi Melibatkan perilaku yang menunjukkan persahabatan, saling percaya, menghargai, kehangatan dan komunikasi antara pemimpin dan bawahannya.Pemimpin yang memiliki kensiderasi yang tinggi menekan pentingnya komunikasi yang terbuka dan partisipasinya. 3. Relationship Hubunganpemimpin-bawahan dianggap melibatkan dinamika keterikatan, terutama bila hubungan ini memiliki komponen afektif.Hubungan pemimpin-bawahan layaknya hubungan antara orang tua dan anak. Namun seharusnya tidak dianggap bersifat regresif, melainkan mencerminkan hal normal dari apa yang disebut sistem perilaku keterikatan. Seorang pemimpin mencerminkan layaknya orang dewasa, dimana seorang pemimpin menciptakan sebuah keterikatan kepada orang lain khususnya kepada bawahan. Meskipun para pemimpin juga tidak sempurna dan selalu salah, mereka memiliki jiwa dan kemampuan untuk berfungsi sebagai tempat yang aman dan nyaman. Pandangan pemimpin ini paling mudah terangsang ketika orang merasa terancam dan ketika sumber perlindungan dan kenyamanan lain tidak memberikan tingkat keamanan yang diinginkan. (Mayseless, 2010) Hubungan pemimpin-bawahan bisa menimbulkan keterikatan penuh (pada sosok yang tidak mudah ditukar dengan orang lain), dan perpisahan dapat memicu kesedihan dan berkabung (Ainsworth, 1991 dalam Mayiseless 2010). Namun, seringkali hubungan semacam itu membangkitkan dinamika keterikatan dan dinamika ini dapat dimanifestasikan dalam bentuk simbolis tanpa pertemuan tatap muka yang sebenarnya.Salah satu ciri yang menentukan dari hubungan keterikatan adalah kedekatan-mencari pada saat kesusahan dan pemeliharaan ketersediaan emosional dan fisik.Dalam beberapa hal, para pemimpin perlu dilihat dari kemampuan untuk memfasilitasi idealisasi yang diperlukan dan persepsi bahwa mereka benar-benar lebih kuat dan lebih bijak.Namun, pada saat-saat sulit atau ancaman, bentuk pencarian kedekatan tertentu diharapkan terjadi. Untuk menumbuhkan rasa kedekatan dan proaktif yang mendorong dan menopang dinamika keterikatan, para pemimpin menggunakan berbagai cara, untuk menjembatani jarak antara mereka dan bawahannya. Metode ini menghasilkan keseimbangan antara jarak dan idealisasi yang dibutuhkan untuk memproyeksikan kekuatan dan kompetensi pemimpin, di satu sisi, dan kualitas pribadinya yang mendorong dinamika keterikatan, di sisi lain.(Mayseless, 2010)
C. CONTINGENCY APPROACHES TO LEADERSHIP
Organisasi dipandang sebagai suatu sistem kontigensi sosial, pertama kali disampaikan oleh seorang konsultan manajemen bernama Mary Parker Follet. Follet menyampaikan sebuah gagasan bahwa gaya kepemimpinan haruslah bervariasi sesuai dengan situasi atau kondisi karyawan yang terlibat.Pencapaian sasaran organisasi adalah dengan manjemen yang baik melalui gaya kepemimpinan dengan pendekatan kontigensi atau pendekatan situsional, gaya kepemimpinan ini dibagi dalam tiga pandangan (Rivai & Mulyadi, 2012) : 1. Teori Hersey dan Blanchard Untuk mencapai keberhasilan dalam suatu organisasi maka seorang pemimpin harus dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan keinginan bawahan, adapun faktor- faktor yang dapat mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut antara lain tuntutan tugas, harapan dan tingkah laku rekan setingkat, karakteristik karyawan, budaya organisasi serta kebijakannya. Pemimpin atau manager harus menyesuaikan responnya menurut kondisi atau tingkat perkembangan kematangan, kemampuan,dan minat karyawan dalam menyelesaikan tugas – tugasnya. Dalam hal ini, respon seorang manajer dalam perilaku kepemimpinan memberikan sejumlah pengarahan dan dukungan yang bersifat sosiemosional. Sementara itu, manajer harus mennyesuaikan tingkat kematangan karyawan. Hersey dan Blanchard mengembangkan empat gayakepemimpinan yang dimiliki oleh manajer : a. Gaya 1 : Memberitahu (Telling), gaya ini ditandai dengan adanya komunikasi satu arah, dimana pemimpin menentukan peranan para bawahannya dan cara mengerjakan tugasnya. b. Gaya 2 : Menjual (Selling), gaya ini ditandai dengan usaha melalui komunikasi dua arah dan pemimpin menyediaka n dukungan sosiemosional agar bawahannya ikut berperan dalam pengambilan keputusan. c. Gaya 3 : Berpartisipasi (partisipating), gaya ini ditandai oleh pemimpin dan bawahanya bersama – sama terlibat dalam pembuatan keputusan melalui komunikasi dua arah yang sebenarnya d. Gaya 4 : Mewakilkan (delegating), pemimpin membiarkan bawahannya bertanggung jawab atas keputusan – keputusan mereka. (Faules & Peace, 2010) 2. Teori Fred E. Fielder Menurut Fiedler, tidak ada gaya kepemimpinan yang cocok untuk semua kondisi kerja pada sebuah unit/organisasi, maka seorang pemimpin yang dipilih untuk memimpin suatu unit/organisasi harus memiliki gaya kepemimpinan tertentu yang cocok dengan kondisi kerja pada unit/organisasi tersebut atau mengubah kondisi kerja unit/organisasi tersebut sesuai dengan gaya kepemimpinan yang digunakan oleh pemimpin itu. Fiedler juga mengatakan bahwa prestasi kelompok tergantung pada interaksi antara gaya kepemimpinan dan situasi yang mendukung. Kepemimpinan dilihat sebagai suatu hubungan yang didasari oleh kekuatan dan pengaruh.Model kepemimpinanFiedler ini mengemukakan tiga variable utama yang menentukan suatu situasi yang menguntungkan dan tidak menguntungkan bagi pemimpin : a. Hubungan pemimpin –anggota (baik atau buruk) Dikatakan baik apabila pemimpin memiliki dukungan dan kesetiaan bawahan dan hubungan dengan para bawahan bersahabat dan kooperatif. b. Struktur tugas (terstruktur atau tak terstruktur) Dikatakan terstruktur apabila terdapat standar prosedur operasi untuk menyelesaikan tugas, gambaran rinci dari produk atau jasa yang telah jadi, dan indikator obyektif mengenai seberapa baik tugas itu dilaksanakan. c. Kekuasaan posisi (kuat atau lemah) Dikatakan kuat à bila pemimpin memiliki kewenangan utk mengevaluasi kinerja bawahan dan memberikan penghargaan dan hukuman. Gambaran teori kepemimpinan kontinensia menurut Fiedler :
Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa :
a. Keuntungan ditentukan dengan memberikan bobot ketiga aspek situasi. b. Prosedur pemberian bobot mengasumsikan bahwa hubungan pemimpin-anggota lebih penting daripada struktur tugas, yang akhirnya adalah lebih penting daripada kekuasaan posisi. c. Kemungkinan kombinasi memberikan delapan tingkatan keuntungan, yang disebut “oktan”. Situasi yang paling menguntungkan bagi pemimpin (oktan 1) adalah hubungan pemimpin – anggota baik sehingga bawahan lebih mungkin memenuhi permintaan/arahan dari pemimpin. Saat pemimpin memiliki kekuasaan posisi yang cukup besar, lebih mudah untuk mempengaruhi bawahan. Terlebih lagi jika itanbag dengan keadaan dimana tugasnya terstruktur, lebih mudah bagi pemimpin untuk mengarahkan dan mengawasi kinerja mereka.Sebaliknya, Situasi yang paling tidak menguntungkan pemimpin (oktan 8) ketika hubungan dengan bawahan buruk, tugas tidak terstruktur, dan kekuasaan posisi rendah. Ketiga variable situasi ini dikaitkan dengan teori yang berorientasi pada tugas, hal ini tergantung pada situasi yang ada pada saat tertentu. Kombinasi antara situasi yang dihadapi oleh pemimpin dengan perilaku kepemimpinan yang tepat akan menentukan efektifitas kepemimpinan. Yang dimakud perilaku yang tepat adalah dalam situasi apa perilaku pemimpin berorientasi pada tugas dan dalam situasi apa perilaku pemimpin berorientasi pada hubungan. Perilaku pemimpin yang berorientasi pada hubungan akan efektif dalam situasi yang moderat misalnya pemimpin yang menghadapi situasi ketika derajat variabel situasi hubungan pemimpin dan bawahan rendah, tetapi kedua variabel yang lain derajatnya tinggi. Atau dalam situasi lain yaitu variable posisi kewenangan pemimpin derajatnya rendah tetapi variabel yang lain derajatnya tinggi. Dapat disimpulkan dari model kepemimpinan kontingensi, perilaku pemimpin yang efektif tidak berpola dari satu gaya tertentu, melainkan dimulai dengan mempelajari situasi tertentu pada satu saat tertentu. Yang dimaksud dengan situasi tertentu adalah adanya tiga variabel yang dijadikan dasar sebagai perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan hubungan, tetapi tidak berarti bahwa tugas tidak pernah berorientasi pada hubungan. 3. Martin G. Evans dan RJ House ( teori Path Goal) Merupakan gaya kepemimpinan yang beriorentasi kepada keinginan atau harapan dari karyawan. Hal ini berarti gaya kepemimpinan ini merupakan gaya kepemimpinan yang menyesuaikan pada kondisi dimana pemimpin dapat memenuhi harapan dan kebutuhan dari para karyawan agar mereka dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga tujuan unit/organisasi dapat tercapai. Teori kepemimpinan ini menekankan hubungan antara gaya kepemimpinan, karakteristik kepribadian pengikut, dan lingkungan kerja serta regulasi. Menurut teori ini, ada empat perilaku kepemimpinan utama yang biasanya dipilih oleh pemimpin ketika berinteraksi dengan bawahan, yaitu: a. Kepempimpinan direktif Pemimpin memberikan pedoman yang memungkinkan bawahan tahu apa yang diharapkan dari mereka, menetapkan standar kinerja bagi mereka, dan mengontrol perilaku ketika standar kinerja tidak terpenuhi. Pemimpin secara bijaksana memberikan penghargaan dan sanksi disiplin. Bawahan diharap mengikuti aturan dan kebijakan yang dikeluarkan. b. Kepemimpinan suportif Pemimpin yang sifatnya mengayomi bawahan dan menampilkan perhatian pribadi terhadap kebutuhan, dan kesejahteraan mereka. c. Kepemimpinan partisipatif Pemimpin yang percaya pengambilan keputusan dalam kelompok dan berbagi informasi dengan bawahan. Dia berkonsultasi bawahannya mengenai keputusan penting berkaitan dengan pekerjaan, tujuan tugas, dan cara untuk menyelesaikan tujuan. d. Kepemimpinan berorientasi prestasi Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mendorong karyawan untuk mencapai kinerja terbaik mereka. Pemimpin percaya bahwa karyawan cukup bertanggung jawab untuk mencapai tujuan yang menantang. Gaya ini sama dengan pandangan teori penetapan tujuan.(Rivai & Mulyadi, 2012) Menurut pencetus teori kepemimpinan ini, kepemimpinan memotivasi pengikut ketika pemimpin meningkatkan jumlah dan jenis reward, membuat jalan untuk mencapai tujuan yang jelas melalui pembinaan dan arahan, menghilangkan hambatan, dan membuat pekerjaan lebih memuaskan.