Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN KESIAPSIAGAAN BENCANA TANAH LONGSOR

DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA


ANAK USIA SEKOLAH

JURNAL

MUHAMMAD RIFAL MARDANI


201701118

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2021
HUBUNGAN KESIAPSIAGAAN BENCANA TANAH LONGSOR
DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK USIA
SEKOLAH

Relationship Between Landslide Disaster Preparedness And Anxiety Levels In School

Muh Rifal Mardani1, Ismawati2, Afrina Januarista3


Email : mardanirifal2368@gmail.com

1. Program Studi Ners


2. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu
3. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu

ABSTRAK

Kejadian bencana alam yang melanda diberbagai negara, seringkali dikaitkan dengan kecepatan dan
kemajuan serta perluasan ketebalan populasi disuatu negara. Untuk mencegah terjadi jatuhnya korban jiwa
ataupun kerugian harta akibat bencana. Kesiapsiagaan merupakaan suatu aktivitas ataupun tindakan yang
dikerjakan ketika sebelum terjadinya sebuah bencana, Kesiapsiagaan juga merupakan garda utama yang dapat
mengurangi kecemasan yang di rasakan oleh anak usia sekolah yang tinggal dikawasan rawan bencana.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Kesiapsiagaan Bencana Tanah Longsor Dengan
Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Sekolah di Desa Nupabomba. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan
menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross sectional, jumlah polasi dalam penelitian ini sebanyak
31 orang dengan jumlah sampel 31 orang, pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
total sampling. Analisis data menggunakan uji fisher. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
responden (64,5%) memiliki kesiapsiagaan yang siap dengan tingkat kecemasan ringan. Hasil analisis bivariat
dengan uji fisher diperoleh terdapat Hubungan antara Kesiapsiagaan Bencana Tanah Longsor Dengan Tingkat
Kecemasan Pada Anak Usia Sekolah di Desa Nupabomba yaitu nilai p 0,045 > 0,05. Simpulan dari penelitian
adalah ada Hubungan Kesiapsiagaan Bencana Tanah Longsor Dengan tingkat Kecemasan Pada Anak Usia
Sekolah di Desa Nupabomba.

Kata Kunci: Kesiapsiagaan, Kecemasan dan Bencana Longsor

ABSTRACT

Disaster that happened in such of countries mostly have correlation with population velocity. Increasing and
spreading of them in country itself. In preventing the victims and financial loss due to disaster. Preparedness
of disaster is such activities should be done before the disaster happened. It as a main gate that could reduce
the anxiety of children in age school around the risk disaster area. The aim of research to obtain The
Association Of Preparedness Of Landslide With Anxiety Level Toward Children In School Age In
Nupabomba Village. The type of research is quantitative with analyses design and it use cross sectional
approached. Total of population is 31 respondents and sampling is 31 that taken by total sampling
technique. Data analysed by fisher test. The result of research shown that about 64,5% have good
preparedness and slight anxiety. The result of bivariate analyses by fisher test found have The Association Of
Preparedness Of Landslide With Anxiety Level Toward Children In School Age In Nupabomba Village with p
value 0,045 > 0,05. Conclusion of research mentioned that have The Association Of Preparedness Of
Landslide With Anxiety Level Toward Children In School Age In Nupabomba Village.

Keyword : Preparedness, Anxiety, Landslide

2
PENDAHULUAN kebakaran hutan dan lahan. Sementara

Kejadian bencana alam yang pada musim peralihan, fenomena alam

melanda di berbagai negara yang puting beliung menjadi ancaman

berbeda, sering kali dikaitkan dengan bencana. 2

kecepatan dan kemajuan serta perluasan Berdasarkan data EM-DAT

ketebalan populasi di suatu negara. (Emergency Database) The

Masalah ini biasanya merupakan International Disaster Database, Centre

peristiwa bencana yang disebabkan oleh for Research on the Epidomiology of

risiko umum seperti bahaya yang Disasters (CRED), telah terjadi 1.110

disebabkan oleh manusia yang sebagian kejadian bencana di seluruh dunia dari

besar bersifat inovatif dan disengaja atau tahun 2015-2018. Dari total kejadian

antropogenik. Kekhawatiran ini telah bencana tersebut, bencana tanah longsor

mendorong Organisasi Dunia PBB terjadi sebanyak 23 kejadian diseluruh

untuk menyatakan perlunya menangani dunia. Negara indonesia sebagai Negara

bencana dengan moto “International yang rawan terhadap bencana tercatat

Decade for National Reduction”. data bencana yang selalu terjadi di

Dimulai dengan deklarasi ini, bangsa- wilayah indonesia yang di rilis pada

bangsa di dunia mulai mencari cara tanggal 10 maret 2021 bahwa sebanyak

khusus untuk mengurangi bahaya yang 763 bencana alam, dan kejadian tanah

akan didapat karena bencana yang longsor di wilayah Indonesia sebanyak

menimpa bangsa mereka. 1 114 kejadian. 3

Indonesia juga berada di garis Berdasarkan catatan data

khatulistiwa sehingga menyebabkan peristiwa bencana yang terjadi di

wilayah negara indonesia beriklim wilayah Indonesia dari Badan Nasional

tropis. Akibat kondisi ini menyebabkan Penanggulangan Bencana, bencana

negara Indonesia hanya memiliki dua longsor adalah bencana yang sangat

musim, yaitu musim hujan dan juga menakutkan, berbahaya dan mematikan,

musim panas Di saat curah hujan ini dikarenakan adanya beberapa hal

menjadi tinggi pada sat musim yang diakibatkan oleh bencana longsor,

penghujan,. kondisi seringkali mulai dari masyarakat kehilangan

menyebabkan terjadinya bencana puting tempat tinggal, kehilangan harta benda

beliung, banjir dan tanah longsor. hingga menyebabkan timbulnya korban

Adapun bencana yang terjadi di saat jiwa yang diakibatkan oleh bencana ini.4

musim kemarau, dan curah hujan rendah Bencana longsor yang terjadi di

akan selalu terjadi kekeringan, beberapa wilayah Indonesia juga bukan

3
hanya menimbulkan dampak kerusakan Bencana longsor yang terjadi di
bangunan, kehilangan harta benda, wilayah tersebut bukan hanya
ataupun timbulnya korban jiwa tetapi menyebabkan adanya kerusakan
juga berdampak psikologis bagi yang bangunan dan juga korban jiwa tetapi
tinggal di daerah rawan bencana longsor menimbulkan pengaruh yang besar
seperti perasaan cemas, trauma, dan juga terhadap anak-anak sebagai kelompok
stress. Tentunya bencana yang terjadi yang paling, hal ini dikarenakan anak-
sangat berpengaruh terhadap kelompok anak tersebut tinggal di daerah yang
yang paling rentan yaitu kelompok yang rawan longsor dan juga anak-anak
masih beruusia anak-anak. Ini semua di tersebut melihat dan merasakan secara
karenakan bahwa anak-anak yang langsung bencana yang terjadi.
tinggal di wilayah tersebut merasakan Berdasarkan hasil wawancara
secara langsung bencana yang terjadi di sebagian anak mengatakan bahwa
sekitar mereka, mereka juga merasakan, mereka sangat takut dan khawatir ketika
dan juga ikut melihat secara langsung terjadinya bencana longsor, dan juga
dampak yang di akibatkatkan oleh ketika hendak bepergian ke sekolah dan
bencana longsor, ini di sebabkan karena ke tempat mengaji ataupun ketika
usia anak-anak tersebut belum cukup mereka bermain-main, anak-anak harus
umtuk menyaksiakan dan merasakan melewati kawasan yang selalu terjadi
hal-hal tersebut secara pertumbuhan bencana longsor, kemudian sampai saat
psikologis. 5 ini anak-anak yang tinggal di wilayah
Berdasarkan hasil wawancara tersebut belum mendapatkan pelajaran
dengan beberapa masyarakat di desa di sekolah mengenai bencana tanah
nupabomba termasuk dengan anak-abak longsor, adapun salah satu kesiapsiagaan
yang tinggal di sekitar yang dilakukan yang dilakukan oleh anak-anak di
pada hari senin tanggal 15 Maret 2021, wilayah tersebut ketika terjadi hujan
menurut laporan dari pemerintah Desa deras mereka segera menjauhi daerah
setempat bahwa Desa Nupabomba itu yang rawan longsor, dan ketika terjadi
terdiri dari 6 dusun dan juga sebanyak gempa mereka segera mendekat
21 Rt/Rw, dan yang seringkali terjadi ketempat yang lapang.
bencana tanah longsor berada di dusun 5 Berdasarkan masalah yang
dan dusun 6. Bencana longsor yang dirasakan oleh anak-anak di wilayah
terjadi di wilayah tersebut menyebabkan tersebut, maka Salah satu cara untuk
kerusakan bangunan dan juga pernah menghadapi atau mengurangi dampak
menyebabkan adanya korban jiwa. bencana tanah longsor yaitu dengan

4
meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat HASIL PENELITIAN
khususnya anak sekolah. Kesiapsiagaan A. Karakteristik Responden
yang dimaksud adalah suatu Tabel 1 Distribusi Frekuensi
Karakteristik berdasarkan usia,
perencanaan penyusunan rencana dalam kelas dan jenis kelamin di Desa
rangka penanggulangan bencana yang Nupabomba

terus-terusan terjadi saat ini dan juga Usia f %


8-9 Tahun 15 48,4%
peningkatan kesiapsiagaan menjadi 10-11 Tahun 16 51,6%
salah satu penyebab terjadinya Total 31 100%
Kelas f %
pengurangan resiko bencana yang Kelas 4 16 51,6
Kelas 5 15 48,4
bersifat pro-aktif, sebelum hal-hal yang Total 31 100
tidak di inginkan terjadi. Jenis F %
Kelamin
Laki-Laki 19 61,3
METODE PENELITIAN Perempuan 12 38,7
Total 31 100
Penelitian ini adalah penelitian Sumber : Data Primer, 2021
kuantitatif, penelitian ini menggunakan
6 Berdasarkan Tabel 1
desain analitik yaitu penelitian yang menunjukkan bahwa dari 31
mencari tahu kenapa dan bagaimana responden, responden yang
masalah itu bisa terjadi. Pendekatan berumur 8-9 Tahun berjumlah 15
yang digunakan yaitu Cros Sectional.7 (48,4%) dan responden yang
Penelitian ini dilakukan di Desa berumur 10-11 Tahun berjumlah 16
Nupabomba, Kec. Tanantovea. Populasi responden (51,6%), Distribusi
pada penelitian ini adalah anak usia frekuensi berdasarkan kelas
sekolah yang duduk di kelas 4 dan 5 didapatkan bahwa responden yang
Sekolah Dasar yang berjumlah 31 orang. memiliki frekuensi tertinggi adalah
Pengambilan sampel dilakukan dengan kelas 4 yaitu berjumlah 16
teknik total sampling yaitu mengambil responden (51,6%) dan rata-rata
seluruh populasi kemudian di jadikan mereka berumur 8-9 Tahun, dan
sebagai sampel yang berjumlah 31 orang responden yang memiliki frekuensi
dan uji analisis data menggunakan uji terendah adalah kelas 5 yaitu
fisher exact. berjumlah 15 responden (48,4%)
dan rata-rata mereka berumur 10-11
Tahun, Distribusi frekuensi
berdasarkan jenis kelamin
didapatkan responden yang
memiliki frekuensi tertinggi adalah

5
laki-laki berjumlah 19 responden yang memiliki kecemasan sedang
(61,3%) dan responden yang yaitu 7 responden (35,5%).
memiliki frekuensi terendah yaitu
perempuan berjumlah 12 responden C. Analisis Bivariat
(38,7%). Tabel 3 Distribusi Frekuensi Hubungan
Kesiapsiagaan Dengan Tingkat
B. Analisis Univariat Kecemasan Pada Anak Usia
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Sekolah Di Desa Nupabomba
Kesiapsiagaan dan juga
tingkat kecemasan Pada Kecemasan
Anak Usia Sekolah Di Desa Ringan Total P Value
Kesiapsiagaan Berat
Sedang
Nupabomba
N N N
Siap 10 10 20
Kesiapsiagaan f % Kurang Siap 10 1 11
0,047
Siap 20 64,5 Total 20 11 31
Kurang Siap 11 35,5 Sumber : Data Primer, 2021
Total 31 100 Tabel 3 menunjukkan bahwa dari
Kecemasan %
f 20 responden (64,5%) yang memiliki
Cemas Ringan 13 41,9
kesiapsiagaan yang siap dengan
Cemas Sedang 7 22,6
Cemas Berat 11 35,5 tingkat kecemasan ringan dan sedang
Total 31 100
Sumber : Data Primer, 2021 yaitu 10 responden (50%),
Berdasarkan Tabel 2
kesiapsiagaan yang siap dengan
menunjukkan bahwa dari 31
tingkat kecemasan berat yaitu 10
responden dalam penelitian ini,
responden (50%). Kemudian dari 11
responden yang memiliki
responden (35,5%) yang memiliki
kesiapsiagaan yang siap berjumlah
kesiapsiagaan yang kurang siap
20 responden (64,5%), dan
dengan tingkat kecemasan ringan dan
responden yang memiliki
sedang yaitu 10 responden (90,9%),
kesiapsiagaan yang kurang siap
kesiapsiagaan yang kurang siap
berjumlah 11 responden (35,5%),
dengan tingkat kecemasan berat yaitu
Distribusi frekuensi berdasarkan
1 responden (9,1%) serta nilai p
tingkst kecemasan menunjukkan
menunjukkan angka 0,047. Oleh
bahwa dari 31 responden dalam
karena p value <0,05 maka secara
penelitian ini, responden yang
statistik terdapat adanya hubungan
memiliki frekuensi tertinggi adalah
antara kesiapsiagaan bencana tanah
responden yang memiliki kecemasan
longsor dengan tingkat kecemasan
ringan yaitu 13 responden (41,9%),
pada anak usia sekolah di Desa
dan responden yang memiliki
Nupabomba.
frekuensi terendah yaitu responden
PEMBAHASAN

6
1. Kesiapsiagaan pada Anak Usia bisa terhindar dari bahaya-bahaya
Sekolah di Desa Nupabomba yang buruk.
Berdasarkan hasil analisis Penelitian ini sejalan dengan teori
univariat Kesiapsiagaan bencana Supriyono (2014) dalam Mona
tanah longsor pada anak di Desa Saparwati, Trimawati, FikiWijayanti
Nupabomba di dapatkan bahwa anak (2019) di mana ketika pengetahuan
yang memiliki kesiapsiagaan yang yang baik mengenai kesiapsiagaan
siap sebanyak 20 responden (64,5%) akan membentuk suatu sikap yang
dan anak yang memiliki baik dan juga perilaku yang baik
kesiapsiagaan yang kurang siap tentang kesiapsiagaan. Pengetahuan
sebanyak 11 responden (35,5%). tentunya memiliki peranan yang
Peneliti berpendapat bahwa anak- penting dalam mengubah dan
anak yang memiliki kesiapsiagaan menguatkan faktor perilaku
yang siap dengan jumlah responden (predisposisi, pendukung, dan
20 (64,5%) yaitu anak-anak yang pendorong) hingga timbulnya
memiliki pengetahuan yang baik perilaku yang positif. 8

mengenai bencana longsor, Kemudian anak-anak yang


contohnya pada saat mereka bermain memiliki kesiapsiagaan yang kurang
mereka segera menjauhi daerah yang siap berjumlah 11 responden (35,5%)
selalu terjadi bencana longsor (83,8) yaitu dikarenakan kurangnya
dan juga mereka akan segera informasi berupa tanda peringatan
berteriak minta tolong ketika bencana bahaya bencana longsor di sekitaran
longsor terjadi (98,9%), maka dari itu tempat mereka bermain, contohnya
salah satu faktor utama yang menjadi pada saat mereka bermain mereka
kunci tentang kesiapsiagaan yaitu tidak menjauhi daerah yang sering
memiliki pengetahuan yang baik, longsor (83,7%), dengan adanya
dengan pengetahuan yang baik anak- rambu-rambu peringatan bahaya
anak akan mampu melakukan hal-hal bencana longsor anak-anak tidak
yang positif dan juga ketika terjadi akan lagi selalu mendekati daerah
bencana anak-anak akan selalu yang sering terjadi bencana longsor.
menimbulkan sifat-sifat yang bagus Penelitian ini sejalan dengan
dan tidak terlalu cemas dan takut penelitian Amni Zarkasyi Rahman
ketika terjadi bencana sebab mereka (2015) bahwa melakukan
cukup tau bagaimana caranya agar pemasangan tanda bahaya atau alat
peringatan dini harus dilakukan

7
pemasangan disemua zona yang dengan laki-laki, hal seperti itulah
berpotensi akan terjadinya bahaya yang membuat perempuan
bencana alam. Melalui tanda-tanda memberika respon yang berlebihan
bahaya yang di pasang maka terhadap suatu bahaya ketika hendak
masyarakat atau pun anak-anak akan terjadi, ataupun saat terjadinya suatu
lebih mengetahui bahwa di daerah ini bencana.
akan berindikasi terjadi pergeseran Penelitian ini sejalan dengan
tanah. Tapi yang terjadi saat ini teori Sunaryo (2004) dalam Bachri
pemasangan alat peringatan dini et. al (2017) mengatakan bahwa di
hanya terpasang sedikit dan terbatas lihat secara umum ataupun pada
di beberapa daerah yang berpotensi umumnya dia yang berjenis kelamin
longsor. 9
laki-laki memiliki mental dan juga
2. Kecemasan pada Anak Usia fisik yang kuat terhadap suatu yang
Sekolah di Desa Nupabomba dapat mengancam nyawanya ataupun
Berdasarkan hasil analisis terhadap sesuatu yang berbahaya
univariat kecemasan pada anak usia bagi dirinya di bandingkan dengan
sekolah di Desa Nupabomba di yang berjenis kelamin perempuan.10
dapatkan bahwa anak usia sekolah Kemudian peneliti berpendapat
yang memiliki kecemasan ringan bahwa yang menjadi permasalahan
yaitu sebanyak 13 responden hingga anak usia sekolah mengalami
(48,9%), yang memiliki kecemasan kecemasan berat yaitu adanya trauma
sedang sebanyak 7 responden pada anak-anak di karenakan mereka
(22,6%) dan yang memiliki merasakan dan melihat langsung
kecemasan berat sebanyak 11 ketika bencana longsor itu terjadi dan
responden (35,5%). begitu buruknya dampak yang
Peneliti berpendapat bahwa anak ditimbulkan oleh bencana longsor
usia sekolah yang mengalami tersebut, di karenakan bencana
kecemasan juga dipengaruhi oleh longsor yang selalu terjadi di
jenis kelamin, yang berjenis kelamin sekitaran mereka, membuat anak-
perempuan (48,4%) lebih cenderung anak yang tinggal di daerah tersebut
mengalami kecemasan yang merasa takut dan cemas, contohnya
berlebihan dibandingkan laki-laki mereka merasa takut tidur sendirian
(51,6%), hal ini dikarenakan jika pada saat terjadinya hujan deras
dilihat secara fisik perempuan (50,5%) dan juga mereka tidak fokus
terleihat lebih lemah dibandingkan dan kurang berkonsentrasi pada saat

8
disekolah karena memikirkan tingkat kecemasan yang ringan pada
kejadian bencana longsor (54,8%) anak usia sekolah disebabkan karena
Kemudian anak yang mengalami anak-anak memiliki kesadaran yang
kecemasan ringan yaitu mereka yang baik mengenai bencana yang terjadi
sudah cukup dan juga mereka disekitaran mereka, sehingga daari
memiliki pengetahuan yang bagus kesadaran yang baik akan
mengenai bencana longsor, sehingga menimbulkan perilaku dan juga
ketika bencana terjadi mereka sudah kesiapsiagaan yang bagus, contohnya
bisa mengontrol kecemasannya mereka sudah mengetahui tanda aka
mereka. terjadinya bencana longsor (97,8%),
Penelitian ini sejalan dengan sehingga anak-anak juga sudah
Mulyadi (2012) mengatakan bahwa mempersiapkan segalanya, penelitian
rasa takut yang terjadi pada anak usia ini sejalan dengan penelitian I Wayan
sekolah tidak bisa hilang dengan Gunada Dkk (2020) bahwa anak
begitu saja atau bersifat sementara yang duduk di bangku sekolah dasar
selama proses pengalihan kondisi dan merupakan kelompok yang paling
perhatian langsung. Anak-anak yang rentan yang menjadi korban saat
menjadi korban bencana hanya akan terjadinya suatu bencana.
mengingat peristiwa yang menonjol Dikarenakan mereka tidak
dari peristiwa yang pernah mempunyai kesadaran yang cukup
dieasakannya. Bentuk ekspresi yang atau baik mengenai kebencanaan,
ditampilkan oleh anak-anak yaitu hingga saat terjadinya suatu bencana,
terlihat ketakutan lewat tangisan, mereka dalam kondisi yang kurang
jeritan, bersembunyi atau tidak mau siap dan dikhawatirkan mereka
jauh dari orang tuanya.11 menjadi salah satu korban saat
3. Hubungan Kesiapsiagaan Bencana bencana terjadi.12
Tanah Longsor Dengan Tingkat Penelitian ini juga sejalan
Kecemasan pada Anak Usia dengan Gerdan (2014) dalam
sekolah di Desa Nupabomba Suprapto (2015) bahwa diubahnya
Hasil penelitian menunjukkan kesadaran bencana yang baik
bahwa responden yang memiliki menjadi perubahan perilaku pada
kesiapsiagaan yang siap cenderung seseorang merupakan salah satu hal
memiliki kecemasan yang ringan yang sangat penting yang harus
(50%). Peneliti berpendapat bahwa diupayakan dan juga dipaksakan.
kesiapsiagaan yang siap dengan Maka dari itu harus menerapkan

9
strategi yang terfokus pada Hasil penelitian menunjukkan
informasi, pelatihan dan juga bahwa responden yang memiliki
meningkatkan kesadaran seseorang kesiapsiagaan yang kurang siap
sejak mereka berusia masih muda. cenderung memiliki kecemasan yang
Hasil penelitian menunjukkan ringan dan sedang pada anak usia
bahwa responden yang memiliki sekolah (90,1%), hal ini dikarenakan
kesiapsiagaan yang siap namun kurangnya ketertarikan anak dalam
memiliki kecemasan yang berat pada mempelajari pembelajaran mengenai
anak usia sekolah (50%) dan ini tanah longsor, sehingga ketika
disebabkan karena anak-anak belum bencana terjadi mereka bingung apa
melupakan kejadian longsor yang yang harus mereka lakukan.
selalu terjadi, contohnya mereka Penelitian ini sejalan dengan teori
tidak fokus dan kurang Djiwandono (2014) dalam
berkonsentrasi pada saat disekolah Hardiyanto (2019) mengatakan
karena memikirkan kejadian bencana bahwa kadang yang menjadi suatu
longsor (54,8%). penelitian ini permasalahan ketika dalam
sejalan dengan teori Spielberger pemberian pembelajaran yaitu
(1972) dalam Laila Fida Nabihah kurangnya ketertarikan siswa dalam
Solehah (2012) mengatakan bahwa mempelajari apa saja yang diberikan
kecemasan merupakan unsur dari oleh gurunya, tentunya itu
emosional yang akan mucul dikarenakan kurang menariknya
berdasarkan pemikiran individu penyampaian yang diberikan oleh
terhadap situasi yang bisa membuat gurunya.14
dirinya berada dalam bahaya. Namun Hasil penelitian menunjukkan
kadang rasa takut tersebut timbul bahwa responden yang memiliki
diluar keadaran, contohnya muncul kesiapsiagaan yang kurang siap
rasa takut namun kita tidak cenderung memiliki tingkat
mengetahui apa yang menjadi kecemasan yang berat pada anak usia
penyebab ketakutan itu muncul dan sekolah (9,1%), hal ini disebabkan
juga kita tidak bisa menghindar dari karena anak-anak yang belum
perasaan yang tidak menyenangkan mendapatkan penyuluhan sehingga
tersebut. Hal-hal seperti inilah yang anak tersebut tidak mengetahui sama
akan membuat individu anak bersiap sekali mengenai bagaimana caranya
untuk mengantisipasi datangnya menghadapi ketika bencana longsor
bahaya. 13
terjadi, apa yang harus dia persiapkan

10
sebelum bencana itu terjadi ataupun pengetahuan yang baru yang bisa
apa yang harus dia lakukan pasca diserap dan didapatkan oleh anak
bencana itu terjadi. Penelitian ini tersebut, dengan begitu anak lebih
sejalan dengan teori Hilyard dkk tertarik dan juga pesan yang
(2011) dalam Riedel Jemly Dien et al disampaikan guru melalui permainan
(2015) mengatakan bahwa anak tersampaikan.
merupakan termasuk dalam KESIMPULAN DAN SARAN
komunitas yang paling rentan dalam Kesimpulan
situasi bencana mereka mempunyai Berdasarkan hasil penelitian dan
kemampuan dan sumber daya yang pembahasan yang telah diuraikan
terbatas guna bisa mengontrol atau sebelumnya, maka dapat disimpulkan
mempersiapkan dirinya ketika takut
sebagai berikut:
sehingga sangat memerlukan
1. Anak usia sekolah di Desa
perlindungan dari pihak-pihak diluar
Nupabomba sebagian besar
dirinya agar bisa kembali seperti
memiliki kesiapsiagaan yang siap.
sedia kala saat sebelum bencana.
Implikasi yang dapat diberikan
2. Anak usia sekolah di Desa

yaitu dengan perlu melakukan Nupabomba sebagian besar


berbagai macam bentuk kegiatan memilik tingkat kecemasan yang
pelatihan-pelatihan kesiapsiagaan ringan.
tentunya dengan cara-cara yang lebih 3. Ada hubungan yang bermakna
menarik agar apa yang disampaikan antara Kesiapsiagaan Bencana
bisa di implementasikan oleh Tanah Longsor Dengan Tingkat
pendengar terlebih lagi anak-anak
Kecemasan Pada Anak Usia
yang menjadi kelompok paling
Sekolah Di Desa Nupabomba.
rentan yang menjadi korban dari
Saran
bencana-bencana yang terjadi. Pihak
1. Bagi Institusi Pendidikan (Stikes
sekolah juga harus mempunyai ide-
ide yang baru demi memunculkan Widya Nusantara Palu)

motivasi belajar dan juga Bagi institusi pendidikan


meningkatkan minat baca pada anak diharapkan penelitian ini bisa
usia sekolah, melalui kegiatan dijadikan bahan bacaan pada
pembelajaran akan tetapi di dalam perpustakaan STIKes Widya
permainan tersebut tersimpan makna Nusantara Palu untuk menambah
dan juga banyak pengetahuan- pengetahuan tentang

11
kesiapsiagaan bencana longsor Kemudian pihak sekolah
dan juga tingkat kecemasan dan juga menambahkan metode
bisa dijadikan sebagai pembelajaran school watching,
pengembangan penelitian dengan metode pembelajaran ini berguna
menambah variabel seperti untuk melihat dan memahami
pengetahuan atapun pelatihan tempat-tempat yang beresiko
mitigasi bencana. terjadinya suatu bencana, dan juga
2. Bagi Anak Usia Sekolah melihat benda-benda yang dapat
Diharapkan anak usia membahayakan seseorang ketika
sekolah lebih menambah suaru bencana terjadi.
pengetahuan dan pemahaman
yang baik mengenai bencana REFERENSI
longsor demi untuk mencegah 1. damon p. coppola erin k. malanoy.

hal-hal yang buruk yang bisa communicating emergency


preparedness. 2009.
terjadi dan mengurangi
2. Theophilus Yanuarto, Pinuji S,
kecemasan yang dirasakannya
Utomo AC, Satrio IT. Buku Saku :
karena selalu melihat dan
Tanggap Tangkas Tangguh
merasakan secara langsung
Menghadapi Bencana (Cetakan
bencaa yang terjadi. Keempat) - BNPB. 2019. 32–39 p.
3. Bagi Instansi Tempat Penelitian 3. Kompas.com [Internet]. 2021.
Diharapkan bagi pihak Available from:
sekolah memberikan pendidikan https://www.kompas.com/tren/read/2
mitigasi bencana kepada anak usia 021/03/10/203500465/data-terbaru-

sekolah, karena anak usia sekolah bnpb--763-bencana-terjadi-

cukup rentan terhadap ancaman sepanjang-2021?page=all


4. Isnaini R. Analisis Bencana Tanah
bencana, kegiatan ini berguna
Longsor di Wilayah Provinsi Jawa
untuk siswa agar mereka dapat
Tengah. Islam Manag Empower J.
mengetahui apa yang harus
2019;1(2):143–60.
mereka lakukan ketika terjadi
5. Thoyibah Z, Meidiana D,
bencana dan juga sebelum Mulianingsih M, Nurmayani W,
bencana terjadi. Wiguna RI. Gambaran Dampak
Kecemasan dan Gejala Psikologis

12
pada Anak Korban Bencana Gempa Kesiapsiagaan Siswa. ORBITA J
Bumi di Lombok. J Chem Inf Model. Kajian, Inov dan Apl Pendidik Fis.
2019;53(9):1689–99. 2020;6(2):267.
6. Sugiyono. Metode Penelitian 13. Suprapto. ANALISIS
Kuantitatif Kualitatif. 2019. KESIAPSIAGAAN
7. Notoamodjo. Metode penelitian MASYARAKAT KOTA
kesehatan. 2012. PADANG DALAM
8. Mona Saparwati, Trimawati F. MENGHADAPI BENCANA
Peningkatan Pengetahuan ALAM. Angew Chemie Int Ed
Kesiapsiagaan Bencana Dengan 6(11), 951–952. 2015;6(2):5–24.
Video Animasi Pada Anak Usia 14. Hardiyanto H. Gambaran
Sekolah. Pro Heal J Ilm Kesehat Kesenangan Dan Motivasi Belajar
[Internet]. 2020;2(1):23–8. Available Siswa Sekolah Dasar Kelas Iv Dan
from: V Di Sdn Tirtomarto 03
http://jurnal.unw.ac.id:1254/index.ph Ampelgading Dalam Mengikuti
p/PJ/article/download/22-28/pdf Simulasi Evakuasi Bencana
9. Rahman AZ. KAJIAN MITIGASI Gunung Meletus. J Kesehat
BENCANA TANAH LONGSOR DI Mesencephalon. 2019;5(2).
KABUPATEN BANJARNEGARA.
2015;1(1):1–14.
10. Beck M. Anxiety Disorders
Diagnosed More Often in Women
Than Men. 2012;
11. Hanifah UN, Pratiwi A. Gambaran
kecemasan anak dengan post
traumatic stress disorder sebagai
dampak bencana alam angin puting
beliung. J Ilmu Keperawatan Jiwa
[Internet]. 2020;3(2):173–84.
Available from:
https://core.ac.uk/download/pdf/32
7188763.pdf
12. Ayub S, Kosim K, Gunada IW,
Handayani EP. Kesadaran
Kebencanaan Pada Perilaku

13

Anda mungkin juga menyukai