Penyusun
DESKRIPSI
TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu memberikan asuhan
kebidanan pada ibu hamil normal dengan bantuan, didasari konsep-konsep, sikap
dan ketrampilan serta hasil evidence based dalam praktik antenatal yang
menggunakan manajamen kebidanan.
2. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu melakukan :
a. Pemeriksaan fisik ibu hamil
b. Pemeriksaan laboratoruim HB Sahli
c. Pemeriksaan Laboratorium Glukosa dan Protein urine
d. Senam hamil
TOPIK 1
pincang dsb. Lihat dan nilai kekuatan ibu ketika berjalan, apakah ia tampak
Berat badan ibu hamil biasanya naik sekitar 9-12 kg selama kehamilan. Yang
sebagian besar diperoleh terutama pada trimester kedua dan ketiga kehamilan.
Jelaskan bahwa berat badan ibu naik secara normal yang menunjukkan
janinnya tumbuh dengan baik bila kenaikan berat badan ibu kurang dari 5 kg
Tinggi berat badan hanya diukur pada kunjungan pertama. Bila tidak
tersedia alat ukur tinggu badan maka bagian dari dinding dapat ditandai
dengan ukuran centi meter. Pada ibu yang pendek perlu diperhatikan
Tekanan darah pada ibu hamil bisanya tetap normal, kecuali bila ada
kelainan. Bila tekanan darah mencapai 140/90 mmhg atau lebih mintalah ibu
berbaring miring ke sebelah kiri dan mintalah ibu bersantai sampai terkantuk.
tetap tinggi, maka hal ini menunjukkan ibu menderita pre eklamsia dan harus
darahnya lebih sering (setiap minggu). Ibu dipantau secara ketat dan anjurkan
atau berurutan.
sehingga tidak adanya kesan membuka tutup baju pasien yang mengakibatkan
diperiksa apakah kurang darah atau tidak. Sebutkan bahwa bila ibu tidak
tangan dan kaki. Sedikit bengkak pada mata kaku dapat terjadi pada
kehamilan normal, namun bengkak pada tangn dan atau wajah tanda
preeklamsi. Perhatikan wajah ibu apakah bengkak dan tanyakan pada ibu
apakah ia sulit melepaskan cincin atau gelang yang dipakainya. Mata kaki
yang bengkak dan menimbulkan cekungan yang tak cepat hilang bila
b. Lihatlah mulut pasien. Adakah tampak bibir pucat, bibir kering pecah-
gigi yang berlobang, caries gigi. Selain dilihat dicium adanya bau mulut yang
menyengat.
atau bahkan masuk. Putting susu yang datar atau masuk akan
areola mammae.
presentasi janin, turunnya bagian janin yang terbawah, tinggi fundus uteri
bekas luka operasi, adakah tampak gerakan janin, rasakan juga dengan
janin dinilai dari tingginya fundus uteri. Semakin tua umur kehamilan,
bulan fundus uteri akan turun kembali karena kepala telah turun atau
masuk ke panggul. Pada kehamilan 12 minggu, tinggi fundus uteri
lebih tepat dianjurkan memakai ukuran tinggi fundus uteri dri simfisis
20 minggu 20 cm
24 minggu 24 cm
28 minggu 28 cm
32 minggu 32 cm
36 minggu 34- 46 cm
Kedua tangan diletakkan pada bagian atas uterus dengan mengikuti bentuk
fundus.
Gambar
Hasil: jika kepala janin yang nerada di fundus, maka palpasi akan teraba bagian
bulat, keras dan dapat digerakkan (balotemen). Jika bokong yang terletak di
fundus,maka pemeriksa akan meraba suatu bentuk yang tidak spesifik, lebih besar
dan lebih lunak dari kepala, tidak dapat digerakkan, serta fundus terasa penuh.
Petunjuk pemeriksaan :
telapak tangan diletakkan pada kedua sisi perut, dan lakukan tekanan yang
lembut tetapi cukup dalam untuk meraba dari kedua sisi. Secara
perlahan geser jari-jari dari satu sisi ke sisi lain untuk menentukan pada sisi
mana terletak pada sisi mana terletak punggung, lengan dan kaki.
Gambar :
Hasil : bagian bokong janin akan teraba sebagai suatu benda yang keras
adalah kaki, lengan atau lutut. Bila punggung janin tidak teraba di kedua
sisi mungkin punggung janin berada pada sisi yang sama dengan
punggung ibu (posisi posterior) atau janin dapat pula berada pada posisi
Lutut ibu dalam posisi fleksi, raba dengan hati-hati bagian bawah abdomen
pasien tepat diatas simfisis pubis. Coba untuk menilai bagian janin apa yang
Hasil : bila bagian janin dapat digerakkan kearah cranial ibu, maka bagian
terbawah dari janin belum melewati pintu atas panggul. Bila kepala yang
tidak dapat digerakkan lagi, maka kepala sudah “engaged” bila tidak dapat
diraba adanya kepala atau bokong, maka letak janin adalah melintang.
Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu. Kedua lutut ibu masih pada posisi
fleksi. Letakkan kedua telapak tangan pada bagian bawah abdomen dan coba
gambar
Hasil: pada dasarnya sama dengan pemeriksaan Leopold III, menilai
bagian janin terbawah yang berada didalam panggul dan menilai seberapa
kepada ibu apakah janin sering bergerak, katakana pada ibu bahwa DJJ telah
dapat didengar. Mintalah ibu segera bila janinnya berhenti bergerak. Bila
sampai umur kehamilan 28 minggu denyut jantung janin tidak dapat didengar
atau denyutnya lebih dari 160 atau kurang dari 120 kali permenit atau
janinnya berkurang gerakannya atau tidak bergerak, maka ibu perlu segera
dirujuk.
dikepalkan. Bila ibu merasa nyeri, mungkin terdapat gangguan pada ginjal
atau salurannya.
Gambar
yang tidak berbau. Pada kehamilan normal, tak ada rasa gatal, luka atau
teraba adanya benjolan kelenjar. Setelah selesai cucilah tangan dengan sarung
tangan yang masih terpasang, kemudian lepaskan sarung tangan dan sekali
Yaitu ukuran melintang dari pintu bawah panggul atau jarak antara tuber
gambar
yaitu jarak antar tepi atas simfisis dan prosesus spinosus lumbal V, dengan
ukuran normal sekitar 18-20 cm. bila diameter bouldelogue kurang dari 16
gambar
Pada ibu hamil terutama primigravida perlu dilakukan pemeriksaan untuk
menilai keadaan dan bentuk panggul apakah terdapat kelainan atau keadaan
pasien sangat pendek, bejalan pincang, terdapat kelainan seperti kifosis atau
pasien dapat diduga mempunyai kelainan atau kesempitan panggul bial pada
Alat untuk mengukur luar panggul yang paling sering digunakan adalah
jangka panggul dari martin. Ukuran – ukuran panggul yang sering digunakan
a. Distansia spinarum
Yaitu jarak antara spina iliaka anterior superior kanan dan kiri, dengan
b. Distansia kristarum
Yaitu jarak antara Krista iliaka terjauh kanan dan kiri dengan ukuran
sekitar 26-29 cm. bila selisih antara distansi kristarum dan distansia
panggul.
pretibia dan mata kaki dengan cara menekan jari beberapa detik. Apabila
terjadi cekung yang tidak lekas pulih kembali berarti oedem positif. Oedem
positif pada tungkai kaki dapat menendakan adanya pre eklampsia. Daerah
lain yang dapat diperiksa adalah kelopak mata. Namun apabila kelopak mata
Gambar
mintalah ibu duduk dengan tungkainya tergantung bebas dan jelaskan apa
bawah akan bergerak sedikit ketika tendon diketuk. Bila reflek lutut negative
berlebihan dan capat maka hal ini mungkin merupakan tanda pre eklamsi.
Gambar
b. Metode II
Metode ini menggunakan alat ukur Caliper. Caliper digunakan dengan
meletakkan satu ujung pada tepi atas simfisis pubis dan ujung yang lain
pada puncak fundus. Kedua ujung diletakkan pada garis tengah
abdominal. Ukuran kemudian dibaca pada skala cm (centimeter) yang
terletak ketika 2 ujung caliper bertemu. Ukuran diperkirakan sama dengan
minggu kehamilan setelah sekitar 22-24 minggu .
Keuntungan metode II :
lebih akurat dibandingkan pita pengukur terutama untuk kehamilan
setelah 22-24 minggu
Kerugian metode II :
Lebih mahal, lebih sulit dibawa dan digunakan, susah dibaca
dibandingkan pita pengukur
c. Metode III
Menggunakan pita pengukur yang mungkin merupakan metode akurat kedua dalam
pengukuran TFU setelah 22-24 minggu kehamilan. Titik nol pita pengukur
diletakkan pada tepi atas simfisis pubis dan pita pengukur ditarik melewati garis
tengah abdomen sampai puncak. Hasil dibaca dalam skala cm, ukuran yang terukur
sebaiknya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan setelah 22-24
minggu kehamilan.
Keuntungan :
Kerugian :
d. Metode IV
Garis nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis dengan 1
tangan, tangan yang lain diletakkan di batas atas fundus. Pita pengukur
diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah, pengukuran dilakukan
sampai titik dimana jari menjepit pita pengukur. Hasil pengukuran
menggunakan formula matematika yaitu :
cukup akurat
Kerugian metode IV :
rumit, kurang praktis selain metode diatas, rumus Mc. Donald dapat digunakan oleh
beberapa pemeriksa untuk menguatkan ketepatan pengukuran TFU selama trimester
kedua dan ketiga. Perhitungannya sebagai berikut :
D. SKENARIO KASUS
Ny. Wulandari usia 25 tahun datang ke polindes dengan keluhan tidak haid
kurang lebih 3 bulan, mengeluh selalu mual pada pagi hari.Ny Wulandari
mengatakan anak pertama baru beumur 1 tahun, menggunakan KB pil tapi tidak
rutin karena lupa. Ny Wulandari telah di anamnesa.
E. PETUNJUK PRAKTIKUM
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan pemeriksaan fisik secara lengkap terhadap pasien.
Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Mendapatkan persetujuan klien
4. Mengatur lingkungan sekitar klien
5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman
Tahap Kerja
1.Mengatur posisi klien senyaman mungkin
2. Melakukan penilaian secara sistematis keadaan umum pasien :
pemeriksaan inspeksi keadaan umum, perhatikan
bagaimanasikap tubuh, keadaaan punggung dan cara
berjalannya. Apakah cenderung membungkuk, terdapat lordosis,
kifosis, skoliosis atau pincang dan sebagainya, lihat dan nilai
kekuatan ibu ketika berjalan, apakah ia tampak nyaman dan kuat
atau apakah ibu tampak lemah
3. Inspeksi muka ibu apakah ibu ada kloasma gravidarum,
pucat pada wajah dan pembengkakan pada wajah(bila
terdapat pucat pada wajah, periksalah konjungtiva dan kuku,
pucat menandakan bahwa ibu menandakan anemia, sehingga
memerlukan tindakan lebih lanjut. Bila terdapat bengkak
diwajah, periksalah adanya bengkak pada tangan dan kaki.
Daerah lain yang dapat diperiksa adalah kelopak mata. Namun
apabila kelopak mata sudah edema, biasanya preeklamsia sudah
lebih berat.
4. Menganjurkan ibu untuk buang air kecil terlebih dahulu
5. Melakukan penimbangan berat badan dan tinggi badan
6. Timbanglah berat badan ibu pada setiap pemeriksaan kehamilan.
Berat badan ibu hamil biasanya naik sekitar 9 –12kg selama
kehamilan.
6. Ukur lingkar lengan atas ibu dengan alat ukur yang khusus
7. Lakukan pengukuran tanda vital ibu yang meliputi tekanan darah,
frekuensi nadi, pernafasan dan suhu. Pastikan ibu sudah istirahat
minimal 30menit setelah kedatangan atau sebelum dilakukannya
pemeriksaan tanda vital.
Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada
tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
Dokumentasi
1. Mencatat hasil pemeriksaan fisik ibu hamil
2. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada klien
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
Latihan
Ringkasan
Tes 2
3) Pada ibu hamil yang datang ke bidan untuk melakukan pemeriksaan kehamilannnya, untuk
menunjang diagnosa kehamilan setelah dilakukan anamnese, kemudian dilakukan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik apa yang diperlukan untuk melihat apakah janin
yang dikandungnya hidup atau tidak?
A. Palpasi
B. Perkusi
C. Inspeksi
D. Auskultasi
E. Tanda-tanda vital
4) Ibu hamil 32 minggu datang ke BPM. Bidan melakukan anamnese dan pemeriksaan fisik.
Untuk mengetahui letak janin dilakukan pemeriksaan palpasi...
A. Leopold 1
B. Leopold 2
C. Leopold 3
D. Leopold 4
E. Pemeriksaan Hodge
5) Pada pemeriksaan ibu hamil, untuk melihat bagian terbawah janin menggunakan
pemeriksaan...
A. Leopold 1
B. Leopold 2
C. Leopold 3
D. Leopold 4
E. Pemeriksaan Hodge
TOPIK 2
A. PEMERIKSAAN HB SAHLI
Dalam kehamilan normal akan terjadi penurunan kadar Hb, kadar Hb
terendah terjadi pada sekitar umur kehamilan 30 minggu. Oleh karena itu
pemeriksaan Hb harus dilakukan pada kehamilan dini untuk melihat data awal,
kemudian diulang sekitar usia kehamilan 30 minggu. Pengklasifikasian menurut
Manuaba, 2001 :
a. Tidak anemia : Hb>11 gr%
b. Anemia ringan : Hb 9-10,5 gr%
c. Anemia sedang Hb 7-8 gr%
d. Anemia berat Hb <7 gr%
Apabila terjadi anemia ringan, sebab yang sering adalah defisiensi besi dan dapat
diobati secara efektif dengan suplemen besi. Nasehat gizi untuk ibu hamil saat
meminum tablet Fe adalah menghindari tembakau, kopi, dan teh, serta
mengkonsumsi makanan yang kaya protein dan vitamin C.
B. SKENARIO KASUS
Ny. Wulandari usia 25 tahun G2P1AOH1 datang ke polindes dengan ingin
melakukan kunjungan ulang kehamilan dengan keluhan selalu pusing,sering
BAK serta merasa takut menghadapi TM III.Ny Wulandari telah dianamnesa
dan pemeriksaan fisik oleh bidan. Hasil pemeriksaan fisik diketahui
konjungtiva pucat dan muka pucat
C. PETUNJUK PRAKTIKUM
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan pemeriksaan penunjang HB sahli terhadap pasien.
Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Mendapatkan persetujuan klien
4. Mengatur lingkungan sekitar klien
5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman
Tahap Kerja
1. Cuci tangan dan memakai handscoon
2. Beri tahu ibu
3. Persilahkan ibu duduk
4. Masukkan kira-kira 5 tetes (angka 2) hcl 0,1% ke dalam tabung
pengencer hemometer
5. Isaplah darah dengan pipet hemoglobin sampai garis tanda 20ul
6. Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet.
7. Segera alirkan darah dan pipet ke dalam dasar tabung pengencer
yang berisi Hcl itu. Hati- hati jangan sampai terjadi gelembung
udara
8. Angkatlah pipet itu sedikit, lalu isap Hcl yang jernih itu ke dalam
pipet 2/3 kali untuk membersihkan daerah yang masih tertinggal
di pipet.
9. Campurkan isi tabung itu supaya darah dan asam hcl homogeny,
warna campuran menjadi coklat tua
10. Tambahkan aquades setetes demi setetes, tiap kali diaduk dengan
batang pengaduk yang tersedia. Persamaan warna campuran dan
batang standart harus dicapai dalam waktu 3-5 menit. Setelah saat
darah dan hcl dicampur. Pada usaha mempersamakan warna
hendaknya tabung di putar demikian sehingga garis bagi tidak
terlihat
11. Bacalah kadar hemoglobin dengan satuan gram/dl darah
12. Bersihkan dan rapikan alat
Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
KEGIATAN PRAKTIKUM
PROTEIN URIN
C. SKENARIO KASUS
Ny. Wulandari usia 25 tahun G2P1AOH1 datang ke polindes dengan ingin
melakukan kunjungan ulang kehamilan dengan keluhan selalu pusing. Ny
Wulandari telah di anamnesa dan di periksa oleh bidan dan hasil pemeriksaan
tekanan darah 140/90 mmhg dan palpasi kaki odema
C. PETUNJUK PRAKTIKUM
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan pemeriksaan penunjang protein urin terhadap klien.
D. STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
Pengertian Tes protein urine adalah pemeriksaan pada sampel urine untuk mengetahui
ada/tidaknya protein dalam urine. Pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan
penyaring dalam urinalisis.
Tujuan Tujuan dari tes ini adalah untuk mendiagnostik ada atau tidaknya protein di
dalam urine.
Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Mendapatkan persetujuan klien
4. Mengatur lingkungan sekitar klien
5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman (duduk atau
berbaring)
Tahap Kerja
1. Pasang sampiran, dekatkan alat yang sudah disiapkan
2. Cuci tangan (sabun, sikat,cuci dan keringkan)
3. Masukkan urin kedalam 2 tabung reaksi masing - masing 2 ml ( 1 tabung
sebagai pembanding )
4. Menyalakan lampu spirtus
5. Memanaskan tabung sampai mendidih berjarak 2-3 cm membentuk sudut
45 derajat
6. Arahkan tabung yang dipanaskan ketempat yang kosong
7. Bila urin yang dipanaskan keruh tanbahkan 4 tetes asam asetat 6% dan
bila kekeruhan hilang maka menunjukkan hasil yang negative
8. Jika urin tetap keruh maka panaskan sekali lagi dan bandingkan hasilnya
9. Bila setelah diapanaskan urin tetap keruh maka hasilnya positif dan baca
hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan dapat dianalisis sebagai berikut :
Negatif (-) : Urine tidak keruh
Positif (+) : Terjadi kekeruhan ringan
Positif 2(++) : Kekeruhan mudah di lihat dan ada endapan halus
Positif 3 (+++) : Urine lebih keruh ada endapan yang lebih jelas dan
terlihat
Positif 4(++++) : Urine sangat keruh dan disertai endapan
menggumpal
Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
Dokumentasi
1. Mencatat hasil, tanggal dan waktu
2. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada klien
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
KEGIATAN PRAKTIKUM
REDUKSI URIN
B. SKENARIO KASUS
Ny. Wulandari usia 25 tahun G2P1AOH1 datang ke polindes dengan ingin
melakukan kunjungan ulang kehamilan dengan keluhan selalu pusing. Ny
Wulandari telah di anamnesa dan di periksa oleh bidan dan hasil pemeriksaan
tekanan darah 140/90 mmhg dan palpasi kaki odema. Setelah di lakukan
pemeriksaan fisik maka bidan melakukan pemeriksaan penunjang
C. PETUNJUK PRAKTIKUM
Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan
kegiatan pemeriksaan penunjang urin reduksi terhadap klien.
D. STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
Pengertian Tes reduksi urine adalah pemeriksaan pada sampel urine untuk mengetahui
ada/tidaknya kadar glukosa melebihi ambang batas dalam urine.
Pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan penyaring dalam urinalisis.
Tujuan Tujuan dari tes ini adalah untuk mendiagnostik ada diabetes gestasional
pada kehamilan
Persiapan 1. Tabung reaksi beserta rak
Alat/Bahan 2. Alat pembakar
3. Penjepit tabung
4. Pipet / spuit
5. Urin dalam tempatnya
6. Larutan fehling AB
7. Larutan benedict
Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Mendapatkan persetujuan klien
4. Mengatur lingkungan sekitar klien
5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman (duduk atau
berbaring)
Tahap Terminasi
4. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
5. Mencuci tangan
6. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
Dokumentasi
4. Mencatat hasil, tanggal dan waktu
5. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada klien
Latihan
Ringkasan
Tes 3
4) Seorang ibu periksa di BPM setelah diperiksa kadar Hb 9,5gr%. Ibu hamil
tersebut mempunyai resiko...
A. Prematuritas
B. Bayi besar
C. Lahir kongenital
D. Sindrom Help
E. Hamil KET
5) Seorang ibu datang ANC di Puskesmas. Dari hasil pemeriksaan ibu menderita
DM dalam kehamilan. Ibu hamil yang menderita DM mempunyai resiko...
A. Prematuritas
B. Bayi besar
C. Lahir kongenital
D. Sindrom Help
E. Hamil KET
KEGIATAN PRAKTIKUM SENAM
HAMIL
a) SENAM HAMIL
Menurut Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO, tahun 2003 pengaruh dari peningkatan
esterogen, progesteron, dan elastin dalam kehamilan menyebabkan melemahnya jaringan
ikat dan ketidak seimnbangan persendian.
Akibat dari perubahan fisik selama kehamilan adalah :
1. Peregangan otot-otot
2. Pelunakan ligamen-ligamen
3. Pelonggaran persendian-persendian
Area yang paling dipengaruhi oleh perubahan- perubahan fisik tersebut adalah :
1) Tulang belakang
2) Otot-otot abdomal (meregang)
3) Otot dasar panggul (menahan berat beban dan tekanan uterus)
b) Pengertian
SENAM HAMIL
Pengertian Senam yang dilakukan pada ibu hamil TM II, III
Tujuan membantu memperbaiki sirkulasi darah, untuk mengimbangi dan
menyesuaikan diri dengan pertumbuhan janinnya. Selain itu juga untuk
mempersiapkan dirinya, baik persiapan fisik maupun persiapan mental
untuk menghadapi dan mempersiapkan persalinan yang cepat, aman,
dan spontan
Persiapan Mataras dan bantal
Alat/Bahan
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Memberi tahu ibu senam akan dimulai
4. Mengatur lingkungan sekitar klien
Tahap Kerja Pelaksanaan
PERTEMUAN PERTAMA
1. Mengangkat ujung kaki
2. mengangkat ujung kaki secara berulang ulang secara hitungan
yang diberikan (8x hitungan)
3. Menekukkan telapak kaki
4. tekukkan telapak kaki keatas sepenuhnya begitu juga kebawah
(8x hitungan)
5. Cara tidur yang nyaman
6. Posisi tidur miring kekanan, dengan kepala ditopang tangan
atau bantal, kaki dibawah lurus, kaki atas ditekuk, tarik nafas
dan hembuskan lewat mulut. Masing-masing 8x.
7. Duduk bersila
8. Dengan posisi seperti ini, tundukan kepala dan angkat kepala
sambil menarik nafas, kemudian mengembuskannya.
Lanjutkan dengan menaikan bahu kemudian menurunkannya
kembali.Lakukan gerakan 8x hitungan.
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 4. Justifikasi Identitas klien
5. Menyiapkan peralatan
6. Mencuci tangan
Komunikasi terapeutik:
5. Memperkenalkan diri
6. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
7. Memberi tahu ibu senam akan dimulai
8. Mengatur lingkungan sekitar klien
Tahap Kerja Pelaksanaan
PERTEMUAN PERTAMA
1. Mengangkat ujung kaki
mengangkat ujung kaki secara berulang ulang secara hitungan
yang diberikan (8x hitungan)
4. Duduk bersila
Dengan posisi seperti ini, tundukan kepala dan angkat
kepala sambil menarik nafas, kemudian mengembuskannya.
Lanjutkan dengan menaikan bahu kemudian
menurunkannya kembali.Lakukan gerakan 8x hitungan.
PERTEMUAN KEDUA
1) Duduk bersila
Dilakukan gerakan pemanasan dengan menggerakan kepala
menengok kekanan dan kekiri, miring kekanan dan kekiri.
Sesudah itu tundukan kepala dan angkat kepala sambil menarik
nafas, kemudian mengembuskannya. Lanjutkan dengan menaikan
bahu kemudian menurunkannya kembali. Lakukan gerakan 8x
hitungan.
5) Mengangkat Panggul
Posisi tidur terlentang dengan kedua kaki ditekuk. Kedua
tangan diletakan disamping untuk menahan badan. Tarik
napas, tahan sambil mengencangkan otot panggul, tahan
beberapa detik, lalu kembali keposisi semula sambil
menghembuskan napas. Lakukan gerakan 8x.
6) Latihan Membran
Posisi tidur terlentang, rangkul paha dengan tangan sampai
siku. Lakukan dengan posisi miring kekiri dan kenan
lanjutkan dengan posisi terlentang dan merangkul kedua paha
dengan lengan sampai siku. Sambil menarik napas angkat
kepala, pandangan keperut lalu hembuskan napas lanjutkan
dengan pergelangan kaki. Lakukan 8x.
7) Melenturkan Punggung
Posisi merangkak, bahu sejajar dengan kedua lengan
dibuka sejajar. Dengan membuka kaki, angkat punggung
dan tundukan kepala, sambil menarik napas tahan beberapa
detik kemudian kembali ke posisi semula, pada posisi
kembali otot punggung rileks. Ulangi gerakan sampai 8x
\
14. Gerakan Anti Sungsang
Posisi menungging. Tangan rileks disamping tubuh dan
kedua kaki terbuka, ditekuk sejajar bahu. Letakan kepala
dikedua tangan, turunkan dada perlahan-lahan sampai
menyentuh kasur, kepala menolek ke samping kiri atau
kanan. Letakan siku diatas kasur, geser sejauh mungkin dan
tubuh kesamping. Ulangi gerakan sampai 8x.
Konseling
1. Anjurkan ibu melakukan senam hamil di rumah dan
memakan makanan begizi serta minum susu ibu hamil
Tahap Terminasi
1. Merapikan ibu dan membereskan alat
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi tentang kegiatan yang telah dilakukan
Dokumentasi
1. ucapkan salam dan terima kasih
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI, 2012. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan
Rujukan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Hamberlain, Geoffrey & Morgan, Margery. 2013. ABC AsuhanAntenatal edisi 4. Jakarta :
EGC.
Cuningham, F. Gary., Leveno, Kenneth J., Bloom, Steven. L., Hauts, John C., Rouse, Dwigh J.,
& Spong, Catherine Y. 2014. Obstetri Williams (Volume 1). Jakarta : EGC