Anda di halaman 1dari 13

PEMERIKSAAN FISIK IBU HAMIL

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi terkait pemeriksaan fisik pada ibu hamil diharapkan mampu
mendemonstrasikan pemeriksaan fisik pada ibu hamil dengan benar serta mendapatkan data
yang tepat dan akurat.

POKOK-POKOK MATERI

Untuk mencapai tujuan pembelajaran, pokok-pokok materi yang harus anda pelajari adalah
sebagai berikut :

1. Anatomi fisologi sistem reproduksi wanita.


2. Adaptasi fisiologi dan psikologis kehamilan.
3. Asuhan keperawatan ibu hamil trimester I, II, dan III.
4. Prosedur-prosedur khusus pada perawatan antenatal, seperti pemeriksaan fisik ibu
hamil dan eduksi antenatal.
5. Pendokumentasian dan pencatatan data hasil pemeriksaan fisik.

URAIAN MATERI

Pemeriksaan fisik pada ibu hamil sama seperti pemeriksaan pada ibu lainnya yang
prosedurnya meliputi pengkajian, pembuatan diagnosis, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi.

- Inspeksi muka ibu apakah ada kloasma gravidarum, pucat pada wajah dan
pembengkakan pada wajah (bila terdapat pucat pada wajah periksalah konjungtiva
dan kuku, pucat menandakan bahwa ibu menderita anemia, sehingga memerlukan
tindakan lebih lanjut. Jelaskan pada ibu bahwa dirinya sedang diperiksa untuk
mengetahui apakah ia kurang darah atau tidak. Infomasikan bahwa bila ibu tidak
kurang darah ia akan lebih kuat selama kehamilan dan persalian. Jelaskana pula
bahwa tablet tambah darah mampu mecegah kurang darah. Bila terdapat bengkak di
wajah, periksalah adanya bengkak pada tangan dan kaki. Daerah lain yang dapat
diperiksa adalah kelopak mata. Namun, apabila kelopak mata sudah udema, bisanya
keadaan pre-eklampsia sudah lebih berat).
- Meminta ibu mengganti baju dengan baju pemeriksaan.
- Mengajurkan ibu untuk buang air kecil terlebih dahulu.
- Melakukan penimbangan perat badan dan tinggi badan.
Timbanglah berat badan ibu pada setiap pemeriksaan kehamilan. Bila tidak tersedia
timbangan, perhatian apakah ibu bertambah berat badannya. Berat badan ibu hamil
biasanya naik sekitar 9-12 kg selama kehamilan. Kenaikan berat badan ini sebgian
besar diperoleh terutama pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Kenaikan berat
badan menunjukkan bahwa ibu mendapat cukup makanan. Berat badan ibu naik yang
secara normal menujukkan janinnya tumbuh dengan bak. Bila kenaikan berat badan
ibu kurang dari 5 kg pada kehamilan 28 minggu menandakan adanya
ketidaknormalan, maka ia perlu dirujuk.

Tinggi dan berat badan hanya diukur pada kunjungan pertama. Bila tidak tersedia alat
ukur tinggi badan makan bagian dari dinding dapat ditandai dengan ukuran
sentimeter. Pada ibu yang pendek perlu di perhatikan kemungkinan mempunyai
panggul yang sempit, sehingga nantinya dapat menyulitkan persalinan. Bila tinggi
badan ibu kurang dari 145 atau tampak pendek di bandingkan dengan rata-rata ibu,
maka persalinan perlu diwaspadai.

Rumus kenaikan berat badan ibu selama kehamilan adalah sebagaia berikut.
a. 10 minggu : minimal 400 g.
b. 20 minggu : minimal 4.000 g.
c. 30 minggu : minimal 8.000 g.
d. Mulai usia kehamialan trimester ke-2 (13 minggu) naik 500 gr per minggu.

- Ukuran lingkar lengan atas ibu dengan alat ukur yang khusus.
- Lakukan pengukuran tanda-tanda vital ibu yang meliputi tekanan darah, frekuensi
nadi, pernapasan, dan suhu. Pastikan bahwa ibu sudah istirahat minimal 30 menit
setelah kedatangan atau sebelum dilakukannya pemeriksaan tanda-tanda vital. Hal ini
bertujuan agar hasil yang didapatkan sesuai dengan kondisi ibu sebenarnya.
Tekanan darah pada ibu hamil biasanya normal, kecuali bila ada kelainan. Bila
tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih, maka mintalah ibu berbaring
miring ke sebelah kiri dan meminta ibu bersantai sampai terkantuk. Setelah 20 menit
beristirahat, ukurlah tekanan darahnya. Bila tekanan darah tetap tinggi, maka hal ini
menunjukkan ibu menderita pre-eklampsia dan harus dirujuk, serta perlu diperiksa
kehamilannya lebih lanjut (tekanan darah diperiksa setiap minggu). Ibu dipantau
secara ketat dan anjurkan ibu merencanakan persalinan di rumah sakit.

- Lakukan pengukuran panggul dengan jangkar panggul.


Pemeriksaan panggul pada ibu hamil trutama primigravida perlu dilakkan untuk
menilai keadaan dan bentuk panggul apakah terdapat kelainan atau keadaan yang
dapat menimbulkan penyulit persalian. Ada empat cara dalam melakukan
pemeriksaan panggul yaitu sebagai berikut :
a. Pemeriksaan pandang (inspeksi) dilihat apakah dugaan kesempitan panggul atau
kelainan panggul, misalnya terdapat ibu sangat pendek, berjalan pincang, terdapat
kelainan seperti kifosis atau lordosis, belah ketupat michaelis tidak simetris.
b. Pemeriksaan raba (palpasi), ibu dapat diduga mempunyai kelaianan atau
kesempitan panggul bila pada pemeriksaan raba didapatkan kelaiana letak pada
primigravida kemilan atern.
c. Melakukan perasat Osborn positif dengan melakukan pengukuran panggul luar.
Alat untuk mengukur luar panggul yang paling sering digunakan adalah jangka
panggul dari martin. Ukuran panggul yang sering digunakan untuk menilai
keadaan panggul luar.
 Distansia spinarum, yaitu jarak antara spina ilika anterior kanan dan kiri
berukuran normal 23-26 cm.
 Distansia kristarum, yaitu jarak antara krista ilika terjauh kanan dan kiri
dengan ukuran sekitar 26-29 cm. Bila selisih antara distansia kristarum dan
distansia spinarum kurang dari 16 cm, kemungkinan besar adanya
kesempitan panggul.
- Pemeriksaan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.
Pemeriksaan fisik pada kehamilan dilakukan melalui pemeriksaan pandang (inspeksi),
pemeriksaan raba (palpasi), pemeriksaan dengar (auskultasi), dan pemeriksaan ketuk
(perkusi), pemeriksaan dilakukan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, yang
dalam pelaksanaannya dilakukan secara sistematis atau berurutan.

Pada saat melakukan pemeriksaan daerh dada dan perut pemeriksaan inspkesi, palpasi
dan auskultasi dilakukan secara berurutan dan bersamaan sehingga tidak adanya kesan
membuka tutup baju ibu yang dapat membuat ibu malu. Berikut ini akan diuraikan
pemeriksaan obstetrik terhadap ibu hamil mulai dari kepala sampai kaki.

a. Lihatlah wajah atau muka ibu.


Adakah kloasma gravidarum, pucat pada wajah atau pembengkakan pada wajah.
Pucat pada wajah, konjungtiva, dan kuku menandakan bahwa ibu menderita
anemia, sehingga memerlukan tindakan lebih lanjut. Jelaskan bahwa ibu sedang
diperiksa apakah kurang darah atau tidak. Sebutkan bahwa bila ibu tidak kurang
darah ia akan lebih kuat selama kehamilan dan persalianan. Jelaskan pula bahwa
tablet tambah darah akan mencegah kurang darah.

Bila terdapat bengkak juga pada tangan dan kaki. Sedikit bengkak pada mata kaki
dapat terjadi pada kehamilan normal, namun bengkak pada tangan dan atau wajah
menandakan terjadinya pre-eklampsia. Perhatikan wajah ibu apakah bengkak dan
tanyakan pada ibu apakah ia sulit melepaskan cincin atau gelang yang dipakainya.
Mata kaki yang bengkak dan menimbulkan cekungan yang tak cepat hilang bila
ditekan, maka ibu harus dirujuk ke dokter, dipantau ketat kehamilannya dan
tekanan darahnya, serta direncanakan persaliannya di rumah sakit.

b. Periksa dasar kulit kepala dan rambut ibu hamil (tektur, warna, kerontokan, dan
lesi). Memeriksa keadaan muka ibu hamil (udema, kuning atau memar,
hiperpigmentasi/kloasma gravidarum).
c. Inspeksi sklera dan konjungtiva ibu hamil (menyuruh ibu melihat ke atas saat dua
jari pemeriksaan menarik kelopak mata ke arah bawah).
d. Periksa lubang hidung ibu hamil menggunakan spekulum hidung (lihat apakan ada
septum deviasi, polip, pendarahan, dan sekret).
e. Periksa kondisi sinus dengan perkusi ringan di daerah sinus, menggunakn jari
(sambil menanyakan ke ibu apakah terasa sakit dan lihat permukaan muka di
bagian sinus apakah kemerehan).
f. Periksa liang telinga ibu dengan menggunakan senter (lihat kebersihan dan adanya
serumen) lakukan pemeriksaan ketajaman pendengaran dengan tes berbisik.
g. Periks rongga mulut, lidah, gigi, dan bibir ibu hamil.
Perhatian adakah tampak bibir pucat, bibir kering pecah-pecah, stomatitis,
gingivitis, gigi yang tanggal, gigi yang belubang, serta karies gigi. Selain dilihat
pemeriksa juga perlu mencium adanya bau mulut yang menyengat.
h. Periksa kelenjar getah bening di depan dan belakang telinga, bawah rahang, leher,
dan bahu (apakah teraba pembesaran).
i. Periksa kelenjar tiroid dengan 3 jari kedua tangan pada kedua sisi trakea sambil
berdiri dibelakan ibu. Anjurkan ibu menelan dan rasakan benjolan yang teraba
saat ibu menelan.
j. Dengarkan bunyi jantung dan napas ibu dengan menggunakan stetoskop
binokuler.
k. Periksa payudara ibu (ukuran simetris, puting menonjol/masuk, rektraksi, massa,
nodul aksila, hiperpigmentasi areola, dan kebersihan). Lihat dan raba payudara,
pada kunjungan pertama lakukan pemeriksaan payudara terhadap kemungkinan
adanya benjolan yang tidak normal. Lihatlah apakah payudara simetris atau tidak,
puting menonjol atau datar atau bahkan masuk. Puting susu yang masuk akan
mengganggu proses menyusui nantinya. Lalu perhatikan apakah ASI sudah keluar
atau belum. Lihatlah kebersihan areola mamae, adakah hiperpigmentasi areola
mamae.
l. Periksa kolostrum dengan menekan areola mamae sambil memegang puting
mamae dengan jari telunjuk dan ibu jari kemudian memencetnya (dengan tangan
menggunakan sarung tangan).
m. Letakkan tangan ibu ke arah kepala kemudian kelenjar di daerah aksila kanan dan
lanjutkan dengan aksila kiri dengan teknik yang sama untuk mengetahui
pembesaran kelenjar getah bening.
n. Memasang pakaian atas dan membuka pakaian daerah perut.
o. Lakukan inspeksi dan palpasi pada dinding abdomen.
Perhatikan apakah perut ibu simetris atau tidak, raba adanya pergerakkan janin,
apakah terjadi hiperpigmentasi pada abdomen/linea nigra atau tidak, dan apakah
terdapat luka bekas operasi, varises, jaringan parut atau tidak.

Tujuan pemeriksaan abdomen adalah untuk menentukan letak dan presentasi


janin, turunnya bagian janin yang terbawah, tinggi fudus uteri, dan denyut jantung
janin sebelum memulai pemeriksaan abdomen, penting untuk melakukan
pemeriksaan Leopold.
- Melakukan pemeriksaan Leopold I untuk menentukan bagian janin yang ada di
fundus.
a. Pemeriksaan berdiri sebelah kanan ibu, menghadap kearah kepala ibu.
b. Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus uteri.
c. Rasakan bagian janin yang berada pada bagian di fundus, maka palpasi akan
teraba bagian bulat, keras, dan dapat digerakkan (ballotement). Jika bokong yang
terletak di fundus, maka pemeriksa akan meraba suatu bentuk yang tidak spesifik,
lebih besar, dan lunak dari kepala, tidak dapat digerakkan, serta fundus terasa
penuh. Pada letak lintang, palpasi di daerah fundus akan terasa kosong.
d. Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.
Perkiraan tinggi fundus uteri berdasarkan usia kehamilan:
 20 minggu ± 20 cm
 24 minggu ± 28 cm
 32 minggu ± 32 cm
 36 minggu ± 34-36 cm
e. Jelaskan pada ibu bahwa perutnya akan semakin membesar karena pertumbuhan
janin. Pada kunjungan pertama, tinggi fundus dicocokkan dengan perhitungan usia
kehamilan, di mana hal ini hanya dapat di perkirakan dari hari pertama haid
(HPHT). Bila HPHT tidak diketahui, maka usia kehamilan hanya dapat di
perkirakan dari tinggi fundus uteri. Pada setiap kunjungan, tinggi fundus uteri
perlu diperiksa untuk melihat pertumbuahan janin normal, terlalu kecil atau terlalu
besar.

- Melakukan pemeriksaan Leopold II


a. Kedua telapak tangan diletakkan pada kedua sisi perut, dan lakukan tekanan yang
lembut tetapi cukup dalam untuk meraba dari kedua sisi.
b. Pemeriksa berdiri disebelah kanan ibu, menghadap kelapa ibu.
c. Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun ke bawah sampai di samping kiri
dan kanan umbilikus.
d. Secara perlahan geser jari-jari dari satu sisi ke sisi lain untik menentukan pada sisi
mana terletak punggung, lengan, dan kaki.
e. Tentukan bagian punggung janin untuk menentukkan lokasi auskultasi denyut
jantung janin nantinya.
f. Hasilny adalaha bagian bokong janin akan teraba sebagai suatu benda yang keras
pada beberapa bagian lunak dengan bentuk teratur, sedangkan bila teraba adanya
bagian-bagian kecil yang tidak teratur dan mempunyai banyak tonjolan serta dapat
bergerak dan menendang, maka bagian tersebut adalah kaki, lengan atau lulut.
Bila punggung janin tidak teraba di kedua sisi mungkin punggung janin berada
pada sisi yang sama dengan punggung ibu (posisi posterior) atau janin dapat pula
berada pada posisi dengan punggung teraba di salah satu sisi.

- Melakukan pemeriksan Leopold III untuk menentukan bagian janin yang berada pada
bagian terbawah. Cara melakukannya adalah sebagai berikut:
a. Lutut ibu dalam posisi fleksi.
b. Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat menyebabkan
perasaan tidaknyaman bagi ibu. Coba untuk menilai bagian janin apa yang berada
disana.
c. Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan.
d. Tentukan apa yang menajdi bagian terendah janin dan apakah bagian tersebut
sudah mengalami enggagement atau belum.
e. Hasilnya adalah apabila bagian janin dapat digerakkan ke arah kranial ibu, maka
bagian terbawah janin belum melewati pintu atas panggul. Bila kepala yang
berada di bagian terbawah, coba untuk menggerakkan kepala. Bila kepala tidak
dapat digerakan lagi, maka kepala sudah engaged dan bila tidak dapat diraba
adanya kepala atau bokong, maka letak janin adalah melintang.

- Melakukan pemeriksaan Leopold IV untuk menentukan presentasi dan engangement


(sampai berapa jauh derajat desensus janin dan mengetahui seberapa bagian kepala
janin masuk ke pintu atas panggul). Cara melakukannya adalah sebagai berikut.
a. Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu. Kedua lutut ibu masih pada posisi fleksi.
b. Letakkan kedua telapak tangan pada bagian bawah abdomen dan coba untuk
menekan ke arah pintu atas panggul.
c. Hasil yang didapat pada dasarnya sama dengan pemeriksaan Leopold III, menilai
bagian janin terbawah yang berada di dalam panggul dan menilai seberapa jauh
bagian tersebut masuk melalui pintu atas panggul.
- Pemeriksaan denyut jantung janin.
Denyut jantung janin menunjukkan status kesehatan dan posisi janin terhadap ibu.
Dengarkan denyut janting janin (DJJ) sejak kehamilan 20 minggu. Jantung janini
biasanya 120-160 kali per menit. Tanyakan kepada ibu apakah janin sering bergerak,
katakan pada ibu bahwa DJJ telah dapat didengar. Mintalah ibu segera nenberitahukan
pada petugas bila janinnya berhenti bergerak. Bila sampai usia kehamilan 28 minggu
denyut jantung jani tidak dapat didengar atau denyutnya lebih dari 160 atau kurang
dari 120 kali per menit atau janinnya berkurang gerakannya atau tidak bergerak, maka
ibu perlu segera dirujuk.

Mendengarkan denyut jantung janin bisa dilakukan dengan menggunaka doppler


elektrik. Perletakkan doppler ini disesuaikan dengan letak punggung bayi, apakah
punggung kiri (puki) atau punggung kanan (puka). Cara melakukkannya adalah
sebagai berikut.
a. Auskultasi detak jantung janin dengan menggunakan fetoskop de Lee.
b. Detak jantung janin terdengar paling keras didaerah punggung janin.
c. Detak jantung janin dihitung selama 5 detik dilakukan sebanyak 3 kali secara
berurutan dan berselang 5 detik.
d. Hasil pemeriksaan detak jatung janin 10-12-10 berarti frekuensi detak jantung
janin 32x4=128 kali per menit
e. Mendengarkan denyut jantung janin menggunakan stetoskop Leanec/doppler
detak jantung janin normal 120-160 kali per menit.

- Pemeriksaan punggung di bagian ginjal. Tepuk punggung di bagian ginjal dengan


bagian sisi tangan yang dikepalkan. Bila ibu merasa nyeri, mungkin terdapat
ganggung pada ginjal atau salurannya.
- Merapikan pakaian atas dan membuka pakaian bawah ibu untuk melihat varies pada
ekstrimitas bawah kanan dan kiri. Lihat dan raba bagian belakang betis dan paha,
catat adanya tonjolan kebiruan dari pemebuluh darah.
- Pemeriksaan ekstremitas atas bawah untuk memeriksa adanya udema. Tempat yang
paling mudah untuk pemeriksaan adalah daerah pretibia dan mata kaki. Dilakukan
dengan cara menekan jari selama beberapa detik. Apabila terjadi cekung yang tidak
lekas pulih kembali berarti udema positif. Udema positif pada tungkai kaki dapat
menandakan adanya pre-eklampsia. Bila terdapat bengkak di wajah, periksalah
adanya bengkak pada tangan dan kaki. Sedikit bengkak pada mata dapat terjadi pada
kehamilan normal, namun bengkak pada tangan dan atau wajah pertanda pre-
eklampsia. Perhatikan wajah ibu apakah bengkak dan tanyakan pada ibu apakah ia
sulit melepaskan cincin atau gelang yang dipakainya. Apabila mata kaki bengkak dan
menimbulkan cekungan yang tak cepat hilang bila ditekan, bila ya maka ibu harus
dirujuk ke dokter, dipantau ketat kehamialan serta tekakan darahnya, serta
direncanakan persalinannya dirumah sakit.
- Melakukan pemeriksaan refleks lutut (patella) dengan menggunakan hummer.
Mintalah ibu duduk dengan tungkainya tergantung bebas dan jelaskan apa yang akan
dilakukan. Rabalah tenton dibawah lutut/patella. Dengan menggunakan hammer,
ketuklah tendon pada lutut bagian depan. Tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika
tendon diketuk. Bila refleks lutut negatif kemungkinan ibu mengalami kekurangan
vitamin B1. Bila gerakannya berlebihan dan cepat, maka hal ini mungkin merupakan
tanda pre-eklampsia.
- Mengatur posisi dorsal recumbent/ M shape pada ibu hamil, memasang pengalas di
bawah bokong ibu, kemudian perawat memakai sarung tangan untuk melakukan
vulva higiene. Vulva higiene dilakukan dengan kapas kering yang dibasahi oleh
cairan DTT.

- Lakukan inspeksi terhadap genetalia luar (eksterna) ibu yang meliputi:


a. Varises
b. Pendarahan
c. Luka
d. Cairan yang keluar
e. Pengeluaran dari uretra dan skenesserta
f. Kelenjar Bartholin. pemeriksaan apakah ada cairan yang keluar dan ditemukan
massa (bengkak)

Selain genitalia luar, periksa juga kondisi genetalia interna ibu yang meliputi:

a. Serviks (lihat apakah ada cairan yang keluar, luka/lesi, kelunakan, posisi mobilitas
tertutup atau terbuka)
b. Vagina (cairan yang keluar, luka, dan darah)
c. Ukuran adneksa, bentuk posisi, nyari, kelunakan, massa (pada trimester pertama)
d. Uterus (ukuran, bentuk, mobilitas, kelunakan, serta adanya massa di trimester
pertama).
- Melakukan teknik PI setelah melakukan pemeriksaan fisik ibu dengan mendesinfeksi
pengalas yang digunakan.
- Menerapkan komunikasi terapeutik selama pemeriksaan.
- Memperhatikan keadaan ibu hamil selama pemeriksaan.
- Mencatat hasil pemeriksaan fisik ibu hamil.

Evaluasi

Untuk mengetahui apakah tindakan anda telah sesuai dengan prosedur, anda diharuskan
melakukan evaluasi dengan memastikan bahwa pemeriksaan fisik pada ibu hamil dapat
menghasilkan data yang diperlukan.

Dokumentasi
Setelah selesai melaksanakan prosedur, anda diwajibkan mendokumentasikan segala data
yang berkaiatan dengan pemeriksaan fisik yang anda lakukan pada ibu hamil mulai dari
kepala sampai ke kaki, tuliskan nama perawat dan disahkan dengan tanda tangan anda.

INSTRUMEN OBSERVASI PEMERIKSAAN FISIK IBU HAMIL

Nama Mahasiswa :

Tingkat :

Hari/Tanggal :

No. Aspek/Komponen yang Dinilai Ya Tidak


1. Menyesuaikan dan mempersiapkan alat.
2. Menjelaskan dan menyampaikan tindakan
yang dilakukan, mencakup tujuan, dan hasil
tindakan.
3. Melakukan penimbangan berat badan serta
pengkuran tinggi badan, LILA, dan panggul
ibu.
4. Mengukur tanda-tanda vital ibu.
5. Menginspeksi dasar kulit kepala dan rambut
ibu.
6. Melihat keadaan muka ibu hamil.
7. Memeriksa mata dan melihat konjungtiva ibu
hamil.
8. Memeriksa lubang hidung dan sinus ibu hamil
(gunakan pen light bila perlu).
9. Memeriksa liang telinga ibu hamil. (gunakan
pen light bila perlu).
10. Memeriksa keadaan rongga mulut dan gigi
ibu hamil.
11. Meraba kelenjar getah bening pada leher ibu
hamil.
12. Meraba kelenjar tiroid ibu hamil sambil
menganjurkannya untuk menelan.
13. Membuka pakaian atas ibu dan mendengarkan
bunyi jantungnya dengan menggunakan
stetoskop binokuler.
14. Mendengar bunyi paru ibu dengan stetoskop
binokuler.
15. Memperhatikan dan meraba bentuk payudara
ibu hamil.
16. Mengobservasi pengeluaran ASI dengan
menekan areola mamae dengan jari telunjuk
da ibu jari kemudian memencetnya (gunakan
sarung tangan bila perlu).
17. Meraba kelenjar di daerah aksila kiri dan
kanan ibu hamil untuk memeriksa adanya
pembesaran kelenjar.
18. Memasang pakaian atas dan membuka
pakaian daerah perut serta memperhatikan
bentuk abdomen ibu.
19. Melakukan pemeriksaan Leopold I.
20. Mengukur tinggi fundus ibu hamil dengan
menggunakan meteran pita.
21. Melakukan pemeriksaan Leopold II.
22. Melakukan pemeriksaan Leopold III.
23. Melakukan pemeriksaan Leopold IV.
24. Mendengarkan denyut jantung janin
menggunakan stetoskop Laennec/doppler
elektrik.
25. Melakukan pemeriksaan perkusi ginjal.
26. Membuka pakaian bawah dan memeriksa ada
tidaknya varises pada ekstermitas bawah ibu.
27. Melihat dan memalpasi tekan udema pada
ekstremitas bawah kanan dan kiri ibu hamil.
28. Melakukan pemeriksaan refleks patella
dengan menggunakan hummer.
29. Meminta ibu membuka pakaian dalam.
30. Mengatur posisi dorsal recumbent/M shape
pada ibu hamil dan memasang pengalas.
31. Melakukan vulva higiene menggunkan kapas
kering yang dibasahi air DTT dengan tangan
menggunakan sarung tangan.
32. Melihat keadaan genitalia eksterna dan
interna.
33. Menerapkan komunikasi terapetik selama
melakukan pemeriksaan pada ibu hamil.
34. Memperhatikan respons ibu selama
pemeriksaan.
35. Mencatat hasil pemeriksaan fisik ibu hamil.

Tanda Tangan Pembimbing

(..................................)

Evaluasi Pembimbing

Anda mungkin juga menyukai