PLASENTA
1.DEFINISI
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari dinding rahim bagian dalam sebelum proses
persalinan, baik seluruhnya maupun sebagian, dan merupakan komplikasi kehamilan yang serius
namun jarang terjadi. Plasenta berfungsi memberikan nutrisi serta oksigen pada janin yang
dikandung, dan merupakan organ yang tumbuh di dalam rahim selama masa kehamilan.
Solusio plasenta bisa membahayakan nyawa ibu dan bayi yang dikandung jika tidak segera
ditangani. Hal ini dikarenakan solusio plasenta bisa menyebabkan pendarahan hebat bagi
sang ibu, dan bayi yang dikandung bisa kekurangan asupan nutrisi serta oksigen.
Usia kehamilan enam bulan ke atas, terutama beberapa pekan sebelum proses persalinan
merupakan waktu yang paling sering mengalami solusio plasenta. Di bawah ini adalah
beberapa gejala solusio plasenta yang bisa terjadi:
Nyeri punggung.
Kontraksi berlangsung cepat.
Pendarahan pada vagina.
Rahim terasa sakit.
Nyeri perut.
Kurang bergeraknya bayi yang berada dalam kandungan atau tidak seperti
biasanya.
Jika mengalami gejala seperti yang disebutkan di atas, segera temui dokter.
Untuk mendiagnosis solusio plasenta, awalnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik
guna memeriksa tekanan rahim, apakah lunak atau keras. Dan mungkin diperlukan tes
darah atau ultrasound untuk membantu mengetahui penyebab terjadinya pendarahaan
vagina. Ultrasound frekuensi tinggi juga bisa digunakan untuk melihat rahim, namun tidak
selalu bisa untuk melihat adanya solusio plasenta.
PASIEN SC LETAK SUNGSANG
A.DEFINISI
Kehamilan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang) dimana bayi letaknya
sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri, sedangkan
bokong merupakan bagian terbawah di daerah pintu atas panggul atau simfisis,
dibagi menjadi:
a. Letak bokong murni (frank breech) :
Bokong yang menjadi bagian depan, kedua tungkai lurus keatas
b. Letak bokong kaki (complete breech) :
Disamping bokong teraba kaki, biasa disebut letak bokong kaki sempurna jika
disamping bokong teraba kedua kaki atau tidak sempurna jika disamping
bokong teraba satu kaki
c. Letak lutut
d. Letak kaki (incomplete breech presentation) :
Presentasi kaki. (Obstetrik Patologi ; 132).
C.DIAGNOSIS
Untuk menegakan diagnosis maka yang harus dilakukan oleh seorang bidan adalah
melakukan :
1. Anamnesis: pergerakan anak teraba oleh ibu dibagian perut bawah, ibu sering
merasa ada benda keras (kepala) yang mendesak tulang iga dan rasa nyeri pada
daerah tulang iga karena kepala janin.
2. Palpasi: teraba bagian keras, bundar, melenting pada fundus. Punggung dapat
diraba pada salah satu sisi perut, bagian kecil pada sisi yang berlawanan, diatas
simphisis teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
3. Auskultasi: denyut jantung janin (DJJ) sepusat atau DJJ ditemukan paling jelas
pada tempat yang paling tinggi (sejajar atau lebih tinggi dari pusat).
4. Vagina Toucher: tebagi 3 tonjolan tulang yaitu kedua tubera ossis ischia dan
ujung os sacrum, anus, genetalia anak jika edema tidak terlalu besar dapat diraba.
5. Perbedaan antara letak sungsang dan kepala pada pemeriksaan dalam jika anus
posisi terendah maka akan teraba lubang kecil, tidak ada tulang, tidak menghisap,
keluar meconium, jika presentasi kaki maka akan teraba 900 , terasa jari-jari , pada
presentasi lutut akan terasa patella dan popliteal. Pada presentasi mulut maka akan
terasa ada hisapan di jari, teraba rahang dan lidah. Pre3sentasi tangan siku: terasa
jari panjang, tidak rata, patella (-).
6. Untuk menentukan perbedaan tangan dan kaki: pada kaki ada kalkaneus,
sehingga terjadi tonjolan tulang yaitu mata kaki dan kalkaneus. Pada tangan hanya
ada mata dipergelangan tangan, kaki tidak dapat dilurskan terhadap tungkai, jari
kaki jauh lebih pendek dari telapak kaki. (Obstetri Patologi ; 132).
PASIEN SC PREEKLAMSIA
BERAT
1.DEFINISI
Preeklamsia adalah sebuah komplikasi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan
darah tinggi (hipertensi) dan tanda-tanda kerusakan organ, misalnya kerusakan ginjal yang
ditunjukkan oleh tingginya kadar protein pada urine (proteinuria).
Gejala preeklamsia biasanya muncul saat usia kehamilan memasuki minggu ke-20 atau
lebih (paling umum usia kehamilan 24-26 minggu) sampai tak lama setelah bayi lahir.
Preeklamsia yang tidak disadari oleh sang ibu hamil bisa berkembang menjadi eklamsia,
kondisi medis serius yang mengancam keselamatan ibu hamil dan janinnya.
Laju pertumbuhan janin yang melambat juga bisa menandakan sang ibu mengidap
preeklamsia. Kondisi ini disebabkan berkurangnya pasokan darah ke plasenta sehingga
janin mengalami kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi.
Agar preeklamsia bisa segera terdiagnosis dan ditangani, lakukanlah konsultasi rutin
dengan dokter kandungan setiap bulan. Jangan ragu untuk melakukan konsultasi dengan
dokter kandungan lebih sering jika merasakan gejala-gejala yang tidak wajar selama masa
kehamilan.
3.DIAGNOSIS
Jika wanita hamil rutin memeriksakan kandungannya setiap bulan, maka gejala-gejala
preeklamsia akan cepat didiagnosis dan ditangani. Sebab setiap pemeriksaan kehamilan
dokter akan selalu mengecek tekanan darah ibu hamil. Apabila gejala-gejala preeklamsia
diketahui di sela-sela jadwal rutin pemeriksaan kehamilan, maka segera temui dokter
kandungan.
Jika dokter mencurigai adanya preeklamsia dari hasil pemeriksaan tekanan darah, Anda
akan diminta menjalani beberapa tes seperti:
Ultrasonografi fetus. Dalam tes ini dokter akan memeriksa berat janin dan jumlah
air ketuban. Kurangnya air ketuban adalah salah satu tanda rendahnya suplai darah
ke janin.
Analisis darah. Tes ini akan melihat kinerja organ hati dan ginjal serta jumlah
trombosit dalam darah wanita hamil.
Analisis urine. Dari cairan urine akan dilihat berapa perbandingan kandungan
protein dan kreatinin.
Non stress test atau NST. Prosedur yang berfungsi untuk mengukur detak jantung
bayi saat bergerak selama masih di dalam kandungan.
Obat-obatan yang bisa dilakukan untuk wanita hamil yang mengalami preeklamsia adalah:
3.GEJALA
a. Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai
episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan
polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara
spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.
b. Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis
tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
Tanda Dan Gejala Retensio Plasenta
A. Plasenta Akreta Parsial / Separasi
1. Konsistensi uterus kenyal
2. TFU setinggi pusat\
3. Bentuk uterus discoid
4. Perdarahan sedang – banyak
5. Tali pusat terjulur sebagian
6. Ostium uteri terbuka
7. Separasi plasenta lepas sebagian
8. Syok sering
B. Plasenta Inkarserata
1. Konsistensi uterus keras
2. TFU 2 jari bawah pusat
3. Bentuk uterus globular
4. Perdarahan sedang
5. Tali pusat terjulur
6. Ostium uteri terbuka
7. Separasi plasenta sudah lepas
8. Syok jarang
9. Konsistensi uterus cukup
10. TFU setinggi pusat
11. Bentuk uterus discoid
12. Perdarahan sedikit / tidak ada
13. Tali pusat tidak terjulur
14. Ostium uteri terbuka
15. Separasi plasenta melekat seluruhnya
16. Syok jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan kuat pada tali
pusat.(Prawirohardjo, S. 2002 : 178)
17. Plasenta Akreta
PASIEN SC KETUBAN PECAH
DINI
1.DEFINISI
Ketuban pecah dini (KPD) masih merupakan suatu teka-teki di bidang obstetrik, hal ini
dapat dilihat dari etiologi yang belum jelas, kesulitan dalam mendiagnosis, berhubungan dengan
resiko pada ibu dan janin dan juga karena panatalaksanaannya yang bermacam-macam dan
masih merupakan kontroversi. KPD dapat diartikan sebagai pecahnya ketuban pada saat fase
laten sebelum adanya his. Pada persalinan yang normal, ketuban pecah pada fase aktif. Pada KPD,
kantung ketuban pecah sebelum fase aktif.
KPD terjadi pada 10 % kehamilan, dimana sebagian besar terjadi pada usia kehamilan lebih dari
37 minggu dan juga terjadi spontan tanpa sebab yang jelas.
KPD diduga terjadi karena adanya pengurangan kekuatan selaput ketuban, peningkatan
tekanan intrauterine maupun keduanya. Sebagian besar penelitian menyebutkan bahwa KPD
terjadi karena berkurangnya kekuatan selaput ketuban. Selaput ketuban dapat kehilangan
elastisitasnya karena bakteri maupun his. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa bakteri
penyebab infeksi adalah bakteri yang merupakan flora normal vagina maupun servix. Mekanisme
infeksi ini belum diketahui pasti. Namun diduga hal ini terjadi karena aktivitas uteri yang tidak
diketahui yang menyebabkan perubahan servix yang dapat memfasilitasi terjadinya penyebaran
infeksi. Faktor lainnya yang membantu penyebaran infeksi adalah inkompetent servix, vaginal
toucher (VT) yang berulang-ulang dan koitus.
2.DIAGNOSIS
Diagnosis KPD dapat ditegakkan dengan beberapa cara :
a. Air ketuban yang keluar dari vagina
Diagnosis KPD dapat ditegakkan dengan mudah ketika ada cairan ketuban yang keluar dari vagina.
Jika air ketuban tidak ada, tekanan ringan pada uterus dan gerakan janin dapat mengakibatkan
keluarnya air ketuban.
b. Nitrazine test
pH vagina normal adalah 4,5 – 5,5 sedangkan air ketuban mempunyai pH 7,0 – 7,5, sehingga
kertas nitrasin akan cepat berubah warna menjadi biru bila terkena air ketuban. Namun cairan
antiseptik, urin, darah dan infeksi vagina dapat meningkatkan pH vagina dan hal ini menyebabkan
hasil nitrazine test positif palsu.
c. Fern test
Test ini positif bila didapatkan gambaran pakis yang didapatkan pada air ketuban pada
pemeriksaan secara mikroskopis.
d. Evaporation test
e. Intraamniotic fluorescein
f. Amnioscopy
g. Diamine oxidase test
h. Fetal fibronectin
i. Alfa-fetoprotein test
PASIEN CURETASE BLIGHTED
OVUM ( BO )
1.DEFINISI
Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak
ada bayi di dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan gejala-
gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan
(morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat
dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun positif.
Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun akibat berbagai
faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang sempurna, dan
hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun demikian plasenta tersebut tetap
tertanam di dalam rahim. Plasenta menghasilkan hormon HCG (human chorionic
gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium)
dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim.
Hormon HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual,
muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena tes kehamilan
baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon HCG
(human chorionic gonadotropin).
3.DIAGNOSIS
Satu-satunya cara untuk memastikan diagnosa Blighted Ovum adalah melalui
pemeriksaan USG. USG abdominal atau transvaginal akan mengungkapkan ada tidaknya
janin yang berkembang dalam rahim Anda.
4.PENCEGAHAN
Melakukan imunisasi pada si ibu untuk menghindari masuknya virus rubella ke
dalam tubuh. Selain imunisasi, ibu hamil pun harus selalu menjaga kebersihan diri
dan lingkungan tempat tinggalnya.
Sembuhkan dahulu penyakit yang diderita oleh calon ibu. Setelah itu pastikan
bahwa calon ibu benar-benar sehat saat akan merencanakan kehamilan.
Melakukan pemeriksaan kromosom
Tak hanya pada calon ibu, calon ayah pun disarankan untuk menghentikan
kebiasaan merokok dan memulai hidup sehat saat prakonsepsi.
Periksakan kehamilan secara rutin. Sebab biasanya kehamilan kosong jarang
terdekteksi saat usia kandungan masih di bawah delapan bulan.
5.SOP PENANGAN PASIEN KURETASE BO
A. Prosedur Kuretase
Persiapan Pasien Sebelum Kuretase
1. Puasa
Saat akan menjalani kuretase, biasanya ibu harus mempersiapkan
dirinya. Misal, berpuasa 4-6 jam sebelumnya. Tujuannya supaya perut
dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal.
.2. Persiapan Psikologis
Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam menjalani kuret. Ada
yang bilang kuret sangat menyakitkan sehingga ia kapok untuk
mengalaminya lagi. Tetapi ada pula yang biasa-biasa saja. Sebenarnya,
seperti halnya persalinan normal, sakit tidaknya kuret sangat individual.
Sebab, segi psikis sangat berperan dalam menentukan hal ini. Bila ibu
sudah ketakutan bahkan syok lebih dulu sebelum kuret, maka munculnya
rasa sakit sangat mungkin terjadi. Sebab rasa takut akan menambah kuat
rasa sakit. Bila ketakutannya begitu luar biasa, maka obat bius yang
diberikan bisa tidak mempan karena secara psikis rasa takutnya sudah
bekerja lebih dahulu.
Sebaliknya, bila saat akan dilakukan kuret ibu bisa tenang dan bisa
mengatasi rasa takut, biasanya rasa sakit bisa teratasi dengan baik.
Meskipun obat bius yang diberikan kecil sudah bisa bekerja dengan baik.
Untuk itu sebaiknya sebelum menjalani kuret ibu harus mempersiapkan
psikisnya dahulu supaya kuret dapat berjalan dengan baik. Persiapan psikis
bisa dengan berusaha menenangkan diri untuk mengatasi rasa takut, pahami
bahwa kuret adalah jalan yang terbaik untuk mengatasi masalah yang ada.
Sangat baik bila ibu meminta bantuan kepada orang terdekat seperti suami,
orangtua, sahabat, dan lainnya.
3. Minta Penjelasan Dokter
Hal lain yang perlu dilakukan adalah meminta penjelasan
kepada dokter secara lengkap, mulai apa itu kuret, alasan kenapa harus
dikuret, persiapan yang harus dilakukan, hingga masalah atau risiko yang
mungkin timbul. Jangan takut memintanya karena dokter wajib
menjelaskan segala sesuatu tentang kuret. Dengan penjelasan lengkap
diharapkan dapat membuat ibu lebih memahami dan bisa lebih tenang
dalam pelaksanaan kuret
D. Saat Kuretase
Sebelum dilakukan kuretase, biasanya pasien akan diberikan obat anestesi
(dibius) secara total dengan jangka waktu singkat, sekitar 2-3 jam. Setelah pasien
terbius, barulah proses kuretase dilakukan.Ketika melakukan kuret, ada 2 pilihan alat
bantu bagi dokter. Pertama, sendok kuret dan kanula/selang. Sendok kuret biasanya
dipilih oleh dokter untuk mengeluarkan janin yang usianya lebih dari 8 minggu karena
pembersihannya bisa lebih maksimal. Sedangkan sendok kanula lebih dipilih untuk
mengeluarkan janin yang berusia di bawah 8 minggu, sisa plasenta, atau kasus
endometrium.
Alat kuretase baik sendok maupun selang dimasukkan ke dalam rahim lewat
vagina. Bila menggunakan sendok, dinding rahim akan dikerok dengan cara
melingkar searah jarum jam sampai bersih. Langkah ini harus dilakukan dengan
saksama supaya tak ada sisa jaringan yang tertinggal. Bila sudah berbunyi “krok-
krok” (beradunya sendok kuret dengan otot rahim) menunjukkan kuret hampir selesai.
Sedikit berbeda dengan selang, bukan dikerok melainkan disedot secara melingkar
searah jarum jam. Umumnya kuret memakan waktu sekitar 10-15 menit (Fajar, 2007).
E .Teknik Kuretase
Tentukan Letak Rahim
Yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam. Alat – alat yang dipakai umumnya
terbuat dari metal dan biasanya melengkung karena itu memasukkan alat – alat ini
harus disesuaikan dengan letak rahim. Gunanya supaya jangan terjadi salah arah (fase
route) dan perforasi.
Penduga Rahim (sondage)
Masukkan penduga rahim sesuai dengan letak rahim dan tentukan
panjang ataudalamnya penduga rahim. Caranya adalah, setelah ujung penduga rahim
membentur fundus uteri, telunjuk tangan kanan diletakkan atau dipindahkan pada
portio dan tariklah sonde keluar, lalu baca berapa cm dalamnya rahim.
. Dilatasi dan Kuretase
Setelah pasien ditidurkan dalam letak litotomi dan dipersiapkan sebagaimana
mestinya, dilakukan pemeriksaan bimanual untuk sekali lagi menentukan besar dan letaknya
uterus serta ada atau tidaknya kelainan disamping uterus.
Sesudah premedikasi diberikan, infus glukosa 5 % intravena dengan 10 satuan
oksitosin dipasang dan diteteskan perlahan-lahan untuk menimbulkan kontraksi dinding
uterus dan mengecilkan bahaya perforasi. Kemudian anastesi umum, misalnya dengan
penthotal sodium, diberikan. Setelah spekulum vagina dipasang, satu atau dua serviks
menjepit dinding depan porsio uteri. Spekulum depan diangkat dan spekulum belakang
dipegang oleh seorang pembantu. Cunam dipegang dengan tangan kiri si penolong untuk
mengadakan fiksasi pada serviks uteri dan untuk dapat mengatur kekuatan untuk dapat
memasukkan busi Hegar melalui ostium uteri internum. Sonde uterus dimasukkan dengan
hati-hati untuk mengetahui letak dan panjangnya kavum uteri. Sesudah itu dilakukan dilatasi
kanalis servikalis dengan busi hegar dari nomer kecil hingga yang secukupnya, tetapi tidak
lebih dari busi nomer 12 pada seorang multipara. Panjang busi yang dimasukkan tidak boleh
melebihi panjang sonde uterus yang dapat masuk sebelumnya. Dilatasi pada seorang
primigravida lebih sulit dan mengandung lebih besar terjadinya luka pada serviks uteri,
sehingga lebih baik dilakukan pada kehamilan yang lebih muda dan diadakan dilatasi yang
sekecil-kecilnya.
Pada kehamilan sampai 6 atau 7 minggu pengeluaran isi rahim dapat dilakukan
dengan kuret tajam. Harus diusahakan agar seluruh kavum uteri dikerok, agar ovum kecil
tidak terlewat, kerokan dilakukan secara sistematis menurut puteran jarum jam.
Apabila kehamilan melebihi 6-7 minggu, digunakan kuret tumpul sebesar yang dapat
dimasukkan. Setelah hasil konsepsi untuk sebagian besar lepas dari dinding uterus, maka
hasil tersebut dapat dikeluarkan sebanyak mungkin dengan cunam abortus, kemudian
dilakukan kerokan hati-hati dengan kuret tajam yang cukup besar. Apabila perlu,
dimasukkan tampon kedalam kavum uteri dan vagina, yang harus dikeluarkan esok harinya.
. Dilatasi dengan dua tahap
Pada seorang primigravida, atau pada seorang multipara yang memerlukan
pembukaan kanalis servikalis yang lebih besar (misalnya untuk mengeluarkan mola
hidatidosa) dapat dilakukan dilatasi dalam dua tahap. Dimasukkan dahulu ganggang
laminaria dengan diameter 2-5 mm dalam kanalis servikalis dengan ujung atasnya masuk
sedikit kedalam kavum uteri dan ujung bawahnya masih di vagina, kemudian dimasukkan
tampon kasa kedalam vagina.
Ganggang laminaria memiliki kemampuan untuk mengabsorpsi air, sehingga
diameternya bertambah dan mengadakan pembukaan dengan perlahan-lahan pada kanalis
servikalis. Sesudah 12 jam ganggang dikeluarkan dan pembukaan dapat dibesarkan dengan
busi hegar, bahaya pemakaian ganggang laminaria adalah infeki dan perdarahan mendadak.
Kuretase dengan cara penyedotan (suction curettage)
Dalam tahun-tahun terakhir cara ini lebih banyak digunakan oleh karena perdarahan
tidak seberapa banyak dan bahaya perforasi lebih kecil.
Setelah diadakan persiapan seperlunya dan letak serta besarnya uterus ditentukan
dengan pemeriksaan bimanual, bibir depan serviks dipegang dengan cunam serviks, dan
sonde uterus dimasukkan untuk mengetahui panjang dan jalannya kavum uteri. Anastesi
umum dengan penthotal sodium, atau anastesia paracervikal block dilakukan dan 5 satuan
oksitosin disuntikkan pada korpus uteri dibawah kandung kencing dekat pada
perbatasannya pada serviks. Sesudah itu, jika perlu diadakan dilatasi pada serviks agar
dapat memasukkan kuret penyedot yang besarnya didasarkan pada tuanya kehamilan
(diametr antara 6 dan 11 mm). Alat tersebut dimasukkan sampai setengah panjangnya
kavum uteri dan kemudian ujung luar dipasang pada alat pengisap (aspirator).
Penyedotan dilakukan dengan tekanan negatif antara 40-80 cm dan kuret
digerakkan naik turun sambil memutar porosnya perlahan-lahan. Pada kehamilan kurang
dari 10 minggu abortus dapat diselesaikan dalam 3-4 menit. Pada kehamilan yang lebih tua,
kantong amnion dibuka dahulu dengan kuret dan cairan serta isi lainnya diisap keluar.
Apabila masih ada yang tertinggal, sisa itu dikeluarkan dengan kuret biasa .
SOP PEMASANGAN
SPIRAL
Informed consent merupakan perstujuan dari pasien dan keluarga terhadap tindakan
medic yang akan dilakukan terhadap dirinya oleh dokter/bidan. Persetujuan diberikan
setelah pasien diberikan penjelasan yang lengkap dan objektif tentang diagnosis penyakit,
upaya penyembuhan, tujuan dan pilihan tindakan yang akan dilakukan.
1. Pasien
1. Cairan dan selang infuse sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah
dibersihkan.
2. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi
3. Siapkan kain alas bokong, sarrung kaki dan penutup perut bawah
4. Medikamentosa
1. Analgetika (Phetidin 1-2 mg/kg BB, Ketamin Hcl 0,5 mg/kg BBT,
Tramadol 1-2 mg/kg BB)
2. Sedative (Diazepam 10 mg)
3. Atropine Sulfas 0,25-0,55 mg/ml
4. Uteretonika (Oksitosin,Ergometrin, Prostaglandin)
5. Cairan NaCl 0,9% dan RL
6. Infuse Set
7. Larutan Antiseptik (Povidon Iodin 10%)
8. Oksigen dengan regulator
2. Penolong
1. Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker dan kaca mata : 3 set
2. Sarung tangan DTT/steril : sebaiknya sarung tangan panjang
3. Alas kaki (sepatu boot karet) : 3 pasang
4. Instrument
Sebelum melakukan tindakan sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu dengan sabun
dan air yang mengalir untuk mencegah infeksi. Mengeringkan tangan dengan handuk
bersih lalu pasang sarung tangan DTT/steril.
1. Tindakan Penetrasi Ke Kavum Uteri
1. Intruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik melalui karet
infuse.
2. Lakukan kateterisasi kandung kemih.
Pastikan kateter masuk kedalam kandung kemih dengan benar.
Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan.
1. Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegakan tali pusat sejajar lantai.
2. Secara obstetric maukkan satu tangan (punggung tangan ke bawah) kedalam vagina
dengan menelusuri tali pusat bagian bawah.
3. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk memegang
kocher kemudian tangan lain penolong menahan fundus uteri.
4. Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan ke dalam kavum uteri sehingga
mencapai tempat implantasi plasenta.
5. Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke pangkal
jari telunjuk).
6. Melepas Plasenta dari Dindig Uterus
1. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah
2. Bila berada di belakang, tali pusat tetap di sebelah atas. Bila dibagian
depan, pindahkan tangan ke bagian depan tal pusat dengan punggung
tangan menghadap ke atas.
3. Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat
implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari di antara plasenta dan
dinding uterus, dengan punggung tangan mengahadap ke dinding dalam
uterus.
4. Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (dinding tangan pada
dinding kavun uteri) tetapi tali pusat berada di bawah telapak tangan kanan.
5. Kemudian gerakan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke
cranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.
1. Mengeluarkan Plasenta
1. Sementara satu tangan masih berada di kavum uteri, lakukan eksplorasi
ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat
pada dinding uterus.
2. Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat
plasenta dikeluarkan.
3. Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat
sambil tangan dalam menarik plasenta ke luar (hindari percikan darah).
4. Letakan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan.
5. Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke dorsokranial
setelah plasenta lahir.
6. Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar
Alat-alat yang digunakan untuk menolong di dekontaminasi, termasuk sarung tangan yang
telah di guanakan penolong ke dalam larutan antiseptic
2. Perawatan Pascatindakan
1. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan instruksi
apabila masih diperlukan.
2. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan d dalam kolom yang
tersedia.
3. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk dipantau.
4. Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah seesai tetapi
pasien masih memerlukan perawatan.
5. Jelaskan pada petugas tentang perawatan apa yang masih diperlukan, lama
perawatan dan apa yang perlu dilaporkan.(Di Rumah Sakit)
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR (SOP)
1. SOP PELAYANAN RESEP
a. Pasien datang
b. Menyapa pasien dengan ramah dan menanyakan kepada pasien obat apa yang
dibutuhkan
c. Tanyakan lebih dahulu keluhan atau penyakit yang diderita pasien, kemudian bantu
pasien untuk mendapatkan obat yang tepat
d. Menghitung harga dan minta persetujuan terhadap nominal harga
e. Bila sudah terjadi persetujuan, ambilkan obat yang diminta pasien
f. Serahkan obat kepada pasien disertai dengan informasi mengenai kegunaan dan aturan
pakai
a. Siapkan alat yang akan digunakan dan bersihkan meja untuk meracik
b. Buatlah instruksi meracik meliputi : no resep, nama pasian, jumlah dan cara mencampur
c. Siapkan etiket dan wadah obat sertakan bersama obat dan instruksinya untuk diracik.
d. Cucilah tangan bila perlu gunakan sarung tangan, masker
e. Siapkan bat sesuai resep dan cocokkan dengan yang tertera pada struknya
f. Jika ada bahan yang harus ditimbang maka persiapkan lebih dahulu
g. Bacalah instruksi meracik dengan seksama dan lakukanlah hati-hati
h. Pastikan hasil racikan sesuai dengan instruksinya
i. Masukkan dalam wadah yang telah disediakan dan beri etiket
j. kemudian serahkan pada petugas lain untuk diperiksa dan diserahkan
k. Bersihkan peralatan dan meja meracik setelah selesai
l. Cucilah tangan sampai bersih
4. SOP MENIMBANG
a. Bersihkan timbangan
b. Setarakan timbangan terlebih dahulu sebelum mulai menimbang
c. Ambil bahan‐bahan sesuai dengan permintaan resep
d. Ambil anak timbangan sesuai berat yang diminta dan letakkan pada ring timbangan
sebelah kiri (timbangan dalam keadaan off)
e. Buka dan on kan timbangan kemudian dilihat apakah timbangn sudah seimbang atau
belum
f. Bahan ditambah atau dikurangi sampai diperoleh timbangan yang seimbang yang
ditunjukkan ole letak jarum pada posisi nol
g. Ambil bahan yang sudah ditimbang kemudian diberi nama sesuai nama bahan
h. Cek ulang apakah bahan yang diambi sudah sesuai dengan resep kemudian dikembalikan
ketempatnya.
a. Periksa keabsahan faktur meliputi nama dan alamat PBF serta tanda tangan penanggung
jawab dan stempel PBF
b. Mencocokkan faktur dengan obat yang dating melliputi jenis dan jumlah serta no batch
sediaan
c. Memeriksa kondisi fisik obat meliputi kondisi wadah dan sediaan serta tanggal kadaluarsa.
Bila rusak maka obat dikembalikan dan minta diganti
d. Setelah selesai diperiksa, faktur ditandatangani dan diberi tanggal serta distempel. Faktur
yang asli diserahkan kepada sales sedang salinan faktur disimpan oleh apotek sebagai
arsip
administrasi.
dan lain-lain).
bila di perlukan.
B. Penyiapan Resep
1. menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep.
narkotika.
3. Menutup dan mengembalikan wadah obat pada tempatnya.
C. Penyerahan obat.
1. Melakukan pemeriksaan akhir kesesuaian antara penulisan
menerima.
obat.
di balik resep.
mendokumentasikannya.
Prosedur Kerja
1. Mengecek nama dan jumlah barang yang diterima, disesuaikan dengan surat
pesanan/BPBA.
2. Mengecek tanggal kadalurasa (> 1 tahun untuk obat, > 3 bulan untuk vaksin).
3. Kondisi barang yang diterima harus dalam keadaan baik dan tidak rusak.
3. Tepat signa (sesuai resep dokter): frekuensi dalam sehari, waktu minum, cara
pakai, instruksi.
1. Timbangan: terdapat anak timbangan yang lengkap, alat timbang dan anak
3. Wadah obat: tidak bocor dan tertutup rapat, penandaan dengan angka/warna
berbeda untuk puyer yang lebih dari satu dalam selembar resep.
2. Gunakan alat pel, ember berisi air bersih, ember berisi campuran desinfektan
bilas dan peras kain pel lalu ulangi sapuan dengan air bersih.
5. Buang air kotor ke tempat pembuangan air, bersihkan alat pel dan ember
1. Lantai disapu dan dipel setiap tiga jam sekali sesuai dengan SOP pembersihan
lantai.
2. Setiap terdapat kotoran sampah atau ceceran air, harus segera dibersihkan dan
dipel saat itu juga. Pastikan tempat sampah dalam keadaan tertutup dan sampah
5. Dinding dan atap dijaga dalam keadaan bersih, tidak buram dan minimal dicat
1. Setiap periode akhir triwulan, monitoring stok 20 item/hari dengan sistem acak.
2. Bentuk panitia stok opname, buat klat stok dan melaporkan kepada Bisnis
Manager (BM).
3. Stok fisik yang dihitung adalah posisi sisa barang saat berakhirnya periode stok
opname.
4. Stok fisik semua barang dagangan dan pemisahan barang rusak dan lewat
tanggal kadaluarsanya.
pemusnahan.
8. Buat daftar obat kurang laku/tidak laku kepada APP lain untuk dapat dicairkan.
dan lain-lain.
4. Hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli dari dokter (RS, puskesmas, apotek
dan BP).
5. Salinan resep dengan tulisan ‘iter’ tidak boleh dilayani. Hanya boleh melayani
1. Cocokkan nama, dosis dan jumlah obat dengan yang tertera pada resep dan
struk.
2. Periksa penulisan instruksi penggunaan obat pada etiket sesuai dengan resep
(jenis, cara pakai, dosis, jumlah obat, nama obat, nama pasien, nomor resep,
4. Panggil nama pelanggan atau dokter yang tertera di resep dan nomor urut pada
struk.
yang dihindari).
1. Pilih nama obat/produk dan harganya sesuai permintaan dengan benar (nama,
diterima.
3. Tuliskan data pelanggan (nama, alamat, nomor telepon pelanggan dan data
dokter).
4. Berikan struk asli kepada pelanggan beserta uang kembalian dengan jelas dan
Selama kegiatan PKPA tidak ditemukan kendala yang berarti. Kegiatan PKPA dapat
berlangsung dengan lancar berkat bimbingan dari dosen pembimbing dari universitas
Penyiapan Resep
1. Memberi garis bawah berwarna merah pada obat yang
termasuk golongan narkotika.
2. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep.
3. Untuk obat racikan apoteker dan atau asisten apoteker
menyiapakan obat jadi yang mengandung narkotika.
4. Mendokumentasikan pengeluaran obat narkotika pada
kartu stok.
5. Menutup dan mengembalikan wadah obat pada tempatnya
yaitu pada lemari dua pintu dan menguncinya kembali.
6. Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai
permintaan dalam resep.
7. Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali jenis
dan jumlah obat sesuai permintaan dalam resep.
Penyerahan Resep
1. Melakukan pemeriksaan akhir kesesuaian antara penulis
etiket dengan resep sebelum dilakukan penyerahan
2. Memanggil nama pasien secara lengkap (minimal 2 suku
kata)
3. Mengecek identitas dan alamat pasien yang berhak
menerima
4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi
obat (nama obat, kegunaan masing-masing obat, dosis dan
cara penggunaan obat)
5. Menanyakan kembali kejelasan pasien terhadap informasi
obat dan meminta pasien untuk mengulang penjelasan
yang telah disampaikan
Menyimpan resep pada tempat penyimpanan khusus resep
narkotika dan mendokumentasikannya pada buku
pencatatan resep narkotika
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan pemusnahan sediaan farmasi dan
alat kesehatan.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Pengelola Apotek
3. PROSEDUR
3.1 Melakukan inventarisasi sediaan farmasi dan alat kesehatan yang akan
dimusnahkan
3.2 Menyiapkan administrasi (berupa laporan dan Berita Acara Pemusnahan Sediaan
Farmasi Dan Alat Kesehatan)
3.3 Menetapkan jadwal, metoda dan tempat pemusnahan.
3.4 Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan.
3.5 Membuat laporan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang sekurang-
kurangnya memuat :
Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan alat
kesehatan
Nama dan jumlah sediaan farmasi dan alat kesehatan yang dimusnahkan
Nama apoteker pelaksana pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Nama saksi (sekurang kurangnya dua saksi) dalam pelaksanaan
pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
3.6 Membuat laporan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan.yang ditanda
tangani oleh apoteker dan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan (Berita Acara
terlampir)
3.7 Membuat laporan tembusan untuk Dinas Kesehatan dan BPOM.
Pengelolaan Narkotika
Pengelolaan narkotika diatur secara khusus untuk menghindari terjadinya
kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengelolaan narkotika di
Apotek meliputi :
a. Pemesanan Narkotika
Pemesanan sediaan narkotika menggunakan Surat Pesanan Narkotik yang
ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Pemesanan dilakukan
ke PT. Kimia Farma Trade and
Distribution (satu satunya PBF narkotika yang legal di indonesia) dengan membuat surat
pesanan khusus narkotika rangkap empat. Satu lembar Surat Pesanan Asli dan dua lembar
salinan Surat Pesanan diserahkan kepada Pedagang Besar Farmasi yang bersangkutan
sedangkan satu lembar salinan Surat Pesanan sebagai arsip di apotek, satu surat pesanan
hanya boleh memuat pemesanan satu jenis obat (item) narkotik misal pemesanan pethidin
satu surat pesanan dan pemesanan kodein satu surat pesanan juga, begitu juga untuk item
narkotika lainnya.
b. Penerimaan Narkotika
Penerimaan Narkotika dari PBF harus diterima oleh APA atau dilakukan
dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut
setelah sebelumnya dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat
diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang
dipesan.
c. Penyimpanan Narkotika
Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek disimpan pada lemari
khusus yang terbuat dari kayu (atau bahan lain yang kokoh dan kuat) yang
ditempel pada dinding, memiliki 2 kunci yang berbeda, terdiri dari 2 pintu, satu
untuk pemakaian sehari hari seperti kodein, dan satu lagi berisi pethidin, morfin
dan garam garamannya. Lemari tersebut terletak di tempat yang tidak diketahui
oleh umum, tetapi dapat diawasi langsung oleh Asisten Apoteker yang bertugas
dan penanggung jawab narkotika.
d. Pelayanan Narkotika
Apotek hanya boleh melayani resep narkotika dari resep asli atau salinan resep
yang dibuat oleh Apotek itu sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru
diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat narkotika tanpa resep
atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain. Resep narkotika yang
masuk dipisahkan dari resep lainnya dan diberi garis merah di bawah obat
narkotik.
e. Pelaporan Narkotika
Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan setiap bulan. Laporan penggunaan
obat narkotika di lakukan melalui online SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika
dan Psikotropika). Asisten apoteker setiap bulannya menginput data
penggunaan narkotika dan psikotropika melalui SIPNAP lalu setelah data telah
terinput data tersebut di import (paling lama sebelum tanggal 10 pada bulan
berikutnya). Laporan meliputi laporan pemakaian narkotika untuk bulan
bersangkutan (meliputi nomor urut, nama bahan/sediaan, satuan, persediaan
awal bulan), pasword dan username didapatkan setelah melakukan registrasi
pada dinkes setempat.
(sipnap.binfar.depkes.go.id)
f. Pemusnahan Narkotika
Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut :
1) APA membuat dan menandatangani surat permohonan pemusnahan
narkotika yang berisi jenis dan jumlah narkotika yang rusak atau tidak
memenuhi syarat.
2) Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA dikirimkan ke Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan. Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan akan menetapkan waktu dan tempat pemusnahan.
3) Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari APA, Asisten
Apoteker, Petugas Balai POM, dan Kepala Suku Dinas Kesehatan
Kabutapten/Kota setempat.
4) Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara
Pemusnahan yang berisi :
a) Hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat dilakukannya pemusnahan
b) Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan
c) Cara pemusnahan
d) Petugas yang melakukan pemusnahan
e) Nama dan tanda tangan Apoteker Pengelola Apotek
Berita acara tersebut dibuat dengan tembusan :
a) Kepala Suku Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b) Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan DKI Jakarta.
c) Arsip apotek.
2. Pengelolaan Psikotropika
Selain pengelolaan narkotika, pengelolaan psikotropika juga diatur secara khusus
mulai dari pengadaan sampai pemusnahan untuk menghindari terjadinya kemungkinan
penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengelolaan psikotropika di
Apotek meliputi:
a. Pemesanan Psikotropika
Pemesanan psikotropika dengan surat pemesanan rangkap 2, diperbolehkan
lebih dari 1 item obat dalam satu surat pesanan, boleh memesan ke berbagai
PBF.
b. Penerimaan Psikotropika
Penerimaan Psikotropika dari PBF harus diterima oleh APA atau dilakukan
dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut
setelah sebelumnya dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat
diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah Psikotropika
yang dipesan
c. Penyimpanan Psikotropika
Penyimpanan obat psikotropika diletakkan di lemari yang terbuat dari kayu
(atau bahan lain yang kokoh dan kuat). Lemari tersebut mempunyai kunci
(tidak harus terkunci) yang dipegang oleh Asisten Apoteker sebagai
penanggung jawab yang diberi kuasa oleh APA.
d. Pelayanan Psikotropika
Apotek hanya melayani resep psikotropika dari resep asli atau salinan resep
yang dibuat sendiri oleh Apotek yang obatnya belum diambil sama sekali atau
baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat psikotropika
tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain.
e. Pelaporan Psikotropika
Laporan penggunaan psikotropika dilakukan setiap bulannya melalui SIPNAP
(Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Asisten apoteker setiap
bulannya menginput data penggunaan psikotropika melalui SIPNAP lalu
setelah data telah terinput data tersebut di import. Laporan meliputi laporan
pemakaian narkotika untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor urut, nama
bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan). pasword dan username
didapatkan setelah melakukan registrasi pada dinkes setempat.
(sipnap.binfar.depkes.go.id)
f. Pemusnahan Psikotropik
8.Memakai handscone
9. Melakukan vulva hygiene dengan cara
10. Celupkan kapas cebok ke kom berisi air DTTdan di siram betadine , peras,
Usap kan pada labia mayora kanan, buang
1 kapas lagi usap kan pada labia mayora kiri buang
Buka labia kemudian usap kan I kapas lagi pada introitus vagina.
11. Melakukan periksa dalam / VT.
12. Melapor
13. Mengisi partograf
14. Melakukan SIO kepada keluarga pasien , dan meminta keluarga pasien
Untuk membeli paket melahirkan.
15. menyiapkan partus set , hecting set , penghisap lendir dee lee , kateter
Betadine kasa jelly lidocain dalam spuit , pitogin dalam spuit , kalnex,
Nait , infus set , abocath, kapas alkohol, ember berisi klorin , ember plastik .
16. Mendekat kan suction dan lampu sorot.
17. Menyiapkan pakaian bayi dan pakaian ibu.
18. Mengontrol Djj
19. Apabila ada tanda gejala kala II , doran teknus perjol vuka.
20. Menyiapkan alat dan siap diri memakai celemek , masker , handscone
Sendal tertutup.
21. Memasang infus
22. Melakukan periksa dalam dengan dengan terlebih dahulu dilakukan vuna nggiene.
23. Melakukan amniotomi apabila pembukaan lengkap terapi ketuban belum pecah.
24. Membuka BH Ibu , dan meletak kan kain kering di atas perut Ibu
Dan di depan xulua.
25. Mengajar kan Ibu cara meneran dan meminta suami / keluarga
Memberi semangat serta memberi minum di saat tidak mules.
26. Apabila kepala tempat di vulva
Menahan perineum dengan tangan kanan , sementara tangan kiri menahan
Puncak kepala agar tidak terjadi defleksi terlalu cepat.
27. setelah kepala kluar , priksa apakah ada lilitan tali pusat.
28. Tunggu hingga kepala melakukan putar paksi luar secara spontan.
29. Menarik kepala bayi ke arah bawah hingga lahir bahu belakang.
30. Melakukan sangga susu.
31.Meletak kan bayi ke di atas perut Ibu serta mengeringkan bayi .
32. Menghisap lendir dengan dee lee dan melakukan suction ,selimuti Ibu & bayi.
33. Memastikan tidak ada janin lain di dalam rahim .
34. Memberi tahu Ibu bahwa , ia akan di suntik oksitosin agar uterus berkomraksi dengan baik.
35. Menyuntikkan oksitosin I anapul IM di 1/3 pana atas dengan di lakukan operasi.
36. Melakukan masase fundus
37. Melakukan penegangan tali pusat, untuk memastikan plasenta lepas/ tidak.
Ada semburan darah mendadak
Tali pusat memanjang
Uterus bullotment.
38. Apabila ada tanda pelepasan plasenta , maka tegangkan tali pusat
Sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas (DOBO KRANIA)
Secara hati hati minta Ibu meneran sedikit sambil penolong menarik tali pusat dengan
Arah sejajar lantai kemudian kearah atas bawah mengikuti porus jalan lahir.
39. Saat plasenta muncul di introitus vagina , lahir kan plasenta dengan kedua
Tangan pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih.
40. Lakukan pemeriksaan plasenta ,selaput kotiledop lengkap / tidak
Dengan mencelupkan plasenta ke dalam kom berisi air
Kemudian bungkus plasenta dengan under pad dan di potong ½ bagian
Letakkan plasenta di samping bayi.
41. Melakukan masase uterus.
42. Mendekatkan dan menghidupkan lampu sorot.
43. Melihat apakah ada laserasi.
44. Apabila ada , lakukan penjahitan dengan sebelum nya di suntik idokain
45. Memindahkan bayi.
46. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik.
47. Membersihkan Ibu , memasang dok Ibu.
48. Meletakakan under pad yang baru memakaikan gurita dan mengganti baju Ibu .
49. Memasukkan alat bekas pakai ke larutan klorin.
50. Memastikan bayi apakah , ada klainan kongenital / tidak
Menimbang bayi , mengurus PB , membungkus tali pusat dengan kasa.
51. Memberitahu keluarga , apakah bayi ada / tidak kelainan kongenital.
52. Menyuntikkan hepatitis B dan Neo K di 1/3 paha kanan dan kiri , membedong bayi.
53. Mengantar bayi keruangan bayi.
54. Membereskan alat – alat dan membuang sampah ke tempat sampah yang sesuai.
55. Membilas alat alat – alat dan mengeringkan nya serta mensterikan alat – alat
Mengisi partograf.
56. Melanjutkan pemantauan kontraksi , pendarahan , vital sign.
PEMASANGAN LAMINARIA
1. Anamnese : NAMA
UMUR
ALAMAT
2. Masukkan pasien ke ruang VK dan letak di bad.
3. Sebelum memasang laminaria jelaskan kepada pasien dan keluarga
Fungsi pemasangan laminaria dan keluarga fungsi pemasangan laminaria dan
keluarga suami wajib menandatangani surat persetujuan tindakan medis.
4. posisikan pasien di atas tempat tidur dengan posisi litotomi celana sudah di buka.
1. Amanise pasien
2. Melakukan pemeriksaan vital sign
3. Memeriksa pendarahan dan keluar dari kemaluan
4. Laporan kepada dokter obgyn tentang keadaan umum pasien.
5 - pasien di serah kan untuk di USG
- Letak pasien ke dalam ruang USG
- Sambil menunggu dokter obgyn posisikan pasien.
6. Siapkan catatan dokter agar dokter mencatat apa yang akan di lakukan
Atau diaknosa apa yang akan di tentukam dokter.
7. Perawat mencatat anjuran yang di berikan oleh dokter kepada pasien.
8. Dr obgyn memberikan penjelasan kepada pasien dan suami atau keluarga
tentang hasil USG yang di lihat oleh dokter.
apabila hasil yang di lihat itu ciri ciri nya seperti hamil 8 minggu ada kantongan
tapi janin belum berbentuk atau Cuma kantongan aja, itu berarti hamil kosong
(BO)
9. Di pindahkan ke ruang VK untuk di lakukan tindakan selanjut nya seperti:
naikan pasien ke tempat tidur dan buat posisi litotomi (dibawah
pasio)
anjuran dr obgyn masukkan obat (gastrul) 2+6 kedalam vagina alat
laminaria kedalam vagina untuk merangsang adanya pembukaan mulut
rahim, agar mudah untuk melakukan curetase.
Menjelaskan kepada pasien bahwa akan menunggu sampai mulut rahim
terbuka baru bisa di lakukan curutase.
1. Melakukan anamnese
2. periksa vital sign
3. pantau pendarahan
4. Melakukan penginfusan - alat
- pasang kateter tetap
5. Cek danit
6. Lapor dokter obgyn tentang keadaan umum pasien
dan apa tindakan yang harus dilakukan.
7. Catat dan lakukan anjuran yang di berikan dokter obgyn.
8. Menjelaskan kepada suami / keluarga tentang keadaan pasien
dan mengintruksikan suami untuk mendatangi surat persetujuan
tindakan medis.
9. Skin test antibiotik
10.Menyiapkan alat alat yang di perlukan dokter
- handuk
- sepatu
- celemek
11. Posisikan pasien
12. Setelah 15 menit lihat daerah kulit yang di skintest
terdapat bintik merah atau tidak, kalau tidak masukkan
anti biotik yang di skintest tadi.
13. Setelah dokter datang dan melakukan manual plasenta.
14. Setelah dokter selesai melakukan manual plasenta,
Pantau keadaan umum pasien .
15. Bereskan alat alat.
16. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
SOP SC LETAK SUNGSANG
1. Melakukan anamnese
2. melakukan vital sign
3. melakukan leopold I , II , III , IV.
4. Memeriksa DJJ.
5. Melakukan pemeriksaan dalam (VT).
6. Laporkan kepada dokter obgyn tentang keadaan pasien dan apa
tindakan selanjutnya.
7. jika dokter obgyn menyarankan operasi, persiapan-persiapan operasi
Pasien.
8. menjelaskan kepada keluarga bahwapasien akan segera di operasi
Dan mengintraksikan kepada suami untuk menandatangani SIO.
9. mengganti pakaian pasien dengan baju operasi
10. melakukan pemasanagan infus dan menampung sedikit darah untuk
Di lakukan pemeriksaan LAB.
11. Skintest antibiotik.
12. Membersihkan daerah kemaluan dengan mencukur bersih pubis pasien.
13. jika hasil Lab sudah keluar laporkan kepada dokter obgyn.
14. lihat hasil Lab skintest jika tidak terdapat kemerahan pada bagian
yang diskinset masukakan antibiotik tersebut.
15. menyerahkan pasien kepada perawat ok untuk di lakukan operasi.
16. setelah dilakukan pembiusan kemudain memasang kateter pasien.
SOP CURETASE ABORTUS
IMMINENS
1. Anamnese pasien
2. melakukan pemeriksaan vital sign
3. membantu pendarahan.
4. laporkan kepada dokter obgyn tentang keadaan umun pasien
5. membawa pasien ke ruang USG sambil menunggu dokter datang
Untuk memeriksa pasien,posisikan pasien
6. mencatat anjuran dan melaksanakan anjuran yang di berikan dokter
7. menjelaskan kepada keluarga bahwa pasien akan dilakukan curetase
dan mengintruksikan kepada suami untuk menandatangani surat
tindakan medis.
8. Memasukan obat kedalam vagina pasien sesuai anjuran dokter untuk
Merangsang adanya pembukaan mulut rahim sebelum di lakukan curetase .
9. Menjelaskan kepada pasien bahwa akan menunggu sampai mulut rahim
terbuka baru bisa di lakukan curetase
10. Melakukan penginfusan dan penampungan darah untuk pengecekan Lab.
11. Melakukan skintest antibiotik.
12. Mempersiapkan alat alat curutase.
13. Melakukan pemeriksaan dalam ,jika sudah ada pembukaan laporan kepada dokter
obgyn.
14. Menghubungi dokter anastesi.
15. Memposisikan pasien dan mengosongkan kantung kemih.
16. Mendekatkan alat dan mendampingi dokter melakukan curetase.
17. Setelah dokter selesai melakukan curutase.
18. Pantau keadaan umum pasien .
19. Dokumentasikan tindakan yang telah di lakukan.
SOP PEMASANGAN SPIRAL
1. Anamnese pasien.
2. Periksa vital sign .
3. Jelaskan kepada pasien tentang prosedur yang akan di lakukan.
4. Mempersiapkan alat alat yang di perlukan.
5. memposisikan pasien.
6. Cuci tangan dangan air mengalir dan memakai hand scoon.
7. Membersihkan daerah kemaluan pasien.
8. Masukkan spekulum.
9. Jepit serviks dengan tenakulum.
10.Ukur panjang uterus dengan sonde uterus.
11.Memasang IUD
- memasukkan tabung inserter yang berisi
IUD kedalam.
- menarik tabung sampai pangkal pendorong
untuk memasukkan IUD.
- Mengeluarkan pendorong dan dorong kembali
tabung iserter sampai terasa pada fundus.
- menggunting benang IUD 3-4cms.
- membersihkan porsio yang telah terpasang IUD
dengan kapas.
- mengeluarkan tenakulum dan spekulum.
- lepaskan hand scoon
- cuci tangan
- bersihkan alat-alat
- dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
PREVIOUS
1. Melakukan anamnese.
Nama,umur,alamat,riwayat persalinan sebelumnya HPHT.
2. Meminta pasien naik ketempat tidur.
3. Melakukan vital sign.
4. Melakukan leopold I,III,IV melihat bekas SC
5. Memeriksa DJJ.
6. Melapor dokter Obgyn
Apabila dokter menyarankan untuk persiapan SC.
7. Mensiokan kepada keluarga pasien.
8. Menyarankan kepada keluarga pasien untuk membeli paket operasi.
9. Mengganti pakaian ibu dengan pakaian operasi serta menganjurkan melepas perhiasan yang
dipakai.
10. Memasang infus RL + blood set + abocath18.
11. Menspoling cefotaxme 2gr dengan aqudest masing-masing 10 cc.
12. Melakukan skin test tunggu 15 menit.
13. Memakai handscone.
14. Mencukur pubis.
15. Melakukan vulva hygiene.
16. Memasang kateter.
17. Membuka handscone , cuci tangan.
18. Memeriksa ST,apabila tidak merah ,tidak gatal berarti tidak alergi ,maka masukan cefotaxine 2
gr ke cairan RL cor.
19. Memasukan pasien ke ruangan operasi.
20. Menyiapkan alat.
* Bak instrumen
Gunting tali pusat
Kasa
Klem pusat
1. Melakukan anamnese :
Nama
Umur
Alamat
Riwayat persalinan
2. Meletakkan perlak dan underpad ketempat tidur.
3. Menaikkan pasien ketempat tidur.
4. Melakukan pemeriksaan vital sign.
5. Melakukan periksaan dalam menggunakan has.
6. Melapor hasil pemeriksaan kepada dr.OBGYN.
7. Pemasangan infus :
Abocath 18
Blood set
RL
( Jika perdarahan banyak dan syok berat ,sebaiknya dilakukan pemasangan infus lebih dari
satu ).
Alat :
* Blootsel
* Tabung eta
* RL Cor 2 fles selanjutnya fi20tts/i
* Abocath 18
* Masukkan antibiotik sebelum dimasukkan scintes dulu antibiotik selama 15 menit.
7. Jika hasil lab sudah selesai beritahu dr.OBGYN atau dr.umum yang jaga.
8. Selesai persiapan pasien,pasien diserahkan kepada perawat ruang OK.
9. Perawat ruang VK mempersiapkan alat untuk ibu dan bayi.
Ibu :
Kain panjang 2
Gurita 1
Duk 1
Lampin 1
Bayi :
Kain bedong 1
Baju bayi 1
Gurita 1
Tak 2 1
11. Petugas VK mengganti baju OK agar dapat masuk keruang OK untuk menampung bayi.
12. Menyiapkan alat resusitasi bayi diruang OK :
O2
Suction
Timbangan bayi
Pengukur panjang bayi dan lingkar kepala
15. Tulis identitas ibu ke gelang bayi dan ibu ,sesuai jenis kelamin . (biru/pink). Buat
nama ibu,jenis kelamin,jam lahir,OK.
16. Lapor kembali pada dokter OBGYN tentang bayi .
17. Beritahu keluarga bahwa bayi sudah lahir.
18. Antar bayi ke ruang bayi dengan membawa status bayi ,dan lapor ke petugas yang
menjaga di ruanganbayi .beritahu kondisi dan fisik bayi kepada perawat bayi .
19. Masukkan ke dalam larutan klorin selama 10 menit kemudian bersihkan pakai
sabun/rinso ,lap kering.
20. Lengkapi status pasien agar apa yang di lakukan ditulis kedalam status .