Anda di halaman 1dari 51

PASIEN SC SOLUSIO

PLASENTA
1.DEFINISI

Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari dinding rahim bagian dalam sebelum proses
persalinan, baik seluruhnya maupun sebagian, dan merupakan komplikasi kehamilan yang serius
namun jarang terjadi. Plasenta berfungsi memberikan nutrisi serta oksigen pada janin yang
dikandung, dan merupakan organ yang tumbuh di dalam rahim selama masa kehamilan.

Solusio plasenta bisa membahayakan nyawa ibu dan bayi yang dikandung jika tidak segera
ditangani. Hal ini dikarenakan solusio plasenta bisa menyebabkan pendarahan hebat bagi
sang ibu, dan bayi yang dikandung bisa kekurangan asupan nutrisi serta oksigen.

2.GEJALA SOLUSIO PLASENTA

Usia kehamilan enam bulan ke atas, terutama beberapa pekan sebelum proses persalinan
merupakan waktu yang paling sering mengalami solusio plasenta. Di bawah ini adalah
beberapa gejala solusio plasenta yang bisa terjadi:

 Nyeri punggung.
 Kontraksi berlangsung cepat.
 Pendarahan pada vagina.
 Rahim terasa sakit.
 Nyeri perut.
 Kurang bergeraknya bayi yang berada dalam kandungan atau tidak seperti
biasanya.

Jika mengalami gejala seperti yang disebutkan di atas, segera temui dokter.

3.DIAGNOSIS SOLUSIO PLASENTA

Untuk mendiagnosis solusio plasenta, awalnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik
guna memeriksa tekanan rahim, apakah lunak atau keras. Dan mungkin diperlukan tes
darah atau ultrasound untuk membantu mengetahui penyebab terjadinya pendarahaan
vagina. Ultrasound frekuensi tinggi juga bisa digunakan untuk melihat rahim, namun tidak
selalu bisa untuk melihat adanya solusio plasenta.
PASIEN SC LETAK SUNGSANG

A.DEFINISI
Kehamilan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang) dimana bayi letaknya
sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri, sedangkan
bokong merupakan bagian terbawah di daerah pintu atas panggul atau simfisis,
dibagi menjadi:
a. Letak bokong murni (frank breech) :
Bokong yang menjadi bagian depan, kedua tungkai lurus keatas
b. Letak bokong kaki (complete breech) :
Disamping bokong teraba kaki, biasa disebut letak bokong kaki sempurna jika
disamping bokong teraba kedua kaki atau tidak sempurna jika disamping
bokong teraba satu kaki
c. Letak lutut
d. Letak kaki (incomplete breech presentation) :
Presentasi kaki. (Obstetrik Patologi ; 132).

B.TANDA DAN GEJALA

Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan


bahwa kehamilannyaterasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa
penuh dibagian atas dan gerakanlebih banyak dibagian bawah. Pada kehamilan
pertama kalinya mungkin belum bisadirasakan perbedaannya.Dapat ditelusuri dari
riwayat kehamilan sebelumnya apakah adayang sungsang.Pada pemeriksaan luar
berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa Leopold Idifundus akan
teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala. Leopold II teraba punggungdisatu
sisi dan bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV teraba bokong dibagian bawah
uterus.Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-
olah kepala,tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala.Denyut jantung
janin pada umumnyaditemukan setinggi pusat atau sedikit lebih tinggi daripada
umbilicus.

C.DIAGNOSIS

Untuk menegakan diagnosis maka yang harus dilakukan oleh seorang bidan adalah
melakukan :
1. Anamnesis: pergerakan anak teraba oleh ibu dibagian perut bawah, ibu sering
merasa ada benda keras (kepala) yang mendesak tulang iga dan rasa nyeri pada
daerah tulang iga karena kepala janin.
2. Palpasi: teraba bagian keras, bundar, melenting pada fundus. Punggung dapat
diraba pada salah satu sisi perut, bagian kecil pada sisi yang berlawanan, diatas
simphisis teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
3. Auskultasi: denyut jantung janin (DJJ) sepusat atau DJJ ditemukan paling jelas
pada tempat yang paling tinggi (sejajar atau lebih tinggi dari pusat).
4. Vagina Toucher: tebagi 3 tonjolan tulang yaitu kedua tubera ossis ischia dan
ujung os sacrum, anus, genetalia anak jika edema tidak terlalu besar dapat diraba.
5. Perbedaan antara letak sungsang dan kepala pada pemeriksaan dalam jika anus
posisi terendah maka akan teraba lubang kecil, tidak ada tulang, tidak menghisap,
keluar meconium, jika presentasi kaki maka akan teraba 900 , terasa jari-jari , pada
presentasi lutut akan terasa patella dan popliteal. Pada presentasi mulut maka akan
terasa ada hisapan di jari, teraba rahang dan lidah. Pre3sentasi tangan siku: terasa
jari panjang, tidak rata, patella (-).
6. Untuk menentukan perbedaan tangan dan kaki: pada kaki ada kalkaneus,
sehingga terjadi tonjolan tulang yaitu mata kaki dan kalkaneus. Pada tangan hanya
ada mata dipergelangan tangan, kaki tidak dapat dilurskan terhadap tungkai, jari
kaki jauh lebih pendek dari telapak kaki. (Obstetri Patologi ; 132).
PASIEN SC PREEKLAMSIA
BERAT

1.DEFINISI
Preeklamsia adalah sebuah komplikasi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan
darah tinggi (hipertensi) dan tanda-tanda kerusakan organ, misalnya kerusakan ginjal yang
ditunjukkan oleh tingginya kadar protein pada urine (proteinuria).

Gejala preeklamsia biasanya muncul saat usia kehamilan memasuki minggu ke-20 atau
lebih (paling umum usia kehamilan 24-26 minggu) sampai tak lama setelah bayi lahir.
Preeklamsia yang tidak disadari oleh sang ibu hamil bisa berkembang menjadi eklamsia,
kondisi medis serius yang mengancam keselamatan ibu hamil dan janinnya.

2.GEJALA DAN TANDA


Gejala utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang terus meningkat. Naiknya
tekanan darah bisa terjadi dengan lambat, akibatnya sulit untuk memastikan kondisi ini.
Oleh karena itu, memonitor tekanan darah secara rutin menjadi hal penting untuk
dilakukan selama masa kehamilan. Jika tekanan darah wanita hamil mencapai 140/90 mm
Hg atau lebih, segeralah berkonsultasi dengan dokter kandungan, terutama bila tekanan
darah di level ini ditemukan dalam 2 kali pemeriksaan rutin yang terpisah.

Selain hipertensi, gejala umum lainnya dari preeklamsia adalah:

 Sesak napas, karena ada cairan di paru-paru.


 Sakit kepala parah.
 Berkurangnya volume urine.
 Gangguan penglihatan. Pandangan hilang sementara, menjadi kabur, dan sensitif
terhadap cahaya.
 Mual dan muntah.
 Rasa nyeri pada perut bagian atas. Biasanya di bawah tulang rusuk sebelah kanan.
 Meningkatnya kandungan protein pada urine (proteinuria).
 Gangguan fungsi hati.
 Pembengkakan pada telapak kaki, pergelangan kaki, wajah dan tangan.
 Berkurangnya jumlah trombosit dalam darah.

Laju pertumbuhan janin yang melambat juga bisa menandakan sang ibu mengidap
preeklamsia. Kondisi ini disebabkan berkurangnya pasokan darah ke plasenta sehingga
janin mengalami kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi.

Agar preeklamsia bisa segera terdiagnosis dan ditangani, lakukanlah konsultasi rutin
dengan dokter kandungan setiap bulan. Jangan ragu untuk melakukan konsultasi dengan
dokter kandungan lebih sering jika merasakan gejala-gejala yang tidak wajar selama masa
kehamilan.
3.DIAGNOSIS
Jika wanita hamil rutin memeriksakan kandungannya setiap bulan, maka gejala-gejala
preeklamsia akan cepat didiagnosis dan ditangani. Sebab setiap pemeriksaan kehamilan
dokter akan selalu mengecek tekanan darah ibu hamil. Apabila gejala-gejala preeklamsia
diketahui di sela-sela jadwal rutin pemeriksaan kehamilan, maka segera temui dokter
kandungan.

Jika dokter mencurigai adanya preeklamsia dari hasil pemeriksaan tekanan darah, Anda
akan diminta menjalani beberapa tes seperti:

 Ultrasonografi fetus. Dalam tes ini dokter akan memeriksa berat janin dan jumlah
air ketuban. Kurangnya air ketuban adalah salah satu tanda rendahnya suplai darah
ke janin.
 Analisis darah. Tes ini akan melihat kinerja organ hati dan ginjal serta jumlah
trombosit dalam darah wanita hamil.
 Analisis urine. Dari cairan urine akan dilihat berapa perbandingan kandungan
protein dan kreatinin.
 Non stress test atau NST. Prosedur yang berfungsi untuk mengukur detak jantung
bayi saat bergerak selama masih di dalam kandungan.

3.PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN


Apabila hasil diagnosis menyatakan bahwa Anda berisiko tinggi terkena
preeklamsia, biasanya dokter akan meminta Anda mengonsumsi parasetamol dosis rendah.
Parasetamol dosis rendah diduga dapat menurunkan risiko terkena preeklamsia. Wanita
yang kekurangan asupan kalsium sebelum dan saat kehamilan, juga akan disarankan
mengonsumsi suplemen kalsium untuk mencegah preeklampsia. Akan tetapi wanita hamil
sebaiknya jangan mengonsumsi obat, vitamin, atau suplemen apa pun tanpa konsultasi
dengan dokter kandungan terlebih dulu.
Pada dasarnya, hanya proses kelahiranlah yang bisa menyembuhkan preeklamsia.
Jika preeklamsia muncul ketika usia janin belum cukup untuk dilahirkan, dokter
kandungan akan memonitor kondisi tubuh Anda dan sang calon bayi dengan seksama
hingga usia janin sudah cukup untuk dilahirkan. Dokter juga akan meminta Anda
menjalani analisis darah ultrasonografi dan NST lebih sering.
Jika preeklamsia muncul ketika usia janin sudah cukup untuk dilahirkan, biasanya
dokter akan menyarankan tindakan induksi atau bedah sesar untuk mengeluarkan bayi
sesegera mungkin. Langkah ini diambil agar preeklamsia tidak berkembang menjadi lebih
parah.

Obat-obatan yang bisa dilakukan untuk wanita hamil yang mengalami preeklamsia adalah:

 Antihipertensi. Fungsi pengobatan ini untuk menurunkan tekanan darah. Biasanya


dokter akan memilih obat antihipertensi yang aman bagi janin. Konsultasikan
dengan dokter, dosis aman bagi Anda dan janin.
 Kortikosteroid. Paru-paru janin bisa berkembang lebih matang dengan bantuan
pengobatan ini. Kinerja liver dan trombosit akan ditingkatkan dengan obat ini
untuk memperpanjang usia kehamilan.
 Antikonvulsan. Dokter bisa saja meresepkan obat antikonvulsan jika preeklamsia
yang diderita cukup parah, agar terhindar dari kejang-kejang.
PASIEN SC RETENSIO
PLASENTA
1.DEFINISI
Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam. Keadaan
ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas
sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera. Bila retensio plasenta tidak diikuti
perdarahan maka perlu diperhatikan ada kemungkinan terjadi plasenta adhesive, plasenta akreta,
plasenta inkreta, plasenta perkreta.

2.PENYEBAB RETENSIO PLASENTA


Penyebab Retentio Plasenta menurut Sastrawinata (2006:174) adalah:
Fungsional:
1) His kurang kuat (penyebab terpenting)
2) Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba); bentuknya (plasenta
membranasea, plasenta anularis); dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil). Plasenta yang sukar
lepas karena penyebab di atas disebut plasenta adhesive.
Patologi – anatomi:
1) Plasenta akreta
2) Plasenta inkreta
3) Plasenta perkreta
Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa oleh karena:
a) Plasenta belum lepas dari dinding uterus
b) Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.
Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan; jika lepas sebagian, terjadi
perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan
plasenta (plasenta adhesiva), plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis
menembus desidua sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak
adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran
konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).
Menurut Manuaba (2006:301) kejadian retensio plasenta berkaitan dengan:
a) Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesive, plasenta akreta,
plasenta inkreta, dan plasenta perkreta
b) Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan
Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan:
1. Darah penderita terlalu banyak hilang
2. Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi
3. Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam

3.GEJALA
a. Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai
episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan
polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara
spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.
b. Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis
tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
Tanda Dan Gejala Retensio Plasenta
A. Plasenta Akreta Parsial / Separasi
1. Konsistensi uterus kenyal
2. TFU setinggi pusat\
3. Bentuk uterus discoid
4. Perdarahan sedang – banyak
5. Tali pusat terjulur sebagian
6. Ostium uteri terbuka
7. Separasi plasenta lepas sebagian
8. Syok sering
B. Plasenta Inkarserata
1. Konsistensi uterus keras
2. TFU 2 jari bawah pusat
3. Bentuk uterus globular
4. Perdarahan sedang
5. Tali pusat terjulur
6. Ostium uteri terbuka
7. Separasi plasenta sudah lepas
8. Syok jarang
9. Konsistensi uterus cukup
10. TFU setinggi pusat
11. Bentuk uterus discoid
12. Perdarahan sedikit / tidak ada
13. Tali pusat tidak terjulur
14. Ostium uteri terbuka
15. Separasi plasenta melekat seluruhnya
16. Syok jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan kuat pada tali
pusat.(Prawirohardjo, S. 2002 : 178)
17. Plasenta Akreta
PASIEN SC KETUBAN PECAH
DINI
1.DEFINISI
Ketuban pecah dini (KPD) masih merupakan suatu teka-teki di bidang obstetrik, hal ini
dapat dilihat dari etiologi yang belum jelas, kesulitan dalam mendiagnosis, berhubungan dengan
resiko pada ibu dan janin dan juga karena panatalaksanaannya yang bermacam-macam dan
masih merupakan kontroversi. KPD dapat diartikan sebagai pecahnya ketuban pada saat fase
laten sebelum adanya his. Pada persalinan yang normal, ketuban pecah pada fase aktif. Pada KPD,
kantung ketuban pecah sebelum fase aktif.
KPD terjadi pada 10 % kehamilan, dimana sebagian besar terjadi pada usia kehamilan lebih dari
37 minggu dan juga terjadi spontan tanpa sebab yang jelas.
KPD diduga terjadi karena adanya pengurangan kekuatan selaput ketuban, peningkatan
tekanan intrauterine maupun keduanya. Sebagian besar penelitian menyebutkan bahwa KPD
terjadi karena berkurangnya kekuatan selaput ketuban. Selaput ketuban dapat kehilangan
elastisitasnya karena bakteri maupun his. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa bakteri
penyebab infeksi adalah bakteri yang merupakan flora normal vagina maupun servix. Mekanisme
infeksi ini belum diketahui pasti. Namun diduga hal ini terjadi karena aktivitas uteri yang tidak
diketahui yang menyebabkan perubahan servix yang dapat memfasilitasi terjadinya penyebaran
infeksi. Faktor lainnya yang membantu penyebaran infeksi adalah inkompetent servix, vaginal
toucher (VT) yang berulang-ulang dan koitus.

2.DIAGNOSIS
Diagnosis KPD dapat ditegakkan dengan beberapa cara :
a. Air ketuban yang keluar dari vagina
Diagnosis KPD dapat ditegakkan dengan mudah ketika ada cairan ketuban yang keluar dari vagina.
Jika air ketuban tidak ada, tekanan ringan pada uterus dan gerakan janin dapat mengakibatkan
keluarnya air ketuban.
b. Nitrazine test
pH vagina normal adalah 4,5 – 5,5 sedangkan air ketuban mempunyai pH 7,0 – 7,5, sehingga
kertas nitrasin akan cepat berubah warna menjadi biru bila terkena air ketuban. Namun cairan
antiseptik, urin, darah dan infeksi vagina dapat meningkatkan pH vagina dan hal ini menyebabkan
hasil nitrazine test positif palsu.
c. Fern test
Test ini positif bila didapatkan gambaran pakis yang didapatkan pada air ketuban pada
pemeriksaan secara mikroskopis.
d. Evaporation test
e. Intraamniotic fluorescein
f. Amnioscopy
g. Diamine oxidase test
h. Fetal fibronectin
i. Alfa-fetoprotein test
PASIEN CURETASE BLIGHTED
OVUM ( BO )

1.DEFINISI
Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak
ada bayi di dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan gejala-
gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan
(morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat
dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun positif.
Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun akibat berbagai
faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang sempurna, dan
hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun demikian plasenta tersebut tetap
tertanam di dalam rahim. Plasenta menghasilkan hormon HCG (human chorionic
gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium)
dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim.
Hormon HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual,
muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena tes kehamilan
baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon HCG
(human chorionic gonadotropin).

2.TANDA DAN GEJALA


Sebagian besar wanita yang menderita Blighted Ovum sering tidak menyadari
bahwa mereka hamil pada saat itu. Gejala dapat ringan atau bahkan tidak ada. Seringkali
wanita terlambat haid dan hasil tes urin positif, kehamilan berjalan normal sampai
kemudian secara tidak sengaja diketahui bahwa kehamilan kosong saat pemeriksaan USG
oleh spesialis kandungan saat usia kehamilan lebih dari 8 minggu. Wanita yang
mendapatkan tes kehamilan positif kemungkinan akan mengalami gejala umum kehamilan
biasa, kemudian dapat timbul gejala tidak khas yaitu perdarahan spotting coklat kemerah-
merahan, kram perut, dan bertambahnya ukuran rahim yang lambat.

3.DIAGNOSIS
Satu-satunya cara untuk memastikan diagnosa Blighted Ovum adalah melalui
pemeriksaan USG. USG abdominal atau transvaginal akan mengungkapkan ada tidaknya
janin yang berkembang dalam rahim Anda.

4.PENCEGAHAN
 Melakukan imunisasi pada si ibu untuk menghindari masuknya virus rubella ke
dalam tubuh. Selain imunisasi, ibu hamil pun harus selalu menjaga kebersihan diri
dan lingkungan tempat tinggalnya.
 Sembuhkan dahulu penyakit yang diderita oleh calon ibu. Setelah itu pastikan
bahwa calon ibu benar-benar sehat saat akan merencanakan kehamilan.
 Melakukan pemeriksaan kromosom
 Tak hanya pada calon ibu, calon ayah pun disarankan untuk menghentikan
kebiasaan merokok dan memulai hidup sehat saat prakonsepsi.
 Periksakan kehamilan secara rutin. Sebab biasanya kehamilan kosong jarang
terdekteksi saat usia kandungan masih di bawah delapan bulan.
5.SOP PENANGAN PASIEN KURETASE BO
A. Prosedur Kuretase
Persiapan Pasien Sebelum Kuretase
1. Puasa
Saat akan menjalani kuretase, biasanya ibu harus mempersiapkan
dirinya. Misal, berpuasa 4-6 jam sebelumnya. Tujuannya supaya perut
dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal.
.2. Persiapan Psikologis
Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam menjalani kuret. Ada
yang bilang kuret sangat menyakitkan sehingga ia kapok untuk
mengalaminya lagi. Tetapi ada pula yang biasa-biasa saja. Sebenarnya,
seperti halnya persalinan normal, sakit tidaknya kuret sangat individual.
Sebab, segi psikis sangat berperan dalam menentukan hal ini. Bila ibu
sudah ketakutan bahkan syok lebih dulu sebelum kuret, maka munculnya
rasa sakit sangat mungkin terjadi. Sebab rasa takut akan menambah kuat
rasa sakit. Bila ketakutannya begitu luar biasa, maka obat bius yang
diberikan bisa tidak mempan karena secara psikis rasa takutnya sudah
bekerja lebih dahulu.
Sebaliknya, bila saat akan dilakukan kuret ibu bisa tenang dan bisa
mengatasi rasa takut, biasanya rasa sakit bisa teratasi dengan baik.
Meskipun obat bius yang diberikan kecil sudah bisa bekerja dengan baik.
Untuk itu sebaiknya sebelum menjalani kuret ibu harus mempersiapkan
psikisnya dahulu supaya kuret dapat berjalan dengan baik. Persiapan psikis
bisa dengan berusaha menenangkan diri untuk mengatasi rasa takut, pahami
bahwa kuret adalah jalan yang terbaik untuk mengatasi masalah yang ada.
Sangat baik bila ibu meminta bantuan kepada orang terdekat seperti suami,
orangtua, sahabat, dan lainnya.
3. Minta Penjelasan Dokter
Hal lain yang perlu dilakukan adalah meminta penjelasan
kepada dokter secara lengkap, mulai apa itu kuret, alasan kenapa harus
dikuret, persiapan yang harus dilakukan, hingga masalah atau risiko yang
mungkin timbul. Jangan takut memintanya karena dokter wajib
menjelaskan segala sesuatu tentang kuret. Dengan penjelasan lengkap
diharapkan dapat membuat ibu lebih memahami dan bisa lebih tenang
dalam pelaksanaan kuret

B. Persiapan Tenaga Kesehatan Sebelum Kuretase


Melakukan USG terlebih dahulu, mengukur tekanan darah pasien, dan melakukan
pemeriksaan HB.menghitung pernapasan, mengatasi perdarahan, dan memastikan pasien
dalam kondisi sehat dan fit (Damayanti, 2008).
C. Persiapan Alat
. Alat tenun,
1) Baju operasi
2) Laken
3) Doek kecil,
. Alat kuretase
1) Spekulum dua buah (Spekullum cocor bebek (1) dan SIM/L (2) ukuran
S/M/L)
2) Sonde penduga uterus
a. Untuk mengukur kedalaman rahim
b. Untuk mengetahui lebarnya lubang vagina
3) Cunam muzeus atau cunam porsio
4) Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar
5) Bermacam-macam ukuran sendok kerokan (kuret 1 set)
6) Cunam tampon satu buah
7) Kain steril dan handscoon 2 pasang
8) Tenakulum 1 buah
9) kom
10) Lampu sorot
11) Larutan antiseptik
12) Tensimeter, stetoskop, sarung tangan DTT
13) Set infus, aboket, cairan infus
14) Kateter karet 1 buah
15) Spuit 3 cc dan 5 cc
16) Oksigen dan regulator (Yara, 2011).

D. Saat Kuretase
Sebelum dilakukan kuretase, biasanya pasien akan diberikan obat anestesi
(dibius) secara total dengan jangka waktu singkat, sekitar 2-3 jam. Setelah pasien
terbius, barulah proses kuretase dilakukan.Ketika melakukan kuret, ada 2 pilihan alat
bantu bagi dokter. Pertama, sendok kuret dan kanula/selang. Sendok kuret biasanya
dipilih oleh dokter untuk mengeluarkan janin yang usianya lebih dari 8 minggu karena
pembersihannya bisa lebih maksimal. Sedangkan sendok kanula lebih dipilih untuk
mengeluarkan janin yang berusia di bawah 8 minggu, sisa plasenta, atau kasus
endometrium.
Alat kuretase baik sendok maupun selang dimasukkan ke dalam rahim lewat
vagina. Bila menggunakan sendok, dinding rahim akan dikerok dengan cara
melingkar searah jarum jam sampai bersih. Langkah ini harus dilakukan dengan
saksama supaya tak ada sisa jaringan yang tertinggal. Bila sudah berbunyi “krok-
krok” (beradunya sendok kuret dengan otot rahim) menunjukkan kuret hampir selesai.
Sedikit berbeda dengan selang, bukan dikerok melainkan disedot secara melingkar
searah jarum jam. Umumnya kuret memakan waktu sekitar 10-15 menit (Fajar, 2007).

E .Teknik Kuretase
Tentukan Letak Rahim
Yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam. Alat – alat yang dipakai umumnya
terbuat dari metal dan biasanya melengkung karena itu memasukkan alat – alat ini
harus disesuaikan dengan letak rahim. Gunanya supaya jangan terjadi salah arah (fase
route) dan perforasi.
Penduga Rahim (sondage)
Masukkan penduga rahim sesuai dengan letak rahim dan tentukan
panjang ataudalamnya penduga rahim. Caranya adalah, setelah ujung penduga rahim
membentur fundus uteri, telunjuk tangan kanan diletakkan atau dipindahkan pada
portio dan tariklah sonde keluar, lalu baca berapa cm dalamnya rahim.
. Dilatasi dan Kuretase
Setelah pasien ditidurkan dalam letak litotomi dan dipersiapkan sebagaimana
mestinya, dilakukan pemeriksaan bimanual untuk sekali lagi menentukan besar dan letaknya
uterus serta ada atau tidaknya kelainan disamping uterus.
Sesudah premedikasi diberikan, infus glukosa 5 % intravena dengan 10 satuan
oksitosin dipasang dan diteteskan perlahan-lahan untuk menimbulkan kontraksi dinding
uterus dan mengecilkan bahaya perforasi. Kemudian anastesi umum, misalnya dengan
penthotal sodium, diberikan. Setelah spekulum vagina dipasang, satu atau dua serviks
menjepit dinding depan porsio uteri. Spekulum depan diangkat dan spekulum belakang
dipegang oleh seorang pembantu. Cunam dipegang dengan tangan kiri si penolong untuk
mengadakan fiksasi pada serviks uteri dan untuk dapat mengatur kekuatan untuk dapat
memasukkan busi Hegar melalui ostium uteri internum. Sonde uterus dimasukkan dengan
hati-hati untuk mengetahui letak dan panjangnya kavum uteri. Sesudah itu dilakukan dilatasi
kanalis servikalis dengan busi hegar dari nomer kecil hingga yang secukupnya, tetapi tidak
lebih dari busi nomer 12 pada seorang multipara. Panjang busi yang dimasukkan tidak boleh
melebihi panjang sonde uterus yang dapat masuk sebelumnya. Dilatasi pada seorang
primigravida lebih sulit dan mengandung lebih besar terjadinya luka pada serviks uteri,
sehingga lebih baik dilakukan pada kehamilan yang lebih muda dan diadakan dilatasi yang
sekecil-kecilnya.
Pada kehamilan sampai 6 atau 7 minggu pengeluaran isi rahim dapat dilakukan
dengan kuret tajam. Harus diusahakan agar seluruh kavum uteri dikerok, agar ovum kecil
tidak terlewat, kerokan dilakukan secara sistematis menurut puteran jarum jam.
Apabila kehamilan melebihi 6-7 minggu, digunakan kuret tumpul sebesar yang dapat
dimasukkan. Setelah hasil konsepsi untuk sebagian besar lepas dari dinding uterus, maka
hasil tersebut dapat dikeluarkan sebanyak mungkin dengan cunam abortus, kemudian
dilakukan kerokan hati-hati dengan kuret tajam yang cukup besar. Apabila perlu,
dimasukkan tampon kedalam kavum uteri dan vagina, yang harus dikeluarkan esok harinya.
. Dilatasi dengan dua tahap
Pada seorang primigravida, atau pada seorang multipara yang memerlukan
pembukaan kanalis servikalis yang lebih besar (misalnya untuk mengeluarkan mola
hidatidosa) dapat dilakukan dilatasi dalam dua tahap. Dimasukkan dahulu ganggang
laminaria dengan diameter 2-5 mm dalam kanalis servikalis dengan ujung atasnya masuk
sedikit kedalam kavum uteri dan ujung bawahnya masih di vagina, kemudian dimasukkan
tampon kasa kedalam vagina.
Ganggang laminaria memiliki kemampuan untuk mengabsorpsi air, sehingga
diameternya bertambah dan mengadakan pembukaan dengan perlahan-lahan pada kanalis
servikalis. Sesudah 12 jam ganggang dikeluarkan dan pembukaan dapat dibesarkan dengan
busi hegar, bahaya pemakaian ganggang laminaria adalah infeki dan perdarahan mendadak.
Kuretase dengan cara penyedotan (suction curettage)

Dalam tahun-tahun terakhir cara ini lebih banyak digunakan oleh karena perdarahan
tidak seberapa banyak dan bahaya perforasi lebih kecil.
Setelah diadakan persiapan seperlunya dan letak serta besarnya uterus ditentukan
dengan pemeriksaan bimanual, bibir depan serviks dipegang dengan cunam serviks, dan
sonde uterus dimasukkan untuk mengetahui panjang dan jalannya kavum uteri. Anastesi
umum dengan penthotal sodium, atau anastesia paracervikal block dilakukan dan 5 satuan
oksitosin disuntikkan pada korpus uteri dibawah kandung kencing dekat pada
perbatasannya pada serviks. Sesudah itu, jika perlu diadakan dilatasi pada serviks agar
dapat memasukkan kuret penyedot yang besarnya didasarkan pada tuanya kehamilan
(diametr antara 6 dan 11 mm). Alat tersebut dimasukkan sampai setengah panjangnya
kavum uteri dan kemudian ujung luar dipasang pada alat pengisap (aspirator).
Penyedotan dilakukan dengan tekanan negatif antara 40-80 cm dan kuret
digerakkan naik turun sambil memutar porosnya perlahan-lahan. Pada kehamilan kurang
dari 10 minggu abortus dapat diselesaikan dalam 3-4 menit. Pada kehamilan yang lebih tua,
kantong amnion dibuka dahulu dengan kuret dan cairan serta isi lainnya diisap keluar.
Apabila masih ada yang tertinggal, sisa itu dikeluarkan dengan kuret biasa .
SOP PEMASANGAN
SPIRAL

Prosedur pelaksanaan pemasangan IUD


Persiapan Pasien dan lingkungan :
a. Jelaskan pada klien prosedur yang akan
dilakukan
b. siapkan lingkungan yangmendukung
pelaksanaan tindakan, atur penerangan yang cukup,
jaga privasi klien.
Persiapan alat :
a. Kom besar 2 buah
b. Bengkok
c. IUD steril
d. Ko sedang 1 buah
e. Air DTT
f. Larutan byclean/ klorin 0,5%
g. kapas sublimat
h. Bak instrumen
i. Sarug tangan steril 2 pasang
j. Bivatue spekulum (spekulum cocor bebek)
k. Tampon tang
l. Extraktor IUD
m.Tenakulum
n. Sonde uterus
o. Gunting IUD
Prosedur Pelaksanaan :
a. Dekatkan alat
b. Atur posisi klien senyaman mungkin
c. Cuci tangan di air mengalir
d. pasang selimut mandi
e. Pakai sarung tangan steril pada tangan kiri
f. Simpan IUD di tempat yang rata
g. Buka plastik atas IUD dengan tangan kanan,
tangan kiri memasukan coper T IUD dari dalam
dan tangan kanan merapatkan dari luar.
h. Dekatkan bengkok
i. Buka kom kapas sublimat
j. Pakai sarungtangan pada tangan kanan
k. Lakukan vulva hygene
l. Lakukan pemeriksaan dalam
m. Cuci tangan di air DTT, buka sarung tangan.
n. Pakai sarung tangan steril yang baru
o. Masukan spekulum sesuai anatomi
p. Bersihkan serviks dengan kasa steril menggunakan
tampon tang
q. jepit serviks dengan tenakulum pada posisi vertikal
(arah jam 11 atau jam 1)
r. Ukur panjang uterus dengan sonde uterus
s. Memasang IUD dengan teknik menarik (with
drawal technique) :
1. Memasukan tabung inserter yang berisi IUD
kedalam kanalis servikalis
2. Menarik tabung inserter sampai pangkal
pendorong untuk memasukan IUD
3. Mengeluarkan pendorong dan dorong kembali
tabung inserter sampai terasa pada fundus
t. Menggunting benang IUD 3-4 cm
u. Bersihkan porcio yang telah terpasang IUD dengan
kapas menggunakan tampon tang.
v. Kengeluarkan tenakulum dan spekulum, rendam
dalam larutan klorin 0,5%
w. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan
IUD telah terpasang
x. Lepaskan sarung tangan, rendam dalam larutan
klorin 0,5%.
y. Cuci tangan
z. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
PASIEN MANUAL PLASENTA
1.DEFINISI

Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya


pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan
melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan
langsung kedalam kavum uteri. Pada umumnya ditunggu sampai 30 menit dalam lahirnya
plasenta secara spontan atau dgn tekanan ringan pada fundus uteri yang berkontraksi. Bila
setelah 30 mnenit plasenta belum lepas sehingga belum dapat dilahirkan atau jika dalam
waktu menunggu terjadi perdarahan yang banyak, pasenta sebaiknya dikeluarkan dengan
segera.

Manual plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio


plasenta. Teknik operasi plasenta manual tidaklah sukar, tetapi harus diperkirakan
bagaimana persiapkan agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa penderita.

2.PEMERIKSAAN MANUAL PLASENTA

1. Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi


mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat
multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana
plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi
dilahirkan.
2. Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis
servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
3. Perdarahan yang lama > 400 cc setelah bayi lahir.
4. Placenta tidak segera lahir > 30 menit.

Persetujuan Tindakan Medik

Informed consent merupakan perstujuan dari pasien dan keluarga terhadap tindakan
medic yang akan dilakukan terhadap dirinya oleh dokter/bidan. Persetujuan diberikan
setelah pasien diberikan penjelasan yang lengkap dan objektif tentang diagnosis penyakit,
upaya penyembuhan, tujuan dan pilihan tindakan yang akan dilakukan.

Persiapan Sebelum Tindakan

1. Pasien
1. Cairan dan selang infuse sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah
dibersihkan.
2. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi
3. Siapkan kain alas bokong, sarrung kaki dan penutup perut bawah
4. Medikamentosa
1. Analgetika (Phetidin 1-2 mg/kg BB, Ketamin Hcl 0,5 mg/kg BBT,
Tramadol 1-2 mg/kg BB)
2. Sedative (Diazepam 10 mg)
3. Atropine Sulfas 0,25-0,55 mg/ml
4. Uteretonika (Oksitosin,Ergometrin, Prostaglandin)
5. Cairan NaCl 0,9% dan RL
6. Infuse Set
7. Larutan Antiseptik (Povidon Iodin 10%)
8. Oksigen dengan regulator
2. Penolong
1. Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker dan kaca mata : 3 set
2. Sarung tangan DTT/steril : sebaiknya sarung tangan panjang
3. Alas kaki (sepatu boot karet) : 3 pasang
4. Instrument

1) Kocher: 2, Spuit 5 ml dan jarum suntik no 23G


2) Mangkok tempat plasenta : 1
3) Kateter karet dan urine bag : 1
4) Benang kromk 2/0 : 1 rol
5) Partus set

Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan

Sebelum melakukan tindakan sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu dengan sabun
dan air yang mengalir untuk mencegah infeksi. Mengeringkan tangan dengan handuk
bersih lalu pasang sarung tangan DTT/steril.
1. Tindakan Penetrasi Ke Kavum Uteri
1. Intruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik melalui karet
infuse.
2. Lakukan kateterisasi kandung kemih.
 Pastikan kateter masuk kedalam kandung kemih dengan benar.
 Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan.
1. Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegakan tali pusat sejajar lantai.
2. Secara obstetric maukkan satu tangan (punggung tangan ke bawah) kedalam vagina
dengan menelusuri tali pusat bagian bawah.
3. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk memegang
kocher kemudian tangan lain penolong menahan fundus uteri.
4. Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan ke dalam kavum uteri sehingga
mencapai tempat implantasi plasenta.
5. Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke pangkal
jari telunjuk).
6. Melepas Plasenta dari Dindig Uterus
1. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah
2. Bila berada di belakang, tali pusat tetap di sebelah atas. Bila dibagian
depan, pindahkan tangan ke bagian depan tal pusat dengan punggung
tangan menghadap ke atas.
3. Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat
implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari di antara plasenta dan
dinding uterus, dengan punggung tangan mengahadap ke dinding dalam
uterus.
4. Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (dinding tangan pada
dinding kavun uteri) tetapi tali pusat berada di bawah telapak tangan kanan.
5. Kemudian gerakan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke
cranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.

Catatan : Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu (pasien), lakukan


penanganan yang sesuai bila terjadi penyuliit.

1. Mengeluarkan Plasenta
1. Sementara satu tangan masih berada di kavum uteri, lakukan eksplorasi
ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat
pada dinding uterus.
2. Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat
plasenta dikeluarkan.
3. Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat
sambil tangan dalam menarik plasenta ke luar (hindari percikan darah).
4. Letakan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan.
5. Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke dorsokranial
setelah plasenta lahir.
6. Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar

2. Dekontaminasi Pasca Tindakan

Alat-alat yang digunakan untuk menolong di dekontaminasi, termasuk sarung tangan yang
telah di guanakan penolong ke dalam larutan antiseptic

1. Cuci Tangan Pasca tindakan

Mencuci kedua tangan setelah tindakan untuk mencegah infeksi.

2. Perawatan Pascatindakan
1. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan instruksi
apabila masih diperlukan.
2. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan d dalam kolom yang
tersedia.
3. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk dipantau.
4. Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah seesai tetapi
pasien masih memerlukan perawatan.
5. Jelaskan pada petugas tentang perawatan apa yang masih diperlukan, lama
perawatan dan apa yang perlu dilaporkan.(Di Rumah Sakit)
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR (SOP)
1. SOP PELAYANAN RESEP

a. Apoteker menerima resep


b. Lakukan skrining resep meliputi adsministrasi, pharmaceutical & klinik
c. Bila ada obat yang akan diganti (merk lain) mintakan persetujuan pasien terlebih dahulu
d. Hitunglah nominal harga dan mintalah persetujuan kepada pasien
e. Siapkan obat sesuai dengan resep dan beri etiket
f. Teliti kembali resep sebelum diserahkan kepada pasien
g. Pada saat menyerahkan, wajib memberikan informasi minimal mengenai kegunaan dan
aturan pakai
h. Catatlah nama pasien, alamat dan nomor telepon pasien
i. Buatlah catatan khusus tentang pasien

2. SOP PELAYANAN TANPA RESEP

a. Pasien datang
b. Menyapa pasien dengan ramah dan menanyakan kepada pasien obat apa yang
dibutuhkan
c. Tanyakan lebih dahulu keluhan atau penyakit yang diderita pasien, kemudian bantu
pasien untuk mendapatkan obat yang tepat
d. Menghitung harga dan minta persetujuan terhadap nominal harga
e. Bila sudah terjadi persetujuan, ambilkan obat yang diminta pasien
f. Serahkan obat kepada pasien disertai dengan informasi mengenai kegunaan dan aturan
pakai

3. SOP MERACIK OBAT

a. Siapkan alat yang akan digunakan dan bersihkan meja untuk meracik
b. Buatlah instruksi meracik meliputi : no resep, nama pasian, jumlah dan cara mencampur
c. Siapkan etiket dan wadah obat sertakan bersama obat dan instruksinya untuk diracik.
d. Cucilah tangan bila perlu gunakan sarung tangan, masker
e. Siapkan bat sesuai resep dan cocokkan dengan yang tertera pada struknya
f. Jika ada bahan yang harus ditimbang maka persiapkan lebih dahulu
g. Bacalah instruksi meracik dengan seksama dan lakukanlah hati-hati
h. Pastikan hasil racikan sesuai dengan instruksinya
i. Masukkan dalam wadah yang telah disediakan dan beri etiket
j. kemudian serahkan pada petugas lain untuk diperiksa dan diserahkan
k. Bersihkan peralatan dan meja meracik setelah selesai
l. Cucilah tangan sampai bersih
4. SOP MENIMBANG

a. Bersihkan timbangan
b. Setarakan timbangan terlebih dahulu sebelum mulai menimbang
c. Ambil bahan‐bahan sesuai dengan permintaan resep
d. Ambil anak timbangan sesuai berat yang diminta dan letakkan pada ring timbangan
sebelah kiri (timbangan dalam keadaan off)
e. Buka dan on kan timbangan kemudian dilihat apakah timbangn sudah seimbang atau
belum
f. Bahan ditambah atau dikurangi sampai diperoleh timbangan yang seimbang yang
ditunjukkan ole letak jarum pada posisi nol
g. Ambil bahan yang sudah ditimbang kemudian diberi nama sesuai nama bahan
h. Cek ulang apakah bahan yang diambi sudah sesuai dengan resep kemudian dikembalikan
ketempatnya.

5. SOP PENERIMAAN OBAT

a. Periksa keabsahan faktur meliputi nama dan alamat PBF serta tanda tangan penanggung
jawab dan stempel PBF
b. Mencocokkan faktur dengan obat yang dating melliputi jenis dan jumlah serta no batch
sediaan
c. Memeriksa kondisi fisik obat meliputi kondisi wadah dan sediaan serta tanggal kadaluarsa.
Bila rusak maka obat dikembalikan dan minta diganti
d. Setelah selesai diperiksa, faktur ditandatangani dan diberi tanggal serta distempel. Faktur
yang asli diserahkan kepada sales sedang salinan faktur disimpan oleh apotek sebagai
arsip

6. SOP PEMESANAN OBAT

a. Pemesanan obat dilakukan pada PBF yang resmi


b. Pemesanan obat menggunakan Surat Pesanan (SP) rangkap 2 lembar yang asli diberikan
kepada sales sedang salinannya disimpan sebagai arsip
c. Untuk pemesanan obat-obat narkotika dan psikotropika menggunakan SP khusus
d. Jumlah dan jenis obat yang dipesan harus disesuaikan dengan kebutuhan
e. SP ditandatangani oleh Apoteker dan diberi stempel apotek

Menurut Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Depatemen


Kesehatan RI Bekerjasama Dengan Japan International Cooperation Agency tahun 2008,
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah bagian yang bertanggung jawab penuh
dalam pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit, bagian ini di kepalai oleh Apoteker.
Menurut Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi
di Rumah Sakit, IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) dipimpin oleh Apoteker.
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, yang dimaksud dengan “instalasi farmasi” adalah bagian dari Rumah Sakit yang
bertugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh
kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di rumah
sakit. Farmasi rumah Sakit bertanggung jawab terhadap semua barang yang beredar di
rumah sakit tersebut.
SOP (Standart Operational Procedure) yang telah ditentukan dalam pelayanan
resep, pemesanan dan penerimaan barang atau perbekalan farmasi dari gudang yaitu :

a. SOP (Standart Operational Procedure) pelayanan resep di RSUD Kanjuruhan


Kepanjen pada UPF Jamkesmas/Jamkesda/Jampersal yaitu : Resep yang dibawa
pasien atau keluarga pasien diterima oleh petugas farmasi di Apotek Jamkesmas dan
mencatat waktu penerimaan resep, petugas farmasi memeriksa keabsahan dan
kelengkapan administrasi resep sesuai ketentuan pelayanan resep Jamkesmas, apabila
resep tidak memenuhi persyaratan maka petugas farmasi wajib menanyakan langsung
kepada pasien, ruangan, poli atau petugas medis, apabila resep memenuhi persyaratan,
maka petugas farmasi akan memberikan nomor resep kepada pasien, pasien diminta
menunggu beberapa saat sementara obat dan alat kesehatan disiapkan, obat dan alat
kesehatan yang dilayani disesuaikan dengan yang telah ditentukan jenis dan
jumlahnya oleh Permenkes RI (untuk pasien Jamkesmas), perbekalan farmasi yang
diberikan kepada pasien merupakan dosis obat sehari (ODDD) sehingga untuk
menentukan jumlahnya disesuaikan dengan signa obat yang tertera pada resep, obat
yang telah dilayani di tulis pada lembar Catatan Pemberian Obat (CPO) untuk
diserahkan kepada perawat diruangan rawat inap dan dibawa kembali untuk
pengambilan obat berikutnya, apabila obat yang diminta tidak terdapat dalam
ketentuan, maka di protokol terapi.
b. SOP (Standart Operational Procedure) permintaan dan penerimaan obat dan
perbekalan farmasi dari gudang di RSUD Kenjuruhan Kepanjen pada UPF Jamkesmas
yaitu : Pada shift pagi sebelum kegiatan pelayanan di lakukan pengecekan stok
barang, untuk barang yang sediaanya sedikit dibuatkan permintaan ke gudang,
menulis di buku permintaan barang, setelah barang disiapkan oleh petugas gudang
dikirim ke UPF Jamkesmas, penerima barang melakukan pengecekan meliputi nama
barang, jumlah barang, kemasan, tanggal kadaluarsa dan kondisi fisik barang,
mencocokkan dengan buku permintaan barang, menulis di buku penerimaan barang
sesuai jumlah barang yang diterima, memasukkan ke kartu stok barang sesuai jumlah
barang yang diterima, penataan perbekalan farmasi sesuai tempatnya masing –
masing.

Dalam melakukan peracikan tersebut di RSUD Kanjuruhan Kepanjen memiliki SOP


(Standart Operational Procedure) yang telah ditentukan dan disepakati, yaitu:
a. SOP (Standart Operational Procedure) pembuatan puyer dan kapsul SOP (Standart
Operational Procedure) dalam pembuatan puyer dan kapsul adalah : Sebelum memulai
peracikan, petugas farmasi menyiapkan alat-alat peracikan, kertas
pembungkus/perkamen atau kapsul, menyiapkan etiket, mencuci tangan dengan sabun
dan dikeringkan dengan lap bersih, petugas mengambil obat-obatan yang akan di
campur sesuai dengan dosis yang ditentukan dalam resep, petugas menghaluskan dan
mencampur obat-obatan tersebut dengan mortar dan stamper, apabila dikehendaki
dalam bentuk puyer ditambah dengan saccharum lactis untuk mengurangi rasa pahit
dari campuran obat, setelah campuran obat tersebut halus dan homogen, kemudian
langsung dibagi pada kertas perkamen sesuai dengan jumlah yang dikehendaki
(apabila dalam jumlah kecil atau sedikit), apabila jumlah besar maka campuran obat
dibagi terlebih dahulu menjadi 2 atau 3 bagian, kemudian masing-masing bagian
dibagi lagi pada kertas perkamen sesuai dengan jumlah yang dikehendaki, setelah
dibagi menjadi bagian yang sama, masing-masing dibungkus atau di kapsul dengan
ukuran kapsul yang sesuai dengan kapasitasnya, kemudian dimasukkan pada wadah
plastik yang telah diberi etiket, diserahkan kepada pasien oleh petugas farmasi dengan
diberi penjelasan cara minum obat dan beberapa informasi lainnya yang dibutuhkan.
b. SOP (Standart Operational Procedure) pembuatan salep campuran. SOP (Standart
Operational Procedure) dalam pembautan salep campuran adalah: Sebelum memulai
peracikan, petugas farmasi menyiapkan alat-alat peracikan, wadah, atau pot untuk
tempat salep, menyiapkan etket, mencuci tangan dengan sabun dan dikeringkan
dnegan lap bersih, petugas mengambil salep atau krim yang akan dicampur sesuai
dosis yang ada pada resep, petugas memasukkan salep atau krim dan bahan tambahan
yang diinginkan dalam resep ke dalam mortir kemudian dilakukan pengadukan sampai
homogen dengan teknik aseptis kefarmasian, setelah homogen, salep dipindahkan ke
dalam pot salep yang telah diberi etiket dan selanjutnya diserahkan kepada pasien
sesuai dengan pelayanan perbekalan farmasi.
c. SOP (Standart Operational Procedure) pembuatan sirup campuran . SOP (Standart
Operational Procedure) dalam pembuatan sirup campuran adalah : Petugas mengambil
sirup yang akan dicampur sesuai dengan dosis yang ada pada resep, apabila diperlukan
campuran antara sirup dengan beberapa macam sediaan obat tablet atau kapsul maka
tablet atau kapsul dihaluskan dan dicampur terlebih dahulu dengan mortir dan stamper
sesuai dengan prosedur pembuatan obat puyer atau kapsul, apabila memasukkan
campuran obat atau sirup tersebut ke dalam botol yang telah disediakan dan diberi
etiket kemudian dikocok sampai homogeny, selanjutnya sirup tersebut diserahkan
kepada pasien oleh petugas farmasi sesuai dengan prosedur pelayanan farmasi.
PROSEDUR PELAYANAN RESEP
“NARKOTIK”
A. Skrining resep
1. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan

administrasi.

2. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmaseutik yaitu :

bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas,

cara, dan lama pemberian.

3. Mengkaji, pertimbangan klinis yaitu : adanya alergi, efek

samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat

dan lain-lain).

4. Narkotik hanya dapat di serahkan atas dasar resep asli

rumah sakit, puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan,

dokter. Salinan resep narkotika dalam tulisan “iter” tidak

boleh di layani sama sekali.

5. Salinan resep narkotik yang baru di layani sebagian atau

belum di layani sama sekali hanya boleh di layani oleh

apotek yang menyimpan resep asli.

6. Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apa

bila di perlukan.

B. Penyiapan Resep
1. menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep.

2. Untuk obat racikan apoteker menyiapkan obat jadi yang

mengandung narkotika atau menimbang bahan baku

narkotika.
3. Menutup dan mengembalikan wadah obat pada tempatnya.

4. Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai

dengan permintaan dalam resep.

5. Obat di beri wadah yang sesuai dan di periksa kembali jenis

dan jumlah obat sesuai permintaan dalam resep.

C. Penyerahan obat.
1. Melakukan pemeriksaan akhir kesesuaian antara penulisan

etiket dengan resep sebelum di lakukan penyerahan.

2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien.

3. Mengecek identitas dan alamat pasien yang berhak

menerima.

4. Menyerahkan obat yang di sertai pemberian informasi

obat.

5. Menanyakan dan menuliskan alamat/nomor telepon pasien

di balik resep.

6.Menyimpan resep pada tempatnya dan

mendokumentasikannya.
Prosedur Kerja

III.1.2.1 Prosedur Penerimaan Barang

1. Mengecek nama dan jumlah barang yang diterima, disesuaikan dengan surat

pesanan/BPBA.

2. Mengecek tanggal kadalurasa (> 1 tahun untuk obat, > 3 bulan untuk vaksin).

3. Kondisi barang yang diterima harus dalam keadaan baik dan tidak rusak.

4. Mengecek kesesuaian antara nomor batch dengan barang yang diterima

berdasarkan faktur/dokumentasi dropping.

5. Menandatangani faktur/dokumentasi dropping.


III.1.2.2 Prosedur Penyimpanan dan Penataan

1. Sesuai dengan sifat fisika dan kimia obat.

2. Pengelompokan berdasarkan golongan dan bentuk sediaan obat dengan sistem

FIFO dan FEFO.

3. Ditata berdasarkan kelas/kategori terapi dan alfabetis.

4. Lemari dan kotak obat bersih, kering dan tidak berdebu.

III.1.2.3 Prosedur Penyiapan Obat

1. Etiket harus jelas dan terbaca.

2. Tepat penggunaan (obat luar/biru, obat dalam/putih).

3. Tepat signa (sesuai resep dokter): frekuensi dalam sehari, waktu minum, cara

pakai, instruksi.

4. Menuliskan nama obat dan tanggal kadaluarsa

5. Kemasan sesuai dengan sifat fisika dan kimia obat.

III.1.2.4 Prosedur Peralatan

1. Timbangan: terdapat anak timbangan yang lengkap, alat timbang dan anak

timbangan dikalibrasi setahun sekali.

2. Alat racik: terpisah untuk penggunaan antibiotik dengan non-antibiotik serta

antara obat luar dan obat dalam.

3. Wadah obat: tidak bocor dan tertutup rapat, penandaan dengan angka/warna

berbeda untuk puyer yang lebih dari satu dalam selembar resep.

III.1.2.5 Prosedur Kebersihan Area Apotek (Lantai)

1. Bersihkan setiap pergantian shift.

2. Gunakan alat pel, ember berisi air bersih, ember berisi campuran desinfektan

dan air bersih.


3. Sapuan pel awal pada seluruh lantai pakai campuran desinfektan dan air bersih,

bilas dan peras kain pel lalu ulangi sapuan dengan air bersih.

4. Periksa dan pastikan semua lantai sudah bersih dan kering.

5. Buang air kotor ke tempat pembuangan air, bersihkan alat pel dan ember

kemudian simpan kembali pada tempatnya.

6. Lakukan pencatatan membersihkan lantai sudah dikerjakan.

III.1.2.6 Prosedur Kebersihan Area Apotek (Ruang Tunggu)

1. Lantai disapu dan dipel setiap tiga jam sekali sesuai dengan SOP pembersihan

lantai.

2. Setiap terdapat kotoran sampah atau ceceran air, harus segera dibersihkan dan

dipel saat itu juga. Pastikan tempat sampah dalam keadaan tertutup dan sampah

dibuang ketika penuh sekurang-kurangnya 3 x sehari.

3. Diberi pengharum ruangan.

4. Kursi tunggu dilap dan dibersihkan 3 x sehari.

5. Dinding dan atap dijaga dalam keadaan bersih, tidak buram dan minimal dicat

satu tahun sekali.

III.1.2.7 Prosedur Stok Opname Apotek

1. Setiap periode akhir triwulan, monitoring stok 20 item/hari dengan sistem acak.

2. Bentuk panitia stok opname, buat klat stok dan melaporkan kepada Bisnis

Manager (BM).

3. Stok fisik yang dihitung adalah posisi sisa barang saat berakhirnya periode stok

opname.

4. Stok fisik semua barang dagangan dan pemisahan barang rusak dan lewat

tanggal kadaluarsanya.

5. Pengentrian dan penghitungan nilai stok.


6. Berita acara dan klat stok opname diserahkan ke BM.

7. Buat daftar obat kadaluarsa/rusak dan laporkan kepada BM untuk dilakukan

pemusnahan.

8. Buat daftar obat kurang laku/tidak laku kepada APP lain untuk dapat dicairkan.

III.1.2.8 Prosedur Penerimaan Resep Narkotik

1. Memeriksa kelengkapan administrasi, menanyakan alamat lengkap sesuai KTP.

2. Menilai kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, cara, lama pemberian,

dan lain-lain.

3. Mengkaji pertimbangan klinis: alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian

(dosis, frekuensi, jumlah obat, dan lain-lain).

4. Hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli dari dokter (RS, puskesmas, apotek

dan BP).

5. Salinan resep dengan tulisan ‘iter’ tidak boleh dilayani. Hanya boleh melayani

salinan resep apotek sendiri yang baru dilayani sebagian.

6. Memberi tanda/garis bawah pada resep narkotika.

III.1.2.9 Prosedur Penyerahan Obat (Resep)

1. Cocokkan nama, dosis dan jumlah obat dengan yang tertera pada resep dan

struk.

2. Periksa penulisan instruksi penggunaan obat pada etiket sesuai dengan resep

(jenis, cara pakai, dosis, jumlah obat, nama obat, nama pasien, nomor resep,

tanggal resep, tanggal ED).

3. Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

4. Panggil nama pelanggan atau dokter yang tertera di resep dan nomor urut pada

struk.

5. Cocokkan struk asli dan struk duplikat.


6. Penyerahan obat disertai informasi dan konseling (cara pemakaian,

penyimpanan, jangka waktu pengobatan, aktifitas serta makanan dan minuman

yang dihindari).

7. Ucapkan ‘greeting penutup’

III.1.2.10 Prosedur Pemberian Harga

1. Pilih nama obat/produk dan harganya sesuai permintaan dengan benar (nama,

dosis dan jumlah).

2. Informasi harga, menerima uang dengan menyebutkan jumlah uang yang

diterima.

3. Tuliskan data pelanggan (nama, alamat, nomor telepon pelanggan dan data

dokter).

4. Berikan struk asli kepada pelanggan beserta uang kembalian dengan jelas dan

simpan duplikat struk.

5. Berikan informasi lama menyiapkan obat (resep) dan mempersilakan duduk.

III.1.3 Kendala yang Dihadapi dan Upaya untuk Memecahkannya

Selama kegiatan PKPA tidak ditemukan kendala yang berarti. Kegiatan PKPA dapat

berlangsung dengan lancar berkat bimbingan dari dosen pembimbing dari universitas

maupun dosen pembimbing lapangan. Diharapkan kegiatan PKPA dapat diselenggarakan

untuk periode berikutnya.

Pengertian Semua proses dari skrining resep, penyiapan resep dan


penyerahan resep narkotika.
Tujuan 1. Memastikan semua proses dalam pelayanan obat golongan
narkotika memenuhi Undang-Undang yang berlaku.
2. Memastikan pengeluaran obat golongan narkotika aman
dan akurat.
Kebijakan 1. UU RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
2. Narkotika hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli
Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan dan dokter.
3. Salinan resep narkotika yang baru dilayani sebagian, atau
yang belum dilayani sama sekali hanya boleh dilayani
oleh apotek yang menyimpan resep asli.
4. Salinan resep narkotika dalam tulisan “iter” tidak boleh
dilayani sama sekali.
Prosedur Skrining Resep
1. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan
administrasi.
2. Melakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian farmaseutik.
3. Mengkaji pertimbangan klinis.
4. Mengkonsultasikan ke dokter apabila terdapat masalah
dalam resep.

Penyiapan Resep
1. Memberi garis bawah berwarna merah pada obat yang
termasuk golongan narkotika.
2. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep.
3. Untuk obat racikan apoteker dan atau asisten apoteker
menyiapakan obat jadi yang mengandung narkotika.
4. Mendokumentasikan pengeluaran obat narkotika pada
kartu stok.
5. Menutup dan mengembalikan wadah obat pada tempatnya
yaitu pada lemari dua pintu dan menguncinya kembali.
6. Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai
permintaan dalam resep.
7. Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali jenis
dan jumlah obat sesuai permintaan dalam resep.

Penyerahan Resep
1. Melakukan pemeriksaan akhir kesesuaian antara penulis
etiket dengan resep sebelum dilakukan penyerahan
2. Memanggil nama pasien secara lengkap (minimal 2 suku
kata)
3. Mengecek identitas dan alamat pasien yang berhak
menerima
4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi
obat (nama obat, kegunaan masing-masing obat, dosis dan
cara penggunaan obat)
5. Menanyakan kembali kejelasan pasien terhadap informasi
obat dan meminta pasien untuk mengulang penjelasan
yang telah disampaikan
Menyimpan resep pada tempat penyimpanan khusus resep
narkotika dan mendokumentasikannya pada buku
pencatatan resep narkotika

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan pemusnahan sediaan farmasi dan
alat kesehatan.

2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Pengelola Apotek

3. PROSEDUR
3.1 Melakukan inventarisasi sediaan farmasi dan alat kesehatan yang akan
dimusnahkan
3.2 Menyiapkan administrasi (berupa laporan dan Berita Acara Pemusnahan Sediaan
Farmasi Dan Alat Kesehatan)
3.3 Menetapkan jadwal, metoda dan tempat pemusnahan.
3.4 Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan.
3.5 Membuat laporan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang sekurang-
kurangnya memuat :
 Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan alat
kesehatan
 Nama dan jumlah sediaan farmasi dan alat kesehatan yang dimusnahkan
 Nama apoteker pelaksana pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
 Nama saksi (sekurang kurangnya dua saksi) dalam pelaksanaan
pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
3.6 Membuat laporan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan.yang ditanda
tangani oleh apoteker dan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan (Berita Acara
terlampir)
3.7 Membuat laporan tembusan untuk Dinas Kesehatan dan BPOM.
Pengelolaan Narkotika
Pengelolaan narkotika diatur secara khusus untuk menghindari terjadinya
kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengelolaan narkotika di
Apotek meliputi :
a. Pemesanan Narkotika
Pemesanan sediaan narkotika menggunakan Surat Pesanan Narkotik yang
ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Pemesanan dilakukan
ke PT. Kimia Farma Trade and
Distribution (satu satunya PBF narkotika yang legal di indonesia) dengan membuat surat
pesanan khusus narkotika rangkap empat. Satu lembar Surat Pesanan Asli dan dua lembar
salinan Surat Pesanan diserahkan kepada Pedagang Besar Farmasi yang bersangkutan
sedangkan satu lembar salinan Surat Pesanan sebagai arsip di apotek, satu surat pesanan
hanya boleh memuat pemesanan satu jenis obat (item) narkotik misal pemesanan pethidin
satu surat pesanan dan pemesanan kodein satu surat pesanan juga, begitu juga untuk item
narkotika lainnya.
b. Penerimaan Narkotika
Penerimaan Narkotika dari PBF harus diterima oleh APA atau dilakukan
dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut
setelah sebelumnya dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat
diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang
dipesan.
c. Penyimpanan Narkotika
Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek disimpan pada lemari
khusus yang terbuat dari kayu (atau bahan lain yang kokoh dan kuat) yang
ditempel pada dinding, memiliki 2 kunci yang berbeda, terdiri dari 2 pintu, satu
untuk pemakaian sehari hari seperti kodein, dan satu lagi berisi pethidin, morfin
dan garam garamannya. Lemari tersebut terletak di tempat yang tidak diketahui
oleh umum, tetapi dapat diawasi langsung oleh Asisten Apoteker yang bertugas
dan penanggung jawab narkotika.
d. Pelayanan Narkotika
Apotek hanya boleh melayani resep narkotika dari resep asli atau salinan resep
yang dibuat oleh Apotek itu sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru
diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat narkotika tanpa resep
atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain. Resep narkotika yang
masuk dipisahkan dari resep lainnya dan diberi garis merah di bawah obat
narkotik.
e. Pelaporan Narkotika
Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan setiap bulan. Laporan penggunaan
obat narkotika di lakukan melalui online SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika
dan Psikotropika). Asisten apoteker setiap bulannya menginput data
penggunaan narkotika dan psikotropika melalui SIPNAP lalu setelah data telah
terinput data tersebut di import (paling lama sebelum tanggal 10 pada bulan
berikutnya). Laporan meliputi laporan pemakaian narkotika untuk bulan
bersangkutan (meliputi nomor urut, nama bahan/sediaan, satuan, persediaan
awal bulan), pasword dan username didapatkan setelah melakukan registrasi
pada dinkes setempat.
(sipnap.binfar.depkes.go.id)
f. Pemusnahan Narkotika
Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut :
1) APA membuat dan menandatangani surat permohonan pemusnahan
narkotika yang berisi jenis dan jumlah narkotika yang rusak atau tidak
memenuhi syarat.
2) Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA dikirimkan ke Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan. Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan akan menetapkan waktu dan tempat pemusnahan.
3) Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari APA, Asisten
Apoteker, Petugas Balai POM, dan Kepala Suku Dinas Kesehatan
Kabutapten/Kota setempat.
4) Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara
Pemusnahan yang berisi :
a) Hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat dilakukannya pemusnahan
b) Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan
c) Cara pemusnahan
d) Petugas yang melakukan pemusnahan
e) Nama dan tanda tangan Apoteker Pengelola Apotek
Berita acara tersebut dibuat dengan tembusan :
a) Kepala Suku Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b) Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan DKI Jakarta.
c) Arsip apotek.

2. Pengelolaan Psikotropika
Selain pengelolaan narkotika, pengelolaan psikotropika juga diatur secara khusus
mulai dari pengadaan sampai pemusnahan untuk menghindari terjadinya kemungkinan
penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengelolaan psikotropika di
Apotek meliputi:
a. Pemesanan Psikotropika
Pemesanan psikotropika dengan surat pemesanan rangkap 2, diperbolehkan
lebih dari 1 item obat dalam satu surat pesanan, boleh memesan ke berbagai
PBF.
b. Penerimaan Psikotropika
Penerimaan Psikotropika dari PBF harus diterima oleh APA atau dilakukan
dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut
setelah sebelumnya dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat
diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah Psikotropika
yang dipesan
c. Penyimpanan Psikotropika
Penyimpanan obat psikotropika diletakkan di lemari yang terbuat dari kayu
(atau bahan lain yang kokoh dan kuat). Lemari tersebut mempunyai kunci
(tidak harus terkunci) yang dipegang oleh Asisten Apoteker sebagai
penanggung jawab yang diberi kuasa oleh APA.
d. Pelayanan Psikotropika
Apotek hanya melayani resep psikotropika dari resep asli atau salinan resep
yang dibuat sendiri oleh Apotek yang obatnya belum diambil sama sekali atau
baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat psikotropika
tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain.
e. Pelaporan Psikotropika
Laporan penggunaan psikotropika dilakukan setiap bulannya melalui SIPNAP
(Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Asisten apoteker setiap
bulannya menginput data penggunaan psikotropika melalui SIPNAP lalu
setelah data telah terinput data tersebut di import. Laporan meliputi laporan
pemakaian narkotika untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor urut, nama
bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan). pasword dan username
didapatkan setelah melakukan registrasi pada dinkes setempat.
(sipnap.binfar.depkes.go.id)
f. Pemusnahan Psikotropik

Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan


narkotika.
SOP PARTUS NORMAL
1. Melakukan anamnese
Nama , umur , alamat
Riwayat melahirkan sebelum nya , riwayat abortus , riwayat penyakit lain.
2. Meletak kan perlak, under pad ke atas tempat tidur
3. Meminta pasien naik ke tempat tidur untuk di lakukan pemeriksaan.
4. Melakukan vital sign
5. Melakukan leopad
6. Memeriksa Djj
7. Menyiap kan alat untuk uulva hygiene
 kom berisi air DTT dan di siram betadine
 kapas cebok
 heir bekken

8.Memakai handscone
9. Melakukan vulva hygiene dengan cara
10. Celupkan kapas cebok ke kom berisi air DTTdan di siram betadine , peras,
Usap kan pada labia mayora kanan, buang
1 kapas lagi usap kan pada labia mayora kiri buang
Buka labia kemudian usap kan I kapas lagi pada introitus vagina.
11. Melakukan periksa dalam / VT.
12. Melapor
13. Mengisi partograf
14. Melakukan SIO kepada keluarga pasien , dan meminta keluarga pasien
Untuk membeli paket melahirkan.
15. menyiapkan partus set , hecting set , penghisap lendir dee lee , kateter
Betadine kasa jelly lidocain dalam spuit , pitogin dalam spuit , kalnex,
Nait , infus set , abocath, kapas alkohol, ember berisi klorin , ember plastik .
16. Mendekat kan suction dan lampu sorot.
17. Menyiapkan pakaian bayi dan pakaian ibu.
18. Mengontrol Djj
19. Apabila ada tanda gejala kala II , doran teknus perjol vuka.
20. Menyiapkan alat dan siap diri memakai celemek , masker , handscone
Sendal tertutup.
21. Memasang infus
22. Melakukan periksa dalam dengan dengan terlebih dahulu dilakukan vuna nggiene.
23. Melakukan amniotomi apabila pembukaan lengkap terapi ketuban belum pecah.
24. Membuka BH Ibu , dan meletak kan kain kering di atas perut Ibu
Dan di depan xulua.
25. Mengajar kan Ibu cara meneran dan meminta suami / keluarga
Memberi semangat serta memberi minum di saat tidak mules.
26. Apabila kepala tempat di vulva
Menahan perineum dengan tangan kanan , sementara tangan kiri menahan
Puncak kepala agar tidak terjadi defleksi terlalu cepat.
27. setelah kepala kluar , priksa apakah ada lilitan tali pusat.
28. Tunggu hingga kepala melakukan putar paksi luar secara spontan.
29. Menarik kepala bayi ke arah bawah hingga lahir bahu belakang.
30. Melakukan sangga susu.
31.Meletak kan bayi ke di atas perut Ibu serta mengeringkan bayi .
32. Menghisap lendir dengan dee lee dan melakukan suction ,selimuti Ibu & bayi.
33. Memastikan tidak ada janin lain di dalam rahim .
34. Memberi tahu Ibu bahwa , ia akan di suntik oksitosin agar uterus berkomraksi dengan baik.
35. Menyuntikkan oksitosin I anapul IM di 1/3 pana atas dengan di lakukan operasi.
36. Melakukan masase fundus
37. Melakukan penegangan tali pusat, untuk memastikan plasenta lepas/ tidak.
 Ada semburan darah mendadak
 Tali pusat memanjang
 Uterus bullotment.
38. Apabila ada tanda pelepasan plasenta , maka tegangkan tali pusat
Sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas (DOBO KRANIA)
Secara hati hati minta Ibu meneran sedikit sambil penolong menarik tali pusat dengan
Arah sejajar lantai kemudian kearah atas bawah mengikuti porus jalan lahir.
39. Saat plasenta muncul di introitus vagina , lahir kan plasenta dengan kedua
Tangan pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih.
40. Lakukan pemeriksaan plasenta ,selaput kotiledop lengkap / tidak
Dengan mencelupkan plasenta ke dalam kom berisi air
Kemudian bungkus plasenta dengan under pad dan di potong ½ bagian
Letakkan plasenta di samping bayi.
41. Melakukan masase uterus.
42. Mendekatkan dan menghidupkan lampu sorot.
43. Melihat apakah ada laserasi.
44. Apabila ada , lakukan penjahitan dengan sebelum nya di suntik idokain
45. Memindahkan bayi.
46. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik.
47. Membersihkan Ibu , memasang dok Ibu.
48. Meletakakan under pad yang baru memakaikan gurita dan mengganti baju Ibu .
49. Memasukkan alat bekas pakai ke larutan klorin.
50. Memastikan bayi apakah , ada klainan kongenital / tidak
Menimbang bayi , mengurus PB , membungkus tali pusat dengan kasa.
51. Memberitahu keluarga , apakah bayi ada / tidak kelainan kongenital.
52. Menyuntikkan hepatitis B dan Neo K di 1/3 paha kanan dan kiri , membedong bayi.
53. Mengantar bayi keruangan bayi.
54. Membereskan alat – alat dan membuang sampah ke tempat sampah yang sesuai.
55. Membilas alat alat – alat dan mengeringkan nya serta mensterikan alat – alat
Mengisi partograf.
56. Melanjutkan pemantauan kontraksi , pendarahan , vital sign.
PEMASANGAN LAMINARIA

1. Anamnese : NAMA
UMUR
ALAMAT
2. Masukkan pasien ke ruang VK dan letak di bad.
3. Sebelum memasang laminaria jelaskan kepada pasien dan keluarga
Fungsi pemasangan laminaria dan keluarga fungsi pemasangan laminaria dan
keluarga suami wajib menandatangani surat persetujuan tindakan medis.
4. posisikan pasien di atas tempat tidur dengan posisi litotomi celana sudah di buka.

5 . Sebelumnya siapkan alat : - oval klem - kasa


- sonde uterus - kom kecil
- spekum - betadine
- Laminaria - hand scun = 1 pasang

6. Melakukan vital sign


7. Cuci tangan terlebih dahulu sebelum memakai hand scun.
8. Bersikan daerah vagina memakai kasa dan betadine . (VULVA HYGINE)
9. Buka vagina menggunakan spekulum agar porsio dapat terlihat
10.Masukkan laminaria ke iyung porsio menggunakan oval klem jepit laminaria
Ke ujung oval klem, sebelum nya ukur panjang porsio pakai sonde uterus
* Desinfektan porsio, memakai kasa betadine searah jarum jam
Menggunakan oval klem
* Ukur uterus memakai sonde uterus
* Menjepit pangkal laminaria memakai oval klem dan masukan ke dalam uterus
sampai laminaria masuk kedalam
SC. PEB
1. Amanese pasien : -NAMA - HPHT
-UMUR - RIWAYAT PERSALINAN SEBELUMNYA.
-ALAMAT
2. Bawa pasien ke ruang VK untuk melakukan tindakan selanjut nya,
- Melakukan vital sign - Melakukan pemeriksaan dalam (VT)
- memeriksa DJJ
3. Lapor dr obgyn tentang keadaan pasien dan kita lihat apabila
Ada tanda tanda atau kelainan segera kita beritau SPT pasien tensi tinggi
kaki dan badan terlihat adem.
4. Dr obgyn mengancurkan pasien agar periksa protein urin (ambil sampel urin)
apabila
memakai kateter lepas masukan kolm tabung urin sebanyak ( 2cc)
hasil protein urin + 3,+4 ,langsung beritahu dr obgyn ,dan tanya tindakan lanjutnya
5. Dr obgyn menyarankan agar pasien segera dioperasi sc karena tensi tinggi dan
beresiko pada ibu dan bayi . (standar sop operasi)
6. Beritahu kepada keluarga bahwa pasien akan segera dioperasi sc.dan jelaskan apa
saja resiko – resiko yang akan terjadi apabila pasien urin ( + )\
7. Suami dan keluarga disarankan untuk menandatangani SIO .
8. Perawat mempersiapkan pasien untuk operasi SC
 Menyarankan pasien untuk mengganti baju operasi dan buka seluruh pakaian
dalam
9. Perawat mencuci tangan dan memakai hand scoon
 Infus yang terpasang :
 bloot set
 anti biotik dimasukkan setelah disantan 15 menit RL 2fl cor – 1 fls +20
tts/i
 abocat 18
 cek darah lengkap, golongan darah ,CT BT
 pasang kateter
10. jika hasil LAB sudah keluar lapor dokter obgyn
 pada pasien tensi tinggi (peb ) dr menyarankan pasang cairan infus ke 2 double
RL =MgSou 40 %=14tts/i (30 cc) dan masukkan MgSou 20% (20cc) IV
perlahan .jelaskna ke pasien apa efek dari obat SM akan terasa panas
11. selesai persiapan pasien disarankan keperawat ruang OK
CURRETASE BLIGHTED
ORUM ( BO )

1. Amanise pasien
2. Melakukan pemeriksaan vital sign
3. Memeriksa pendarahan dan keluar dari kemaluan
4. Laporan kepada dokter obgyn tentang keadaan umum pasien.
5 - pasien di serah kan untuk di USG
- Letak pasien ke dalam ruang USG
- Sambil menunggu dokter obgyn posisikan pasien.
6. Siapkan catatan dokter agar dokter mencatat apa yang akan di lakukan
Atau diaknosa apa yang akan di tentukam dokter.
7. Perawat mencatat anjuran yang di berikan oleh dokter kepada pasien.
8. Dr obgyn memberikan penjelasan kepada pasien dan suami atau keluarga
tentang hasil USG yang di lihat oleh dokter.
apabila hasil yang di lihat itu ciri ciri nya seperti hamil 8 minggu ada kantongan
tapi janin belum berbentuk atau Cuma kantongan aja, itu berarti hamil kosong
(BO)
9. Di pindahkan ke ruang VK untuk di lakukan tindakan selanjut nya seperti:
 naikan pasien ke tempat tidur dan buat posisi litotomi (dibawah
pasio)
 anjuran dr obgyn masukkan obat (gastrul) 2+6 kedalam vagina alat
laminaria kedalam vagina untuk merangsang adanya pembukaan mulut
rahim, agar mudah untuk melakukan curetase.
 Menjelaskan kepada pasien bahwa akan menunggu sampai mulut rahim
terbuka baru bisa di lakukan curutase.

10. Perawat mencuci tangan dan memakai hand scun.


11. Melakukan pemasangan infus apabila sudah banyak keluar darah
- Abocat 18
- RL 1fls 20 tts /i
- Anti biotik di masukkan sesuai intruksi dokter
12. Cek darah / lab.
13. Melakukan scin tes untuk memastikan elergi anti biotik atau tidak
selama 15 menit.
14. Persiapan alat curet
15. Perawat di minta oleh dr obgyn untuk menelfon dr anas tesi.
16. posisikan lagi pasien seperti posisi litotomi dan mengkosong kan kantong
kemih
17. Dekatkan alat curet yang disiap kan ke samping dokter obgyn
agar dokter mudah mengambil alas .
18. Dr anastesi melakukan curetase.
19. Dr obgyn selesai melaksanakan curetase, bersih kan alat alat dan posisikan
pasien seperti semula.
20. Dr. Obgyn mulai melakukan curetase
21. Setelah dari obgyn selesai melaksanakan curetase,bersihkan alat alat dan
posisikan pasien sepreti semula.
22. Masukan alat ke larutan qlorin yang sudah di sediakan .
23. Perawat membuka hand scun dan mencuci tangan
24. Pantau keadaan umum pasien
25. tulis di status pasien dengan tindakan apa saja yang di lakukan pasien .
SOP MANUAL PLASENTA

1. Melakukan anamnese
2. periksa vital sign
3. pantau pendarahan
4. Melakukan penginfusan - alat
- pasang kateter tetap
5. Cek danit
6. Lapor dokter obgyn tentang keadaan umum pasien
dan apa tindakan yang harus dilakukan.
7. Catat dan lakukan anjuran yang di berikan dokter obgyn.
8. Menjelaskan kepada suami / keluarga tentang keadaan pasien
dan mengintruksikan suami untuk mendatangi surat persetujuan
tindakan medis.
9. Skin test antibiotik
10.Menyiapkan alat alat yang di perlukan dokter
- handuk
- sepatu
- celemek
11. Posisikan pasien
12. Setelah 15 menit lihat daerah kulit yang di skintest
terdapat bintik merah atau tidak, kalau tidak masukkan
anti biotik yang di skintest tadi.
13. Setelah dokter datang dan melakukan manual plasenta.
14. Setelah dokter selesai melakukan manual plasenta,
Pantau keadaan umum pasien .
15. Bereskan alat alat.
16. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
SOP SC LETAK SUNGSANG
1. Melakukan anamnese
2. melakukan vital sign
3. melakukan leopold I , II , III , IV.
4. Memeriksa DJJ.
5. Melakukan pemeriksaan dalam (VT).
6. Laporkan kepada dokter obgyn tentang keadaan pasien dan apa
tindakan selanjutnya.
7. jika dokter obgyn menyarankan operasi, persiapan-persiapan operasi
Pasien.
8. menjelaskan kepada keluarga bahwapasien akan segera di operasi
Dan mengintraksikan kepada suami untuk menandatangani SIO.
9. mengganti pakaian pasien dengan baju operasi
10. melakukan pemasanagan infus dan menampung sedikit darah untuk
Di lakukan pemeriksaan LAB.
11. Skintest antibiotik.
12. Membersihkan daerah kemaluan dengan mencukur bersih pubis pasien.
13. jika hasil Lab sudah keluar laporkan kepada dokter obgyn.
14. lihat hasil Lab skintest jika tidak terdapat kemerahan pada bagian
yang diskinset masukakan antibiotik tersebut.
15. menyerahkan pasien kepada perawat ok untuk di lakukan operasi.
16. setelah dilakukan pembiusan kemudain memasang kateter pasien.
SOP CURETASE ABORTUS
IMMINENS
1. Anamnese pasien
2. melakukan pemeriksaan vital sign
3. membantu pendarahan.
4. laporkan kepada dokter obgyn tentang keadaan umun pasien
5. membawa pasien ke ruang USG sambil menunggu dokter datang
Untuk memeriksa pasien,posisikan pasien
6. mencatat anjuran dan melaksanakan anjuran yang di berikan dokter
7. menjelaskan kepada keluarga bahwa pasien akan dilakukan curetase
dan mengintruksikan kepada suami untuk menandatangani surat
tindakan medis.
8. Memasukan obat kedalam vagina pasien sesuai anjuran dokter untuk
Merangsang adanya pembukaan mulut rahim sebelum di lakukan curetase .
9. Menjelaskan kepada pasien bahwa akan menunggu sampai mulut rahim
terbuka baru bisa di lakukan curetase
10. Melakukan penginfusan dan penampungan darah untuk pengecekan Lab.
11. Melakukan skintest antibiotik.
12. Mempersiapkan alat alat curutase.
13. Melakukan pemeriksaan dalam ,jika sudah ada pembukaan laporan kepada dokter
obgyn.
14. Menghubungi dokter anastesi.
15. Memposisikan pasien dan mengosongkan kantung kemih.
16. Mendekatkan alat dan mendampingi dokter melakukan curetase.
17. Setelah dokter selesai melakukan curutase.
18. Pantau keadaan umum pasien .
19. Dokumentasikan tindakan yang telah di lakukan.
SOP PEMASANGAN SPIRAL

1. Anamnese pasien.
2. Periksa vital sign .
3. Jelaskan kepada pasien tentang prosedur yang akan di lakukan.
4. Mempersiapkan alat alat yang di perlukan.
5. memposisikan pasien.
6. Cuci tangan dangan air mengalir dan memakai hand scoon.
7. Membersihkan daerah kemaluan pasien.
8. Masukkan spekulum.
9. Jepit serviks dengan tenakulum.
10.Ukur panjang uterus dengan sonde uterus.
11.Memasang IUD
- memasukkan tabung inserter yang berisi
IUD kedalam.
- menarik tabung sampai pangkal pendorong
untuk memasukkan IUD.
- Mengeluarkan pendorong dan dorong kembali
tabung iserter sampai terasa pada fundus.
- menggunting benang IUD 3-4cms.
- membersihkan porsio yang telah terpasang IUD
dengan kapas.
- mengeluarkan tenakulum dan spekulum.
- lepaskan hand scoon
- cuci tangan
- bersihkan alat-alat
- dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
PREVIOUS

1. Melakukan anamnese.
Nama,umur,alamat,riwayat persalinan sebelumnya HPHT.
2. Meminta pasien naik ketempat tidur.
3. Melakukan vital sign.
4. Melakukan leopold I,III,IV  melihat bekas SC
5. Memeriksa DJJ.
6. Melapor dokter Obgyn
 Apabila dokter menyarankan untuk persiapan SC.
7. Mensiokan kepada keluarga pasien.
8. Menyarankan kepada keluarga pasien untuk membeli paket operasi.
9. Mengganti pakaian ibu dengan pakaian operasi serta menganjurkan melepas perhiasan yang
dipakai.
10. Memasang infus RL + blood set + abocath18.
11. Menspoling cefotaxme 2gr dengan aqudest masing-masing 10 cc.
12. Melakukan skin test tunggu  15 menit.
13. Memakai handscone.
14. Mencukur pubis.
15. Melakukan vulva hygiene.
16. Memasang kateter.
17. Membuka handscone , cuci tangan.
18. Memeriksa ST,apabila tidak merah ,tidak gatal berarti tidak alergi ,maka masukan cefotaxine 2
gr ke cairan RL  cor.
19. Memasukan pasien ke ruangan operasi.
20. Menyiapkan alat.
* Bak instrumen
 Gunting tali pusat
 Kasa
 Klem pusat

* Gelang ibu dan bayi


* Temp
* Kapas alkohol
* Neo K dan bayi
* Hepatitis B
* Pita cm

21. Menyiapkan baju bayi


22. Menyiapkan baju ibu
 Kain panjang : 2 buah
 Bedong bayi : 2 buah
 Pembalut ibu
 Gurita ibu
23. Mengganti baju petugas dengan baju OK,memakai masker,topi dan sendal OK
24. Membawa alat-alat , baju bayi dan baju ibu kedalam OK
25. Menyiapkan suction ,O2,baju bayi
26. Petugas masuk keruang operasi
27. Menampung bayi diruangan operasi
28. Membawa bayi ketempat yang telah tersedia.
29. Memasang O2, mengeringkan bayi ,sambil melakukan suction.
30. Tali pusat bayi dan memotongnya, membungkusnya dengan kasa.
31. Menyuntikkan neo K dan hepatitis B ke paha kanan dan paha kiri 1/3 ,IM
32. Menimbang BB dan mengukur PB
33. Memasukkan temp ke anus untuk memastikna anus (+) atau (-)
34. Menuliskan data bayi ke gelang bayi dan memakaikan gelang bayi.
35. Memakaikan baju bayi sambil melihat apakah ada kelainan kongenital atau tidak
36. Melapor kepada dokter tentang data dan keadaan bayi
37. Menunjukkan kepada keluarga pasien tentang keadaan bayi
38. Membawa bayi keruang bayi sambil membawa susu ,dot yang telah ditandai dengan nama
39. Menunjukkan kepada petugas di ruang bayi tentang keadaan bayi dan data-datanya serta
menyerahkan botol susu + susu
40. Memesan kamar pasien kepada ruang rawatan
41. Petugas masuk ke dalam OK kembali untuk menuliskan data di gelang ibu ,memakaikan gelang
ibu
42. Membereskan alat-alat yang telah digunakan.
43. Mengganti baju petugas.
PARTUS TIDAK MAJU
1. Melakukan anamnese
 Nama ,
 umur ,
 alamat
2. Memasang perlak , underpad di tempat tidur
3. Menaikkan pasien ke tempat tidur
4. Melakukan vital sign
5. Melakukan leopold
6. Memeriksa DJJ
7. Memakai handscone
8. Melakukan vulva hygiene
9. Melakukan VT
10. Melepas handscone ,cuci tangan
11. Melapor dokter
 Apabila dokter menyarankan untuk persiapan SC.
SOP Ketuban Pecah
Dini ( SC )
1. Melakukan Anamnese :
 Nama
 Alamat
 Umur
 HPHT
 Riwayat persalinan
 Riwayat kehamilan
2. Memberikan O2 1 liter per menit kepada ibu ( pasien ).
3. Melakukan pemeriksaan lepold I , lepold II , lepold III , dan lepold IV.
4. Melakukan vital sign.
5. Memeriksa DJJ.
6. Melakukan pemeriksaan VT.
7. Melapor hasil keadaan pasien yang telah diperiksa kepada dr.OBGYN.
8. Jika dr.OBGYN menyarankan pasien operasi ,lakukan tindakan persiapan operasi.
9. Menggantikan pakaian pasien dengan pakaian OK dan melepas perhiasan.
10. Menjelaskan kepada suami dan keluarga bahwa pasien akan dilakukan tindakan operasi.
11. Instruksi kepada suami tentang biaya operasi dan mendatangani surat persetujuan tindakan
.operasi ( memakai materai 6000 )
12. Pemasangan infus :
 Abocat 18
 Bloodset
 Cefotaxine 2gr. IV
 RL 2F15 10r
13 Lakukan periksaan laboratorium :
 Darut
 CT
 BT
 Gol.darah
14. Mengaplos cefotaxine 2gr + Aguad 10cc dengan spuit10 cc.
15. Skintes cefotaxine dan beri tanda lingkar daerah yang disuntik.
16. Mencukur bagian yang akan dioperasi dan bagian daerah pubis.
17. Melakukan vulva hygiene ,sebelum memasang kateter.
18. Pemasangan kateter dengan memakai handscone dan spuit 10cc bensi air DIT 10cc.
19. Periksa hasil skintes tidak alergi ,dnp 2gr cefotaxine.
20. Jika hasil laboratorium sudah selesai ,lapor dr.OBGYN.
21.Selesai persiapan kepada pasien,pasien disrerahkan oleh perawat OK dan masuk ke ruangan
operasi.
SOP PERDARAHAN POST
PARTUM

1. Melakukan anamnese :
 Nama
 Umur
 Alamat
 Riwayat persalinan
2. Meletakkan perlak dan underpad ketempat tidur.
3. Menaikkan pasien ketempat tidur.
4. Melakukan pemeriksaan vital sign.
5. Melakukan periksaan dalam menggunakan has.
6. Melapor hasil pemeriksaan kepada dr.OBGYN.
7. Pemasangan infus :
 Abocath 18
 Blood set
 RL
( Jika perdarahan banyak dan syok berat ,sebaiknya dilakukan pemasangan infus lebih dari
satu ).

8. Memberikan thrapy yang diberikan oleh dr.OBGYN,seperti : INJ,Kalnex 250 ml.


9. Memeriksa laboratorium :
 Cek darut
 Golongan darah
 CT
 BT
10. Melakukan palpasi perut ibu untuk mengetahui ,apakah kandung kemih penuh atau tidak =
kosongkan.
11. Lakukan massage uterus
12. Jika hasil laboratorium selesai ,lapor hasil pemeriksaan laboratorium kepada dr.OBGYN
13. Menjelaskan kepada suami dan keluarga tentang kemungkinan tindakkan apa yang akan
dilakukan oleh dr.OBGYN.
14. Intruksi kepada suami untuk mendatangani surat persetujuan tindakkan medis .
15. Memantau k/u pasien ,sebelum pemeriksaan langsung oleh dr.OBGYN.
SOP SOLUSI PLASENTA
(SC)
1. Anamnese pasien :
 Nama
 Umur
 Alamat
 Riwayat kehamilan
 Riwayat persalinan
 HPHT
2. Memberikan O2 kepada ibu 1lt/menit.
3. Melakukan vital sign.
4. Pemeriksaan DIT.
5. Melapor hasil pemeriksaan kepada dr.OBGYN.
6. Jika dr.OBGYN menyarankan operasi ,lakukan persiapan operasi.
7. Menggantikan pakaian ibu dengan pakaian operasi dan melepas perhiasan .
8. Menjelaskan kepada suami bahwa pasien akan dilakukan tindakan operasi.
9. Instruksi kepada suami tentang biaya operasi dan mendatangani surat persetujuan operasi (
materai 6000 ).
10. Pemasangan infus :
 Bloodset
 RL
 Abocat 18
11. Lakukan pemeriksaan laboratorium :
 Cek darut
 Gol.darah
 CT
 BT
12. Mensupling cepotaxine 2gr.
13. Skintes cepotaxine selama 15 menit.
14. Mencukur daerah bagian pubis.
15. Sebelum memasang kateter,lakukan vulva hygiene
16. Pemasangan kateter dengan memakai handscone dan sediakan spuit 10cc yang berisi air DIT
10cc-12cc
17. Periksa kembali hasil skintes alergi atau tidak
18. Jika tidak alergi 2gr cepotaxine drip RL
19. Jika hasil laboratorium telah selesai di periksa,lapor kepada dr.OBGYN
20. Selesai persiapan pasien,pasien diserahkan kepada perawat OK dan masuk ke ruang operasi
(OK)
SOP Perdarahan
setelah loitus
1. Melakukan anamnese :
 Nama pasien
 Tanggal lahir
 Pendidikan
 Pekerjaan
 Alamat lengkap
 Status perkawinan
 Alamat keluaga terdekat

2. Melakukan vital sign kode :


 Napo opran
3. Memeriksa perdarahan dengan memakai handscone ,Agarna,Sex, .
4. Melapor hasil pemeriksaan pasien kepada dr.OBGYN.
5. Pemasangan infus.
6. Memberi thrapy yang di berikan dr.OBGYN, seperti inj,kalnex.
7. Memeriksa laboratorium.
8. Menjelaskan kepada suami tentang laporan dari dr.OBGYN, seperti pasien dianjurkan untuk
rawat inap.
9. Intruksi kepada suami tentang biaya rawat inap dan mendatangani surat persetujuan. tindakan
medis.
10. Jika hasil laboratorium telah selesai ,lapor kembali kepada dr.OBGYN memasukkan hasil lab
di dalam status di kolom 7.
11. Memantau k/u pasien sebelum pemeriksaan langsung oleh dr.OBGYN.
12. Setelah dr.insite / memeriksa pasien ,pasien di observasi di ruang UK.
 Anamnese RM.3 diisi oleh dr.jaga di VK
 Lembar RM.5 diisi oleh dokter OBGYN di OK
 Lembur catatan perawat / bidan diisi oleh petugas VK yang meminta pasien :
 Nama
 Umur
 Jenis kelamin
 No.RM
 Tanggal
 PAV
 Kelas
SOAP membuat kronologi dengan obat ,tindakan yang diberikan pasien datang ke
UK di kolom pengobatan dengan diet / catatan menuliskan tanggal/jam,tanda tangan
bidan yang membuat kronologis ,obat dengan tindakan di UK.
 Lembaga catatan perkembangan keperawatan/kebidanan diisi diruang UK : nama,
ruangan, RM Pasien,tanggal/jam,no DX,catatan SOAP ,nama jelas yang membuat
SOAP.
 Lembur penjelasan keluar ( returne ) di isi di ruang UK : nama,umur,jenis kelamin
,suku,bangsa,agama,No.RM,tanggal masuk dokter.
SC.Plasenta Previa
1. Melakukan anamnese :
 Nama
 Umur
 Alamat
 HPHT
 Riwayat persalinan
 Riwayat kehamilan
2. Bawa pasien ke ruangan VK untuk melakukan tindakan selanjutnya seperti : melakukan
pemeriksaan DJJ,TD,Temp,RR,Pols
3. Lapor dr.OBGYN
4. Jelaskan kepada dr.OBGYN apa yang kita lihat hasil pemeriksaan (plasenta previa tidak
boleh di lakukan VT )
5. Jika dokter OBGYN menyatakan operasi SC ,beritahu keluarga agar perawatnya menangani
pasien menjelaskan tentang kondisi pasien dan keluarga , segera mendatangani sioi dan
mengerti apa yang sudah di jelaskan.
6. Perawat mempersiapkan persiapan operasi SC pasien, perawat atau bidan mengganti pakaian
pasien dengan baju yang sudah di siapkan untuk operasi SC. Buka semua pakaian dalam
pasien.
- Melakukan pemasangan infus sebelum mencuci tangan dan memakai handscone.
 Menginfus pasien
 Mengambil sampel untuk pemeriksaan lab sebanyak 2cc kedalam tabung melalui
Abocath sebelum infus set terpasang

Alat :
* Blootsel
* Tabung eta
* RL  Cor 2 fles selanjutnya fi20tts/i
* Abocath 18
* Masukkan antibiotik sebelum dimasukkan scintes dulu antibiotik selama 15 menit.

- Lakukan pemeriksaan lab :


* Darut
* Golongan darah
* CT
* BT

- Mencukur pubis tepat di daerah bagian yang mau di operasi


- Memasang kateter dan buka handsun.

7. Jika hasil lab sudah selesai beritahu dr.OBGYN atau dr.umum yang jaga.
8. Selesai persiapan pasien,pasien diserahkan kepada perawat ruang OK.
9. Perawat ruang VK mempersiapkan alat untuk ibu dan bayi.
Ibu :
 Kain panjang 2
 Gurita 1
 Duk 1
 Lampin 1
Bayi :

 Kain bedong 1
 Baju bayi 1
 Gurita 1
 Tak 2 1

10. Sediakan alat :


 Bak instrumen
 Gunting pusat dimasukkan kedalam bak instrumen
 Umbilical klem
 Kasa

Hepatitis,neok,spit 1 cc,kapas alkohol juga disediakan.

11. Petugas VK mengganti baju OK agar dapat masuk keruang OK untuk menampung bayi.
12. Menyiapkan alat resusitasi bayi diruang OK :
 O2
 Suction
 Timbangan bayi
 Pengukur panjang bayi dan lingkar kepala

13. Perawat mulai masuk ke ruang operasi untuk menampung bayi


14. Bayi keluar dan perawat membawa bayi ketempat atau ruang yang telah di siapkan .
 Lap kering bayi
 Pasang O2 kehidung bayi
 Suction mulut dan hidung bayi agar cairan yang kotor keluar.
 Timbang bayi,ukur panjang,dan lingkar kepala.
 Suntikkan neo K 0,3cc + sput 1cc
 Bedong bayi

15. Tulis identitas ibu ke gelang bayi dan ibu ,sesuai jenis kelamin . (biru/pink). Buat
nama ibu,jenis kelamin,jam lahir,OK.
16. Lapor kembali pada dokter OBGYN tentang bayi .
17. Beritahu keluarga bahwa bayi sudah lahir.
18. Antar bayi ke ruang bayi dengan membawa status bayi ,dan lapor ke petugas yang
menjaga di ruanganbayi .beritahu kondisi dan fisik bayi kepada perawat bayi .
19. Masukkan ke dalam larutan klorin selama 10 menit kemudian bersihkan pakai
sabun/rinso ,lap kering.
20. Lengkapi status pasien agar apa yang di lakukan ditulis kedalam status .

Anda mungkin juga menyukai