Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ANDIKA ARIF ROMADON

NRP : 213002

PRODI : STUDI NAUTIKA

ULANGAN AKHIR SEMESTER KECAKAPAN BAHARI

1. Breeches bouy
a. Bagaimana cara simpul dan ikatan breeches bouy
 Pertama, buatlah sebuah sosok pada tali yang akan digunakan untuk mengikat
binatang, perhataikan posisi tali pada sosok yang dibuat di ujung tali A besar.
 Masukkan ujung tali a kecil ke dalam sosok di dekat ujung tali A besar. Kemudian
belitkan sesuai dengan arah panah seperti gambar di samping ini
 perhatikan arah belitan ujung tali a kecil, setelah yakin benar tariklah dengan kuat
dan leher binatang tetap akan aman karena tidak terjerat.

Yang harus diperhatikan jika pembuatan sosok dan belitan salah memasukkan maka simpul
itu tidak akan jadi atau salah dan tidak bisa digunakan.
b. Proses breeches bouy
o Sea Scouts, penggunaan breeches buoy menjadi salah satu event yang dipertandingkan di
regatta seperti Old Salts' Regatta dan Ancient Mariner Sea Scout Regatta. Kompetisi
mensimulasikan situasi penyelamatan pelampung sungsang yang sebenarnya.
o Sebelum acara, kru menyiapkan peralatan mereka, yang meliputi garis tembakan tipis
yang dipasang di menara yang mensimulasikan sarang burung gagak dari kapal yang
tenggelam, tali tinggi yang terbuat dari kapal angkut, balok dan tekel, orang mati dengan
gerigi, cambuk dengan balok, kursi, dan kaki geser. Setelah peralatan disiapkan, dua
pramuka naik ke menara (pramuka ini harus memakai harness untuk keselamatan di
sebagian besar kompetisi hari ini). Pengemudi memanggil empat atau lima pengintai
yang tersisa di tanah untuk diperhatikan.
o Tidak ada pembicaraan lebih lanjut yang diizinkan oleh siapa pun kecuali pengemudi dan
dua peserta di menara. Tidak ada komunikasi selain ya dan tidak ada sinyal lengan
diperbolehkan antara menara dan tanah. Pada sinyal pergi, waktu dimulai dan tidak
berhenti sampai peserta yang diselamatkan dari menara berada di tanah dan coxswain
memanggil kru untuk memperhatikan lagi.
o Salah satu anggota kru darat mengikat ekor cambuk ke garis tembakan. Pengemudi
memberi sinyal ke menara, dan menara mengembalikan sinyal afirmatif. Menara
kemudian menarik cambuk ke arah mereka di garis tembakan, dan mengikat ekor cambuk
ke tiang dengan putaran putaran dan dua setengah halangan. Menara memberi sinyal
kepada pengemudi yang mengembalikan sinyal. Awak darat menempelkan garis tinggi
melalui kursi ke cambuk tak berujung dan menaikkan garis tinggi ke menara. Setelah
garis tinggi mencapai menara, itu melekat pada tiang dengan putaran putaran dan dua
setengah halangan dan sinyal diteruskan ke pengemudi.
o Awak darat mengikat bowline di gelung ke garis tinggi dan mengaitkannya ke balok.
Para kru mengangkut balok-balok itu dengan mengencangkan garis tinggi dan
mengamankannya ke orang mati dengan halangan gerigi. Kaki geser diletakkan di
tempatnya. Kursi melekat pada cambuk tak berujung dan diangkat ke menara. Ketika
semua yang ada di tanah sudah siap, pengemudi memberi sinyal ke menara. Salah satu
anggota kru menara naik ke kursi dan duduk, memotong, dan memberi isyarat kepada kru
darat. Pengendara harus dihentikan secara terkendali dan dipindahkan dari kursi. Waktu
berhenti ketika kru darat dipanggil untuk diperhatikan oleh coxswain.
o Hakim bertanggung jawab untuk menghentikan kemajuan jika mereka menganggap
situasi tidak aman, dan untuk memperbaiki situasi serta menilai hukuman untuk
pelanggaran seperti berbicara dan melewati batas.
2. Membuat simpul rangkaian crane
Pintalan sosok gunanya untuk membuat mata pada ujung tali seperti untuk tali kepil. Untuk
membuat mata pada ujung tali ini kecuali tali pintalan sosok, dapat juga digunakan pintalan
wanita. Langkah-langkah sebagai berikut :
 Setiap ujung tali yang akan disambung kardilnya dibuka paling kurang 30 cm lalu ujung
setiap kardil diikat dengan benang-benangnya tidak rusak.
 Setiap tali yang akan disambung dirapatkan dan kardilnya dipertemukan secara
bersilangan.
 Setelah sudah rapat pada pertengahan yang akan diseples diikat dengan benang agar tali
tidak melorot pada waktu diseples.
 Setiap kardil diseples secara berlawanan arah pintalan tali paling kurang 5 X sisipan.
3. Simpul-simpul yang diketahui
a. Tali tambat
 Belitkan tali pada benda yang hendak di tali semisal batang kayu.
 Putar (tautkan) ujung tali sehingga membentuk sosok (mata tali) pada badan tali.
 Belitkan ujung tali melingkari badan tali yang nantinya bersentuhan dengan batang
kayu.
 Belitkan seperti langkah ke-3 hingga beberapa kali (banyaknya belitan disesuaikan
dengan besar batang kayu)
 Tarik badan tali dan dorong sosok (mata tali) hingga erat dengan batang kayu.

b. Bowline knot
 Pertama buatlah sosok di bagian tengah tali.
 Ujung tali dimasukkan ke dalam sosok dari arah bawah, kemudian ke atas tali di sisi
lain sosok, dan terakhir lewatkan ke belakang (bawah) utas tali yang ada di sebelah
atas sosok.
 Lingkarkan tali pada utas tali tersebut, kemudian masukkan ujung tali ke dalam
sosok.
 Tarik kedua badan tali beserta ujung tali sehingga simpul menjadi erat.
c. Simpul pangkal
 Lingkarkan tali pada tongkat atau kayu (dari arah bawah) sehingga membentuk
‘sosok’ dengan tongkat ada di tengahnya.
 Lingkarkan sekali lagi di sebelah kiri ‘sosok’ yang pertama.
 Ujung sosok dimasukkan sebagaimana arah tanda panah
 Rapatkan kedua sosok dan tarik ujung tali hingga kencang

4. Bilamana eye splice tali tambat putus maka akan kita gunakan cara membuat bowline knot
Bila terjadi kerusakan atau tali eye splice rusak maka tindakan yang pertama kali di lakukan
adalah dengan memeriksa apakah tali tersebut masih dapat di perbaiki atau tidak. Apabila masih
bisa di pakai atau tidak, apabila masih bisa maka tinggal di perbaiki. Jikalau tidak bisa
menggunakan simpul bowline
Cara Membuat Simpul bowline
 Pertama buatlah sosok di bagian tengah tali.
 Ujung tali dimasukkan ke dalam sosok dari arah bawah, kemudian ke atas tali di sisi lain
sosok, dan terakhir lewatkan ke belakang (bawah) utas tali yang ada di sebelah atas
sosok.
 lingkarkan tali pada utas tali tersebut, kemudian masukkan ujung tali ke dalam sosok.

5. CRANE SIGNAL / HAND SIGNAL


Dalam bekerja, seorang operator tidak sendiri. Diperlukan seorang juru aba – aba (signalman)
berpengalaman agar terjadi keselarasan kerja antara. Untuk itu diperlukan aba –aba standard.
Kecelakaan fatal telah banyak terjadi karena salah pengertian, dikarenakan aba-aba yang tidak
standard, sehingga terjadi salah persepsi. Untuk itu dibuatlah satu standard khusus yang sangat
simple agar tidak terjadi miskomunikasi di antara keduanya.
1. Gerakan Boom
Gerakan boom ditandai dengan ibu jari. Sedangkan arah gerakan boom hanya naik dengan
turun. Gerakan boom naik ditandai oleh operator bila signalman mengacungkan ibu jari ke
arah atas. Sebaliknya bila ibu jari diarahkan ke bawah, artinya signalman tersebut menghendaki
agar operator menggerakkan boom turun.
2. Hoisting / Lowering
Pada proses pengangkatan barang, hoisting atau lowering ditandai de3ngan gerakan jari
telunjut yang berputar. Apabila signalman menghendaki agar barang dinaikkan (hoisting), maka
jari telunjuk tersebut diarahkan ke atas. Demikian sebaliknya untuk lowering, telunjuk
diarahkan ke bawah sambil diputar – putar.

3. Gerakan swing
Gerakan swing/ berayun ke kiri atau ke kanan ditandai oleh signalman yang membuka telapak
tangannya namun jari jari saling rapat satu sama lain dengan mengarahkan tangan ke arah
kanan atau kiri ke tempat yang dikehendaki.
4. Travelling
Adakalanya posisi crane kurang pas dengan keinginan juru ikat/rigger. Untuk itu diperlukan
gerakan berpindah/moving. Oleh seorang signalman gerakan moving bisa berupa gerakan
tangan yang statis maupun dinamis. Untuk gerakan statis, seorang signalman cukup
mengangkat tangan setinggi dada. Arah gerakan crane didasarkan pada arah telapak tangan. Bila
telapak tangan signalman menghadap ke arah crane berarti signalman menghendaki agar
crane bergerak mundur. Begitu pula sebaliknya.Sementara gerakan dinamis diwujudkan dengan
gerakan tangan berputar. Bila gerakan mengarah ke badan signalman, artinya crane harus
beragerak mendekatinya, namun bila arah putaran menjauh dari signalman, artinya crane harus
bergerak menjauh, atau dengan kata laun crane harus mundur.
5. Extending/Retracting
Aba – aba ini hanya berlaku pada tipe telescopic crane dan signalman mengepalkan empat
jarinya setiap tangan. Apabila signalman mengehendaki agar operator memanjangkan boom
(extending) arah ibu jari dari kedua tangan tersebut akan berlawanan(mengarah keluar). Tentu
saja untuk retracting, maka ibu jari harus mengarah ke dalam atgaiu saling berhadapan Namun
jenis aba-aba itu bisa pula dilakukan hanya dengan satu tangan apabila tangan lain sedang
memegang barang yang diangkat atau tali kendali. Extending boom ditandai dengan
mengarahkan ibu jari ke badan signalman sendiri, sedangkan retracting apabila ibu jari
diarahkan ke crane/operator.
6. Gerakan Perlahan
Secara khusus gerakan perlahan ini baik hoisting maupun lowering ditandai dengan gerakan jari
memutar yang dibatasi dengan telapak tangan yang lain.
7. Gerakan Stop
Gerakan stop standard ditandai dengan mengayunkan tangan ke samping. Atau kadang-kadang
juga dengan kepalan tangan di acungkan ke atas. Satu hal yang perlu diketahui, untuk gerakan
emergency stop boleh dilakukan siapa saja walaupun bukan seorang signalman yang ditunjuk.
8. Gerakan lain
Ada beberapa gerakan lain yang tidak saya tuliskan di sini. Namun berdasarkan gambar di atas
gerakan – gerakan itu bisa dipelajari lebih lanjut secara mandiri.

Anda mungkin juga menyukai