Anda di halaman 1dari 23

Simpul hidup merupakan simpul paling dasar.

Simpul hidup atau overhand knot juga menjadi


simpul yang mendasari pembuatan simpul-simpul lainnya seperti simpul mati dan simpul
nelayan atau simpul kembar.

Simpul hidup digunakan sebagai simpul pada ujung tali untuk menjaga agar jalinan tali di
ujung tali tidak terurai serta menjaga tali dari pergeseran. Di kepramukaan, simpul hidup
termasuk salah satu simpul yang harus dikuasai oleh para pramuka. Simpul ini termasuk salah
satu simpul yang diujikan dalam Syarat Kecakapan Umum baik untuk pramuka siaga (SKU
Bantu Nomor 34) maupun SKU Penggalang (SKU Penggalang Ramu Nomor 23).

Cara Membuat Simpul Hidup


Untuk membuat simpul hidup sangatlah mudah. Caranya buatlah sosok (lingkaran) kemudian
masukkan salah satu ujung tali ke dalam sosok tersebut kemudian eratkan (tarik kedua ujung
tali) hingga sosok tadi mengencang. Lebih jelasnya perhatikan gambar dan video berikut:

Simpul mati atau reef knot (disebut juga sebagai square knot) merupakan salah satu simpul
mendasar dalam kepramukaan dan kehidupan sehari-hari. Bagi seorang pramuka baik
pramuka siaga, pramuka penggalang, pramuka penegak maupun pandega seharusnya
menguasai simpul mati ini.

Kegunaan simpul mati adalah untuk menyambung dua buah tali yang sama besar dan dalam
keadaan kering. Ini berbeda dengan simpul anyam yang digunakan untuk menyambung dua
buah tali yang besarnya berbeda. Ataupun dengan simpul nelayan (simpul Inggris) yang
digunakan untuk menyambung tali yang basah atau licin. Di samping untuk menyambung
tali, simpul mati juga digunakan untuk menali perban segi tiga (mitela) saat melakukan
PPPK. Dengan fungsi dan kegunaannya, simpul mati akan sangat sering digunakan oleh
seorang pramuka baik ketika mengikuti kegiatan kepramukaan maupun di kehidupan sehari-
hari.

Cara Membuat Simpul Mati

Setelah mengetahui kegunaan simpul mati, sekarang saatnya seorang pramuka belajar cara
membuat simpul mati. Caranya gampang, silakan lihat gambar berikut:

Membuat simpul anyam atau sheet bend menjadi salah satu teknik kepramukaan bidang tali
temali yang paling dasar. Bersama dengan simpul mati, simpul hidup, simpul pangkal, simpul
jangkar, dan beberapa lagi, simpul anyam akan sangat sering dipakai dalam kegiatan tali
temali di kepramukaan. Karena peran pentingnya itu para pramuka, mulai dari siaga,
penggalang, maupun anggota dewasa, sudah selayaknya menguasai dengan benar teknik
pembuatan simpul anyam (sheet bend ).

Simpul anyam digunakan untuk menyambung dua buah utas tali kering yang ukurannya tidak
sama besar. Dalam arti, jika ingin menyambung dua utas tali di mana yang satu berukuran
besar dan satunya lagi berukuran kecil, gunakanlah simpul anyam.

Cara Membuat Simpul Anyam

Untuk membuat simpul anyam atau sheet bend tidaklah sulit. Caranya adalah:
Membuat simpul jangkar atau cow hitch menjadi salah satu simpul dalam teknik
kepramukaan bidang tali temali yang sering dipraktekkan. Baik pada pramuka siaga,
penggalang, penegak hingga pandega diharapkan menguasai simpul jangkar ini. Apalagi
simpul jangkar menjadi salah satu simpul yang diujikan dalam Syarat Kecakapan Umum.

Simpul jangkar (cow hitch) kerap digunakan untuk menautkan tali pada benda lain secara
cepat, mengikat jangkar, hingga membuat usungan darurat atau dragbar bersama dengan
simpul pangkal dan ikatan palang.

Simpul jangkar (gambar: ta.wikipedia.org)

Cara Membuat Simpul Jangkar

Untuk membuat simpul jangkar atau cow hitch sangat mudah. Ada beberapa cara dalam
membuat simpul jangkar. Cara yang paling umum dan dianjurkan adalah sebagai berikut:
Membuat simpul jangkar atau cow hitch menjadi salah satu simpul dalam teknik
kepramukaan bidang tali temali yang sering dipraktekkan. Baik pada pramuka siaga,
penggalang, penegak hingga pandega diharapkan menguasai simpul jangkar ini. Apalagi
simpul jangkar menjadi salah satu simpul yang diujikan dalam Syarat Kecakapan Umum.

Simpul jangkar (cow hitch) kerap digunakan untuk menautkan tali pada benda lain secara
cepat, mengikat jangkar, hingga membuat usungan darurat atau dragbar bersama dengan
simpul pangkal dan ikatan palang.

Simpul jangkar (gambar: ta.wikipedia.org)

Cara Membuat Simpul Jangkar

Untuk membuat simpul jangkar atau cow hitch sangat mudah. Ada beberapa cara dalam
membuat simpul jangkar. Cara yang paling umum dan dianjurkan adalah sebagai berikut:
Membuat simpul jangkar atau cow hitch menjadi salah satu simpul dalam teknik
kepramukaan bidang tali temali yang sering dipraktekkan. Baik pada pramuka siaga,
penggalang, penegak hingga pandega diharapkan menguasai simpul jangkar ini. Apalagi
simpul jangkar menjadi salah satu simpul yang diujikan dalam Syarat Kecakapan Umum.

Simpul jangkar (cow hitch) kerap digunakan untuk menautkan tali pada benda lain secara
cepat, mengikat jangkar, hingga membuat usungan darurat atau dragbar bersama dengan
simpul pangkal dan ikatan palang.

Simpul jangkar (gambar: ta.wikipedia.org)

Cara Membuat Simpul Jangkar

Untuk membuat simpul jangkar atau cow hitch sangat mudah. Ada beberapa cara dalam
membuat simpul jangkar. Cara yang paling umum dan dianjurkan adalah sebagai berikut:
Simpul tiang sebenarnya sama dengan simpul anyam, perbedaannya hanya pada posisi dan
manfaatnya atau kegunaannya. Jika simpul anyam dibuat dengan dua dua ujung dari dua utas
tali (antara ujung dengan ujung tali) berbeda dengan simpul tiang yang dibuat dengan satu
utas tali dimana simpul dibuat antara ujung tali dengan badan tali. Namun jika diperhatikan
bentuk tautan talinya sama.

Manfaat dari simpul tiang adalah untuk membuat sebuah sosok (mata tali) yang
kedudukannya tetap (tidak bergeser) atau untuk mengikat sesuatu yang membutuhkan
keleluasaan bergerak semisal leher binatang. Dengan simpul tiang, sosok yang terbuat akan
tetap dan tidak bergeser (menciut atau melonggar) sehingga leher binatang tidak terjerat.

Cara Membuat Simpul Tiang

Untuk membuat simpul tiang caranya tidak sulit. Perhatikan terlebih dahulu gambar berikut:
Membuat simpul tambat (timber hitch) memang tidak termasuk salah satu materi dalam ujian
SKU, lain halnya dengan simpul pangkal dan simpul tiang. Namun simpul tambat pun harus
dikuasai karena dalam pembuatan ikatan silang, harus didahului dengan simpul tambat ini.
Padahal teknik kepramukaan ikatan silang termasuk salah satu syarat dalam SKU Penggalang
Ramu.

Simpul tambat atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai timber hitch sebenarnya sebuah
simpul yang sangat sederhana dalam tali temali. Kegunaannya, selain untuk memulai ikatan
silang juga untuk menautkan tali pada benda-benda lain, terutama benda-benda yang
berukuran besar.

Cara Membuat Simpul Tambat

Untuk mempelajari keterampilan kepramukaan bidang tali temali, simpul tambat, Blog
Pramuka ini menyajikan gambar-gambar tutorial langkah perlangkah dalam membuat simpul
tambat. Juga dilengkapi dengan animasi sederhana tentang pembuatan simpul tambat.

Mari kita mulai belajar membuat simpul tambat dengan memperhatikan gambar berikut:
Simpul Nelayan, Simpul Kembar, Simpul Inggris, atau Fisherman's Knot. Banyak nama yang
disandang oleh simpul ini. Selain itu simpul nelayan juga kerap disebut juga sebagai simpul portugis,
angler's knot, English knot, halibut knot, waterman's knot, serta portuguese knot. Namun diantara
abanyak nama tersebut tampaknya yang lebih familiar di Indonesia untuk menyebut nama simpul ini
adalah simpul kembar atau simpul nelayan.

Nama simpul kembar merujuk kepada bentuk simpul ini yang sebenarnya merupakan gabungan dari
dua buah simpul hidup. Sedangkan penyebutan sebagai simpul nelayan (fisherman's knot) selain
lantaran kerap digunakan sebagai penyambung nilon (tali) pancingan juga sering digunakan untung
menyambung dua utas tali yang dalam kondisi basah.

Cara Membuat Simpul Kembar atau Nelayan

Seperti diuraikan di awal, simpul nelayan, simpul kembar, simpul inggris, simpul portugis
(fisherman's knot) sebenarnya merupakan gabungan dari dua buah simpul hidup pada masing-
masing ujung dari dua utas tali. Sehingga cara membuat simpul ini sebenarnya sangat mudah dan
tidak sulit.

Cara membuat simpul ini adalah sebagai berikut:


Gambar simpul kembar

1. Sejajarkan dua buah utas tali


2. Buatlah simpul hidup pada utas tali pertama dengan badan tali kedua berada di tengah
sosoknya.
3. Buatlah simpul hidup pada utas tali kedua dengan badan tali pertama berada di tengah
sosoknya.
4. Tarik kedua utas tali sehingga kedua simpul hidup menjadi erat dan rapat.
Cara Menaksir Kecepatan Arus Air

Untuk melakukan teknik kepramukaan penaksiran kecepatan arus air, salah satunya bisa
menggunakan metode sebagai berikut:

1. Satu orang berdiri di titik A dan satu orang lagi berdiri di titik B (perhatikan gambar
di atas). Jarak antara A dan B harus ditentukan terlebih dahulu, semisal 1 meter, 5
meter, atau 10 meter tergantung kecepatan arus air, dimana semakin cepat arus lebih
baik semakin jauh.
2. Orang A (orang yang berdiri di titik A) membawa benda yang bisa terapung,
sedangkan orang B (orang yang berdiri di titik B) membawa pengukur waktu
(stopwatch atau jam).
3. Orang A menjatuhkan benda ke air. Bersamaan dengan itu Orang B menghidupkan
penghitung waktu dan mematikannya saat benda tersebut sampai di orang B.
4. Lakukan penghitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Rumus :

Di mana:

v = kecepatan; dengan satuan detik/meter; menit/meter; jam/km dll


s = jarak; dengan satuan meter, kilometer (km) dll
t = waktu; dengan satuan detik; menit; atau jam

Contoh :

jarak antara A dan B (s) 10 meter


waktu benda terapung mengalir dari A ke B (t) 3 menit
Maka kecepatannya adalah :
Jadi kecepatan arus air sungai tersebut adalah 3,33 meter/menit.

Melakukan Penaksiran Lebar dengan Metode Perbandingan Segitiga

Sebagaimana disampaikan di awal tulisan, banyak metode dan cara yang bisa dilakukan
untuk melakukan penaksiran lebar. Salah satu metode menaksir lebar adalah dengan
menggunakan metode perbandingan segitiga. Cara ini dianggap lebih sistematis, akurat, serta
mudah. Sehingga selain hasil yang dihasilkan mendekati kenyataan, pelaporan kinerja akan
lebih sistematis serta memudahkan dalam penilaian dan verifikasi ulang.

Dengan metode perbandingan segitiga ini, penaksiran dapat dilakukan menyesuaikan dengan
kondisi dan luas medan karena rumus perbandingan yang digunakan bersifat fleksibel.

Untuk melakukan penaksiran lebar dengan menggunakan metode perbandingan segitiga lihat
gambar dan langkah-langkah berikut ini:

Langkah-langkah menaksir lebar sungai:

1. Tentukan titik di seberang sungai yang mudah diingat semisal terdapat pohon, batu,
bangunan, atau rumpun semak. Ini berguna saat nanti dilakukan pengintaian di
langkah selanjutnya. Namai titik itu sebagai titik "A".
2. Tentutan titik "B" yang sejajar dengan titik "A". Tandai titik "B" dengan cara salah
satu teman berdiri di atasnya atau dengan obyek lain semisal tongkat yang
ditancapkan.
3. Tentukan titik "C" sambil mengukur jaraknya (bisa dengan langkah atau tongkat)
dengan menyusuri tepi sungai. Jarak antara titik "B" dan "C" terserah. Ingat, antara
titik "A, B, dan C" harus membentuk segitiga siku-siku dengan siku-siku berada di
titik "B".
4. Tandai titik "C" sebagaimana cara menandai titik "B".
5. Tentukan titik "D" dengan cara berjalan kembali sejauh setengah dari jarak "BC"
sehingga "CD = 1/2 BC". Seumpama jarak BC adalah 8 meter maka jarak CD sejauh
4 meter. Ingat, antara titik "B, C, dan D" harus merupakan garis lurus.
6. Tentukan titik "E" dengan cara berjalan ke arah kiri sehingga antara titik "C", "D",
dan "E" terbentuk segitiga siku-siku dengan sudut siku-siku di titik "D".
7. Saat berjalan menuju titik "E" intai atau bidik titik "A" melewati titik "C" sehingga
antara titik "E", "C", dan "A" terbentuk garis lurus. Jika telah terbentuk garis lurus
berhentilah dan tandai itu sebagai titik "E".
8. Ukur jarak antara titik "D" dan "E"
9. Untuk menghitung taksiran lebar sungai tinggal mengalikan dua jarak DE. Sehingga
jika jarak DE adalah 4,3 meter maka lebar sungai adalah 2 X 4,3 = 8,6 meter.

Sekarang tinggal membuat laporan penaksiran lebar sungai seperti berikut:

Perbandingan Fleksibel
Di awal pembahasan langkah-langkah penaksiran lebar sungai dengan metode perbandingan
segitiga dikatan bahwa metode ini bersifat fleksibel sehingga dapat menyesuaikan dengan
kondisi atau luas medan. Rumus metode ini memang fleksibel tidak harus "AB = 2 x DE"
namun rumus bisa juga dirubah menjadi:

"AB = DE"; di mana pada langkah ke-5 di atas, jarak CD tidak setengah BC tapi jarak
CD sama dengan jarak CD (Jika CD = 4 meter maka BC = 4 meter). Ini bisa dipilih
jika lokasi penaksiran luas atau sungai yang diukur agak semepit.
"AB = 4 x DE"; di mana pada langkah ke-5 di atas, jarak CD tidak setengah BC tetapi
jarak CD adalah seperempat CD (Jika CD = 4 meter maka BC = 2 meter). Ini bisa
dipilih jika lokasi penaksiran sempit atau sungai yang diukur sangat lebar.
Bahkan jika sungai yang hendak diukur lebih lebar lagi, mungkin bisa menggunakan
rumus "AB = 6 x DE"; "AB = 8 x DE"; bahkan "AB = 10 x DE";

Melakukan Penaksiran Tinggi Dengan Metode Perbandingan Segitiga

Dalam menaksir tinggi terdapat berbagai cara dan metode seperti metode menaksir tinggi
dengan menggunakan bantuan bayangan, metode segitiga siku-siku (45 derajat), dan lain
sebagainya. Pada kesempatan ini kita akan mempelajari menaksir tinggi dengan
menggunakan metode perbandingan segitiga. Metode ini memanfaatkan teori kesebangunan
segitiga. Dengan menggunakan metode menaksir ini, hasil yang didapat akan lebih akurat
serta memudahkan dalan verifikasi ulang ataupun pengecekan kembali (termasuk penilaian)
karena menggunakan rumus yang sistematis.

Namun menaksir tinggi dengan menggunakan metode perbandingan segitiga ini hanya bisa
dilakukan jika kondisi tanah di sekitar obyek yang ditaksir dalam kondisi datar. Jika kontur
tanah miring harus menggunakan metode yang lain karena hasilnya dipastikan tidak akan
akurat.

Diumpamakan sedang menaksir tinggi sebuah pohon. Untuk mempermudah penjelasan,


perhatikan gambar berikut:

Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:


1. Ukurlah dengan menggunakan tongkat pramuka (biasanya berukuran 160 cm) dari
pangkal pohon ke sebelah samping. Panjang ukuran terserah, menyesuaikan dengan
kondisi medan. Dalam kasus ini seumpama diukur sebanyak 5 tongkat yang berarti
sejauh 800 cm atau 8 meter (160 x 4 = 640). Tandai sebagai titik B.
2. Di titik B tersebut dirikan tongkat pramuka secara tegak lurus.
3. Intailah dari seberang titik C ke puncak pohon yang ditaksir tingginya (titik D)
melalui ujung atas tongkat (titik E) sehingga antara titik A, E, dan D membentuk
garis lurus.
4. Agar tercipta garis lurus rubah atau geser maju dan mundur titik pengintaian (titik A).
5. Jika telah terbentuk garis lurus antara titik A, E, dan D, ukurlah jarak antara titik B
dan A. Seumpama hasil pengukuran jarak AB adalah 190 cm.

Setelah semua langkah pengukuran dan pengintaian tersebut di atas dilakukan sekarang
saatnya melakukan penghitungan dengan menggunakan rumus perbandingan segitiga sebagai
berikut: CD = BE X (AB + BC) : AB. Tulislah dalam selembar kertas dilengkapi dengan
sketsa penaksiran. Lebih jelasnya seperti ini:

Diketahui : BE = 160 cm (tongkat pramuka)


AB = 190 cm
BC = 640 cm
Ditanya : CD = Tinggi Pohon?
Jawab : CD = BE X (AB + BC) : AB
160 X (190 + 640) : 190
160 X 830 : 190
132.800 : 190
698,9474 cm

dibulatkan menjadi 699 cm atau 6,9 meter

Jadi tinggi pohon adalah 6,9 meter


Dari hasil penaksiran tersebut kita dapatkan hasil kira-kira tinggi pohon adalah 699 cm atau
6,9 meter (1 meter = 100 cm, berarti 699 dibagi 100 = 6,99). Yang perlu diperhatikan agar
dalam melakukan penaksiran tinggi mendapatkan hasil yang paling akurat adalah:

1. Saat melakukan pengintaian, posisi mata harus sedekat mungkin dengan tanah. Untuk
itu sentuhkan kepala ke tanah dan pejamkan mata yang sebelah atas sehingga
pengintaian (pembidikan) menggunakan satu mata yang terdekat dengan tanah.
2. Posisi tongkat (BE) saat pembidikan harus benar-benar tegak lurus dengan tanah
jangan miring.

Pada langkah-langkah di atas posisi titik BE tidak berubah. Jika pengintaian belum
menghasilkan garis AED yang lurus, lokasi pengintaian (titik A) yang diubah maju atau
mundur. Bagi beberapa pramuka ada yang memilih titik A (lokasi pengintaian) sebagai titik
statis statis yang tidak berubah-rubah lokasinya sebaliknya titik BE (tongkat) berubah maju
mundur hingga pengintaian menghasilkan garis AED yang lurus. Jika memilih langkah
yang demikian pengukuran titik AB dan BC dilakukan setelah pengintaian selesai.
SANDI

SANDI JAM

Deret waktu yang disusun berdasarkan waktu awal dan interval waktu tersebut kemudian kita
konversikan dengan susunan alfabet secara berurutan sehingga tersusun menjadi 07.00 = A;
07.05 = B; 07.10 = C; 07.15 = D; dan seterusnya. Atau selengkapnya tampak seperti tabel
berikut:

Dengan tabel itu sekarang kita tinggal mengonversi jam-jam dalam soal sandi jam menjadi
huruf, kata, dan kalimat yang utuh. 08.15 = P; 08.25 = R; 07.00 = A; 08.00 = M; 08.40 = U;
07.50 = K, dan 07.00 = A. Terbacalah kata pertama dalam sandi jam tersebut; PRAMUKA.
Silakan coba konversi dan baca kata kedua dan ketiga dalam sandi jam di atas kemudian
susunlah ketiga katanya menjadi sebuah kalimat yang utuh.

Yang perlu diingat saat mengerjakan sandi jam adalah:

1. Waktu awal dan interval waktu akan terserah Si Pembuat Sandi.


2. Kadang kala interval waktu tidak dinyatakan secara langsung semisal Pertemuan
pertama dilaksanakan pukul 09.00, pertemuan kedua pada pukul 09.15, sedangkan
pertemuan ketiga pada pukul 09.30. Dari kata kunci tersebut waktu awal adalah pukul
09.00 = huruf A, pukul 09.15 adalah huruf berikutnya (B), dan pukul 09.30 adalah
huruf ketiga (C).

SANDI KOORDINAT

Penggalan kata kunci, "x/y = KEMAH MESRA inilah yang nantinya berguna dalam
memecahkan sandi koordinat ini. Kalimat tersebut mempunyai arti kata "KEMAH" menjadi
sumbu X sedangkan kata "MESRA" menjadi sumbu Y. Hingga kita bisa memecahkan sandi
ini dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Buatlah sebuah sistem koordinat kartesius dengan menggunakan kata "KEMAH"


sebagai sumbu X dan kata "MESRA" sebagai sumbu Y.
2. Isikan deret abjat dari A hingga Z pada sistem koordinat tersebut. Lihat gambar:
3. Jika tidak mencukupi, gunakan cell terakhir untuk dua huruf sekaligus yaitu Y dan Z
4. Gunakan gambar tersebut untuk memecahkan soal sandi dengan cara:
1. Soal pertama: AR, tarik garis dari huruf "A" (dari kata KEMAH) secara
vertikal (ke bawah) kemudian tarik garis dari huruf R (dari kata MESRA)
secara horisontal (ke samping). Garis akan bersilangan pada salah satu dari
deret abjad (A-Z) yaitu huruf "S". Berarti AR = S.
2. Lakukan hal sama dengan soal selanjutnya yaitu "KM". Tarik garis dari huruf
"K" (dari kata KEMAH) secara vertikal (ke bawah) kemudian tarik garis dari
huruf M (dari kata MESRA) secara horisontal (ke samping). Garis akan
bersilangan pada salah satu dari deret abjad (A-Z) yaitu huruf "A". Berarti KM
= A.
3. Lakukan hal yang sama hingga semua soal terbaca.
5. Setelah semua soal terpecahkan kita akan mendapatkan hasil sebagai berikut: AR = S;
KM = A; HR = T; HA = Y atau Z; KM = A. Sehingga jika disusun akan terbaca
menjadi SATYA.

SANDI KIMIA

Untuk membaca sandi kimia, seperti hanya dengan sandi lainnya, yang harus dipahami
terlebih dahulu adalah Kata Kunci yang berisikan petunjuk atau perintah pengerjaan sandi.
Kata Kunci dari contoh sandi di atas adalah "Titik Hidup, Strip Mati".

"Titik Hidup, Strip Mati" mempunyai arti bahwa lambang titik dalam kode morse
dilambangkan dengan huruf-huruf hidup atau vokal yang meliputi A, I, U, E, O
sedangkan sebaliknya lambang strip dalam kode morse dilambangkan dengan huruf-
huruf mati atau konsonan semisal B, C, D, F, G, dll. Contoh: OH = .-
Angka besar yang terdapat dalam soal menunjukkan bahwa huruf di belakangnya
ganda atau dobel. Contoh: OC2O = OCOO = .-..
Angka kecil yang terdapat dalam soal sandi kimia menunjukkan huruf di depannya
ganda atau dobel. Contoh: HO2 = HOO = -..

Dari soal sandi kimia di atas bisa dibaca sebagai berikut:


HO2 = HOO = -.. = D
OH = .- = A
OC2O = OCOO = .-.. = L
OK = .- = A
C2 = CC = -- = M

Dari lima huruf awal sudah terbaca kata "DALAM". Untuk huruf-huruf selanjutnya dalam
sandi kimia ini tentunnya sudah bisa dikerjakan sendiri oleh para pembaca.

SANDI RUMPUT

Untuk jelasnya perhatikan contoh sandi rumput berikut ini.

Garis pendek dan tinggi di atas melambangkan titik dan strip dalam kode morse. Dimana
garis pendek merupakan titik dan garis tinggi melambangkan strip. Titik dan strip ini nanti
kemudian dibaca dengan menggunakan kode morse. Untuk memisahkan antar huruf
dipergunakan tanda tanda pemisah berupa garis mendatar.

Jika belum menguasai kode morse, silakan baca dan pelajari artikel "Cara Cepat dan Mudah
Membaca Morse".

Dalam contoh sandi rumput di atas, sandi baris pertama terdiri atas 8 huruf. Masing-masing
huruf dipisahkan dengan garis mendatar. Mari coba kita pelajari satu persatu:

Huruf pertama terdiri atas dua garis yaitu 'garis pendek' + 'garis tinggi' yang jika
ditulis dalam kode morse menjadi . - (titik strip). Dalam kode morse . - berarti huruf
"A"
Huruf kedua terdiri atas tiga garis yaitu 'garis panjang' + 'garis pendek' + 'garis
panjang' yang jika ditulis dalam kode morse menjadi - . - (strip titik strip). Dalam
kode morse -.- berarti huruf "K".
Huruf ketiga terdiri atas tiga garis yaitu 'garis pendek' + 'garis pendek' + 'garis tinggi'
yang jika ditulis dalam kode morse menjadi ..- (titik titik strip). Dalam kode morse ..-
berarti huruf "U"
Huruf keempat terdiri atas dua garis yaitu 'garis tinggi' + 'garis tinggi' atau -- (strip
strip). Dalam kode morse -- = "M".
Huruf kelima sama seperti huruf pertama yaitu dua garis yaitu 'garis pendek' + 'garis
tinggi' atau ,- (titik strip). Dalam morse .- = "A".
Huruf keenam terdiri atas tiga garis yaitu 'garis pendek' + 'garis pendek' + 'garis
pendek' atau ... (titik titik titik) yang berarti huruf "S".
Huruf ketujuh terdiri atas tiga garis yaitu 'garis pendek + 'garis pendek' + 'garis tinggi'
atau ..- (titik titik strip) yang berarti huruf "U".
Huruf kedelapan terdiri atas tiga huruf yaitu 'garis tinggi' + 'garis pendek' + 'garis
tinggi' atau -.- (strip titik strip) yang berarti huruf K.

Dari hasil membaca sandi rumput baris pertama tersebut kita menemukan huruf-huruf yang
jika disusun berurutan akan membentuk kata 'AKU MASUK'.

Besar
No Nama Indonesia Sing. Nama Inggris Sing.
Derajat
1 Utara U North N 0 atau 3600
0

2 Utara Timur Laut UTL North Northeast NNE 022.50


3 Timur Laut TL Northeast NE 450
4 Timur Timur Laut TTL East Northeast ENE 67.50
5 Timur T East E 900
6 Timur Menenggara TM East Southeast ESE 112.50
7 Tenggara TG Southeast SE 1350
8 Selatan Menenggara SM South Southeast SSE 157.50
9 Selatan S South S 1800
10 Selatan Barat Daya SBD South Southwest SSW 202.50
11 Barat Daya BD Southwest SW 2250
12 Barat Barat Daya BBD West Southwest WSW 247.50
13 Barat B West W 2700
14 Barat Barat Laut BBL West Northwest WNW 292.50
15 Barat Laut BL Northwest NW 3150
16 Utara Barat Laut UBL North Northwest NNW 337.50

Mengenal Pengertian dan Fungsi Kompas

Kompas adalah alat navigasi untuk menetapkan arah mata angin. Prinsip kerjanya berupa
panah penunjuk magnetis yang memberikan rujukan arah tertentu yang menyelaraskan
dengan medan magnet bumi secara akurat. Fungsi utama kompas adalah untuk menentukan
atau mengetahui arah dan besaran derajat suatu arah. Juga untuk mengetahui lokasi suatu
medan berdasarkan peta.

Jenis-Jenis Kompas
Kompas dibedakan menjadi dua jenis yaitu kompas analog dan kompas digital.

1. Kompas Analog
Kompas analog adalah kompas yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk oleh para anggota pramuka. Penggunaan kompas analog secara manual,
yaitu dengan menyelaraskan jarus kompas yang terdapat di dalamnya. Kompas analog
terdiri atas beberapa jenis, seperti:
1. Kompas Lensa
Kompas lensa merupakan kompas yang dilengkapi dengan lensa biconcave
yang berfungsi untuk mempermudah dalam pembacaannya. Umumnya
kompas lensa berbentuk sederhana, ringan, dan harganya lebih murah.
Namun validitas pengukuran besarnya sudut kompas kurang akurat.
2. Kompas Bidik (Kompas Prisma)
Kompas bidik atau disebut juga sebagai kompas prisma adalah kompas yang
berfungsi sebagai pembidik besar derajat pada sebuah medan (bentang alam
sebenarnya) untuk diproyeksikan dalam peta. Jenis kompas ini yang sering
digunakan dalam kegiatan-kegiatan alam termasuk dalam kepramukaan.
3. Kompas Orientering (Kompas Silva)
Kompas orientaring atau kompas silva adalah kompas yang digunakan dalam
orientasi (penghitungan dan pembacaan peta secara langsung), Kompas ini
umumnya memiliki badan (wadah) transparan memudahkan pembacaan
terhadap peta yang ditaruh di bawahnya.
2. Kompas Digital
Kompas digital adalah kompas yang bekerja secara digital. Jenis ini biasanya
disertakan sebagai sistem navigasi dalam dunia robotika atau dalam gadget-gadget
elektronik.

Kompas Bidik
Kompas Bidik

Kompas Lensa

Kompas Silva

Bagian-bagian Kompas

Bagian-bagian kompas yang akan kita pelajari kali ini adalah bagian-bagian pada kompas
bidik atau kompas prisma karena kompas jenis inilah yang paling sering digunakan dalam
kegiatan-kegiatan kepramukaan.
bagian-bagian kompas bidik

Kompas bidik memiliki bagian-bagian sebagai berikut:

1. Dial (permukaan tempat angka dan huruf). Pada dial terdapat satuan derajat mulai dari
0 360 dan huruf: N (north ), E (east) W, (west), S (south).
2. Tutup dial dengan dua garis bersudut 45 (dapat di putar)
3. Visir (lubang dengan kawat halus pembidik sasaran)
4. Kaca pembesar (untuk melihat derajat kompas)
5. Jarum penunjuk (selalu menunjuk utara magnet)
6. Alat penggantung (tempat ibu jari untuk menopang kompas saat membidik).

Cara Menggunakan Kompas Bidik

Cara menggunakan kompas bidik secara lebih detail akan dibahas dalam artikel tersendiri.
Secara singkat dan sederhana, cara mengguakan kompas bidik adalah sebagai berikut:

1. Letakkan Kompas di atas permukaan yang datar, setelah jarum Kompas tidak
bergerak maka jarum tersebut menunjuk arah utara magnet.
2. Bidik sasaran dengan menggunakan visir, melalui celah pada kaca pembesar, setelah
itu miringkan kaca pembesar kira-kira bersudut 50 dengan kaca dial.
3. Apabila visir diragukan karena kurang jelas terlihat dari kaca pembesar, luruskan
garis yang terdapat pada tutup dial ke arah visir, searah dengan sasaran bidik agar
mudah terlihat melalui kaca pembesar.
4. Apabila sasaran bidik 30 maka bidiklah ke arah 30. Sebelum menuju sasaran,
tetapkan terlebih dahulu titik sasaran sepanjang jalur 30. Carilah sebuah benda yang
menonjol/tinggi diantara benda lain disekitarnya, sebab route ke 30 tidak selalu datar
atau kering, kadang-kadang berbencah-bencah. Ditempat itu kita melambung (keluar
dari route) dengan tidak kehilangan jalur menuju 30.
5. Sebelum bergerak ke arah sasaran bidik, perlu ditetapkan terlebih dahulu Sasaran
Balik (Back Azimuth atau Back Reading) agar kita dapat kembali kepangkalan
apabila tersesat dalam perialanan. Menentukan sasaran balik dengan rumus:
1. Apabila sasaran kurang dari 180 = ditambah 180. Contoh: 30 sasaran
baliknya adalah 30 + 180 = 210.
2. Apabila sasaran lebih dari 1800 = dikurang 180. Contoh: 240 sasaran
baliknya adalah 240 - 180 = 60

Itulah berbagai hal terkait dengan jenis-jenis kompas, bagian-bagian kompas, fungsi kompas,
dan cara menggunakan kompas. Semoga artikel tentang jenis, bagian, dan fungsi kompas ini
bisa membantu para pramuka dalam mengenal dan menggunakan kompas sehingga akan
mempermudah dalam berbagai teknik kepramukaan atau scouting skill.

Anda mungkin juga menyukai