Simpul hidup digunakan sebagai simpul pada ujung tali untuk menjaga agar jalinan tali di
ujung tali tidak terurai serta menjaga tali dari pergeseran. Di kepramukaan, simpul hidup
termasuk salah satu simpul yang harus dikuasai oleh para pramuka. Simpul ini termasuk salah
satu simpul yang diujikan dalam Syarat Kecakapan Umum baik untuk pramuka siaga (SKU
Bantu Nomor 34) maupun SKU Penggalang (SKU Penggalang Ramu Nomor 23).
Simpul mati atau reef knot (disebut juga sebagai square knot) merupakan salah satu simpul
mendasar dalam kepramukaan dan kehidupan sehari-hari. Bagi seorang pramuka baik
pramuka siaga, pramuka penggalang, pramuka penegak maupun pandega seharusnya
menguasai simpul mati ini.
Kegunaan simpul mati adalah untuk menyambung dua buah tali yang sama besar dan dalam
keadaan kering. Ini berbeda dengan simpul anyam yang digunakan untuk menyambung dua
buah tali yang besarnya berbeda. Ataupun dengan simpul nelayan (simpul Inggris) yang
digunakan untuk menyambung tali yang basah atau licin. Di samping untuk menyambung
tali, simpul mati juga digunakan untuk menali perban segi tiga (mitela) saat melakukan
PPPK. Dengan fungsi dan kegunaannya, simpul mati akan sangat sering digunakan oleh
seorang pramuka baik ketika mengikuti kegiatan kepramukaan maupun di kehidupan sehari-
hari.
Setelah mengetahui kegunaan simpul mati, sekarang saatnya seorang pramuka belajar cara
membuat simpul mati. Caranya gampang, silakan lihat gambar berikut:
Membuat simpul anyam atau sheet bend menjadi salah satu teknik kepramukaan bidang tali
temali yang paling dasar. Bersama dengan simpul mati, simpul hidup, simpul pangkal, simpul
jangkar, dan beberapa lagi, simpul anyam akan sangat sering dipakai dalam kegiatan tali
temali di kepramukaan. Karena peran pentingnya itu para pramuka, mulai dari siaga,
penggalang, maupun anggota dewasa, sudah selayaknya menguasai dengan benar teknik
pembuatan simpul anyam (sheet bend ).
Simpul anyam digunakan untuk menyambung dua buah utas tali kering yang ukurannya tidak
sama besar. Dalam arti, jika ingin menyambung dua utas tali di mana yang satu berukuran
besar dan satunya lagi berukuran kecil, gunakanlah simpul anyam.
Untuk membuat simpul anyam atau sheet bend tidaklah sulit. Caranya adalah:
Membuat simpul jangkar atau cow hitch menjadi salah satu simpul dalam teknik
kepramukaan bidang tali temali yang sering dipraktekkan. Baik pada pramuka siaga,
penggalang, penegak hingga pandega diharapkan menguasai simpul jangkar ini. Apalagi
simpul jangkar menjadi salah satu simpul yang diujikan dalam Syarat Kecakapan Umum.
Simpul jangkar (cow hitch) kerap digunakan untuk menautkan tali pada benda lain secara
cepat, mengikat jangkar, hingga membuat usungan darurat atau dragbar bersama dengan
simpul pangkal dan ikatan palang.
Untuk membuat simpul jangkar atau cow hitch sangat mudah. Ada beberapa cara dalam
membuat simpul jangkar. Cara yang paling umum dan dianjurkan adalah sebagai berikut:
Membuat simpul jangkar atau cow hitch menjadi salah satu simpul dalam teknik
kepramukaan bidang tali temali yang sering dipraktekkan. Baik pada pramuka siaga,
penggalang, penegak hingga pandega diharapkan menguasai simpul jangkar ini. Apalagi
simpul jangkar menjadi salah satu simpul yang diujikan dalam Syarat Kecakapan Umum.
Simpul jangkar (cow hitch) kerap digunakan untuk menautkan tali pada benda lain secara
cepat, mengikat jangkar, hingga membuat usungan darurat atau dragbar bersama dengan
simpul pangkal dan ikatan palang.
Untuk membuat simpul jangkar atau cow hitch sangat mudah. Ada beberapa cara dalam
membuat simpul jangkar. Cara yang paling umum dan dianjurkan adalah sebagai berikut:
Membuat simpul jangkar atau cow hitch menjadi salah satu simpul dalam teknik
kepramukaan bidang tali temali yang sering dipraktekkan. Baik pada pramuka siaga,
penggalang, penegak hingga pandega diharapkan menguasai simpul jangkar ini. Apalagi
simpul jangkar menjadi salah satu simpul yang diujikan dalam Syarat Kecakapan Umum.
Simpul jangkar (cow hitch) kerap digunakan untuk menautkan tali pada benda lain secara
cepat, mengikat jangkar, hingga membuat usungan darurat atau dragbar bersama dengan
simpul pangkal dan ikatan palang.
Untuk membuat simpul jangkar atau cow hitch sangat mudah. Ada beberapa cara dalam
membuat simpul jangkar. Cara yang paling umum dan dianjurkan adalah sebagai berikut:
Simpul tiang sebenarnya sama dengan simpul anyam, perbedaannya hanya pada posisi dan
manfaatnya atau kegunaannya. Jika simpul anyam dibuat dengan dua dua ujung dari dua utas
tali (antara ujung dengan ujung tali) berbeda dengan simpul tiang yang dibuat dengan satu
utas tali dimana simpul dibuat antara ujung tali dengan badan tali. Namun jika diperhatikan
bentuk tautan talinya sama.
Manfaat dari simpul tiang adalah untuk membuat sebuah sosok (mata tali) yang
kedudukannya tetap (tidak bergeser) atau untuk mengikat sesuatu yang membutuhkan
keleluasaan bergerak semisal leher binatang. Dengan simpul tiang, sosok yang terbuat akan
tetap dan tidak bergeser (menciut atau melonggar) sehingga leher binatang tidak terjerat.
Untuk membuat simpul tiang caranya tidak sulit. Perhatikan terlebih dahulu gambar berikut:
Membuat simpul tambat (timber hitch) memang tidak termasuk salah satu materi dalam ujian
SKU, lain halnya dengan simpul pangkal dan simpul tiang. Namun simpul tambat pun harus
dikuasai karena dalam pembuatan ikatan silang, harus didahului dengan simpul tambat ini.
Padahal teknik kepramukaan ikatan silang termasuk salah satu syarat dalam SKU Penggalang
Ramu.
Simpul tambat atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai timber hitch sebenarnya sebuah
simpul yang sangat sederhana dalam tali temali. Kegunaannya, selain untuk memulai ikatan
silang juga untuk menautkan tali pada benda-benda lain, terutama benda-benda yang
berukuran besar.
Untuk mempelajari keterampilan kepramukaan bidang tali temali, simpul tambat, Blog
Pramuka ini menyajikan gambar-gambar tutorial langkah perlangkah dalam membuat simpul
tambat. Juga dilengkapi dengan animasi sederhana tentang pembuatan simpul tambat.
Mari kita mulai belajar membuat simpul tambat dengan memperhatikan gambar berikut:
Simpul Nelayan, Simpul Kembar, Simpul Inggris, atau Fisherman's Knot. Banyak nama yang
disandang oleh simpul ini. Selain itu simpul nelayan juga kerap disebut juga sebagai simpul portugis,
angler's knot, English knot, halibut knot, waterman's knot, serta portuguese knot. Namun diantara
abanyak nama tersebut tampaknya yang lebih familiar di Indonesia untuk menyebut nama simpul ini
adalah simpul kembar atau simpul nelayan.
Nama simpul kembar merujuk kepada bentuk simpul ini yang sebenarnya merupakan gabungan dari
dua buah simpul hidup. Sedangkan penyebutan sebagai simpul nelayan (fisherman's knot) selain
lantaran kerap digunakan sebagai penyambung nilon (tali) pancingan juga sering digunakan untung
menyambung dua utas tali yang dalam kondisi basah.
Seperti diuraikan di awal, simpul nelayan, simpul kembar, simpul inggris, simpul portugis
(fisherman's knot) sebenarnya merupakan gabungan dari dua buah simpul hidup pada masing-
masing ujung dari dua utas tali. Sehingga cara membuat simpul ini sebenarnya sangat mudah dan
tidak sulit.
Untuk melakukan teknik kepramukaan penaksiran kecepatan arus air, salah satunya bisa
menggunakan metode sebagai berikut:
1. Satu orang berdiri di titik A dan satu orang lagi berdiri di titik B (perhatikan gambar
di atas). Jarak antara A dan B harus ditentukan terlebih dahulu, semisal 1 meter, 5
meter, atau 10 meter tergantung kecepatan arus air, dimana semakin cepat arus lebih
baik semakin jauh.
2. Orang A (orang yang berdiri di titik A) membawa benda yang bisa terapung,
sedangkan orang B (orang yang berdiri di titik B) membawa pengukur waktu
(stopwatch atau jam).
3. Orang A menjatuhkan benda ke air. Bersamaan dengan itu Orang B menghidupkan
penghitung waktu dan mematikannya saat benda tersebut sampai di orang B.
4. Lakukan penghitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus :
Di mana:
Contoh :
Sebagaimana disampaikan di awal tulisan, banyak metode dan cara yang bisa dilakukan
untuk melakukan penaksiran lebar. Salah satu metode menaksir lebar adalah dengan
menggunakan metode perbandingan segitiga. Cara ini dianggap lebih sistematis, akurat, serta
mudah. Sehingga selain hasil yang dihasilkan mendekati kenyataan, pelaporan kinerja akan
lebih sistematis serta memudahkan dalam penilaian dan verifikasi ulang.
Dengan metode perbandingan segitiga ini, penaksiran dapat dilakukan menyesuaikan dengan
kondisi dan luas medan karena rumus perbandingan yang digunakan bersifat fleksibel.
Untuk melakukan penaksiran lebar dengan menggunakan metode perbandingan segitiga lihat
gambar dan langkah-langkah berikut ini:
1. Tentukan titik di seberang sungai yang mudah diingat semisal terdapat pohon, batu,
bangunan, atau rumpun semak. Ini berguna saat nanti dilakukan pengintaian di
langkah selanjutnya. Namai titik itu sebagai titik "A".
2. Tentutan titik "B" yang sejajar dengan titik "A". Tandai titik "B" dengan cara salah
satu teman berdiri di atasnya atau dengan obyek lain semisal tongkat yang
ditancapkan.
3. Tentukan titik "C" sambil mengukur jaraknya (bisa dengan langkah atau tongkat)
dengan menyusuri tepi sungai. Jarak antara titik "B" dan "C" terserah. Ingat, antara
titik "A, B, dan C" harus membentuk segitiga siku-siku dengan siku-siku berada di
titik "B".
4. Tandai titik "C" sebagaimana cara menandai titik "B".
5. Tentukan titik "D" dengan cara berjalan kembali sejauh setengah dari jarak "BC"
sehingga "CD = 1/2 BC". Seumpama jarak BC adalah 8 meter maka jarak CD sejauh
4 meter. Ingat, antara titik "B, C, dan D" harus merupakan garis lurus.
6. Tentukan titik "E" dengan cara berjalan ke arah kiri sehingga antara titik "C", "D",
dan "E" terbentuk segitiga siku-siku dengan sudut siku-siku di titik "D".
7. Saat berjalan menuju titik "E" intai atau bidik titik "A" melewati titik "C" sehingga
antara titik "E", "C", dan "A" terbentuk garis lurus. Jika telah terbentuk garis lurus
berhentilah dan tandai itu sebagai titik "E".
8. Ukur jarak antara titik "D" dan "E"
9. Untuk menghitung taksiran lebar sungai tinggal mengalikan dua jarak DE. Sehingga
jika jarak DE adalah 4,3 meter maka lebar sungai adalah 2 X 4,3 = 8,6 meter.
Perbandingan Fleksibel
Di awal pembahasan langkah-langkah penaksiran lebar sungai dengan metode perbandingan
segitiga dikatan bahwa metode ini bersifat fleksibel sehingga dapat menyesuaikan dengan
kondisi atau luas medan. Rumus metode ini memang fleksibel tidak harus "AB = 2 x DE"
namun rumus bisa juga dirubah menjadi:
"AB = DE"; di mana pada langkah ke-5 di atas, jarak CD tidak setengah BC tapi jarak
CD sama dengan jarak CD (Jika CD = 4 meter maka BC = 4 meter). Ini bisa dipilih
jika lokasi penaksiran luas atau sungai yang diukur agak semepit.
"AB = 4 x DE"; di mana pada langkah ke-5 di atas, jarak CD tidak setengah BC tetapi
jarak CD adalah seperempat CD (Jika CD = 4 meter maka BC = 2 meter). Ini bisa
dipilih jika lokasi penaksiran sempit atau sungai yang diukur sangat lebar.
Bahkan jika sungai yang hendak diukur lebih lebar lagi, mungkin bisa menggunakan
rumus "AB = 6 x DE"; "AB = 8 x DE"; bahkan "AB = 10 x DE";
Dalam menaksir tinggi terdapat berbagai cara dan metode seperti metode menaksir tinggi
dengan menggunakan bantuan bayangan, metode segitiga siku-siku (45 derajat), dan lain
sebagainya. Pada kesempatan ini kita akan mempelajari menaksir tinggi dengan
menggunakan metode perbandingan segitiga. Metode ini memanfaatkan teori kesebangunan
segitiga. Dengan menggunakan metode menaksir ini, hasil yang didapat akan lebih akurat
serta memudahkan dalan verifikasi ulang ataupun pengecekan kembali (termasuk penilaian)
karena menggunakan rumus yang sistematis.
Namun menaksir tinggi dengan menggunakan metode perbandingan segitiga ini hanya bisa
dilakukan jika kondisi tanah di sekitar obyek yang ditaksir dalam kondisi datar. Jika kontur
tanah miring harus menggunakan metode yang lain karena hasilnya dipastikan tidak akan
akurat.
Setelah semua langkah pengukuran dan pengintaian tersebut di atas dilakukan sekarang
saatnya melakukan penghitungan dengan menggunakan rumus perbandingan segitiga sebagai
berikut: CD = BE X (AB + BC) : AB. Tulislah dalam selembar kertas dilengkapi dengan
sketsa penaksiran. Lebih jelasnya seperti ini:
1. Saat melakukan pengintaian, posisi mata harus sedekat mungkin dengan tanah. Untuk
itu sentuhkan kepala ke tanah dan pejamkan mata yang sebelah atas sehingga
pengintaian (pembidikan) menggunakan satu mata yang terdekat dengan tanah.
2. Posisi tongkat (BE) saat pembidikan harus benar-benar tegak lurus dengan tanah
jangan miring.
Pada langkah-langkah di atas posisi titik BE tidak berubah. Jika pengintaian belum
menghasilkan garis AED yang lurus, lokasi pengintaian (titik A) yang diubah maju atau
mundur. Bagi beberapa pramuka ada yang memilih titik A (lokasi pengintaian) sebagai titik
statis statis yang tidak berubah-rubah lokasinya sebaliknya titik BE (tongkat) berubah maju
mundur hingga pengintaian menghasilkan garis AED yang lurus. Jika memilih langkah
yang demikian pengukuran titik AB dan BC dilakukan setelah pengintaian selesai.
SANDI
SANDI JAM
Deret waktu yang disusun berdasarkan waktu awal dan interval waktu tersebut kemudian kita
konversikan dengan susunan alfabet secara berurutan sehingga tersusun menjadi 07.00 = A;
07.05 = B; 07.10 = C; 07.15 = D; dan seterusnya. Atau selengkapnya tampak seperti tabel
berikut:
Dengan tabel itu sekarang kita tinggal mengonversi jam-jam dalam soal sandi jam menjadi
huruf, kata, dan kalimat yang utuh. 08.15 = P; 08.25 = R; 07.00 = A; 08.00 = M; 08.40 = U;
07.50 = K, dan 07.00 = A. Terbacalah kata pertama dalam sandi jam tersebut; PRAMUKA.
Silakan coba konversi dan baca kata kedua dan ketiga dalam sandi jam di atas kemudian
susunlah ketiga katanya menjadi sebuah kalimat yang utuh.
SANDI KOORDINAT
Penggalan kata kunci, "x/y = KEMAH MESRA inilah yang nantinya berguna dalam
memecahkan sandi koordinat ini. Kalimat tersebut mempunyai arti kata "KEMAH" menjadi
sumbu X sedangkan kata "MESRA" menjadi sumbu Y. Hingga kita bisa memecahkan sandi
ini dengan langkah-langkah sebagai berikut:
SANDI KIMIA
Untuk membaca sandi kimia, seperti hanya dengan sandi lainnya, yang harus dipahami
terlebih dahulu adalah Kata Kunci yang berisikan petunjuk atau perintah pengerjaan sandi.
Kata Kunci dari contoh sandi di atas adalah "Titik Hidup, Strip Mati".
"Titik Hidup, Strip Mati" mempunyai arti bahwa lambang titik dalam kode morse
dilambangkan dengan huruf-huruf hidup atau vokal yang meliputi A, I, U, E, O
sedangkan sebaliknya lambang strip dalam kode morse dilambangkan dengan huruf-
huruf mati atau konsonan semisal B, C, D, F, G, dll. Contoh: OH = .-
Angka besar yang terdapat dalam soal menunjukkan bahwa huruf di belakangnya
ganda atau dobel. Contoh: OC2O = OCOO = .-..
Angka kecil yang terdapat dalam soal sandi kimia menunjukkan huruf di depannya
ganda atau dobel. Contoh: HO2 = HOO = -..
Dari lima huruf awal sudah terbaca kata "DALAM". Untuk huruf-huruf selanjutnya dalam
sandi kimia ini tentunnya sudah bisa dikerjakan sendiri oleh para pembaca.
SANDI RUMPUT
Garis pendek dan tinggi di atas melambangkan titik dan strip dalam kode morse. Dimana
garis pendek merupakan titik dan garis tinggi melambangkan strip. Titik dan strip ini nanti
kemudian dibaca dengan menggunakan kode morse. Untuk memisahkan antar huruf
dipergunakan tanda tanda pemisah berupa garis mendatar.
Jika belum menguasai kode morse, silakan baca dan pelajari artikel "Cara Cepat dan Mudah
Membaca Morse".
Dalam contoh sandi rumput di atas, sandi baris pertama terdiri atas 8 huruf. Masing-masing
huruf dipisahkan dengan garis mendatar. Mari coba kita pelajari satu persatu:
Huruf pertama terdiri atas dua garis yaitu 'garis pendek' + 'garis tinggi' yang jika
ditulis dalam kode morse menjadi . - (titik strip). Dalam kode morse . - berarti huruf
"A"
Huruf kedua terdiri atas tiga garis yaitu 'garis panjang' + 'garis pendek' + 'garis
panjang' yang jika ditulis dalam kode morse menjadi - . - (strip titik strip). Dalam
kode morse -.- berarti huruf "K".
Huruf ketiga terdiri atas tiga garis yaitu 'garis pendek' + 'garis pendek' + 'garis tinggi'
yang jika ditulis dalam kode morse menjadi ..- (titik titik strip). Dalam kode morse ..-
berarti huruf "U"
Huruf keempat terdiri atas dua garis yaitu 'garis tinggi' + 'garis tinggi' atau -- (strip
strip). Dalam kode morse -- = "M".
Huruf kelima sama seperti huruf pertama yaitu dua garis yaitu 'garis pendek' + 'garis
tinggi' atau ,- (titik strip). Dalam morse .- = "A".
Huruf keenam terdiri atas tiga garis yaitu 'garis pendek' + 'garis pendek' + 'garis
pendek' atau ... (titik titik titik) yang berarti huruf "S".
Huruf ketujuh terdiri atas tiga garis yaitu 'garis pendek + 'garis pendek' + 'garis tinggi'
atau ..- (titik titik strip) yang berarti huruf "U".
Huruf kedelapan terdiri atas tiga huruf yaitu 'garis tinggi' + 'garis pendek' + 'garis
tinggi' atau -.- (strip titik strip) yang berarti huruf K.
Dari hasil membaca sandi rumput baris pertama tersebut kita menemukan huruf-huruf yang
jika disusun berurutan akan membentuk kata 'AKU MASUK'.
Besar
No Nama Indonesia Sing. Nama Inggris Sing.
Derajat
1 Utara U North N 0 atau 3600
0
Kompas adalah alat navigasi untuk menetapkan arah mata angin. Prinsip kerjanya berupa
panah penunjuk magnetis yang memberikan rujukan arah tertentu yang menyelaraskan
dengan medan magnet bumi secara akurat. Fungsi utama kompas adalah untuk menentukan
atau mengetahui arah dan besaran derajat suatu arah. Juga untuk mengetahui lokasi suatu
medan berdasarkan peta.
Jenis-Jenis Kompas
Kompas dibedakan menjadi dua jenis yaitu kompas analog dan kompas digital.
1. Kompas Analog
Kompas analog adalah kompas yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk oleh para anggota pramuka. Penggunaan kompas analog secara manual,
yaitu dengan menyelaraskan jarus kompas yang terdapat di dalamnya. Kompas analog
terdiri atas beberapa jenis, seperti:
1. Kompas Lensa
Kompas lensa merupakan kompas yang dilengkapi dengan lensa biconcave
yang berfungsi untuk mempermudah dalam pembacaannya. Umumnya
kompas lensa berbentuk sederhana, ringan, dan harganya lebih murah.
Namun validitas pengukuran besarnya sudut kompas kurang akurat.
2. Kompas Bidik (Kompas Prisma)
Kompas bidik atau disebut juga sebagai kompas prisma adalah kompas yang
berfungsi sebagai pembidik besar derajat pada sebuah medan (bentang alam
sebenarnya) untuk diproyeksikan dalam peta. Jenis kompas ini yang sering
digunakan dalam kegiatan-kegiatan alam termasuk dalam kepramukaan.
3. Kompas Orientering (Kompas Silva)
Kompas orientaring atau kompas silva adalah kompas yang digunakan dalam
orientasi (penghitungan dan pembacaan peta secara langsung), Kompas ini
umumnya memiliki badan (wadah) transparan memudahkan pembacaan
terhadap peta yang ditaruh di bawahnya.
2. Kompas Digital
Kompas digital adalah kompas yang bekerja secara digital. Jenis ini biasanya
disertakan sebagai sistem navigasi dalam dunia robotika atau dalam gadget-gadget
elektronik.
Kompas Bidik
Kompas Bidik
Kompas Lensa
Kompas Silva
Bagian-bagian Kompas
Bagian-bagian kompas yang akan kita pelajari kali ini adalah bagian-bagian pada kompas
bidik atau kompas prisma karena kompas jenis inilah yang paling sering digunakan dalam
kegiatan-kegiatan kepramukaan.
bagian-bagian kompas bidik
1. Dial (permukaan tempat angka dan huruf). Pada dial terdapat satuan derajat mulai dari
0 360 dan huruf: N (north ), E (east) W, (west), S (south).
2. Tutup dial dengan dua garis bersudut 45 (dapat di putar)
3. Visir (lubang dengan kawat halus pembidik sasaran)
4. Kaca pembesar (untuk melihat derajat kompas)
5. Jarum penunjuk (selalu menunjuk utara magnet)
6. Alat penggantung (tempat ibu jari untuk menopang kompas saat membidik).
Cara menggunakan kompas bidik secara lebih detail akan dibahas dalam artikel tersendiri.
Secara singkat dan sederhana, cara mengguakan kompas bidik adalah sebagai berikut:
1. Letakkan Kompas di atas permukaan yang datar, setelah jarum Kompas tidak
bergerak maka jarum tersebut menunjuk arah utara magnet.
2. Bidik sasaran dengan menggunakan visir, melalui celah pada kaca pembesar, setelah
itu miringkan kaca pembesar kira-kira bersudut 50 dengan kaca dial.
3. Apabila visir diragukan karena kurang jelas terlihat dari kaca pembesar, luruskan
garis yang terdapat pada tutup dial ke arah visir, searah dengan sasaran bidik agar
mudah terlihat melalui kaca pembesar.
4. Apabila sasaran bidik 30 maka bidiklah ke arah 30. Sebelum menuju sasaran,
tetapkan terlebih dahulu titik sasaran sepanjang jalur 30. Carilah sebuah benda yang
menonjol/tinggi diantara benda lain disekitarnya, sebab route ke 30 tidak selalu datar
atau kering, kadang-kadang berbencah-bencah. Ditempat itu kita melambung (keluar
dari route) dengan tidak kehilangan jalur menuju 30.
5. Sebelum bergerak ke arah sasaran bidik, perlu ditetapkan terlebih dahulu Sasaran
Balik (Back Azimuth atau Back Reading) agar kita dapat kembali kepangkalan
apabila tersesat dalam perialanan. Menentukan sasaran balik dengan rumus:
1. Apabila sasaran kurang dari 180 = ditambah 180. Contoh: 30 sasaran
baliknya adalah 30 + 180 = 210.
2. Apabila sasaran lebih dari 1800 = dikurang 180. Contoh: 240 sasaran
baliknya adalah 240 - 180 = 60
Itulah berbagai hal terkait dengan jenis-jenis kompas, bagian-bagian kompas, fungsi kompas,
dan cara menggunakan kompas. Semoga artikel tentang jenis, bagian, dan fungsi kompas ini
bisa membantu para pramuka dalam mengenal dan menggunakan kompas sehingga akan
mempermudah dalam berbagai teknik kepramukaan atau scouting skill.