Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL

SOSIALISASI IMUNISASI DASAR LENGKAP

“Selamatkan generasi dengan imunisasi dasar lengkap sejak dini”


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Bengkulu
Prodi Div Promosi Kesehatan
2021
A. LATAR BELAKANG
Penyakit tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis, dan polio merupakan
penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas pada anak, sehingga sangat penting untuk
menggunakan cara preventif yang tersedia seperti imunisasi. Semua tenaga kesehatan
yang menangani seorang anak harus menekankan perlunya imunisasi pada orang tua
dan menjalankan kebijakan ini. Karena anak memiliki hak untuk terlindung dari
penyakit infeksi. Imunisasi pada masyarakat meningkatkan imunitas kelompok, yang
menurunkan kemungkinan transmisi infeksi diantara anak-anak serta memungkinkan
terjadinya eradikasi penyakit. Hampir 2 juta anak meninggal tiap tahun akibat penyakit
yang dapat dicegah dengan vaksinasi dan lebih dari 90.000 anak menjadi korban polio
paralitik (Meadow & Simon, 2005). Salah satu upaya pencegahan penyakit adalah
dengan dilakukannya imunisasi. Imunisasi merupakan cara untuk meningkatkan
kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga kelak jika terpapar
penyakit tidak akan menderita penyakit tersebut. Imunisasi merupakan program upaya
pencegahan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk menurunkan angka
kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I), yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Hepatitis B,Polio, dan
Campak. Imunisasi juga merupakan upaya nyata pemerintah untuk mencapai
Millenium Development Goals (MDGs), khususnya untuk menurunkan angka
kematian anak. Indikator keberhasilan pelaksanaan imunisasi diukur dengan pencapain
Universal Child Immunization (UCI) yaitu minimal 80% bayi di desa atau kelurahan
telah mendapatkan imunisasi lengkap, yang terdiri dari BCG, Hepatitis B, DPT-HB,
Polio dan Campak.
Kota Rupit terdiri dari 7 kecamatan, 54 kelurahan dengan jumlah penduduk
1.365.385 jiwa dan 149.614 jiwa balita yang masih memiliki masalah kesehatan, salah
satunya adalah angka kematian bayi (AKB) sebanyak 47 jiwa dan angka kematian
balita (AKBal) sebanyak 20 jiwa.
Cakupan imunisasi di Puskesmas Muara Rupit masih rendah karena belum
mencapai target UCI, dengan presentase sebagai berikut BCG (84%), Polio (78,16%),
DPT+HB 1 (78,2%), DPT+HB3 (74,7%), Campak (71,9%). Begitu pula dari hasil
studi pendahuluan di Puskesmas Muara Rupit masih terdapat balita yang tidak
mendapatkan imunisai dasar lengkap karena masih ada yang beranggapan bahwa bayi
yang diberi imunisasi DPT akan demam sehingga ibu tidak memberikan imunisasi
pada bayinya. Oleh karena di buat nya proposal ini untuk mencapai target UCI dalam
imunisasi dasar lengkap.
B. NAMA KEGIATAN
Kegiatan ini bernama : Sosialisasi Imunisasi Dasar Lengkap
C. TEMA KEGIATAN
Kegiatan ini betema : “Selamatkan generasi dengan imunisasi dasar lengkap sejak
dini”
D. TUJUAN KAGIATAN
Tujuan Umum
Agar bayi yang ada di Rupit mendapatkan Imunisasi Dasar yang lengkap secara
menyeluruh.
Tujuan Khusus
1. Untuk meningkatkan kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga
bila suatu saat terkena dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan.
2. Meluruskan pemahaman ibu-ibu bahwa imunisasi DPT tidak akan demam.
E. WAKTU DAN TEMPAT
Hari/Tanggal : Kamis, 30 September 2021
Tempat : Posyandu Muara Rupit
Pukul : 13.00 WIB – selesai
F. BENTUK KEGIATAN
Kegiatan Sosialisasi Imunisasi Dasar Lengkap di selenggarakan secara langsung pada
tanggal 30 September 2021. Acara ini terdiri dari beberapa agenda, yaitu :
1. Sosialisasi Imunisasi Dasar Lengkap
2. Pemberian Imunisasi Pada Balita
G. PESERTA KEGIATAN
Peserta Kegiatan Sosialisasi Imunisasi Dasar Lengkap meliputi :
1. Ibu yang sedang mengandung
2. Orang tua yang mempunyai balita
3. Balita
4. Masyarakat Muara Rupit
H. RANCANGAN ANGGARA BIAYA (RAB)
Rencana Anggaran Biaya (RAB) Kegiatan sosialisasi Imunisasi Dasar Lengkap tahun
2021 (terlampir)
I. PLAN OF ACTION (POA)

No Masalah Kegiatan Tujuan yg Sasaran Waktu dan Biaya Penanggung Kriteria


kesehatan yang akan akan yg akan tempat dan jawab hasil
dilakukan dicapai dituju pelaksanaan sumber
dana
1 Imunisasi Motivasi : Tujuan Ibu Kamis, 30 Sumber Yuni Setelah
Dasar Sosialisasi umum : yang September Dana : Kartika diadakan
Lengkap Mengenai Agar bayi sedang 2021 Pemerin nya
Pentingny yang ada di mengan Pukul : tah kegiatan
a Rupit dung, 13.00 WIB Daerah ini,
Imunisasi mendapatka Orang Tempat : Dana : diharapk
Dasar n Imunisasi tua yang Posyandu Rp. an
Lengkap Dasar yang mempu Muara Rupit 3.000.0 masyara
akan lengkap nyai 00, kat akan
dilakukan Tujuan balita, terus
nya Khusus : Balita, sadar
Imunisasi Untuk dan bahwa
Dasar meningkatk Masyara pentingn
Lengkap an kat ya
untuk kekebalan Muara pencegah
seluruh tubuh Rupit an
bayi yang seseorang penyakit
ada di terhadap dengan
kecamatan suatu melakuk
Rupit penyakit, an
Pendelega sehingga Imunisas
sian bila suatu i Dasar
Wewenan saat terkena yang
g : Bidan dengan lengkap
penyakit
tersebut
tidak akan
sakit atau
hanya
mmengala
mi sakit
ringan.

J. PENUTUP
Demikian Proposal ini di buat sebagian acuan dalam pelaksanaan kegiatan Sosialisasi
Imunisasi Dasar Lengkap. Semoga kegiatan ini dapat menjadi kontribusi bagi kita dan
semoga Allah SWT merestui langkah-langkah kita dalam mengabdikan diri untuk
kesehatan.
Lampiran 1
SUSUNAN KEPANITIAN
SOSIALISASI IMUNISASI DASAR LENGKAP
TAHUN 2021

Penanggung jawab : Yuni Kartika


Ketua Panitia : Tiara Yulie
Skretaris : Fitria Lovina
Bendahara : Indah Ariesti

Sie Acara: Dendi Saputra Sie Perlengkapan: Meilinda Pangaribuan

Sie Humas: Dinda Resti Sie Konsumsi: Mawar Priski

Sie Dokumentasi: Danisya Cahyarani


Lampiran II

RANCANGAN ANGGARA BIAYA


SOSIALISASI IMUNISASI DASAR LENGKAP
TAHUN 2021

No Nama Barang Volume Satuan Harga Satuan Jumlah


1 Tenda 6x4 buah Rp 300.000,- Rp 600.000,-
2 Spanduk 3x2 Meter Rp 30.000,- Rp 180.000,-
3 Kue Kotak 100 Buah Rp 5000,- Rp 500.000,-
4 Permen 2 Bungkus Rp 6000,- Rp 12.000,-
5 Aqua botol 4 Buah Rp 4000,- Rp 16.000,-
6 ATK 6 Buah Rp 10.000,- Rp 60.000,-
Jumlah Rp 1.368.000,-
Lampiran II
RUNDOWN ACARA
SOSIALISASI IMUNISASI DASAR LENGKAP
TAHUN 2021

NO WAKTU NAMA KEGIATAN PETUGAS ALAT DAN BAHAN

1. 07.30 – 08.00 WIB Registrasi Mawar Kertas Absensi dan


pena

2. 08.00 – 08.05 WIB Pembukaan acara Fitria Sound system

4. 08.05 - 08.10 WIB Pembacaan Doa Dendi Sound system


Saputra
5. 08.10 – 08.15 WIB Laporan ketua panitia Tiara Yulie Sound system

6. 08.15 – 08.25WIB Kata sambutan pak lurah Indah Sound system


kelurahan Muara Rupit

7. 08.25 – 08.35 WIB Kata Sambutan Bupati Rupit Dendi Sound system
Sekaligus Membuka Acara Secara
resmi
Acara inti dimulai dari Yuni & Tiara Sound system
penyampaian pihak:
08.35 – 09.05 WIB Pemerintah Daerah Bidang
Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit, bagian Seksi Surveilans
dan Imunisasi
09.05 – 09.35 WIB Bidan Puskesmas Muara Rupit
09.35 – 11.30 WIB Pemberian Meilinda Imunisasi
Imunisasi
12. 11.30 – 11.40 WIB Penutup dan foto bersama danisya Sound system
Lmpiran IV
PHC IMUNISASI DASAR LENGKAP

Pemerintah setiap tahun terus berupaya untuk menurunkan angka kejadian penyakit seperti
Poliomyelitis (kelumpuhan), Campak (measles), Difteri (indrak), Pertusis (batuk rejan /
batuk seratus hari), Tetanus, Tuberculosis (TBC) dan Hepatitis B dengan menggalakan
program pencegahan penyakit yaitu imunisasi pada bayi dan anak. Imunisasi bisa
diartikan suatu usaha untuk membuat seseorang menjadi kebal terhadap penyakit tertentu
dengan menyuntikan vaksin. Yakni kuman hidup yang dilemahkan / kuman mati / zat yang
bila dimasukkan ke tubuh akan merangsang menciptakan kekebalan terhadap penyakit
tertentu.
A. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah proses untuk membuat seseorang imun atau kebal terhadap suatu
penyakit. Proses ini dilakukan dengan pemberian vaksin yang merangsang sistem
kekebalan tubuh agar kebal terhadap penyakit tersebut.
B. Jenis-Jenis Imunisasi Dasar
Untuk imunisasi dasar yang harus diberikan pada bayi antara lain.
1. Vaksin Polio
Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus, vaksin yang digunakan oleh banyak
negara termasuk Indonesia adalah vaksin hidup (yang telah diselamatkan) vaksin berbentuk
cairan. pemberian pada anak dengan meneteskan pada mulut. Kemasan sebanyak 1 cc / 2
cc dalam 1 ampul.
2. Vaksin Campak
Bibit penyakit yang menyebabkan campak adalah virus. Vaksin yang digunakan adalah
vaksin hidup. Kemasan dalam flacon berbentuk gumpalan yang beku dan kering untuk
dilarutkan dalam 5 cc pelarut. Sebelum menyuntikkan vaksin ini, harus terlebih dahulu
dilarutkan dengan pelarut vaksin (aqua bidest). Disebut beku kering oleh karena pabrik
pembuatan vaksin ini pertama kali membekukan vaksin tersebut kemudian
mengeringkannya. Vaksin yang telah dilarutkan potensinya cepat menurun dan hanya
bertahan selama 8 jam.
3. Vaksin BCG
Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Bentuknya vaksin beku kering
seperti vaksin campak berbentuk bubuk yang berfungsi melindungi anak terhadap penyakit
tuberculosis (TBC). Dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan, ditemukan
oleh Calmett Guerint. Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin harus lebih dulu dilarutkan
dengan 4 cc cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan
dalam waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak bila kena sinar matahari langsung. Tempat
penyuntikan adalah sepertinya bagian lengan kanan atas.
4. Vaksin Hepatitis B; Bibit penyakit yang menyebabkan hepatitis B adalah virus. Vaksin
hepatitis B dibuat dari bagian virus yaitu lapisan paling luar (mantel virus) yang telah
mengalami proses pemurnian. Vaksin hepatitis B akan rusak karena pembekuan dan
pemanasan. Vaksin hepatitis B paling baik disimpan pada temperatur 2,8°C. Biasanya
tempat penyuntikan di paha 1/3 bagian atas luar.
5. Vaksin DPT
Terdiri toxoid difteri, bakteri pertusis dan tetanus toxoid, kadang disebut “triple vaksin”.
Berisi vasin DPT, TT dan DT. Vaksin DPT disimpan pada suhu 2,8°C kemasan yang
digunakan : Dalam -    5 cc untuk DPT,   5 cc untuk TT,   5 cc untuk DT. Pemberian
imunisasi DPT, DT, TT dosisnya adalah 0,5 cc. Dalam pemberiannya biasanya berupa
suntikan pada lengan atau paha.
C. Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar

1. Usia 0 bulan: 1 dosis hepatitis B


2. Usia 1 bulan: 1 dosis BCG dan polio
3. Usia 2 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio
4. Usia 3 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio
5. Usia 4 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio
6. Usia 9 bulan: 1 dosis campak/MR

HEPATITIS-B : umur pemberian kurang dari 7 hari, sebanyak 1 kali, untuk mencegah
penularan Hepatitis B dan kerusakan hati

BCG : umur pemberian 1 bulan, sebanyak 1 kali, untuk mencegah penularan TBC
(tuberkulosis)  yang berat

DPT-Hepatitis B : umur pemberian 2 bulan , 3 bulan, 4 bulan , sebanyak 3 kali, untuk


mencehah penularan Difteri yang menyebabkan penyumbatan jalan nafas, batuk rejan
(batuk 100 hari), Tetanus, Hepatitis B.
POLIO : umur pemberian 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, sebanyak 4 kali, untuk
mencegah penularan polio yang menyebabkan lumpuh layuh pada tungkai dan atau
lengan.

CAMPAK : umur pemberian 9 bulan, sebanyak 1 kali, untuk mencegah penularan


campak yang dapat mengakibatkan komplikasi radang paru, radang otan dan kebutaan.
D. Indikasi Dan Efek Samping
1. Imunisasi HBV
Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap Hepatitis B. Hepatitis B
adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Dosis
pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg
negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan.
Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan
antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan
HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan
HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa
kadar HBsAg. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin
HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (Hepatitis B immune globulin) pada
lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat
anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan.
Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan
HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir.
Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status
HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih
dari 1 minggu).
Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda
sampai anak benar-benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil.
Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan
sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang
akan hilang dalam beberapa hari.
2. Imunisasi BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
Tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG
ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntikkan
secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun
diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan
sebanyak 0,1 mL. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup
yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis.
Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem
kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan
steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV).
Reaksi yang mungkin terjadi:
1. Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul
kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini
berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk
luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-
12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.
2. Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa
disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6
bulan.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah:
Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena
penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk
mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi
(pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.
Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau
dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.
3. Imunisasi DPT/DT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri,
pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang
tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.
Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai
dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking.
Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan
batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga
dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan
otak.
Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada
rahang serta kejang. Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada
anak yang berumur kurang dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam
bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan
(DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4
minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia
prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis,
maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT.
Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan
booster vaksin Td pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin
hanya memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan
booster). Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang
mengandung vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama
10 tahun.
DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan
atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut
terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin.
Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi berikut:
1. demam tinggi (lebih dari 40,5o Celsius)
2. kejang-kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah
mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)
3. syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).
Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan,
imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami
kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering
ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan.
1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan,
nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi
nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen).
Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres
hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang
bersangkutan.
4. Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak
(tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9
bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan
diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak
0,5 mL.
Kontra indikasi pemberian vaksin campak:
1. infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38o Celsius
2. gangguan sistem kekebalan
3. pemakaian obat imunosupresan
4. alergi terhadap protein telur
5. hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin
6. wanita hamil.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare,
konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).
5. Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
poliomielitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu
maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada
otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.
Terdapat 2 macam vaksin polio:
1. IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang
telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan
2. OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah
dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen
(TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV)
efektif melawan 1 jenis polio.
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval
tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah
imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat
meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin.
Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan
menggunakan sendok yang berisi air gula.
1. Kontra indikasi pemberian vaksin polio:
2. Diare berat,
3. Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid),
dan
4. Kehamilan.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang.
Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer,
sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan
antibodi sampai pada tingkat yang tertingiu.
Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang dewasa tidak
perlu dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia hendak bepergian
ke daerah dimana polio masih banyak ditemukan.
Kepada orang dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan
perlu menjalani imunisasi, sebaiknya hanya diberikan IPV. Kepada orang yang
pernah mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV,
streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV.
Sebaiknya diberikan OPV. Kepada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya
penderita AIDS, infeksi HIV, leukemia, kanker, limfoma), dianjurkan untuk
diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada orang yang sedang menjalani terapi
penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya.
IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare. Jika anak sedang menderita
penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampai
mereka benar-benar pulih. IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada
tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari.

BANTUAN YANG DIHARAPKAN

1. Tenaga
Jumlah bidan yang ada di Puskesmas dengan cakupan tinggi yaitu berjumlah 3
bidan, Sementara untuk jumlah bidan yang ada di Puskesmas dengan cakupan
rendah yaitu berjumlah 5 bidan ( 3 bidan di Puskesmas induk, 2 bidan di Pustu). Hal
ini menunjukkan bahwa ketersediaan jumlah bidan yang ada di Puskesmas dengan
cakupan tinggi maupun rendah belum sesuai dengan kriteria standar jumlah bidan
yang telah ditetapkan di dalam Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas jumlah bidan yang ada di Puskesmas daerah perkotaan harus memiliki
minimal empat bidan dan belum termasuk bidan yang ada di Pustu.
2. Dana
Dana merupakan besaran uang yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan
program untuk mencapai tujuan. Tidak ada permasalahan bagi seluruh puskesmas
mengenai pembiayaan dalam melaksanakan pelayanan imunisasi. Hal tersebut
dikarenakan penyelenggaraan pelayanan imunisasi di seluruh puskesmas sudah
dipenuhi oleh Pemerintah daerah

3. Sarana
Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai sangat mendukung pelaksanaan
pelayanan imunisasi di puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai