Kebutuhan Oksigenasi
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN. ...........................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
A. Definisi Oksigenasi ........................................................................3
B. Anatomi dalam Penafasan..............................................................3
C. Fisiologi Pernafasan ......................................................................8
D. Proses Oksigenasi .........................................................................9
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Oksigenasi...........................10
F..Tipe Kekurangan Oksigen dalam Tubuh......................................12
G. Konsep Pengkajian ........................................................................13
BAB III PENUTUP ...................................................................................42
A. Kesimpulan ....................................................................................42
B. Saran................................................................................................42
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
saat henti jantung terjadi perawat harus melakukan keterampilan bantu
hidup dasar atau lanjut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi oksigenasi?
2. Bagaimana proses oksigasi?
3. Apa factor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi?
4. Bagaimana anatomi dalam pernafasan?
5. Bagaimana tipe kekurangan oksigen dalam tubuh?
6. Bagaimana konsep pengkajian?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi oksigenasi.
2. Untuk mengetahui proses oksigenasi.
3. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi.
4. Untuk mengetahui anatomi dalam pernafasan.
5. Untuk mengetahui tipe kekurangan oksigen dalam tubuh.
6. Untuk mengetahui konsep pengkajian.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Oksigenasi
Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup
seluruh sel-sel hidup. (Haswita & Reni Sulistyowati, 2017)
Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan
hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses
metabolisme tubuh secara terus-menerus. Oksigen diperoleh dari
atmosfer melalui proses bernafas. Pada atmosfer, gas selain oksigen
juga terdapat karbon dioksida, nitrogen, dan unsur-unsur lain seperti
argon dan helium. (Tarwoto & Wartonah, 2015)
B. Anatomi dalam Pernafasan
3
saluran pernafasan bagian bawah. (Caroline Bunker Rosdahl & Mary
T. Kowalski, 2014)
1. Hidung
4
8). Mukosa yang terus berlanjut dengan mukosa hidung melapisi
sinus ini. Sinus meringankan tulang tengkorak dan memberikan
resinonansi untuk suara. Dua sinus yang terbesar yaitu sinus frontal
(pada setiap sisi atas kantong mata) dan sinus maksila (pada setiap
sisi hidung,bersambungan dengan tulang maksila). Sinus etmoid
terletak diantara kedua mata, dan sinus sfenoid terletak pada setiap
rongga hidung diarea lingkaran mata(kantong mata).
2. Faring
a. Nasofaring
Bagian faring yang memanjang dari lubang hidung keovula
disebut nasofaring. Nasofaring merupakan jalan lintasan hanya
untuk udara, pada masa anak-anak nasofaring berisi adenoid
(tonsil farigeal) tidak ditunjukan dalam gambaran orang dewasa.
Adenoid terletak pada posterior nasofaring dan bersama dengan
tonsil, membantu respons imun tubuh untuk melawan zat asing.
b. Orofaring
Merupakan bagian faring yang memanjang dari uvula ke epiglotis
umumnya disebut “tenggorok”,orofaring membawa makanan
keesofagus dan udara ketrakea.
c. Laringofaring
Merupakan bagian faring yang paling rendah. Laringofaring
memanjang dari epiglotis hingga faring membelah menjadi dua
jalanlintas yang terpisah, yaitu laring (untuk udara) dan esofagus
(untuk makanan).
3. Laring
Dari faring udara masuk kedalam laring sebuah struktur seperti
kotak yang terbuat dari kartilago yang diikat jadi satu oleh ligamen.
Fungsi kartilago di dalam faring adalah menjaga jalan napas tetap
5
terbuka sepanjang waktu. Laring berfungsi sebagai saluran antar
faring dan trakea. Udara masuk ke dalam laring, sebuah struktur
seperti kotak yang terbuat dari kartilago yang diikat menjadi satu oleh
ligamen. Fungsi kartilago di dalam laring adalah mnjaga jalan nafas
tetap terbuka sepanjang waktu. Di dalam laring terdapat pita suara
(lipat vokal), dua lipatan kecil berbentuk segitiga yang menyerupai
buluh. Satu ujung pada setiap pita melekat pada dinding depan
trakea ; ujung yang lain melekat pada kartilago tipis di deket dinding
belakang trakea. Kartilago ini dapat bergerak untuk menghasilkan
berbagai suara atau dapat dipisahkan perbagian untuk
memungkinkan mengambil napas tanpa suara
4. Trakea
Tersusun atas kartilago hialin berbentuk C dan jaringan ikat yang
memanjang dari ujung bawah laring ke rongga dada di belakang
jantung. Di sini, otot polos mulai membantu mengalirkan udara.
Udara bergerak dari laring ke dalam trakea, saluran yang
panjangnya sekitar 11 cm dan diameter nya 2,5 cm pada orang
dewasa. Trakea tersusun atas kartilago hialin berbentuk C dan
jaringan ikat yang memanjang dari ujung bawah laring ke dalam
rongga dada dibelakang jantung.
1. Percabangan trakeobonkial
6
Percabangan bronkial ini menjalar keseluruh jaringan baru saat
bronkus menjadi lebih kecil, dindingnya menjadi lebih tipis, jumlah
kartilago berkurang, dan cabang tersebut dikenal sebagai
bronkiolus.
2. Surfaktan
3. Paru
4. Pleura
7
bersentuhan dan lembab karena pleura menyekresi cairan pelumas
serosa.
C. Fisiologis Pernapasan
1. Prinsip Dasar
a. Toraks adalah rongga tertutup kedap udara di sekeliling paru-
paru yang terbuka ke atmosfer hanya melalui jalur sistem
pernafasan.
b. Pernafasan adalah proses inspirasi (inhalasi) udara ke dalam
paru-paru dan ekspirasi (ekshalasi) udara dari paru-paru ke
lingkungan luar tubuh.
c. Sebelum inspirasi dimulai, tekanan udara atmosfer (sekitar
760 mmhg) sama dengan tekanan udara dalam alveoli yang
disebut sebagai tekanan intra-alveolar (intrapulmonar).
d. Tekanan intrapleura dalam rongga pleura (ruang antar pleura)
adalah tekanan sub-atmosfer atau kurang dari tekanan intra-
alveolar.
e. Peningkatan atau penurunan volume toraks mengubah
tekanan intrapleura dan intra alveolar yang secara mekanik
menyebabkan pengembangan atau pengempisan paru-paru.
f. Otot-otot inspirasi memperbesar rongga toraks dan
meningkatkan volumenya. Otot-otot ekspirasi menurunkan
volume rongga toraks.
1) Inspirasi membutuhkan konstraksi dan energi.
a) Diafragma, yaitu otot terbentuk kubah dan jika
sedang relaks akan memipih saat berkonstraksi
dan memperbesar rongga toraks ke arah inferior.
b) Otot interkostal eksternal mengangkat iga ke
atas dan ke depan saat berkonstraksi sehingga
memperbesar rongga toraks ke arah anterior
dan superior.
8
c) Dalam pernafasan aktif atau pernafasan dalam,
otot-otot sternokleidomastoid, pektoralis mayor,
serratus anterior dan otot skalena juga akan
memperbesar rongga toraks ke arah anterior
dan superior.
2) Ekspirasi pada pernapasan yang tenang dipengaruhi
oleh relaksasi otot dan disebut proses pasif. Pada
ekspirasi dalam, otot interkostal internal menarik
kerangka iga ke bawah dan otot abdomen berkontraksi
sehingga mendorong isi abdomen menekan diafragma.
D. Proses Oksigenasi
9
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Oksigenasi (Haswita & Reni
Sulistyowati, 2017)
1. Faktor Fisiologis.
2. Faktor Perkembangan
10
3. Faktor Perilaku
11
bagian dalam yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita yang
disarafi oleh saraf otonom.
1. Hipoksemia
2. Hipoksia.
3. Gagal napas
12
kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi kegagalan
pertukaran gas karbondioksida dan oksigen. Gagal napas dapat
disebabkan oleh gangguan sistem saraf pusat yang mengontrol
sistem pernafasan,kelemahan neuromuskular, keracunan obat,
gangguan metabolisme, kelemahan otot pernapasan, dan
obstruksi jalan nafas.
F. Konsep Pengkajian
1. Pengkajian (Tarwoto & Wartonah, 2015)
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses
perawatan. Tahap ini sangat penting dan menentukan dalam tahap-
tahap selanjutnya. Data yang komprehensif dan valid akan
menentukan penetapan diagnosis keperawatan dengan tepat dan
benar,serta selanjutnya akan berpengaruh dalam perencanaan
keperawatan. Tujuan dari pengkajian adalah didapatkannnya data
yang komprehensif yang mencakup data biopsiko dans piritual.
13
Menurut Amerika Nurses Association (ANA) (1998),
mengenai standar perngkajian, dinyatakan bahwa data harus:
a. Relevan dengan kebutuhan pasien
b. Pengumpulan data dari berbagai sumber
c. Pengumpulan data dari berbagai teknik
d. Pengumpulan data secara sistematis
e. Pendokumentasian menggunakan format
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan
proses dinamis yang terorganisasi, dan meliputi empat aktivitas
dasar atau elemen dari pengkajian yaitu pengumpulan data secara
sistematis, memvalidasi data, memilah, dan mengatur data dan
mendokumentasikan data dalam format.
14
4) Pemeriksaan fisik. Keluhan yang dialami pasien harus
ditindaklanjuti dengan pemeriksaan fisik untuk
memvalidasi data dan mengumpulkan data tambahan.
5) Tes diagnostic, misalnya hasil pemeriksaan radiologi,
pemeriksaan darah, urine, pemeriksaan rekaman
jantung, pemeriksaan paru-paru, sputum, specimen
kultur, pemeriksaan feses, air liur, dan lain-lain.
15
Berdasarkan tipe datanya, data dikelompokan menjadi data
objektif dan data subjektif. Data objektif merupakan data yang
diperoleh dari hasil observasi, pemeriksaan fisik, tes diagnostic,
hasil pengukuran, catatan medis, dan sumber lain dari pasien. Data
subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan atau gejala
pasien.
3. Memvalidasi data
16
c. Berdasarkan teori keperawatan
Setiap teori keperawatan mempunyai model pengkajian yang
berbeda, tergantung focus kajian dari model konseptual teori
tersebut.
d. Berdasarkan pola kesehatan fungsional
Pengkajian dengan menggunakan pola kesehatan fungsional
sering digunakan pada pelayanan kesehatan terutama di
rumah sakit. Sebelas pola kesehatan fungsional menurut
Gordman (1994) adalah sebagai berikut.
1) Pola persepsi-manajemen kesehatan, pengkajian ini
menggambarkan persepsi terhadap kesehatan,
penatalaksanaan, serta upaya-upaya pencegahan yang
dilakukan oleh pasien untuk mengatasi masalah
kesehatannya.
2) Pola nutrisi dan metabolic, menggambarkan masalah
keseimbangan nutrisi, asupan, hal-hal yang
berhubungan dengan gangguan pemasukan nutrisi dan
kebutuhan nutrisi pasien seperti pola makan,
kebutuhan gizi, status gizi, adanya mual atau mentah,
penurunan berat badan, dan lain-lain.
3) Pola eliminasi, menggambarkan pola fungsi ekskresi
feses, urine, dan kulit, seperti pola BAB, BAK, dan
gangguan atau kesulitan ekskresi.
4) Pola latihan dan aktivitas, pola pengkajian ini
menggambarkan kemampuan pasien dalam melakukan
latihan dan aktivitas.
5) Pola kognitif perseptual, menggambarkan pengkajian
pada pasien tentang fungsi penglihatan, sensori,
penilaian, pendengarab, dan penciuman.
17
6) Pola istirahat dan tidur, pengkajian ini difokuskan pada
pola tidur dan aktivitas pasien, serta masalah-masalah
yang terkait dengan istirahat dan tidur.
7) Pola konsep diri dan persepsi diri, menggambarkan
kemampuan pasien dalam memandang dirinya dan
masalah kesehatan yang dialami.
8) Pola peran dan hubungan, menggambarkan peran dan
hubungan masalah yang dialami oleh pasien dalam
berinteraksi dengan istri/suami, keluarga, tetangga,
lingkungan, dan aktivitas social pasien.
9) Pola reproduksi atau seksual, menggambarkan
kepuasan atau masalah yang dirasakan dengan
seksualitas.
10)Pola pertahanan diri, menggambarkan kemampuan
untuk menangani stress dan penggunaan sistem
pendukung penggunaan obat untuk menangani stress,
interaksi dengan orang terdekat, menangis, kontak
mata, metode koping yang harus digunakan, dan efek
penyakit.
11)Pola keyakinan dan nilai, menggambarkan tentang pola
nilai, keyakinan, dan pelaksanaan ibadah pasien.
6. Diagnosis keperawatan
18
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang jelas
mengenai status kesehatan atau masalah actual atau resiko dalam
rangka mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan
untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah
kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya (Carpenito,
2009). Tujuan penggunaan diagnosis keperawatan antara lain :
a. Memberikan bahasa yang umum bagi perawat sehinggga dapat
terbentuk jalinan informasi dalam persamaan persepsi
b. Meningkatkan identifikasi tujuan yang tepat sehingga pemilihan
intervensi lebih akurat dan menjadi pedoman dalam melakukan
evaluasi.
c. Menciptakan standard praktik keperawatan.
d. Memberikan dasar peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
19
d. Diagnosis sindrom, diagnosis keperawatan yang
menggabungkan antara diagnosis actual dengan risiko atau
diagnosis lainnya.
e. Diagnosis wellness, diagnosis ini menggambarkan perubahan
dari tingkat kesehatan tertentuke tingkat yang lebih tinggi atau
adanya keinginan pasien untuk meningkatkan status kesehatan
yang lebih baik.
Situasional
1) Merokok aktif
2) Merokok pasif
3) Terpajan polutan
Batasaan karakteristik
20
Subjektif Objektif
1. Dispnea 1. Gelisah
2. Sulit Bicara 2. Sianosis
3. Ortopnea 3. Bunyi nafas menurun
4. Frekuensi nafas berubah
5. Pola nafas berubah
Penyebab
Fisiologis
2. Ketidakcukupan energi
Psikologis
21
1. Kecemasan
4. Penurunan motivasi
Situasional
Subjektif Objektif
5. Napas dangkal
6. Agitasi
Subjektif Objektif
4. Diaforesis
22
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi
karbondioksida pada membran alveolus-kapiler.
Penyebab
1. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Subjektif Objektif
2. PO2 menurun
3. Takikardia
4. pH arteri meningkat/menurun
Subjektif Objektif
1. Pusing 1. Sianosis
3. Gelisah
7. Kesadaran menurun
Penyebab :
1. Gangguan metabolisme
23
2. Kelemahan otot pernapasan
Batasaan karakteristik
Penyebab :
24
12. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
13. Cedera pada medula spinalis
14. Efek agen farmakologis
15. Kecemasan
Batasan Karakteristik
Faktor resiko
25
3. Gangguan menelan
4. Disvagia
5. Kerusakan mobilitas fisik
6. Peningkatan residu lambung
7. Peningkatan tekanan intragastrik
8. Penurunan motilitas gastrointestinal
9. Sfingter esofagus bawah inkompeten
10. Perlambatan pengosongan lambung
11. Terpasang selang nasogastrik
12. Terpasang trakeostomi atau endotrachael tube
13. Trauma/pembedahan leher, mulut dan/atau wajah
14. Efek agen farmakologis
15. Ketidakmatangan koordinasi menghisap, menelan dan
bernapas
7. Intervensi
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan
pemulihan ksehatan klien individu, keluarga dan komunitas.
Intervensi keperawatan yang diterapkan di beberapa instansi-
instansi pelayanan kesehatan di Indonesia telah mengacu kepada
standard-standar dan referensi-referensi internasional, namun
karena belum distandarisasi dan dibakukan, maka diterapkan
secara beragam. (PPNI T. P., 2018)
Menurut Timby dan Smith (2007), karakteristik intervensi
keperawatan meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Pencegahan langsung atau menimbulkan penyebab masalah
yang mendasarinya.
b. Secara langsung atau meminimalisasi masalah ketika tidak
dpaat diubah.
c. Sesuai dengan order dokter atau terapis lain.
26
d. Sesuai dengan standard professional dan standard
keperawatan.
e. Spesifik yang dapat menjawab pertanyaan apa, bagaimana,
kapan, seberapa, sering, berapa banyak.
f. Keamanan
g. Bersifat individu
h. Didukung secara ilmiah
Tujuan:
Melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara
efektif untuk membersihkan laring, trakea dan bronkiolus dari
secret atau benda asing di jalan napas.
a) Observasi
i. Identifikasi kemampuan batuk.
ii. Monitor adanya retensi sputum.
iii. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas.
iv. Monitor Input dan output cairan (mis. Jumlah dan
karakteristik).
b) Terapeutik
i. Atur posisi semi-Fowler atau Fowler.
ii. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien.
iii. Buang secret pada tempat sputum.
c) Edukasi
i. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif.
ii. Anjurkan Tarik napas dalam melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
27
mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8
detik.
iii. Anjurkan mengulangi Tarik napas dalam hingga 3 kali.
iv. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah Tarik
napas dalam yang ke-3.
d) Kaloborasi
Kaloborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika
perlu.
28
i. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
ii. Ajarkan teknik batuk efektif
d) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspetoran,
mukolitik, jika perlu
3) Pemantauan Respirasi
Tujuan:
Mengumpulkan dan menganalisis data untuk memastikan
kepatenan jalan napas dan keefektifan pertukaran gas.
a) Observasi
i. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
napas
ii. Monitor pola napas
iii. Monitor kemampuan batuk efektif
iv. Monitor adanya produksi sputum
v. Monitor adanya sumbatan jalan napas
vi. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
vii. Auskultasi bunyi napas
viii. Monitor saturasi oksigen
ix. Monitor nilai AGD
x. Monitor hasil x-ray toraks
b) Terapeutik
i. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
ii. Dokumentasikan hasil pemantauan
c) Edukasi
i. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
ii. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
29
Intervensi Pendukung:
4) Dukungan Kepatuhan Program Pengobatan
Tujuan:
Memfasilitasi ketepatan dan keteraturan menjalani program
pengobatan yang sudah dibentuk.
a) Observasi
Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan.
b) Terapeutik
i. Buat komitmen menjalani program pengobatan dengan
baik.
ii. Buat jadwal pendampingan keluarga untuk bergantian
menemani pasie selasa menjalani program
pengobatan, jika perlu.
iii. Dokumentasikan efektifitas selama menjalani proses
pengobatan.
iv. Diskusikan hal-hal yang mendukung atau menghambat
berjalannya program pengobatan.
v. Libatkan keluarga untuk mendukung program
pengobatan yang dijalani
c) Edukasi
i. Informasi program pengobatan yang harus dijalani.
ii. Informasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur
menjalani program pengobatan.
iii. Anjurkan keluarga untuk mendampingi dan merawat
pasien selama menjalani program pengobatan.
iv. Anjurkan pasien dan keluarga melakukan konsultasi ke
pelayanan kesehatan terdekat, jika perlu.
30
Mengajarkan memobilisasi sekresi jalan napas melalui
perkusi, getaran dan drainase postural.
a) Observasi
Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga menerima
informasi.
b) Terapeutik
i. Persiapan materi dan media edukasi.
ii. Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan
pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan dengan
pasien dan keluarga.
iii. Berikan kesempatan pasien dan keluarganya
beertanya.
c) Edukasi
i. Jelaskan kontraindikasi fisioterapi dada (mis.
Eksaserbasi PPOK akut, osteoporosis).
ii. Jelaskan tujuan dan prosedur fisioterapi dada.
iii. Jelaskan segmen paru-paru yang mengandung
sekresi berlebihan.
iv. Jelaskan cara modifikasi posisi agar dapat mentolerir
posisi yang ditentukan.
v. Jelaskan alat perkusi dada pneumetik, akustik, atau
listrik yang digunakan, jika perlu.
vi. Jelaskan cara menggerkkan alat dengan cepat dan
kencang, bahu dan lengan lurus pergelangan tangan
kaku, di daerah yang akan dikeringkan saat pasien
menghisap atau batuk 3-4 kali.
vii. Anjurkan menghindari perkusi pada tulang belakang,
ginjal, payudara wanita, insisi, dan tulang rusuk yang
patah.
viii. Ajarkan mngeluarkan sekresi melalui pernapasan
dalam.
31
ix. Ajarkan batuk selama dan setelah prosedur.
x. Jelaskan cara memantau efektifitas prosedur (mis.
Oksimetri nadi, tanda vital dan tingkat kenyamanan).
7) Fisioterapi Dada
Tujuan:
Memobilisasi sekresi jalan napas melalui perkusi, getaran,
darinase postural.
a) Observasi
i. Indentifikasi indikasi dilakukan fisioterapi dada (mis.
Hipersekresi sputum, sputum kental dan tertahan,
tirah baring lama)
32
ii. Indentifikasi kontraindikasi fisioterapi dada (mis.
Eksaserbasi PPOK akut, pneumonia, produksi sputum
berlebih)
iii. Monitor status pernapasan (mis. Kecepatan, irama,
suara napas, dan kedalaman napas)
iv. Periksa segmen paru yang mengandung sekresi
berlebihan.
v. Monitor jumlah dan karakter sputum.
vi. Monitor toleransi selama dan setelah prosedur.
b) Terapeutik
i. Posisikan pasien sesuai dengan area paru yang
mengalami penumpukan sputum
ii. Gunakan bantal untuk membantu pengaturan posisi.
iii. Lakukan perkusi dengan posisi telapak tangan
ditangkupkan selama 3-5 menit
iv. Lakukan vibrasi dengan posisi telapak tangan rata
bersamaan ekspirasi melalui mulut.
v. Lakukan fisioterapi dada setidaknya dua jam setelah
makan.
vi. Hindari perkusi pada tulang belakang, ginjal, payudara
wanita, insisi, dan tulang rusuk yang patah.
vii.Lakukan penghisapan lender untuk mengeluarkan
secret, jika perlu.
c) Edukasi
i. Jelaskan tujuan dan prosedur fisioterapu dada.
ii. Anjurkan batuk segera setelah prosedur selesai.
iii. Ajarkan inspirasi perlahan dan dalam melalui hidung
selama proses fisioterapi.
33
Memberikan pertimbangan untuk memcahkan masalah
keperawatan dan/atau kesehatan yang dialami pasien,
keluarga, kelompok atau komunitas melalui media telepon.
a) Observasi
i. Identifikasi tujuan konsultasi via telepon
ii. Identifikasi masalah yang difokus konsultasi
iii. Identifikasi kemampuan pasien memahami intonasi
telepon (mis. Defisit pendengaran,kebingungan dan
hambatan bahasa)
iv. Identifikasi tingkat dukungan keluarga dan keterlibatan
dalam perawatan
v. Identifikasi respons psikologis terhadap situasi dan
ketersediaan sistem pendukung
vi. Identifikasi resiko keselamatan bagi penanggil dan/atau
orang lain
vii. Identifikasi apakah masalah memerlukan evaluasi lebih
lanjut (gunakan protokol standar)
viii. Identifikasi ekspektasi biaya,jika perlu
ix. Identifikasi cara menghubungi pasien atau warga untuk
menerima telepon kembali,jika diperlukan
b) Teraupeutik
i. Perkenalkan diri dan instansi
ii. Dapatkan informasi tentang diagnosis keperawatan
dan/atau medis,jika ada
iii. Dapatkan informasi kesehatan masa lalu dan saat ini
iv. Tanyakan keluhan utama dan riwayat kesehatan saat
ini sesuai denga protokol standar
v. Berikan tanggapan secara profesional terhadap
penerimaan atau penolakan ide
vi. Fasilitas memutuskan pilihan aternatif solusi
34
vii. Libatkan keluarga/orang penting lainnya dalam
perencanaan perawatan
viii. Pertahankan kerahasiaan pasien
c) Edukasi
i. Jelaskan maslaah yang dihadapi pasien
ii. Jelaskan alternatf solusi yang dapat dilakukan pasien
atau keluarga
iii. Jelaskan keuntungan dan kerugian masing-masing
solusi
iv. Informasikan program pendidikan, kelompok
pendukung kelompok swadaya yang dapat
dimanfaatkan pasien
v. Anjurkan meningkatkan kemandirian menyelesaikan
masalah
9) Manajemen Asma
Tujuan:
Mengidentifikasi dan mengelola obstruksi aliran udara yang
akibat reaksi alergi atau hipersensitivitas jalan napas yang
menyebabkan bronkospasme.
a) Observasi
i. Monitor frekuensi dan kedalaman napas.
ii. Monitor tanda dan gejala hipoksia (mis. Gelisah, agitasi,
penurunan kesadaran).
iii. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Wheezing, mengi)
iv. Monitor saturasi oksigen.
b) Terapeutik
i. Berikan posisi semi Fowler 30-45 derajat.
ii. Pasang oksimetri nadi.
iii. Lakukan penghisapan lender, jika perlu.
35
iv. Berikan oksigen 6-15 L via sungkup untuk
mempertahankan Sp02>90%
v. Pasang jalur intravena untuk pemberian obat dan
hidrasi.
vi. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan hitung darah
lengkap dan AGD.
c) Edukasi
i. Anjurkan meminimalkan ansietas yang dapat
meningkatkan kebutuhan oksigen
ii. Anjurkan bernapas lambat dan dalam.
iii. Ajarkan teknik pursued-lip breathing.
iv. Ajarkan mengidentifikasi dan menghindari pemicu (mis.
Debu, bulu hewan, serbuk bunga, asap rokok, polutan
udara, suhu lingkungan ekstrem, alergi makanan)
d) Kolaborasi
i. Kaloborasi pemberian bronkodilator sesuai indikasi
(mis. Albuterol, metaproterenol)
ii. Kaloborasi pemberian obat tambahan jika tidak
responsive dengan bronkodilator (mis. Prednisolone,
methylprednisolone, aminophylline).
36
ii. Hentikan paparan allergen.
iii. Berikan bantuan hidup dasar selama terjadi syok
anafilaktik
iv. Lakukan tes alergi
c) Edukasi
i. Informasikan tentang alergi yang dialami.
ii. Ajarkan cara menghindari dan mencegah paparan
alergen dari lingkungan atau lainnya
iii. Ajarkan pertolongan pertama syok anafilaktik
d) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat-obat anti alergi
37
c) Edukasi
i. Anjurkan menyiapkan obat-obat alergi di rumah
ii. Ajarkan mencegah kejadian anafilaktik.
d) Kolaborasi
i. Kolaborasi pemberian antihistamin, jika perlu
ii. Kolaborasi pemberian kortikosteroid, jika perlu
38
ix. Masukkan bahan-bahan linen yang terkena cairan
tubuh ke dalam trolley infeksius
x. Minimalkan kontak dengan pasien, sesuai kebutuhan
xi. Bersihkan kamar dan lingkungan sekitar setiap hari
dengan desinfektan
xii. Batasi transportasi pasien seperlunya
xiii. Pakaikan masker selama proses transportasi pasien
xiv. Batasi pengunjung
xv. Pastikan kamar pasien selalu dalam kondisi
bertekanan negative
xvi. Hindari pengunjung di bawah 12 tahun
c) Edukasi
i. Ajarkan kebersihan tangan kepada keluarga dan
pengunjung
ii. Anjurkan keluarga/pengunung melapor sebelum ke
kamar pasien
iii. Anjurkan keluarga/pengunjung melakukakan
kebersihan tangan sebelum masuk dan sesudah
meninggalkan kamar.
39
vi. Monitor kondisi yang meningkatkan konsumsi
oksigen
vii. Monitor gangguan mukosa oral, nasal, trakea dan
laring
b) Terapeutik
i. Atur posisi kepala 45-60 derajat untuk mencegah
aspirasi
ii. Reposisi pasien setiap 2 jam, jika perlu
iii. Lakukan perawatan mulut secara rutin, termasuk sikat
gigi setiap 12 jam
iv. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
v. Lakukan penghisapan lender sesuai kebutuhan
vi. Ganti sirkuit ventilator setiap 24 jam atau sesuai
protocol
vii. Siapkan bag-valve mask di samping tempat tidur
untuk antisipasi malfungsi mesin
viii. Berikan media untuk berkomunikasi
ix. Dokumentasikan respon terhadap ventilator
c) Kolaborasi
i. Kolaborasi pemilihan mode ventilator
ii. Kolaborasi pemberian agen pelumpuh otot
iii. Kolaborasi penggunaan PS atau PEEP untuk
meminimalkan hipoventilasi alveolus
40
ii. monitor tekanan balon ETT setiap 4-8 jam
iii. monitor kulit area stoma trakeastomi (mis. kemerahan,
rainase, perdarahan)
b) Trapeutik
i. Kurangi tekanan balon secara periodik setiap shift
ii. Pasang oropharingeal airway (OPA) untuk mencegah
ETT tergigit
iii. Cegah ETT terlipat (kinking)
iv. Berikan pre-oksigenasi 100% selama 30 dtik (3-6 x
ventilasi ) sebelum dan setelah penghisapan
v. Berikan volume pre-oksigenasi (bagging atau ventilasi
mekanik) 1,5 volume tidal
vi. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik (jika
diperlukan bukan secara berkala/rutin)
vii. Ganti fiksasi ETT setiap 24jam
viii. Ubah posisi ETT secara bergantian (kiri dn kanan
setiap 24 jam)
ix. Lakukan perawat mulu (mis. Dengan sikat
gigi,kassa,pelembab bibir)
x. Lakukan perawatan stoma trakeostomi
c) Edukasi
i. Jelaskan pasien/atau keluarga tujuan prosedur
pemasangan jalan napas buatan kolaborasi
ii. Kolaborasi
iii. Intubasi ulang jika terbentuk mukous plaug yang tidak
dapat dilakukan penghisapan
41
Menyiapkan dan memberikan agen formakologis berupa
sprai (semprotan) aerosol, uap atau bubuk halus untuk
mendapatkan efek lokal atau sistemik.
a) Observasi
i. Identifikasi kemungkinan alergi,interaksi,dan kontra
indikasi obat
ii. Verifikasi order obat sesuai dengan indikasi
iii. Periksa tanggal kadaluarsa obat
iv. Monitor tanda vital dan nilai laboraturium sebelum
pemberian obat, jika perlu
v. Monitor efek samping toksisitas dan interaksi obat
b) Teraupeutik
i. Lakukan prinsip enam benar (pasien, obat, dosis,
waktu, dokumentasi)
ii. Kocok inhaler selama 2-3 detik sebelum digunakan
iii. Lepaskan penutup inhaler dan pegang terbalik
iv. Posisikan inhaler ke mulut mengarah ketenggorokan
dengan bibir ditutup
c) Edukasi
i. Anjurkan pernafasan lambat dan dalam selama
penggunaan nebulizer
ii. Anjurkan menahan nafas selama 10 detik
iii. Anjurkan espirasi lambat melalui hidung atau dengan
bibir mengkerut
iv. Ajarkan pasien dan keluarga tentang cara pemberian
obat
v. Jelaskan jenis obat,alasan pemberian,tindakan yang
diharapkan,dan efek samping obat
vi. Jelaskan faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan efektifitas obat
42
16) Pemberian Obat Interpleura
Tujuan:
Menyiapkan dan memberikan agen farmakologis melalui
keteter agar berdifusi pada rongga pleura.
a) Observasi
i. Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi, dan
kontraindikasi.
ii. Verifikasi order obat sesuai dengan indikasi.
iii. Periksa tanggal kadaluarsa obat.
iv. Monitor tanda vital dan nilai laboratorium sebelum
pemberian obat, jika perlu
v. Monitor efek terapeutik obat
vi. Monitor efek samping, toksisitas, dan interaksi obat.
b) Terapeutik
i. Lakukan prinsip enam benar
ii. Pastikan ketepatan posisi keteter interpleura dengan
x-ray, jika perlu
iii. Aspirasi cairan interpleura sebelum pemberian obat
iv. Periksa tidak adanya darah balik sebelum pemberian
obat
v. Tunda pemberian obat jika terdapat >2 cc cairan balik
saat pengecekan kateter
vi. Sediakan obat secara aseptic
vii. Berikan obat melalui kateter intrapleura secara
intermitten atau kontinu, sesuai kebutuhan
viii. Sambungkan kateter intrapleura dengan mesin
pompa, jika perlu
c) Edukasi
i. Jelaskan jenis obat, alas an pemberian, tindakan yang
diharapkan, dan efek amping sebelum pemberian
43
ii. Jelaskan factor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan efektifitas obat
44
18) Pemberian Obat Nasal
Tujuan:
Menyiapkan dan memberikan agen farmakologis berupa
tetesan melalui hidung untuk mendapatkan efek local atau
sistemik.
a) Observasi
i. Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi, dan
kontraindikasi obat
ii. Verifikasi order obat sesuai dengan indikasi
iii. Periksa tanggal kadaluwarsa obat
iv. Monitor efek terapeutik obat
v. Monitor efek local, efek sistemik dan efek samping
obat
b) Terapeutik
i. Lakukan prinsip enam benar
ii. Bersihkan lubang hidung dengan tisu atau kapas lidi
iii. Teteskan obat dengan jarak 1 cm atau lubang hidung
c) Eduka si
i. Jelaskan jenis obat, alas an pemberian, tindakan yang
diharapkan, dan efek samping sebelum pemberian
ii. Anjurkan berbaring dengan kepala hiperekstensi, jika
tidak kontraindikasi
iii. Anjurkan bernapas melalui mulut selama pemberian
obat
iv. Anjurkan tetap supine selama 5 menit setelah
pemberian obat
v. Ajarkan teknik pemberian obat secara mandiri, jika
perlu
45
Mengidentifikasi dan mengurangi risiko masuknya partikel
makanan/cairan ke dalam paru-paru.
a) Observasi
i. Monitor tingkat kesadaran, batuk, muntah, dan
kemampuan menelan
ii. Monitor status pernapasan
iii. Monitor bunyi napas, terutama masalah makan/minum
iv. Periksa residu gaster sebelum memberi asupan oral
v. Periksa kepatenan selang nasogenik sebelum
memberi asupan oral
b) Terapeutik
i. Posisikan semi Fowler (30-45 derajat) 30 menit
sebelum memberi asupan oral
ii. Pertahankan posisi semi Fowler (30-45 derajat) pada
pasien tidak sadar
iii. Pertahankan kepatenan jalan napas
iv. Pertahankan pengembangan balon endotracheal tube
(ETT)
v. Lakukan penghisapan jalan napas, jika produksi
secret meningkat
vi. Sediakan suction di ruangan
vii. Hindari memberi makan melalui selang
gastrointestinal, jika residu banyak
viii. Berikan makanan dengan ukuran kecil atau lunak
ix. Berikan obat oral dalam bentuk cair
c) Terapeutik
i. Anjurkan makan secara perlahan
ii. Ajarkan strategi mencegah aspirasi
iii. Ajarkan teknik mengunyah atau menelan, jika perlu
46
20) Pengaturan Posisi
Tujuan:
Menempatkan bagian tubuh untuk meningkatkan kesehatan
fisiologi dan/atau psikologis.
a) Observasi
i. Monitor status oksigenasi sebelum dan sesudah
mengubah posisi
ii. Monitor alat traksi agar selalu tepat
b) Tarapeutik
i.Tempatkan pada matras/tempat tidur tarapeutik yang
tepat
ii.Tmpatkan pada posisi tarapeutik
iii.Tempatkan objek tang sering digunakan dalam
jangkauan
iv.Tempatkan bel atau lampu panggilan dalam
jangkauan
v.Sediakan matras yang kokoh/padat
vi.Atur posisi tidur yang disukai, nika tidak kontridiksi
vii.Atur posisi yang menguragi sessak (mis. semi-fowler)
viii.Atur posisi yang meningkatkan drainage
ix.Posisikan pada kesejajaran tubuh yang tepat
x.Imobilisasi dan topang bagian tubuh yang cedera
dengan tepat
xi.Tinggikan bagian tubuh yang sakit denga tepat
xii.Tinggikan anggota gerak 20 derajat atau lbih di atas
level jantung
xiii.Tinggikan tempat tidur bagian kepala
xiv.Berikan bantal yang tepat pada leher
xv.Berikan topangan pada area adema (mis. bantal
dibawah lengan dan skrotum)
47
xvi.Poisisikan untk mempermudah ventilasi/perfusi (mis.
tengkurap/good lung down
xvii.Motivasi melakukan ROM sktif atau pasif
xviii.Motivasi terlibat dalam perubahan posisi, sesuai
kebutuhan
xix.Hindari menempatkan pada posisi yang dapat
meningkatkan nyeri
xx.Hindari menempatkan stump amputasi pada posisi
fleksi
xxi.Hindari posisi yang menimbulkan ketegangan pada
luka
xxii.Minimalkan gesekan dari tarikan saat mengubah
posisi
xxiii.Ubah posisi setiap 2 jam
xxiv.Ubah posisi denag teknik log roll
xxv.Pertahankan posisi san integritas traksi
xxvi.Jadwalkan secara tertulis untuk perubahan posisi
c) Edukasi
i.Informasikan saat akan dilakukan perubahan posisi
ii.Ajarkan cara menggunakan postur yang baik dan
mekanika yang baik seama melakukan perubahan
posisi
d) Kolaborasi
i. Kolaborasi pemberian premedikasi sebelum
mengubbah posisi, jika perlu
48
a) Observasi
i. Identifikasi kebutuhan dilakukan penghisapan
ii. Auskultasi suara napas sebelum dan setelah
dilakukan penghisapan
iii. Monitor status oksigenasi (SaO2 dan SvO2) status
neurologis sebelum, selama dan setelah tindakan
iv. Monitor dan catat warna, jumlah dan konsistensi
secret
b) Terapeutik
i. Gunakan teknik aseptic
ii. Gunakan procedural steril dan disposibel
iii. Gunakan teknik penghisapan tertutup, sesuai indikasi
iv. Pilih ukuran kateter suction yang menutupi tidak lebih
dari setengah diameter ETT lakukan penghisapan
mulut, nasofaring, trakea dan/atau endotracheal tube
(ETT)
v. Berikan oksigen dengan konsentrasi tinggi (100%)
paling sedikit 30 detik sebelum dan setelah tindakan
vi. Lakukan penghisapan lebih dari 15 detik
vii. Lakukan penghisapan ETT dengan tekanan rendah
(80-120 mmHg)
viii. Lakukan penghisapan ETT dengan tekanan rendah
(80-120 mmHg)
ix. Lakukan penghisapan hanya di sepanjang ETT untuk
meminimalkan invasive
x. Hentikan penghisapan dan berikan terapi oksigen jika
mengalami kondisi-kondisi seperti bradikardi,
penurunan saturasi
xi. Lakukan kultur dan uji sensitifitas secret, jika perlu
c) Edukasi
49
i. Anjurkan melakukan teknik napas dalam, sebelum
melakukan pengisapan di nasothacheal
ii. Anjurkan bernapas dalam dan pelan selama insersi
kateter suction
50
iv. Lakukan ujicoba penyapihan (30 – 120 menit
dengan napas spontan yang dibantu ventilator)
v. Gunakan teknik relaksasi, jika perlu
vi. Hindari pemberian sedasi farmakologis selama
percobaan penyapihan
vii. Berikan dukungan psikologis
c) Edukasi
i. Ajarkan cara pengontrolan napas saat penyapihan
d) Kolaborasi
i. Kolaborasi pemberian obat yang meningkatkan
kepatenan jalan napas dan pertukaran gas
51
v. Siapkan set ganti balutan steril
vi. Lepaskan selang oksigen, jika terpasang
vii. Lepaskan kanula bagian dalam dengan tangan
nondominan
viii. Bersihkan stoma dan kulit sekitar dengan kain kasa
dan/atau kapas lidi
ix. Keringkan kulit sekitar stoma dengan kasa steril
x. Lepaskan ikatan trakeostomi yang kotor
xi. Pasang balutan steril dan ikatan pada trakeostomi
c) Edukasi
i. Jelaskan prosedur tindakan
ii. Ajarkan tanda dan gejala yang perlu dilaporkan
52
a) Edukasi
i. Jelaskan kepada orang tua tujuan dan prosedur
skrining
ii. Informasikan kepada orang tua hasil skrining.
53
x. Fasilitasi pemasangan selang endotrakeal dengan
menyiapkan peralatan intubasi dan peralatan darurat
yang dibutuhkan
xi. Berikan oksigen 100% selama 3-5 menit, sesuai
kebutuhan
xii. Auskultasi dada setelah intubasi
xiii. Gembungkan manset endotrakeal/trakeostomi
xiv. Tandai selang endotrakeal/trakeostomi
xv. Tandai selang endotrakeal pada bibir atau mulut
xvi. Verifikasi posisi selang dengan menggunakan x-ray
dada, pastikan trakea 2-4 cm di atas karina
c) Edukasi
i. Jelaskan tujuan dan prosedur stabilitasi jalan napas
d) Kolaborasi
i. Kolaborasi pemilihan ukuran dan tipe selang
endotrakeal atau selang trakeostomi yang memiliki
volume tinggi, manset yang memiliki tekanan rendah
54
vii. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
viii. Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
b) Terapeutik
i. Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea,
jika perlu.
ii. Pertahankan kepatenan jalan nafas
iii. Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
iv. Berikan oksigen tambahan, jika perlu
v. Tetap berikan oksigen saat pasien di transportasi
vi. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan
tingkat mobilitas pasien
c) Edukasi
i. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan
oksigen di rumah
d) Kolaborasi
iii. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
iv. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
dan/atau saat tidur.
55
vital, Vd/Vt , MVV , Kekuatan inspirasi, FEV1, tekanan
inspirasi negatif)
iii. Monitor tanda-tanda kelelahan otot pernapasan (mis.
kenaikan PaCO2 mendadak, napas cepat dan dangkal,
gerakan dinding abdomen paradoks),hipoksemia, dan
hipoksia jaringan saat penyapihan
iv. Monitor status cairan dan elektrolit
b) Terapeutik
i. Posisikan pasien semi Fowler (30 – 45 derajat)
ii. Berikan fisioterapi dada, jika perlu
iii. Berikan fisioterapi dada, jika perlu
iv. Lakukan ujicoba penyapihan (30 – 120 menit dengan
napas spontan yang dibantu ventilator)
v. Gunakan teknik relaksasi, jika perlu
vi. Hindari pemberian sedasi farmakologis selama percobaan
penyapihan
vii. Berikan dukungan psikologis
c) Edukasi
Ajarkan cara pengontrolan napas saat penyapihan
d) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat yang meningkatkan kepatenan
jalan napas dan pertukaran gas
2) Pemantauan Respirasi
Tujuan:
Mengumpulkan dan menganalisis data untuk memastikan
kepatenan jalan napas dan keefektifan pertukaran gas.
a) Observasi
i. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
ii. Monitor pola napas
56
iii. Monitor kemampuan batuk efektif
iv. Monitor adanya produksi sputum
v. Monitor adanya sumbatan jalan napas
vi. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
vii. Auskultasi bunyi napas
viii. Monitor saturasi oksigen
ix. Monitor nilai AGD
x. Monitor hasil x-ray thoraks
b) Terapeutik
i. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
ii. Dokumentasikan hasil pemantauan
c) Edukasi
i. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
ii. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Intervensi Pendukung
3) Dukungan Emosional
Tujuan:
Memfasilitasi penerimaan kondisi emosional selama masa
stress
a) Observasi
i. Identifikasi fungsi marah, frustasi dan amuk bagi pasien
ii. Identifikasi hal yang telah memicu emosi
b) Terapeutik
i. Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas, marah,
atau sedih
ii. Buat pernyataan suportif atau empati selama fase
berduka
iii. Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan (mis.
merangkul, menepuk-nepuk)
57
iv. Tetap bersama pasien dan pastikan keamanan selama
ansietas, jika perlu
v. Kurangi tuntutan berpikir saat sakit atau lelah
c) Edukasi
i. Jelaskan konsekuensi tidak menghadapi rasa bersalah
dan malu
ii. Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami (mis.
ansietas, marah, sedih)
iii. Anjurkan mengungkapkan pengalaman emosional
sebelumnya dan pola respons yang biasa digunakan
iv. Ajarkan penggunaan mekanisme pertahanan yang
tepat
d) Kolaborasi
Rujuk untuk konseling, jika perlu
4) Dukungan Ventilasi
Tujuan :
Memfasilitasi dalam mempertahankan pernapasan spontan
untuk memaksimalkan pertukaran gas diparu-paru.
a) Observasi
i. Identifikasi adanya kelelahan otot bahu bantu napas
ii. Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status
pernafasan
iii. Monitor status repirasi dan oksigenasi
(mis.frekuensi,kedalam napas,penggunaan otot bantu
napas,bunyi napas tambahan,saturasi oksigen)
b) Teraupeutik
i. Pertahankan kepatenan jalan nafas
ii. Berikan posisi semi fowler dan fowler
iii. Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
58
iv. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan (mis. nasal
kanul,masker wajah,masker rebreathing atau non
rebreathing)
v. Gunakan bag-valve,jika perlu
c) Edukasi
i. Ajarkan melakukan teknik relaksasi napas dalam
ii. Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
iii. Ajarkan teknik batuk efektif
d) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator,jika perlu
59
Melepaskan selang endotrakhea dari jalan napas melalui mulut.
a) Observasi
i.Identifikasi indikasi pelepasan selang endoltrakheal (ett)
ii.Monitor adanya sumbatan jalan napas
iii.Monitor adanya kesulitan bernapas (mis. Sesak napas,
penggunaan otot bantu napas)
iv.Monitor kemampuan untuk menelan dan bicara
b) Tarapeutik
i.Posisikan pasien telentang
ii.Berikan oksigen lada selang endotrakheal sekitar 6 l/menit,
atau sesuai kebutuhan
iii. Lakukan penghisapan lendir pada selang endotrakheal dan
mulut, jika perlu
iv. Pastikan pola napas reguler
v. Kempiskan balon endotrakheal
vi. Lepaskan selang endotrakheal
vii. Berikan oksigen via kanul nasal atau sungkup, sesuai
indikasi
c) Edukasi
Anjurkan batuk dan menarik napas dalam
7) Manajemen Asam-Basa
Tujuan :
Mengidentifikasi, mengelola dan mencegah komplikasi akibat
ketidakseimbangan asam-basa
a) Observasi
i. Identifikasi penyebab ketidakseimbanvan asam-basa
ii. Monitor frekuensi dan kedalaman napas
iii. Monitor status neurologis (mis. Ti gkat kesadaran, status
mental)
60
iv. Monitor irama dan frekuensi jantung
v. Monitor perubahan ph1, paco2 dan hco3
b) Tarapeutik
i. Ambil spesimen darah arteri untuk oemeriksaan agd
ii. Berikan oksigen, sesuai indikasi
c) Edukasi
Jelaskan peyebab dan mekanisme terjadinya gangguan
asambasa
d) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian ventilasi mekanik, jika perlu
8) Manajemen Energy
Tujuan:
Mengidetifikasi dan mengelola penggunaaan energi untuk
mengatasi atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan proses
pemulihan.
a) Observasi
i. Identifikasi gangguan tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
ii. Monitor kelelahan fisik dan emosional
iii. Monitor pola dan jam tidur
iv. Monitor lokasi dan tidak nyamanan selama melakukan
aktifitas
b) Teraupetik
i. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
(mis. Cahaya,suara,kunjungan)
ii. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
iii. Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
iv. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur,jika tidak dapa
berpindah atau berjalan
61
c) Edukasi
i. Anjurkan tirah baring
ii. Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
iii. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
iv. Berikan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
d) Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
62
d) Edukasi
i. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
ii. Ajarkan teknik batuk efektif
e) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspetoran,
mukolitik, jika perlu
63
ix. Lakukan perawat mulu (mis. Dengan sikat
gigi,kassa,pelembab bibir)
x. Lakukan perawatan stoma trakeostomi
c) Edukasi
Jelaskan pasien/atau keluarga tujuan prosedur
pemasangan jalan napas buatan kolaborasi
d) Kolaborasi
Intubasi ulang jika terbentuk mukous plaug yang tidak
dapat dilakukan penghisapan
64
vi. Ganti sirkuit ventilator setiap 24 jam atau sesuai
protocol
vii. Siapkan bag-valve mask di samping tempat tidur
untuk antisipasi malfungsi mesin
viii. Berikan media untuk berkomunikasi
ix. Dokumentasikan respon terhadap ventilator
c) Kolaborasi
i. Kolaborasi pemilihan mode ventilator
ii. Kolaborasi pemberian agen pelumpuh otot
iii. Kolaborasi penggunaan PS atau PEEP untuk
meminimalkan hipoventilasi alveolus
65
iii. Fasilitasi pasien dan keluarga melakukan penyusaian
pola hidup akibat program pengobatan
c) Edukasi
i. Ajarkan pasien dan keluarga cara mengelolah obat
(dosis,penyimpanan,rute dan waktu pemberian)
ii. Ajarkan cara menangani atau mengurangi efek
samping,jika perlu
iii. Anjurkan menghubungi petugas kesehatan jika terjadi
efek samping obat
a) observasi
b) tarapeutik
c) edukasi
66
Menyiapkan dan memberikan agen formakologis berupa
sprai (semprotan) aerosol, uap atau bubuk halus untuk
mendapatkan efek lokal atau sistemik.
a) Observasi
i. Identifikasi kemungkinan alergi,interaksi,dan kontra
indikasi obat
ii. Verifikasi order obat sesuai dengan indikasi
iii. Periksa tanggal kadaluarsa obat
iv. Monitor tanda vital dan nilai laboraturium sebelum
pemberian obat, jika perlu
v. Monitor efek samping toksisitas dan interaksi obat
b) Teraupeutik
i. Lakukan prinsip enam benar (pasien, obat, dosis,
waktu, dokumentasi)
ii. Kocok inhaler selama 2-3 detik sebelum digunakan
iii. Lepaskan penutup inhaler dan pegang terbalik
iv. Posisikan inhaler ke mulut mengarah ketenggorokan
dengan bibir ditutup
c) Edukasi
i. Anjurkan pernafasan lambat dan dalam selama
penggunaan nebulizer
ii. Anjurkan menahan nafas selama 10 detik
iii. Anjurkan espirasi lambat melalui hidung atau dengan
bibir mengkerut
iv. Ajarkan pasien dan keluarga tentang cara pemberian
obat
v. Jelaskan jenis obat,alasan pemberian,tindakan yang
diharapkan,dan efek samping obat
vi. Jelaskan faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan efektifitas obat
67
Tujuan:
a) observasi
i. identifikasi kemungkinan alergi,interaksi, dan
kontraindikasi obat
ii. verifikasiorder obat sesuai dengan indikasi
iii. Periksa tanggal kadaluwarsa obat
iv. Monitor tanda vital dan nilai laboraturium sebelum
pemberian obat, jika perlu
v. monitor efek terapeutik
vi. Monitor efek samping,toksisitas dan interaksi obat
b) terapeutik
i. Lakukan prinsip enam benar
(pasien,obat,dosis,waktu,rute,dokumentasi)
ii. pastikan ketetapan posisi kateter intrapleura dengan
x-ray,jika perlu
iii. aspirasi cairan intrapleura sebelum pemberian obat
iv. periksa tidak adanya darah balik sebelum pemberian
obat
v. tunda pemberian obat jika terdapat >2 cc cairan balik
saat pengecekan keteter
vi. sediakan obat secara aseptik
vii. berikan obat melaui kateter intapleura sevara
intermitten atau kontinu, sesuai kebutuhan
viii. sambungkan kateter intarpleura dengan mesin
pompa, jika perlu
c) edukasi
i. jelaskan jenis obat, alasan pemberian, tindakan yang
diharapkan, dan efek samping sebelum pemberian
68
ii. jelaskan faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan efektif
69
iii. Anjurkan melapor keperawat jika merasakan keluhan
setelah pemverian obat(mis. Gatal, kemerahan,
panas)
a) Observasi
b) Terapeutik
70
xi. cabut jarum setelah menunggu 10 detik setelah
menyuntikkan obat
xii. hindari melakukan masase setelah penyuntikan
c) Edukasi
71
vii. Fiksasi semua sambungan selang
c) Kolaborasi
c) Edukasi
i. Jelaskan jenis obat, alasan pemberian, tindakan yang
diharapkan, danefek samping sebelum pemberian
72
ii. Anjurkan tidak menelan obat sublingual
iii. Anjurkan tidak makan/minum hingga seluruh obat
sublingual larut
iv. Ajarkan pasien keluarga tentang cara pemberian obat
secara mandiri
73
vii. Hindari memberi makan melalui selang
gastrointestinal, jika residu banyak
viii. Berikan makanan dengan ukruna kecil atau lunak
ix. Berikan obat oral dalam bentuk cair
c) Terapeutik
i. Anjurkan makanan secara perlahan
ii. Ajarkan strategi mencegah aspirasi
iii. Ajarkan teknik mengunyah atau menelan, jika perlu
a) Observasi
b) Tarapeutik
c) Edukasi
74
d) Kolaborasi
b) Tarapeutik
75
c) Edukasi
76
xiv. Berikan bantal yang tepat pada leher
xv. Berikan topangan pada area adema (mis. bantal dibawah
lengan dan skrotum)
xvi. Poisisikan untk mempermudah ventilasi/perfusi (mis.
tengkurap/good lung down
xvii. Motivasi melakukan ROM sktif atau pasif
xviii. Motivasi terlibat dalam perubahan posisi, sesuai
kebutuhan
xix. Hindari menempatkan pada posisi yang dapat
meningkatkan nyeri
xx. Hindari menempatkan stump amputasi pada posisi fleksi
xxi. Hindari posisi yang menimbulkan ketegangan pada luka
xxii. Minimalkan gesekan dari tarikan saat mengubah posisi
xxiii. Ubah posisi setiap 2 jam
xxiv. Ubah posisi denag teknik log roll
xxv. Pertahankan posisi san integritas traksi
xxvi. Jadwalkan secara tertulis untuk perubahan posisi
c) Edukasi
i. Informasikan saat akan dilakukan perubahan posisi
ii. Ajarkan cara menggunakan postur yang baik dan
mekanika yang baik seama melakukan perubahan posisi
d) Kolaborasi
i. Kolaborasi pemberian premedikasi sebelum mengubbah
posisi, jika perlu
a) Observasi
77
i. Identifikasi kebutuhan dilakukan penghisapan
ii. Aukultasi suara napas sebelum dan sesudah dilakukan
penhisapan
iii. Monitor status oksigenasi (SaO2 dan SVO2), status neurogis
(status mental, tekanan intrakranial, tekanan perfusi serebral)
dan status hemkdinamik ( MAP dan irama jantung)sebelum,
selama dan setelah tindakan
iv. Monitor dan catat warna, jumlah qdan konsistensi sekret
b) Tarapeutik
c) Edukasi
78
i. Anjurkan melakukan teknik napas dalan, sebelum melakukan
penghisalan di nasothacheal
ii. Anjurkan bernapas dalam dan lelan selama insersi kateter
suction
a) Observasi
b) Terapeutik
c) Edukasi
79
i. Anjurkan berbicara perlahan
ii. Ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif, anatomis, dan
fisiologis yang berhubungab dengan kemampuan berbicara
d) Kolaborasi
a) Observasi
b) Terapeutik
80
v. Diskusikan frekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan
rasa malu
vi. Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri
sendiri
vii. Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
viii. Berikan pilihan realistis mengenai aspek aspek tertentu
dalam perawatan
ix. Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
x. Tinjau kembali kemampuan dalam pengambilan keputusan
xi. Hindari pengambilan keputusan saat pasien berada dalam
tekanan
xii. Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
xiii. Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
xiv. Dampingi saat berduka
xv. Perkenalkan dengan orang afau kelompon yang berhasil
mengalami pengalaman sama
xvi. Dukung penggunaaan mekanisme pertahanan yang tepat
xvii. Kurangibrangsangan lingkungan yang mengancam
c) Edukasi
81
27) Reduksi Ansietas
Tujuan:
Meminimalkan kondisi individu dan pengalaman subyektif teehadap
obyek yang tidak jelas dan spesifik akibat
antisipasibbahayabyangbmemungkinkan individu melakukab tindakan
untukbmenghadapi ancaman
a) Observasi
b) Terapeutik
c) Edukasi
i. Jelaskan prosedur
82
ii. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
iii. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
iv. Anjurkan melakukan kegiatab yang tidakvkompetetif, sesuai
kebutuhan
v. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
vi. Latih kegiatan pengalihan untuk .engurangubketegangan
vii. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang telat
viii. Latih teknik relaksasi
d) Kolaborasi
Tujuan:
a) Observasi
83
b) Terapeutik
c) Edukasi
84
vi. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
vii. Auskultasi bunyi napas
viii. Monitor saturasi oksigen
ix. Monitor nilai AGD
x. Monitor hasil x-ray toraks
b. Terapeutik
i. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
ii. Dokumentasikan hasil pemantauan
c. Edukasi
iii. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
iv. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
2) Terapi Oksigen
Tujuan:
Memberikan tambahan oksigen untuk mencegah dan mengatasi
kondisi kekurangan oksigen jaringan.
a) Observasi
i. Monitor kecepatan aliran oksigen.
ii. Monitor posisi alat terapi oksigen.
iii. Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi
yang diberikan cukup.
iv. Monitor efektivitas terapi oksigen (mis. Oksimetri, analisa
gas darah), jika perlu
v. Monitor kemampuan melepaskan oksigen dan atelectasis
vi. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
vii.Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan
oksigen
b) Terapeutik
85
i. Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea, jika
perlu.
ii. Pertahankan kepatenan jalan nafas
iii. Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
iv. Berikan oksigen tambahan, jika perlu
v. Tetap berikan oksigen saat pasien di transportasi
vi. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien
c) Edukasi
i. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen
di rumah
d) Kolaborasi
i. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
ii. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau
saat tidur.
Intervensi Pendukung
3) Dukungan Berhenti Merokok
Tujuan:
Meningkatkan keinginan dan kesiapan proses berhenti merokok
a) Observasi
i. identifikasi keinganan berhenti merokok
ii. Identifikasi upaya berhenti merokok
b) Terapeutik
i. diskusikan motivasi penghentian merokok
ii. diskusikan kesiapan perubahan gaya hidup
iii. lakukan pendekatan psikoedukasi untuk mendukung dan
membimbing upaya berhenti merokok
c) Edukasi
i. jelaskan efek langsung berhenti merokok
86
ii. jelaskan berbagai intervensi dengan farmakoterapi (mis. terapi
penggantian nikotin)
4) Dukungan ventilas
Tujuan:
Memfasilitasi dalam mempertahankan pernapasan spontan untuk
memaksimalkan pertukaran gas diparu-paru
a) Observasi
i. Identifikasi adanya kelelahan otot bahu bantu napas
ii. Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernafasan
iii. Monitor status repirasi dan oksigenasi (mis.frekuensi,kedalam
napas,penggunaan otot bantu napas,bunyi napas
tambahan,saturasi oksigen)
b) Teraupeutik
i. Pertahankan kepatenan jalan nafas
ii. Berikan posisi semi fowler dan fowler
iii. Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
iv. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan (mis. nasal
kanul,masker wajah,masker rebreathing atau non rebreathing)
v. Gunakan bag-valve,jika perlu
vi. Edukasi
vii. Ajarkan melakukan teknik relaksasi napas dalam
viii. Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
ix. Ajarkan teknik batuk efektif
c) Kolaborasi
i. Kolaborasi pemberian bronkodilator,jika perlu
87
a.Observasi
i. Indentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima infomasi
b. Terapeutik
i. Sediakan materi dan media edukasi
ii. jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
iii. berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya
c. edukasi
i. jelaskan gejala fisik penarikan nikotin
ii. jelaskan gejala berhenti merokok
iii. Jelaskan aspek psiko sosial yang memepengaruhi perilaku
merokok
iv. Informasikan produk pengganti nikotin
v. ajarkan cara brhenti merokok
88
7) Edukasi Fisioterapi Dada
Tujuan:
a) Observasi
b) Terapeutik
c) Edukasi
89
ix. Ajarkan batuk selama dan setelah prosdur
x. Jelaskan cara memantau efektivitas prosedur (mis. Oksemitri
nadi, tanda vital, dan tingkat kenyamanan
8) Fisioterapi Dada
Tujuan:
Memobilisasi sekresi jalan napas melalui perkusi, getaran, darinase
postural.
a) Observasi
i. Indentifikasi indikasi dilakukan fisioterapi dada (mis.
Hipersekresi sputum, sputum kental dan tertahan,
tirah baring lama)
ii. Indentifikasi kontraindikasi fisioterapi dada (mis.
Eksaserbasi PPOK akut, pneumonia, produksi sputum
berlebih)
iii. Monitor status pernapasan (mis. Kecepatan, irama,
suara napas, dan kedalaman napas)
iv. Periksa segmen paru yang mengandung sekresi
berlebihan.
v. Monitor jumlah dan karakter sputum.
vi. Monitor toleransi selama dan setelah prosedur.
b) Terapeutik
i. Posisikan pasien sesuai dengan area paru yang
mengalami penumpukan sputum
ii. Gunakan bantal untuk membantu pengaturan posisi.
iii. Lakukan perkusi dengan posisi telapak tangan
ditangkupkan selama 3-5 menit
iv. Lakukan vibrasi dengan posisi telapak tangan rata
bersamaan ekspirasi melalui mulut.
v. Lakukan fisioterapi dada setidaknya dua jam setelah
makan.
90
vi. Hindari perkusi pada tulang belakang, ginjal, payudara
wanita, insisi, dan tulang rusuk yang patah.
vii. Lakukan penghisapan lender untuk mengeluarkan
secret, jika perlu.
c) Edukasi
i. Jelaskan tujuan dan prosedur fisioterapu dada.
ii. Anjurkan batuk segera setelah prosedur selesai.
iii. Ajarkan inspirasi perlahan dan dalam melalui hidung
selama proses fisioterapi.
91
viii. Fasilitasi pemasangan selang endotrakeal/trakeostomi
ix. Posisikan pasien sesuai kebutuhan
x. Lakukan hiperoksigenasi dengan 100% oksigen selama 3-5 menit,
jika perlu
xi. Auskultasi dada setelah intubasi
xii. Stabilkan selang endotrakeal/trakeostomi dengan plester
xiii. Tandai selang endotrakea pada posisi bibir atau hidung, dengan
menggunakan tanda sentimeter pada ETT
xiv. Lakukan verifikasi penempatan tabung dengan radiografi dada,
pastikan kanulasi trakea 2 sampai 4 cm di atas carina
c) Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur intubasi pada pasien dan keluarga
d) Kolaborasi
Kolaborasi memilih ukuran dan jenis selang endtrakeal (ET) atau
selang trakeostomi yang tepat
a) Observasi
i. Identifikasi tujuan konsultasi via telepon
ii. Identifikasi masalah yang difokus konsultasi
iii. Identifikasi kemampuan pasien memahami intonasi telepon
(mis. Defisit pendengaran,kebingungan dan hambatan bahasa)
iv. Identifikasi tingkat dukungan keluarga dan keterlibatan dalam
perawatan
v. Identifikasi respons psikologis terhadap situasi dan
ketersediaan sistem pendukung
92
vi. Identifikasi resiko keselamatan bagi penanggil dan/atau orang
lain
vii. Identifikasi apakah masalah memerlukan evaluasi lebih lanjut
(gunakan protokol standar)
viii. Identifikasi ekspektasi biaya,jika perlu
ix. Identifikasi cara menghubungi pasien atau warga untuk
menerima telepon kembali,jika diperlukan
b) Teraupeutik
i. Perkenalkan diri dan instansi
ii. Dapatkan informasi tentang diagnosis keperawatan dan/atau
medis,jika ada
iii. Dapatkan informasi kesehatan masa lalu dan saat ini
iv. Tanyakan keluhan utama dan riwayat kesehatan saat ini sesuai
denga protokol standar
v. Berikan tanggapan secara profesional terhadap penerimaan
atau penolakan ide
vi. Fasilitas memutuskan pilihan aternatif solusi
vii. Libatkan keluarga/orang penting lainnya dalam perencanaan
perawatan
viii. Pertahankan kerahasiaan pasien
c) Edukasi
i. Jelaskan maslaah yang dihadapi pasien
ii. Jelaskan alternatf solusi yang dapat dilakukan pasien atau
keluarga
iii. Jelaskan keuntungan dan kerugian masing-masing solusi
iv. Informasikan program pendidikan, kelompok pendukung
kelompok swadaya yang dapat dimanfaatkan pasien
v. Anjurkan meningkatkan kemandirian menyelesaikan masalah
93
11) Manajemen Asam-Basa
Tujuan:
Mengidentifikasi, mengelola dan mencegah komplikasi akibat
ketidakseimbangan asam-basa
a) Observasi
b) Tarapeutik
c) Edukasi
d) Kolaborasi
94
iii. monitor intake dan output cairan
iv. monitor gejala perburukan
v. monitor dampak susunan saraf pusat
vi. monitor dampak kardiovaskuler
vii. monitor dampak saluran pencernaan
b) Teraputik
i. pertahankan kepatenan jalan napas
ii. pertahankan posisi untuk ventilasi adekuat
iii. pertahankan akses intravena
iv. anjurkan istirahat di tempat tidur, jika perlu
v. pertahankan hidrasi sesuai dengan kebutuhan
vi. berikan oksigen dengan sunkup rebreathing
vii. hindari koreksi PCO2 dalam waktu terlalu cepat karena dapat
terjadi asidosis metabolik
c) Edukasi
i. jelaskan penyebab dan mekanisme terjadinya alkalosis
respiratorik
ii. ajarkan latihan nafas
iii. anjurkan berhenti merokok
d) Kolaborasi
i. kolaborasi pemberian sedatif, jika perlu
ii. kolaborasi pemberian antidepresan, jika perlu
95
iv. monitor dampat susunan saraf pusat
v. monitor dampak sirkulasi pernafasan
vi. monitor dampak saluran pencernaan
b) Teraputik
i. pertahankan kepatenan jalan napas
ii. berikan posisi semi fowler untuk memfasilitasi ventilasi yang
adekuat
iii. pertahankan akses intravena
iv. pertahankan hidrasi sesuai dengan kebutuhan
v. berikan oksigen sesuai indikasi
c) Edukasi
i. jelaskan penyebab dan mekanisme terjadinya asidosis
metabolik
d) Kolaborasi
i. kolaborasi pemberian bikarbonat, jika perlu
a) Observasi
i.Identifikasi gangguan tubuh yang mengakibatkan kelelahan
ii.Monitor kelelahan fisik dan emosional
iii.Monitor pola dan jam tidur
iv.Monitor lokasi dan tidak nyamanan selama melakukan
aktifitas
b) Teraupetik
i.Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
Cahaya,suara,kunjungan)
96
ii.Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
iii.Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
iv.Fasilitasi duduk disisi tempat tidur,jika tidak dapa berpindah
atau berjalan
c) Edukasi
i.Anjurkan tirah baring
ii.Anjurkab melakukan aktifitas secara bertahap
iii.Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
iv.Berikan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
d) Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
97
vii. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
viii. Berikan oksigen, jika perlu
c) Edukasi
i. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
ii. Ajarkan teknik batuk efektif
d) Kolaborasi
98
vii. Ganti fiksasi ETT setiap 24jam
viii. Ubah posisi ETT secara bergantian (kiri dn kanan
setiap 24 jam)
ix. Lakukan perawat mulu (mis. Dengan sikat
gigi,kassa,pelembab bibir)
x. Lakukan perawatan stoma trakeostomi
c) Edukasi
Jelaskan pasien/atau keluarga tujuan prosedur
pemasangan jalan napas buatan kolaborasi
d) Kolaborasi
Intubasi ulang jika terbentuk mukous plaug yang tidak
dapat dilakukan penghisapan
99
iii. Lakukan perawatan mulut secara rutin, termasuk sikat
gigi setiap 12 jam
iv. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
v. Lakukan penghisapan lender sesuai kebutuhan
vi. Ganti sirkuit ventilator setiap 24 jam atau sesuai
protocol
vii. Siapkan bag-valve mask di samping tempat tidur
untuk antisipasi malfungsi mesin
viii. Berikan media untuk berkomunikasi
ix. Dokumentasikan respon terhadap ventilator
c) Kolaborasi
i. Kolaborasi pemilihan mode ventilator
ii. Kolaborasi pemberian agen pelumpuh otot
iii. Kolaborasi penggunaan PS atau PEEP untuk
meminimalkan hipoventilasi alveolus
100
ii. Pertahankan posisi semi Fowler (30-45 derajat) pada
pasien tidak sadar
iii. Pertahankan kepatenan jalan napas
iv. Pertahankan pengembangan balon endotracheal tube
(ETT)
v. Lakukan penghisapan jalan napas, jika produksi secret
meningkat
vi. Sediakan suction di ruangan
vii. Hindari memberi makan melalui selang gastrointestinal,
jika residu banyak
viii. Berikan makanan dengan ukuran kecil atau lunak
ix. Berikan obat oral dalam bentuk cair
c) Terapeutik
i. Anjurkan makan secara perlahan
ii. Ajarkan strategi mencegah aspirasi
iii. Ajarkan teknik mengunyah atau menelan, jika perlu
101
i. Lakukan prinsip enam benar (pasien, obat, dosis,
waktu, dokumentasi)
ii. Kocok inhaler selama 2-3 detik sebelum digunakan
iii. Lepaskan penutup inhaler dan pegang terbalik
iv. Posisikan inhaler ke mulut mengarah ketenggorokan
dengan bibir ditutup
c) Edukasi
i. Anjurkan pernafasan lambat dan dalam selama
penggunaan nebulizer
ii. Anjurkan menahan nafas selama 10 detik
iii. Anjurkan espirasi lambat melalui hidung atau dengan
bibir mengkerut
iv. Ajarkan pasien dan keluarga tentang cara pemberian
obat
v. Jelaskan jenis obat,alasan pemberian,tindakan yang
diharapkan,dan efek samping obat
vi. Jelaskan faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan efektifitas obat
102
vi. Monitor efek samping, toksisitas, dan interaksi obat.
b) Terapeutik
i. Lakukan prinsip enam benar
ii. Pastikan ketepatan posisi keteter interpleura dengan
x-ray, jika perlu
iii. Aspirasi cairan interpleura sebelum pemberian obat
iv. Periksa tidak adanya darah balik sebelum pemberian
obat
v. Tunda pemberian obat jika terdapat >2 cc cairan balik
saat pengecekan kateter
vi. Sediakan obat secara aseptic
vii. Berikan obat melalui kateter intrapleura secara
intermitten atau kontinu, sesuai kebutuhan
viii. Sambungkan kateter intrapleura dengan mesin
pompa, jika perlu
c) Edukasi
i. Jelaskan jenis obat, alas an pemberian, tindakan yang
diharapkan, dan efek amping sebelum pemberian
iii. Jelaskan factor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan efektifitas obat
103
i. Lakukan prinsip enam benar
ii. Tentukan jarum suntik yang benar sesuai
kebutuhan
iii. Siapkan dosis dari ampul atau botol dengan benar
iv. Pilih area suntikan yang sesuai
v. Hindari area kulit yang memar, radang, edema,
lesi, atau perubahan warna
vi. Gunakan teknik aseptic
vii. Tusukkan jarum pada sudut 5-15 derajat sedalam
3 mm
viii. Suntikan obat secara perlahan, sambil mengamati
timbulnya benjolan(lepuh) kecil pada kulit
permukaan
ix. Beri tanda area injeksi
c) Edukasi
i. Jelaskan jenis obat, alas an pemberian, tindakan
yang diharapkan, dan efek samping sebelum
pemberian
ii. Anjurkan tidak menyentuh area benjolan (lepuh)
iii. Anjurkan melapor ke perawat jika merasakan
keluhan setelah pemberian obat.
a) Observasi
104
iii. periksa tanggal kadaluwarsa obat
iv. monitor reaksi obat yang diharapkan dan tidak
diharapkan
b) Terapeutik
c) Edukasi
105
d. Intervensi gangguan ventilasi spontan (PPNI T. P., 2018)
1) Dukungan Ventilasi
Tujuan :
Memfasilitasi dalam mempertahankan pernapasan spontan untuk
memaksimalkan pertukaran gas diparu-paru.
a) Observasi
i. Identifikasi adanya kelelahan otot bahu bantu napas
ii. Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status
pernafasan
iii. Monitor status repirasi dan oksigenasi
(mis.frekuensi,kedalam napas,penggunaan otot bantu
napas,bunyi napas tambahan,saturasi oksigen)
b) Teraupeutik
i. Pertahankan kepatenan jalan nafas
ii. Berikan posisi semi fowler dan fowler
iii. Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
iv. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan (mis. nasal
kanul,masker wajah,masker rebreathing atau non
rebreathing)
v. Gunakan bag-valve,jika perlu
c) Edukasi
i. Ajarkan melakukan teknik relaksasi napas dalam
ii. Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
iii. Ajarkan teknik batuk efektif
d) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator,jika perlu
2) Pemantauan Respirasi
Tujuan:
106
Mengumpulkan dan menganalisis data untuk memastikan
kepatenan jalan napas dan keefektifan pertukaran gas.
a) Observasi
i. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
napas
ii. Monitor pola napas
iii. Monitor kemampuan batuk efektif
iv. Monitor adanya produksi sputum
v. Monitor adanya sumbatan jalan napas
vi. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
vii. Auskultasi bunyi napas
viii. Monitor saturasi oksigen
ix. Monitor nilai AGD
x. Monitor hasil x-ray thoraks
b) Terapeutik
i. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
ii. Dokumentasikan hasil pemantauan
c) Edukasi
i. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
ii. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
3) Dukungan Emosional
Tujuan:
Memfasilitasi penerimaan kondisi emosional selama masa stress
a) Observasi
i. Identifikasi fungsi marah, frustasi dan amuk bagi pasien
ii. Identifikasi hal yang telah memicu emosi
b) Terapeutik
i. Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas, marah,
atau sedih
107
ii. Buat pernyataan suportif atau empati selama fase
berduka
iii. Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan (mis.
merangkul, menepuk-nepuk)
iv. Tetap bersama pasien dan pastikan keamanan selama
ansietas, jika perlu
v. Kurangi tuntutan berpikir saat sakit atau lelah
c) Edukasi
i. Jelaskan konsekuensi tidak menghadapi rasa bersalah
dan malu
ii. Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami (mis.
ansietas, marah, sedih)
iii. Anjurkan mengungkapkan pengalaman emosional
sebelumnya dan pola respons yang biasa digunakan
iv. Ajarkan penggunaan mekanisme pertahanan yang
tepat
d) Kolaborasi
Rujuk untuk konseling, jika perlu
108
ii. Siapkan keperluan pribadi (mis. parfum, sikat gigi dan sabun
mandi)
iii. Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
iv. Fasilitas untuk menerima keadaan ketergantungan
v. Fasilitas kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
vi. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
c) Edukasi
Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan
5) Konsultasi
Tujuan:
Memberikan pertimbangan untuk memecahkan masalah
keperawatan dan/atau kesehatan yang dialami pasien, keluarga,
kelompok atau komunitas
a) Observasi
i. Identifikasi tujuan konsultasi
ii. Identifikasi masalah yang menjadi fokus konsultasi
iii. Identifikasi harapan semua pihak yang terlibat
iv. Identifikasi model konsultasi yang sesuai
v. Identifikasi ekspektasi biaya, jika perlu
b) Terapeutik
i. Fasilitas kontrak tertulis untuk menentukan kesepakatan
jadwal konsultasi
ii. Berikan tanggapan secara profesional terhadap
penerimaan atau penolakan ide
iii. Fasilitas memutuskan pilihan alternatif solusi
c) Edukasi
i. Jelaskan masalah yang sedang dihadapi pasien
ii. Jelaskan alternatif solusi yang dapat dilakukan oleh
pasien/keluarga
109
iii. Jelaskan keuntungan dan kerugian masing-masing solusi
Tujuan:
Pemeriksaan dan pemeliharaan kelengkapan alat dan bahan
emergensi secara sistematik
a) Observasi
i. Identifikasi kelengkapan dan ketersediaan alat serta
mudah digunakan saat dibutuhkan
ii. Periksa tanggal kadaluarsa untuk semua peralatan
termasuk obat-obatan
b) Terapeutik
i. Bandingkan daftar alat yang ada sesuai dengan standar
minimum
ii. Ganti persediaan dan peralatan yang hilang atau sudah tidak
layak pakai
iii. Uji coba pengunaan alat (mis. pengaturan laringoskop dan
pemeriksaan bola lampu laringoskop)
iv. Pastikan defibrillator tetap terpasang dan baterainya terisi
v. Uji coba mesin defibrillator sesuai dengan protokol, termasuk
uji coba pelepasan energi rendah (kurang dari 200 joule)
vi. Bersihkan peralatan setelah digunakan
Tujuan:
Mengidentfikasi dan menurunkan risiko kematian jaringan pada
area penonjolan tulang akibat penekanan atau gesekan terus
menerus
110
a) Observasi
i. Periksa luka tekan dengan menggunakan skala (mis. skala
noton, skala braden)
ii. Periksa adanya luka tekan sebelumnya
iii. Monitor suhu kulit yang tertekan
iv. Monitor berat badan dan perubahannya
v. Monitor status kulit harian
vi. Monitor ketat area yang memerah
vii. Monitor kulit di atas tonjolan tulang atau titik tekan saat
mengubah posisi
viii. Monitor sumber tekanan dan gesekan individu
b) Terapeutik
i. Keringkan daeah kulit yang lembab akibat keringat, cairan
luka dan inkontinensia fekal atau urin
ii. Gunakan barier seperti lotion atau bantalan penyerap air
iii. Ubah posisi dengan hati-hati setiap 1 – 2 jam
iv. Buat jadwal perubahan posisi
v. Berikan bantalan pada titik tekan atau tonjolan tulang
vi. Jaga sprai tetap kering, bersih dan tidak ada kerutan/lipatan
vii. Gunakan kasur khusus, jika perlu
viii. Hindari pemijatan di atas tonjolan tulang
ix. Hindari pemberian lotion pada daerah yang luka atau
kemerahan
x. Hindari menggunakan air hangat dan sabun keras saat
mandi
xi. Pastikan asupan makanan yang cukup terutama protein,
vitamin B dan C, zat besi, dan kalori
c) Edukasi
i. Jelaskan tanda-tanda kerusakan kulit
ii. Anjurkan melapor jika menemukan tanda-tanda kerusakan
kulit
111
iii. Ajarkan cara merawat kulit
112
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspetoran,
mukolitik, jika perlu
2) Pemantauan Respirasi
Tujuan:
Mengumpulkan dan menganalisis data untuk memastikan
kepatenan jalan napas dan keefektifan pertukaran gas.
a) Observasi
i. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
napas
ii. Monitor pola napas
iii. Monitor kemampuan batuk efektif
iv. Monitor adanya produksi sputum
v. Monitor adanya sumbatan jalan napas
vi. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
vii. Auskultasi bunyi napas
viii. Monitor saturasi oksigen
ix. Monitor nilai AGD
x. Monitor hasil x-ray toraks
b) Terapeutik
i. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
ii. Dokumentasikan hasil pemantauan
c) Edukasi
i. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
ii. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Intervensi Pendukung
3) Konsultasi Via Telepon
a) Observasi
113
i. Identifikasi tujuan konsultasi via telepon
ii. Identifikasi masalah yang difokus konsultasi
iii. Identifikasi kemampuan pasien memahami intonasi
telepon (mis. Defisit pendengaran,kebingungan dan
hambatan bahasa)
iv. Identifikasi tingkat dukungan keluarga dan
keterlibatan dalam perawatan
v. Identifikasi respons psikologis terhadap situasi dan
ketersediaan sistem pendukung
vi. Identifikasi resiko keselamatan bagi penanggil
dan/atau orang lain
vii. Identifikasi apakah masalah memerlukan evaluasi
lebih lanjut (gunakan protokol standar)
viii. Identifikasi ekspektasi biaya,jika perlu
ix. Identifikasi cara menghubungi pasien atau warga
untuk menerima telepon kembali,jika diperlukan
b) Teraupeutik
i. Perkenalkan diri dan instansi
ii. Dapatkan informasi tentang diagnosis keperawatan
dan/atau medis,jika ada
iii. Dapatkan informasi kesehatan masa lalu dan saat ini
iv. Tanyakan keluhan utama dan riwayat kesehatan
saat ini sesuai denga protokol standar
v. Berikan tanggapan secara profesional terhadap
penerimaan atau penolakan ide
vi. Fasilitas memutuskan pilihan aternatif solusi
vii. Libatkan keluarga/orang penting lainnya dalam
perencanaan perawatan
viii. Pertahankan kerahasiaan pasien
c)Edukasi
i. Jelaskan maslaah yang dihadapi pasien
114
ii. Jelaskan alternatf solusi yang dapat dilakukan pasien
atau keluarga
iii. Jelaskan keuntungan dan kerugian masing-masing
solusi
iv. Informasikan program pendidikan, kelompok
pendukung kelompok swadaya yang dapat
dimanfaatkan pasien
v. Anjurkan meningkatkan kemandirian menyelesaikan
masalah
4) Pencegahan Aspirasi
Tujuan:
Mengidentifikasi dan mengurangi risiko masuknya partikel
makanan/cairan ke dalam paru-paru.
a) Observasi
i. Monitor tingkat kesadaran, batuk, muntah, dan
kemampuan menelan
ii. Monitor status pernapasan
iii. Monitor bunyi napas, terutama masalah
makan/minum
iv. Periksa residu gaster sebelum memberi asupan oral
v. Periksa kepatenan selang nasogenik sebelum
memberi asupan oral
b) Terapeutik
i. Posisikan semi Fowler (30-45 derajat) 30 menit
sebelum memberi asupan oral
ii. Pertahankan posisi semi Fowler (30-45 derajat) pada
pasien tidak sadar
iii. Pertahankan kepatenan jalan napas
iv. Pertahankan pengembangan balon endotracheal
tube (ETT)
115
v. Lakukan penghisapan jalan napas, jika produksi
secret meningkat
vi. Sediakan suction di ruangan
vii. Hindari memberi makan melalui selang
gastrointestinal, jika residu banyak
viii. Berikan makanan dengan ukuran kecil atau lunak
ix. Berikan obat oral dalam bentuk cair
c)Terapeutik
i. Anjurkan makan secara perlahan
ii. Ajarkan strategi mencegah aspirasi
iii. Ajarkan teknik mengunyah atau menelan, jika perlu
5) Pemeriksaan Trakheostomi
Tujuan :
Mengidentifikasi dan merawat bersihan dan kepatenan jalan
napas serta mencegah komplikasi akibat trakeostomi.
a) Observasi
i. Monitor adanya sekresi, balutan yang kotor, lembab,
atau tanda dan gejala sumbatan jalan napas yang
membutuhkan penghisapan
ii. Monitor tanda-tanda peradangan, infeksi, edema, atau
sekresi yang berubah warna pada stoma.
b) Terapeutik
i. Posisikan semi-Fowler
ii. Pasang sarung tangan steril, gaun, dan pelindung
mata
iii. Lakukan penghisapan trakeostomi, sesuai indikasi
iv. Lepaskan balutan kotor, lepaskan sarung tangan, dan
cuci tangan.
v. Siapkan set ganti balutan steril
vi. Lepaskan selang oksigen, jika terpasang
116
vii. Lepaskan kanula bagian dalam dengan tangan
nondominan
viii. Bersihkan stoma dan kulit sekitar dengan kain kasa
dan/atau kapas lidi
ix. Keringkan kulit sekitar stoma dengan kasa steril
x. Lepaskan ikatan trakeostomi yang kotor
xi. Pasang balutan steril dan ikatan pada trakeostomi
d) Edukasi
i. Jelaskan prosedur tindakan
ii. Ajarkan tanda dan gejala yang perlu dilaporkan
117
vii. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
viii. Berikan oksigen, jika perlu
c) Edukasi
i. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
ii. Ajarkan teknik batuk efektif
d) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspetoran, mukolitik, jika
perlu.
2) Pencegahan Aspirasi
Tujuan:
Mengidentifikasi dan mengurangi risiko masuknya partikel
makanan/cairan ke dalam paru-paru.
a) Observasi
i. Monitor tingkat kesadaran, batuk, muntah, dan
kemampuan menelan
ii. Monitor status pernapasan
iii. Monitor bunyi napas, terutama masalah makan/minum
iv. Periksa residu gaster sebelum memberi asupan oral
v. Periksa kepatenan selang nasogenik sebelum memberi
asupan oral
b) Terapeutik
i. Posisikan semi Fowler (30-45 derajat) 30 menit sebelum
memberi asupan oral
ii. Pertahankan posisi semi Fowler (30-45 derajat) pada
pasien tidak sadar
iii. Pertahankan kepatenan jalan napas
iv. Pertahankan pengembangan balon endotracheal tube
(ETT)
118
v. Lakukan penghisapan jalan napas, jika produksi secret
meningkat
vi. Sediakan suction di ruangan
vii. Hindari memberi makan melalui selang gastrointestinal,
jika residu banyak
viii. Berikan makanan dengan ukuran kecil atau lunak
ix. Berikan obat oral dalam bentuk cair
c) Terapeutik
i. Anjurkan makan secara perlahan
ii. Ajarkan strategi mencegah aspirasi
iii. Ajarkan teknik mengunyah atau menelan, jika perlu
Intervensi Pendukung
3) Pemberian obat
Tujuan:
Mempersiapkan, memberi, dan mengevaluasi keefektifan agen
farmakologis yang diprogramkan
a) Observasi
i. Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi, dan kontraindikasi
obat
ii. Verifikasi order obat sesuai dengan indikasi
iii. Periksa tanggal kadaluarsa obat
iv. Monitor tanda vital dan nilai laboratorium sebelum pemberian
obat, jika perlu
v. Monitor efek terapeutik obat
vi. Monitor efek samping, toksisitas, dan interaksi obat
b) Terapeutik
i. Perhatikan prosedur pemberian obat yang aman dan akurat
ii. Hindari interupsi saat mempersiapkan, memverifikasi, atau
mengelola obat
119
iii. Lakukan prinsip enam benar (pasien, obat, dosis, rute,
waktu, dokumentasi
iv. Perhatikan jadwal pemberian obat yang tidak diberi label
dengan benar
v. Buang obat yang tidak terpakai atau kadaluwarsa
vi. Fasilitasi minum obat
vii. Tandatangani pemberian narkotika, sesuai protocol
viii. Dokumentasikan pemberian obat dan respons terhadap obat
c) Edukasi
i. Jelaskan jenis obat, alasan pemberian, tindakan yang
diharapkan dan efek samping sebelum pemberian
ii. Jelaskan factor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
efektifitas obat.
4) Pemberian Obat Intrapleura
Tujuan:
a) Observasi
i. Identifikasi kemungkinan alergi,interaksi, dan kontraindikasi
obat
ii. Verifikasiorder obat sesuai dengan indikasi
iii. Periksa tanggal kadaluwarsa obat
iv. Monitor tanda vital dan nilai laboraturium sebelum pemberian
obat, jika perlu
v. Monitor efek terapeutik
vi. Monitor efek samping,toksisitas dan interaksi obat
b) Terapeutik
i. Lakukan prinsip enam benar
(pasien,obat,dosis,waktu,rute,dokumentasi)
120
ii. Pastikan ketetapan posisi kateter intrapleura dengan x-
ray,jika perlu
iii. Aspirasi cairan intrapleura sebelum pemberian obat
iv. Periksa tidak adanya darah balik sebelum pemberian obat
v. Tunda pemberian obat jika terdapat >2 cc cairan balik saat
pengecekan keteter
vi. Sediakan obat secara aseptik
vii. Berikan obat melaui kateter intapleura sevara intermitten
atau kontinu, sesuai kebutuhan
viii. Sambungkan kateter intarpleura dengan mesin pompa, jika
perlu
c) Edukasi
i. Jelaskan jenis obat, alasan pemberian, tindakan yang
diharapkan, dan efek samping sebelum pemberian
ii. Jelaskan faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
efektif
121
i. Lakukan prinsip enam benar(pasien, obat, dosis, waktu,
rute, dokumentasi)
ii. Pertahankan teknik aseptik
iii. Aspirasi cairan spinal serebral sebelum memberika obat
iv. Tandai tubing sebagai intratekal atau epidural
v. Suntikkan obat secara perlahan sesuai dengan langkah
prosedur
vi. Fiksasi kateter dengan diamankan dikulit
vii. Fiksasi semua sambungan selang
c) Kolaborasi
i. Kolaborasi dengan tim medis jika lokasi insersi tampak
tanda infeksi
8. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan
dalam rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup
tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan
mandiri (independen) adalah aktivitas perawat yang didasarkan
pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan
petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan
kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan
bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain. (Tarwoto &
Wartonah, 2015)
Agar lebih jelas dan akurat dalam melakukan implementasi,
diperlukan perencanaan keperawatan yang spesifik dan
operasional. Sebelum melakukan implementasi beberapa hal yang
harus dilakukan: (Tarwoto & Wartonah, 2015)
a. Kaji kembali rencana keperawatan dan validasi terhadap
pasien dan tim kesehatan lain, serta status kesehatan
pasien saat ini.
122
b. Kaji pengetahuan dan kemampuan untuk melaksanakan
rencana implementasi
c. Persiapan pasien, terangkan tentang tindakan keperawatan,
tujuan, apa yang terjadi pada pasien.
d. persiapan lingkungan, seperti ruangan, lampu, alat, sumber-
sumber yang dibutuhkan, serta menjaga privasi.
123
5. Evaluasi
124
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup
seluruh sel-sel hidup.
2. Proses oksigenasi terdiri dari 3 tahapan yaitu ventilasi, difusi, dan
transportasi gas.
3. Factor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi yaitu factor fisiologis,
factor perkembangan, factor perilaku, factor lingkungan, dan factor
psikologi.
4. Saluran pernapasan terbagi menjadi saluran pernapasan atas dan
saluran pernapasan bawah. Saluran pernapasan atas meliputi
bagian hidung, sinus, faring, dan bagian laring di atas pita suara.
Saluran pernapasan bawah meliputi percabangan trakeobonkial,
surfaktan, paru, pleura.
5. Tipe kekurangan oksigen dalam tubuh hipoksemia, hipoksia, gagal
napas, dan perubahan pola napas.
6. Di dalam konsep pengkajian terdiri atas pengkajian, diagnosis
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
B. SARAN
125
Daftar Pustaka
Caroline Bunker Rosdahl, & Mary T. Kowalski. (2014). Buku Ajar
Keperawatan Dasar Edisi 10. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
P.J.M. Stevens, F.Bordui, & J.A.G. van der Weyde. (2012). ILMU
KEPERAWATAN. JAKARTA: BUKU KEDOKTERAN EGC.
iii