Anda di halaman 1dari 17

STUDI PERENCANAAN RUTE ANGKUTAN

UMUM DI KOTA PONTIANAK

Muhammad Dexy Buchika1), Komala Erwan2), Akhmadali2)

mdexybuchika@gmail.com

ABSTRAK
Pontianak sebagai salah satu ibu kota di pulau Kalimantan Barat, Untuk menunjang
kelancaran berbagai aktifitas kegiatan dan mobilitas penduduk di kawasan ini diperlukan fasilitas
transportasi angkutan umun yang cukup memadai. Dengan demikian angkutan umum mempunyai
peranan yang sangat penting di dalam menampung dinamika pergerakan masyarakat untuk
melakukan berbagai aktifitasnya.
Analisis Multi Kriteria adalah suatu metode pemilihan alternatif, dimana setiap alternatif akan
dinilai menggunakan kriteria – kriteria tertentu sehingga kemudian alternatif yang terpilih adalah
alternatif dengan penilaian terbaik berdasarkan kriteria – kriteria tersebut. Analisis Multi Kriteria
(AMK) menggunakan persepsi peneliti sendiri terhadap kriteria-kriteria atau variabel-variabel yang
dibandingkan dalam pengambilan keputusan. Analisis ini akan digunakan beberapa alternatif,
dimana diharapkan bahwa rute terpilih secara optimal merupakan rute yang memberikan kontribusi
bagi pengembangan wilayah, mudah diakses, efisien secara pembiayaan dan menimbulkan dampak
negatif minimal bagi lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat.
Kriteria yang digunakan dalam AMK diantaranya adalah: kemudahan pencapaian tujuan
(aksesibilitas), Kepadatan Penduduk, Tata Guna Lahan, Kondisi Struktur jaringan jalan, Volume
Lalu Lintas, Panjang Lintasan, Lebar Jalur Lintasan, Waktu Tempuh, aspek kenyamanan dan aspek
keamanan. Dari hasil penilaian yang telah dilakukan dapat ditentukan bobot dari tiap kriteria.
Proses pembobotan untuk mendapatkan bobot kepentingan setiap kriteria secara umum dilakukan
dengan metodologi sebagai berikut: Memberikan Penilaian masing-masing rute pada setiap kriteria.
Setelah nilai di dapat, maka di jumlahkan nilai dari seluruh kriteria untuk masing-masing rute. Hasil
dari pembobotan, kriteria yang memberikan pengaruh terbesar dalam penilaian adalah kriteria
kedua yaitu Tata Guna Lahan. Dari hasil skoring dan penilaian menggunakan AMK maka rute
terpilih adalah rute keempat yaitu Rumah Radank - Jl.Dr. Sutomo – Jl.Pangeran Natakusuma – Jl.Ali
Anyang – Jl.GustiHamzah – Jl.Jeranding – Jl.R. E.Martadinata – Jl.Kom Yos Sudarso – Jl.Karet –
Jl.TabraniAhmad – Jl.R.E.Martadinata – Jl.H.Rais A.Rachman – Jl.Gusti Hamzah – Jl.Ali Anyang –
Jl.Uray Bawadi – Jl.Sultan Syahri – Rumah Radank.

Kata kunci : Perencanaan Rute, Analisis Multi Kriteria

1. Alumni Prodi Teknik Sipil FT. UNTAN


2. Dosen Prodi Teknik Sipil FT. UNTAN

1
1. PENDAHULUAN Dengan demikian angkutan umum
1.1. Latar Belakang mempunyai peranan yang sangat
Pontianak sebagai salah satu ibu penting di dalam menampung dinamika
kota di pulau Kalimantan Barat telah pergerakan masyarakat untuk
mengalami perkembangan yang sangat melakukan berbagai aktifitasnya. Selain
pesat, sehingga dalam penataan menamung dinamika pergerakan
ruangnya perlu diarahkan menjadi masyarakat, keberadaan angkutan
kawasan yang baik. Kawasan ini umum juga diperlukan dalam
diarahkan menuju kawasan dengan peningkatan kualitas dan kemajuan
pengembangan pedagangan barang dan pembangunan daerah perkotaan. Oleh
jasa, transportasi regional, inustri, karena itu, trayek angkutan umum (bis
pemukiman, pemerintahan, pendidikan kota) perlu direncanakan untuk
tinggi, dan pertanian. melayani kawasan kota Pontianak.
Untuk menunjang kelancaran
berbagai aktifitas kegiatan dan mobilitas 1.2. Permasalahan
penduduk di kawasan petropolitan ini Sistem angkutan umum
diperlukan fasilitas transportasi merupakan system pelayanan jasa
angkutan umun yang cukup memadai. angkutan yang berfungsi untuk
Terwujudnya mobilisasi penduduk mengumpulkan dan mendistribusikan
dengan pelayanan angkutan umum yang penumpang yang mempunyai kebutuhan
efektif dan efisien apabila terdapat sisi akan pergerakan. Meskipun para
permintaan (demand) dengan sisi penumpang belum tentu mempunyai
penyediaan (supply) yang disertai asal dan tujuan yang sama, tetapi pola
manajemen operasional yang baik. ataupun karakteristik pergerakannya
Angkutan umum merupakan sedemikian sehingga jumlahnya
salah satu sarana transportasi yang tidak memungkinkan suatu trayek system
dapat dipisahkan dari sistem transportasi angkutan melayaninya dengan baik.
kota. Sistem angkutan umum akan Kondisi pelayanan angkutan
mempunyai pengaruh secara langsung umum yang ada saat ini di kawasan kota
terhadap sistem transportasi. Jika sistem Pontianak masih dibatasi oleh batas-
transportasi kurang baik, maka akan batas administrasi, jumlah kendaraan
menyebabkan terganggunya sistem kota umum yang masih terbatas serta rute
secara keseluruhan, baik ditinjau dari perjalanan yang masih tidak optimal.
pemenuhan kebutuhan mobilitas Sehingga angkutan umum menjadi tidak
masyarakat maupun ditinjau dari mutu efisien dan penumpang tidak dapat
kehidupan kota. terlayani dengan baik.
Di dalam kehidupan
bermasyarakat dengan tingkat sosial
ekonomi yang berbeda-beda, tentunya 1.3. Tujuan Penelitian
ada yang mampu dan tidak mampu. Adapun tujuan dari penelitian ini
Dalam kehidupan yang tingkat adalah antara lain :
ekonominya tinggi, untuk melakukan  Untuk merencanakan jaringan
aktivitas sehari-hari, maka tentunya trayek angkutan umum di
dapat menggunakan kendaraan pribadi. kawasan kota Pontianak.
Sedangkan yang tingkat ekonominya  Untuk mengetahui jalur trayek
menengah kebawah, kecenderungan angkutan umum yang sangat
menggunakan kendaraan pribadi sangat penting bagi masyarakat kota
kurang dalam melakukan aktifitasnya, Pontianak.
akan tetapi mereka lebih memilih  Untuk menganalisa kualitas
angkutan umum sebagai sarana dalam angkutan kota dalam melayani
melakukan pergerakan.

2
beberapa pusat-pusat permukiman system transportasi angkutan ummnya
di kawasan kota Pontianak. (Agung Hartono, 1994).
Secara umum dapat dikatakan
1.4. Manfaat Penelitian bahwa system angkutan umum adalah
Adapun manfaat dari penelitian merupakan pelayanan jasa angkutan
ini adalah : yang berfungsi untuk mengumpulkan
 Akan diperoleh rute trayek dan mendistribusikan penumpang yang
angkutan umum yang di mempunyai kebutuhan akan pergerakan.
rencanakan. Meskipun para penumpang belum tentu
 Bagi pemerintah hasil studi ini mempunyai tempat asal yang sama
dapat di gunakan sebagai acuan ataupun tujuan yang sama, tetapi pola
dalam penentuan kebijakan dan ataupun karakteristik pergerakannya
pengembangan infrastruktur di adalah sedemikian sehingga jumlahnya
lokasi yang di teliti. memungkinkan suatu trayek system
angkutan melayaninya secara baik. Oleh
karena itu, suatu trayek merupakan
1.5. Pembatasan Masalah suatu pelayanan jasa angkutan umum
Untuk memperjelas dan yang secara geografis mempunyai
mempermudah penyusunan sehingga wilayah tertentu dan secara periodik
dapat di peroleh kesimpulan yang jelas, memberikan pelayanan pada calon
maka diperlukan pembatasan masalah penumpangnya.
dalam penelitian ini.
 Penelitian merencanakan trayek 2.2. Perangkutan Umum
baru untuk kawasan kota Angkutan umum pada dasarnya
Pontianak. adalah sarana untuk memindahkan
 Penelitian ini merencanakan rute orang dan atau barang dari satu tempat
untuk kota Pontianak. ke tempat lain. Tujuannya membantu
 Penelitian ini tidak orang atau kelompok orang menjangkau
merencanakan jumlah armada berbagai tempat yang dikehendaki atau
dan system operasionalnya. mengirimkan barang dari tempat
 Penelitian ini tidak asalnya ke tempat tujuannya.
merencanakan tarif angkutan
umum. 2.2.1. Angkutan Umum Penumpang
 Penelitian ini juga tidak (AUP)
Secara umum dapat dikatakan
merencanakan penempatan halte
dan terminal. bahwa sistem angkutan umum
merupakan sistem pelayanan jasa
angkutan yang berfungsi
2. TINJAUAN PUSTAKA
mengumpulkan dan mendistribusikan
2.1. Tinjauan Umum
Peningkatan pelayanan penumpang yang mempunyai kebutuhan
angkutan umum merupakan salah satu akan pergerakan. Pengangkutan dapat
alternatif untuk mengurangi dikatagorikan menjadi pengangkutan
perkembangan penggunaan kendaraan orang dan pengangkutan barang. Pada
pribadi, jika pelayanannya baik dasarnya karakteristik kebtuhan
angkutan umum ditentukan oleh factor
kecenderungan orang akan angkutan
umum akan meningkat. Angkutan internal yaitu kemudahan, keteraturan
umum sebagai salah satu elemen dari dan ketepatan waktu, waktu perjalanan
system transportasi perkotaan total dan tariff. Sedangkan factor
memegang peranan yang sangat penting eksternal antara lain kepadatan
bagi daerah perkotaan. Kota yang baik penduduk, konsentrasi aktifitas, jarak
perjalanan, tingkat pelayanan, kebijakan
dapat ditandai dengan melihat kondisi
transport, lingkungan, parkir dan pajak.

3
Namun untuk pemenuhan
kebutuhan akan keamanan dan b. Tipe kendaraan dan kapasitas
keselamatan perjalanan, factor pribadi angkutan perkotaan. Bus merupakan
dan kondisi fisik dari angkutan umum kendaraan yang sering digunakan untuk
akan sangat berpengaruh. Dalam hal ini angkutan umum penumpang jalan raya.
salah satu faktornya umur kendaraan
atau angkutan umum. 2.3. Trayek
Factor-faktor penentu diatas Trayek angkutan adalah lintasan
berkaitan langsung dengan keinginan angkutan umum atau rute untuk
untuk mendapatkan perjalanan yang pelayanan jasa angkutan orang dengan
aman dan nyaman. Sementara angkutan mobil bus yang mempunyai asal dan
umun merupakan sarana yang tujuan perjalan tetap, lintasan tetap dan
digunakan secara bersama-sama dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal.
bukan kepemilikan pribadi, maka sulit Berdasarkan peraturan
untuk mengatur sendiri beberapa pemerintah No 41 Pasal 7 Tahun 1993,
kecepatan kendaraan dan jam berapa jaringan trayek terdiri dari :
harus sampai.  Trayek Antar Kota Antar
Provinsi (AKAP) yaitu trayek
2.2.2. Permintaan (Demand) yang melalui lebih dari satu
Angkutan Umum Penumpang wilayah provinsi daerah tingkat I.
Permintaan akan angkutan  Trayek Antar Kota Dalam
umum penumpang pada umumnya Provinsi (AKDP) yaitu trayek
dipengaruhi oleh karakteristik yang melalui antar daerah tingkat
kependudukan dan tata guna lahan pada II dalam satu wilayah provinsi
wilayah tersebut. daerah tingkat I.
Permintaan yang tinggi terjadi  Trayek Kota yaitu trayek yang
pada wilayah dengan kepadatan seluruhnya berada dalam satu
penduduk yang tinggi, wilayah dengan wilayah kota madya Daerah
pekerja atau tenaga kerja yang tinggi Tingkat II atau trayek dalam
(daerah industri, perkantoran, kawasan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
perdagangan dan lain-lain), dan  Trayek Perdesaan yaitu trayek
wilayah dengan kepemilikan kendaraan yang seluruhnya berada dalam
pribadi yang rendah. satu wilayah Kabupaten Daerah
Tingkat II.
2.2.3. Penyediaan (Supply) Angkutan  Trayek Lintas Batas Negara yaitu
Umum Penumpang trayek yang melalui batas negara.
a. Rute angkutan umum. Jaringan
rute angkutan umum menekankan 2.4. Sistem Rute
beberapa katagori tergantung Karena sifatnya yang tetap, baik
kepentingan khusus dari wilayah yang di tinjau dari aspek special geografis
ditentukan oleh penggunaan tanah dari maupun jika di tinjau dari waktu
topografi. Karena adanya perubahan pelayanan, maka penumpang dengan
pada perkembangan kota, maka berbagai kepentingan dapat
diperlukan penyesuaian terhadap rute mengunakan rute angkutan umum
untuk menampung demand agar secara bersama-sama. Dalam hal ini
terjangkau oleh pelayanan angkutan tentu saja, suatu rute angkutan umum
umum. Rute diusahakan agar akan melayani calon penumpang yang
mempunyai lintasan yang terpendek mempunyai asal dan tujuan yang
yang melewati daerah permukiman, berbeda-beda atau penumpang yang
sehingga angkutan umum tersebut mempunyai jarak perjalanan yang
mendapat kecepatan perjalanan lintasan berbeda-beda, suatu rute angkutan
yang tinggi.

4
umum juga harus melayani penmpang  Pengemudi wajib untuk
yang mempunyai karakteristik sosial menghampiri (untuk menaikan
ekonomi yang berbeda dan karakteristik dan menurunkan penumpang) di
aktifitas yang berbeda-beda. beberapa lokasi perhentian
tertentu, yang jumlahnya
2.4.1. Jenis-Jenis Rute terbatas misalnya 3 atau 4
Ditinjau dari tipe pelayanannya, perhentian.
rute dapat di kelompokan menjadi 4  Di luar perhentian yang
jenis, yaitu : diwajibkan tersebut, pengemudi
diizinkan untuk melakukan
a. Rute Tetap (Fixed Routes) deviasi sepanjang tidak
Pada rute jenis ini pengemudi melewati daerah atau koridor
bus diwajibkan hanya mengendarai yang telah ditetapkan
kendaraannya pada rute atau jalur rute sebelumnya.
yang telah ditentukan dan sesuai dengan
jadwal waktu yang telah direncanakan d. Rute Dengan Deviasi Penuh
sebelumnya. Rute tipe ini merupakan (Demand Responsive Routing)
rute yang paling disukai oleh Pada rute jenis ini pengemudi
penumpang, karena penumpang tahu diberikan kebebasan sepenuhnya untuk
dengan pasti dimana dan kapan mengemudikan kemana dia suka,
sebaiknya mereka menunggu, selain itu sepanjang dia mempunyai rute awal dan
mereka juga tahu dengan pasti dimana rute akhir yang sama. Dengan adanya
dan kapan mereka seharusnya turun pengaturan seperti ini pengemudi
untuk mencapai tujuan perjalannya. sepenuhnya mengarahkan kendaraanya
Tetapi rute ini masih dapat melakukan sesuai dengan pengalamannya sesuai
deviasi dengan dengan alasan tertentu. dengan keinginan penumpang, tetapi
penumpang tidak bias tahu secara persis
b. Rute Tetap Dengan Deviasi dimana dan kapan mereka dapat menaiki
Khusus bus jika mereka tidak mengontak
Pada rute ini pengemudi diberi terlebih dahulu kepusat pengelolaan.
kebebasan untuk melakukan deviasi
untuk alasan-alasan khusus seperti 2.4.2. Kapasitas Rute
misalnya untuk menaikan dan Kapasitas Rute adalah
menurunkan sekelompok calon kemampuan maksimal dari rute yang
penumpang yang karena alasan fisik bersangkutan dalam melayani
ataupun alasan usia ataupun alasan pergerakan penumpang per satuan
emergency. Deviasi khusus ini dapat waktunya. Faktor operasional yang
juga dilakukan pada waktu-waktu menentukan besarnya kapasitas angkut
tertentu saja, misalnya pada jam sibuk dari suatu rute adalah :
untuk mengantisipasi kebutuhan a. Jenis teknologi, terutama
pergerakan kelompok tertentu diluar rute berkaitan dengan tipe kendaraan yang
yang telah ditentukan pada jam sibuk. akan di gunakan untuk melayani rute
Sedangkan pada waktu lainnya yang bersangkutan.
pengoprasian betul-betul sebagai fixed
route. b. Metode pengaturan perjalanan
di jalan yang dilaluinya, apakah
c. Rute Dengan Batasan Koridor dilakukan pengaturan khusus ataukah
(Corridor Routing) dibiarkan apa adanya. Pengaturan
Pada rute tipe ini pengemudi khusus biasanya dilakukan jika kondisi
diizinkan melakukan deviasi dari rute lalu lintasnya macet.
yang telah ditentukan dengan batasan-
batasan tertentu, yaitu :

5
c. Pelayanan ekspress, yaitu masyarakat adalah rute yang terbaik.
dengan peraturan khusus sehingga bus Atau dengan kata lain, jika masyarakat
dapat di batasi perhentiannya hanya dapat dengan mudah mengunakan atau
pada perhentian-perhentian utama saja. akses ke suatu rute, maka rute tersebut
akan melayani masyarakat dengan baik.

2.4.3. Daerah Pelayanan Rute (Area 2.5. Perencanaan Rute


Coverage) Secara umum, dalam
Daerah pelayanan rute dapat merencanakan suatu rute kita di
didefinisikan sebagai daerah dimana hadapkan pada dua kepentingan utama,
seluruh warganya dapat menggunakan yaitu kepentingan pihak pengguna jasa (
atau memanfaatkan rute yang masyarakat atau penumpang ) dan
bersangkutan untuk kebuthan kepentingan pengelola. Ditinjau dari
mobilitasnya. Daerah tesebut juga dapat kepentingan penumpang, maka suatu
dikatakan sebagai daerah di mana orang rute hendaknya adalah sedemikian
masih cukup nyaman untuk berjalan ke sehingga penumpang dapat dengan
rute bersangkutan untuk kebutuhan mudah, nyaman, dan cepat dalam
mobilitasnya. memenuhi kebutuhan mobilitasnya.
Dengan definisi tersebut, maka Sedangkan ditinjau dari kepentingan
besarnya daerah pelayanan suatu rute pengelola, suatu rute baik adalah rute
sangat bergantung pada seberapa jauh yang akan memperbesar tingkat
berjalan kaki itu nyaman. Jika pendapatan dan memperecil biaya
digunakan batasan 5 menit berjalan operasionalnya, sehingga secara
kaki, maka jarak yang di maksud adalah keseluruhan akan mempertinggi margin
sekitar 400 meter, sehingga daerah keuntungannya.
pelayanan rute adalah koridor kiri kanan
rute dengan lebar 400 meter, sehingga 2.5.1. Filosofi Dasar
daerah pelayanan rute adalah koridor di Ditinjau dari pendekatan
kiri kanan rute dengan lebar sekitar 800 efisiensi, maka filosofi dasar
meter ( 400 meter di kiri rute dan 400 perencanaan rute dapat dinyatakan
meter di kanan rute). sebagai berikut : “ rute yang terbaik
adalah rute yang mampu menawarkan
pelayanan semaksimal mungkin pada
daerah pelayanannya kepada
penumpang dengan biaya operasional
yang serendah mungkin “ (Idwan
susanto, 1996).
Sedangkan ditinjau dari
400 m pendekatan efektifitas filosofi dasar
perencanaan trayek/rute dinyatakan
sebagai berikut : “rute yang baik adalah
Batas Daerah rute yang mampu menyediakan
Gambar 1. Daerah Pelayanan Rute pelayanan semaksimal mungkin pada
daerah pelayanannya kepada
2.4.4. Aksesibilitas penympang dengan menggunakan
Aksesibilitas masyarakat terhadap sumber daya yang ada (Indwan Susanto,
suatu rute merupakan salah satu factor 1996 ).
yang perlu diperhatikan dalam
perancangan suatu rute.karena pada 2.5.2. Kriteria Perencanaan
kenyataannya rute yang menybabkan Dalam perencanaan rute
tingkat aksesibilitas masyarakat yang kendaraan umum, kriteria utama yang
tinggi, ditinjau dari sudut pandang sering digunakan adalah:

6
 Rute direncanakan hendaknya dalam merencanakan suatu rute,
mampu membangkitkan diantaranya :
kebutuhan pergerakan
penumpang (travel demand)  Pola Tata Guna Lahan
dengan jumlah minimal tertentu. Dalam melayani kebutuhan
 Rute yang digunakan hendaknya enduduk di usahakan angkutan umum
adalah sedemikian rupa mampu menyediakan aksesibilitas yang
sehingga penumpang merasa baik. Untuk memenuhi hal tersebut,
bahwa rute yang digunakan lintasan rute melewati tata guna lahan
tidak terlalu bertele-tele atau dengan potensial demand yang
rute mempunyai route directness tinggi.
yang rendah.
 Rute yang di rencanakan  Kepadatan Penduduk
hendaknya merupakan rute yang Salah satu faktor yang menjadi
unik, yang tidak overlap dengan prioritas pelayanan angkutan umum
rute lain. adalah wilayah dengan kepadatan
 Rute yang direncanakan adalah penduduk yang tinggi, karena wilayah
sedemikian sehingga dalam dengan kepadatan penduduk yang tinggi
pengoprasiannya akan umumnya merupakan wilayah yang
memberikan kenyamanan pada mempunyai potensial demand
para penumpang, yaitu dengan yang tinggi.
di hindarinya jalan dengan
kondisi jelek.  Daerah Pelayanan dan
 Rute yang direncanakan adalah Jangkauan Rute
sedemikian sehingga Daerah pelayanan rute dapat di
memungkinkan tercapainya definisikan sebagai daerah dimana
waktu tempuh yang memadai. seluruh masyarakat dapat menggunakan
 Rute yang direncanakan atau memanfaatkan rute yang
hendaknya mempunyai image bersangkutan untuk kebutuhan
dan identity yang jelas di mata mobilitasnya.
masyarakat, sehingga
penumpang dapat mengenali  Karakteristik Jaringan Jalan
dengan baik, kapan dan dimana Kondisi system jaringan jalan
mereka bisa naik dan turun dari yang ada akan menentukan pola
kendaraan umum. pelayanan dari rute angkutan umum
 Rute yang direncanakan adalah yang ada. Karakteristik jalan meliputi
sedemikian rupa sehingga konfigurasi, kalasifikasi dan fungsi,
lebar jalan, dan tipe operasi jalur.
mudah dicapai oleh sebanyak-
banyaknya anggota masyarakat.
2.5.4. Tahapan Perencanaan
 Rute yang direncanakan
Secara keseluruhan proses
hendaknya adalah sedemikian
perencanaan meliputi tahapan berikut :
sehingga biaya operasi yang
harus dikeluarkan oleh pihak  Identifikasi daerah pelayanan
pengelola masih pada batas-  Analisis kondisi daerah
batas wajar. prasarana jaringan jalan
 Analisis potensi travel demand
2.5.3. Faktor Yang Perlu  Penentuan koridor daerah
Diperhatikan Dalam Perencanaan pelayanan
Rute  Identifikasi lintasan rute
Ada beberapa faktor yang dapat  Analisis dan penentuan lintasan
di gunakan sebagai bahan pertimbangan rute terpilih

7
a. Identifikasi Daerah Pelayanan lintasan rute. Data dasar yang di
Dalam suatu perencanaan rute, perlukan dalam identifikasi lintasan rute
jika belum ada perencanaan sistem adalah berupa peta lengkap dari koridor
jaringan rute maka indentifikasi daerah daerah pelayanan yang terpilih
pelayanan perlu dilakukan. Faktor sebelumnya.
utama yang harus diperhatikan adalah
potensi travel demandnya. Hal ini perlu f. Analisa dan Penentuan Lintasan Rute
dilakukan mengingat bahawa pada Terpilih
dasarnya suatu rute angkutan umum Dalam analisis rinci yang di
diadakan dalam usaha mengantisipasi lakukan masing-masing alternatif
kebutuhan akan mobilitas masyarakat lintasan rute, hal-hal yang mendapat
(travel demand). Dalam melakukan perhatian utama adalah :
identifikasi potensi travel demand ini  Potensi demand
yang perlu diperhatikan pertama-tama  Kondisi dan karakteristik lalu
adalah karakteristik tata guna tanah dan lintas, baik pada ruas maupun
juga interaksi ruang (spacial interaction) pada persimpangan
yang terjadi pada daerah yang ditinjau.
2.6. Analisis Multi Kriteria
b. Analisi Kondisi Prasarana Jaringan Analisis ini menggunakan persepsi
Jalan stakeholders terhadap kriteria-kriteria atau
Tujuan dari tahapan ini adalah variabelvariabel yang dibandingkan dalam
untuk mengetahui secara rinci kondisi pengambilan keputusan. AMK memiliki
dan karakteristik prasarana jaringan sejumlah kelebihan jika dibandingkan
jalan dari masing-masing alternative dengan proses pengambilan keputusan
daerah pelayanan yang dihasilkan pada informal (informal judgement) yang saat
tahapan sebelumnya. ini umum digunakan.
Keuntungan tersebut antara lain:
c. Analisis Potensi Travel demand  Proses pengambilan keputusan
Untuk mengetahui ataupun dilakukan secara terbuka bagi
mengestimasi secara kasar besarnya semua pihak yang
ptensi dari pergerakan yang dihasilkan berkepentingan,
dari masing-masing alternative daerah  Variabel dan kriteria analisis yang
pelayanan. digunakan dapat lebih luas, baik
yang kuantitatif maupun yang
d. Penentuan Koridor Daerah kualitatif,
Pelayanan  Pemilihan variabel tujuan dan
Dalam melakukan evaluasi kriteria terbuka untuk dianalisis
penentuan koridor daerah pelayanan dan diubah jika dianggap tidak
yang definitive ini ada beberapa kriteria sesuai,
dasar yang digunakan, diantaranya  Nilai dan bobot ditentukan secara
adalah : terbuka sesuai dengan persepsi
 Besarnya potensi demand pihak terkait yang dilibatkan
 Luas daerah pelayanan (stakeholders),
 Kondisi, struktur, dan  Memberikan arti lebih terhadap
konfigurasi prasarana jalan yang proses komunikasi dalam
tersedia pengambilan keputusan, diantara
para penentu kebijakan, dan
e. Identefikasi Lintasan Rute dalam hal tertentu dengan
Tahap selanjutnya adalah masyarakat luas.
melakukan identifikasi lintasan rute,
sasaran akhir dari tahapan ini adalah
untuk mendapatkan beberapa alternatif

8
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.3. Persiapan Penelitian
3.1. Daerah Penelitian Sebelum survey dilaksanakan,
Pontianak sebagai salah satu ibu terlebih dahulu dilakukan persiapan-
kota di pulau Kalimantan Barat telah persiapan sebagai berikut :
mengalami perkembangan yang sangat
pesat, sehingga dalam penataan 3.3.1. Studi Pendahuluan dan Pustaka
ruangnya perlu diarahkan menjadi Studi ini dapat merupakan
kawasan yang baik. pengumpulan data-data skunder dan
literature-literatur yang berhubungan
dengan penelitian yang akan dilakukan.
Data-data skunder umumnya diperoleh
dari instansi-instansi terkait khususnya
BAPPEDA dan Dinas Perhunbungan
Kota Pontianak.

3.3.2. Penentuan Metode Pekerjaan


Tahapan kegiatan pengambilan
keputusan dalam Analisi Multi Kriteria
(AMK), secara singkat dapat diuraikan
sebagai berikut:
 Indikasi Jumlah alternatif rute
koridor yang akan dipilih.
 Meninjau dominansi suatu pilihan
terhadap pilihan lainnya.
Gambar 2. Peta Kota Pontianak
 Melakukan pembobotan, untuk
Skoring kinerja tiap alternatif
dengan memberikan penilaian
3.2. Bagan Alir Penelitian
terukur terhadap variabel kriteria
secara kualitatif ataupun
Mulai
kuantitatif.
Studi Pendahuluan dan Pustaka
 Menjumlahkan nilai setiap
kriteria sehingga didapat nilai
Penetapan Trayek dan Rute-rute Untuk Kota Pontianak total suatu alternatif.
 Me-ranking nilai tersebut
Menentukan Kriteria – Kriteria Penilaian sehingga didapat prioritas
alternatif.
1. Kriteria Berdasarkan Kepadatan Penduduk
2. Kriteria Berdasarkan Tata Guna Lahan
3.
4.
Kriteria Berdasarkan Kondisi Struktur Jaringan Jalan
Kriteria Berdasarkan Volume Lalu Lintas
Secara garis besar metodologi pendekatan
5.
6.
Kriteria Berdasarkan Panjang Lintasan Rute
Kriteria Berdasarkan Lebar Jalur Lintasan Rute
studi ini adalah sebagai berikut.
7. Kriteria Berdasarkan Waktu Tempuh Rute
8. Kriteria Berdasarkan Tingkat Kemudahan Pencapaian (Aksesibilitas) Rute
Perencanaan
Rute Alternatif
Pengumpulan Data

Analisa Data dengan Metode Multi kriteria Multikriteria Analisis Penentuan


Multikriteria Rute Terbaik

Rute Optimal
Kriteria atau
Variabel penilaian
Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3. Bagan Alir Penelitian Gambar 4. Proses Pemilihan Alternatif


Rute Dengan Menggunakan AMK

9
Tingkat kepentingan tiap kriteria 3.4.5. Panjang lintasan rute
dalam studi ini diperoleh dari proses Panjang lintasan rute yang
penilaian dari peneliti sendiri untuk terpendek akan menjadi pilihan para
mengurutkan kriteria – kriteria yang ada, penumpang.
mulai dari yang paling penting sampai
dengan kriteria yang tingkat 3.4.6. Waktu Tempuh rute
kepentingkannya paling rendah. Setiap penumpang / masyarakat
pasti akan memilih rute yang memiliki
waktu tempuh yang singkat.
3.4. Pertimbangan Pembobotan
Dalam hal ini kriteria yang 3.4.7. Tingkat kemudahan
digunakan dalam evaluasi untuk pencapaian (aksesibilitas) rute
penentuan rute adalah : Didalam transportasi
aksesibilitas adalah kemudahan
3.4.1. Kepadatan Penduduk mencapai suatu tujuan, sehingga
Salah satu faktor yang menjadi alternatif rute menuju suatu tempat
prioritas pelayanan angkutan umum banyak sehingga dapat dicapai dengan
adalah wilayah dengan kepadatan gampang dari beberapa tujuan. Rute
penduduk yang tinggi, karena wilayah yang menyebabkan tingkat aksesibilitas
dengan kepadatan penduduk yang tinggi masyarakat yang tinggi, ditinjau dari
umumnya merupakan wilayah yang sudut pandang masyarakat adalah rute
mempunyai potensial demand yang yang terbaik.
tinggi.
3.4.8. Lebar jalur lintasan rute
3.4.2. Tata Guna Lahan Lebar jalur lintasan untuk rute
Tata guna lahan merupakan yang di lewati juga perlu di lihat
daerah dengan aktifitas yang cukup mengingat bahwa jalur yang akan di
tinggi, seperti pertokoan, perkantoran, lewati juga banyak kendaraan lain yang
ataupun perumahan padat. Lintasan rute akan melintasi jalur tersebut sehingga
angkutan umum akan melewati tata tidak menggangu para pengguna
guna lahan dengan potensial demand kendaraan lain.
yang tinggi. 3.4.9. Tingkat keamanan Penumpang
Penyediaan alat-alat
3.4.3. Kondisi Struktur Jaringan keselamatan lalu lintas yang cukup
Jalan merupakan usaha untuk mengurangi
Kondisi sistem jaringan jalan terjadinya kecelakaan lalu lintas yang
yang ada akan menentukan pola merugikan penumpang.
pelayanan dari rute angkutan umum
yang ada. Karakteristik dan kondisi 3.4.10. Tingkat kenyamanan
prasarana jaringan jalan perlu diketahui Penumpang
mengingat bahwa rute angkutan umum Dapat memberikan kenyamanan
yang akan direncanakan akan mengikuti dalam perjalanan dengan menikmati
prasarana jaringan jalan yang ada. pemandangan yang menarik pada saat
melalu rute yang ada.
3.4.4. Volume lalu lintas
Volume lalu lintas adalah 3.5. Penilaian Kinerja Tiap Kriteria
jumlah kendaraan yang melewati suatu Adapun proses penilaian kinerja
ruas jalan tertentu. Volume lalu lintas dilakukan dengan mekanisme sebagai
ini untuk melihat berapa tingkat berikut:
kemacetan lalu lintas di suatu rute.  Tentukan nilai dari setiap
alternatif untuk setiap variabel
kriteria yang digunakan.

10
 Lakukan proses skoring setiap Rais A. Rahman - Jl. R.E. Martadinata –
variabel alternatif, sesuai skala Jl. Kom. Yos Sudarso – Jl.Sawo – Jl.
penilaian yang digunakan. Tabrani Ahmad – Jl R. E. Martadinata –
 Menjumlahkan hasil dari setiap Jl. Husein Hamzah – Jl. Dr. Wahidin –
kriteria dari masing-masing rute Jl. Dr. Sutomo – Rumah Radank.
alternatif untuk mendapatkan
alternatif rute terbaik. RUTE 4
Rumah Radank - Jl. Dr. Sutomo – Jl.
Proses penilaian kinerja suatu Pangeran Natakusuma – Jl. Ali Anyang –
usulan terhadap kriteria pengembangan Jl. Gusti
jaringanjalan dilakukan dengan Hamzah – Jl. Jeranding – Jl. R. E.
memberikan skor. Dalam hal ini skor Martadinata – Jl. Kom Yos Sudarso – Jl.
diberikan dengan skala antara 0 s/d 10. Karet – Jl. Tabrani Ahmad – Jl. R. E.
Martadinata – Jl. H. Rais A. Rachman –
Tabel 1. Penilaian untuk masing-masing Jl. Gusti Hamzah – Jl. Ali Anyang – Jl.
Kriteria Uray Bawadi – Jl. Sultan Syahrir –
Rumah Radank.

RUTE Skala Penilaian Kinerja Usulan untuk Variabel Kualitatif


RUTE I 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RUTE II 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RUTE III 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RUTE IV 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS


DATA
4.1. Pemilihan Alternatif Rute Untuk
kawasan Kota Pontianak

RUTE 1
Rumah Radank – Jl. Dr. Sutomo – Jl.
Danau Sentarum – Jl. Ampera – Jl.
Husein Hamzah – Jl. Tabrani Ahmad –
Jl. Karet – Jl. Kom Yos Sudarso – Jl.
R.E. Martadinata – Jl. Tabrani Ahmad – Gambar 5. Alternatif Rute 1
Jl. Husein Hamzah – Jl. Ampera – Jl.
Danau Sentarum – Jl. Dr. Sutomo –
Rumah Radank.

RUTE 2
Rumah Radank – Jl. Prof. M. Yamin –
Jl. Ampera – Jl. Husein Hamzah – Jl.
Jeranding – Jl. R. E. Martadinata – Jl.
Sawo – Jl. R.E Martadinata – Jl. Kom.
Yos. Sudarso – Jl. Karet – Jl. Tabrani
Ahmad – Jl. Husein Hamzah – Jl.
Ampera – Jl. Prof. M. Yamin – Rumah
Radank.

RUTE 3
Rumah Radank – Jl. Dr. Sutomo – Jl.
Dr. Wahidin – Jl. Husein Hamzah – H.

11
Gambar 6. Alternatif Rute 2 Gambar 8. Alternatif Rute 4

4.2. Survey Pengumpulan Data


Survey pengumpulan data di
lakukan dengan 2 cara yaitu survey
wawancara dan survey ke lapangan.
 Survey wawancara dilakukan
untuk mendapatkan data
skunder berupa data-data yang
mendukung dalam peroses
pengenjaan penelitian.
 Survey lapangan dilakukan
dengan mengambil video pada
masing-masing rute untuk
meninjau keadaan sekitar rute
untuk memudahkan dalam
proses pemberian nilai pada
Gambar 7. Alternatif Rute 3 masing-masing kriteria.

4.3. Analisis Dan Pembahasan


4.3.1. Analisis Dan Pembahasan
Penentuan Penilaian Rute
Untuk memperoleh nilai rute
yang paling optimal di dahului dengan
memberikan penilaian pada masing-
masing kriteria untuk masing-masing
rute yang telah di tentukan.

4.3.2 Contoh Perhitungan Bobot


Kriteria Berdasarkan Kepadatan
Penduduk
Perhitungan bobot untuk kriteria
ini dilakukan dengan cara memberikan
jumlah penduduk berdasarkan rute yang
dilalui untuk masing-masing rute yang

12
telah di buat, untuk mengetahui berapa Keterangan :
jumlah penduduk untuk masing-masing Rumah = B1
rute dilakukan dengan cara Pasar = B2
mengansumsi untuk jumlah orang pada Toko / ruko = B3
dasar penilaian yang telah di tentukan. Kantor Dinas = B4
Rumah Sakit = B5
Tabel 2. Asumsi Penilaian Puskesmas = B6
Asumsi Jumlah Orang Sekolah = B7
Rumah 5 Kampus
Pasar 300 = B8
Toko / ruko 20 Kantor Swasta = B9
Kantor 350
Rumah sakit 250
Contoh perhitungan untuk jumlah
Puskesmas 35
penduduk pada jalan Dr. Sutomo,
Sekolah 800
adalah :
Kampus 2000
Jumlah orang pada Rumah
kantor Swasta 50
= A1 x B1
= 5 x 355
= 1.675 orang
Keterangan :
Rumah = A1 Jumlah orang pada Toko / ruko
Pasar = A2 = B3 x B3
Toko / Ruko = A3 = 20 x 51
Kantor Dinas = A4 = 1.020 orang
Rumah Sakit = A5
Puskesmas = A6 Jumlah orang pada Kantor Dinas
Sekolah = A7 = A4 x B4
Kampus = A8 = 350 x 1
Kantor Swasta = A9 = 350 orang

Jumlah orang pada Kantor Swasta


Tabel 3. Data Jumlah Fasilitas = A9 x B9 = 50 x 7
Untuk Rute Yang Di Lewati = 350 orang

Nama Jalan
jumlah Jumlah Toko / Kantor Kantor Rumah
Puskesmas Sekolah Kampus Untuk perhitungan pada fasilitas Pasar,
Rumah pasar ruko Dinas kecil sakit
Jl. Dr. Sutomo 335 0 51 1 7 0 0 0 0
Rumah sakit, Puskesmas, Sekolah dan
Jl. Danau Sentarum 864 0 78 0 2 0 1 1 0 Kampus di jalan Dr. Sutomo tersebut
Jl. Ampera 785 1 127 0 1 0 0 2 3
Jl. Husein Hamzah 1 480 0 63 0 5 0 0 2 0 tidak perlu dihitung karena pada jalan
Jl. Husein Hamzah 2 535 0 106 0 8 0 0 3 0
Jl. Tabrani Ahmad 1 80 0 12 0 0 0 0 0 0 tersebut fasilitas-fasilitas tersebut tidak
Jl. Tabrani Ahmad 2
Jl. Tabrani Ahmad 3
745
165
0
0
86
25
0
0
6
4
0
0
0
0
1
0
0
0
ada seperti pada tabel 4.5 di atas. Untuk
Jl. Karet 655 0 43 0 5 0 0 2 0 mengetahui jumlah penduduk
Jl. Komyos Sudarso 785 2 161 1 8 1 2 6 1
Jl. R.E Martadinata 1 175 0 45 0 3 0 0 1 0 keseluruhan maka dilakukan penjumlah
Jl. R.E Martadinata 2 220 0 30 0 3 0 0 1 0
Jl. R.E Martadinata 3 245 0 19 0 1 0 0 1 0 dengan menambahkan jumlah orang
Jl. R.E Martadinata 4
Jl.Prof. M. Yamin
80
630
0
1
29
196
0
0
0
9
0
0
0
0
2
2
0
0
pada masing-masing jumlah orang yang
Jl. Jeranding 70 0 28 0 2 0 0 0 0 telah di dapat pada masing-masing
Jl. Sawo 315 0 18 0 1 0 0 0 0
Jl. Dr. Wahidin 457 1 78 0 6 0 0 1 0 fasilitas. Yaitu :
Jl. Pangeran Natakusuma 326 0 82 0 2 0 2 2 0
Jl. Alianyang 196 0 38 2 5 0 1 2 0
Jl. Gusti Hamzah
Jl. H. Rais A. Rachman 1
280
375
0
1
92
46
0
0
8
3
0
0
0
0
2
0
0
0
Jumlah orang pada Rumah = C1
Jl. H. Rais A. Rachman 2 175 0 17 0 3 0 0 2 0 Jumlah orang pada Pasar = C2
Jl. Uray Bawadi 246 0 69 2 3 0 0 0 0
Jl. Sultan Syahrir 72 0 12 14 0 0 0 0 0 Jumlah orang pada Toko/ruko = C3
Jumlah orang pada Kantor Dinas = C4

13
Jumlah orang pada Rumah sakit = C5 Ampera + Jl. Husein Hamzah +
Jumlah orang pada Puskesmas = C6 Jl. Tabrani Ahmad + Jl. Karet +
Jumlah orang pada Sekolah = C7 Jl. Kom Yos Sudarso + Jl. R.E.
Jumlah orang pada Kampus = C8 Martadinata + Jl. Tabrani
Jumlah orang pada Kantor swasta = C9 Ahmad + Jl. Husein Hamzah +
Jl. Ampera + Jl. Danau
Jumlah orang pada jala Dr.Sutomo Sentarum + Jl. Dr. Sutomo –
= C1+C2+C3+C4+C5+C6+C7+C8+C9 Rumah Radank.
= = 3395 + 6815 + 14415 + 5510 +
1.675+0+1020+350+0+0+0+0+350 640 + 5985 + 15615 + 2725 +
= 3.395 orang 2650 + 2455 + 2580
= 62785 orang.
Selanjutnya, untuk mencari jumlah
penduduk pada jalan lain yang dilalui Untuk mencari jumlah penduduk pada
oleh rute bus dapat di lakukan dengan Rute 2, Rute 3 dan Rute 4 dapat
perhitungan yang sama seperti dilakukan dengan cara yang sama
perhitungan pada jalan Dr. Sutomo. seperti mencari jumlah penduduk pada
Rute 1.
Tabel 4. Total Jumlah Penduduk
Tabel 4.4 Jumlah Total Penduduk
Untuk Masing-Masing Rute
jumlah Jumlah Toko / Perkantoran Kantor Rumah Total
Nama Jalan Puskesmas Sekolah Kampus JUMLAH
Rumah pasar ruko Dinas kecil sakit RUTE Jalan yang di lewati
Nilai
Jl. Dr. Sutomo 1675 0 1020 350 350 0 0 0 0 3395
Rumah Radank – Jl. Dr. Sutomo – Jl. Danau Sentarum – Jl. Ampera – Jl.
Jl. Danau Sentarum 4320 0 1560 0 100 0 35 800 0 6815
Jl. Ampera 3925 300 2540 0 50 0 0 1600 6000 14415 Husein Hamzah – Jl. Tabrani Ahmad – Jl. Karet – Jl. Kom Yos Sudarso – Jl.
RUTE 1 62785
Jl. Husein Hamzah 1 2400 0 1260 0 250 0 0 1600 0 5510 R.E. Martadinata – Jl. Tabrani Ahmad – Jl. Husein Hamzah – Jl. Ampera –
Jl. Husein Hamzah 2 2675 0 2120 0 400 0 0 2400 0 7595 Jl. Danau Sentarum – Jl. Dr. Sutomo – Rumah Radank
Jl. Tabrani Ahmad 1 400 0 240 0 0 0 0 0 0 640
Jl. Tabrani Ahmad 2 3725 0 1720 0 300 0 0 800 0 6545 Rumah Radank – Jl. Prof. M. Yamin – Jl. Ampera – Jl. Husein Hamzah – Jl.
Jl. Tabrani Ahmad 3 825 0 500 0 200 0 0 0 0 1525
Jeranding – Jl. R. E. Martadinata – Jl. Sawo – Jl. R.E Martadinata – Jl. Kom.
Jl. Karet 3275 0 860 0 250 0 0 1600 0 5985 RUTE 2 65370
Jl. Komyos Sudarso 3925 600 3220 350 400 250 70 4800 2000 15615 Yos. Sudarso – Jl. Karet – Jl. Tabrani Ahmad – Jl. Husein Hamzah – Jl.
Jl. R.E Martadinata 1 875 0 900 0 150 0 0 800 0 2725 Ampera – Jl. Prof. M. Yamin – Rumah Radank.
Jl. R.E Martadinata 2 1100 0 600 0 150 0 0 800 0 2650
Jl. R.E Martadinata 3 1225 0 380 0 50 0 0 800 0 2455 Rumah Radank – Jl. Dr. Sutomo – Jl. Dr. Wahidin – Jl. Husein Hamzah – H.
Jl. R.E Martadinata 4 400 0 580 0 0 0 0 1600 0 2580 Rais A. Rahman - Jl. R.E. Martadinata – Jl. Kom. Yos Sudarso – Jl.Sawo –
Jl.Prof. M. Yamin 3150 300 3920 0 450 0 0 1600 0 9420 RUTE 3 49015
Jl. Tabrani Ahmad – Jl R. E. Martadinata – Jl. Husein Hamzah – Jl. Dr.
Jl. Jeranding 350 0 560 0 100 0 0 0 0 1010
Jl. Sawo 1575 0 360 0 50 0 0 0 0 1985 Wahidin – Jl. Dr. Sutomo – Rumah Radank.
Jl. Dr. Wahidin 2285 300 1560 0 300 0 0 800 0 5245 Rumah Radank - Jl. Dr. Sutomo – Jl. Pangeran Natakusuma – Jl. Ali
Jl. Pangeran Natakusuma 1630 0 1640 0 100 0 70 1600 0 5040
Anyang – Jl. Gusti Hamzah – Jl. Jeranding – Jl. R. E. Martadinata – Jl. Kom
Jl. Alianyang 980 0 760 700 250 0 35 1600 0 4325
Jl. Gusti Hamzah 1400 0 1840 0 400 0 0 1600 0 5240 RUTE 4 Yos Sudarso – Jl. Karet – Jl. Tabrani Ahmad – Jl. R. E. Martadinata – Jl. H. 67820
Jl. H. Rais A. Rachman 1 1875 300 920 0 150 0 0 0 0 3245 Rais A. Rachman – Jl. Gusti Hamzah – Jl. Ali Anyang – Jl. Uray Bawadi –
Jl. H. Rais A. Rachman 2 875 0 340 0 150 0 0 1600 0 2965 Jl. Sultan Syahrir – Rumah Radank.
Jl. Uray Bawadi 1230 0 1380 700 150 0 0 0 0 3460
Jl. Sultan Syahrir 360 0 240 4900 0 0 0 0 0 5500

Setelah di dapat seluruh jumlah


Setelah di dapat seluruh jumlah penduduk untuk masing-masing rute
penduduk pada masing-masing jalan seperti pada tabel 4.7 di atas.
seperti pada tabel 4.6 di atas, maka
untuk mendapatkan nilai akhir untuk Tabel 5. Penilaian Kriteria Untuk
penilaian masing-masing rute yang telah Masing-Masing Rute
Tingkat
ditentukan. Kita harus menjumlahkan Bobot
Kepuasan Skala Penilaian Kinerja Usulan untuk
RUTE Skor Keterangan
Sangat
jumlah penduduk ada pada masing- 0
Kurang
Variabel Kualitatif

masing jalan sesuai dengan jalan yang 1,2,3 Kurang


RUTE
I
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 8 Memuaskan

di lalui oleh masing – masing rute yang 4,5,6 Cukup


RUTE
II
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 8 Memuaskan
telah di rencanakan. Yaitu : 7,8 Memuaskan
RUTE
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 7 Memuaskan
III
Contoh untuk perhitungan jumlah 9,10
Sangat RUTE
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 8 Memuaskan
Memuaskan IV
penduduk Rute 1 :
Jumlah Nilai Rute 1 :
= Rumah Radank + Jl. Dr. Sutomo
+ Jl. Danau Sentarum + Jl.

14
X3 = Kriteria berdasarkan Kondisi
Struktur Jaringan Jalan
X4 = Kriteria berdasarkan Volume
Lalu Lintas
X5 = Kriteria berdasarkan Panjang
Lintasan Rute
X6 = Kriteria berdasarkan Lebar
Jalur Lintasan Rute
X7 = Kriteria berdasarkan Waktu
Tempuh Rute
X8 = Kriteria berdasarkan Tingkat
Kemudahan Pencapaian (Aksesibilitas)
Rute
Gambar 9. Grafik Penilaian Kriteria X9 = Kriteria berdasarkan Tingkat
Kepadatan Penduduk Keamanan Penumpang
X10 = Kriteria berdasarkan Tingkat
4.3.3 Rekapitulasi Total Nilai Semua Kenyamanan Penumpang
Kriteria Untuk Masing-Masing Rute
Untuk mencari nilai total dari Tabel 6. Rekapitulasi Nilai Semua
masing-masing rute untuk mendapatkan Kriteria Untuk Masing-masing Rute
Skor
nilai tertinggi dari masing-masing rute No Kriteria Rute Rute Rute Rute

dilakukan dengan cara menjumlahkan 1


I II III IV
Kriteria Berdasarkan Kepadatan Penduduk 8 8 7 8
dari setiap kriteria dari masing-masing 2 Kriteria Berdasarkan Tata Guna Lahan 10 8 9 10

rute. 3
4
Kriteria Berdasarkan Kondisi Struktur Jaringan Jalan
Kriteria Berdasarkan Volume Lalu Lintas
6
6
5
3
6
9
7
6
Dimana : 5 Kriteria Berdasarkan Panjang Lintasan Rute 5 5 7 7
6
R1=X1+X2+X3+X4+X5+X6+X7+X8+X9+ 7
Kriteria Berdasarkan Lebar Jalur Lintasan Rute
Kriteria Berdasarkan Waktu Tempuh Rute
9
5
7
5
9
6
10
6

X10 = 8 Kriteria Berdasarkan Tingkat Kemudahan Pencapaian (Aksesibilitas)


Rute
7 7 6 6

8+10+6+6+5+9+5+7+8+10 = 74 9
10
Kriteria Berdasarkan Tingkat Keamanan Penumpang 8 6 8 8
Kriteria Berdasarkan Tingkat Kenyamanan Penumpang 10 8 9 10
Jumlah 74 62 76 78

R2=X1+X2+X3+X4+X5+X6+X7+X8+X9+
X10 = 8+8+5+3+5+7+5+7+6+8
= 62

R3=X1+X2+X3+X4+X5+X6+X7+X8+X9+
X10 = 7+9+6+9+7+9+6+6+8+9
= 76

R4=X1+X2+X3+X4+X5+X6+X7+X8+X9+
X10 = 8+10+7+6+7+10+6+6+8+10
= 78

Keterangan :
R1 = Rute 1
R2 = Rute 2
R3 = Rute 3
R4 = Rute 4

X1 = Kriteria berdasarkan
Kepadatan Penduduk Berdasarkan dari penelitian dan
X2 = Kriteria berdasarkan Tata penjumlahan dari semua kriteria untuk
Guna Lahan masing-masing rute, telah didapat hasil
dan total nilai untuk masing-masing rute

15
yaitu sebesar 74 untuk rute 1, 62 untuk 4.4.1. Tabel Jumlah Nilai
rute 2, 76 untuk rute 3 dan 78 untuk Pembobotan Untuk Semua Kriteria.
nilai rute 4.
Jika dilihat dari hasil Tabel 9. Total Nilai Untuk Semua
penjumlahan untuk masing-masing rute Kriteria Penilaian
maka dapat di simpulkan bahwa, nilai
dari rute 4 memiliki nilai paling tinggi
dari nilai pada 1, rute 2, dan rute 3.
Dan dari hasil total penjumlahkan
untuk semua kriteria pada masing-
masing rute dapat di simpulkan bahwa
rute 4 dengan nilai 78 adalah rute yang
paling optimal dari rute-rute lainnya
karena memiliki nilai yang paling
tinggi.
Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa hasil
4.4. Tabel Hasil Pembobotan Untuk total nilai untuk rute 1 sebesar 8, nilai
Masing-Masing Kriteria. rute 2 sebesar 6,7, nilai untuk rute 3
sebesar 7,95 dan nilai untuk rute 4
Tabel 7. Skor dan Bobot Untuk Semua sebesar 8,2. Dan nilai yang paling
Kriteria tertinggi didapat pada rute 4.
Skor
Bobot
No Kriteria Rute Rute Rute Rute
(%)
I II III IV
Kriteria berdasarkan Kepadatan
1 8 8 7 8 20
Penduduk
2 kriteria berdasarkan Tata guna lahan 10 8 9 10 15 5. KESIMPULAN DAN SARAN
kriteria berdasarkan Kondisi struktur
3
Jaringan jalan
6 5 6 7 5
5.1. Kesimpulan
kriteria berdasarkan Volume lalu
4
lintas
kriteria berdasarkan Panjang
6 3 9 6 10
Dari hasil pembahasan yang telah
5 5 5 7 7 10
Lintasan Rute
kriteria berdasarkan Lebar jalur
dilakukan menyangkut penentuan
6 9 7 9 10 10
lintasan Rute
kriteria berdasarkan waktu tempuh
alternatif rute dengan metode Analisis
7 5 5 6 6 5
rute
kriteria berdasarkan tingkat
Multi Kriteria, maka dapat ditarik
8 Kemudahan Pencapaian
(aksesibilitas) rute
7 7 6 6 5
kesimpulan sebagai berikut:
9
kriteria berdasarkan tingkat
keamanan penumpang
8 6 8 8 5 a. Analisis Multi Kriteria adalah
kriteria berdasarkan Tingkat
10
kenyamanan penumpang
10 8 9 10 15 salah satu metode yang dapat
Jumlah 74 62 76 78 100
digunakan untuk menyelesaikan
suatu masalah dalam penentuan
Tabel 8. Contoh Nilai Untuk kriteria prioritas, sehingga dapat di
Berdasarkan Kepadatan Penduduk ketahui rute yang paling optimal
dari beberapa alternati rute bus
Kriteria Berdasarkan Kepadatan di Kawasan Kota Pontianak.
Penduduk b. Kriteria yang paling penting
Rute Skor Bobot (%) Nilai dalam penentuan penilaian
1 8 20 1.6 berdasarkan kriteria yang ada
2 8 20 1.6 adalah kriteria berdasarkan
3 7 20 1.4 Kepadatan Penduduk, kriteria
4 8 20 1.6 berdasarkan Tata Guna Lahan,
Jumlah 6.2 kriteria berdasarkan Lebar Jalur
Lintasan Rute dan kriteria
Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa berdasarkan Tingkat
berdasarkan kriteria kepadatan Kenyamanan Penumpang.
penduduk dengan bobot 20% didapat c. Proses pemilihan dari alternatif-
jumlah nilai sebesar 6,2. alternatif rute tersebut yang
akan dianalisa adalah rute yang
paling optimal, penilaian ini

16
dilakukan menggunakan Departemen Perhubungan. 2015.
Analisis multi kriteria dengan Peraturan Menteri
menggunakan beberapa kriteria Perhubungan Nomor. PM.
tertentu. Dari hasil analisis ini, 111 Tahun 2015 Tentang
diperoleh bahwa alternatif Tata Cara Penetapan Batas
terpilih adalah alternatif 4. Kecepatan.

5.2. Saran Sulistyorini, Rahayu dan Dwi Herianto.


Beberapa saran yang berkaitan 2010. Analisis Multi Kriteria
dengan penelitian ini adalah sebagai Sebagai Metode Pemilihan
berikut : Suatu Alternatif Ruas Jalan
a. Kawasan Kota Pontianak di Propinsi Lampung. Jurnal
merupakan suatu kawasan Rekayasa. Volume 14, No. 3.
berkembang, sehingga Diambil dari : http://ft-
diperlukan sarana dan prasarana sipil.unila.ac.id/ejournals/inde
angkutan umum yang memadai x.php/jrekayasa/article/view/9
agar masyarakat di Kota 7.
Pontianak dapat terlayani
dengan baik. Pemerintah Republik Indonesia. 2004.
b. Sebagai perbandingan hasil Undang-undang Nomor. 38
analisis supaya lebih Tahun 2004 Tentang
komperhensif, perlu ditinjau Klasifikasi Jalan.
analisis pemilihan alternative
menggunakan metode yang lain Pemerintah Republik Indonesia. 2014.
seperti analisis SWOT atau Undang-Undang Nomor. 74
Analisis Hirarki Proses. Tahun 2014 Tentang
Angkutan Jalan.

DAFTAR PUSTAKA Pemerintah Republik Indonesia. 2011.


Adisasmita, Rahardjo. 2016. Analisis Undang-Undang Nomor. 8
Kebutuhan Transportasi. Tahun 2011 Tentang
Yogyakarta: Cv Graha Ilmu. Angkutan Multimoda.

AzzamAbu. 2011. Klasifikasi Jalan Pemerintah Republik Indonesia. 2009.


Raya Menurut Bina Marga. Undang-Undang Nomor. 22
Diambil dari : Tahun 2009 Tentang Lalu
https://www.blogger.com/dync Lintas dan Angkutan Jalan.
ss/authorization.css?targetBlo
gID=9123306525473377092& Pemerintah Republik Indonesia. 2003.
amp;zx=a4c48e31-6fec-437a- Undang-Undang Nomor. KM.
a849-b77117d807d4. 33 Tahun 2003 Tentang
Penyelenggaraan Angkutan
Departemen Perhubungan. 2009. Orang di Jalan Dengan
Peraturan Menteri Kendaraan Umum.
Perhubungan Nomor. 22
Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas Angkutan Jalan.

17

Anda mungkin juga menyukai