kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkklllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kemudahan dalam menyelesaikan Modul Diklat Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang Tingkat Dasar. Modul ini disusun sebagai penunjang
kegiatan diklat agar peserta diklat dapat mempelajari dan memahami materi-
materi yang diberikan.
Pada kesempatan ini pula, kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyusunan modul ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
membalas semua kebaikan dan jerih payah Saudara-saudara sekalian.
Semoga modul ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan yang lebih luas
kepada pembaca, khususnya peserta diklat. Akhir kata dengan segala
kerendahan hati, tim penyusun mengharapkan masukan dan kritikan demi
perbaikan penyusunan modul di masa akan datang.
Terima kasih.
Jakarta, 2021
Kepala Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia,
I
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
DAFTAR ISI
II
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
III
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
4. Persoalan Sistem Aplikasi dan Tatalaksana dalam Pemanfaatan Ruang Berbasis RDTR
(SIS_FAT) ................................................................................................................................. 77
Alternatif Penyelesaian Persoalan Sistem/Aplikasi Pemanfaatan Ruang Berbasis RDTR:...... 78
C. PERSOALAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG BERDASARKAN RENCANA DETAIL TATA
RUANG ...................................................................................................................................... 78
1. Persoalan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Berbasis RDTR (PROD_DAL).................... 79
Alternatif Penyelesaian Persoalan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Berbasis RDTR: ........ 80
2. Persoalan Sumber Daya Manusia dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang Berbasis
RDTR (SDM_DAL) .................................................................................................................... 80
Alternatif Penyelesaian Persoalan SDM Pengendalian Pemanfaatan Ruang Berbasis RDTR: 81
3. Persoalan Kelembagaan dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang Berbasis RDTR
(KEL_DAL ) ............................................................................................................................... 81
Alternatif Penyelesaian Persoalan Kelembagaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Berbasis
RDTR:....................................................................................................................................... 82
4. Persoalan Sistem Aplikasi dan Tatalaksana dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Berbasis RDTR (SIS_DAL) ......................................................................................................... 82
Alternatif Penyelesaian Persoalan Sistem/Aplikasi Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Berbasis RDTR: ........................................................................................................................ 83
D. PERSOALAN DALAM TIAP TAHAPAN PENYUSUNAN RDTR ........................................................ 84
IV
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kedudukan RDTR dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional ................................................................................................................. 19
Gambar 2 Hubungan Antara Produk Rencana dan Wilayah Perencanaannya .............................. 20
Gambar 3 Kedudukan Rencana Rinci dalam Sistem Penataan Ruang ........................................... 22
Gambar 4 Contoh RDTR Kecamatan X ........................................................................................... 23
Gambar 5 Contoh RDTR Kawasan Pusat Kota ................................................................................ 23
Gambar 6 Contoh RDTR Kawasan Perkotaan................................................................................. 24
Gambar 7 Contoh RDTR Kawasan Strategis Perkotaan.................................................................. 24
Gambar 8 Contoh RDTR Kawasan Pedesaan yang Direncanakan sebagai Kawasan Perkotaan .... 25
Gambar 9 Bagan Alir Proses Teknis Penyusunan Peraturan Zonasi .............................................. 31
Gambar 10 Definisi Tata Ruang ...................................................................................................... 37
Gambar 11 Diagram Penyelenggaraan Penataan Ruang ............................................................... 37
Gambar 12 Kedudukan RDTR Dalam Hierarki Rencana Tata Ruang .............................................. 39
Gambar 13 Kurva Hierarki Rencana Tata Ruang Berdasarkan Sifat Muatannya dari Aspek
Ekonomi Sampai Aspek Fisik .......................................................................................................... 40
Gambar 14 Kedudukan Rdtr dalam Hierarki Rencana Pembangunan Dan Rencana Tata Ruang .. 41
Gambar 15 Struktur Kalimat Legal Drafting Penunjukan Alamat dari Masing-Masing Fungsi Ruang
Untuk RTRW dan RDTR .................................................................................................................. 41
Gambar 16 Peta Penunjukan Alamat dari Masing-Masing Fungsi Ruang dalam RTRW ................ 42
Gambar 17 Peta Penunjukan Alamat dari Masing-Masing Fungsi Ruang dalam RDTR ................. 42
Gambar 18 Definisi Blok yang Dibatasi Jalan (Dading Sugandhi, 2012) ......................................... 43
Gambar 19 Definisi Blok yang Dibatasi Jalan Lingkungan (Dading Sugandhi, 2012) ..................... 44
Gambar 20 Definisi Blok yang Dibatasi Jalan Kolektor Sekunder (Dading Sugandhi, 2012) .......... 45
Gambar 21 Konsistensi Vertikal RDTR dengan RTRW Kota............................................................ 48
Gambar 22 Konsistensi Vertikal RDTR dengan RTRW Kabupaten ................................................. 49
Gambar 23 Contoh RDTR Kecamatan X ......................................................................................... 54
Gambar 24 Contoh RDTR Kawasan Pusat Kota .............................................................................. 55
Gambar 25 Contoh RDTR Kawasan Perkotaan............................................................................... 55
Gambar 26 Contoh RDTR Kawasan Strategis Perkotaan................................................................ 56
Gambar 27 Contoh RDTR Kawasan Pedesaan yang Direncanakan Sebagai Kawasan Perkotaan .. 56
Gambar 28 Ilustrasi Pembagian Wilayah Perencanaan ke dalam Sub Wilayah Perencanaan....... 57
Gambar 29 Konsistensi Vertikal Struktur Ruang RTRW Kota dengan RDTR .................................. 59
Gambar 30 Konsistensi Vertikal Struktur Ruang RTRW Kabupaten dengan RDTR ........................ 60
Gambar 31 Konsistensi Vertikal Pola Ruang RTRW Kabupaten dengan RDTR .............................. 60
Gambar 32 Tampilan Dashboard RDTR Berbasis Bidang Tanah yang dapat Diakses Secara Online
........................................................................................................................................................ 83
V
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
DAFTAR TABEL
VI
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
BAB I
PENDAHULUAN
1
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
RDTR dalam bentuk digital dan sesuai standar dimana RDTR merupakan dasar
pemberian konfirmasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang (KKPR),
Persetujuan Bangunan Gedung, dan dasar tata bangunan dan lingkungan.
A. LATAR BELAKANG
2
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
Era teknologi digital menciptakan pasar di dunia maya dimana penjual dan
pembeli bisa bertransaksi dimana saja dan kapan saja. Hal ini menciptakan
“pintu kemana saja” dan ruang kreativitas yang tiada batas. Satu hal yang
tidak boleh dilupakan adalah penguatan komoditas itu sendiri di dunia nyata
yang bersifat world champion.
3
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
B. DESKRIPSI SINGKAT
4
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
5
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
6
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
BAB II
PENGENALAN DAN
PENTINGNYA RDTR
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat menjelaskan konsep dasar penyusunan RDTR
yang meliputi definisi, dasar hukum penyusunan, dan ruang lingkup penyusunan RDTR, serta
keterkaitan RDTR dengan Peraturan Perundang-undangan lainnya. Peserta juga diharapkan
mampu menjelaskan urgensi penyusunan RDTR.
7
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
2. Penyusun RDTR
8
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
9
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
10
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
11
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
12
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
13
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
14
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
15
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
16
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
1. Dasar Hukum
17
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
18
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
Gambar 1 Kedudukan RDTR dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
19
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
Kedudukan RDTR adalah sebagai rencana rinci dari Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota dan salah satu perangkat pengendalian
pemanfaatan ruang. Sesuai Pasal 14 UU No. 26 Tahun 2007 yang telah
diubah ketentuannya di dalam UU No. 11 Tahun 2020, rencana rinci tata
ruang termasuk RDTR disusun sebagai perangkat operasional rencana
umum tata ruang yaitu RTRW Kabupaten/Kota yang memiliki wilayah
perencanaan yang luas. Penyusunan RDTR kabupaten/kota dapat
mencakup kawasan dengan karakteristik perkotaan, karakteristik
perdesaan, serta kawasan lintas kabupaten/kota sebagaimana yang
disebutkan pada Pasal 55 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. RDTR selanjutnya akan
menjadi dasar penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL) sebagaimana RTRW yang menjadi acuan RDTR mengingat
20
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
21
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
22
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
23
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
24
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
RDTR berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan ditinjau
kembali setiap 5 (lima) tahun. Peninjauan kembali RDTR dapat dilakukan
lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun jika terjadi perubahan
lingkungan strategis berupa bencana alam skala besar, perubahan batas
25
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
5. Muatan RDTR
1. Latar Belakang
Penyusunan peraturan zonasi dilatarbelakangi oleh kondisi Rencana
Umum Tata Ruang (RTRW Nasional skala 1:1.000.000; RTRW Provinsi
skala 1:250.000; RTRW Kabupaten skala 1:50.000; RTRW Kota skala
1:25.000) yang dianggap belum operasional secara teknis sehingga sulit
dijadikan rujukan untuk pengendalian pembangunan dan pemanfaatan
ruang. Begitu pula dengan Rencana Rinci Tata Ruang pada skala
nasional, provinsi dan kabupaten/kota (RDTRK) yang masih kurang
operasional sebagai rujukan pengendalian pembangunan bila tidak
disertai dengan aturan yang lengkap. Peraturan zonasi (Zoning
Regulation) yang merupakan perangkat pengendalian pembangunan
pada skala blok dan lazim digunakan di negara maju yang menganut
regulatory system sangat potensial untuk melengkapi rencana rinci tata
26
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
27
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
28
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
29
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
30
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
31
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
1. Latar Belakang
32
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
33
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
RANGKUMAN
• Sesuai dengan Pasal 14 ayat (2) UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja,
Pemerintah Daerah wajib menyusun dan menyediakan RDTR dalam bentuk
digital dan sesuai standar.
b. Pada skala yang lebih kecil tidak semua ukuran blok dapat terlihat
34
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah disusun perlu didetailkan dalam bentuk
RDTR yang mencakup penggunaan peta skala besar (1:5.000) sehingga dapat
digunakan sebagai alat untuk menerbitkan Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang (KKPR) dan Persetujuan Bangunan Gedung serta nampak
informasi tentang apa yang ada atau direncanakan di dalam persil dan persil
sekitarnya.
Di dalam RDTR, peraturan zonasi memberi kejelasan secara eksplisit untuk
mengatur ketentuan kegiatan pemanfaatan ruang yang diizinkan, intensitas
pemanfaatan ruang, ketentuan tata bangunan, prasarana minimal yang
dibutuhkan pada zona atau sub zona dan ketentuan pelaksanaan yang
memberikan kejelasan tentang variasi kegiatan yang terjadi saat ini atau yang
akan datang dalam zona yang telah ditetapkan kegiatan pemanfaatan ruangnya.
a. Bagaimana penanganan terhadap kasus kegiatan pemanfaatan ruang yang
ada saat ini
b. Bagaimana kebijakan pembangunan dalam perencanaan pemanfaatan
ruang
35
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
BAB III
KETENTUAN UMUM RENCANA DETAIL TATA
RUANG DALAM SISTEM PENATAAN RUANG
INDIKATOR KEBERHASILAN
Peserta mampu menjabarkan ketentuan umum Rencana Detail Tata Ruang dalam Sistem
Penataan Ruang yang mencakup fungsi, manfaat, kriteria, dan lingkup perencanaan dalam
penyusunan RDTR.
Frase ‘Tata Ruang’ terdiri atas kata ‘Tata’ dan ‘Ruang.’ ‘Tata’ adalah subjek
penataan ruang, sedangkan ‘Ruang’ adalah objek penataan ruang.
Tata adalah society, sedangkan ruang adalah territory.
‘Tata’ meliputi:
a. Masyarakat;
b. Akademisi;
c. Pebisnis/investor;
d. Komunitas;
e. Kelembagaan; dan
f. Sistem/aplikasi.
‘Ruang’ meliputi:
a. Kawasan/zona lindung;
b. Kawasan/zona budidaya;
c. Jaringan prasarana; dan
d. Pusat kegiatan.
Kawasan/zona lindung dan kawasan/zona budidaya selanjutnya disebut
‘Pola Ruang’. Jaringan Prasarana dan Pusat Kegiatan, selanjutnya disebut
‘Struktur Ruang’. Mengacu pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
36
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
tentang Penataan Ruang, Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola
ruang, dan hasil perencanaan tata ruang disebut Rencana Tata Ruang.
Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang (REN),
pemanfaatan ruang (FAT), dan pengendalian pemanfaatan ruang (DAL) → 3
(Tiga) Komponen.
37
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
PELAKSANA PRODUK
KELEMBAGAAN SISTEM
PENATAAN PENATAAN RUANG SDM
(KEL) (SIS)
RUANG (PROD)
PEMANFAATAN
2_PROD_FAT 5_SDM_FAT 8_KEL_FAT 11_SIS_FAT
(FAT)
PENGENDALIAN
3_PROD_DAL 6_SDM_DAL 9_KEL_DAL 12_SIS_DAL
(DAL)
38
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
39
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWKot), dibuat pada skala 1:25.000
dan ditetapkan melalui peraturan daerah. Pada skala tersebut RTRWKot
berkonsentrasi pada pengaturan penatagunaan lahan, mulai masuk ranah
urban design, dan arah ekonomi kota.
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dibuat pada skala 1:5.000 dan
ditetapkan melalui peraturan kepala daerah kabupaten/kota. Pada skala
tersebut RDTR berkonsentrasi pada pengaturan urban design, penataan blok
dan fungsinya, serta peraturan zonasi.
Demikian sehingga tinggi-rendahnya hierarki rencana tata ruang berbanding
lurus dengan aspek ekonomi-fisik sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 13
Kurva Hierarki Rencana Tata Ruang berdasarkan sifat muatannya dari Aspek
Ekonomi sampai Aspek Fisik.
Gambar 13 Kurva Hierarki Rencana Tata Ruang berdasarkan sifat muatannya dari Aspek Ekonomi
sampai Aspek Fisik
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) adalah salah satu jenis rencana rinci tata
ruang kabupaten/kota yang diperlukan dalam rangka operasionalisasi
rencana tata ruang wilayah (RTRW) kabupaten/kota.
40
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
Gambar 14 Kedudukan RDTR dalam Hierarki Rencana Pembangunan dan Rencana Tata Ruang
Gambar 15 Struktur Kalimat Legal Drafting Penunjukan Alamat dari Masing-Masing Fungsi Ruang
untuk RTRW dan RDTR
41
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
Gambar 16 Peta Penunjukan Alamat dari Masing-Masing Fungsi Ruang dalam RTRW
Gambar 17 Peta Penunjukan Alamat dari Masing-Masing Fungsi Ruang dalam RDTR
Blok fisik adalah bagian terkecil dari kawasan perencanaan yang memiliki
batas fisik yang jelas. Secara praktis, blok fisik dapat diartikan sebagai suatu
bagian kawasan yang dikelilingi oleh jalan dan/atau sungai/saluran. Untuk
suatu kawasan perencanaan yang belum terbangun, blok fisik dapat
diartikan sebagai suatu bagian kawasan yang dikelilingi oleh rencana jalan
dan/atau rencana sungai/saluran.
Peruntukan ruang di dalam RDTR disebut sebagai zona. Contoh: Zona
Perumahan; Zona Perdagangan dan Jasa, Zona Kawasan Peruntukan
Industri (KPI), dst. Peruntukan ruang dapat ditetapkan lebih rinci menjadi
sub-zona. Contoh : Zona Perumahan dirinci menjadi Perumahan Kepadatan
Sangat Tinggi, Perumahan Kepadatan Tinggi, Perumahan Kepadatan
Sedang, Perumahan Kepadatan Rendah, dan Perumahan Kepadatan
Sangat Rendah. Peruntukan ruang sub zona dapat ditetapkan lebih rinci lagi
sub-sub zona.
42
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
Peruntukan ruang pada setiap blok fisik tidak harus selalu homogen. Pada
suatu blok fisik bisa terdapat lebih dari satu zona atau sub-zona peruntukan.
Jika pada suatu blok fisik terdapat dua atau lebih zona atau sub zona
peruntukan ruang, maka blok fisik tersebut dapat dibagi menjadi sub blok
fisik mengikuti zona atau sub zona peruntukannya.
Pembagian blok & sub blok sangat bergantung pada bagaimana
mendefinisikannya. Bila blok didefinisikan sebagai bagian kawasan
perencanaan yang dibatasi jalan, maka semua bagian kawasan yang
dibatasi oleh jalan apapun dan berapa pun ukuran luasnya akan menjadi
blok sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 18.
Bila blok didefinisikan sebagai bagian kawasan yang dibatasi oleh jalan
lingkungan, maka blok 3, 4, 5 dan 6 yang merupakan blok “kecil” yang
dipisahkan oleh gang, akan menadi satu kesatuan blok sebagaimana
diilustrasikan pada Gambar 19.
Penggabungan dua atau beberapa blok “kecil” menjadi satu blok sebaiknya
harus memperhatikan pola penggunaan lahan yang ada pada masing-
43
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
masing blok “kecil”. Blok “kecil” yang dapat digabung menjadi satu kesatuan
blok baru adalah yang memiliki homogenitas penggunaan lahan.
Blok “kecil” yang penggunaan lahannya tidak homogen sebaiknya tidak
digabungkan karena pada akhirnya blok “kecil” ini akan menjadi sub blok
tersendiri.
Gambar 19 Definisi Blok yang dibatasi jalan lingkungan (Dading Sugandhi, 2012)
Bila blok didefinisikan sebagai bagian kawasan yang dibatasi oleh jalan
kolektor sekunder, maka akan lahir super blok yang berisikan blok dan sub
blok, sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 20.
Penetapan superblok sebaiknya harus memperhatikan keterkaitan fungsi
antar blok di dalam setiap super blok.
Penetapan superblok sifatnya futuristik sehingga harus diiringi dengan
program penyamaan fungsi antar blok, revitalisasi lingkungan atau bahkan
redevelopment.
44
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
Gambar 20 Definisi Blok yang dibatasi jalan kolektor sekunder (Dading Sugandhi, 2012)
Aturan Main dari setiap warna-warni fungsi ruang dalam rencana pola ruang
diatur dalam Ketentuan Umum Zonasi pada RTRW Kabupaten dan Analisis
Peraturan Zonasi pada RDTR. Ketentuan Umum Zonasi atau analisis
peraturan zonasi ini adalah norma.
Tabel 3 Contoh Ketentuan Umum Zonasi RTRW sebagai Aturan Main dari Setiap Fungsi Ruang
(Ketentuan Aktivitas dan Intensitas).
45
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
Tabel 4 Contoh Deskripsi Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan RDTR sebagai Aturan Main
dari Setiap Fungsi Ruang (Ketentuan Aktivitas dan Intensitas)
Tabel 5 Perbandingan Muatan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dengan Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR)
MUATAN RTRW
NO MUATAN RDTR
KABUPATEN/KOTA
1 Tujuan Penataan Ruang
Tujuan Penataan Wilayah
Kebijakan Penataan Ruang
Perencanaan
Strategi Penataan Ruang
2 Rencana Struktur Ruang Rencana Struktur Ruang
3 Rencana Pola Ruang Rencana Pola Ruang
4 Kawasan Strategis -
5 Arahan Pemanfaatan Ruang Ketentuan Pemanfaatan Ruang
6 Pengendalian Pemanfaatan Peraturan Zonasi:
46
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
MUATAN RTRW
NO MUATAN RDTR
KABUPATEN/KOTA
Ruang: a. Aturan dasar
a. Ketentuan Umum Zonasi b. Teknik pengaturan zonasi
b. Ketentuan Kesesuaian
Kegiatan Pemanfaatan
Ruang (KKPR)
c. Ketentuan Insentif dan
Disinsentif
d. Arahan Sanksi
Hal yang menjadi perhatian utama pada saat penentuan delineasi RDTR
adalah bagaimana menjaga konsistensi vertikal dengan RTRW, yakni RTR
yang berhierarki tepat di atas RDTR. Konsistensi vertikal sekurang-
kurangnya dijaga untuk Rencana Pola Ruang dan Rencana Struktur Ruang.
Pendetailan RDTR dari RTRW Kota biasanya tidak memerlukan proses
delineasi lagi karena RTRW Kota sudah membagi habis seluruh wilayahnya
ke dalam bagian wilayah kota yang harus disusun semua RDTRnya. Di
samping itu, RTRW Kota dibuat pada skala 1:25.000 dimana blok-blok besar
sudah tergambar. RDTR hanya mendetailkan blok-blok besar tersebut
dengan mengisinya berupa blok-blok yang lebih kecil dan pendetailan warna-
warni fungsi yang cenderung sama dengan RTRW kotanya (sebagaimana
tersaji pada Gambar 21 Konsistensi Vertikal RDTR dengan RTRW Kota). Di
samping itu klasifikasi kawasan pola ruang RTRW kota hampir sama persis
dengan klasifikasi zona pola ruang RDTR (sebagaimana dijelaskan pada
Tabel 5 Perbandingan Muatan Rencana Pola Ruang pada RTRW Kota
dengan RDTR) sehingga proses konsistensi vertikal ini wajib hukumnya
untuk dijaga bagi RDTR yang merupakan bagian wilayah kota administratif
yang RTRW Kotanya sudah ditetapkan sebagai Perda.
47
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
48
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
Tabel 6 Perbandingan Muatan Rencana Pola Ruang pada RTRW Kab/Kota dengan RDTR
49
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
50
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
oleh sumber daya manusia penata ruang daerah, kelembagaan penata ruang
daerah, dan sistem aplikasi dan tatalaksana penataan ruang daerah.
Evaluasi kinerja penataan ruang daerah berbasis RDTR, meliputi 12 (dua
belas) komponen cek sebagaimana dijelaskan pada Tabel 7 Dua Belas
Komponen Kinerja Penataan Ruang Berbasis RDTR.
PELAKSANA
PRODUK
KELEMBAGAAN SISTEM
PENATAAN RUANG SDM
PENATAAN (KEL) (SIS)
(PROD)
RUANG
10_SIS_REN
7_KEL_REN
Sistem
1_PROD_REN: Rencana 4_SDM_REN: Forum Penataan
PERENCANAAN Perencanaan
Detail Tata Ruang Tim Penyusun Ruang daerah
(REN) RDTR secara
(RDTR) RDTR sebagai Pembahas
Teknokratis dan
RDTR
Partisipatif.
5_SDM_FAT:
• Kompetensi
Konsolidasi 8_KEL_FAT:
11_SIS_FAT
2_PROD_FAT Lahan berbasis Forum Penataan
Sistem
RDTR Ruang daerah
PEMANFAATAN • Konsolidasi Lahan Pemantauan
• Kompetensi sebagai
(FAT) • Pelaksanaan Program Pemanfaatan
Pemantauan Penyelenggara
Pemanfaatan Ruang Ruang Berbasis
Pelaksanaan Konsolidasi Lahan
RDTR
Program Berbasis RDTR
Berdasarkan
RDTR
3_PROD_DAL
• Pemberian
ketentuan KKPR
bebasis RDTR
12_PROD_DAL
• Pemberian Insentif
Sistem
dan Disinsentif 6_SDM_DAL
PENGENDALIAN 9_KEL_DAL Pengendalian
berbasis RDTR Kompetensi
(DAL) Kelembagaan PPNS Pemanfaatan
• Audit Tata Ruang (PPNS)
Ruang Berbasis
• Pemrosesan RDTR
pelanggaran tata
ruang oleh Penyidik
Pegawai Negeri Sipil
(PPNS)
51
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
2. Manfaat RDTR
Manfaat peraturan RDTR adalah:
a) Meminimalkan penggunaan lahan yang tidak sesuai
52
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
53
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
54
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
55
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
Gambar 27 Contoh RDTR Kawasan Pedesaan yang Direncanakan sebagai Kawasan Perkotaan
56
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
57
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
BAB IV
IDENTIFIKASI PERSOALAN DALAM
PELAKSANAAN PENATAAN RUANG BERBASIS
RDTR
INDIKATOR KEBERHASILAN
58
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
59
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
60
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
61
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
62
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
63
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
milik pemerintah
daerah. Penyusunan
rencana pola ruang s/d
kedalaman blok akan
dapat menimbulkan
gejolak sosial dan juga
spekulasi harga tanah.
• Data spasial • Sulitnya mendapatkan • Saatnya semua walidata
utilitas/jaringa data spasial yang ditunjuk berdasarkan
n prasarana utilitas/jaringan Kebijakan Satu Peta
sectoral prasarana sektoral merencanakan,
dengan berbagai alasan membangun, dan
memutakhirkan semua data
berbasis spasial dan
melakukan sharing data.
• Standar dan • Kurangnya muatan • Ditjen Tata Ruang
kriteria standar dan kriteria menyusun standar dan
penataan pada pedoman- kriteria penataan ruang.
ruang pedoman penyusunan • Standar-standar air bersih,
• Standar RTR. air minum, kawasan/zona,
sektoral • Banyak standar-standar dan lain-lain saatnya
sektoral yang belum dimutakhirkan.
dilakukan pemutakhiran
• RDTR belum • Dit. Binda-DJTR • Tim penyusun RDTR harus
terintegrasi menginisiasi Integrasi menjadikan data
dengan Tata Ruang dengan persil/bidang tanah yang
Pertanahan Pertanahan dikeluarkan BPN sebagai
entitas spasial terkecil dalam
analisis peraturan zonasi.
• Wajah kota- • Minimnya kuantitas dan • Penentuan dan Desain Zona
kota di kualita Peraturan kepala Preservasi Visual di
Indonesia daerah tentang perkotaan untuk rencana
tidak Rencana Tata Landmark Kota dan Taman
berkarakter, Bangunan dan Kota kelas Dunia sebagai
semrawut, Lingkungan (RTBL) masukan untuk RDTR.
pemandangan • Minimnya kuantitas dan
terbaik kota kualitas Perda tentang
(ke arah Bangunan Gedung
pantai)
dipenuhi
dengan ruko
64
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
65
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
66
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
KEBIJAKAN
SDM_REN REKOMENDASI KEBIJAKAN
EKSISTING
67
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
KEBIJAKAN
SDM_REN REKOMENDASI KEBIJAKAN
EKSISTING
dibarengi dengan
penataan kota dan
daerah wisata yang
serius oleh Pemda.
68
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
KEBIJAKAN
KEL_REN REKOMENDASI KEBIJAKAN
EKSISTING
• Tim penyusun • Tim penyusun -
RDTR di RDTR di daerah
daerah terutama Forum
terutama Forum Penataan Ruang
Penataan Daerah sudah
Ruang Daerah melaksanakan
• Kelompok tugas rutin
akademisi evaluasi RDTR
• Lembaga dalam rangka
penelitian persetujuan
substansi.
• Ikatan Ahli • DJTR membuat standar
Perencana (IAP) kompetensi perencana dan
masih sebatas melakukan sertifikasi
bekerja sebagai • DJTR bekerjasama dengan IAP
konsultan membuat kesepakatan roadmap
penyusun RTR penelitian dan pengembangan.
dengan tingkat
kompetensi yang
bervariasi.
• Lembaga • Kementerian yang membidangi
Penelitian masih urusan penelitian
didominasi yang mengkoordinasikan semua
bergerak di bidang lembaga penelitian di Pusat dan
lingkungan hidup, daerah dibantu Kemendagri
jarang yang
bergerak di
penataan ruang.
69
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
KEBIJAKAN
KEL_REN REKOMENDASI KEBIJAKAN
EKSISTING
• Lembaga
Penelitian
tersebar tanpa
koordinasi.
Tabel 11 Persoalan Sistem Aplikasi dan Tatalaksana dalam Menyusun RDTR (SIS_REN)
KEBIJAKAN
SIS_REN REKOMENDASI KEBIJAKAN
EKSISTING
70
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
KEBIJAKAN
SIS_REN REKOMENDASI KEBIJAKAN
EKSISTING
• Beberapa variabel • Pemodelan • Spasialkan Populasi dan
penyusunan rencana Dinamika Spasial PDRB yang masih
tata ruang masih yang pernah beralamatkan administrasi
belum bersifat dikembangkan ke unit piksel berukuran
spasial, biasanya Bappenas dan BIG 1Km2 membentuk Data
masih beralamatkan tidak sepenuhnya Grid.
administrasi, yaitu operasional karena
PDRB dan Populasi tidak semua data • Buat Pemodelan Dinamika
bersifat spasial dalam penyusunan RTR.
• Belum ada Sistem seperti Populasi
Aplikasi Penyusun dan PDRB.
RDTR yang fully
spatial (GIS).
71
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
KEBIJAKAN
PROD_FAT REKOMENDASI KEBIJAKAN
EKSISTING
• Standar • Terlalu banyak • DJTR menyusun standar
Pemanfaatan laporan pemanfaatan ruang
72
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
KEBIJAKAN
PROD_FAT REKOMENDASI KEBIJAKAN
EKSISTING
Ruang belum penyelenggaraan • DJTR menyusun Pedoman
ada pemerintah daerah RPI2JM
yang harus dibuat
• Pedoman RPI2JM pemda (LPPD,
belum ada LKPJ, LPPD, • Satukan semua laporan kinerja
SAKIP, LAKIP) tersebut menjadi satu
Dokumen Teknis RPI2JM.
• Sinkronisasi
Program melalui
RPI2JM belum • Terlalu banyak • Satukan semua dokumen
dilakukan di dokumen evaluasi evaluasi kinerja menjadi audit
tingkat kab/kota kinerja yang dibuat penataan ruang
sebagai bahan Pusat (EKPPD,
musrenbang EKPOD, EDOB)
73
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
Tabel 13 Persoalan Sumber Daya Manusia dalam Pemanfaatan Ruang Berbasis RDTR (SDM_FAT)
KEBIJAKAN
SDM_FAT REKOMENDASI KEBIJAKAN
EKSISTING
• SDM ekonomi • Kebijakan • Permendagri Standar
pembangunan, Penempatan pegawai Kualifikasi Penata Ruang
rumpun arsitek, di daerah belum Daerah, di antaranya batas
dan pertanahan mengikuti kualifikasi minimal lima tahun bertahan
masih minim dan di SKPD penataan ruang,
sering salah standar pendidikan, dan
tempat standar kompetensi.
• Mutasi sangat
tinggi • Kurangnya
kontinuitas Pemetaan
• DJTR melakukan Pemetaan
Kompetensi,
Kompetensi, Penyusunan
Penyusunan Standar
Standar Kompetensi penata
Kompetensi, dan
ruang daerah.
evaluasi kompetensi
penataan ruang.
• Diklat, Bimtek, • DJTR menyusun Roadmap
Bantek, dan Pembinaan Penataan Ruang
Bangsitas belum Berbasis Standar Kompetensi
74
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
KEBIJAKAN
SDM_FAT REKOMENDASI KEBIJAKAN
EKSISTING
mengikuti Roadmap yang Terukur yang digunakan
Pembinaan Penataan sebagai bahan Diklat, Bimtek,
Ruang yang Terukur. Bantek, dan Bangsitas.
• DJTR melakukan Diklat,
Bimtek, Bantek, dan
Bangsitas berdasarkan
Roadmap Pembinaan dan
melakukan Evaluasi
Kompetensi.
Keuntungan Public-Private Sistem Public – Private –
kekayaan Partnership (P3) belum People – Partnership (P4)
komoditas, posisi, mampu meningkatkan dengan membentuk PT.
dan jumlah taraf hidup masyarakat
penduduk belum setempat. Bersama, pemberian Sertipikasi
menjadikan Hak Guna Usaha untuk
Indonesia tuan masyarakat ulayat, dan
rumah di negeri pembagian keuntungan di
sendiri perdesaaan guna
pengembangan komoditas
Local dan World Champion.
75
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
REKOMENDASI
KEL_FAT KEBIJAKAN EKSISTING
KEBIJAKAN
• Kelembagaan • Kelembagaan penyusun • Pemda menyusun SOP
sinkronisasi RDTR di daerah belum kelembagaan penyusun
Program bergerak pada evaluasi RDTR di daerah terutama
penataan ruang dokumen RPI2JM dan terkait evaluasi dokumen
penerapannya di tingkat RPI2JM dan
musrenbagda penerapannya di tingkat
musrenbagda
• Kelembagaan • Kelembagaan penyusun • Pemda menyusun SOP
Konsolidasi RDTR di daerah belum Konsolidasi Lahan
Lahan bergerak pada Konsolidasi berdasarkan RTR
Lahan berdasarkan RTR
• Keuntungan • Public-Private Partnership • Sistem Public – Private –
kekayaan (P3) belum mampu People – Partnership (P4)
76
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
REKOMENDASI
KEL_FAT KEBIJAKAN EKSISTING
KEBIJAKAN
komoditas, meningkatkan taraf hidup dengan membentuk PT.
posisi, dan masyarakat setempat. Bersama, pemberian
jumlah Sertifikasi Hak Guna
penduduk Usaha untuk masyarakat
belum ulayat, dan pembagian
menjadikan keuntungan di
Indonesia tuan perdesaaan guna
rumah di negeri pengembangan
sendiri. komoditas Local dan
World Champion.
77
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
Tabel 15 Persoalan Sistem Aplikasi dan Tatalaksana dalam Pemanfaatan Ruang Berbasis RDTR
(SIS_FAT)
KEBIJAKAN
SIS_FAT REKOMENDASI KEBIJAKAN
EKSISTING
• Sistem Pemantauan • DJTR sedang • Pemda mengisi Sistem
Implementasi RTR mengembangkan pemantauan pemanfaatan
berdasarkan Sitem pemantauan ruang daerah
Dokumen teknis pemanfaatan ruang (SIFATARUDA) sebagai
RPI2JM belum ada. nasional bagian dari SIFATARUNAS.
(SIFATARUNAS)
• Sistem Land • DJTR mengembangkan
Readjustment/Konsol Aplikasi Land
idasi Lahan belum Readjustment/Konsolidasi
ada. Lahan dari Data Pemodelan
Dinamika Spasial yang
Terintegrasi dengan Bidang
Tanah.
78
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
REKOMENDASI
PROD_DAL KEBIJAKAN EKSISTING
KEBIJAKAN
• Absennya RDTR, • Jumlah Pembinaan dan • Bappenas tetapkan
membuat RTRW Persetujuan Substansi Percepatan Penyusunan
masih jadi acuan DJTR Reguler belum RDTR sebagai agenda
ketentuan maksimal karena bukan prioritas nasional
kesesuaian prioritas.
kegiatan
pemanfaatan
ruang
79
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
REKOMENDASI
PROD_DAL KEBIJAKAN EKSISTING
KEBIJAKAN
• Mekanisme • Kebijakan PTSP masih • DJTR menyusun standar
Perizinan memerlukan ketentuan kesesuaian
Berusaha dan rekomendasi dari kegiatan pemanfaatan
Non Berusaha kelembagaan penyusun ruang, insentif disinsentif
berbasis RDTR di daerah dan arahan sanksi untuk
Penataan Ruang PTSP dan Penertiban.
masih minim
• Belum ada • Sanksi penataan ruang
perangkat hukum belum ditegakkan
Insentif dan
Disinsentif
80
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
Tabel 17 Persoalan Sumber Daya Manusia dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang Berbasis RDTR
(SDM_DAL)
REKOMENDASI
SDM_DAL KEBIJAKAN EKSISTING
KEBIJAKAN
• Jumlah dan • Diklat dan • Perbanyak Diklat dan
distribusi PPNS Pengangkatan PPNS Pengangkatan PPNS
• Mutasi sangat masih terbatas
tinggi
Tabel 18 Persoalan Kelembagaan dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang Berbasis RDTR (KEL_DAL)
REKOMENDASI
KEL_DAL KEBIJAKAN EKSISTING
KEBIJAKAN
• Kelembagaan • Masih jarang perda yang • DJTR menyusun standar
pemberi insentif mengatur khusus khusus insentif, disinsentif,
dan disinsentif insentif, disinsentif, dan dan arahan sanksi.
81
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
REKOMENDASI
KEL_DAL KEBIJAKAN EKSISTING
KEBIJAKAN
arahan sanksi. • Pemda menyusun perda
yang mengatur khusus
insentif, disinsentif, dan
arahan sanksi.
• Kelembagaan • PPNS terikat • DJTR membentuk
PPNS Penataan tanggungjawab struktural kelembagaan PPNS ditarik
Ruang di daerah ke SKPD masing-masing ke Pusat.
sehingga efektivitas
penyidikan terbatas.
82
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
Tabel 19 Persoalan Sistem Aplikasi dan Tatalaksana dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang Berbasis
RDTR (SIS_DAL)
REKOMENDASI
SIS_DAL KEBIJAKAN EKSISTING
KEBIJAKAN
Gambar 32 Tampilan Dashboard RDTR Berbasis Bidang Tanah yang dapat Diakses secara Online
83
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
84
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
85
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
86
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
87
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
88
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
(DAS); data
89
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
90
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
i) peta lokasi
bangunan
bersejarah dan
bernilai pusaka
budaya, dari
instansi terkait;
dan/atau
j) peta kawasan
terpapar dampak
perubahan iklim
dari BMKG atau
instansi terkait.
c Data dan informasi terdiri
atas :
91
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
92
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
93
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
mewujudkan rencana
struktur maupun pola
ruang
13) data dan informasi Sering dianggap tidak Perhatian lebih baik
tentang kelembagaan utama, padahal kepada data ini
pembangunan memberikan gambaran
daerah; mengenai potensi
daerah dalam hal
mewujudkan rencana
struktur maupun pola
ruang dan juga aspek
pemanfaatan ruang
16) data dan informasi a) Tidak semua daerah Kerja sama dengan
terkait kondisi geologi memiliki data terkait wali data
kawasan termasuk dengan
pemanfaatan ruang
pemanfaatan ruang
dalam bumi
di dalam bumi (jika b) Peraturan terkait
ada). pemanfaatan ruang
dalam bumi belum
ada
94
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
95
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
96
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
pemanfaatan
ruang dan
komitmen
pembangunan;
dan
(j) peraturan
perundang-
undangan yang
terkait dengan
penggunaan
lahan yang ada di
kabupaten/kota
yang akan
disusun
peraturan
zonasinya.
97
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
98
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
99
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
100
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
101
Modul 1
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar: Pengantar Rencana Detail Tata Ruang
102
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
109
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan dalam menyelesaikan Modul Diklat Penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang Tingkat Dasar. Modul ini disusun sebagai penunjang kegiatan diklat agar
peserta diklat dapat mempelajari dan memahami materi-materi yang diberikan.
Pada kesempatan ini pula, kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyusunan modul ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
membalas semua kebaikan dan jerih payah Saudara-saudara sekalian.
Semoga modul ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan yang lebih luas
kepada pembaca, khususnya peserta diklat. Akhir kata dengan segala kerendahan
hati, tim penyusun mengharapkan masukan dan kritikan demi perbaikan
penyusunan modul di masa akan datang.
Terima kasih.
Jakarta, 2021
Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya
Manusia,
ii
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
DAFTAR ISI
iii
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
DAFTAR GAMBAR
iv
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
DAFTAR TABEL
v
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
2
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
B. DEKSRIPSI SINGKAT
Modul Diklat Pengenalan Muatan dan Prosedur RDTR ini membekali peserta
agar mampu menjelaskan muatan dan prosedur penyusunan RDTR kabupaten/kota.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu menjelaskan
muatan dan prosedur penyusunan RDTR Kabupaten/Kota. Indikator keberhasilan
dari pembelajaran ini peserta mampu:
1. Menjelaskan tentang muatan RDTR Kabupaten/Kota yang mencakup tujuan
Penataan Wilayah Perencanaan, Rencana Struktur Ruang, Rencana Pola
Ruang, Ketentuan Pemanfaatan Ruang, dan Peraturan Zonasi; dan
2. Menjelaskan tentang prosedur penyusunan RDTR kabupaten/kota yang
meliputi proses penyusunan (tahap persiapan, tahap pengumpulan data dan
informasi, tahap pengolahan data dan analisis, tahap perumusan konsepsi,
serta tahap penyusunan dan pembahasan rancangan peraturan tentang RDTR
Kabupaten/Kota), pelibatan masyarakat dalam penyusunan RDTR, dan
penyusunan dan pembahasan rancangan peraturan tentang RDTR.
3
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
4
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
BAB II
MUATAN RDTR KABUPATEN/KOTA
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat menjelaskan muatan RDTR Kabupaten/Kota
yang mencakup Tujuan Penataan Wilayah Perencanaan, Rencana Struktur Ruang, Rencana Pola
Ruang, Ketentuan Pemanfaatan Ruang, dan Peraturan Zonasi
5
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
6
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
7
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
11) Halte;
12) Jaringan jalur kereta api antarkota;
13) Jaringan jalur kereta api perkotaan, meliputi :
a) Jalur monorel;
b) Jalur kereta rel listrik;
c) Jalur MRT (mass rapid transitI); dan
d) Jalur LRT (light rapid transit);
14) Jaringan jalur kereta api khusus;
15) Stasiun kereta api, meliputi :
a) Stasiun penumpang besar;
b) Stasiun penumpang sedang;
c) Stasiun penumpang kecil;
d) Stasiun barang; dan
e) Stasiun operasi.
16) Alur – pelayanan sungai dan alur-pelayaran danau, meliputi :
a) Alur-pelayaran kelas I;
b) Alur-pelayaran kelas II; dan
c) Alur-pelayaran kelas III;
17) Lintas penyeberangan, meliputi :
a) Lintas penyeberangan antarnegara;
b) Lintas penyeberangan antarprovinsi;
c) Lintas penyeberangan antarkabupaten/kota dalam provinsi;
d) Lintas penyeberangan dalam kabupaten; dan
e) Lintas penyeberangan dalam kota;
18) Pelabuhan sungai dan danai, meliputi :
a) Pelabuhan sungai dan danau utama;
b) Pelabuhan sungai dan danau pengumpul; dan
c) Pelabuhan sungai dan danau pengumpan;
19) Pelabuhan penyeberangan, meliputi :
a) Pelabuhan penyeberangan kelas I ;
b) Pelabuhan penyeberangan kelas II; dan
c) Pelabuhan penyeberangan kelas III;
8
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
9
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
(a) jaringan yang menyalurkan minyak bumi dari fasilitas produksi tempat
penyimpanan; dan
(b) jaringan yang menyalurkan gas bumi dari fasilitas produksi tempat
penyimpanan.
4) Jaringan yang menyalurkan gas bumi dari kilang pengolahan ke konsumen;
5) Infrastruktur Pembangkitan Listrik dan Sarana Pendukung, meliputi:
(a) Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA);
(b) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU);
(c) Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG);
(d) Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD);
(e) Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN);
(f) Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS);
(g) Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB);
(h) Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP);
(i) Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH); dan
(j) Pembangkit Listrik Lainnya.
6) Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Antarsistem, meliputi:
(a) Saluran Udara Tegangan Ultra Tinggi (SUTUT);
(b) Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET);
(c) Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT);
(d) Saluran Udara Tegangan Tinggi Arus Searah (SUTTAS); dan
(e) Saluran transmisi lainnya
7) Kabel bawah tanah;
8) Jaringan Distribusi Tenaga Listrik, meliputi:
(a) Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM);
(b) Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR);
(c) Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM); dan
(d) Saluran distribusi lainnya.
9) Saluran transmisi/distribusi lainnya;
10) Jaringan pipa/kabel bawah laut penyaluran tenaga listrik; dan
11) Gardu Listrik, meliputi:
(a) Gardu induk;
(b) Gardu hubung; dan
(c) Gardu distribusi.
10
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
11
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
12
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
13
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
14
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
15
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
16
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
17
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
18
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
19
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
d. Tujuan penetapan zona memuat tujuan yang ingin dicapai untuk setiap
zona/subzona lindung dan budidaya dalam RDTR;
e. Kriteria performa zona/sub zona merupakan kualitas atau kinerja yang
harus dipenuhi untuk mencapai tujuan penetapan masing-masing
zona/subzona; dan
f. Kriteria perencanaan zona merupakan kriteria dan standar untuk
merencanakan ruang suatu zona agar tercapai tujuan penetapan
zona/subzona. Khusus untuk zona perumahan harus mencantumkan
luas persil minimum dan luas persil maksimum tiap zona/subzona.
Penjabaran zona menjadi sub zona harus memperhatikan dua hal yaitu:
a. Perbedaan dasar pengertian antara zona peruntukan ruang dengan
kegiatan; dan
b. Hakekat zona adalah fungsi ruang, dan penjabarannya pun sebaiknya
mengikuti perbedaan fungsi ruang.
Setiap SWP terdiri atas blok yang dibagi berdasarkan batasan fisik antara lain
seperti jalan, sungai, dan sebagainya. Pengilustrasian overlay peta yang didelineasi
berdasarkan fisik (wilayah perencanaan, SWP, dan blok) hingga peta yang
didelineasi berdasarkan fungsi (zona dan subzona) ditunjukkan pada Gambar 1.
Dalam hal luas wilayah perencanaan relatif kecil, rencana pola ruang dapat
digambarkan secara langsung ke dalam blok. Contoh pendelineasian peta yang
digambarkan dari wilayah perencanaan ke SWP hingga blok dapat dilihat pada
Gambar 2, dan contoh pendeliniasian peta yang digambarkan secara langsung dari
wilayah perencanaan ke dalam blok dapat dilihat pada Gambar 3.
Adapun pengilustrasian pembagian zona-zona peruntukan ke dalam blok
disertai pengkodean berbagai subzona pada suatu SWP dapat dilihat pada Gambar
4.
Zona dapat dibagi lagi menjadi subzona. Apabila dampaknya kecil dan tidak
memiliki urgensi pengaturan, maka tidak perlu diklasifikasikan sebagai zona dan
cukup dimasukkan ke dalam daftar kegiatan pada matriks ITBX
Apabila wilayah perencanaan terlalu luas untuk digambarkan ke dalam satu
peta berskala 1:5.000, maka peta rencana pola tersebut dapat digambarkan ke
20
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
dalam beberapa lembar peta berdasarkan SWP seperti dapat dilihat pada Gambar
5. Adapun untuk zona rawan bencana, peta digambarkan secara terpisah dari peta
rencana pola.
21
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
22
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
Gambar 4 Ilustrasi Pembagian Subzona di dalam Blok dan Sub-Blok pada Satu SWP
23
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
24
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
25
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
indikasi program pemanfaatan ruang prioritas (dapat dilihat pada Tabel 1) yang
memuat:
a. Program pemanfaatan ruang prioritas
Program pemanfaatan ruang prioritas merupakan program-program
pengembangan wilayah perencanaan yang diindikasikan memiliki bobot tinggi
berdasarkan tingkat kepentingan atau diprioritaskan akan diwujudkan dalam 5
(lima) tahun pertama dan memiliki nilai strategis untuk mewujudkan rencana
struktur ruang dan rencana pola ruang di WP sesuai tujuan penataan WP.
Program pemanfaatan ruang prioritas ini dapat memuat kelompok program
sebagai berikut:
1) Program perwujudan rencana struktur ruang yang meliputi :
a) Perwujudan pusat pelayanan kegiatan di Wilayah Perencanaan;
b) Perwujudan jaringan transportasi di Wilayah Perencanaan;dan
c) Perwujudan jaringan prasarana untuk Wilayah Perencanaan, yang
mencakup pula prasarana nasional dan wilayah/regional didalam wilayah
perencanaan yang terdiri atas :
i. Perwujudan jaringan energi;
ii. Perwujudan jaringan telekomunikasi;
iii. Perwujudan jaringan sumber daya air;
iv. Perwujudan jaringan air minum;
v. Perwujudan jaringan air limbah dan pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3);
vi. Perwujudan jaringan drainase;
vii. Perwujudan jaringan persampahan; dan/atau
viii. Perwujudan jaringan prasarana lainnya.
2) Program perwujudan rencana pola ruang di wilayah perencanaan yang
meliputi :
a) Perwujudan zona lindung pada wilayah perencanaan termasuk di dalam
pemenuhan kebutuhan RTH; dan
b) Perwujudan zona budi daya pada wilayah perencanaan yang antara lain
terdiri atas:
26
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
27
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
28
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
E. PERATURAN ZONASI
Peraturan Zonasi disusun untuk setiap zona peruntukan baik zona
budidaya dan zona lindung dengan memperhatikan esensi fungsinya yang
ditetapkan dalam rencana rinci tata ruang dan bersifat mengikat/regulatory.
Dalam sistem regulatory, seluruh kawasan perkotaan terbagi habis ke dalam
zona peruntukan ruang yang tergambarkan dalam peta rencana pola ruang.
Pada setiap zona peruntukan akan berlaku satu aturan dasar tertentu yang
mengatur perpetakan, kegiatan, intensitas ruang dan tata bangunan.
Peraturan zonasi merupakan ketentuan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari RDTR Peraturan zonasi dan berfungsi sebagai:
a. Perangkat operasional pengendalian pemanfaatan ruang;
b. Acuan dalam pemberian rekomendasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang, termasuk di dalamnya air right development dan pemanfaatan ruang
di bawah tanah;
c. Acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif;
d. Acuan dalam pengenaan sanksi; dan
e. Rujukan teknis dalam pengembangan atau pemanfaatan lahan dan
penetapan lokasi investasi.
Peraturan zonasi bermanfaat untuk:
a. Menjamin dan menjaga kualitas ruang wilayah perencanaan minimal yang
ditetapkan;
b. Menjaga kualitas dan karakteristik zona dengan meminimalkan penggunaan
lahan yang tidak sesuai dengan karakteristik zona; dan
c. Meminimalkan gangguan atau dampak negatif terhadap zona.
Peraturan zonasi memuat aturan dasar dan teknik pengaturan zonasi.
Aturan dasar merupakan persyaratan pemanfaatan ruang meliputi, ketentuan
kegiatan dan penggunaan lahan, ketentuan intensitas pemanfaatan ruang,
ketentuan tata bangunan, ketentuan prasarana dan sarana minimal, ketentuan
khusus, dan/atau ketentuan pelaksanaan.
Teknik pengaturan zonasi adalah ketentuan lain dari zonasi konvensional
yang dikembangkan untuk memberikan fleksibilitas dalam penerapan aturan
zonasi dan ditujukan untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam penerapan
29
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
30
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
1) Pertimbangan Umum
Pertimbangan umum berlaku untuk semua jenis penggunaan lahan,
antara lain kesesuaian dengan arahan pemanfaatan ruang dalam RTRW
kabupaten/kota, keseimbangan antara kawasan lindung dan kawasan
budi daya dalam suatu wilayah, kelestarian lingkungan (perlindungan dan
pengawasan terhadap pemanfaatan air, udara, dan ruang bawah tanah),
31
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
2) Pertimbangan Khusus
Pertimbangan khusus berlaku untuk masing-masing karakteristik
guna lahan, kegiatan atau komponen yang akan dibangun.
Pertimbangan khusus dapat disusun berdasarkan rujukan mengenai
ketentuan atau standar yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang,
rujukan mengenai ketentuan dalam peraturan bangunan setempat, dan
rujukan mengenai ketentuan khusus bagi unsur bangunan atau
komponen yang dikembangkan. Selain itu perlu dipertimbangkan kondisi
yang harus dipenuhi agar kegiatan dapat berlangsung pada zona terkait
yang antara lain meliputi:
a. Prosedur administrasi yang harus diikuti;
b. Kajian kelayakan lingkungan yang harus dipenuhi;
c. Prasarana dan/atau sarana tambahan yang harus diadakan untuk
menunjang kegiatan tersebut;
d. Pembatasan yang harus diberlakukan, terkait:
(1) luas fisik pemanfaatan ruang;
(2) kajian dengan kegiatan lain di sekitar;
(3) jumlah tenaga kerja;
(4) waktu operasional;
(5) masa usaha;
(6) arahan lokasi spesifik;
(7) jumlah kegiatan serupa;
(8) pengembangan usaha kegiatan lebih lanjut; dan
(9) penggunaan utilitas untuk kegiatan tersebut harus terukur dan
tidak menimbulkan gangguan pada zona tersebut.
32
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
33
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
34
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
zonasi pada RTRW kabupaten/kota, atau juga bisa berisi sama dengan
intensitas pemanfaatan ruang yang diatur dalam ketentuan umum peraturan
zonasi pada RTRW kabupaten/kota. Intensitas pemanfaatan ruang yang
terdapat dalam ketentuan intensitas pemanfaatan ruang dapat didetailkan
kembali lebih lanjut dalam RTBL.
c) Ketentuan Tata Bangunan
Ketentuan tata bangunan adalah ketentuan yang mengatur bentuk,
besaran, peletakan, dan tampilan bangunan pada suatu zona untuk menjaga
keselamatan dan keamanan bangunan. Komponen ketentuan tata bangunan
minimal terdiri atas :
1) Ketinggian bangunan (TB) maksimum
Ketinggian bangunan adalah tinggi maksimum bangunan gedung yang
diizinkan pada lokasi tertentu dan diukur dari jarak maksimum puncak atap
bangunan terhadap (permukaan) tanah yang dinyatakan dalam satuan meter.
2) Garis sempadan bangunan (GSB) minimum
GSB adalah jarak minimum antara garis pagar terhadap dinding
bangunan terdepan. GSB ditetapkan dengan mempertimbangkan
keselamatan, resiko kebakaran, kesehatan, kenyamanan, dan estetika.
3) Jarak bebas antar bangunan minimal yang harus memenuhi ketentuan
tentang jarak bebas yang ditentukan oleh jenis peruntukan dan ketinggian
bangunan.
4) Jarak bebas samping (JBS) dan jarak bebas belakang (JBB)
JBB adalah jarak minimum antara garis batas petak belakang terhadap
dinding bangunan terbelakang. Jarak Bebas Samping (JBS) merupakan jarak
minimum antara batas petak samping terhadap dinding bangunan terdekat.
35
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
juga dapat berisi sama dengan tata bangunan yang diatur dalam ketentuan
umum peraturan zonasi pada RTRW kabupaten/kota. Tata bangunan yang
terdapat dalam ketentuan tata bangunan ruang dapat didetailkan kembali lebih
lanjut dalam RTBL.
36
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
e) Ketentuan Khusus
Ketentuan khusus adalah ketentuan yang mengatur pemanfaatan zona
yang memiliki fungsi khusus dan diberlakukan ketentuan khusus sesuai
dengan karakteristik zona dan kegiatannya. Selain itu, ketentuan pada zona-
zona yang digambarkan di peta khusus yang memiliki pertampalan (overlay)
dengan zona lainnya dapat pula dijelaskan disini.
Ketentuan khusus merupakan aturan tambahan yang ditampalkan (overlay)
di atas aturan dasar karena adanya hal-hal khusus yang memerlukan aturan
tersendiri karena belum diatur di dalam aturan dasar.
f) Ketentuan Pelaksanaan
Ketentuan pelaksanaan adalah aturan yang berkaitan dengan pelaksanaan
penerapan peraturan daerah RDTR yang terdiri atas:
37
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
38
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
39
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
b) Bonus zoning
Bonus zoning adalah teknik pengaturan zonasi yang memberikan izin kepada
pengembang untuk meningkatkan intensitas pemanfaatan ruang melebihi aturan
dasar, dengan imbalan (kompensasi) pengembang tersebut harus menyediakan
sarana publik tertentu, misalnya RTH, terowongan penyeberangan dsb.
Penerapan bonus zoning harus memenuhi kriteria berikut:
(1) diberikan pada pengembang yang belum atau tidak pernah menambah
intensitas pemanfaatan ruangnya;
(2) hanya dapat diberlakukan pada zona komersial, zona perkantoran, dan zona
perumahan, khususnya untuk rumah susun; dan
(3) harus didahului dengan analisis daya dukung daya tamping lingkungan untuk
mengetahui:
(a) Penambahan intensitas pemanfaatan ruang pada blok peruntukan agar
masih dalam daya dukung lingkungannya;
(b) Dampak negatif yang mungkin ditimbulkan beserta besar kerugiannya;
dan
(c) Kompensasi pembangunan sarana publik.
Kompensasi pembangunan sarana publik diutamakan untuk
dilaksanakan pada sub kawasan dimana bonus zoning diterapkan,
namun dapat juga dilaksanakan pada kawasan lainnya dengan
persyaratan tertentu berdasarkan keputusan Pemerintah Daerah.
c) Conditional uses
Conditional uses adalah teknik pengaturan zonasi yang memungkinkan suatu
pemanfaatan ruang yang dianggap penting atau diperlukan keberadaannya,
untuk dimasukkan ke dalam satu zona peruntukan tertentu sekalipun
karakteristiknya tidak memenuhi kriteria zona peruntukan tersebut. Pemerintah
daerah dapat menerbitkan izin pemanfaatan ruang bersyarat atau Conditional
Use Permit (CUP) setelah melalui pembahasan dan pertimbangan Forum
Penataan Ruang. CUP diberikan dengan kriteria:
40
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
(1) Pemanfaatan ruang yang akan diberi izin memiliki tingkat kepentingan yang
nyata bagi kepentingan orang banyak atau kawasan perkotaan secara
keseluruhan;
(2) Pemanfaatan ruang yang akan diberi izin tidak mengganggu fungsi ruang di
sekitarnya; dan
(3) Pemberian izin harus melalui pertimbangan Forum Penataan Ruang.
41
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
i) TPZ Khusus
TPZ Khusus adalah TPZ yang memberikan pembatasan pembangunan untuk
mempertahankan karakteristik dan/atau objek khusus yang dimiliki Zona, yang
penetapan lokasinya dalam peraturan zonasi. Dapat diterapkan sebagai bentuk
disinsentif pemberian persyaratan tertentu dalam perizinan.
l) TPZ Lainnya
TPZ lainnya yang tidak termasuk pada jenis TPZ (kode penulisan a-l) dapat
didefinisikan sesuai dengan kebutuhan masing – masing pemerintah daerah.
Apabila terdapat lebih dari satu TPZ lainnya, dapat dituliskan dengan kode m1,
m2, m3 dst.
42
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
LATIHAN
Ambillah studi kasus di satu kecamatan sekitar tempat tinggal Anda,
kemudian berdasarkan kondisi dan karakteristik kawasan tersebut, rumuskan
hal-hal sebagai berikut:
1. Identifikasi potensi dan masalah yang terjadi di kawasan tersebut!
2. Rumuskan isu strategis yang terjadi di kawasan tersebut!
3. Rumuskan tujuan penataan kawasan tersebut!
RANGKUMAN
Tujuan penataan wilayah perencanaan merupakan nilai dan/atau kualitas
terukur yang akan dicapai sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana
ditetapkan dalam RTRW Kabupaten/Kota dan merupakan alasan disusunnya
RDTR tersebut, serta apabila diperlukan dapat dilengkapi konsep pencapaian.
Tujuan penataan wilayah perencanaan berisi tema yang akan direncanakan di
wilayah perencanaan.
Rencana struktur ruang meliputi:
1. Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan
2. Rencana Jaringan Transportasi
3. Rencana Jaringan Prasarana
Rencana pola ruang yang terdiri dari zona lindung dan zona budidaya,
perlu digambarkan pada peta dengan skala 1 : 5.000. Hal ini dimaksudkan agar
rencana pola ruang dalam RDTR ini dapat dipergunakan sebagai alat untuk
memberikan dasar penerbitan Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang (KKKPR).
Ketentuan pemanfaatan ruang dalam RDTR merupakan upaya
mewujudkan RDTR dalam bentuk program pengembangan wilayah perencanaan
dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun masa
perencanaan. Program 5 (lima) tahunan dalam ketentuan pemanfaatan ruang
dituangkan dalam bentuk narasi, namun khusus untuk program prioritas 5 (lima)
tahun pertama disusun dalam bentuk tabel indikasi program pemanfaatan ruang
prioritas
43
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
EVALUASI
1. Jelaskan fungsi penataan wilayah perencanaan?
2. Apa yang menjadi dasar perumusan tujuan penataan?
3. Apa yang menjadi dasar pertimbangan perumusan tujuan penataan wilayah
perencanaan?
4. Jelaskan fungsi rencana pola ruang!
5. Apa yang menjadi dasar perumusan rencana pola ruang?
6. Uraikan jenis rencana pola ruang!
7. Peta rencana pola ruang digambarkan pada skala berapa?
8. Apa yang menjadi fungsi ketentuan pemanfaatan ruang?
9. Jelaskan dasar penyusunan ketentuan pemanfaatan ruang!
10. Apa yang menjadi kriteria dalam penyusunan ketentuan pemanfaatan ruang?
11. Jelaskan apa yang dimaksud dengan program dalam ketentuan pemanfaatan
ruang!
44
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
BAB III
PROSEDUR PENYUSUNAN RDTR
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat menjelaskan prosedur penyusunan RDTR
kabupaten/kota yang meliputi tahap persiapan, tahap pengumpulan data dan informasi, tahap
pengolahan data dan analisis, tahap perumusan konsepsi RDTR Kabupaten/Kota, serta tahap
penyusunan dan pembahasan rancangan peraturan kepala daerah tentang RDTR
Kabupaten/Kota, serta pelibatan masyarakat dalam penyusunan RDTR.
A. Tahap Persiapan
Proses persiapan penyusunan RDTR terdiri atas:
1) Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK), meliputi :
a) Pembentukan tim penyusunan RDTR Kabupaten/Kota yang
beranggotakan :
(1) pemerintah daerah kabupaten/kota, khususnya dalam lingkup
Forum Penataan Ruang Kabupaten/Kota;
(2) tim ahli yang diketuai oleh profesional perencana wilayah dan
kota yang bersertifikat, memiliki pengalaman di bidang
perencanaan wilayah minimal 10 tahun dan pernah menyusun
RDTR, dengan anggota profesional pada bidang keahlian yang
paling kurang terdiri atas:
(a) arsitek (rancang kota);
45
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
(b) pertanahan;
(c) geografi/geodesi;
(d) geologi/kebencanaan;
(e) teknik sipil (infrastruktur/prasarana/transportasi);
(f) teknik lingkungan; dan
(g) hukum.
Selain itu dapat dilengkapi dengan bidang keahlian lainnya sesuai dengan
kebutuhan perencanaan RDTR.
b) Penyusunan rencana kerja.
46
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
47
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
48
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
49
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
Selain data dan informasi tersebut di atas, dapat ditambahkan data dan
informasi sebagai berikut:
1) data dan informasi tentang kebijakan antara lain RTRW
Provinsi/Kabupaten/Kota, RPJP Kabupaten/ Kota dan RPJM
Kabupaten/Kota;
2) data fisiografis;
3) data kondisi fisik tanah;
4) data sosial budaya;
5) data dan informasi penggunaan lahan eksisting dan intensitas
pemanfaatan bangunan eksisting berdasarkan klasifikasi umum;
6) data penatagunaan tanah, meliputi:
a) data penguasaan tanah/pemilikan tanah/gambaran umum
penguasaan tanah, dan
b) data penggunaan dan/atau pemanfaatan tanah.
7) data peruntukan ruang (yang dapat diperoleh dari RTRW, RDTR
kawasan yang bersebelahan, dan lain-lain);
8) data dan informasi izin pemanfaatan ruang eksisting, baik dari sektor
kehutanan, kelautan, pertanahan, pertambangan, dll, terutama yang
berskala besar;
9) data dan informasi persetujuan dan rekomendasi Kesesuaian
Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR);
10) data ketersediaan prasarana dan sarana;
11) data dan informasi tentang peluang ekonomi.
12) data kemampuan keuangan pembangunan daerah;
13) data dan informasi tentang kelembagaan pembangunan daerah;
14) data terkait kawasan dan bangunan (kualitas, intensitas blok eksisting,
tata bangunan);
15) RDTR kawasan yang bersebelahan dengan kawasan perencanaan
(jika ada);
50
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
51
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
52
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
53
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
54
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
55
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
56
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
57
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
58
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
59
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
60
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
61
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
LATIHAN
Berdasarkan tujuan penataan kawasan yang telah dirumuskan pada latihan
sebelumnya dan didukung oleh data-data sekunder maka buatkan sebuah konsep
pengembangan kawasan tersebut!
RANGKUMAN
Tata cara penyusunan RDTR mencakup proses penyusunan, pelibatan peran
masyarakat dalam penyusunan, dan pembahasan rancangan RDTR
Kabupaten/Kota oleh pemangku kepentingan di tingkat Kabupaten/Kota. Pada
proses penyusunan RDTR Kabupaten Kota meliputi beberapa tahapan yaitu tahap
persiapan, pengumpulan data dan informasi, pengolahan data dan analisis,
perumusan konsepsi, dan penyusunan rancangan peraturan tentang RDTR
Kabupaten/Kota.
Kegiatan penyusunan Raperkada tentang RDTR melibatkan masyarakat dalam
bentuk pengajuan usulan, keberatan, dan sanggahan terhadap Naskah Raperkada
RDTR.
Format penyajian RDTR, terdiri atas:
a. materi teknis RDTR meliputi:
1) buku fakta dan analisis yang dilengkapi peta-peta;
2) buku rencana yang disajikan dalam format A4; dan
3) album peta yang disajikan dengan skala atau tingkat ketelitian 1:5.000
dalam format A1 yang dilengkapi dengan data peta digital yang
62
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
EVALUASI
63
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
Lihat kembali materi yang ditanyakan di dalam bab ini. Periksa jawaban anda
apakah sudah benar atau belum. Apabila jawaban anda benar semua berarti sudah
memenuhi kompetensi yang diharapkan dalam bab ini. Sebaliknya apabila jawaban
anda ada yang salah, berarti anda harus mempelajari secara seksama materi pada
bab ini. Setelah itu kembali anda jawab dan bandingkan dengan materi pada bab ini.
64
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
BAB IV
PENUTUP
Modul ini disusun agar peserta diklat dapat memahami materi pembelajaran ini
dalam konteks pengenalan muatan dan prosedur RDTR dalam sistem penataan
ruang, khususnya dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
Penataan wilayah perencanaan mempunyai fungsi sebagai acuan untuk
penyusunan rencana pola ruang, penyusunan rencana jaringan prasarana,
penyusunan ketentuan pemanfaatan ruang, penyusunan peraturan zonasi.
Penataan ini juga dimaksudkan untuk menjaga konsistensi dan keserasian
pengembangan kawasan perkotaan dengan rencana tata ruang wilayahnya.
Rencana pola ruang yang tercakup dalam rencana detail tata ruang merupakan
rencana distribusi subzona peruntukan. Pola ruang ini terdiri dari zona lindung dan
zona budidaya. Pola ruang perlu direncanakan lokasinya agar diperoleh suatu hasil
perencanaan yang dapat diacu oleh sektor.
Hal ini sejalan dengan fungsi rencana pola ruang untuk mengalokasi ruang
bagi berbagai kegiatan sosial, ekonomi, serta kegiatan pelestarian fungsi lingkungan
dalam wilayah perencanaan sebagai dasar penerbitan konfirmasi kesesuaian
kegiatan pemanfaatan ruang, dasar penyusunan RTBL, dan dasar penyusunan
rencana jaringan prasarana.
Rencana jaringan prasarana yang ada merupakan pengembangan hierarki
sistem jaringan prasarana yang ditetapkan dalam rencana struktur ruang yang
termuat dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota. Hal ini dimaksudkan agar
walaupun jaringan prasarana direncakan hanya pada sebagian wilayah, namun
masih terkait secara sistem.
Dengan telah dirumuskannya rencana pola ruang dan rencana jaringan
prasarana, dalam upaya mewujudkan RDTR maka disusun ketentuan pemanfaatan
ruang yang berisi program pengembangan wilayah perencanaan dalam jangka
waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun masa perencanaan.
65
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
DAFTAR PUSTAKA
Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Undang – Undang Cipta Kerja
66
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
109
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan dalam menyelesaikan Modul Diklat Penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang Tingkat Dasar. Modul ini disusun sebagai penunjang kegiatan diklat agar
peserta diklat dapat mempelajari dan memahami materi-materi yang diberikan.
Pada kesempatan ini pula, kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyusunan modul ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
membalas semua kebaikan dan jerih payah Saudara-saudara sekalian.
Semoga modul ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan yang lebih luas
kepada pembaca, khususnya peserta diklat. Akhir kata dengan segala kerendahan
hati, tim penyusun mengharapkan masukan dan kritikan demi perbaikan
penyusunan modul di masa akan datang.
Terima kasih.
Jakarta, 2021
Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya
Manusia,
ii
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR................................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
1. LATAR BELAKANG ............................................................................................................. 1
2. DESKRIPSI SINGKAT .......................................................................................................... 2
3. TUJUAN PEMBELAJARAN ................................................................................................ 2
4. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK ................................................................ 3
iii
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1 Ilustrasi Pusat Pelayanan di Dalam Wilayah Perencanaan ............................ 5
Gambar 2 Contoh Kalimat Tujuan Penataan Wilayah Perencanaan ............................. 17
Gambar 3 Contoh Peta Rencana Pola Ruang ................................................................ 19
iv
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1 Indikasi Program Pemanfaatan Ruang Prioritas .................................................. 20
Tabel 2 Contoh Kriteria Pengklasifikasian Zona dan Subzona Kawasan Lindung ....... 22
Tabel 3 Contoh Kriteria Pengklasifikasian Zona dan Subzona Kawasan Budidaya ..... 30
Tabel 4 Contoh Tabel Matriks ITBX ..................................................................................... 39
v
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota belum operasional dan
sulit dijadikan rujukan dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) sudah lebih rinci (mengatur guna lahan, intensitas bangunan, tata
massa bangunan), tetapi tetap kurang operasional bila tidak disertai dengan aturan
yang lengkap. Dengan hal tersebut maka dengan terdapat peraturan zonasi dalam
muatan RDTR maka bertujuan untuk melengkapi RDTR agar lebih operasional.
RDTR merupakan dasar dalam penerbitan perizinan pemanfaatan ruang. Muatan
RDTR yang terdiri dari tujuan penataan wilayah perencanaan, struktur ruang, pola
ruang, ketentuan pemanfaatan ruang, dan peraturan zonasi dapat dijadikan sebagai
dasar perizinan untuk pemanfaatan ruang serta perangkat operasional pengendalian
pemanfaatan ruang.
Analisis yang digunakan penyusunan RDTR meliputi analis struktur internal
wilayah perencanaan, analisis sistem penggunaan lahan (land use), analisis kedudukan
dan peran wilayah perencanaan dalam wilayah yang lebih luas, analisis sumber daya
alam dan fisik atau lingkungan wilayah perencanaan, analisis sosial budaya, analisis
kependudukan, analisis ekonomi dan sektor unggulan, analisis transportasi
(pergerakan), analisis sumber daya buatan, analisis kondisi lingkungan binaan, analisis
kelembagaan, analisis karakteristik peruntukan zona, analisis jenis dan karakteristik
kegiatan yang saat ini berkembang dan mungkin akan berkembang di masa
mendatang, analisis kesesuaian kegiatan terhadap peruntukan/zona/sub zona, analisis
dampak kegiatan terhadap jenis peruntukan/zona/sub zona, analisis pertumbuhan dan
pertambahan penduduk pada suatu zona, analisis gap antara kualitas
peruntukan/zona/sub zona yang diharapkan dengan kondisi yang terjadi di lapangan,
analisis karakteristik spesifik lokasi, analisis ketentuan dan standar setiap sektor terkait,
1
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
2. DESKRIPSI SINGKAT
Mata Diklat Analisis Penyusunan RDTR ini membekali peserta agar dapat
memahami Analisis Penyusunan RDTR dan Output Analisis Penyusunan RDTR dalam
penyusunan RDTR.
3. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu menjelaskan Analisis
Penyusunan RDTR dan Output Analisis Penyusunan RDTR. Indikator keberhasilan dari
pembelajaran ini peserta mampu:
2
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
3
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
BAB II
ANALISIS PENYUSUNAN RDTR
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat menjelaskan analisis penyusunan RDTR dalam
menyusun RDTR, selain itu peserta diharapkan mampu menjelaskan keluaran dari hasil analisis
secara umum dan keseluruhan.
1. ANALISIS RDTR
Dalam penyusunan RDTR serangkaian analisis digunakan sebagai masukan
dalam merumuskan konsepsi RDTR meliputi, tujuan penataan wilayah perencanaan,
penyusunan rencana struktur ruang, penyusunan rencana pola ruang, perumusan
ketentuan pemanfaatan ruang, penentuan deliniasi blok peruntukkan, perumusan
aturan dasar dan teknis peraturan zonasi. Berikut merupakan analisis yang digunakan
sebagai perumusan RDTR :
a) Analisis struktur internal wilayah perencanaan
Analisis struktur internal kawasan wilayah perencanaan (WP) dilakukan untuk
merumuskan kegiatan fungsional sebagai pusat dan jaringan yang menghubungkan
antarpusat di dalam WP ruang dari RTRW Kabupaten ke RDTR. Analisis struktur
internal WP didasarkan pada kegiatan fungsional di dalam WP tersebut, pusat-pusat
kegiatan, dan sistem jaringan yang melayaninya. Analisis struktur internal kawasan
membagi WP berdasarkan homogenitas kondisi fisik, ekonomi, dan sosial budaya,
serta menggambarkan arahan garis besar intensitas ruang dan arahan
pengembangannya di masa datang.
Pada analisis struktur internal WP meliputi 3 analisis yaitu analisis system pusat
pelayanan, analisis sistem jaringan jalan, dan analisis intensitas pengembangan ruang
pada seluruh WP. Analisis struktur internal WP digunakan sebagai bahan
pertimbangan merumuskan rencana pola ruang dan masukan perumusan konsep
struktur internal WP.
4
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
5
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
wilayah yang lebih luas, analisis kedudukan dan keterkaitan sistem prasarana
wilayah perencanaan dengan wilayah yang lebih luas, analisis kedudukan dan
keterkaitan aspek lingkungan, analisis kedudukan dan keterkaitan aspek pertahanan
dan keamanan WP, analisis kedudukan dan keterkaitan aspek pendanaan WP, dan
analisis spesifik terkait kekhasan kawasan.
Hasil dari analisis regional adalah memberikan gambaran pola ruang dan sistem
jaringan prasarana WP yang berhubungan dengan WP lain dan kota atau wilayah yang
berbatasan, gambaran fungsi dan peran WP pada wilayah yang lebih luas, gambaran
potensi dan permasalahan pembangunan akan penataan ruang pada wilayah yang
lebih luas terkait dengan kedudukan dan hubungan WP dengan wilayah yang lebih
luas, dan gambaran peluang dan tantangan pembangunan wilayah perencanaan
dalam wilayah yang lebih luas yang ditunjukkan oleh sektor unggulan.
Hasil analisis regional tersebut digunakan sebagai pertimbangan dalam
penyusunan RDTR meliputi penetapan fungsi dan peran WP dalam wilayah yang lebih
luas yang akan mempengaruhi pada pembentukan jaringan prasarana terutama lintas
sub wilayah/lintas kawasan atau yang mengemban fungsi layanan dengan skala yang
lebih luas dari wilayah WP. Selain itu, digunakan sebagai bahan pertimbangan
pembentukan pola ruang WP yang serasi dengan kawasan berdekatan terutama pada
wilayah perbatasan agar terjadi sinkronisasi dan harmonisasi dalam pemanfaatan
ruang antar WP dalam rangka perwujudan tujuan penataan ruang.
6
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
klimatologi, analisis sumber daya alam (zona lindung), dan analisis sumber daya alam
dan fisik wilayah lainnya (zona budi daya).
Analisis sumber daya air dilakukan untuk memahami bentuk dan pola
kewenangan, pola pemanfaatan, dan pola kerjasama pemanfaatan sumber daya
air yang ada dan yang sebaiknya dikembangkan di dalam WP. Khususnya
terhadap sumber air baku serta air permukaan (sungai dan/atau danau) yang mengalir
dalam WP yang memiliki potensi untuk mendukung pengembangan dan/atau memiliki
kesesuaian untuk dikembangkan bagi kegiatan tertentu yang sangat membutuhkan
sumber daya air. Analisis ini menjadi dasar dalam menetapkan kebijakan yang
mengatur sumber-sumber air tersebut.
Analisis sumber daya tanah digunakan dalam mengidentifikasi potensi dan
permasalahan pengembangan WP berdasarkan kesesuaian tanah serta kawasan
rawan bencana. Analisis ini menghasilkan rekomendasi bagi peruntukan zona budi
daya dan zona lindung.
Analisis topografi dan kelerengan dilakukan untuk potensi dan permasalahan
pengembangan wilayah perencanaan berdasarkan ketinggian dan kemiringan
lahan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui daya dukung serta kesesuaian
lahan bagi peruntukan kawasan budi daya dan lindung
Analisis geologi lingkungan dilakukan untuk mengidentifikasi potensi dan
pengembangan WP berdasarkan potensi dan kendala dari aspek geologi lingkungan.
Analisis ini menjadi rekomendasi bagi peruntukan kawasan rawan bencana,
kawasan lindung geologi, dan kawasan pertambangan.
Analisis klimatologi digunakan dalam mengidentifikasi potensi dan permasalahan
pengembangan WP berdasarkan kesesuaian iklim setempat. Analisis ini menjadi
bahan rekomendasi bagi kesesuaian peruntukan pengembangan kegiatan budi daya.
Analisis sumber daya alam (zona lindung) dilakukan untuk mengetahui daya
dukung/kemampuan wilayah perencanaan dalam menunjang fungsi hutan/sumber
daya alam hayati lainnya, baik untuk perlindungan maupun kegiatan produksi.
Selain itu, analisis ini dimaksudkan untuk menilai kesesuaian lahan bagi penggunaan
hutan produksi tetap dan terbatas, hutan yang dapat dikonversi, hutan lindung, dan
kesesuaian fungsi hutan lainnya.
7
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
Analisis sumber daya alam dan fisik wilayah lainnya (zona budi daya) perlu juga
dilakukan analisis terhadap sumber daya alam lainnya sesuai dengan karakteristik WP
yang akan direncanakan, untuk mengetahui pola kewenangan, pola pemanfaatan,
maupun pola kerjasama pemanfaatan sumber daya tersebut.
Secara umum analisis fisik/lingkungan dan SDA memberikan gambaran daya
dukung lingkungan fisik dalam menampung kegiatan yang ada maupun yang akan
dikembangkan sampai akhir masa berlakunya RDTR, gambaran daya dukung
maksimum (daya tampung) ruang/lingkungan hidup dalam menampung kegiatan
sampai waktu yang melebihi masa berlakunya RDTR, gambaran kesesuaian lahan
untuk pemanfaatan ruang di masa datang berdasarkan kondisi fisik/lingkungannya,
gambaran potensi dan hambatan pembangunan keruangan dari aspek fisik, dan
gambaran alternatif-alternatif upaya mengatasi hambatan fisik/lingkungan yang ada di
WP. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan dalam sintesa analisis holistic dalam
melihat potensi, masalah, peluang penataan ruang WP dalam penyusunan RDTR.
f) Analisis kependudukan
Analisis yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan proyeksi
perubahan demografi seperti pertumbuhan dan komposisi jumlah penduduk serta
kondisi sosial kependudukan dalam memberikan gambaran struktur dan karakteristik
penduduk. Hal ini berhubungan erat dengan potensi dan kualitas penduduk,
mobilisasi, tingkat pelayanan dan penyediaan kebutuhan sektoral (sarana, prasarana
maupun utilitas minimum). Selain itu analisis terhadap penyebaran dan perpindahan
8
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
9
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
10
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
k) Analisis kelembagaan
Analisis kelembagaan dilakukan untuk memahami kapasitas pemerintah kota
dalam menyelenggarakan pembangunan yang mencakup struktur organisasi dan tata
laksana pemerintahan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana kerja,
produk-produk pengaturan serta organisasi nonpemerintah, perguruan tinggi dan
masyarakat. Analisis diharapkan menghasilkan beberapa bentuk dan operasional
kelembagaan di WP sehingga semua pihak yang terlibat dapat berpartisipasi dalam
perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
m) Analisis jenis dan karakteristik kegiatan yang saat ini berkembang dan mungkin
akan berkembang di masa mendatang
Analisis jenis dan karakteristik kegiatan eksisting dan perkembangannya
digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan yang ada saat ini, kegiatan yang
direncanakan, dan/atau kegiatan yang mungkin timbul akibat rencana yang disusun.
Analisis ini digunakan sebagai perumusan ketentuan kegiatan dan penentuan kegiatan
peraturan zonasi.
11
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
12
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
13
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
RANGKUMAN
Penyusunan RDTR meliputi berbagai serangakaian analisis yaitu, analis struktur
internal wilayah perencanaan, analisis sistem penggunaan lahan (land use), analisis
kedudukan dan peran wilayah perencanaan dalam wilayah yang lebih luas, analisis
sumber daya alam dan fisik atau lingkungan wilayah perencanaan, analisis sosial
budaya, analisis kependudukan, analisis ekonomi dan sektor unggulan, analisis
transportasi (pergerakan), analisis sumber daya buatan, analisis kondisi lingkungan
binaan, analisis kelembagaan, analisis karakteristik peruntukan zona, analisis jenis dan
karakteristik kegiatan yang saat ini berkembang dan mungkin akan berkembang di
masa mendatang, analisis kesesuaian kegiatan terhadap peruntukan/zona/sub zona,
analisis dampak kegiatan terhadap jenis peruntukan/zona/sub zona, analisis
pertumbuhan dan pertambahan penduduk pada suatu zona, analisis gap antara
kualitas peruntukan/zona/sub zona yang diharapkan dengan kondisi yang terjadi di
lapangan, analisis karakteristik spesifik lokasi, analisis ketentuan dan standar setiap
sektor terkait, analisis kewenangan dalam perencanaan, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Adapun analisis yang dapat ditambahkan yaitu
kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan,
perkiran mengenai dampak dan resiko lingkungan hidup, kinerja layanan atau jasa
ekosistem, efisiensi pemanfaatan sumber daya alam, tingkat kerentanan dan kapasitas
14
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
15
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
BAB III
OUTPUT ANALISIS
PENYUSUNAN RDTR
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu menjelaskan output dari analisis
penyusunan RDTR sesuai dengan hasil kegiatan perumusan konsepsi RDTR.
16
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
17
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
peta rencana jaringan prasarana lainnya. Peta rencana struktur ruang ini digambarkan
secara tersendiri untuk masing – masing peta rencana. Peta rencana struktur ruang
digambarkan dalam peta dengan skala atau ketelitian informasi 1 : 5.000 dan mengikuti
ketentuan mengenai sistem informasi geografis yang dikeluarkan oleh
kementerian/lembaga yang berwenang serta disajikan dalam format digital sesuai
dengan pedoman basis data.
18
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
19
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
20
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
21
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
22
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
23
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
24
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
25
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
26
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
27
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
28
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
29
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
30
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
31
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
32
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
33
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
34
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
35
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
36
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
37
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
Matriks I, T, B dan X untuk kegiatan dan penggunaan lahan pada suatu zonasi
didasarkan pada:
1) Pertimbangan Umum
Pertimbangan umum berlaku untuk semua jenis penggunaan lahan, antara lain
kesesuaian dengan arahan pemanfaatan ruang dalam RTRW kabupaten/kota,
keseimbangan antara kawasan lindung dan kawasan budi daya dalam suatu
wilayah, kelestarian lingkungan (perlindungan dan pengawasan terhadap
pemanfaatan air, udara, dan ruang bawah tanah), perbedaan sifat kegiatan
bersangkutan terhadap fungsi zona terkait, definisi zona, kualitas lokal minimum,
toleransi terhadap tingkat gangguan dan dampak terhadap peruntukan yang
ditetapkan (misalnya penurunan estetika lingkungan, penurunan kapasitas
jalan/lalu-lintas, kebisingan, polusi limbah, dan restriksi sosial), serta kesesuaian
dengan kebijakan lainnya yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota.
2) Pertimbangan Khusus
Pertimbangan khusus berlaku untuk masing-masing karakteristik guna lahan,
kegiatan atau komponen yang akan dibangun. Pertimbangan khusus dapat disusun
berdasarkan rujukan mengenai ketentuan atau standar yang berkaitan dengan
pemanfaatan ruang, rujukan mengenai ketentuan dalam peraturan bangunan
setempat, dan rujukan mengenai ketentuan khusus bagi unsur bangunan atau
komponen yang dikembangkan. Selain itu perlu dipertimbangkan kondisi yang harus
dipenuhi agar kegiatan dapat berlangsung pada zona terkait yang antara lain meliputi:
a. prosedur administrasi yang harus diikuti;
b. kajian kelayakan lingkungan yang harus dipenuhi;
c. prasarana dan/atau sarana tambahan yang harus diadakan untuk menunjang
kegiatan tersebut;
d. pembatasan yang harus diberlakukan, terkait:
(1) luas fisik pemanfaatan ruang;
(2) kaitan dengan kegiatan lain di sekitar
(3) jumlah tenaga kerja;
(4) waktu operasional;
(5) masa usaha;
38
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
39
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
40
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
41
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
42
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
RANGKUMAN
Penyusunan RDTR dilakukan untuk menjawab konsep muatan RDTR agar
penentuan konsep menjadi tepat dan efisien. Berdasarkan hasil analisis
pennyusunan RDTR secara keseluruhan memberikan output. Output yang
dihasilkan dari serangkaian analisis dalam perumusan konsepsi RDTR, diantaranya
meliputi tema penataan wilayah perencanaan, peta rencana struktur ruang, peta
rencana pola ruang, tabel indikasi program pemanfaatan ruang prioritas, dan tabel
ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan.
43
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
BAB IV
PENUTUP
Modul ini disusun agar peserta diklat dapat memahami materi pembelajaran ini
dalam konteks analisis penyusunan RDTR. Analisis penyusunan RDTR merupakan
instrument yang digunakan untuk menghasilkan perumusan substansi RDTR.
Analisis yang digunakan penyusunan RDTR meliputi analis struktur internal
wilayah perencanaan, analisis sistem penggunaan lahan (land use), analisis
kedudukan dan peran wilayah perencanaan dalam wilayah yang lebih luas, analisis
sumber daya alam dan fisik atau lingkungan wilayah perencanaan, analisis sosial
budaya, analisis kependudukan, analisis ekonomi dan sektor unggulan, analisis
transportasi (pergerakan), analisis sumber daya buatan, analisis kondisi lingkungan
binaan, analisis kelembagaan, analisis karakteristik peruntukan zona, analisis jenis
dan karakteristik kegiatan yang saat ini berkembang dan mungkin akan berkembang
di masa mendatang, analisis kesesuaian kegiatan terhadap peruntukan/zona/sub
zona, analisis dampak kegiatan terhadap jenis peruntukan/zona/sub zona, analisis
pertumbuhan dan pertambahan penduduk pada suatu zona, analisis gap antara
kualitas peruntukan/zona/sub zona yang diharapkan dengan kondisi yang terjadi di
lapangan, analisis karakteristik spesifik lokasi, analisis ketentuan dan standar setiap
sektor terkait, analisis kewenangan dalam perencanaan, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
Dengan adanya analisis dan output analisis penyusunan RDTR, sehingga
perencanaan wilayah dapat lebih terukur arahan yang akan dicapai dengan
penggunaan analisis – analisis yang tepat sesuai kebutuhan wilayah perencanaan,
serta output yang dihasilkan dapat merumuskan konsep perencaan wilayah sesuai
dengan karakteristiknya.
44
Modul 3
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Analisis Penyusunan RDTR
DAFTAR PUSTAKA
45
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
109
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
Tahun 2021
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kemudahan dalam menyelesaikan Modul Diklat Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang Tingkat Dasar. Modul ini disusun sebagai penunjang
kegiatan diklat agar peserta diklat dapat mempelajari dan memahami materi-
materi yang diberikan.
Pada kesempatan ini pula, kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyusunan modul ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
membalas semua kebaikan dan jerih payah Saudara-saudara sekalian.
Semoga modul ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan yang lebih luas
kepada pembaca, khususnya peserta diklat. Akhir kata dengan segala
kerendahan hati, tim penyusun mengharapkan masukan dan kritikan demi
perbaikan penyusunan modul di masa akan datang.
Terima kasih.
Jakarta, 2021
Kepala Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia,
ii
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................v
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG .............................................................................................................. 1
B. DESKRIPSI SINGKAT .......................................................................................................... 4
C. TUJUAN PEMBELAJARAN ................................................................................................ 5
D. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK ................................................................. 5
BAB IV KETENTUAN UMUM PENYUSUNAN BASIS DATA DALAM PETA RDTR .... 46
iii
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
iv
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
DAFTAR GAMBAR
v
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
DAFTAR TABEL
vi
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Penyelenggaraan
penataan ruang dilakukan melalui pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan
pengawasan. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya untuk pencapaian
tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pelaksanaan
perencanaan tata ruang diwujudkan dalam bentuk rencana tata ruang. Rencana
tata ruang muncul sebagai perwujudan perencanaan jangka panjang yang
sangat penting dalam proses dan pelaksanaan pembangunan wilayah yang
dibuat karena pada dasarnya ruang bersifat terbatas. Oleh karena itu,
dibutuhkan peraturan untuk mengatur dan merencanakan agar ruang dapat
digunakan secara efektif.
Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri atas penataan
ruang wilayah nasional, wilayah provinsi, wilayah kabupaten/kota, dan
pulau/kepulauan. Sementara berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas
penataan ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis
provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.
Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana umum dan
rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang terdiri atas rencana tata
ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi dan rencana tata
ruang wilayah kabupaten/kota. Rencana rinci tata ruang mengalami perubahan
sejak disahkannya UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dengan
dihapuskannya rencana tata ruang kawasan strategis provinsi dan rencana tata
ruang kawasan strategis kabupaten/kota dari hierarki produk Rencana Tata
Ruang. Kini rencana rinci tata ruang terdiri atas rencana tata ruang
1
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
2
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
3
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
dan sinkronisasi seluruh struktur, format, hingga penamaan data di dalam basis
data RDTR.
Untuk mendukung dan mewujudkan kemudahan informasi rencana tata
ruang dan penyeragaman basis data disusun standardisasi yang dikenal dengan
Standar Penyusunan Basis Data. Basis data dapat diartikan sebagai sistem
penyimpanan data spasial yang terstruktur dalam bentuk struktur dan format
yang baku pada media digital untuk memudahkan pencarian, pengelolaan dan
penggunaan informasi data spasial pada peta rencana tata ruang. Di dalam
basis data inilah terdapat kumpulan data yang terstruktur pada media digital
yang diperlukan oleh berbagai instansi. Setiap wilayah pun membutuhkan basis
data, guna menjamin kualitas peta RDTR agar tidak terjadi tumpang tindih
peruntukan zona pada perencanaan struktur ruang.
RDTR merupakan dasar penyusunan rencana tata bangunan dan
lingkungan. Salah satu aspek yang cukup penting dalam penyusunan rencana
detail tata ruang adalah terkait aspek peta yang memberikan gambaran pola
ruang dan jaringan infrastruktur. Dengan demikian pemahaman mengenai
bagaimana tahapan untuk penyusunan peta menjadi salah satu aspek yang
perlu dipahami dalam penyusunan rencana detail tata ruang. Melalui
penyusunan modul ini diharapkan peserta diklat dapat meningkatkan
kemampuan dan memahami tahapan yang harus dilakukan untuk menghasilkan
peta rencana detail tata ruang termasuk menyusun basis data terstruktur yang
dapat ditambah, diperbaiki, dan dicari secara cepat untuk berbagai keperluan.
Sebelum peserta mendapatkan pemahaman terkait tahapan penyusunan
peta rencana detail tata ruang, diharapkan para peserta telah memahami muatan
dan prosedur penyusunan rencana detail tata ruang.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Mata Diklat Penyusunan Peta Rencana Detail Tata Ruang ini membekali
peserta agar mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan jenis-jenis peta
yang diperlukan untuk penyusunan rencana detail tata ruang serta tahapan yang
harus dilakukan untuk menghasilkan peta rencana detail tata ruang hingga
tersusunnya basis data peta rencana detail tata ruang yang sesuai standar.
4
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu menjelaskan
muatan peta yang diperlukan untuk penyusunan RDTR serta menjelaskan
proses penyusunan peta rencana detail tata ruang. Indikator keberhasilan
dari pembelajaran ini adalah peserta mampu:
1) Menjelaskan muatan peta yang digunakan dalam penyusunan RDTR, yakni
muatan peta dasar, muatan peta tematik, dan muatan peta RDTR
(rencana)
2) Menjelaskan Proses Penyusunan Peta RDTR yakni penyusunan peta
rencana struktur ruang dan penyusunan peta rencana pola ruang.
3) Menjelaskan Ketentuan Umum Penyusunan Basis Data dalam Peta RDTR,
berkenaan dengan data spasial, basis data spasial, serta mekanisme dan
tahapan penyusunan basis data dari peta RDTR.
4) Menjelaskan Manajemen Basis Data Peta RDTR, yakni pengaturan format
penamaan file peta RDTR, atribut dalam peta RDTR, dan penyimpanan file
peta RDTR.
D. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK
Secara garis besar materi pokok modul ini adalah :
1) Muatan Peta RDTR
a. Muatan Peta Dasar
b. Muatan Peta Tematik
c. Muatan Peta Rencana
5
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
6
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
BAB II
MUATAN PETA RDTR
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan muatan peta yang
digunakan dalam penyusunan RDTR, yakni muatan peta dasar, muatan peta tematik, dan
muatan peta RDTR (rencana)
7
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
8
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
b. Disarankan foto udara liputan 2 tahun terakhir. Namun, untuk kota atau
kabupaten yang tingkat perkembangan pembangunan wilayahnya tidak
terlalu tinggi, dapat menggunakan foto udara dengan liputan lebih dari 2
(dua) tahun terakhir dengan catatan harus diperbaharui (update) melalui
survei lapangan.
c. Harus sudah terkoreksi radiometric dan geometric dengan Global
Positioning System (GPS) geodetic untuk memperoleh presisi tinggi,
sehingga posisi obyek yang ada di foto udara sesuai dengan koordinat
yang sebenarnya (minimal penyimpangan di lapangan 4 meter). Setelah
foto udara terkoreksi, dilakukan digitasi.
3. Peta Dasar harus memuat informasi fungsi penggunaan lahan eksisting.
4. Sebelum digunakan dalam penyusunan Peta RDTR, Peta Dasar yang
dihasilkan dari citra satelit atau foto udara harus dikonsultasikan dengan
kementerian atau lembaga yang membidangi peta.
5. Peta Dasar menggunakan sistem Referensi Geospasial yang ditetapkan oleh
kementerian atau lembaga yang membidangi peta.
6. Peta Dasar memiliki skala atau tingkat ketelitian peta minimal 1:5.000.
Dengan skala tersebut, ketelitian horizontal Peta Dasar adalah 0,5-4 meter,
dan ketelitian vertikal 0,75 meter.
7. Peta Dasar memuat unsur hipsografi dengan interval kontur 2,5 meter.
9
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
10
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Namun sebelum peta citra satelit tersebut dapat dijadikan sebagai peta
dasar maka harus dilakukan koreksi secara geometris terlebih dahulu. Dalam
melakukan koreksi geometris harus dilakukan atas supervisi dari BIG.
Koreksi geometeris peta Citra satelit dengan dilakukan dengan menggunakan
ground control point (GCP) sebagai titik-titik ikat (pengikat), proses
orthorectification (proses penegakan) dengan menggunakan data Digital
Elevation Model (DEM) serta Independent Check Point (ICP).
GCP dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan data koordinat
sebenarnya. Hal ini dilakukan dikarenakan koordinat pada peta citra satelit atau
foto udara seringkali bergeser bila dibandingkan dengan kondisi sesungguhnya.
GCP dilakukan dengan menggunakan GPS Geodetik untuk menentukan
koordinat beberapa titik sebagai titik ikat.
Koreksi Titik Ikat GCP harus menggunakan GPS Geodetik dikarenakan :
• Citra Satelit dalam kenyataannya tidak presisi koordinatnya, bisa bergeser
lebih dari 2,5 meter bahkan bisa lebih dari 10 meter dari koordinat aslinya di
lapangan.
• Skala 1:5.000 membutuhkan Citra Satelit Resolusi Tinggi, dengan resolusi
kurang dari 1 meter per pixelnya.
• Akurasi koordinat titik ikat (GCP) harus lebih teliti dari lebar nilai pixel tersebut,
yaitu sampai ketelitian centimeter.
• Diperlukan GPS yang mampu untuk menghasilkan ketelitian sampai cm
tersebut.
• GPS Smartphone, GPS Navigasi, GPS Handheld sampai saat ini belum bisa
mencapai ketelitian tersebut, hanya bisa digunakan untuk penunjuk jalan /
asosiasi lokasi sekitar, bukan untuk presisi akurasi (akurasi lebih dari 5 meter).
Dalam menentukan titik ikat GCP, beberapa kriteria untuk penetapan titik
GCP (Pengikat ke koordinat sebenarnya) antara lain:
• Diletakkan pada sisi perimeter dan sudut citra
• Diletakkan pada tengah scene citra
• Tersebar merata dalam lokasi pekerjaan
• Pada overlap dua scene citra terdapat titik pengikat minimal 3 titik
11
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
12
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
13
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Setelah dilakukan GCP, tahap koreksi kedua yang dilakukan adalah proses
Orthorekfikasi. Proses ini dimaksudkan untuk proses penegakan dikarenakan
pada saat pengambilan citra satelit atau foto udara biasanya dilakukan dalam
posisi miring/rebah. Proses orthorekfikasi dilakukan dengan menggunakan data
DEM (Digital Elevation Model).
Tahapan proses orthorektifikasi disusun sebagai berikut:
14
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Tahap terakhir proses koreksi peta citra satelit sebelum digunakan sebagai
peta dasar adalah tahap ICP (Independent Check Point). ICP dilakukan sebagai
jaminan kualitas seberapa akurat peta citra yang telah dikoreksi.
Beberapa kriteria dalam melakukan proses ICP adalah :
• Kesesuaian ICP terhadap luasan area citra
• ICP Tersebar merata dalam luasan area cakupan citra
• Jumlah minimum ICP 20% dari total titik uji pada tiap kuadran
• Jarak antar ICP, minimum 10% dari diagonal area citra
• ICP tidak digunakan sebagai GCP
15
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
16
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Gambar 7. Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:5.000 sebagai acuan Peta RDTR
17
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Data untuk penyusunan peta tematik dasar dapat diperoleh dari hasil survei
lapangan, interpretasi citra penginderaan jauh, dan data statistik. Peta
tematik dasar bersifat terbuka dan dibuat oleh Instansi Pemerintah yang
mempunyai otoritas pada tema tersebut.
Contoh: Peta Lereng, Peta Geologi, Peta Hidrologi, Peta Penutup Lahan,
Peta Tanah, Peta Hutan, Peta Jalan, Peta Utilitas Perkotaan dan Peta
Penduduk.
• Peta Tematik Analisis adalah peta yang berisi suatu tema tertentu
hasil dari proses analisis dan transformasi dari suatu peta tematik
dasar.
Contoh: Peta Sistem Lahan, Peta Bentuk Lahan, Peta Neraca Sumber
daya Alam, Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Peta Curah Hujan, Peta
Temperatur dan Peta Perolehan Suara Pemilu.
• Peta Tematik Sintesis adalah peta yang berisi suatu tema tertentu
hasil proses sintesis (penggabungan) dari peta tematik dasar, dan/atau
peta tematik analisis.
Contoh: Peta Potensi Mikrohidro, Peta Rencana Tata Ruang Wilayah,
Peta Kemampuan Lahan, Peta Kesesuaian Lahan, Peta Potensi Wisata,
Peta Resiko Bencana, Peta Kemiskinan, Peta Daerah Tangkapan Ikan,
Peta Kerawanan Konflik, dan Peta Prediksi Penyebaran Penyakit Flu
Burung.
18
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Selain peta tematik dengan wali data K/L yang telah disebutkan di atas,
BIG juga menyediakan peta tematik terkait sumber daya alam darat. Adapun
peta tematik tersebut adalah :
1. Geomorfologi
2. Liputan lahan
3. Lahan basah
4. Kawasan konservasi
5. Potensi kawasan lindung
6. Ekosistem
7. Lahan kritis
8. Resiko Bencana
9. Neraca sumber daya lahan
10. Neraca sumber daya air
11. Neraca sumber daya hutan
12. Neraca sumber mineral
13. Daerah aliran sungai
14. Integrasi neraca
19
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Proses penyusunan peta rencana tata ruang akan lebih optimal apabila
peta tematik memiliki skala yang sama dengan peta dasar. Namun saat ini masih
sesangat minim ketersediaan peta tematik untuk skala kebutuhan peta RDTR.
Sebagian besar peta tematik tersedia dalam skala 1:50.000.
20
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
21
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
22
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
23
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
dan atau/peta tematik analisis. Secara umum terdapat 2 (dua) jenis peta yang
menjadi keluaran dalam rencana tata ruang yaitu peta rencana struktur ruang
dan peta rencana pola ruang.
Peta rencana struktur ruang pada RDTR disusun dengan skala 1:5000,
dengan memuat informasi tentang rencana pusat pelayanan wilayah
perencanaan, rencana jaringan transportasi, dan rencana jaringan prasarana.
Sementara untuk peta pola ruang pada RDTR, meliputi rencana alokasi zona
dan subzona sesuai klasifikasi yang telah ditentukan.
Ketentuan yang harus diperhatikan dalam penyusunan peta rencana
struktur ruang yakni:
1. Peta rencana struktur ruang terdiri dari:
• peta rencana pusat pelayanan yang memuat pusat-pusat pelayanan;
• peta rencana jaringan transportasi;
• peta rencana jaringan energi;
• peta rencana jaringan telekomunikasi;
• peta rencana jaringan sumber daya air;
• peta rencana jaringan air minum;
• peta rencana jaringan air limbah dan pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3);
• peta rencana jaringan drainase;
• peta rencana jaringan persampahan; dan
• peta rencana jaringan prasarana lainnya.
24
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
1. Rencana pola ruang digambarkan dalam peta dengan skala atau tingkat
ketelitian informasi 1:5.000, serta mengikuti ketentuan mengenai sistem
informasi geografis yang dikeluarkan oleh kementerian/lembaga yang
berwenang;
2. Apabila terdapat rencana pemanfaatan ruang yang berada di bawah
permukaan tanah (ruang dalam bumi) maka digambarkan dalam peta
tersendiri dan dilengkapi dengan gambar potongan/penampang;
3. Rencana pola ruang dapat digambarkan kedalam beberapa lembar peta
yang tersusun secara beraturan mengikuti ketentuan yang berlaku;
4. Peta rencana pola ruang harus sudah menunjukkan batasan bidang
tanah/persil untuk wilayah yang sudah terbangun;
5. Rencana pola ruang disajikan dalam format digital sesuai dengan Pedoman
Basis Data; dan
6. Rencana pola ruang dapat digambarkan juga dalam model 3 (tiga) dimensi.
LATIHAN
1. Menjabarkan citra satelit atau foto udara untuk kebutuhan peta RDTR.
2. Menjelaskan tujuan ground control point (GCP) pada proses koreksi
geometris pada citra satelit/foto udara.
3. Menjelaskan tahapan proses orthorektifikasi.
4. Menjabarkan peta tematik terkait sumber daya alam darat.
5. Menjelaskan skala peta tematik untuk kebutuhan peta RDTR.
25
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
RANGKUMAN
Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Penyelenggaraan penataan ruang
dilakukan melalui pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan.
Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana umum dan
rencana rinci tata ruang. Rencana detail tata ruang termasuk ke dalam jenis
rencana rinci tata ruang. Rencana detail tata ruang menggunakan skala 1:5.000.
Informasi Geospasial terdiri atas Informasi Geospasial Dasar (IGD) dan
Informasi Geospasial Tematik (IGT), yang terdiri atas Peta Tematik Dasar, Peta
Tematik Analisis, dan Peta Tematik Sintesis. Peta dasar merupakan salah satu
aspek yang cukup penting dalam penyusunan RDTR mengingat informasi yang
tertuang bersifat sangat detail sehingga apabila peta dasar yang digunakan tidak
sesuai dengan kondisi di lapangan akan dapat berimplikasi hukum.
IGD dapat diperoleh dengan cara mengolah citra satelit, foto udara atau
mengajukan permohonan ke BIG. Saat ini BIG mempercepat pengerjaan peta
berskala besar dan detail yaitu peta berskala 1:5000 karena dibutuhkan untuk
tata ruang, pemetaan desa serta reforma agraria. Dalam proses penyusunan
Peta RDTR apabila tidak tersedia Peta Dasar (RBI) skala 1 : 5.000 atau
memerlukan updating peta dasar tersebut maka dapat menggunakan citra satelit
atau foto udara sebagai sumber data untuk kemudian dilakukan koreksi
geometris dan dilakukan dibawah supervisi BIG. Koreksi geometeris peta Citra
satelit dilakukan dengan menggunakan ground control point (GCP) sebagai titik-
titik ikat (pengikat), proses orthorectification(proses penegakan)dengan
menggunakan data Digital Elevation Model (DEM) serta Independent Check
Point (ICP). Peta Dasar Lainnya dengan ketelitian detail informasi sesuai dengan
skala perencanaan RTR juga dapat digunakan apabila peta dasar dari BIG tidak
tersedia.
Informasi Geospasial Tematik (IGT) adalah informasi geospasial yang
menggambarkan satu atau lebih tema tertentu yang dibuat mengacu pada IGD
26
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
EVALUASI
1. Jelaskan keterkaitan antara rencana umum tata ruang dan rencana rinci
tata ruang di tiap tingkatan administrasi serta tingkat ketelitian peta untuk
masing-masing jenis rencana tata ruang
2. Apa yang dimaksud dengan Informasi Geospasial Dasar?
3. Mengapa peta dasar menjadi salah satu aspek yang cukup penting dalam
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang?
4. Sebutkan secara singkat tahapan proses koreksi geometris serta tujuan
dari tiap tahapan tersebut apabila akan menggunakan peta citra satelit/foto
udara sebagai peta dasar dalam penyusunan rencana detail tata ruang
5. Sebutkan muatan data/informasi yang ada di dalam Peta Rupa Bumi.
6. Apa yang dimaksud dengan Informasi Geospasial Tematik ?
7. Informasi Geospasial Tematik terbagi menjadi 3, jelaskan dan berikan
contohnya
8. Sebutkan 5 (lima) jenis informasi geospasial tematik beserta walidata untuk
masing-masing jenis informasi geospasial tematik tersebut
27
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
28
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
BAB III
PROSES PENYUSUNAN PETA RDTR
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan proses
penyusunan Peta RDTR yakni penyusunan peta rencana struktur ruang dan penyusunan peta
rencana pola ruang
A. PENGANTAR
Peta RDTR dibuat berdasarkan peta dasar dengan skala 1:5.000. Mengacu
peraturan perundangan yang berlaku, tingkat ketelitian untuk peta dengan skala
1:5.000 adalah 2,5 meter. Akurasi 2,5 meter dipertahankan dikarenakan Peta
RDTR adalah peta yang sangat operasional, detail, dan berimplikasi hukum,
serta digunakan untuk aspek perizinan berusaha dan non-berusaha. Setengah
milimeter pada peta RDTR adalah 2,5 meter di lapangan. Oleh karenanya perlu
dijaga mengenai akurasi tersebut, dengan memakai Peta Dasar yang mengikuti
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang peta RDTR.
Secara garis besar tahapan umum dalam penyusunan Peta Rencana Detail
Tata Ruang adalah sebagai berikut :
29
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
30
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
31
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
kapasitasnya. Untuk itulah perlu dikenali sedini mungkin karakteristik fisik suatu
wilayah maupun kawasan untuk dikembangkan, baik potensi sumber daya
alamnya maupun kerawanan bencana yang dikandungnya, yang kemudian
diterjemahkan sebagai potensi dan kendala pengembangan wilayah atau
kawasan.
Analisis fisik dan lingkungan wilayah atau kawasan ini adalah untuk
mengenali karakteristik sumber daya alam tersebut, dengan menelaah
kemampuan dan kesesuaian lahan, agar penggunaan lahan dalam
pengembangan wilayah dan/ atau kawasan dapat dilakukan secara optimal
dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem.
Hasil studi analisis fisik dan lingkungan ini akan menjadi masukan dalam
penyusunan rencana tata ruang maupun rencana pengembangan wilayah dan/
atau kawasan (rencana tindak, rencana investasi, dan lain-lain), karena akan
memberikan gambaran kerangka fisik pengembangan wilayah dan/atau
kawasan. Secara garis besar tata cara analisis kelayakan fisik atau dikenal juga
sebagai studi kesesuaian lahan wilayah dan/atau kawasan ini dapat
digambarkan dalam bentuk bagan alir berikut.
Gambar 15. Bagan Alir Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan
32
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
33
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
34
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
35
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Gambar 17. Bagan Alir Pengumpulan Data Teknik Analisis Aspek Sosial Budaya
36
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Salah satu indikator yang dipakai adalah ‘indikator komposit objektif’ yaitu
indikator tunggal yang merupakan gabungan dari beberapa indikator
kesejahteraan rakyat dari berbagai data sensus dan survei. Indikator komposit
dipakai untuk membandingkan tingkat indikator tertentu atau tingkat
kesejahteraan rakyat antar daerah di wilayah dan/atau kawasan. Indikator
komposit objektif yang digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/
Human Development Index (HDI) yang merupakan gabungan dari tiga indikator
tunggal yaitu angka harapan hidup (life expectancy), angka melek huruf (adult
literacy rate) dan rata-rata lamanya pendidikan yang diperoleh (mean years of
schooling).
Indikator komposit objektif lainnya yang dapat digunakan adalah Indeks
Mutu Hidup (Physical Quality of Life Index/PQLI) yang merupakan gabungan dari
indikator angka kematian bayi (IMR), angka harapan hidup pada umur satu tahun
dan angka melek huruf penduduk dewasa (persentase penduduk dewasa
berumur 15 tahun ke atas). Baik Indeks Pembangunan Manusia maupun Indeks
Mutu Hidup dapat menggambarkan keseluruhan hasil pembangunan sosial
ekonomi.
Indikator angka kematian bayi dan angka harapan hidup umur satu tahun
merupakan indikator yang dapat digunakan untuk menganalisis kemajuan sosial
karena keduanya menyajikan dampak dari keadaan gizi, kesehatan, pendapatan,
dan lingkungan umum dari suatu masyarakat. Pada saat yang sama kedua
indikator tersebut secara terpisah merefleksikan aspek-aspek interaksi sosial
yang cukup berbeda, jika angka kematian bayi secara peka menggambarkan
taraf ketersediaan air bersih, kondisi di dalam rumah, dan kesejahteraan ibu,
maka angka harapan hidup umur satu tahun merefleksikan taraf gizi dan
keadaan lingkungan luas di luar rumah.
Indikator angka melek huruf juga merupakan indikator yang penting karena
merupakan ukuran kesejahteraan dan taraf keterampilan yang diperlukan dalam
proses pembangunan. Tingkat melek huruf tidak dapat berkembang tanpa
kemajuan yang memadai dalam masyarakat yang membuatnya sebagai suatu
keterampilan yang secara luas diinginkan. Tingkat melek huruf dari kelompok
penduduk miskin dapat memperlihatkan tingkat sumbangan yang mampu
37
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
38
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Setelah dilakukan analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial
budaya langkah selajutnya adalah mengkaitkan ketiga aspek tersebut menjadi
satu kesatuan yang utuh sehingga dapat menjadi dasar acuan dalam menyusun
Peta Rencana Pola Ruang dan Peta Rencana Jaringan Prasarana.
39
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Rencana struktur ruang digambarkan dalam peta dengan skala atau tingkat
ketelitian informasi minimal 1:5.000 dan mengikuti ketentuan mengenai
sistem informasi geografis yang dikeluarkan oleh kementerian/lembaga yang
berwenang.
Apabila terdapat jaringan transportasi dan jaringan prasarana yang berada di
bawah permukaan tanah (ruang dalam bumi) maupun di atas permukaan
tanah maka digambarkan dalam peta tersendiri dan dilengkapi dengan
gambar potongan/penampang.
Rencana struktur ruang disajikan dalam format digital sesuai dengan standar
yang akan diatur lebih lanjut melalui pedoman tersendiri dan dapat
digambarkan juga dalam model 3 (tiga) dimensi.
Ketentuan teknis mengenai penyusunan peta rencana struktur ruang
sebagai berikut :
a. Peta rencana pengembangan pusat pelayanan
40
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
41
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
42
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Gambar 19. Ilustrasi Peta Rencana Pola Ruang Rencana Detail Tata Ruang
43
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
LATIHAN
1. Menjelaskan gambaran umum tahapan penyusunan peta RDTR.
2. Menjabarkan tahapan teknik analisis aspek fisik dan lingkungan dalam
proses penyusunan rencana detail tata ruang.
RANGKUMAN
Dalam menyusun Peta RDTR diperlukan tahapan analisis berupa teknik
analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial budaya. Teknis analisis
tersebut dilakukan untuk mengenali karakteristik sumber daya fisik lingkungan,
ekonomi dan sosial budaya daerah sehingga pemanfaatan lahan dalam
pengembangan wilayah dan kawasan dapat dilakukan secara optimal dengan
tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem. Setelah dilakukan analisis
ketiga aspek tersebut langkah selajutnya adalah mengkaitkan ketiga aspek
tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat menjadi dasar acuan
dalam menyusun Peta Rencana Pola Ruang dan Peta Rencana Struktur Ruang.
Peta Rencana Detail Tata Ruang sebagai output/produk penyusunan
rencana detail tata ruang terdiri dari :
• Peta Rencana Struktur Ruang
• Peta Rencana Pola Ruang menggambarkan rencana distribusi peruntukan
zona-zona lindung dan peruntukan zona-zona budidaya.
EVALUASI
1. Analisis apa saja yang diperlukan dalam penyusunan rencana detail tata
ruang serta tujuan dari masing-masing analisis tersebut?
2. Peta apa saja yang harus dihasilkan dari Rencana Detail Tata Ruang serta
informasi yang tergambar dalam masing-masing peta tersebut?
44
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
45
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
BAB IV
KETENTUAN UMUM
PENYUSUNAN BASIS DATA
DALAM PETA RDTR
INDIKATOR KEBERHASILAN
Peserta diharapkan mampu memahami ilmu-ilmu dasar mengenai penyusunan basis data dan
memahami materi tentang ketentuan umum penyusunan basis data dalam peta RDTR agar
tersusun basis data yang baik sesuai dengan ketentuan
A. DATA SPASIAL
Data spasial merupakan data yang menunjuk posisi geografi dimana setiap
karakteristik memiliki satu lokasi yang harus ditentukan dengan cara yang unik.
Untuk menentukan posisi secara absolut dapat didasarkan pada sistem
koordinat. Untuk area kecil, sistem koordinat yang paling sederhana adalah grid,
untuk area yang lebih besar dapat menggunakan proyeksi kartografi yang umum
digunakan.
Jenis data spasial dalam sistem informasi geografi dapat dibagi menjadi
dua format yakni data vektor dan data raster. Data vektor merupakan data yang
mempunyai arah dan besaran, sedangkan data raster yang dikenal sebagai data
citra menggunakan teknologi penginderaan jauh (remote sensing). Data spasial
biasanya memuat dua informasi penting yang berbeda dengan data lainnya
yakni informasi mengenai lokasi (spasial) berkaitan dengan suatu koordinat baik
koordinat geografi (lintang bujur) dan koordinat XYZ seperti datum dan proyeksi.
Informasi lainnya adalah informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial
yang memiliki beberapa keterangan yang berkaitan.
46
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
2. Skala Peta
Skala ialah perbandingan antara dimensi peta dan realitas misalnya
jarak atau luas. Dapat ditampilkan dalam 4 pernyataan yakni dengan skala
pecahan, skala verbal, skala grafis/batang, dan skala luas. Skala dapat juga
mengukur tingkat ke detailan informasi yang termuat pada peta. Skala untuk
membuat peta tata ruang ditetapkan sebagai berikut:
a. Peta RTRW Provinsi dengan Skala minimal 1:250.000;
b. Peta RTRW Kabupaten dengan Skala minimal 1:50.000;
c. Peta RTRW Kota dengan skala minimal 1:25.000;
d. Peta RDTR Kabupaten/Kota dengan skala minimal 1:5000.
47
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
48
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
49
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
50
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
51
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
c. Terdapat perbedaan dalam nama objek yang sama dituliskan lebih dari
satu jenis unsur/klasifikasi terkadang klasifikasi tersebut tidak ditemukan
dalam batang tubuh.
Tabalo Kotabaru
ng
52
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
53
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
dimasukan dalam Zona Perikanan, sub zona Perikanan Tangkap; (4) Jika
ada TUKS (Terminal Untuk Kepentingan Sendiri) / Terminal Barang maka
dimasukkan berdasarkan fungsi terminalnya disesuaikan dengan zona
yang terkait.
c. Struktur
Struktur ruang harus berada di Kawasan Budidaya, kecuali pada
wilayah sempadan yang sudah memiliki building code; (2) Pada Kawasan
yang ditetapkan sebagai KP2B perlu didukung jaringan irigasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, di luar KP2B boleh ada tapi tidak harus;
(3) Untuk setiap titik transportasi contohnya terminal, bandara, pelabuhan,
dll harus memiliki jaringan jalan yang terhubung dengannya; (4)
Pembangkit listrik harus terhubung dengan jaringan penyaluran tenaga
listrik; (5) Saluran air untuk jaringan SDA dan SPAM harus terhubung
dengan sumber air; (6) Untuk pedestrian dan jalur pejalan kaki hanya
digambarkan apabila difungsikan sebagai jalur evakuasi; (7) Jaringan
Telekomunikasi tidak boleh tergambarkan pada jalan bebas hambatan/tol.
54
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
LATIHAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan basis data spasial sesuai dengan
pemahaman anda
2. Sebutkan fungsi data spasial dalam penyusunan peta rencana detail tata
ruang
3. Sebutkan Bentuk-Bentuk Geometri Spasial. Jelaskan!
4. Apa yang dimaksud dengan Topologi? Jelaskan kegunaannya!
5. Jelaskan mengenai aturan topologi yang anda ketahui dan berikan
contohnya
RANGKUMAN
55
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
sensing). Bentuk geometri data spasial ada tiga yakni bentuk titik, garis, dan
area.
Sistem koordinat geodetik mengacu pada sistem referensi geospasial
Indonesia yang merupakan sistem koordinat nasional yang konsisten dan
kompatibel dengan sistem koordinat global, datum yang digunakan adalah
WGS84. Salah satu komponen penting pada saat menampilkan data spasial
adalah penggunaan skala, skala merupakan perbandingan antara dimensi
peta dan realitas misalnya jarak atau luas. Dapat ditampilkan dalam 4
pernyataan yakni dengan skala pecahan, skala verbal, skala grafis/batang,
dan skala luas. Skala dapat juga mengukur tingkat ke detailan informasi yang
termuat pada peta. Topologi adalah pendefinisian secara matematis yang
menerangkan hubungan atau relasi antar objek spasial yang satu dengan
objek spasial yang lain. Dalam sistem informasi geografis, relasi antar objek
spasial didefinisikan sesuai dengan karakteristik data seperti titik (point), garis
(polyline) dan poligon (polygon). Aturan topologi pada geometri poligon terdiri
dari must not overlap dan must not have gaps. Sedangkan untuk bentuk
geometri garis ada must not have dangles, must not overlap, dan must not self
overlap.
Basis data spasial merupakan sistem penyimpanan data spasial yang
terstruktur beserta informasi-informasi spasial maupun non-spasial (atribut)
didalamnya. Fungsi pengembangan basis data dalam Peta RDTR antara lain
(1) mengklasifikasikan basis data peta RDTR berdasarkan jenis rencana; (2)
Memudahkan dalam menemukan dan atau mengakses data peta RDTR
berdasarkan penamaan peta sesuai dengan format yang ditentukan; (3)
Menyeragamkan muatan kualitas informasi yang harus dipenuhi; (4) Menjamin
kualitas peta RDTR agar tidak terjadi tumpang tindih peruntukan kawasan dan
atau rencana sistem jaringan; dan (5) Menjamin kualitas peta RDTR agar tidak
terjadi tumpang tindih peruntukan zona/sub zona pada perencanaan struktur
ruang maupun pola ruang.
Pada mekanisme dan tahapan penyusunan basis data RDTR, tahap
pertama yang dilakukan adalah pengumpulan data RDTR dari tiap kabupaten,
kemudian melakukan pengkoreksian data sesuai dengan batang tubuh
56
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Lihat kembali materi yang ditanyakan di dalam bab ini. Periksa jawaban
anda apakah sudah benar atau belum. Apabila jawaban anda benar semua
berarti sudah memenuhi kompetensi yang diharapkan dalam bab ini.
Sebaliknya apabila jawaban anda salah, berarti anda harus mempelajari
dengan seksama materi bab ini. Setelah itu kembali anda jawab dan
bandingkan dengan materi pada bab ini.
57
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
BAB V
MANAJEMEN BASIS DATA PETA RDTR
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat memahami ketentuan
pengaturan format penamaan file peta, pengisian attribute table dan penyimpanan file peta
RDTR
58
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
59
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Contoh:
_3275_5RD_SR_TRANSPORTASI_RDTRBEKASI_2014
_3203_5RD_SR_ENERGI_RDTRCIANJUR_2019
_3204_5RD_SR_DRAINASE_RDTRSOREANGRAYA_2019
Contoh:
_3275_5RD_PR_RDTRBEKASI_2014
_3203_5RD_PR_RDTRCIANJUR_2019
_3204_5RD_PR_RDTRSOREANGRAYA_2019
60
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Contoh:
_3275_5RD_PT_SR_TRANSPORTASI_RDTRBEKASI_2014
_3203_5RD_LN_SR_ENERGI_RDTRCIANJUR_2019
_3204_5RD_LN_SR_DRAINASE_RDTRSOREANGRAYA_2019
Contoh:
_3275_5RD_AR_PR_RDTRBEKASI_2014
_3203_5RD_AR_PR_RDTRCIANJUR_2019
_3204_5RD_AR_PR_RDTRSOREANGRAYA_2019
61
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
62
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Penulisan Tabel
Nama Atribut Penjelasan
Atribut
2019”.
Menerangkan klasifikasi zona pada
Nama Zona NAMZON
rencana Pola Ruang
Menerangkan kode zona yang
Kode Zona KODZON
digunakan pada rencana Pola Ruang
Menerangkan klasifikasi turunan zona
Nama Sub-Zona NAMSZN
pada rencana Pola Ruang
Menerangkan kode Sub-Zona yang
Kode Sub-Zona KODSZN
digunakan pada rencana Pola Ruang
Menerangkan satuan wilayah yang
menjadi bagian dari kabupaten/kota
dan/atau Kawasan Strategis
kabupaten/kota yang akan atau perlu
disusun RDTRnya, sesuai arahan atau
WP yang ditetapkan didalam RTRW KODBWP
Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
Penulisan untuk nama wilayah
perencanaan menggunakan angka
romawi, contoh penulisan: I, II, III, IV, V
dst.
Menerangkan bagian dari wilayah
perencanaan yang dibatasi dengan
batasan fisik dan terdiri atas beberapa
Sub-WP blok. Penulisan untuk nama Sub-WP KOSBWP
wilayah perencanaan menggunakan
huruf kapital, contoh penulisan: A, B, C,
D, E dst.
Menerangkan kode untuk sebidang
tanah yang dibatasi sekurang-
kurangnya oleh batasan fisik yang
Kode Blok KODBLK
nyata. Penulisan untuk nama Blok
menggunakan angka, contoh
penulisan: 1, 2, 3, 4, 5 dst.
Menerangkan turunan kode blok untuk
sebidang tanah yang dibatasi
sekurang-kurangnya oleh batasan fisik
Kode Sub-Blok KODSBL
yang nyata. Penulisan untuk nama
Sub-Blok menggunakan huruf kapital,
contoh penulisan: A, B, C, D, E dst.
Menerangkan satuan wilayah
Wilaah
administrasi terkecil di dalam RTRW
Administrasi WADMKK
Provinsi yang menjadi tempat objek
Kabupaten/Kota
berada (Kabupaten/Kota).
Wilayah Menerangkan satuan wilayah
Administrasi administrasi RDTR yang menjadi WADMCK
Kecamatan tempat objek berada.
Wilayah Menerangkan satuan wilayah
Administrasi administrasi terkecil di dalam RDTR WADMKD
Kelurahan/Desa yang menjadi tempat objek berada.
63
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Penulisan Tabel
Nama Atribut Penjelasan
Atribut
Menerangkan aturan tambahan yang ditumpangsusunkan
(overlay) di atas suatu Zona/Sub-Zona tertentu karena adanya
hal-hal khusus yang memerlukan aturan tersendiri.
Kawasan Keselamatan Operasi
KKOP_1
Penerbangan (KKOP)
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
LP2B_2
(LP2B)
Kawasan Rawan Bencana KRB_03
Kawasan Berorientasi Transit (TOD) TOD_04
Tempat Evakuasi Bencana meliputi
Ketentuan Khusus tempat evakuasi sementara dan tempat TEB_05
evakuasi akhir
Cagar Budaya atau Adat CAGBUD
Pertahanan Keamanan (Hankam) HANKAM
Pusat Penelitian meliputi
observatorium, tempat peluncuran PUSLIT
roket, dan lain-lain
Resapan Air RESAIR
Penyangga SANGGA
Menerangkan ketentuan yang
disediakan atau dikembangkan untuk
memberikan fleksibilitas dalam
penerapan aturan dasar dan ditujukan
Teknik Pengaturan
untuk mengatasi berbagai TPZ_00
Zonasi
permasalahan dengan
mempertimbangkan karakteristik
blok/zona. Penulisan TPZ
menggunakan kode huruf kecil
Menerangkan luas cakupan areal
Luas Zona LUASHA
kawasan dalam satuan hektar (ha).
Tabel 6. Format Penyajian Tabel Atribut Peta Rencana Struktur Ruang RDTR Kabupaten/Kota
Ketentuan Nama Objek Jenis Rencana Status Sumber
Data Orde 1 Orde 2 Struktur Ruang Jaringan Data
Nama Field NAMOBJ ORDE01 ORDE02 JNSRSR STSJRN SBDATA
Data Type Text Long Integer Long Integer Long Integer Long Integer Text
Length 250 - - - - 250
64
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Tabel 7. Contoh Pengisian Tabel Atribut Peta Rencana Struktur Ruang RDTR Kabupaten/Kota
NAMOBJ ORDE01 ORDE02 JNSRSR STSJRN SBDATA
Dinas Bina Marga
Jalan Arteri Jalan Arteri Jalan Arteri Rencana Jaringan Eksisting Kota Dd,
Primer Primer Primer Transportasi
2019
Jalan Arteri Jalan Arteri Jalan Arteri Rencana Jaringan Analisis RDTR,
Rencana
Sekunder Sekunder Sekunder Transportasi 2019
Jalan Lokal Jalan Lokal Jalan Lokal Rencana Jaringan Rencana Analisis RDTR,
Sekunder Sekunder Sekunder Transportasi 2019
Tabel 8. Format Penyajian Tabel Atribut Peta Rencana Pola Ruang RDTR Kabupaten/Kota
Tabel 9. Contoh Pengisian Tabel Atribut Peta Rencana Pola Ruang RDTR Kabupaten/Kota
65
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Keterangan:
Kode Sub-Zona : Menggunakan
: ketentuan kode Sub-Zona
Kode TPZ : Menggunakan
: ketentuan kode TPZ
K-1.a,b
66
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Kode
Nama TPZ Penjelasan
Penulisan
keberadaannya untuk dimasukkan ke dalam satu Zona
peruntukan tertentu sekalipun karakteristiknya tidak
memenuhi kriteria Zona peruntukan tersebut. Pemerintah c
Daerah dapat menerbitkan izin pemanfaatan ruang bersyarat
atau Conditional Use Permit (CUP) setelah melalui
pembahasan dan pertimbangan TKPRD.
Zona Performa adalah TPZ yang merupakan ketentuan
pengaturan pada satu atau beberapa Zona/Sub-Zona dalam
satu blok atau beberapa blok yang aturannya tidak
Zona didasarkan pada aturan prespektif, namun didasarkan pada
Performa kualitas kinerja tertentu yang ditetapkan. Zona performa d
didesain untuk menyusun standar-standar kondisi fisik yang
terukur yang harus diikuti dengan standar kinerja yang
mengikat.
Zona Fiskal adalah TPZ yang ditetapkan pada satu zona
atau beberapa zona yang berorientasi kepada peningkatan e
Zona Fiskal
pendapatan daerah.
Pemufakatan pembangunan adalah TPZ yang memberikan
fleksibilitas dalam penerapan peraturan zonasi yang
Zona
diberikan dalam bentuk peningkatan intensitas pemanfaatan
Pemufakatan
ruang yang didasarkan pada pemufakatan pengadaan lahan f
Pembangunan
untuk infrastruktur dan/atau fasilitas publik. Dapat diterapkan
sebagai bentuk insentif imbalan.
Pertampalan aturan (Overlay) adalah TPZ yang memberikan
Zona
fleksibilitas dalam penerapan peraturan zonasi yang berupa
Pertampalan
pembatasan intensitas pembangunan melalui penerapan dua g
Aturan
atau lebih aturan. Dapat diterapkan sebagai bentuk
(Overlay)
disinsentif pemberian persyaratan tertentu dalam perizinan.
Zona Ambang adalah TPZ yang merupakan ketentuan
pengaturan pada blok peruntukan yang diambangkan
pemanfaatan ruangnya dan peruntukan ruangnya ditentukan h
Zona Ambang
kemudian berdasarkan perkembangan pemanfaatan ruang
pada blok peruntukan tersebut.
Zona Banjir adalah TPZ yang merupakan ketentuan
pengaturan pada zona rawan banjir untuk mencegah atau
mengurangi kerugian akibat banjir. Penerapan zona banjir
sekurang-kurangnya memenuhi kriteria lokasi yang i
Zona Banjir ditetapkan teridentifikasi adanya rawan bencana banjir yang
berdasarkan analisis banjir tahunan hingga jangka waktu
tahunan tertentu dan berdasarkan analisis kerentanan
maupun risiko bencana banjir.
TPZ Khusus adalah TPZ yang memberikan pembatasan
pembangunan untuk mempertahankan karakteristik
dan/atau objek khusus yang dimiliki Zona, yang penetapan
TPZ Khusus
lokasinya dalam peraturan zonasi. Dapat diterapkan sebagai j
bentuk disinsentif pemberian persyaratan tertentu dalam
perizinan.
Pengendalian pertumbuhan adalah TPZ yang diterapkan
Zona
melalui pembatasan pembangunan dalam upaya melindungi
Pengendalian
karakteristik kawasan. Dapat diterapkan sebagai bentuk k
Pertumbuhan
disinsentif persyaratan tertentu dalam perizinan.
Pelestarian cagar budaya adalah TPZ yang memberikan
Zona pembatasan pembangunan untuk mempertahankan
Pelestarian bangunan dan situs yang memiliki nilai budaya tertentu.
Cagar Budaya Dapat berupa persyaratan khusus dalam perizinan untuk l
tidak merubah struktur dan bentuk asli bangunan.
TPZ lainnya yang tidak termasuk pada jenis TPZ (kode
penulisan a-l) dapat didefinisikan sesuai dengan kebutuhan
TPZ Lainnya masing-masing pemerintah daerah. m
Apabila terdapat lebih dari satu TPZ lainnya, dapat dituliskan
dengan kode m1, m2, m3 dst.
67
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Tabel 11. Klasifikasi Turunan Unsur pada Rencana Struktur Ruang RDTR Kabupaten/Kota
Skala 1:5.000
Nama Unsur Orde 1 Orde 2
Pusat Pelayanan Kota/ Kawasan
*
Perkotaan
Sub Pusat Pelayanan Kota/ Kawasan
*
Rencana Perkotaan
Pengembangan Pusat Lingkungan
Pusat Pelayanan Kecamatan
Pusat Lingkungan Pusat Lingkungan
Kelurahan
Pusat Rukun Warga
Jalan Arteri Primer *
Jalan Arteri Sekunder *
Jalan Kolektor Primer *
Jalan Kolektor Sekunder *
Jalan Lokal Primer *
Jalan Lokal Sekunder *
Jalan Lingkungan Primer *
Jalan Lingkungan Sekunder *
Jalan Bebas Hambatan *
Jalan Tol *
Jalan Strategis *
Jalan Khusus *
Rencana Jaringan
Jalur Pejalan Kaki *
Transportasi
Jalur Sepeda *
Jalan Masuk dan Keluar Terminal
*
Barang dan Penumpang
Jalan Menuju Moda Transportasi Umum *
Jalan Masuk dan Keluar Parkir *
Terminal Penumpang Tipe A *
Terminal Penumpang Tipe B *
Terminal Penumpang Tipe C *
Terminal Barang *
Jembatan Timbang *
Pangkalan Angkutan Umum *
Halte *
68
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
69
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
70
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
71
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
72
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Tabel 12. Klasifikasi dan Kodifikasi Turunan Unsur pada Rencana Pola Ruang RDTR
Kabupaten/Kota Skala 1:5.000
Nama
Zona Kode Sub-Zona Kode
Unsur
Zona Hutan Lindung HL Hutan Lindung HL
Zona Lindung Gambut LG Lindung Gambut LG
Zona Sempadan Pantai SP Sempadan Pantai SP
Zona Sempadan Sungai SS Sempadan Sungai SS
Zona Sekitar Danau
DW Sekitar Danau atau Waduk DW
atau Waduk
Zona Sempadan Mata
MA Sempadan Mata Air MA
Air
Zona Cagar Budaya CB Cagar Budaya CB
Rimba Kota RTH-1
Taman Kota RTH-2
Taman Kecamatan RTH-3
Zona Ruang Terbuka
RTH Taman Kelurahan RTH-4
Hijau
Taman RW RTH-5
Taman RT RTH-6
Pemakaman RTH-7
Cagar Alam CA
Zona Cagar Alam Laut CAL
Lindung Suaka Margasatwa SM
Suaka Margasatwa Laut SML
Taman Nasional TN
Taman Hutan Raya THR
Taman Wisata Alam TWA
Taman Wisata Alam Laut TWL
Taman Buru TB
Zona Konservasi KS
Suaka Pesisir SPS
Suaka Pulau Kecil SPK
Taman Pesisir TP
Taman Pulau Kecil TPK
Daerah Perlindungan Adat
PAM
Maritim
Daerah Perlindungan Budaya
PBM
Maritim
Kawasan Konservasi Perairan KPR
Zona Hutan Adat ADT Hutan Adat ADT
Zona Ekosistem EM Ekosistem Mangrove EM
73
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Nama
Zona Kode Sub-Zona Kode
Unsur
Mangrove
Keunikan Batuan dan Fosil LGE-1
Keunikan Bentang Alam LGE-2
Zona Lindung Geologi LGE
Keunikan Proses Geologi LGE-3
Imbuhan Air Tanah LGE-4
Rumah Kepadatan Sangat
R-1
Tinggi
Rumah Kepadatan Tinggi R-2
Zona Perumahan R Rumah Kepadatan Sedang R-3
Rumah Kepadatan Rendah R-4
Rumah Kepadatan Sangat
R-5
Rendah
Perdagangan dan Jasa Skala
K-1
Kota
Zona Perdagangan dan Perdagangan dan Jasa Skala
K K-2
Jasa Wilayah Perencanaan
Perdagangan dan Jasa Skala
K-3
Sub Wilayah Perencanaan
Zona Perkantoran KT Perkantoran KT
SPU Skala Kota SPU-1
74
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Nama
Zona Kode Sub-Zona Kode
Unsur
Zona Sektor Informal SI Sektor Informal SI
Zona Tempat
TPA Tempat Pemrosesan Akhir TPA
Pemrosesan Akhir
Zona Pembangkitan
PTL Pembangkitan Tenaga Listrik PTL
Tenaga Listrik
Zona Pariwisata W Pariwisata W
Zona Pertahanan dan
HK Pertahanan dan Keamanan HK
Keamanan
Zona Pos Lintas Batas
PLBN Pos Lintas Batas Negara PLBN
Negara
Zona Transportasi TR Transportasi TR
Tempat Evakuasi Sementara PL-1
Tempat Evakuasi Akhir PL-2
Instalasi Pengolahan Air Minum
PL-3
Zona Peruntukan (IPAM)
PL
Lainnya Instalasi Pengolahan Air
PL-4
Limbah (IPAL)
Pengembangan Nuklir PL-5
Pergudangan PL-6
Campuran Intensitas Tinggi C-1
Zona Campuran C Campuran Intensitas
C-2
Menengah/Sedang
Tabel 13. Ketentuan Penamaan Basis Data dan Bentuk Geometri Peta Rencana
Struktur Ruang RDTR Skala 1:5.000
Bentuk
Nama Unsur Orde 1 Orde 2
Geometri
_0000_5RD_PT_SR_PUSATPELAYANAN_NAMARDTR_TAHUN
Pusat Pelayanan Kota/ *
Rencana Kawasan Perkotaan
Pengembangan Sub Pusat Pelayanan Kota/ *
Pusat Kawasan Perkotaan Titik
Pelayanan Pusat Lingkungan Kecamatan
Pusat Lingkungan Pusat Lingkungan Kelurahan
Pusat Rukun Warga
Rencana _0000_5RD_LN_SR_TRANSPORTASI_NAMARDTR_TAHUN
Jaringan Jalan Arteri Primer *
Garis
Transportasi Jalan Arteri Sekunder *
75
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Bentuk
Nama Unsur Orde 1 Orde 2
Geometri
Jalan Kolektor Primer *
Jalan Kolektor Sekunder *
Jalan Lokal Primer *
Jalan Lokal Sekunder *
Jalan Lingkungan Primer *
Jalan Lingkungan Sekunder *
Jalan Bebas Hambatan *
Jalan Tol *
Jalan Strategis *
Jalan Khusus *
Jalur Pejalan Kaki *
Jalur Sepeda *
Jalan Masuk dan Keluar *
Terminal Barang dan
Penumpang
Jalan Menuju Moda *
Transportasi Umum
Jalan Masuk dan Keluar Parkir *
Jalur Ganda Kereta Api
Jaringan Jalur Kereta Api Antarkota
Antarkota Jalur Tunggal Kereta Api
Antarkota
Jalur Ganda Kereta Api
Perkotaan
Jalur Tunggal Kereta Api
Jaringan Jalur Kereta Api Perkotaan
Perkotaan Jalur Monorail
Jalur Kereta Rel Listrik
Jalur MRT
Jalur LRT
Jaringan Jalur Kereta Api Jaringan Jalur Kereta Api
Khusus Khusus
Alur-Pelayaran Umum dan *
Perlintasan
Alur-Pelayaran Masuk *
Pelabuhan
Alur-Pelayaran Kelas I *
Alur-Pelayaran Kelas II *
Alur-Pelayaran Kelas III *
Lintas Penyeberangan *
Antarprovinsi
Lintas Penyeberangan *
Antarnegara
Lintas Penyeberangan *
Antarkabupaten/Kota dalam
Provinsi
Lintas Penyeberangan dalam *
Kabupaten
Lintas Penyeberangan dalam *
Kota
Ruang Udara untuk *
Penerbangan
_0000_5RD_PT_SR_TRANSPORTASI_NAMARDTR_TAHUN
Terminal Penumpang Tipe A * Titik
76
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Bentuk
Nama Unsur Orde 1 Orde 2
Geometri
Terminal Penumpang Tipe B *
Terminal Penumpang Tipe C *
Terminal Barang *
Jembatan Timbang *
Pangkalan Angkutan Umum *
Halte *
Stasiun Penumpang Besar
Stasiun Penumpang Sedang
Stasiun Kereta Api Stasiun Penumpang Kecil
Stasiun Barang
Stasiun Operasi
Pelabuhan Sungai dan Danau *
Utama
Pelabuhan Sungai dan Danau *
Pengumpul
Pelabuhan Sungai dan Danau *
Pengumpan
Pelabuhan Penyeberangan *
Kelas I
Pelabuhan Penyeberangan *
Kelas II
Pelabuhan Penyeberangan *
Kelas III
Pelabuhan Utama *
Pelabuhan Pengumpul *
Pelabuhan Pengumpan *
Regional
Pelabuhan Pengumpan Lokal *
Terminal Khusus *
Bandar Udara Pengumpul *
Skala Pelayanan Primer
Bandar Udara Pengumpul *
Skala Pelayanan Sekunder
Bandar Udara Pengumpul *
Skala Pelayanan Tersier
Bandar Udara Pengumpan *
Bandar Udara Khusus *
_0000_5RD_LN_SR_ENERGI_NAMARDTR_TAHUN
Jaringan Penyaluran Minyak
Bumi dari Fasilitas Produksi -
Jaringan Penyaluran Minyak
Kilang Pengolahan
dan Gas Bumi dari Fasilitas
Jaringan Penyaluran Gas Bumi
Produksi - Kilang Pengolahan
dari Fasilitas Produksi - Kilang
Pengolahan
Jaringan Penyaluran Minyak
Rencana
Bumi dari Fasilitas Produksi –
Jaringan Energi Jaringan Penyaluran Minyak Garis
Penyimpanan
dan Gas Bumi dari Fasilitas
Jaringan Penyaluran Gas Bumi
Produksi - Penyimpanan
dari Fasilitas Produksi –
Penyimpanan
Jaringan Penyaluran Gas *
Bumi dari Kilang Pengolahan –
Konsumen
Saluran Udara Tegangan Ultra *
77
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Bentuk
Nama Unsur Orde 1 Orde 2
Geometri
Tinggi (SUTUT)
Saluran Udara Tegangan *
Ekstra Tinggi (SUTET)
Saluran Udara Tegangan *
Tinggi (SUTT)
Saluran Udara Tegangan *
Tinggi Arus Searah (SUTTAS)
Saluran Udara Tegangan *
Menengah (SUTM)
Saluran Udara Tegangan *
Rendah (SUTR)
Saluran Kabel Tegangan *
Menengah (SKTM)
Kabel Bawah Tanah *
Kabel Laut *
Saluran Transmisi Lainnya *
Saluran Distribusi Lainnya *
_0000_5RD_PT_SR_ENERGI_NAMARDTR_TAHUN
Gardu Induk
Gardu Listrik Gardu Hubung
Gardu Distribusi
Pembangkit Listrik Tenaga Air *
(PLTA)
Pembangkit Listrik Tenaga *
Uap (PLTU)
Pembangkit Listrik Tenaga *
Gas (PLTG)
Pembangkit Listrik Tenaga *
Diesel (PLTD)
Pembangkit Listrik Tenaga *
Nuklir (PLTN)
Titik
Pembangkit Listrik Tenaga *
Surya (PLTS)
Pembangkit Listrik Tenaga *
Bayu (PLTB)
Pembangkit Listrik Tenaga *
Panas Bumi (PLTP)
Pembangkit Listrik Tenaga *
Mikro Hidro (PLTMH)
Pembangkit Listrik Lainnya *
Sarana Penyimpanan Bahan *
Bakar
Sarana Pengolahan Hasil *
Pembakaran
_0000_5RD_LN_SR_TELEKOMUNIKASI_NAMARDTR_TAHUN
Jaringan Serat Optik
Jaringan Tetap Garis
Telepon Fixed Line
_0000_5RD_PT_SR_ TELEKOMUNIKASI_NAMARDTR_TAHUN
Rencana
Stasiun Telepon Otomat (STO)
Jaringan
Rumah Kabel
Telekomunikasi
Jaringan Tetap Kotak Pembagi
Titik
Pusat Otomasi Sambungan
Telepon
Jaringan Bergerak Terestrial Jaringan Mikro Digital
78
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Bentuk
Nama Unsur Orde 1 Orde 2
Geometri
Stasiun Transmisi (Sistem
Televisi)
Jaringan Peningkatan
Pelayanan
Jaringan Bergerak Seluler
Menara Base Transceiver
Station (BTS)
Jaringan Bergerak Satelit Stasiun Bumi
_0000_5RD_LN_SR_SDA_NAMARDTR_TAHUN
Jaringan Irigasi Primer
Jaringan Irigasi Sekunder
Sistem Jaringan Irigasi
Jaringan Irigasi Tersier Garis
Rencana Jaringan Irigasi Air Tanah
Jaringan Sistem Pengendalian Banjir Jaringan Pengendali Banjir
Sumber Daya _0000_5RD_PT_SR_SDA_NAMARDTR_TAHUN
Air Sumber Air Permukaan *
Sumber Air Tanah *
Pintu Air Titik
Bangunan Sumber Daya Air
Bendungan
Sistem Pengendalian Banjir Bangunan Pengendali Banjir
_0000_5RD_LN_SR_AIR_NAMARDTR_TAHUN
Pipa Transmisi Air Baku
Jaringan Perpipaan Pipa Transmisi Air Minum Garis
Pipa Unit Distribusi
_0000_5RD_PT_SR_AIR_NAMARDTR_TAHUN
Unit Air Baku
Bangunan Pengambil Air Baku
Unit Produksi
Rencana
Instalasi Produksi
Jaringan Air Jaringan Perpipaan
Unit Distribusi
Minum
Unit Pelayanan
Bangunan Penunjang SPAM Titik
Bangunan Pelengkap SPAM
Sumur Dangkal
Sumur Pompa
Bukan Jaringan Perpipaan Bak Penampungan Air Hujan
Terminal Air
Bangunan Penangkap Mata Air
_0000_5RD_LN_SR_DRAINASE_NAMARDTR_TAHUN
Saluran Drainase Primer *
Saluran Drainase Sekunder *
Garis
Saluran Drainase Tersier *
Saluran Drainase Lokal *
Rencana
_0000_5RD_PT_SR_ DRAINASE_NAMARDTR_TAHUN
Jaringan
Drainase Bangunan Peresapan (Kolam *
Retensi)
Bangunan Tampungan *
Titik
(Polder)
Bangunan Pelengkap *
Drainase
_0000_5RD_LN_SR_LIMBAH_NAMARDTR_TAHUN
Rencana
Sistem Pembuangan Air Jaringan Sistem Pembuangan
Pengelolaan Air
Limbah Non Domestik Air Limbah Non Domestik Garis
Limbah
Sistem Pengelolaan Air Subsistem Pengangkutan
79
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Bentuk
Nama Unsur Orde 1 Orde 2
Geometri
Limbah Domestik Setempat
Pipa Tinja
Pipa Non Tinja
Sistem Pengelolaan Air
Pipa Persil
Limbah Domestik Terpusat
Pipa Retikulasi
Pipa Induk
_0000_5RD_PT_SR_LIMBAH_NAMARDTR_TAHUN
Infrastruktur Sistem
Sistem Pembuangan Air
Pembuangan Air Limbah Non
Limbah Non Domestik
Domestik
Subsistem Pengolahan
Sistem Pengelolaan Air Setempat
Limbah Domestik Setempat Subsistem Pengolahan Lumpur
Tinja
Sub Sistem Pelayanan
Bak Perangkap Lemak dan
Minyak dari Dapur
Bak Kontrol
Lubang Inspeksi
Sub Sistem Pengumpulan Titik
Prasarana dan Sarana
Sistem Pengelolaan Air
Pelengkap
Limbah Domestik Terpusat
Sub Sistem Pengolahan
Terpusat
IPAL Kota
IPAL Skala Kawasan Tertentu /
Permukiman
IPAL Komunal Industri Rumah
Tangga
Sistem Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan *
Beracun (B3)
_0000_5RD_PT_SR_PERSAMPAHAN_NAMARDTR_TAHUN
Stasiun Peralihan Antara (SPA)
Tempat Pengelolaan Sampah
Reuse, Reduce, Recycle (TPS
3R)
Tempat Penampungan
Rencana
Sementara (TPS)
Jaringan
Persampahan Titik
Persampahan
80
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Bentuk
Nama Unsur Orde 1 Orde 2
Geometri
Ruang Pejalan Kaki di dalam
Bumi
Pengaman Pantai *
_0000_5RD_PT_SR_ PRASARANALAIN_NAMARDTR_TAHUN
Meeting Point
Tempat Evakuasi Tempat Evakuasi Sementara Titik
Tempat Evakuasi Akhir
Keterangan:
Kolom orde bertanda (*) diisi mengikuti penamaan klasifikasi unsur dan kodifikasi
pada orde pendetailan terakhir.
Tabel 14. Ketentuan Penamaan Basis Data dan Bentuk Geometri Peta Pada Rencana Pola
Ruang RDTR Skala 1:5.000
Nama Unsur Sub Jenis Rencana Penamaan Bentuk Geometri
Zona Lindung
Seluruh Jenis _0000_5RD_AR_PR_NAMARDTR_TAHUN Poligon
Zona Budi Daya Rencana
Ketentuan Tambahan:
a) Ketentuan penggambaran Jalan dan Air Permukaan (danau, embung,
waduk, sungai, dsb) sebagai berikut:
• Seluruh jalan dan air permukaan digambarkan sebagai Badan Jalan
dan Badan Air pada Peta Rencana Pola Ruang RDTR;
• Badan Jalan dan Badan Air digambarkan dalam bentuk poligon sesuai
dengan tingkat ketelitian skala rencana tata ruang, agar tidak terjadi
kekosongan area pada penggambaran peta Rencana Pola
Ruang/must not have gaps sebagai kebutuhan dalam menganalisis
luasan area jalan dan air permukaan.
b) Ketentuan basis data terkait holding zone untuk Sub-Zona pada kawasan
hutan atau kawasan pertanian yang belum disepakati pada saat
penetapan Perda menggunakan: kode Sub-Zona pada kawasan hutan
atau kawasan pertanian garis miring (/) Sub-Zona yang perlu disepakati.
Mekanisme penetapan holding zone mengacu pada ketentuan perundang-
undangan.
81
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
82
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Penyimpanan file Peta Dasar berisi informasi dasar yang terdiri atas
peta batas wilayah, garis pantai, hipsografi, perairan, nama rupabumi,
transportasi dan utilitas, bangunan dan fasilitas umum, dan penutup lahan.
Informasi Peta dasar yang digunakan mengacu kepada instansi yang
membidangi urusan informasi geospasial. Sedangkan citra yang
digunakan diperoleh dari instansi yang bertanggung jawab dalam urusan
informasi geospasial dan/atau direkomendasikan dari instansi tersebut.
83
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
File album peta dilengkapi dengan file digital yang disimpan dalam
format sesuai ketentuan sistem informasi geografis (GIS) yang
dikeluarkan oleh instansi/lembaga berwenang, minimal memuat:
- Peta Orientasi
- Peta Batas Administrasi
- Peta Guna Lahan
- Peta Rawan Bencana
- Peta sebaran Penduduk
- Peta Rencana Struktur Ruang
- Peta Rencana Pola Ruang
Jenis peta yang dimuat dalam album peta mengacu pada sistematika
album peta yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku tentang pedoman penyusunan RDTR. Berikut tabel struktur
penyimapanan file basis data peta RDTR:
Tabel 15. Struktur Penyimpanan file Basis Data Peta RDTR
84
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
LATIHAN
1. Format penamaan file peta untuk kode wilayah memiliki beberapa kentuan,
yaitu?
Jawaban: 2 (dua) digit kode provinsi diikuti 2 (dua) digit kode kabupaten/kota.
2. Perbedaan pada penamaan fitur dataset pada peta rencana struktur ruang
RDTR dan pola ruang RDTR terletak pada?
Jawaban: Perbedaan terletak pada informasi pada penamaan fitur dataset,
Pada peta rencana struktur ruang RDTR terdapat penambahan informasi
yaitu [Jenis Rencana]_[Nama Unsur Rencana Struktur Ruang]
3. Berikan 1 (satu) contoh penamaan kelas fitur peta Pola Ruang yang
diprioritaskan penanganan sesuai dengan format penamaan yang ditentukan.
Jawaban: _3275_5RD_AR_PR_RDTRBEKASI_2014 atau jawaban yang
sesuai dengan format _[Kode Wilayah]_[Skala Peta]_[Bentuk
Geometri]_[Jenis Rencana]_[Nama RDTR]_[Tahun]
4. Kode (i) pada teknik pengaturan zonasi menjelaskan tentang?
Jawaban: tentang Zona Banjir adalah TPZ yang merupakan ketentuan
pengaturan pada zona rawan banjir untuk mencegah atau mengurangi
kerugian akibat banjir. Penerapan zona banjir sekurang-kurangnya memenuhi
kriteria lokasi yang ditetapkan teridentifikasi adanya rawan bencana banjir
yang berdasarkan analisis banjir tahunan hingga jangka waktu tahunan
tertentu dan berdasarkan analisis kerentanan maupun risiko bencana banjir.
5. Fungsi pengaturan domain dalam penyusunan basis data peta RDTR
Kabupaten/Kota, yaitu?
Jawaban:
Menyeragamkan informasi tabel atribut dan klasifikasi unsur;
Mengurangi kesalahan penulisan dalam pengisian Tabel Atribut; dan
Menyeragamkan unsur pada komponen rencana tata ruang agar bersifat
standar dan konsisten.
85
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
RANGKUMAN
86
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
data peta atau informasi geospasial Peta Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
dalam format Geodatabase (.gdb) dan image (.jpeg). Ketentuan penyimpanan file
Peta Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) terbagi atas folder-folder data Peta
Dasar, Peta Tematik, Peta Rencana meliputi Rencana Struktur Ruang dan
Rencana Pola Ruang serta Album Peta yang berisikan kumpulan peta dasar,
peta tematik dan peta rencana dengan tingkat ketelitian peta minimal skala
1:5.000 yang disajikan dalam format A1.
Lihat kembali materi yang ditanyakan di dalam bab ini. Periksa jawaban
anda apakah sudah benar atau belum. Apabila jawaban anda benar semua
berarti sudah memenuhi kompetensi yang diharapkan dalam bab ini. Sebaliknya
apabila jawaban anda salah, berarti anda harus mempelajari dengan seksama
materi bab ini. Setelah itu kembali anda jawab dan bandingkan dengan materi
pada bab ini.
87
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
BAB VI
PENUTUP
88
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
DAFTAR PUSTAKA
89
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
GLOSARIUM
90
Modul 4
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Peta RDTR dan Basis Data
Jaring Kontrol Vertikal Nasional : sebaran titik kontrol geodesi vertikal yang
terhubung satu sama lain dalam satu
kerangka referensi.
Jaring Kontrol Gayaberat Nasional: sebaran titik kontrol geodesi gaya berat
yang terhubung satu sama lain dalam satu
kerangka referensi.
Peta Rupabumi Indonesia : peta dasar yang memberikan informasi
secara khusus untuk wilayah darat.
Walidata : Pimpinan tertinggi pratama pada
kementerian/lembaga yang memiliki tugas
pokok, fungsi, atau kewenangan menurut
peraturan perundang – undangan dalam
penyelenggaraan IGT
91
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
109
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan Modul
Diklat Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Tingkat Dasar.
Modul ini disusun sebagai penunjang kegiatan diklat agar peserta
diklat dapat mempelajari dan memahami materi-materi yang
diberikan.
Terima kasih.
ii
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
DAFTAR ISI
Hal
iii
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
EVALUASI ................................................................................... 84
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT .......................................... 85
BAB V PETA TEMATIK BERBASIS BIDANG TANAH ............................ 86
A. SURVEI TEMATIK ................................................................ 86
B. PETA TEMATIK PERTANAHAN ............................................. 97
LATIHAN ................................................................................... 107
RANGKUMAN ............................................................................ 107
EVALUASI ................................................................................. 108
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT ........................................ 110
BAB VI PENATAAN AGRARIA ........................................................... 111
A. PENATAGUNAAN TANAH ................................................... 111
B. REFORMA AGRARIA .......................................................... 128
LATIHAN ................................................................................... 134
RANGKUMAN ............................................................................ 135
EVALUASI ................................................................................. 136
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT ........................................ 137
BAB VII PENUTUP ........................................................................... 138
KUNCI JAWABAN............................................................................. 139
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 140
iv
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
DAFTAR GAMBAR
Hal
v
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
vi
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
DAFTAR TABEL
Hal
vii
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
8
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
9
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
10
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Kompetensi Dasar
3. Materi Pokok
Mengacu pada tujuan pembelajaran di atas, materi
pokok untuk Mata Diklat ”Kapita Selekta Pertanahan”
adalah :
a. Hak Atas Tanah Dan Pendaftaran Tanah
b. Peta Pertanahan
c. Penilaian Tanah
d. Peta Tematik Berbasis Bidang Tanah
e. Penataan Agraria
4. Petunjuk Belajar
Modul Kapita Selekta Pertanahan merupakan bahan
referensi untuk pembelajaran mata diklat Penyusunan
11
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
Rencana Detail Tata Ruang. Isi dari modul ini terdiri dari
teori yang memberikan pemahaman tentang pertanahan
yang terkait erat dengan penyusunan rencana detail tata
ruang..
Bagian isi modul yang berisi tentang konsep
pertanahan dibaca dengan seksama terutama pada bagian
paragraf yang membicarakan suatu pengertian. Selesai
membaca bagian teori secara keseluruhan, pembaca dapat
menambah khasanah pengetahuan dengan membaca
buku – buku yang bertema hukum agraria. Sedangkan
pada bagian latihan, peserta diklat dituntut untuk
mempertajam pengetahuan melalui diskusi dengan
sesama peserta yang dipandu oleh fasilitator.
Pada setiap bagian akhir bab – bab di dalam modul
ini akan diberikan pertanyaan soal yang mengevaluasi
tingkat pemahaman peserta. Kunci jawaban dari
pertanyaan soal diberikan secara keseluruhan di bagian
akhir modul ini. Diharapkan dengan cara seperti ini
peserta diklat dapat mengevaluasi diri apakah sudah
memahami materi diklat atau belum.
12
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
BAB II
HAK ATAS TANAH DAN
PENDAFTARAN TANAH
Setelah mempelajari bab ini peserta diharapkan mampu menjelaskan berbagai hak atas tanah
menurut UUPA, tata cara permohonan hak atas tanah, pengertian tentang pendaftaran tanah
sistematis dan sporadis serta pendaftaran tanah derivatif
13
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
b. Hak Opstal
14
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
c. Hak Erfpacht
Hak kebendaan untuk menarik penghasilan seluas-
luasnya untuk waktu yang lama dari sebidang tanah milik
orang lain dengan kewajiban membayar sejumlah uang atau
penghasilan tiap-tiap tahun yang dinamakan “pacht” (Pasal 720
KUHPerdata). Unsur, ciri, sifat dari hak Erfpacht adalah :
- Sistem sewa tanah milik negara selama maksimum 75
tahun sesuai kewenangan yang diberikan hak eigendom
(kepemilikan) dan dapat diwariskan
- Dapat dipindahkan (serah lepas) dan dapat dibebani dengan
hypotheek
- Pemegang hak Eigendom dan hak Erfpacht dapat
mengadakan perjanjian yang isinya menyimpang dari
ketentuan – ketentuan dalam BW
- Tanah yang dapat diberikan hak Erfpacht adalah domein
Negara yaitu tanah yang tidak dibuka oleh masyarakat dan
tidak sebagai pangonan dan bukan tanah desa
Jenis hak Erfpacht terdiri dari :
15
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
16
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
17
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
a. Hak Milik
Hak Milik adalah hak turun-menurun, terkuat dan
terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah (dengan
18
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
19
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
20
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
d. Hak Pakai
Hak Pakai (HP) adalah hak untuk menggunakan dan/atau
memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara
atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan
kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya
oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam
perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian
sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala
21
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
e. Hak Pengelolaan
22
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
23
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
24
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
25
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
26
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
27
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
28
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
29
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
30
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
31
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
lebih
- Bahwa penguasaan tanah itu telah dilakukan dengan itikad baik
- Bahwa penguasaan itu tidak pernah diganggu gugat dan
karena itu dianggap diakui dan dibenarkan oleh
masyarakat hukum adat atau desa/kelurahan yang
bersangkutan
32
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
33
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
34
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
35
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
36
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
37
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
38
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
c) penerbitan sertipikat;
39
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
40
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
41
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
Jual Beli
Jual beli, yaitu peralihan hak sebagai akibat telah
dibuatnya suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan
(tanah) dan pihak lainnya untuk membayar harga yang telah
dijanjikan. Menurut Pasal 1458 KUH Perdata adalah jual beli
dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, segera
setelah orang-orang itu mencapai kesepakatan tentang barang
tersebut beserta harganya, meskipun barang itu belum
diserahkan dan harganya belum dibayar.
Syarat-syarat sahnya suatu perjanjian yaitu :
a. Sepakat mereka yang meIngikatkan dirinya
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
c. Suatu hal tertentu
d. Suatu sebab yang halal
Menurut hukum adat tentang jual beli tanah, Syarat
sahnya jual beli harus dilakukan secara “terang” dan “tunai
atau kontan”, yaitu:
a. terang artinya bahwa jual beli tersebut harus dilakukan di
depan ketua masyarakat adat yang bersangkutan ataupun
di depan saksi-saksi
b. tunai atau kontan berarti pembeli harus membayar penuh
harga yang telah disepakati bersama
Hibah
Hibah yaitu peralihan hak sebagai akibat adanya suatu
42
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
43
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
Tukar menukar
Yaitu peralihan hak yang terjadi karena adanya suatu
perjanjian dengan mana kedua belah pihak mengikatkan
dirinya untuk saling memberikan suatu barang secara
bertimbal balik sebagai gantinya suatu barang lain. Pembagian
hak bersama, yaitu peralihan hak yang terjadi sebagai akibat
timbulnya perjanjian diantara para pihak untuk mengakhiri
suatu pemilikan bersama
44
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
45
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
46
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
LATIHAN
Buatlah kelompok diskusi dengan jumlah 5 – 8
anggota. Lakukan pembahasan hal – hal berikut ini :
1. Jelaskan perbedaan hak atas tanah pada masa
sebelum dan sesudah UUPA.
2. Bagaimana karakteristik masing - masing jenis hak menurut
UUPA
3. Jelaskan pengertian berbagai jenis perbuatan hukum
mengenai tanah di Indonesia
RANGKUMAN
47
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
48
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
EVALUASI
49
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
a. Pendaftaran tanah
b. Pemberian hak atas tanah
c. Pengakuan hak atas tanah
d. Konversi hak atas tanah
e. Peralihan hak atas tanah
50
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
BAB III
PETA PERTANAHAN
Setelah mempelajari bab ini peserta diharapkan mengetahui konsep mengenai Peta Dasar
Pertanahan, Peta Pendaftaran Tanah dan Peta Bidang
51
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
1. Metoda Pemetaan
Peta dasar pendaftaran yang dilaksanakan secara
pengukuran terrestrial merupakan proses pemetaan dari
pengukuran situasi. Pada metoda ini, pengukuran situasi
hanya digunakan untuk kelengkapan detail pada pengukuran
titik dasar teknik orde 4. Dengan demikian pengukuran situasi-
nya dilakukan secara bersamaan.
52
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
53
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
citra satelit atau foto udara dan data vektor. Data vektor yang
disajikan berupa unsur – unsur detail berasal dari digitasi dan
pengambilan data lapang. Unsur detail yang harus disajikan
dalam Peta Dasar Pertanahan terdiri unsur-unsur alam dan
unsur-unsur buatan manusia. Tidak semua detail dilakukan
pengukuran tetapi hanya dilakukan identifikasi lapangan dan
memetakan pada peta, misalnya areal hutan, ilalang dan
sebagainya.
1) Batas administrasi,yaitu batas wilayah berdasarkan wilayah
penguasaan administrasi pemerintahan. Berdasarkan
hirarkis pemeritahan yang tertinggi dapat dibagi menjadi :
a) Batas Negara
b) Batas Propinsi
c) Batas Kota atau Batas Kabupaten
d) Batas Kecamatan
e) Batas Desa atau Batas Kelurahan
Pengukuran batas administrasi harus berdasarkan peta
batas wilayah yang sudah disepakati (batas definitif) dan
disetujui antara kedua pemerintah yang berbatasan.
Apabila peta batas wilayah tidak/ belum ada, maka
penentuan batas administrasi dapat dilakukan langsung di
lapangan dengan menghadirkan aparat pemerintah yang
mengetahui dari kedua pemerintah yang berbatasan.
2) Unsur perairan, adalah detail alam atau buatan manusia
yang mengandung unsur-unsur perairan beserta
bangunan-bangunan pendukung yang ada di
atasnya.Adapun unsur perairan terdiri dari :
a) Sungai
b) Saluran atau selokan
c) Lautan
d) Danau atau rawa
54
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
e) Empang
3) Unsur bangunan-bangunan pendukung, adalah bangunan
infrastruktur yang digunakan untuk kepentingan umum.
Unsur ini terdiri dari :
a) Bangunan pembagi air
b) Jembatan
c) Bendungan
d) Bendungan dengan pintu air
4) Titik-titik Tetap yang dikenal dengan Kerangka Dasar
Teknik (KDT), berupa tugu-tugu yang dipasang baik yang
BPN/ Agraria maupun milik instansi lain, apabila dianggap
perlu, adalah detail-detail yang harus diukur sebagai
kelengkapan pengukuran situasi.
a) Tugu Kerangka Dasar
b) Tugu Titik Tinggi Geodesi (TTG)
c) Tugu Km
d) Tugu dari PBB, Dep. PU, Dep. Perhubungan dan lain-lain.
5) Jalan, merupakan sarana penghubung antar wilayah
merupakan detail situasi yang sangat diperlukan dalam
rangka pelaksanaan pengukuran dan pemetaan. Jalan
dibagi menjadi dua jenis berdasarkan kondisi-nya, yaitu
jalan yang diperkeras dan jalan tanah.
55
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
perkebunan tebu
7) Bangunan-bangunan Penting, berupa bangunan milik atau
yang digunakan untuk kegiatan pemerintahan, baik sipil
maupun militer, dan untuk keperluan kegiatan masyarakat
umum. Untuk memudahkan mengenali bangunan tersebut
harus diberi nama bangunan tersebut. Jika tidak ada nama
formal- nya maka digunakan nama yang digunakan oleh
penduduk setempat.
Contoh bangunan-bangunan penting yaitu :
a) Kantor Gubernur, Bupati/ Walikota, Kecamatan, Desa/
Kelurahan
b) Kantor-kantor instansi pemerintah
c) Kantor Polsek, Koramil dll.
d) Tempat-tempat ibadah
e) Pasar, terminal, stasiun, bandara, lapangan olahraga, dll.
f) Sekolah
g) Jalur listrik tegangan tinggi, telepon, pipa hidran, minyak, gas
8) Pemukiman. Pengukuran situasi untuk daerah perkebunan
besar adakalanya dijumpai daerah-daerah yang harus
dienclave. Untuk daerah enclave yang merupakan
pemukiman harus diukur sepanjang batas enclave tersebut.
9) Perkebunan, Tegalan dan Sawah. Perkebunan dalam rangka
pengukuran situasi hanya dilakukan identifikasi saja,
Sedangkan daerah persawahan dan tegalan apabila
dilakukan pengukuran bidang, harus diukur sudut-sudut
pematang yang merupakan batas milik.
3. Sistem Proyeksi
Pembuatan Peta Dasar Pertanahan menggunakan standar
sistem proyeksi tertentu dengan tujuan untuk memastikan
adanya kesamaan pola distorsi sudut, luas dan jarak pada peta.
Seperti telah diketahui, setiap sistem proyeksi peta hanya
56
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
57
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
46.2
47.1 47.2 48.1 48.2 49.1 49.2 50.1 50.2 51.1 51.2 52.1 52.2 53.1
53.2 54.1
4. Pengolahan Data
Data dijital ini dapat digunakan untuk editing dan
updating data (pembaruan data) dan reproduksi peta. Proses
58
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
59
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
60
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
61
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
62
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
63
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
64
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
65
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
66
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
25 Ha.
3) Buat peta dasar teknik yang mencakup pembagian lembar
peta pendaftaran dalam skala yang lebih kecil.
4) Buat lembar-lembar bingkai peta pendaftaran sesuai format
nasional.
5) Lakukan pengkartiran data yang diperoleh dari lapangan,
baik koordinat titik dasar teknik, detail situasi pada lembar
manuskrip. Lembar manuskrip berfungsi sebagai peta dasar
pendaftaran.
6) Penyalinan yang merupakan penggabungan antara
manuskrip dan bingkai peta yang telah disediakan sesuai
dengan cakupan lokasinya.
7) Buat salinannya sesuai kebutuhan, minimal 2 set yaitu
untuk dokumen dan sebagai peta untuk pembukuan bidang
tanah di Kantor Pertanahan.
67
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
68
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
69
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
70
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
71
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
4. Revisi Data
Penambahan data atau pemetaan bidang-bidang tanah
pada peta pendaftaran yang telah tersedia dilaksanakan jika :
72
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
73
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
74
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
75
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
76
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
77
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
78
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
LATIHAN
Di dalam kelompok diskusi, bahaslah hal – hal berikut ini :
1. Sebutkan tujuan dari Peta Dasar Pertanahan, Peta
Pendaftaran Tanah dan Peta Bidang Tanah
2. Sebutkan keterkaitan masing – masing satu sama
lain antara Peta Dasar Pertanahan, Peta Pendaftaran
Tanah dan Peta Bidang Tanah
RANGKUMAN
79
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
80
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
EVALUASI
81
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
82
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
BAB IV
PENILAIAN TANAH
Setelah mempelajari bab ini peserta diharapkan mengetahui pelaksanaan survei nilai tanah dan
bagaimana pembuatan Peta Zona Nilai Tanah dan Ekonomi Kawasan
83
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
84
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
1. Pengertian Dasar
Biaya adalah sejumlah uang yang dikeluarkan atas barang
atau jasa, atau jumlah yang dibutuhkan untuk menciptakan
atau memproduksi barang atau jasa tersebut. Jika barang atau
jasa sudah terselesaikan, biaya tersebut menjadi faktor historis.
Harga yang dibayarkan untuk suatu barang atau jasa
merupakan biaya bagi pembelinya. (Standar Penilaian
Indonesia 2007- KPUP Butir 4.3).
Harga adalah Istilah yang digunakan untuk sejumlah uang
yang diminta, ditawarkan, atau dibayarkan untuk suatu barang
atau jasa. Hubungannya dengan penilaian, harga merupakan
fakta historis, baik yang diumumkan secara terbuka maupun
dirahasiakan. Karena kemampuan finansial, motivasi, atau
kepentingan khusus dari seorang penjual atau pembeli, harga
yang dibayarkan atau suatu barang atau jasa dapat
berhubungan atau tidak berhubungan dengan nilai barang atau
jasa yang bersangkutan. Meskipun demikian, harga biasanya
merupakan indikasi atas nilai relative dari barang atau jasa oleh
85
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
86
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
87
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
2. Obyek Penilaian
Prinsip-prinsip penilaian Ganti Kerugian adalah sebagai berikut
:
88
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
89
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
90
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
91
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
- Bangunan;
- Tanaman; dan
92
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
93
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
94
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
95
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
96
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
97
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
98
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
99
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
100
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
101
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
102
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
Economic
Value
103
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
104
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
105
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
LATIHAN
106
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
RANGKUMAN
Penilai Pertanahan adalah orang perseorangan yang
melakukan penilaian secara independen dan profesional yang
telah mendapat ijin praktik penilaian dari Menteri Keuangan
dan telah mendapat lisensi dari Lembaga Pertanahan untuk
menghitung nilai/objek pengadaan tanah.
Dalam penilaian, Nilai (Value) tidak selalu sama dengan
Harga (Price) dan Biaya (Cost). Nilai adalah hasil guna dari
suatu properti yang dinyatakan dalam suatu mata uang yang
diperoleh melalui proses penilaian pada tanggal tertentu. Harga
adalah sejumlah uang yang disepakati oleh penjual dan pembeli
di pasar. Biaya adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam
melakukan pengadaan atau pembangunan suatu properti.
Prinsip-prinsip penilaian Ganti Kerugian adalah sebagai berikut
:
- Pihak yang berhak harus memperoleh penggantian kerugian
yang wajar, yaitu penggantian yang layak dan adil
- Nilai penggantian wajar (fair replacement value) adalah nilai
untuk kepentingan pemilik yang didasarkan kepada
kesetaraan dengan NILAI PASAR dan dengan
memperhatikan unsur luar biasa berupa kerugian non- fisik
yang diakibatkan adanya pengambilalihan hak
- Penilai harus memperhitungkan potensi nilai tanah
berdasarkan prinsip penggunaan tertinggi dan terbaik
(highest and best use) pada tanggal penilaian
- Nilai ganti kerugian, merupakan nilai dari tiap-tiap bidang tanah
- Besarnya nilai Ganti Kerugian berdasarkan hasil penilaian
Penilai disampaikan kepada Lembaga Pertanahan dengan
suatu berita acara.
107
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
EVALUASI
1. Hasil guna dari suatu properti yang dinyatakan dalam
suatu mata uang yang diperoleh melalui proses penilaian
pada tanggal tertentu adalah :
a. Biaya
b. Harga
c. Nilai
d. Pendapatan
e. Keuntungan
2. Salah satu prinsip penilaian Ganti Kerugian adalah :
a. Penilai harus memperhitungkan potensi nilai tanah
berdasarkan prinsip penggunaan terbesar dan terbaik
(greatest and best use) pada tanggal penilaian
b. Penilai harus memperhitungkan potensi nilai tanah
berdasarkan prinsip penggunaan tertinggi dan terbaik
(highest and best use) pada tanggal penilaian
c. Nilai ganti kerugian merupakan nilai dari total bidang tanah
d. Nilai penggantian wajar (fair replacement value) adalah
nilai untuk kepentingan pemilik yang lebih mahal dari
nilai pasar
e. Besarnya nilai Ganti Kerugian berdasarkan perkiraan Penilai
3. Objek penilaian dalam penentuan kerugian non fisik antara lain :
a. Biaya perhitungan
b. Biaya musyawarah
c. Kerusakan lingkungan
d. Kompensasi salah hitung
e. Kompensasi masa tunggu
4. Harga transaksi dapat diperoleh dari :
a. Kantor Perbendaharaan Negara
b. Kantor Pertanahan
108
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
c. Tokoh masyarakat
d. Camat
e. Real estate agent/broker
5. Dalam hal tidak tersedia data harga transaksi/penawaran
jual beli dapat digunakan :
a. Harga transaksi ataupun penawaran sewa bidang tanah
b. Harga transaksi ataupun penawaran lelang bidang tanah
c. Harga transaksi ataupun penawaran pinjam pakai bidang tanah
d. Harga perkiraan transaksi
e. Harga perkiraan potensi tanah
109
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
BAB IV
PETA TEMATIK
BERBASIS BIDANG
TANAH
Setelah mempelajari bab ini peserta diharapkan mengetahui pelaksanaan survei tematik dan
bagaimana penyajian peta tematik pertanahan
A. SURVEI TEMATIK
110
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
111
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
112
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
113
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
114
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
115
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
116
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
117
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
118
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
119
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
120
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
121
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
122
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
123
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
124
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
2. Pengolahan Data
Data survei pemetaan tematik secara umum diolah dengan
software berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Pada
125
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
126
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
melalui konversi.
Data yang diolah dalam SIG melalui tahapan – tahapan sebagai
berikut :
• Penghimpunan data
• Pengintegrasian data
• Strukturisasi data
• Pembuatan model – model data
Data yang akan diolah dalam SIG harus memiliki referensi
koordinat lokasi pada bumi (georeference). Pada umumnya
posisi dinyatakan dalam bentuk koordinat kartesis (X, Y) dan
atau koordinat geodetik. Setiap sumber data spasial yang
digunakan SIG dalam bentuk digital seperti peta digital, foto
udara dan citra satelit. Setiap sumber peta digital tersebut
kemudian dintegrasikan melalui proses rektifikasi (penentuan
georeferensi) secara akurat.
Strukturisasi data dilakukan apabila hendak menganalisis
data yang berasal dari data raster dan data vektor. Data raster
harus dikonversi dahulu ke bentuk vektor dan kemudian
dilakukan penyesuaian melalui strukturisasi data. Langkah
terakhir dalam analisis SIG adalah pembuatan model yang pada
umumnya disertai dengan sejumlah model matematika.
Query dan atau analisis spasial yang dapat
dilakukan SIG antara lain meliputi :
• Information retrieval
• Pemodelan topologis
• Jaringan (network)
• Overlay
• Penyajian output
Salah satu kemampuan SIG adalah apabila dilakukan
query data dapat dipanggil secara secara cepat. Misalnya
seseorang ingin mengetahui area persawahan yang mengalami
127
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
128
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
129
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
130
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
131
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
132
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
133
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
LATIHAN
134
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
RANGKUMAN
135
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
EVALUASI
136
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
137
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
138
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
BAB V
PENATAAN AGRARIA
A. PENATAGUNAAN TANAH
139
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
a. Pasal 2 Ayat 2
Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat (1)
pasal inimemberi wewenang untuk :
140
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
- Serasi
- Selaras
- Seimbang
- Berkelanjutan
- Keterbukaan
- Persamaan
- Keadilan
- Perlindungan hukum
141
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
142
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
2004)
− Terhadap tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,
setelah penetapan RTRW, penyelesaian administrasi
pertanahan dilaksanakan apabila pemegang hak atas
tanah atau kuasanya memenuhi syarat- syarat
menggunakan dan memanfaatkan tanahnya sesuai
dengan RTRW; (Pasal 10 Ayat (1) PP Nomor 16 Tahun
2004)
− Tidak dipenuhinya syarat-syarat mengunakan dan
143
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
144
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
145
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
146
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
147
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
- Evaluasi tanah
148
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
149
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
150
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
151
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
152
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
153
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
154
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
155
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
156
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
157
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
158
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
159
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
B. REFORMA AGRARIA
160
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
161
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
162
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
163
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
164
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
5. Ketahanan Pangan
7. Konflik agraria
Dari tahun ke tahun konflik agraria semakin meningkat,
sehingga luas areal konflikpun semakin bertambah.
8. Kerusakan Lingkungan Hidup
Daerah Aliran Sungai di Indonesia perlu mendapatkan perhatian
serius, karena rentan akan erosi dan banjir. DAS tersebut
diantaranya :
• Sungai Ciliwung; Prov. Jabar dan DKI dengan DAS seluas
97.151 ha.
165
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
166
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
LATIHAN
RANGKUMAN
Salah satu penopang kegiatan penataan agraria adalah
penatagunaan tanah. Pengertian penatagunaan tanah adalah
sama dengan pola pengelolaan tanah yang meliputi
penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang
berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah melalui pengaturan
167
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
168
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
169
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
EVALUASI
170
Modul 5
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Kapita Selekta Pertanahan
171
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar
BAB VI
PENUTUP
172
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar
KUNCI JAWABAN
BAB II BAB V
1. a 1. e
2. c 2. a
3. d 3. b
4. a 4. d
5. e 5. c
BAB IV
1. c
2. b
3. e
4. e
5. d
173
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar
DAFTAR PUSTAKA
174
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar
175