KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan dalam menyelesaikan Modul Diklat Penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang Tingkat Dasar. Modul ini disusun sebagai penunjang kegiatan diklat agar
peserta diklat dapat mempelajari dan memahami materi-materi yang diberikan.
Pada kesempatan ini pula, kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyusunan modul ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
membalas semua kebaikan dan jerih payah Saudara-saudara sekalian.
Semoga modul ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan yang lebih luas
kepada pembaca, khususnya peserta diklat. Akhir kata dengan segala kerendahan
hati, tim penyusun mengharapkan masukan dan kritikan demi perbaikan
penyusunan modul di masa akan datang.
Terima kasih.
Jakarta, 2021
Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya
Manusia,
ii
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
DAFTAR ISI
iii
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
DAFTAR GAMBAR
iv
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
DAFTAR TABEL
v
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
2
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
B. DEKSRIPSI SINGKAT
Modul Diklat Pengenalan Muatan dan Prosedur RDTR ini membekali peserta
agar mampu menjelaskan muatan dan prosedur penyusunan RDTR kabupaten/kota.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu menjelaskan
muatan dan prosedur penyusunan RDTR Kabupaten/Kota. Indikator keberhasilan
dari pembelajaran ini peserta mampu:
1. Menjelaskan tentang muatan RDTR Kabupaten/Kota yang mencakup tujuan
Penataan Wilayah Perencanaan, Rencana Struktur Ruang, Rencana Pola
Ruang, Ketentuan Pemanfaatan Ruang, dan Peraturan Zonasi; dan
2. Menjelaskan tentang prosedur penyusunan RDTR kabupaten/kota yang
meliputi proses penyusunan (tahap persiapan, tahap pengumpulan data dan
informasi, tahap pengolahan data dan analisis, tahap perumusan konsepsi,
serta tahap penyusunan dan pembahasan rancangan peraturan tentang RDTR
Kabupaten/Kota), pelibatan masyarakat dalam penyusunan RDTR, dan
penyusunan dan pembahasan rancangan peraturan tentang RDTR.
3
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
4
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
BAB II
MUATAN RDTR KABUPATEN/KOTA
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat menjelaskan muatan RDTR Kabupaten/Kota
yang mencakup Tujuan Penataan Wilayah Perencanaan, Rencana Struktur Ruang, Rencana Pola
Ruang, Ketentuan Pemanfaatan Ruang, dan Peraturan Zonasi
5
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
6
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
7
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
11) Halte;
12) Jaringan jalur kereta api antarkota;
13) Jaringan jalur kereta api perkotaan, meliputi :
a) Jalur monorel;
b) Jalur kereta rel listrik;
c) Jalur MRT (mass rapid transitI); dan
d) Jalur LRT (light rapid transit);
14) Jaringan jalur kereta api khusus;
15) Stasiun kereta api, meliputi :
a) Stasiun penumpang besar;
b) Stasiun penumpang sedang;
c) Stasiun penumpang kecil;
d) Stasiun barang; dan
e) Stasiun operasi.
16) Alur – pelayanan sungai dan alur-pelayaran danau, meliputi :
a) Alur-pelayaran kelas I;
b) Alur-pelayaran kelas II; dan
c) Alur-pelayaran kelas III;
17) Lintas penyeberangan, meliputi :
a) Lintas penyeberangan antarnegara;
b) Lintas penyeberangan antarprovinsi;
c) Lintas penyeberangan antarkabupaten/kota dalam provinsi;
d) Lintas penyeberangan dalam kabupaten; dan
e) Lintas penyeberangan dalam kota;
18) Pelabuhan sungai dan danai, meliputi :
a) Pelabuhan sungai dan danau utama;
b) Pelabuhan sungai dan danau pengumpul; dan
c) Pelabuhan sungai dan danau pengumpan;
19) Pelabuhan penyeberangan, meliputi :
a) Pelabuhan penyeberangan kelas I ;
b) Pelabuhan penyeberangan kelas II; dan
c) Pelabuhan penyeberangan kelas III;
8
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
9
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
(a) jaringan yang menyalurkan minyak bumi dari fasilitas produksi tempat
penyimpanan; dan
(b) jaringan yang menyalurkan gas bumi dari fasilitas produksi tempat
penyimpanan.
4) Jaringan yang menyalurkan gas bumi dari kilang pengolahan ke konsumen;
5) Infrastruktur Pembangkitan Listrik dan Sarana Pendukung, meliputi:
(a) Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA);
(b) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU);
(c) Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG);
(d) Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD);
(e) Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN);
(f) Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS);
(g) Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB);
(h) Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP);
(i) Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH); dan
(j) Pembangkit Listrik Lainnya.
6) Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Antarsistem, meliputi:
(a) Saluran Udara Tegangan Ultra Tinggi (SUTUT);
(b) Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET);
(c) Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT);
(d) Saluran Udara Tegangan Tinggi Arus Searah (SUTTAS); dan
(e) Saluran transmisi lainnya
7) Kabel bawah tanah;
8) Jaringan Distribusi Tenaga Listrik, meliputi:
(a) Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM);
(b) Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR);
(c) Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM); dan
(d) Saluran distribusi lainnya.
9) Saluran transmisi/distribusi lainnya;
10) Jaringan pipa/kabel bawah laut penyaluran tenaga listrik; dan
11) Gardu Listrik, meliputi:
(a) Gardu induk;
(b) Gardu hubung; dan
(c) Gardu distribusi.
10
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
11
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
12
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
13
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
14
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
15
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
16
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
17
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
18
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
19
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
d. Tujuan penetapan zona memuat tujuan yang ingin dicapai untuk setiap
zona/subzona lindung dan budidaya dalam RDTR;
e. Kriteria performa zona/sub zona merupakan kualitas atau kinerja yang
harus dipenuhi untuk mencapai tujuan penetapan masing-masing
zona/subzona; dan
f. Kriteria perencanaan zona merupakan kriteria dan standar untuk
merencanakan ruang suatu zona agar tercapai tujuan penetapan
zona/subzona. Khusus untuk zona perumahan harus mencantumkan
luas persil minimum dan luas persil maksimum tiap zona/subzona.
Penjabaran zona menjadi sub zona harus memperhatikan dua hal yaitu:
a. Perbedaan dasar pengertian antara zona peruntukan ruang dengan
kegiatan; dan
b. Hakekat zona adalah fungsi ruang, dan penjabarannya pun sebaiknya
mengikuti perbedaan fungsi ruang.
Setiap SWP terdiri atas blok yang dibagi berdasarkan batasan fisik antara lain
seperti jalan, sungai, dan sebagainya. Pengilustrasian overlay peta yang didelineasi
berdasarkan fisik (wilayah perencanaan, SWP, dan blok) hingga peta yang
didelineasi berdasarkan fungsi (zona dan subzona) ditunjukkan pada Gambar 1.
Dalam hal luas wilayah perencanaan relatif kecil, rencana pola ruang dapat
digambarkan secara langsung ke dalam blok. Contoh pendelineasian peta yang
digambarkan dari wilayah perencanaan ke SWP hingga blok dapat dilihat pada
Gambar 2, dan contoh pendeliniasian peta yang digambarkan secara langsung dari
wilayah perencanaan ke dalam blok dapat dilihat pada Gambar 3.
Adapun pengilustrasian pembagian zona-zona peruntukan ke dalam blok
disertai pengkodean berbagai subzona pada suatu SWP dapat dilihat pada Gambar
4.
Zona dapat dibagi lagi menjadi subzona. Apabila dampaknya kecil dan tidak
memiliki urgensi pengaturan, maka tidak perlu diklasifikasikan sebagai zona dan
cukup dimasukkan ke dalam daftar kegiatan pada matriks ITBX
Apabila wilayah perencanaan terlalu luas untuk digambarkan ke dalam satu
peta berskala 1:5.000, maka peta rencana pola tersebut dapat digambarkan ke
20
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
dalam beberapa lembar peta berdasarkan SWP seperti dapat dilihat pada Gambar
5. Adapun untuk zona rawan bencana, peta digambarkan secara terpisah dari peta
rencana pola.
21
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
22
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
Gambar 4 Ilustrasi Pembagian Subzona di dalam Blok dan Sub-Blok pada Satu SWP
23
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
24
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
25
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
indikasi program pemanfaatan ruang prioritas (dapat dilihat pada Tabel 1) yang
memuat:
a. Program pemanfaatan ruang prioritas
Program pemanfaatan ruang prioritas merupakan program-program
pengembangan wilayah perencanaan yang diindikasikan memiliki bobot tinggi
berdasarkan tingkat kepentingan atau diprioritaskan akan diwujudkan dalam 5
(lima) tahun pertama dan memiliki nilai strategis untuk mewujudkan rencana
struktur ruang dan rencana pola ruang di WP sesuai tujuan penataan WP.
Program pemanfaatan ruang prioritas ini dapat memuat kelompok program
sebagai berikut:
1) Program perwujudan rencana struktur ruang yang meliputi :
a) Perwujudan pusat pelayanan kegiatan di Wilayah Perencanaan;
b) Perwujudan jaringan transportasi di Wilayah Perencanaan;dan
c) Perwujudan jaringan prasarana untuk Wilayah Perencanaan, yang
mencakup pula prasarana nasional dan wilayah/regional didalam wilayah
perencanaan yang terdiri atas :
i. Perwujudan jaringan energi;
ii. Perwujudan jaringan telekomunikasi;
iii. Perwujudan jaringan sumber daya air;
iv. Perwujudan jaringan air minum;
v. Perwujudan jaringan air limbah dan pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3);
vi. Perwujudan jaringan drainase;
vii. Perwujudan jaringan persampahan; dan/atau
viii. Perwujudan jaringan prasarana lainnya.
2) Program perwujudan rencana pola ruang di wilayah perencanaan yang
meliputi :
a) Perwujudan zona lindung pada wilayah perencanaan termasuk di dalam
pemenuhan kebutuhan RTH; dan
b) Perwujudan zona budi daya pada wilayah perencanaan yang antara lain
terdiri atas:
26
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
27
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
28
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
E. PERATURAN ZONASI
Peraturan Zonasi disusun untuk setiap zona peruntukan baik zona
budidaya dan zona lindung dengan memperhatikan esensi fungsinya yang
ditetapkan dalam rencana rinci tata ruang dan bersifat mengikat/regulatory.
Dalam sistem regulatory, seluruh kawasan perkotaan terbagi habis ke dalam
zona peruntukan ruang yang tergambarkan dalam peta rencana pola ruang.
Pada setiap zona peruntukan akan berlaku satu aturan dasar tertentu yang
mengatur perpetakan, kegiatan, intensitas ruang dan tata bangunan.
Peraturan zonasi merupakan ketentuan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari RDTR Peraturan zonasi dan berfungsi sebagai:
a. Perangkat operasional pengendalian pemanfaatan ruang;
b. Acuan dalam pemberian rekomendasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang, termasuk di dalamnya air right development dan pemanfaatan ruang
di bawah tanah;
c. Acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif;
d. Acuan dalam pengenaan sanksi; dan
e. Rujukan teknis dalam pengembangan atau pemanfaatan lahan dan
penetapan lokasi investasi.
Peraturan zonasi bermanfaat untuk:
a. Menjamin dan menjaga kualitas ruang wilayah perencanaan minimal yang
ditetapkan;
b. Menjaga kualitas dan karakteristik zona dengan meminimalkan penggunaan
lahan yang tidak sesuai dengan karakteristik zona; dan
c. Meminimalkan gangguan atau dampak negatif terhadap zona.
Peraturan zonasi memuat aturan dasar dan teknik pengaturan zonasi.
Aturan dasar merupakan persyaratan pemanfaatan ruang meliputi, ketentuan
kegiatan dan penggunaan lahan, ketentuan intensitas pemanfaatan ruang,
ketentuan tata bangunan, ketentuan prasarana dan sarana minimal, ketentuan
khusus, dan/atau ketentuan pelaksanaan.
Teknik pengaturan zonasi adalah ketentuan lain dari zonasi konvensional
yang dikembangkan untuk memberikan fleksibilitas dalam penerapan aturan
zonasi dan ditujukan untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam penerapan
29
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
30
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
1) Pertimbangan Umum
Pertimbangan umum berlaku untuk semua jenis penggunaan lahan,
antara lain kesesuaian dengan arahan pemanfaatan ruang dalam RTRW
kabupaten/kota, keseimbangan antara kawasan lindung dan kawasan
budi daya dalam suatu wilayah, kelestarian lingkungan (perlindungan dan
pengawasan terhadap pemanfaatan air, udara, dan ruang bawah tanah),
31
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
2) Pertimbangan Khusus
Pertimbangan khusus berlaku untuk masing-masing karakteristik
guna lahan, kegiatan atau komponen yang akan dibangun.
Pertimbangan khusus dapat disusun berdasarkan rujukan mengenai
ketentuan atau standar yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang,
rujukan mengenai ketentuan dalam peraturan bangunan setempat, dan
rujukan mengenai ketentuan khusus bagi unsur bangunan atau
komponen yang dikembangkan. Selain itu perlu dipertimbangkan kondisi
yang harus dipenuhi agar kegiatan dapat berlangsung pada zona terkait
yang antara lain meliputi:
a. Prosedur administrasi yang harus diikuti;
b. Kajian kelayakan lingkungan yang harus dipenuhi;
c. Prasarana dan/atau sarana tambahan yang harus diadakan untuk
menunjang kegiatan tersebut;
d. Pembatasan yang harus diberlakukan, terkait:
(1) luas fisik pemanfaatan ruang;
(2) kajian dengan kegiatan lain di sekitar;
(3) jumlah tenaga kerja;
(4) waktu operasional;
(5) masa usaha;
(6) arahan lokasi spesifik;
(7) jumlah kegiatan serupa;
(8) pengembangan usaha kegiatan lebih lanjut; dan
(9) penggunaan utilitas untuk kegiatan tersebut harus terukur dan
tidak menimbulkan gangguan pada zona tersebut.
32
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
33
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
34
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
zonasi pada RTRW kabupaten/kota, atau juga bisa berisi sama dengan
intensitas pemanfaatan ruang yang diatur dalam ketentuan umum peraturan
zonasi pada RTRW kabupaten/kota. Intensitas pemanfaatan ruang yang
terdapat dalam ketentuan intensitas pemanfaatan ruang dapat didetailkan
kembali lebih lanjut dalam RTBL.
c) Ketentuan Tata Bangunan
Ketentuan tata bangunan adalah ketentuan yang mengatur bentuk,
besaran, peletakan, dan tampilan bangunan pada suatu zona untuk menjaga
keselamatan dan keamanan bangunan. Komponen ketentuan tata bangunan
minimal terdiri atas :
1) Ketinggian bangunan (TB) maksimum
Ketinggian bangunan adalah tinggi maksimum bangunan gedung yang
diizinkan pada lokasi tertentu dan diukur dari jarak maksimum puncak atap
bangunan terhadap (permukaan) tanah yang dinyatakan dalam satuan meter.
2) Garis sempadan bangunan (GSB) minimum
GSB adalah jarak minimum antara garis pagar terhadap dinding
bangunan terdepan. GSB ditetapkan dengan mempertimbangkan
keselamatan, resiko kebakaran, kesehatan, kenyamanan, dan estetika.
3) Jarak bebas antar bangunan minimal yang harus memenuhi ketentuan
tentang jarak bebas yang ditentukan oleh jenis peruntukan dan ketinggian
bangunan.
4) Jarak bebas samping (JBS) dan jarak bebas belakang (JBB)
JBB adalah jarak minimum antara garis batas petak belakang terhadap
dinding bangunan terbelakang. Jarak Bebas Samping (JBS) merupakan jarak
minimum antara batas petak samping terhadap dinding bangunan terdekat.
35
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
juga dapat berisi sama dengan tata bangunan yang diatur dalam ketentuan
umum peraturan zonasi pada RTRW kabupaten/kota. Tata bangunan yang
terdapat dalam ketentuan tata bangunan ruang dapat didetailkan kembali lebih
lanjut dalam RTBL.
36
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
e) Ketentuan Khusus
Ketentuan khusus adalah ketentuan yang mengatur pemanfaatan zona
yang memiliki fungsi khusus dan diberlakukan ketentuan khusus sesuai
dengan karakteristik zona dan kegiatannya. Selain itu, ketentuan pada zona-
zona yang digambarkan di peta khusus yang memiliki pertampalan (overlay)
dengan zona lainnya dapat pula dijelaskan disini.
Ketentuan khusus merupakan aturan tambahan yang ditampalkan (overlay)
di atas aturan dasar karena adanya hal-hal khusus yang memerlukan aturan
tersendiri karena belum diatur di dalam aturan dasar.
f) Ketentuan Pelaksanaan
Ketentuan pelaksanaan adalah aturan yang berkaitan dengan pelaksanaan
penerapan peraturan daerah RDTR yang terdiri atas:
37
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
38
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
39
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
b) Bonus zoning
Bonus zoning adalah teknik pengaturan zonasi yang memberikan izin kepada
pengembang untuk meningkatkan intensitas pemanfaatan ruang melebihi aturan
dasar, dengan imbalan (kompensasi) pengembang tersebut harus menyediakan
sarana publik tertentu, misalnya RTH, terowongan penyeberangan dsb.
Penerapan bonus zoning harus memenuhi kriteria berikut:
(1) diberikan pada pengembang yang belum atau tidak pernah menambah
intensitas pemanfaatan ruangnya;
(2) hanya dapat diberlakukan pada zona komersial, zona perkantoran, dan zona
perumahan, khususnya untuk rumah susun; dan
(3) harus didahului dengan analisis daya dukung daya tamping lingkungan untuk
mengetahui:
(a) Penambahan intensitas pemanfaatan ruang pada blok peruntukan agar
masih dalam daya dukung lingkungannya;
(b) Dampak negatif yang mungkin ditimbulkan beserta besar kerugiannya;
dan
(c) Kompensasi pembangunan sarana publik.
Kompensasi pembangunan sarana publik diutamakan untuk
dilaksanakan pada sub kawasan dimana bonus zoning diterapkan,
namun dapat juga dilaksanakan pada kawasan lainnya dengan
persyaratan tertentu berdasarkan keputusan Pemerintah Daerah.
c) Conditional uses
Conditional uses adalah teknik pengaturan zonasi yang memungkinkan suatu
pemanfaatan ruang yang dianggap penting atau diperlukan keberadaannya,
untuk dimasukkan ke dalam satu zona peruntukan tertentu sekalipun
karakteristiknya tidak memenuhi kriteria zona peruntukan tersebut. Pemerintah
daerah dapat menerbitkan izin pemanfaatan ruang bersyarat atau Conditional
Use Permit (CUP) setelah melalui pembahasan dan pertimbangan Forum
Penataan Ruang. CUP diberikan dengan kriteria:
40
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
(1) Pemanfaatan ruang yang akan diberi izin memiliki tingkat kepentingan yang
nyata bagi kepentingan orang banyak atau kawasan perkotaan secara
keseluruhan;
(2) Pemanfaatan ruang yang akan diberi izin tidak mengganggu fungsi ruang di
sekitarnya; dan
(3) Pemberian izin harus melalui pertimbangan Forum Penataan Ruang.
41
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
i) TPZ Khusus
TPZ Khusus adalah TPZ yang memberikan pembatasan pembangunan untuk
mempertahankan karakteristik dan/atau objek khusus yang dimiliki Zona, yang
penetapan lokasinya dalam peraturan zonasi. Dapat diterapkan sebagai bentuk
disinsentif pemberian persyaratan tertentu dalam perizinan.
l) TPZ Lainnya
TPZ lainnya yang tidak termasuk pada jenis TPZ (kode penulisan a-l) dapat
didefinisikan sesuai dengan kebutuhan masing – masing pemerintah daerah.
Apabila terdapat lebih dari satu TPZ lainnya, dapat dituliskan dengan kode m1,
m2, m3 dst.
42
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
LATIHAN
Ambillah studi kasus di satu kecamatan sekitar tempat tinggal Anda,
kemudian berdasarkan kondisi dan karakteristik kawasan tersebut, rumuskan
hal-hal sebagai berikut:
1. Identifikasi potensi dan masalah yang terjadi di kawasan tersebut!
2. Rumuskan isu strategis yang terjadi di kawasan tersebut!
3. Rumuskan tujuan penataan kawasan tersebut!
RANGKUMAN
Tujuan penataan wilayah perencanaan merupakan nilai dan/atau kualitas
terukur yang akan dicapai sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana
ditetapkan dalam RTRW Kabupaten/Kota dan merupakan alasan disusunnya
RDTR tersebut, serta apabila diperlukan dapat dilengkapi konsep pencapaian.
Tujuan penataan wilayah perencanaan berisi tema yang akan direncanakan di
wilayah perencanaan.
Rencana struktur ruang meliputi:
1. Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan
2. Rencana Jaringan Transportasi
3. Rencana Jaringan Prasarana
Rencana pola ruang yang terdiri dari zona lindung dan zona budidaya,
perlu digambarkan pada peta dengan skala 1 : 5.000. Hal ini dimaksudkan agar
rencana pola ruang dalam RDTR ini dapat dipergunakan sebagai alat untuk
memberikan dasar penerbitan Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang (KKKPR).
Ketentuan pemanfaatan ruang dalam RDTR merupakan upaya
mewujudkan RDTR dalam bentuk program pengembangan wilayah perencanaan
dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun masa
perencanaan. Program 5 (lima) tahunan dalam ketentuan pemanfaatan ruang
dituangkan dalam bentuk narasi, namun khusus untuk program prioritas 5 (lima)
tahun pertama disusun dalam bentuk tabel indikasi program pemanfaatan ruang
prioritas
43
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
EVALUASI
1. Jelaskan fungsi penataan wilayah perencanaan?
2. Apa yang menjadi dasar perumusan tujuan penataan?
3. Apa yang menjadi dasar pertimbangan perumusan tujuan penataan wilayah
perencanaan?
4. Jelaskan fungsi rencana pola ruang!
5. Apa yang menjadi dasar perumusan rencana pola ruang?
6. Uraikan jenis rencana pola ruang!
7. Peta rencana pola ruang digambarkan pada skala berapa?
8. Apa yang menjadi fungsi ketentuan pemanfaatan ruang?
9. Jelaskan dasar penyusunan ketentuan pemanfaatan ruang!
10. Apa yang menjadi kriteria dalam penyusunan ketentuan pemanfaatan ruang?
11. Jelaskan apa yang dimaksud dengan program dalam ketentuan pemanfaatan
ruang!
44
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
BAB III
PROSEDUR PENYUSUNAN RDTR
INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat menjelaskan prosedur penyusunan RDTR
kabupaten/kota yang meliputi tahap persiapan, tahap pengumpulan data dan informasi, tahap
pengolahan data dan analisis, tahap perumusan konsepsi RDTR Kabupaten/Kota, serta tahap
penyusunan dan pembahasan rancangan peraturan kepala daerah tentang RDTR
Kabupaten/Kota, serta pelibatan masyarakat dalam penyusunan RDTR.
A. Tahap Persiapan
Proses persiapan penyusunan RDTR terdiri atas:
1) Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK), meliputi :
a) Pembentukan tim penyusunan RDTR Kabupaten/Kota yang
beranggotakan :
(1) pemerintah daerah kabupaten/kota, khususnya dalam lingkup
Forum Penataan Ruang Kabupaten/Kota;
(2) tim ahli yang diketuai oleh profesional perencana wilayah dan
kota yang bersertifikat, memiliki pengalaman di bidang
perencanaan wilayah minimal 10 tahun dan pernah menyusun
RDTR, dengan anggota profesional pada bidang keahlian yang
paling kurang terdiri atas:
(a) arsitek (rancang kota);
45
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
(b) pertanahan;
(c) geografi/geodesi;
(d) geologi/kebencanaan;
(e) teknik sipil (infrastruktur/prasarana/transportasi);
(f) teknik lingkungan; dan
(g) hukum.
Selain itu dapat dilengkapi dengan bidang keahlian lainnya sesuai dengan
kebutuhan perencanaan RDTR.
b) Penyusunan rencana kerja.
46
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
47
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
48
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
49
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
Selain data dan informasi tersebut di atas, dapat ditambahkan data dan
informasi sebagai berikut:
1) data dan informasi tentang kebijakan antara lain RTRW
Provinsi/Kabupaten/Kota, RPJP Kabupaten/ Kota dan RPJM
Kabupaten/Kota;
2) data fisiografis;
3) data kondisi fisik tanah;
4) data sosial budaya;
5) data dan informasi penggunaan lahan eksisting dan intensitas
pemanfaatan bangunan eksisting berdasarkan klasifikasi umum;
6) data penatagunaan tanah, meliputi:
a) data penguasaan tanah/pemilikan tanah/gambaran umum
penguasaan tanah, dan
b) data penggunaan dan/atau pemanfaatan tanah.
7) data peruntukan ruang (yang dapat diperoleh dari RTRW, RDTR
kawasan yang bersebelahan, dan lain-lain);
8) data dan informasi izin pemanfaatan ruang eksisting, baik dari sektor
kehutanan, kelautan, pertanahan, pertambangan, dll, terutama yang
berskala besar;
9) data dan informasi persetujuan dan rekomendasi Kesesuaian
Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR);
10) data ketersediaan prasarana dan sarana;
11) data dan informasi tentang peluang ekonomi.
12) data kemampuan keuangan pembangunan daerah;
13) data dan informasi tentang kelembagaan pembangunan daerah;
14) data terkait kawasan dan bangunan (kualitas, intensitas blok eksisting,
tata bangunan);
15) RDTR kawasan yang bersebelahan dengan kawasan perencanaan
(jika ada);
50
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
51
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
52
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
53
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
54
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
55
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
56
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
57
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
58
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
59
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
60
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
61
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
LATIHAN
Berdasarkan tujuan penataan kawasan yang telah dirumuskan pada latihan
sebelumnya dan didukung oleh data-data sekunder maka buatkan sebuah konsep
pengembangan kawasan tersebut!
RANGKUMAN
Tata cara penyusunan RDTR mencakup proses penyusunan, pelibatan peran
masyarakat dalam penyusunan, dan pembahasan rancangan RDTR
Kabupaten/Kota oleh pemangku kepentingan di tingkat Kabupaten/Kota. Pada
proses penyusunan RDTR Kabupaten Kota meliputi beberapa tahapan yaitu tahap
persiapan, pengumpulan data dan informasi, pengolahan data dan analisis,
perumusan konsepsi, dan penyusunan rancangan peraturan tentang RDTR
Kabupaten/Kota.
Kegiatan penyusunan Raperkada tentang RDTR melibatkan masyarakat dalam
bentuk pengajuan usulan, keberatan, dan sanggahan terhadap Naskah Raperkada
RDTR.
Format penyajian RDTR, terdiri atas:
a. materi teknis RDTR meliputi:
1) buku fakta dan analisis yang dilengkapi peta-peta;
2) buku rencana yang disajikan dalam format A4; dan
3) album peta yang disajikan dengan skala atau tingkat ketelitian 1:5.000
dalam format A1 yang dilengkapi dengan data peta digital yang
62
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
EVALUASI
63
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
Lihat kembali materi yang ditanyakan di dalam bab ini. Periksa jawaban anda
apakah sudah benar atau belum. Apabila jawaban anda benar semua berarti sudah
memenuhi kompetensi yang diharapkan dalam bab ini. Sebaliknya apabila jawaban
anda ada yang salah, berarti anda harus mempelajari secara seksama materi pada
bab ini. Setelah itu kembali anda jawab dan bandingkan dengan materi pada bab ini.
64
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
BAB IV
PENUTUP
Modul ini disusun agar peserta diklat dapat memahami materi pembelajaran ini
dalam konteks pengenalan muatan dan prosedur RDTR dalam sistem penataan
ruang, khususnya dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
Penataan wilayah perencanaan mempunyai fungsi sebagai acuan untuk
penyusunan rencana pola ruang, penyusunan rencana jaringan prasarana,
penyusunan ketentuan pemanfaatan ruang, penyusunan peraturan zonasi.
Penataan ini juga dimaksudkan untuk menjaga konsistensi dan keserasian
pengembangan kawasan perkotaan dengan rencana tata ruang wilayahnya.
Rencana pola ruang yang tercakup dalam rencana detail tata ruang merupakan
rencana distribusi subzona peruntukan. Pola ruang ini terdiri dari zona lindung dan
zona budidaya. Pola ruang perlu direncanakan lokasinya agar diperoleh suatu hasil
perencanaan yang dapat diacu oleh sektor.
Hal ini sejalan dengan fungsi rencana pola ruang untuk mengalokasi ruang
bagi berbagai kegiatan sosial, ekonomi, serta kegiatan pelestarian fungsi lingkungan
dalam wilayah perencanaan sebagai dasar penerbitan konfirmasi kesesuaian
kegiatan pemanfaatan ruang, dasar penyusunan RTBL, dan dasar penyusunan
rencana jaringan prasarana.
Rencana jaringan prasarana yang ada merupakan pengembangan hierarki
sistem jaringan prasarana yang ditetapkan dalam rencana struktur ruang yang
termuat dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota. Hal ini dimaksudkan agar
walaupun jaringan prasarana direncakan hanya pada sebagian wilayah, namun
masih terkait secara sistem.
Dengan telah dirumuskannya rencana pola ruang dan rencana jaringan
prasarana, dalam upaya mewujudkan RDTR maka disusun ketentuan pemanfaatan
ruang yang berisi program pengembangan wilayah perencanaan dalam jangka
waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun masa perencanaan.
65
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
DAFTAR PUSTAKA
Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Undang – Undang Cipta Kerja
66
Modul 2
Diklat Penyusunan RDTR Tingkat Dasar : Pengenalan Muatan Prosedur RDTR
109