KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan dalam menyelesaikan Modul Diklat Penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang Tingkat Dasar. Modul ini disusun sebagai penunjang kegiatan diklat agar
peserta diklat dapat mempelajari dan memahami materi-materi yang diberikan.
Pada kesempatan ini pula, kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyusunan modul ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
membalas semua kebaikan dan jerih payah Saudara-saudara sekalian.
Semoga modul ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan yang lebih luas
kepada pembaca, khususnya peserta diklat. Akhir kata dengan segala kerendahan
hati, tim penyusun mengharapkan masukan dan kritikan demi perbaikan penyusunan
modul di masa akan datang.
Terima kasih.
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1
B. DESKRIPSI SINGKAT ................................................................................................ 1
C. TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................................................................ 2
D. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK ........................................................... 2
BAB II MUATAN PERATURAN ZONASI ....................................................................................... 3
A. DASAR PENGENDALIAN PEMBANGUNAN ............................................................. 3
B. ZONING TEXT............................................................................................................ 7
C. ZONING MAP ........................................................................................................... 20
BAB III PROSES PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI ........................................................... 22
A. TAHAPAN PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI.................................................. 22
B. PEMILIHAN TEKNIK PERATURAN ZONASI ........................................................... 27
BAB IV PRAKTEK PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI ......................................................... 30
A. PENYUSUNAN ZONING TEXT ................................................................................ 32
B. PENYUSUNAN ZONING MAP ................................................................................. 50
BAB V PENUTUP ........................................................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 53
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................................................ 54
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Kedudukan Peraturan Zonasi dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang ........................... 5
Gambar 2. Kedudukan Peraturan Zonasi dalam Sistem Penataan Ruang ........................................... 6
Gambar 3. Ilustrasi Peta Rencana Pola Ruang (Zoning Map) ............................................................ 21
Gambar 4. Alur Proses Penyusunan Peraturan Zonasi ...................................................................... 27
Gambar 5. Ilustrasi Penerapan Transfer Development Right.............................................................. 29
Gambar 6. Substansi/Muatan Peraturan Zonasi ................................................................................. 31
Gambar 7. Bagan Alir Proses Teknis Penyusunan Peraturan Zonasi................................................. 32
Gambar 8. Ilustrasi Pembagian Zona Pada Rencana Pola Ruang RDTR .......................................... 38
Gambar 9. Contoh Penetuan Blok dengan Batasan Fisik ................................................................... 40
Gambar 10. Contoh Matriks ITBX untuk Kegiatan Perumahan dan Perdagangan Jasa ..................... 43
Gambar 11. Contoh Zoning Map dan Zoning Text dalam RDTR ........................................................ 51
DAFTAR TABEL
Hal
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. DESKRIPSI SINGKAT
Mata Diklat Peraturan Zonasi ini membekali peserta agar dapat mengetahui dan
memahami muatan, proses, serta praktek penyusunan peraturan zonasi.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
BAB II
MUATAN PERATURAN
ZONASI
Preventive Curative
Mengarahkan Zoning Enforcement
Pembangunan Development Control
(to direct development) Development Permit
Site Plan Control
Disinsentif
Mendorong Pembangunan RTRWK, RDTRK
(promote development) Insentif
4. Peraturan Zonasi juga tidak bersifat tunggal. Di dalamnya terdapat berbagai teknik
yang menjadi varian dalam peraturan zonasi, dan dapat dipilih untuk diterapkan
pada lokasi, kasus atau kondisi tertentu sesuai dengan persoalan di lapangan dan
tujuan penataan ruang yang ingin dicapai.
B. ZONING TEXT
1. Aturan Dasar
a. Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan adalah ketentuan yang berisi
kegiatan dan penggunaan lahan yang diperbolehkan, kegiatan dan
penggunaan lahan yang bersyarat secara terbatas, kegiatan dan
penggunaan lahan yang bersyarat tertentu, dan kegiatan dan penggunaan
lahan yang tidak diperbolehkan pada suatu zona.
e. Ketentuan Pelaksanaan
Ketentuan pelaksanaan terdiri atas:
1) ketentuan variansi pemanfaatan ruang yang merupakan ketentuan yang
memberikan kelonggaran untuk menyesuaikan dengan kondisi tertentu
dengan tetap mengikuti ketentuan massa ruang yang ditetapkan dalam
peraturan zonasi. Hal ini dimaksudkan untuk menampung dinamika
pemanfaatan ruang mikro dan sebagai dasar antara lain transfer of
development rights (TDR) dan air right development yang dapat diatur
lebih lanjut dalam RTBL.
3) ketentuan untuk penggunaan lahan yang sudah ada dan tidak sesuai
dengan peraturan zonasi.
f. Ketentuan Tambahan
Ketentuan tambahan adalah ketentuan lain yang dapat ditambahkan pada
suatu zona untuk melengkapi aturan dasar yang sudah ditetapkan.
Ketentuan tambahan berfungsi memberikan aturan pada kondisi yang
spesifik pada zona tertentu dan belum diatur dalam ketentuan dasar.
g. Ketentuan Khusus
Ketentuan khusus adalah ketentuan yang mengatur pemanfaatan zona yang
memiliki fungsi khusus dan diberlakukan ketentuan khusus sesuai dengan
karakteristik zona dan kegiatannya. Selain itu, ketentuan pada zona-zona
yang digambarkan di peta khusus yang memiliki pertampalan (overlay)
dengan zona lainnya dapat pula dijelaskan disini.
h. Standar Teknis
Standar teknis adalah aturan-aturan teknis pembangunan yang ditetapkan
berdasarkan peraturan/standar/ketentuan teknis yang berlaku serta berisi
panduan yang terukur dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan. Standar
teknis yang digunakan dalam penyusunan RDTR mengikuti Standar
Nasional Indonesia (SNI), antara lain SNI Nomor 03-1733-2004 tentang Tata
Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan Lingkungan
dan/atau standar lain.
b. Performance Zoning
Ketentuan pengaturan pada satu blok atau beberapa blok peruntukan yang
didasarkan pada kinerja tertentu yang ditetapkan. Performance zoning harus
diikuti dengan standar kinerja yang mengikat.
c. Fiscal Zoning
Ketentuan/aturan yang ditetapkan pada satu atau beberapa blok peruntukan
yang berorientasi kepada peningkatan pendapatan asli daerah.
d. Special Zoning
e. Exclusionary Zoning
Ketentuan/aturan pada satu atau beberapa blok peruntukan yang
menyebabkan blok peruntukan tersebut menjadi eksklusif. Exclusionary
zoning merupakan salah satu perangkat teknik pengaturan zonasi yang
disusun untuk menjaga karakter kawasan, internalisasi eksternalitas, dan
melindungi nilai kepemilikan (property values).
f. Inclusionary Zoning
Ketentuan yang secara spesifik memperbolehkan adanya unit-unit rumah
dengan berbagai tipe dan ukuran kepadatan dengan tujuan untuk
menghilangkan unsur diskriminasi.
g. Contract Zoning
Ketentuan yang dihasilkan melalui kesepakatan antara pemilik properti
dengan instansi perencana atau lembaga legislatif yang dituangkan dalam
bentuk kontrak berdasarkan kitab undang-undang hukum perdata.
h. Negotiated Development
Ketentuan pembangunan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan antar
stakeholder yang mengacu pada master development plan atau specific
design guidelines.
yang disebut sebagai sending areas (area pengirim) menuju kawasan yang
diharapkan untuk berkembang yang disebut sebagai receiving area (area
penerima).
j. Downzoning
Rezoning lahan yang seharusnya dilakukan atas persetujan pemilik lahan
karena mengubah peruntukan lahan yang bernilai tinggi menjadi rendah.
Misalnya guna lahan komersial di zonasi ulang (diubah) menjadi guna lahan
permukiman. Beberapa batasan dari teknik ini yaitu larangan secara hukum
untuk mengubah properti pribadi tanpa adanya kompensasi dan downzoning
ini tidak dapat digunakan untuk menghilangkan penggunaan yang ada saat
ini.
k. Upzoning
Merupakan proses yang bertujuan untuk mengubah zonasi suatu kawasan
yang memperbolehkan adanya peningkatan kepadatan atau penambahan
guna lahan komersial. Perubahan dalam klasifikasi zoning terhadap suatu
properti dari penggunaan yang bernilai rendah menjadi lebih tinggi.
l. Design/Historic Preservation
Ketentuan-ketentuan pemanfaatan ruang dan elemen lainnya untuk
memelihara visual dan karakter budaya, bangunan serta pelestarian
kawasan yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.
m. Overlay Zoning
Satu atau beberapa zona yang mengacu pada satu atau beberapa peraturan
zonasi. Misalnya kawasan perumahan di kawasan yang harus dilestarikan
akan merujuk pada aturan perumahan dan pelestarian bangunan/kawasan.
n. Floating Zoning
Blok peruntukan yang diambangkan pemanfaatan ruangnya dan penetapan
peruntukannya didasarkan pada kecenderungan perubahan /
perkembangannya sampai ada pemanfaatan ruang yang dianggap paling
tepat / sesuai. Floating zone biasanya digunakan dalam suatu pembangunan
unit perencanaan multifamily, pusat perbelanjaan, dan taman perumahan.
p. Conditional Uses
Izin pemanfaatan ruang yang diberikan pada suatu zona jika kriteria atau
kondisi khusus zona tersebut memungkinkan atau sesuai dengan
pemanfaatan ruang yang diinginkan untuk penggunaan lahan bagi
kepentingan khusus dan kepentingan tertentu.
q. Growth Control
Pengendalian yang dilakukan melalui faktor-faktor pertumbuhan seperti
pembangunan sarana dan prasarana melalui penyediaan infrastruktur yang
diperlukan, mengelola factor ekonomi dan social hingga politik.
C. ZONING MAP
Zoning map berisi pembagian blok peruntukan (zona) dengan ketentuan aturan
untuk tiap blok peruntukan tersebut menggambarkan peta tata guna lahan dan lokasi
tiap fungsi lahan dan kawasan.
Peta rencana pola ruang (zoning map) digambarkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. rencana pola ruang digambarkan dalam peta dengan skala atau tingkat
ketelitian minimal 1:5.000 dan mengikuti ketentuan mengenai sistem informasi
geografis yang dikeluarkan oleh kementerian/lembaga yang berwenang;
b. cakupan rencana pola ruang meliputi ruang darat dan/atau ruang laut dengan
batasan 4 (empat) mil laut yang diukur dari garis pantai wilayah kabupaten/kota
atau sampai batas negara yang disepakati secara internasional apabila
kabupaten/kota terkait berbatasan laut dengan negara lain;
c. rencana pola ruang dapat digambarkan ke dalam beberapa lembar peta yang
tersusun secara beraturan mengikuti ketentuan yang berlaku;
d. peta rencana pola ruang juga berfungsi sebagai zoning map bagi peraturan
zonasi; dan
e. peta rencana pola ruang harus sudah menunjukkan batasan persil untuk
wilayah yang sudah terbangun.
BAB III
PROSES PENYUSUNAN
PERATURAN ZONASI
Kegiatan dalam tahap pra persiapan yang dilakukan oleh tim teknis
meliputi:
1) penyusunan usulan teknis;
2) penyusunan anggaran biaya;
3) metodologi;
4) penyusunan rencana kerja; dan
5) persiapan tim pelaksana sesuai dengan persyaratan tender.
- kajian dampak terhadap kegiatan yang ada atau akan ada di zona yang
bersangkutan;
- standar teknis dan administratif yang dapat dimanfaatkan dari
peraturan perundang-undangan nasional maupun daerah;
- peraturan perundang-undangan pemanfaatan lahan dan bangunan,
serta prasarana di daerah terkait; dan
- peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penggunaan
lahan yang ada di kabupaten/kota yang akan disusun peraturan
zonasinya.
Hasil kegiatan pengumpulan data akan menjadi bagian dari dokumentasi buku
data dan analisis. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengumpulan data
primer dan data sekunder antara 2 (dua) - 3 (tiga) bulan, tergantung dari kondisi
ketersediaan data di daerah dan jenis pendekatan yang digunakan pada tahap
ini.
Hasil dari tahap analisis didokumentasikan di dalam buku data dan analisis dan
menjadi bahan untuk menyusun peraturan zonasi. Adapun hasil kegiatan
perumusan rancangan peraturan zonasi berupa:
1) text zonasi (zoning text); dan
2) map zonasi (zoning map).
Hasil kegiatan ini berupa naskah raperda tentang peraturan zonasi. Waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan penyusunan raperda tentang peraturan zonasi
adalah maksimal 2 (dua) bulan.
Teknik pengaturan zonasi adalah berbagai varian dari zoning konvensional yang
dikembangkan untuk memberikan keluwesan penerapan aturan zonasi.
Teknik pengaturan zonasi dapat dipilih dari berbagai alternative dengan
mempertimbangkan tujuan pengaturan yang ingin dicapai. Setiap teknik mempunyai
karakteristik, tujuan, konsekuensi dan dampak yang berbeda. Oleh karena itu,
pemilihannya harus dipertimbangkan dengan hati-hati.
Teknik pengaturan zonasi yang dipilih diterapkan pada suatu zonasi tertentu di
blok tertentu. Dengan pengaturan zonasi yang cukup baik, maka teknik tersebut dapat
diterapkan untuk suatu zonasi dimanapun letak zona tersebut. Dengan demikian
aturan ini tidak berlaku untuk semua zona yang sejenis.
BAB IV
PRAKTEK PENYUSUNAN
PERATURAN ZONASI
- Kegiatan yang tidak disebutkan dalam daftar kegiatan yang boleh artinya
dilarang, sedangkan kegiatan yang tidak disebutkan dalam kegiatan yang
dilarang berarti diperbolehkan
3. Penetapan/Delineasi Blok
Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan
fisik yang nyata (seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi,
saluran udara tegangan (ekstra) tinggi, pantai, dan lain-lain), maupun yang
belum nyata (rencana jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang
sejenis sesuai dengan rencana kota).
Berikut adalah contoh zoning text untuk zona perumahan (R) dan subzona
kepadatan sangat tinggi (R-1).
Zoning Text
Zona : Perumahan (R)
Subzona : Kepadatan Sangat Tinggi (R-1)
CONTOH ZONING
TEXT
Pemanfaatan Bersyarat
secaraTerbatas (T) :
Ruko, warung, toko, pasar
lingkungan, diijinkan secara
terbatas dengan batasan :
tidak mengganggu lingkungan
sekitarnya
KDB maksimum sebesar 60%,
KLB maksimum 1,0-1,8,
KDH minimal 60% dari luas
persil.
jumlah maksimal
perbandingan dari masing-
masing kegiatan lahan
Contoh matriks ITBX untuk Kegiatan Perumahan dan tersebut dengan jumlah
Perdagangan dan Jasa rumah yang ada di blok
tersebut adalah 1 : 4
Pemanfaatan Bersyarat
Tertentu (b) :
Rumah tunggal, kopel, deret,
townhouse, diijinkan dengan
syarat :
menyesuaikan dengan desain
arsitektur dari rumah-rumah
lain yang ada di sekitarnya,
serta
memperoleh persetujuan dari
Ketua RT dan Ketua RW
setempat.
Rumah mewah dan rumah
adat diijinkan dengan syarat :
memperoleh persetujuan dari
Ketua RT dan Ketua RW
setempat, memperoleh
persetujuan dari masyarakat
setempat, serta
dibatasi jumlahnya hanya 5
untuk setiap blok.
Gambar 10. Contoh Matriks ITBX untuk Kegiatan Perumahan dan Perdagangan Jasa
d. Tampilan bangunan
i. Ketentuan arsitektural yang berlaku pada subzona perumahan ini
adalah bebas, dengan catatan tidak bertabrakan dengan
arsitektur tradisional lokal serta tetap memperhatikan keindahan
dan keserasian lingkungan sekitar.
ii. Warna bangunan, bahan bangunan, tekstur bangunan, tidak
diatur mengikat.
ii. Dilengkapi fasilitas pejalan kaki seperti lampu jalan, bangku jalan,
fasilitas penyeberangan, dan jalur hijau serta dapat terintegrasi
dengan tempat parkir/jalur sepeda.
c. Ruang terbuka non hijau Ruang terbuka non hijau berupa lapangan
olahraga.
d. Utilitas perkotaan
i. Hidran halaman minimal memiliki suplai air sebesar 38 liter/detik
pada tekanan 3.5 bar dan mampu mengalirkan air minimal selama
30 menit.
ii. Hidran umum harus mempunyai jarak maksimal 3 meter dari garis
tepi jalan.
iii. Jalan lokal dan lingkungan harus memenuhi unsur luas bangunan
dengan lebar perkerasan minimal 4 meter dan mengikuti model
cul de sac, model T, rotary, atau melingkar.
e. Prasarana lingkungan
i. Memiliki kemudahan akses yang dapat dilewati pemadam
kebakaran dan perlindungan sipil, lebar jalan minimum 3,5 meter.
ii. Tempat sampah volume 50 liter sudah dibedakan jenis
sampahnya (organik dan non organik) serta diangkut
menggunakan gerobak berkapasitas 1,5 meter kubik dengan
metode angkut tidak tetap.
iii. Pembuangan sampah organik dilakukan di dalam lubang biopori
pada setiap blok.
f. Fasilitas pendukung
i. Fasilitas kesehatan minimal berupa puskesmas.
ii. Fasilitas pendidikan dari SD hingga SMA yang dikembangkan
secara terbatas jumlahnya.
V. Ketentuan Pelaksanaan
a. Pembangunan rumah sesuai dengan peraturan zonasi ini akan
diberikan insentif berupa kemudahan perizinan pembangunan dan
keringanan pajak.
b. Pembangunan rumah yang tidak sesuai dengan peraturan zonasi ini
namun sudah memiliki ijin yang diperoleh sebelum disahkannya
Peraturan Zonasi ini dan belum dilaksanakan, maka
pembangunannya dapat terus dilakukan, namun akan dikenakan
disinsentif berupa peningkatan pajak dan tidak diterbitkannya lagi
perizinan operasi (bila ada), serta dicabutnya ijin setelah 5 tahun
tahun dengan memberikan ganti rugi kepada pihak yang
bersangkutan.
c. Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini
ditetapkan maka diperbolehkan selama memiliki izin yang sah dan
akan dibatasi perkembangannya untuk kegiatan yang diizinkan
terbatas sedangkan untuk kegiatan yang tidak diizinkan akan
dikenakan disinsentif berupa peningkatan pajak dan tidak
diterbitkannya lagi perizinan operasi (bila ada), serta dicabutnya izin
setelah 5 tahun dengan memberikan ganti rugi kepada pihak yang
bersangkutan.
d. Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini
ditetapkan dan tidak memiliki izin yang sah harus segera disesuaikan
dalam waktu paling lama 6 bulan setelah berlakunya Peraturan
Daerah ini.
b. Untuk kawasan yang juga termasuk zona rawan bencana banjir, yang
petanya terdapat pada lampiran xx, maka :
i. Konstruksi bangunan rumah harus mengikuti standar
pembangunan rumah tahan banjir (sesuai aturan teknis atau
peraturan daerah mengenai kawasan rawan banjir), KDH harus
ditambahkan 10% dari yang disebutkan,
Peta zonasi adalah peta yang berisi kode zonasi di atas blok dan subblok yang
telah didelineasikan sebelumnya. Subblok adalah pembagian fisik di dalam satu blok
berdasarkan perbedaan subzona.
Bila suatu blok peruntukan akan ditetapkan menjadi beberapa kode zonasi,
maka blok tersebut dapat dipecah menjadi beberapa subblok. Pembagian subblok
dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan:
1. Kesamaan (homogenitas) karakteristik pemanfaatan ruang/lahan.
2. Batasan fisik seperti jalan, gang, sungai, brandgang atau batas persil.
3. Orientasi Bangunan.
4. Lapis bangunan
Gambar 11. Contoh Zoning Map dan Zoning Text dalam RDTR
BAB V
PENUTUP
Modul ini disusun agar peserta diklat dapat memahami materi pembelajaran ini
dalam konteks pengenalan muatan dan proses penyusunan peraturan zonasi.
Peraturan zonasi merupakan ketentuan sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Peraturan zonasi berfungsi sebagai
perangkat operasional pengendalian pemanfaatan ruang; acuan dalam pemberian
izin pemanfaatan ruang, termasuk di dalamnya air right development dan
pemanfaatan ruang di bawah tanah; acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif;
acuan dalam pengenaan sanksi; dan rujukan teknis dalam pengembangan atau
pemanfaatan lahan dan penetapan lokasi investasi.
Peraturan zonasi bermanfaat untukmenjamin dan menjaga kualitas ruang BWP
minimal yang ditetapkan;menjaga kualitas dan karakteristik zona dengan
meminimalkan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan karakteristik zona; dan
meminimalkan gangguan atau dampak negatif terhadap zona.
Peraturan zonasi memuat materi wajib yang meliputi ketentuan kegiatan dan
penggunaan lahan, ketentuan intensitas pemanfaatan ruang, ketentuan tata
bangunan, ketentuan prasarana dan sarana minimal, ketentuan pelaksanaan, dan
materi pilihan yang terdiri atas ketentuan tambahan, ketentuan khusus, standar teknis,
dan ketentuan pengaturan zonasi.Materi wajib adalah materi yang harus dimuat dalam
peraturan zonasi. Sedangkan materi pilihan adalah materi yang perlu dimuat sesuai
dengan kebutuhan daerah masing-masing.
Peta rencana pola ruang berfungsi sebagai zoning map bagi peraturan zonasi
yang digambarkan dalam peta dengan skala atau tingkat ketelitian minimal 1:5.000
dan mengikuti ketentuan mengenai sistem informasi geografis yang dikeluarkan oleh
kementerian/lembaga yang berwenang.
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
Pendidikan Formal
Pengalaman Pekerjaan
2012 – 2015 Kasi Standar dan Pedoman, Dit. Perkotaan, Ditjen Penataan
Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum
Pendidikan Formal
Pengalaman Pekerjaan
2017 – sekarang Kasi Bina Kota dan Perkotaan Wilayah II, Dit. Pembinaan
Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang Daerah,
Ditjen Tata Ruang, Kementerian ATR/BPN
2015 – 2017 Kasi Bina Kota dan Perkotaan Wilayah IV, Dit. Pembinaan
Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang Daerah,
Ditjen Tata Ruang, Kementerian ATR/BPN
2012 – 2015 Kasi Kota Wilayah II, Dit. Perkotaan, Ditjen Penataan Ruang,
Kementerian Pekerjaan Umum