TINGKAT MENENGAH
2021
Hak Cipta © Pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan
Pertanahan Nasional
Edisi Tahun 2021
Jl. Akses Tol Cimanggis, Gunung Putri, Kab. Bogor, Jawa Barat
Telp. (021) 8674586
Editor:
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya modul
yang menjadi pegangan bagi peserta Diklat Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Tingkat Menengah. Modul ini dapat terselesaikan atas kerjasama
Kementerian ATR/BPN dan Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI).
Tim Penyusun yang sudah melalui serial workshop dan dukungan dari
berbagai pihak di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan
Pertanahan Nasional maupun ASPI.
Untuk itu dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional;
2. Dirjen Tata Ruang Kementerian ATR/BPN;
3. Ketua Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI)
4. Tim Penyusun Modul;
5. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penyusunan
modul ini.
6. Diharapkan modul ini dapat memberikan manfaat bagi peserta Pelatihan
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah.
Jakarta, 2021
DAFTAR ISI
Modul Mata Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah iii
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
DAFTAR GAMBAR
Gambar 8. Hubungan Wilayah dalam RTRW yang dibuat RDTR-nya pada Wilayah
Kecamatan ........................................................................................................... 85
Gambar 27. Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang 202
Gambar 29. Penyampaian Informasi Dan Sosialisasi Masyarakat dalam Penataan Ruang 204
DAFTAR TABEL
Tabel 5.4 Contoh Uraian Rinci Pelaporan dalam Rencana Kerja Kegiatan Penyusunan RDTR
189
BAB I
PENDAHULUAN
Selamat....
Anda memasuki babak baru dalam konteks Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR). Mengapa? Ketika anda membaca modul ini, berarti anda telah
menyelesaikan ’pengembaraan’ anda dalam belantara RDTR melalui Paket
Modul Penyusunan RDTR Tingkat Dasar. Modul Pengantar RDTR Menengah
ini merupakan modul yang mengawali (Modul I) Paket Modul Penyusunan
RDTR Tingkat Menengah, yang secara keseluruhan terdiri dari 5 (lima)
modul.
A. LATAR BELAKANG
Dalam konstelasi pembangunan wilayah, realitas menunjukkan bahwa
tata ruang belum menjadi mainstream (arus utama) dalam pengambilan
kebijakan pembangunan. Bahkan sudah menjadi rahasia umum bahwa tata
ruang yang harusnya berperan dalam pengendalian pemanfaatan ruang justru
menjadi instrumen dalam „tata uang‟. Mengapa? Proses pembangunan saat
ini cenderung sarat dengan kepentingan pemodal yang menempatkan
„uangnya‟ untuk berproduksi pada ruang-ruang yang menguntungkan.
Kepentingan ini
7
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
1
Baca Sutaryono, 2017 “Tata Ruang Vs Tata Uang” dalam Kolom Analisis, SKH
Kedaulatan
8
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
9
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
10
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
B. DESKRIPSI SINGKAT
Muatan materi dalam modul ini terdiri dari 6 (enam) materi pokok yang
terbagi menjadi beberapa sub pokok bahasan. Kelima materi tersebut disusun
secara sekuensial dan terikat satu sama lain, sehingga proses
pembelajarannya perlu dilakukan secara sistematik sebagaimana tertuang
dalam modul ini. Materi pokok tersebut adalah: (1) Pembentukan Tim
Penyusunan RDTR; (2) Kajian Awal Data Sekunder; (3) Penetapan Deliniasi
Awal Wilayah Perencanaan; (4) Persiapan Teknis Pelaksanaan; (5)
Pemberitahuan Kepada Publik; dan (6) Pembuatan KAK Kegiatan RDTR.
Secara teknis, seseorang yang diorientasikan untuk mampu menyusun
RDTR harus memiliki bekal yang cukup berkenaan dengan hal-hal terkait
RDTR. Utamanya kedudukan RDTR terhadap RTRW Kabupaten/Kota
maupun terkait substansi RDTR itu sendiri. Oleh karena, pentingnya hal
tersebut, maka kelima materi pokok tersebut dihadirkan dalam bentuk modul
ini.
Pengetahuan dan ketrampilan terhadap kelima materi pokok di atas akan
memberikan pemahaman bahwa kedudukan RDTR sebagai rencana rinci dari
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota dan dilengkapi
dengan peraturan zonasi sebagai salah satu perangkat pengendalian
pemanfaatan ruang. Berbekal pemahaman tersebut, ketrampilan dalam
penyusunan RDTR dapat dipastikan akan terkait dengan kebijakan yang ada
dalam struktur dan pola ruang sebagaimana tertuang dalam RTRW
Kabupaten/Kota. Dimana obyek penyusunan RDTR adalah bagian dari
RTRW yang merupakan kawasan perkotaan atau kawasan strategis
kabupaten/kota.
11
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
C. HASIL BELAJAR
Setelah mempelajari modul ini secara seksama dan/atau mengikuti proses
pembelajaran mata diklat ini peserta mampu: membandingkan Struktur
Ruang RTRW dengan RDTR Kabupaten/Kota, membandingkan Pola Ruang
RTRW dengan RDTR Kabupaten/Kota, menyusun Program Pemanfaatan
Ruang dan Peraturan Zonasi, dan merancang Proses Penyusunan RDTR
termasuk Peraturan Zonasi berdasarkan Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN
Nomor 11 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali,
Revisi, dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi, Kabupaten, Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang.
12
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
13
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
14
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
15
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
Materi pokok 6 Bab dan 13 sub pokok bahasan modul 1 ini adalah sebagai
berikut:
16
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
17
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
E. MATERI POKOK
Untuk dapat mengantarkan pembaca dan/atau peserta pelatihan menjadi
seseorang yang mampu mencapai hasil belajar yang diinginkan oleh mata
diklat ini, maka mata diklat ini disusun menjadi 5 (lima) materi pokok, yang
masing- masing terdiri dari beberapa pokok bahasan, dimana antar kelima
modul tersebut merupakan satu rangkaian yang tidak terpisah dengan modul-
modul lain yang disusun sebagai materi pokok dalam Pelatihan Penyusunan
RDTR Tingkat Menengah, yang terdiri dari 5 (lima) modul sebagai berikut:
(1) Pengantar RDTR Menengah; (2) Pengumpulan dan Kompilasi Data
RDTR; (3) Pengolahan dan Analisis Data RDTR; (4) Perumusan Konsep
RDTR; dan (5) Finalisasi RDTR.
Oleh karena itu, secara umum masing-masing kompetensi dan struktur isi
serta jumlah JP (Jam Pembelajaran) kelima modul tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Pengantar RDTR Menengah dengan kompetensi setiap peserta
mampu menyusun dan melaksanakan tahap persiapan dalam
penyusunan RDTR yang terdiri dari 6 Bab dan 13 Sub Bab (5 JP);
18
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
19
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
BAB II
PEMBENTUKAN TIM PENYUSUN
RDTR KABUPATEN/KOTA
Indikator Keberhasilan:
A. POKOK BAHASAN
Pada Bab I anda telah memahami tentang latar belakang, deskripsi
singkat, hasil belajar, indikator hasil belajar dan penjelasan materi pokok
pengantar RDTR menengah. Pemahaman anda terkait pengantar yang perlu
diatur di dalam RDTR menengah. Kini saatnya anda untuk mempelajari
proses pembentukan tim penyusun RDTR kabupaten/kota, agar anda dapat
merancang proses tersebut sebelum menyusun dokumen RDTR sesuai
dengan kebutuhan anda/Instansi
20
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
anda. Bab ini akan membantu anda untuk merancang proses tersebut,
sehingga nantinya pengetahuan dan ketrampilan anda akan terlatih dalam 2
(dua) pokok bahasan utama yaitu:
(1) tugas tim penyusun RDTR berdasarkan bidang keahlian dan (2) strategi
membangun keterpaduan kerjasama tim penyusun RDTR.
Proses pembentukan tim penyusunan RDTR dilakukan sebelum proses
penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) penyusunan RDTR. Proses
pembentukan tim RDTR ini perlu dilakukan supaya output dari penyusunan
RDTR yang akan disusun nantinya bisa sesuai dengan kebutuhan tim ahli dan
tujuan penyusunan RDTR tersebut, sehingga agar lebih efektif dan efisien.
Oleh karena itu, pembentukan tim penyusun RDTR dan institusi
pelengkapnya dapat terdiri dari tenaga ahli berdasarkan kegiatan kontraktual
dan dapat pula dapat melibatkan pemerintah (pusat/daerah) dalam kegiatan
penyusunan RDTR yang dilakukan secara swakelola dan tim penyusun
RDTR berdasarkan waktu pelaksanaan 12 bulan dan atau 6 bulan yang
dijabarkan sebagai berikut:
21
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
22
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
23
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
24
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
25
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
26
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
27
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
28
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
29
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
30
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
31
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
32
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
1. Membangun kerjasama
“Pengertian kerja sama adalah sebuah sistem pekerjaan yang
dikerjakan oleh dua orang atau lebih untuk mendapatkan tujuan yang
direncanakan bersama. Kerja sama dalam tim kerja menjadi sebuah
kebutuhan dalam mewujudkan keberhasilan kinerja dan prestasi kerja.
Kerja sama dalam tim kerja akan menjadi suatu daya dorong yang
memiliki energi dan sinergisitas bagi individu-individu yang
tergabung dalam kerja tim. Komunikasi akan berjalan baik dengan
dilandasi kesadaran tanggung jawab tiap anggota.”
(http://lenterainsan.com/ pentingnya-kerjasama-tim- detail-56555, 14
April 2020)
33
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
34
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
35
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
36
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
37
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
38
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
39
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
40
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
41
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
42
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
43
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
D. RANGKUMAN
44
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
E. EVALUASI
1. Evaluasi Substansi
a. Jelaskan tahapan proses penyusunan tim penyusun RDTR
Kabupaten/Kota secara runut dalam setiap tahapannya!
b. Jelaskan tugas-tugas tenaga ahli penyusun RDTR Kabupaten/ Kota
secara runut, jelaskan secara singkat dan jelas!
c. Sandingkan dan temu kenali perbedaan antara tugas tim penyusun
internal atau tim ahli penyusun RDTR dengan tim penyusun
eksternal Kabupaten/Kota (FPR) secara terpadu, cari dimana
keterkaitannya antara kedua tugas kedua institusi tersebut, jelaskan!
d. Simpulkan apakah kedua tugas tim penyusun RDTR (internal dan
eksternal) sebaiknya keterpaduan dimana, jelaskan jawabannya!
2. Evaluasi Teknis
a. Apakah anda memahami seluruh muatan yang ada dalam modul?
b. Bagian mana yang menurut anda perlu pendalaman?
c. Bagaimana pendapat anda tentang muatan yang ada dalam modul
ini?
d. Bagaimana proses pembelajaran dengan modul ini yang rasakan?
e. Apakah pemateri yang membawakan modul ini mempunyai
kapasitas yang relevan dengan substansi modul? Jelaskan jawaban
anda!
45
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
46
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
BAB III
KAJIAN AWAL DATA SEKUNDER
Indikator Keberhasilan:
Setelah membaca modul ini, Peserta Pelatihan mampu membedakan tentang
jenis data dalam bentuk data sekunder berdasarkan kebutuhan dan tujuan
penyusunan RDTR berdasarkan Permen ATR/KBPN Nomor 11 Tahun 2021
tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, dan Penerbitan
Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota,
dan Rencana Detail Tata Ruang
A. POKOK BAHASAN
Pada Bab I dan II anda telah memahami pendahuluan dan pembentukan
tim penyusun RDTR Kabupaten/Kota. Pemahaman anda terkait substansi
yang perlu diatur dalam pembetukan tim penyusun RDTR sudah lengkap.
Kini saatnya anda untuk mempelajari kajian awal data sekunder dalam proses
penyusunan RDTR, agar anda dapat memahami tentang peninjauan kembali
produk perencanaan tata ruang dan perencanaan pembanguan serta ketentuan
sektoral sebagai bagian awal dalam penyusunan dokumen RDTR.
47
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
48
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
49
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
Sebelum kita masuk pada materi pokok bab ini, lebih dahulu kita review
kembali mengenai muatan RTRW kabupaten/kota. Pada Pedoman
Penyusunan RTRW Provinsi, Kabupaten, dan Kota, RTRW Kabupaten/Kota
memuat:
a. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang
50
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
51
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
52
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
53
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
54
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
55
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
56
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
57
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
Pada bab ini kita akan khusus mempelajari mengenai rencana struktur
ruang. Rencana struktur ruang merupakan susunan pusat-pusat
pelayanan, sistem jaringan transportasi dan sistem jaringan prasarana
di WP yang akan dikembangkan untuk mencapai tujuan dalam
melayani kegiatan skala WP. Rencana struktur ruang berfungsi
sebagai:
58
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
59
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
60
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
61
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
62
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
(SUTUT);
(2) saluran udara tegangan ekstra tinggi SUTET);
(3) saluran udara tegangan tinggi (SUTT);
(4) saluran udara tegangan tinggi arus searah (SUTTAS);
(5) saluran udara tegangan menengah (SUTM);
(6) saluran udara tegangan rendah (SUTR);
(7) saluran kabel tegangan menengah (SKTM); dan/atau
(8) saluran transmisi/distribusi lainnya.
b) gardu listrik, meliputi:
(1) gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan dari jaringan subtransmisi menjadi tegangan
menengah;
(2) gardu hubung yang berfungsi untuk membagi daya
listrik dari gardu induk menuju gardu distribusi; dan
(3) gardu distribusi yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan primer menjadi tegangan sekunder.
63
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
c. Rencana Jaringan Air Minum, meliputi:
1) jaringan perpipaan:
(a) unit air baku;
(b) unit produksi yang berupa bangunan pengambil air baku,
dan instalasi produksi;
(c) unit distribusi berupa pipa transmisi air baku;
(d) unit pelayanan yang berupa pipa unit distribusi hingga
persil/bidang; dan/atau
(e) bangunan penunjang dan bangunan pelengkap;
2) jaringan non-perpipaan, yang terdiri atas:
(1) sumur dangkal;
(2) sumur pompa;
(3) bak penampungan air hujan; dan
(4) terminal air.
d. Rencana Jaringan Drainase, meliputi:
1) saluran primer;
2) saluran sekunder;
3) saluran tersier;
4) saluran lokal;
5) bangunan peresapan (kolam retensi); dan
6) bangunan tampungan (polder) beserta sarana
pelengkapnya (sistem pemompaan dan pintu air).
e. Rencana Pengelolaan Air Limbah, meliputi:
1) Sistem pengelolaanair limbah (SPAL) setempat, meliputi:
(a) subsistem pengolahan setempat;
(b) subsistem pengangkutan; dan
(c) subsistem pengolahan lumpur tinja.
2) Sistem pengelolaan air limbah (SPAL) terpusat, meliputi:
64
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
(a) subsistem pelayanan yang terdiri atas pipa tinja, pipa non
tinja bak perangkap lemak dan minyak dari dapur, pipa
persil, bak kontrol, dan lubang inspeksi;
(b) subsistem pengumpulan yang terdiri atas pipa retikulasi,
pipa induk, serta sarana dan prasarana pelengkap; dan
(c) subsistem pengolahan terpusat yang terdiri atas Instalasi
Pengelolaan Air Limbah (IPAL) kota dan IPAL skala
kawasan tertentu/ permukiman.
Untuk industri rumah tangga harus menyediakan instalasi
pengolahan air limbah komunal tersendiri.
65
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
Klasifikasi Klasifikasi
Kawasan Lindung Kawasan Budidaya
Perbandingan
Pola Ruang
Kabupaten/
Kota
66
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
67
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
68
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
Pertanyaan:
1. Bagaimana pokok permasalahan tersebut dalam
perspektif RTRW Kota?
Bagaimana?
Kasus di atas termasuk kasus yang sulit, meskipun dari sisi substansi sangat
menarik. Oleh karena itu untuk menyelesaikan kasus di atas, perlu ada
pemahaman yang jelas terkait pola ruang, baik dalam RTRW maupun dalam
RDTR.
69
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
Pola ruang merupakan distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budidaya. Rencana pola ruang wilayah kabupaten adalah rencana
distribusi peruntukan ruang wilayah Kabupaten yang meliputi peruntukan
ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budi daya, sedangkan rencana pola
ruang wilayah kota adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah Kota
yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budi daya
kota. Dalam konteks ini, baik pola ruang kabupaten maupun kota tidak
terdapat perbedaan.
Rencana pola ruang dalam RDTR merupakan rencana distribusi zona
pada WP yang akan diatur sesuai dengan fungsi dan peruntukannya. Rencana
pola ruang dalam RDTR ini berfungsi sebagai: (a) alokasi ruang untuk
berbagai kegiatan sosial budaya, ekonomi, serta kegiatan pelestarian fungsi
lingkungan dalam WP; (b) dasar penerbitan izin pemanfaatan ruang; (c) dasar
penyusunan RTBL dan rencana teknis lainnya; dan (d) dasar penyusunan
rencana jaringan prasarana. Sebelum masuk pada bahasan perbandingan
klasifikasi kawasan lindung dan kawasan budi daya, ada baiknya mengingat
kembali perbandingan antara RTRW Kabupaten/Kota dan RDTR. Tabel 3.1
berikut adalah perbandingan substansial antara RTRW Kab/Kota dengan
RDTR.
70
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
71
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
72
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
73
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
Gambar 8. Hubungan Wilayah dalam RTRW yang dibuat RDTR- nya pada
Wilayah Kecamatan
74
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
75
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
perlindungan
kawasan
bawahannya
perlindungan
mangrove
setempat
Kawasan
Lindung
cagar budaya konservasi
rawan lindung
bencana geologi
76
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
77
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
78
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
79
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
Kasus 2:
Warga Kampung Banjar Air Raja di Kota Tanjungpinang mengajukan
Surat Permohonan Keberatan terhadap Perda Nomor 10 Tahun 2014
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tanjungpinang Tahun
2014-2034 yang menetapkan wilayah/lahan milik warga sebagai
wilayah Ruang Terbuka Hijau, yang ditandatangani oleh 152 warga
Banjar Baru yang lahan miliknya ditetapkan sebagai kawasan RTH.
80
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
Hutan
Lindung
Lindung Perlindungan
lainnya dibawahnya
Zona
Lindun
g
Perlindungan
Konservasi setempat
RTH
81
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
82
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
83
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
84
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
85
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
86
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
Tugas:
Sebagai pembanding, silahkan anda melihat dan mencermati pola
ruang pada RTRW Kabupaten/Kota yang dapat anda akses, baik
secara langsung maupun secara online.
87
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
88
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
89
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
90
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
91
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
Sumber: http://simtaru.slemankab.go.id
Gambar 13. Contoh Pola Ruang pada RDTR
92
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
93
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
94
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
95
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
96
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
97
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
98
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
b) Orthorektifikasi Citra
Orthorektifikasi adalah inti dari koreksi geometrik yang
dilakukan menggunakan perangkat lunak computer,
misalnya PCI Geomatica. Pengolahan dilakukan dengan
bahan dasar citra satelit, Data Ketinggian Terrasar, dan
dimasukkan data koordinat titik GCP hasil pengukuran
GPS.
99
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
c) Survey Toponimi
Citra terkoreksi yang sudah memenuhi toleransi ketelitian
2,5 m (dua koma lima meter) disebut Peta Citra Skala
1:5.000. Survey toponimi dilakukan dengan receiver GPS
Handheld untuk menandai semua lokasi dan nama objek
pada peta citra, seperti garis pantai, sungai, jalan, blok,
dan bangunan- bangunan.
100
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
101
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
Aplikasi ini dapat diakses oleh multi-user, dimana pada sisi lain
disediakan fitur kontrol akses terhadap visualisasi dan data, sehingga mampu
membedakan output visualisasi berdasarkan hak akses juga Multi Level, Role
dan Akses.
102
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
Berikut ini disebutkan modul-modul yang ada pada aplikasi RTR Builder:
a. Daftar Pengguna.
b. Menyetujui & Menetapkan Level dan Role Pengguna.
c. Membuat Proyek.
d. Menyutujui Proyek.
e. Permintaan Gabung Proyek.
f. Memberikan Hak Akses.
g. Meng-upload Data.
103
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
E. RANGKUMAN
Bab ini menjelaskan tentang kajian awal data sekunder, dimana
menjelaskan secara umum tentang pemahaman antara hirarki perencanaan
dengan jenis data dan sumber data serta pemahaman jenis, sumber dan cara
memperoleh data tersebut dengan harapan peserta mampu membedakan jenis
data berdasarkan kebutuhan dan tujuan penyusunan RDTR berdasarkan
hierakhi perencanaan tata ruang dan perencanaan pembangunan serta sektoral
terkait, disamping pentingnya aplikasi elektronik sebagai penunjang
tambahan berupa RTR Builder.
Berdasarkan sifatnya, RTRW Kabupaten/Kota adalah perencanaan yang
bersifat umum, sedangkan RDTR adalah perencanaan yang bersifat rinci.
Secara substantif, arahan pola ruang dalam RTRW Kabupaten/Kota pada
wilayah tertentu (kecamatan) atau WP ditindaklanjuti dengan RDTR. Hal ini
perlu dilakukan mengingat RTRW Kabupaten/Kota belum dapat dijadikan
acuan dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang, karena skala petanya relatif kecil.
Struktur ruang dalam RTRW kabupaten/kota terdiri atas: sistem
perkotaan untuk wilayah kabupaten, sistem pusat pelayanan untuk wilayah
kota dan sistem jaringan prasarana. Sistem jaringan prasarana wilayah
kabupaten terdiri atas sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi,
sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, dan sistem
jaringan prasarana lainnya. Sistem jaringan prasarana wilayah kota terdiri
atas sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi, sistem jaringan
telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, dan infrastruktur perkotaan.
Struktur ruang dalam RDTR Kabupaten/Kota merupakan pendetailan dari
struktur ruang yang sudah ditetapkan di dalam RTRW-nya.
104
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
Klasifikasi kawasan lindung dan kawasan budi daya pada rencana pola
ruang RTRW Kabupaten/Kota hanya mendasarkan pada fungsi kawasan dan
tidak mengenal hierarkhi. Sebagai contoh adalah kawasan lindung setempat,
kawasan pariwisata, kawasan permukiman, dan lain-lain. Untuk klasifikasi
pola ruang dalam RDTR, disebut dengan zona lindung dan zona budi daya
dan sudah mengenal hierarkhi. Misal untuk kawasan perumahan terklasifikasi
menjadi perumahan dengan kepadatan sangat tinggi (R-1), kepadatan tinggi
(R-2), kepadatan sedang (R-3), kepadatan rendah (R-4) dan kepadatan sangat
rendah (R-5).
Oleh karena itu arahan pola ruang dalam RTRW Kabupaten/Kota harus
menjadi acuan dalam penyusunan pola ruang dalam RDTR, mengingat
RDTR berfungsi untuk:
a. Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial budaya, ekonomi, serta
kegiatan pelestarian fungsi lingkungan dalam WP;
b. Dasar penerbitan izin pemanfaatan ruang;
c. Dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis lainnya; dan
d. Dasar penyusunan rencana jaringan prasarana.
105
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
F. EVALUASI
1. Evaluasi Substansi
a. Sudahkah anda memahami substansi RTRW dengan RDTR
kabupaten/kota, temui perbedaannya, jelaskan!
b. Jelaskan perbandingan antara sistem pusat perkotaan yang ada di
RTRW kabupaten dengan sistem pelayanan yang ada di RTRW
kota dengan rencana pengembangan pusat pelayanan yang ada di
dalam RDTR Kabupaten/ Kota!
c. Jelaskan perbandingan antara rencana jaringan prasarana yang ada
di RTRW Kabupaten/Kota dengan rencana jaringan transportasi
dan rencana jaringan prasarana yang ada di RDTR
Kabupaten/Kota! Seberapa rinci/detailkan perbedaannya?
2. Evaluasi Teknis
a. Apakah anda memahami seluruh muatan yang ada dalam modul?
b. Bagian mana yang menurut anda perlu pendalaman?
c. Bagaimana pendapat anda tentang muatan yang ada dalam modul
ini?
d. Bagaimana proses pembelajaran dengan modul ini yang rasakan?
e. Apakah pemateri yang membawakan modul ini mempunyai
kapasitas yang relevan dengan substansi modul? Jelaskan jawaban
anda!
106
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
107
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
BAB IV
PENETAPAN DELINIASI AWAL WILAYAH
PERENCANAAN
Indikator Keberhasilan:
108
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
109
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
110
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
111
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
dapat menjadi satu WP. Dalam rencana pola ruang RTRW Kabupaten,
pendekatan pembagian WP berdasarkan keberadaan permukiman
perkotaan atau sebaran permukiman perkotaan dalam wilayah
kabupaten.
Dalam pendekatan ini, batas delineasi WP diturunkan dari batas
administrasi kecamatan. Jika batas fungsi peruntukan kawasan masih
berada di dalam batas satu administrasi kecamatan, maka batas WP
dapat berhimpitan dengan batas kecamatan. Jika sebaliknya, fungsi
peruntukan kawasan tidak sehamparan dengan batas administrasi
kecamatan, artinya berada pada wilayah administrasi kecamatan yang
berbeda, maka batas delineasi WP diambil pada batas fungsi
peruntukan kawasan (rencana pola ruang) yang mempertimbangkan
batas kelurahan atau desa terdekat yang melingkupinya.
Sebagai contoh, rencana pola ruang kawasan perdagangan dan jasa
skala kota berada pada wilayah administrasi dua kecamatan, masing-
masing kecamatan memiliki 3 kelurahan, sehingga terdapat enam
kelurahan dalam wilayah administrasi 2 kecamatan tersebut. Batas
deliniasi WP pada kasus ini, dapat diambil dengan memproyeksikan
batas fungsi peruntukan kawasan terhadap batas administrasi
kelurahan/desa, sehingga misalnya, dari enam kelurahan/desa yang
ada, hanya empat kelurahan/desa yang memiliki fungsi sebagai
kawasan perdagangan dan jasa skala kota,
112
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
113
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
Maka radius ini digunakan untuk mendelineasi batas terluar dari pusat
pelayanan yang ada, misalnya pada kawasan dengan fungsi pelayanan
sebagai Sub-Pusat pelayanan kota, titik tengah dari fungsi tersebut
(biasanya berupa symbol atau poin pada rencana struktur ruang
RTRW), di-buffer sejauh 3 km untuk mendapatkan radius pelayanan
terjauhnya. Pola ini kemudian di ulang untuk setiap pusat pelayanan
yang ada, sehingga akan terdapat beberapa area yang termasuk ke
dalam radius pelayanan pendidikan tingkat SLTA didalam wilayah
kabupaten atau kota.
Catatan, dapat juga digunakan radius pencapaian dari sarana lain,
seperti sarana perdagangan dan jasa (misal pertokoan sejauh 2 km),
atau sarana lainnya yang jangkauan pelayanannya setingkat bagian
wilayah perkotaan (SPPK pada RTRW Kota atau PPK pada RTRW
Kabupaten).
Dari hasil deliniasi radius pelayanan ini, akan terdapat beberapa
kemungkinan cakupan wilayah yang terlingkupi, diantaranya,
terlingkupi sempurna tanpa beririsan dengan lingkup kawasan
sekitarnya, beririsan dengan lingkup sekitarnya, atau tidak terlingkupi
sama sekali.
Pada kasus pertama, kawasan yang terlingkupi sempurna, dapat
menjadi calon satu WP untuk kemudian didelineasi lebih rinci dengan
mempertimbangkan batas adinistrasi atau batas fisik terdekat yang
dapat teridentifikasi dengan baik, sehingga batas delineasi WP lebih
“longgar” tidak harus berbentuk bulat sempurna.
Pada kasus kedua, dimana cakupan radius pelayanan satu kawasan
berhimpitan dengan radius kawasan sekitarnya, bisa saja terdapat dua
114
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
atau lebih kawasan yang saling berhimpitan dalam satu hamparan atau
semua kawasan akan berhimpitan dalam satu hamparan. Berdasarkan
kondisi ini, jika sebagian kawasan berhimpitan dalam satu hamparan,
maka batas terluar WP adalah batas terluar dari cakupan pelayanan
yang berhimpitan, untuk kemudian didelineasi lebih rinci dengan
mempertimbangkan batas adinistrasi atau batas fisik terdekat yang
dapat teridentifikasi dengan baik.
Pada kasus dimana, semua kawasan akan berhimpitan dalam satu
hamparan, maka pendekatan delineasi WP yang lebih baik adalah
dengan pendekatan wilayah administratif, seperti pada penjelasan
pendekatan no. 1 dan no. 2 diatas.
Pada kasus ketiga, dimana terdapat kawasan yang tidak tercover oleh
radius pelayanan, dapat dimasukkan atau digabung dengan kawasan
sekitarnya yang tercakup pelayanan, untuk kemudian didelineasi lebih
rinci dengan mempertimbangkan batas adinistrasi atau batas fisik
terdekat yang dapat teridentifikasi dengan baik.
Jarak median atau jarak rata-rata antar pusat kegiatan juga dapat
menjadi pertimbangan dalam membatasi deliniasi kawasan, seperti
jika berada dalam jarak median, maka dapat menjadi satu WP, atau
jika terlalu dekat atau berada dibawah jarak median dapat digabung
menjadi satu WP, begitupun sebaliknya, jika berada diatas jarak
median dan cukup jauh dapat dipisah menjadi WP tersendiri.
Catatan penulis:
115
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
116
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
1) Pendekatan pertama
117
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
118
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
Kecamatan 4 √ WP 3
Kecamatan 5 √ WP 4
Kecamatan 6 √ WP 5
Kecamatan 7 √ WP 6
Kecamatan 8 √ WP 7
2) Pendekatan Kedua
119
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
Kecamatan 2 √ √ WP 2
Kecamatan 3 √ √ WP 3
Kecamatan 4 √ √ WP 4
Kecamatan 5 √ √ WP 5
Kecamatan 6 √ WP 6
Kecamatan 7 √
Kecamatan 8 √ WP 7
Alternatif 2 WP 1 WP 2 WP 3 WP 4
(jika satu hamparan)
Alternatif 3 (jika bukan satu Dapat berupa gabungan dari alternatif 1 dan alternatif 2 dan dapat
hamparan) dirinci hingga batas administrasi kelurahan/desa.
143
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
Kecamatan 2 √ √ WP 2
Kecamatan 3 √ √ WP 3
Kecamatan 4 √ √ √ WP 4
Kecamatan 5 √ √ √ WP 5
Kecamatan 6 √ WP 6
Kecamatan 7 √
Kecamatan 8 √ WP 7
Alternatif 2 WP 1 WP 2 WP 3 WP 4
(jika satu hamparan)
Alternatif 3 (jika bukan Dapat berupa gabungan dari alternatif 1 dan alternatif 2 dan dapat
satu hamparan) dirinci hingga batas administrasi kelurahan/desa.
144
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
3) Pendekatan Ketiga
145
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
4) Pendekatan Keempat
146
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
5) Pendekatan Kelima
147
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
148
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
D. RANGKUMAN
WP atau Wilayah Perencanaan adalah bagian dari kabupaten/kota yang
akan atau perlu disusun RDTR-nya, sesuai arahan atau yang ditetapkan
didalam RTRW kabupaten/kota yang bersangkutan. (Peraturan Menteri
ATR/BPN Nomor 11 Tahun 2021).
Delineasi WP berarti penetapan batas WP berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tertentu, sesuai dengan maksud ditetapkannya WP dalam
suatu kabupaten/kota di dalam RTRW kabupaten/kota. Wilayah
perencanaan, terkadang tidak selalu secara tegas ditetapkan dalam
RTRW Kabupaten/kota, dan hanya menggambarkan pusat pelayanan,
seperti PKL, PPK atau PPL pada RTRW Kabupaten, dan Pusat
Pelayanan Kota, Sub Pusat Pelayanan Kota atau Pusat Lingkungan pada
RTRW Kota.
Dalam rencana pola ruang RTRW Kabupaten/kota, hanya tergambar
kawasan peruntukan lindung dan kawasan peruntukan budidaya dengan
keberadaan kawasan pelayanan perdagangan dan jasa skala WP atau
sebaran sarana pelayanan umum skala kecamatan. Artinya cakupan
wilayah perencanaan di dalam RDTR bisa saja secara fungsional maupun
secara administratif.
Prinsipnya, secara garis besar, batas delineasi WP dapat diidentifikasi
berdasarkan kesamaan fungsi kawasan atau skala pelayanan (batas
fungsional) atau berdasarkan kesamaan administrasi (batas
administratif).
149
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
E. EVALUASI
Evaluasi Substansi
a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Wilayah Perencanaan !
b. Jelaskan fungsi Wilayah Perencanaan dalam penyusunan RDTR !
c. Jelaskan apa yang dimaksud dengan deliniasi kawasan!
d. Simpulkan apakah yang anda ketahui dengan Wilayah
Perencanaan dan Deliniasi Kawasan Perencanaan, jelaskan
jawabannya!
Evaluasi Teknis
a. Apakah anda memahami seluruh muatan yang ada dalam modul?
b. Bagian mana yang menurut anda perlu pendalaman?
c. Bagaimana pendapat anda tentang muatan yang ada dalam modul
ini?
d. Bagaimana proses pembelajaran dengan modul ini yang rasakan?
e. Apakah pemateri yang membawakan modul ini mempunyai
kapasitas yang relevan dengan substansi modul? Jelaskan jawaban
anda!
150
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
151
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
BAB V
PERSIAPAN TEKNIS PELAKSANAAN
Indikator Keberhasilan:
152
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
153
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
Proses penataan ruang secara lebih rinci berupa siklus proses penyusunan
rencana tata ruang, penetapan rencana tata ruang, pemanfaatan tata ruang dan
pengendalian tata ruang, sebagaimana dijelaskan pada gambar berikut.
154
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
tentang
155
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
156
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
Penetapan Perkada
Perkada
157
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
158
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
159
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
160
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
161
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
162
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
163
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
164
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
b. Muatan PZ:
1. Aturan Dasar (materi wajib), terdiri dari:
i. Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan
Merupakan ketentuan yang berisi kegiatan dan
penggunaan lahan yang diperbolehkan, kegiatan dan
penggunaan lahan yang bersyarat secara terbatas,
kegiatan dan penggunaan lahan yang bersyarat
tertentu, dan kegiatan dan penggunaan lahan yang
tidak diperbolehkan pada zona lindung maupun zona
budidaya.
ii. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
Merupakan ketentuan teknis tentang kepadatan zona
terbangun yang dipersyaratkan pada suatu zona dan
diukur melalui KDB, KLB serta KDH baik diatas
maupun dibawah permukaan tanah.
165
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
166
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
v. Ketentuan Khusus
Merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan
zona yang memiliki fungsi khusus dan diberlakukan
ketentuan khusus sesuai dengan karakteristik zona dan
kegiatannya, berupa aturan tambahan yang
ditampalkan diatas aturan dasar karena adanya hal-hal
khusus yang memerlukan aturan tersendiri. Ketentuan
khusus dapat menganulir aturan yang ada pada
ketentuan dasar sesuai dengan tuntutan
kekhususannya.
vi. Ketentuan Pelaksanaan
Merupakan aturan yang berkaitan dengan pelaksanaan
penerapan peraturan kepala daerah tentang RDTR,
yang terdiri dari:
a). Ketentuan variansi pemanfaatan ruang.
b). Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif.
c). Ketentuan untuk penggunaan lahan yang sudah ada
dan tidak sesuai dengan PZ.
d). Aturan peralihan yang mengatur status
pemanfaatan ruang yang berbeda dengan fungsi ruang
zona peruntukannya.
2. Teknik Pengaturan Zonasi (materi pilihan)
Merupakan fleksibilitas dalam penerapan PZ dasar serta
memberikan pilihan penanganan pada lokasi tertentu sesuai
dengan karakteristik, tujuan pengembangan dan
permasalahan yang dihadapi pada zona tertentu, sehingga
sasaran pengendalian pemanfaatan ruang dapat dicapai secara
efektif.
167
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
1. Persiapan
Kegiatan persiapan penyusunan RDTR terdiri atas:
a. Pembentukan tim penyusun RDTR kabupaten/kota;
b. Kajian awal data sekunder;
c. Penetapan deliniasi awal WP;
d. Persiapan teknis pelaksanaan; dan
e. Pemberitaan kepada publik.
168
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
169
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
170
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
171
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
172
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
173
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
174
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
175
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
176
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
177
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
178
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
Tabel 5.1
Perkiraan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan RDTR
179
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
180
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
188
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
189
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
190
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
191
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
192
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
193
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
194
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
195
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
196
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
C. RANGKUMAN
Langkah penyiapan metodologi pendekatan dan pelaksanaan pekerjaan
merupakan langkah awal yang menggambarkan seluruh rangkaian proses
penyusunan RDTR. Metodologi adalah prinsip dasar dalam kaitannya
dengan metode yang digunakan dalam suatu proses (penelitian).
Metodologi berbeda dengan metode, kedua istilah ini sering digunakan
secara bergantian karena dianggap memiliki makna yang sama. Andrew
Abbott (2001) dalam bukunya Time Matters on Theory and Method,
menjelaskan bahwa metodologi adalah prinsip dasar, sedangkan metode
adalah teknik penerapannya.
D. EVALUASI
Evaluasi Substansi
a. Jelaskan proses penyiapan metodologi pendekatan !
b. Jelaskan proses pelaksanaan pekerjaan !
c. Sandingkan dan temu kenali perbedaan antara proses penyiapan
metodologi pendekatan dengan proses pelaksanaan pekerjaan,
cari dimana keterkaitannya antara kedua proses tersebut, jelaskan!
d. Simpulkan apakah kedua proses tersebut dan letak
keterpaduannya dimana, jelaskan jawabannya!
Evaluasi Teknis
a. Apakah anda memahami seluruh muatan yang ada dalam modul?
b. Bagian mana yang menurut anda perlu pendalaman?
c. Bagaimana pendapat anda tentang muatan yang ada dalam modul
ini?
197
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
198
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
Indikator Keberhasilan:
Peserta mampu mengetahui sosialisasi dalam proses
penyusunan RDTR
Peserta mampu mengetahui rancangan metode dan teknis sosialisasi
RDTR
199
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
Gambar 27. Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan
Ruang
200
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
Selain bentuk dan tata cara peran serta masyarakat maka diatur juga
mengenai kewajiban tugas dan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah
dalam tata ruang seperti pada gambar berikut:
201
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
202
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
203
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
c. Tahapan Penyusunan
204
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
205
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
206
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
207
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
215
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
216
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
217
214
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
C. RANGKUMAN
1. Sosialisasi, pemberitahuan publik dan pelibatan masyarakat
merupakan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang.
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
mengatur bahwa penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan peran serta
masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
3. Sosialisasi dan penyampaian informasi Penyusunan Tata ruang
(RDTR) dilaksanakan pada setiap tahapan-tahapan perencanaan
meliputi:
a. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
b. pengumpulan dan analisis data yang meliputi:
c. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan
d. penetapan rencana tata ruang.
D. EVALUASI
1. Evaluasi Substansi
a. Sudahkah anda memahami sosialisasi dalam proses penyusunan
RDTR, jelaskan!
b. Jelaskan uraian subtansi mengenai metode dan teknis sosialisasi pada
tahap persiapan, pengumpulan data, perumusan konsep dan penetapan
peraturan kepala daerah dalam penyusunan RDTR!
2. Evaluasi Teknis
a. Apakah anda memahami seluruh muatan yang ada dalam modul?
218
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
219
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
BAB VII
PEMBUATAN KAK KEGIATAN RDTR
Indikator Keberhasilan:
Peserta mengetahui Struktur penulisan Kerangka Acuan Kerja
Peserta mampu mengindentifikasi kebutuhan Kerangka
Acuan Kerja RDTR
Peserta mampu Membuat Kerangka Acuan Kerja RDTR
Bab 7 ini memuat mengenai penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan
Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang perlu disusun sebelum
terlaksanakannya kegiatan Penyusunan RDTR. KAK dan RAB disusun
sebelum tahap persiapan dilakukan. Modul ini menambahkan kompetensi
penyusunan KAK dan RAB sebagai pendalaman materi dalam rangkaian
kegiatan Penyusunan RDTR agar peserta diklat dapat merencanakan dengan
baik kebutuhan sumber daya yang perlu dialokasikan dalam penyusunan
RDTR.
220
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
yang dibutuhkan, dan hasil yang diharapkan dari suatu kegiatan. KAK dalam
bahasa Inggris adalah Term Of Reference yang disingkat TOR.
Secara lebih luas TOR/KAK berfungsi untuk menginformasikan suatu
kegiatan kepada pihak-pihak yang dilibatkan dalam kegiatan tersebut.
Informasi ini setidaknya memenuhi kaidah penulisan yang berisi elemen
What, Why, Who, When, Where, How, How Much.
Secara lebih detail elemen tersebut menguraikan mengenai
1. Apa (WHAT) pengertian dan apa keluaran/output yang akan
dicapai dari kegiatan yang dilaksanakan;
2. Why. Mengapa kegiatan dilaksanakan & apa hubungannya
dengan program yang hendak dicapai;
3. Who. Siapa yang bertanggung jawab melaksanakan
pencapaian output;
4. When. kapan kegiatan itu dilakukan (kapan dimulai dan kapan
selesai), berapa lama;
5. Where. Dimana kegiatan dilsaksanakan;
6. How. Bagaimana kegiatan dilaksanakan;
7. How Much. Berapa biaya yang dibutuhkan.
221
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
KEMENTERIAN/LEMABAGA/SKPD/DINAS
Instansi Pelaksana
KementerianNegara/Lembaga/SKPD/Dinas :
………………………….
Unit Organisasi : ………………………
Program : …………………………
Sasaran Program :
…………………………
Kegiatan/Subkegiatan/Detil Kegiatan
Kegiatan: …………………………….
Subkegiatan: …………………………….
Detil Kegiatan: …………………………….
1. Latar Belakang (why)
Dasar Hukum
Gambaran Umum
Alasan Kegiatan Dilaksanakan
222
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
223
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
224
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
225
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
226
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
C. RANGKUMAN
1. KAK merupakan gambaran umum dan penjelasan mengenai kegiatan
yang akan dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian
Negara/Lembaga/SKPD/Dinas.
2. Dalam penyusunan KAK terdapat format yang mencakup KAK
tercakup latar belakang, maksud dan tujuan, indikator keluaran dan
keluaran, cara pelaksanaan kegiatan, pelaksana dan penanggung jawab
kegiatan, jadwal kegiatan, dan biaya kegiatan. Berikut ini format dari
kerangka acuan kerja.
3. komponen pembiayaan sebaga dasar penyusunan rencana Anggara
Biaya dalam penyusunan RDTR:
I. Biaya Langsung Personill
1. Tenaga Ahli
2. Tenaga Pendukung
II. Biaya Non Personil
1. Biaya Kantor
2. Pengadaan dan Pengolahan Data (Data, Peta Dll)
3. Survey Lapangan
4. Biaya Perjalanan Dinas
5. Biaya Transportasi
6. Biaya Rapat dan Pembahasan (Rapat, FGD
Kordinasi, Workshop dsb)
7. Biaya Pelaporan
8. Biaya Operasional Lainya
9. Dsb
227
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
D. EVALUASI
1) Evaluasi Substansi
a. Sudahkah anda memahami struktur penulisan KAK, jelaskan!
b. Jelaskan uraian subtansi KAK berdasarkan struktur penulisan
KAK
c. Sebutkan komponen pembiayaan dalam Rencana Anggara Biaya
untuk RDTR
2) Evaluasi Teknis
a. Apakah anda memahami seluruh muatan yang ada dalam modul?
b. Bagian mana yang menurut anda perlu pendalaman?
c. Bagaimana pendapat anda tentang muatan yang ada dalam modul
ini?
d. Bagaimana proses pembelajaran dengan modul ini yang rasakan?
e. Apakah pemateri yang membawakan modul ini mempunyai
kapasitas yang relevan dengan substansi modul? Jelaskan
jawaban anda!
228
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
229
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
BAB VIII
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Muatan RDTR yang terdiri dari tujuan penataan Wilayah
Perencanaan, rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan
ketentuan pemanfaatan ruang harus merujuk dan mendasarkan
pada muatan RTRW Kabupaten/Kota;
2. Rencana struktur ruang pada RDTR merupakan rencana struktur
internal suatu Wilayah Perencanaan (WP) yang harus mengacu
pada rencana struktur ruang pada RTRW Kabupaten/Kota dan
bersifat mendetailkan RTRW Kabupaten/Kota, bukan struktur baru
yang dapat merubah struktur ruang RTRW Kabupaten/Kota.
230
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
231
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
B. TINDAK LANJUT
232
Diklat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Tingkat Menengah
233