BAB IV
ANALISA FISIK DASAR DAN LINGKUNGAN
RDTR KECAMATAN LICIN , GLAGAH DAN GIRI
No. Peta
Peta Morfologi SKL Morfologi Nilai
Kelerengan
Kemampuan lahan dari
1. Bergunung > 40 % 1
morfologi tinggi
Berbukit, Kemampuan lahan dari
2. 15 – 40 % 2
bergelombang morfologi cukup
Kemampuan lahan dari
3. Berombak 8 – 15 % 3
morfologi sedang
Kemampuan lahan dari
4. Landai 2–8% 4
morfologi kurang
Kemampuan lahan dari
5. Datar 0–2% 5
morfologi rendah
Sumber : Hasil Analisis 2011
Morfologi berarti bentang alam, kemampuan lahan dari morfologi tinggi berarti
kondisi morfologis suatu kawasan kompleks. Morfologi kompleks berarti bentang alamnya
berupa gunung, pegunungan, dan bergelombang. Akibatnya, kemampuan
pengembangannnya sangat rendah sehingga sulit dikembangkan dan atau tidak layak
dikembangkan. Lahan seperti ini sebaiknya direkomendasikan sebagai wilayah lindung atau
budi daya yang tak berkaitan dengan manusia, contohnya untuk wisata alam. Morfologi tinggi
tidak bisa digunakan untuk peruntukan ladang dan sawah. Sedangkan kemampuan lahan dari
morfologi rendah berarti kondisi morfologis tidak kompleks. Ini berarti tanahnya datar dan
mudah dikembangkan sebagai tempat permukiman dan budi daya.
LAPORAN AKHIR IV - 1
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
Morfologi sama artinya dengan bentang alam atau kondisi alam di suatu daerah. Kemampuan lahan dari morfologi tinggi artinya kondisi alam disana berupa
pengunungan, gunung dan bergelombang. Melihat kondisi alam yang begitu akibatnya daerah tersebut sangat sulit dikembangkan dan direkomendasikan
sebagai daerah budi daya atau lindung, pada peta daerah-daerah yang mempunyai kemampuan lahan seperti itu adalah di daerah antara Kluncing dan
Tamansari, dan ada di daerah antara Pakel dan Segobang. Morfologi cukup artinya kondisi alam disana berupa berbukit dan bergelombang, untuk
pemanfaatan lahan pada umunya digunakan untuk hutan produksi, pertanian lahan kering dan perkebunan. Pada peta terletak pada kelurahan Giri,
Boyolangu, Kemiren, Bakungan, dan Rejosari. Morfologi sedang artinya keadaan alam disana berombak dan cocok untuk pengembangan pertanian kelas
keras dan pembangunan perumahan dan permukiman.
LAPORAN AKHIR IV - 2
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
LAPORAN AKHIR IV - 3
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
Tabel 4.2
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Kemudahan
Dikerjakan
LAPORAN AKHIR IV - 4
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
LAPORAN AKHIR IV - 5
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
Tabel 4.3
Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan
Peta
Peta Peta Jenis Penggunaan SKL Kemudahan
No. Peta Morfologi Peta Ketinggian Nilai
Kelerengan Tanah Lahan Dikerjakan
Eksisting
Kemudahan dikerjakan
1. Bergunung > 40 % >3000 m Mediteran Hutan 1
rendah
Pertanian,
Perkebunan,
Berbukit, Kemudahan dikerjakan
2. 15 – 40 % 2000 – 3000 m Latosol Pertanian 2
bergelombang kurang
tanah kering
semusim
Semak Kemudahan dikerjakan
3. Berombak 8 – 15 % 1000 – 2000 m Andosol 3
belukar sedang
Tegalan, Kemudahan dikerjakan
4. Landai 2 – 8% 500 – 1000 m Regosol 4
Tanah kosong cukup
Kemudahan dikerjakan
5. Datar 0–2% 0 – 500 m Alluvial Permukiman 5
tinggi
Sumber : Hasil Analisis 2011
LAPORAN AKHIR IV - 6
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
LAPORAN AKHIR IV - 7
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
Tabel 4.4
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Kestabilan
Lereng
LAPORAN AKHIR IV - 8
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
LAPORAN AKHIR IV - 9
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
LAPORAN AKHIR IV - 10
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
Tabel 4.5
Analisis SKL Kestabilan Lereng
Kestabilan lereng artinya wilayah tersebut dapat dikatakan stabil atau tidak kondisi lahannya dengan melihat kemiringan lereng di
lahan tersebut. Bila suatu kawasan disebut kestabilan lerengnya rendah, maka kondisi wilayahnya tidak stabil. Tidak stabil artinya mudah
longsor, mudah bergerak yang artinya tidak aman dikembangkan untuk bangunan atau permukiman dan budidaya. Kawasan ini bisa
digunakan untuk hutan, perkebunan dan resapan air. Sebenarnya satu SKL saja tidak bisa menentukan peruntukkan lahan apakah itu untuk
pertanian, permukiman, dll. Peruntukkan lahan didapatkan setelah dilakukan overlay terhadap semua SKL.
LAPORAN AKHIR IV - 11
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
LAPORAN AKHIR IV - 12
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
Tabel 4.6
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis Kestabilan
Pondasi
LAPORAN AKHIR IV - 13
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
LAPORAN AKHIR IV - 14
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
LAPORAN AKHIR IV - 15
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
Tabel 4.7
Analisis SKL Kestabilan Pondasi
Kestabilan pondasi artinya kondisi lahan/wilayah yang mendukung stabil atau tidaknya suatu bangunan atau kawasan terbangun. SKL
ini diperlukan untuk memperkirakan jenis pondasi wilayah terbangun. Kestabilan pondasi tinggi artinya wilayah tersebut akan stabil untuk
pondasi bangunan apa saja atau untuk segala jenis pondasi. Kestabilan pondasi rendah berarti wilayah tersebut kurang stabil untuk berbagai
bangunan. Kestabilan pondasi kurang berarti wilayah tersebut kurang stabil, namun mungkin untuk jenis pondasi tertentu, bisa lebih stabil,
misalnya pondasi cakar ayam.
LAPORAN AKHIR IV - 16
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
LAPORAN AKHIR IV - 17
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
LAPORAN AKHIR IV - 18
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
Tabel 4.8
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL
Ketersediaan Air
LAPORAN AKHIR IV - 19
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
LAPORAN AKHIR IV - 20
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
Tabel 4.9
Analisis SKL Ketersediaan Air
Peta
Peta Peta Peta Peta Jenis Peta Curah
No. Penggunaan SKL Ketersediaan Air Nilai
Morfologi Kelerengan Ketinggian Tanah Hujan
Lahan Eksisting
Tegalan, Tanah Ketersediaan air sangat
1 Bergunung > 40 % >3000 m Latosol 1
kosong rendah
Berbukit, < 1000
2 15 – 40 % 2000 – 3000 m Alluvial Semak belukar Ketersediaan air rendah 2
Bergelombang mm/tahun
Mediteran, 1000 – 1500
3 Berombak 8 – 15 % 1000 – 2000 m Hutan Ketersediaan air sedang 3
Regosol mm/tahun
Pertanian,
Perkebunan, 1500 –3000
4 Landai 2–8% 500 – 1000 m 4
Pertanian tanah mm/tahun
Ketersediaan air tinggi
kering semusim
> 3000
5 Datar 0–2% 0 – 500 m Andosol Permukiman 5
mm/tahun
Sumber : Hasil Analisis 2011
LAPORAN AKHIR IV - 21
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
Peta 4.5
LAPORAN AKHIR IV - 22
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
Tabel 4.10
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL untuk
Drainase
LAPORAN AKHIR IV - 23
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
LAPORAN AKHIR IV - 24
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
Tabel 4.11
Analisis SKL Untuk Drainase
Peta Penggunaan
No. Peta Morfologi Peta Kelerengan Peta Ketinggian Peta Jenis Tanah Peta Curah Hujan SKL Drainase Nilai
Lahan Eksisting
1 Bergunung > 40 % >3000 m Andosol Permukiman 5
Berbukit, Tegalan, Tanah Drainase tinggi
2 15 – 40 % 2000 – 3000 m Alluvial, Regosol < 1000 mm/tahun 4
Bergelombang kosong
Pertanian,
1000 – 1500 Perkebunan,
3 Berombak 8 – 15 % 1000 – 2000 m Mediteran Drainase cukup 3
mm/tahun Pertanian tanah
kering semusim
1500 –3000
4 Landai 2–8% 500 – 1000 m Hutan 2
mm/tahun Drainase kurang
5 Datar 0–2% 0 – 500 m Latosol > 3000 mm/tahun Semak belukar 1
Sumber : Hasil Analisa 2010
LAPORAN AKHIR IV - 25
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
Drainase adalah Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng., drainase adalah mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air.
Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan
air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas ( www.wikipedia.com ). Drainase tinggi artinya aliran air mudah mengalir
atau mengalir lancar. Untuk daerah-daerah yang mempunyai kemampuan drainase tinggi antara lain grogol, kelurahan giri, kboyolangu,
Kemiren, Olehsari, Bakungan, Rejosari, Paspan, Gumuk, Kenjo, Tamanburuh. Drainase rendah berarti aliran air sulit dan mudah
tergenang, untuk daerah-daerah yang kemampuan drainase rendah antara lain daerah Tamansari dan Kluncing. Drainase cukup artinya
aliran air bagus tetapi juga berpotensi tergenang. Daerah-daerah yang yang mempunyai kemampuan lahan drainase cukup antara lain
Segobang, Kluncing dan Tamansari.
LAPORAN AKHIR IV - 26
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
Tabel 4.12
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Terhadap
Erosi
LAPORAN AKHIR IV - 27
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
Tabel 4.13
Analisis SKL Terhadap Erosi
Peta
Peta Peta Peta Jenis Peta Tekstur Peta Curah
No. Penggunaan SKL Erosi Nilai
Morfologi Kelerengan Tanah Tanah Hujan
Lahan Eksisting
> 3000
1 Bergunung > 40 % Regosol Semak belukar Erosi tinggi 1
mm/tahun
Kasar (Pasir)
Berbukit, 1500 –3000 Tegalan, Tanah
2 15 – 40 % Andosol Erosi cukup tinggi 2
Bergelombang mm/tahun kosong
Pertanian,
1000 – 1500 Perkebunan,
3 Berombak 8 – 15 % Mediteran Sedang (lempung) Erosi sedang 3
mm/tahun Pertanian tanah
kering semusim
< 1000 Erosi sangat
4 Landai 2–8% Latosol Permukiman 4
Halus (liat) mm/tahun rendah
5 Datar 0–2% Alluvial Hutan Tidak ada erosi 5
Sumber : Hasil Analisa 2010
Erosi berarti mudah atau tidaknya lapisan tanah terbawa air atau angin. Erosi tinggi berarti lapisan tanah mudah terkelupas dan
terbawa oleh angin dan air. Erosi rendah berarti lapisan tanah sedikit terbawa oleh angin dan air. Tidak ada erosi berarti tidak ada
pengelupasan lapisan tanah.
LAPORAN AKHIR IV - 28
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
LAPORAN AKHIR IV - 29
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
Tabel 4.14
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL
Pembuangan Limbah
Sumber: Citarik
Sumber : Hasil Analisa 2010
LAPORAN AKHIR IV - 30
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
LAPORAN AKHIR IV - 31
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
Tabel 4.15
Analisis SKL Pembuangan Limbah
Peta Peta Peta Peta Jenis Peta Curah Peta Penggunaan SKL Pembuangan
No. Nilai
Morfologi Kelerengan Ketinggian Tanah Hujan Lahan Eksisting Limbah
> 3000
1 Bergunung > 40 % >3000 m Regosol Hutan 1
mm/tahun
Kemampuan lahan
Pertanian,
untuk pembuangan
Berbukit, 1500 –3000 Perkebunan,
2 15 – 40 % 2000 – 3000 m Andosol limbah kurang 2
Bergelombang mm/tahun Pertanian tanah
kering semusim
Kemampuan lahan
1000 – 1500
3 Berombak 8 – 15 % 1000 – 2000 m Mediteran Permukiman untuk pembuangan 3
mm/tahun
limbah sedang
< 1000
4 Landai 2–8% 500 – 1000 m Latosol Semak belukar Kemampuan lahan 4
mm/tahun
untuk pembuangan
Tegalan, tanah
5 Datar 0–2% 0 – 500 m Alluvial limbah cukup 5
kosong
Sumber : Hasil Analisa 2010
SKL pembuangan limbah adalah tingkatan untuk memperlihatkan wilayah tersebut cocok atau tidak sebagai lokasi pembuangan.
Analisa ini menggunakan peta hidrologi dan klimatologi. Kedua peta ini penting, tapi biasanya tidak ada data rinci yang tersedia. SKL
pembuangan limbah kurang berarti wilayah tersebut kurang/tidak mendukung sebagai tempat pembuangan limbah.
LAPORAN AKHIR IV - 32
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
LAPORAN AKHIR IV - 33
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
LAPORAN AKHIR IV - 34
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
Tabel 4.16
Analisis SKL Terhadap Bencana Alam
Peta Peta
Peta Rawan Rawan Peta
Peta Peta Peta Peta Peta SKL
No Peta Penggunaa Bencan Bencan Kerentana Nila
Kelerenga Ketinggia Jenis Curah Tekstur Bencan
. Morfologi n Lahan a a n Gerakan i
n n Tanah Hujan Tanah a Alam
Eksisting Tsunam Gunung Tanah
i Berapi
Tegalan, > 3000 Zona I Zona I Zona I
1 Bergunung > 40 % >3000 m Regosol Tanah mm/tahu (sangat (sangat (sangat 1
Potensi
kosong n rawan) rawan) rawan)
Kasar bencan
1500 –
Berbukit, (Pasir) a alam
2000 – Semak 3000 Zona II Zona II Zona II
2 Bergelomban 15 – 40 % Andosol tinggi 2
3000 m belukar mm/tahu (rawan) (rawan) (rawan)
g
n
1000 – Potensi
Sedang Zona III Zona III Zona III
1000 – Meditera 1500 bencan
3 Berombak 8 – 15 % Hutan (lempung (agak (agak (agak 3
2000 m n mm/tahu a alam
) rawan) rawan) rawan)
n cukup
Pertanian,
Perkebunan
< 1000
500 – , Pertanian Zona IV Zona IV Zona IV Potensi
4 Landai 2–8% Latosol mm/tahu 4
1000 m Tanah Halus (aman) (aman) (aman) bencan
n
Kering (liat) a alam
Semusim kurang
Permukima Zona V
5 Datar 0–2% 0 – 500 m Alluvial 5
n
Sumber : Hasil Analisa 2010
SKL bencana alam merupakan overlay dari peta-peta bencana alam, meliputi:
Peta rawan bencana gunung berapi dan aliran lava
Peta rawan longsor (kerentanan gerakan tanah)
LAPORAN AKHIR IV - 35
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
Jadi, morfologi gunung dan perbukitan dinilai tinggi ada peta rawan bencana gunung api dan longsor. Sedangkan lereng data yang dialiri sungai
dinilai tinggi pada rawan bencana banjir. Penentuan kelas pada rawan bencana ini ada lima. Kelas 1 artinya rawan bencana alam dan kelas 5
artinya tidak rawan bencana alam.
LAPORAN AKHIR IV - 36
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
Peta 4.9 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Bencana Alam
LAPORAN AKHIR IV - 37
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
LAPORAN AKHIR IV - 38
۞ PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR ۞
Dari total nilai dibuat beberapa kelas yang memperhatikan nilai minimum dan maksimum total nilai. Dari angka di atas, nilai minimum yang
mungkin diperoleh ada;ah 32 sedangkan nilai maksimum yang dapat diperoleh adalah 160. Dengan demikian, pengkelasan dari total nilai ini
adalah:
1) Kelas a dengan nilai 32 – 58
2) Kelas b dengan nilai 59 – 83
3) Kelas c dengan nilai 84 – 109
4) Kelas d dengan nilai 110 – 134
5) Kelas e dengan nilai 135 – 160
Setiap kelas lahan memiliki kemampuan yang berbeda-beda seperti pada tabel:
Total Nilai Kelas Kemampuan Lahan Klasifikasi Pengembangan
32 – 58 Kelas a Kemampuan pengembangan sangat rendah
59 – 83 Kelas b Kemampuan pengembangan rendah
84 – 109 Kelas c Kemampuan pengembangan sedang
110 – 134 Kelas d Kemampuan pengembangan agak tinggi
135 – 160 Kelas e Kemampuan pengembangan sangat tinggi
LAPORAN AKHIR IV - 39
PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR
1) Penentuan klasifikasi kemampuan lahan tidak mutlak berdasarkan selang nilai, tetapi
memperhatikan juga nilai terendah = 1 dari beberapa satuan kemampuan lahan, yang
merupakan nilai penentu apakah selang nilai tersebut berlaku atai tidak. Dengan
demikian apabila ada daerah atau zona tertentu yang mempunyai selang nilai cukup
tinggi, tetapi karena mempunyai nilai terendah dan menentukan mungkin saja kelas
kemampuan lahannya tidak sama dengan daerah lain yang memiliki nilai kemampuan
lahan yang sama.
2) Klasifikasi kemampuan lahan yang dihasilkan hanya berdasarkan kondisi fisik apa adanya
belum mempertimbangkan hal-hal yang bersifat non fisik.
LAPORAN ANTARA IV - 40
PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR
LAPORAN ANTARA IV - 41
PENYUSUNAN ASPEK SUMBER DAYA AIR DAN TANAH DALAM RTRW PROVINSI JAWA TIMUR
LAPORAN ANTARA IV - 42