Anda di halaman 1dari 35

SATUAN KEMAMPUAN LAHAN KAPIRAYA

Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi


Tujuan analisis SKL Morfologi adalah memilah bentuk bentang alam/morfologi pada wilayah
dan/atau kawasan perencanaan yang mampu untuk dikembangkan sesuai dengan fungsinya.
Dalam analisis SKL Morfologi melibatkan data masukan berupa peta morfologi dan peta
kelerengan dengan keluaran peta SKL Morfologi dengan penjelasannya. Hasil analisis SKL
Morfologi dapat dilihat dalam tabel
Tabel
Analisis SKL Morfologi
No. Peta
Peta Morfologi SKL Morfologi Nilai
Kelerengan
Kemampuan lahan dari
1 Bergunung > 40 % 1
morfologi tinggi
Berbukit, Kemampuan lahan dari
2 15 – 40 % 2
bergelombang morfologi cukup
Kemampuan lahan dari
3 Berombak 8 – 15 % 3
morfologi sedang
Kemampuan lahan dari
4 Landai 2–8% 4
morfologi kurang
Kemampuan lahan dari
5 Datar 0–2% 5
morfologi rendah
Sumber : Hasil Analisis 2016

Morfologi berarti bentang alam, kemampuan lahan dari morfologi tinggi berarti kondisi morfologis
suatu kawasan kompleks. Morfologi kompleks berarti bentang alamnya berupa gunung,
pegunungan, dan bergelombang. Akibatnya, kemampuan pengembangannnya sangat rendah
sehingga sulit dikembangkan dan atau tidak layak dikembangkan. Lahan seperti ini sebaiknya
direkomendasikan sebagai wilayah lindung atau budi daya yang tak berkaitan dengan manusia,
contohnya untuk wisata alam. Morfologi tinggi tidak bisa digunakan untuk peruntukan ladang dan
sawah. Sedangkan kemampuan lahan dari morfologi rendah berarti kondisi morfologis tidak
kompleks. Ini berarti tanahnya datar dan mudah dikembangkan sebagai tempat permukiman dan
budi daya.
Morfologi sama artinya dengan bentang alam atau kondisi alam di suatu daerah. Kemampuan
lahan dari morfologi tinggi artinya kondisi alam disana berupa pengunungan, gunung dan
bergelombang. Melihat kondisi alam yang begitu akibatnya daerah tersebut sangat sulit
dikembangkan dan direkomendasikan sebagai daerah budi daya, Untuk sebagian wilayah Tiu,
Marale, Mondowea, Sampalowo, Moleono, Onepute, Tadaku Jaya dan Tontowea bagian
wilayah barat merupakan lahan dapat dikembangkan dari segi morfologi untuk pembangunan
perumahan dan permukiman untuk wilayah timur dikembangkan hutan lindung.
Analisis SKL Morfologi

No. Kelurahan/Desa Nilai SKL Keterangan


Pengembangan
1 Tiu 5
Wilayah Barat
Pengembangan
2 Marale 5
Wilayah Barat
Pengembangan
3 Mondowea 5
Wilayah Barat
Pengembangan
4 Sampalowo 5
Wilayah Barat
Pengembangan
5 Moleono 5
Wilayah Barat
Pengembangan
6 Onepute 5
Wilayah Barat
Pengembangan
7 Tadaku Jaya 5
Wilayah Barat
Pengembangan
8 Tontowea 5
Wilayah Barat
Sumber : Hasil Analisis 2016

Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan


Tujuan analisis SKL Kemudahan Dikerjakan adalah untuk mengetahui tingkat kemudahan lahan di
wilayah dan/atau kawasan untuk digali/dimatangkan dalam proses pembangunan/
pengembangan kawasan. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta topografi, peta
morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta penggunaan lahan eksisting, dengan
keluaran peta SKL Kemudahan Dikerjakan dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL
Kemudahan Dikerjakan, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam
analisa yaitu jenis tanah
Dalam analisis ini, akan ditinjau faktor pembentukan tanah dari aspek waktu pembentukkannya di
mana tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan
pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua dan kurus.
Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal
mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan,
maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Tanah Muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara
bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya. Contoh tanah
muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol. Tanah Dewasa ditandai oleh proses yang lebih
lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses
pembentukan horison B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, grumosol. Tanah Tua
proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-
perubahan yang nyata pada horizon-horoson A dan B. Akibatnya terbentuk horizon A1, A2, A3, B1,
B2, B3. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
Tabel
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Kemudahan
Dikerjakan
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur
beraneka ragam, belum terbentuk struktur , konsistensi
1. Alluvial dalam keadaan basah lekat, pH bermacam-macam, 5
kesuburan sedang hingga tinggi. Penyebarannya di daerah
dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah
cekungan (depresi). (Suhendar, Soleh)
Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan
profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan
hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh
berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat
2. Andosol licin berminyak (smeary), kadang-kadang berpadas lunak, 3
agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi
sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka
terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu
atau tuf vulkanik. (Suhendar, Soleh)
Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison tanah
belum terlihat secara jelas. Tanah entisol umumnya
3. Gleisol dijumpai pada sedimen yang belum terkonsolidasi, seperti 4
pasir, dan beberapa memperlihatkan horison diatas
lapisan batuan dasar. (Djauhari, Noor)
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil,
agak tebal, tekstur lempung berat, struktur kersai
(granular) di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di
lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan
plastis, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak,
4. Grumosol umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas 2
absorpsi tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi. Jenis
ini berasal dari batu kapur, mergel, batuan lempung atau
tuf vulkanik bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim
sub humid atau sub arid, curah hujan kurang dari 2500
mm/tahun. (Suhendar, Soleh)
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi
5. Latosol 2
horizon, kedalaman dalam, tekstur lempung, struktur
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga agak
teguh, warna coklat merah hingga kuning. Penyebarannya
di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 –
1000 meter, batuan induk dari tuf, material vulkanik,
breksi batuan beku intrusi. (Suhendar, Soleh)
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil,
batuan induknya batuan beku atau batuan sedimen keras,
kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-
kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop).
Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya
6. Litosol 4
berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan
batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol
dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi
berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
(Suhendar, Soleh)
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang
hingga dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai
horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung, struktur
gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah,
pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya
absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi,
7. Mediteran berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf 1
vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub
humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500
mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi Karst
dan lereng vulkan ketinggian di bawah 400 m. Khusus
tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst
disebut terra rossa. (Suhendar, Soleh)
8. Non Cal 3
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi
horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal,
konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan
9. Regosol sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik 4
piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah
lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan
gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar, Soleh)
Sumber : Hasil Analisa 2016
Tabel
Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan
Peta
SKL
Peta Peta Peta Peta Jenis Penggunaan
No. Kemudahan Nilai
Morfologi Kelerengan Ketinggian Tanah Lahan
Dikerjakan
Eksisting
Kemudahan
1. Bergunung > 40 % >3000 m Mediteran Hutan dikerjakan 1
rendah
Pertanian,
Berbukit, Perkebunan, Kemudahan
2000 –
2. bergelomban 15 – 40 % Latosol Pertanian dikerjakan 2
3000 m
g tanah kering kurang
semusim
Kemudahan
1000 – Semak
3. Berombak 8 – 15 % Andosol dikerjakan 3
2000 m belukar
sedang
Tegalan, Kemudahan
500 – 1000
4. Landai 2 – 8% Regosol Tanah dikerjakan 4
m
kosong cukup
Kemudahan
5. Datar 0–2% 0 – 500 m Alluvial Permukiman dikerjakan 5
tinggi
Sumber : Hasil Analisis 2016
Analisis SKL Mudah Dikerjakan

No. Kelurahan/Desa Nilai SKL Penilaian Keterangan


Kemudahan Pengembangan
1 Tiu 4-5 dikerjakan Wilayah Barat
cukup-Tinggi
Kemudahan Pengembangan
2 Marale 4-5 dikerjakan Wilayah Barat
cukup-Tinggi
Kemudahan Pengembangan
3 Mondowea 4-5 dikerjakan Wilayah Barat
cukup-Tinggi
Kemudahan Pengembangan
4 Sampalowo 4-5 dikerjakan Wilayah Barat
cukup-Tinggi
Kemudahan Pengembangan
5 Moleono 4-5 dikerjakan Wilayah Barat
cukup-Tinggi
Kemudahan Pengembangan
6 Onepute 4-5 dikerjakan Wilayah Barat
cukup-Tinggi
Kemudahan Pengembangan
7 Tadaku Jaya 4-5
dikerjakan Wilayah Barat
No. Kelurahan/Desa Nilai SKL Penilaian Keterangan
cukup-Tinggi
Kemudahan Pengembangan
8 Tontowea 4-5 dikerjakan Wilayah Barat
cukup-Tinggi
Sumber : Hasil Analisis 2016

Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng


Tujuan analisis SKL Kestabilan Lereng adalah untuk mengetahui tingkat kemantapan lereng di
wilayah pengembangan dalam menerima beban. Dalam analisis ini membutuhkan masukan
berupa peta topografi, peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta
hidrogeologi, peta curah hujan, peta bencana alam (rawan bencana gunung berapi dan
kerentanan gerakan tanah) dan peta penggunaan lahan, dengan keluaran peta SKL Kestabilan
Lereng dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Kestabilan Lereng, terlebih dahulu
harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.

Tabel 4.1
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Kestabilan Lereng
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium,
tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur ,
konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH
1. Alluvial 2
bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi.
Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai,
dataran aluvial pantai dan daerah cekungan
(depresi). (Suhendar, Soleh)
Jenis tanah mineral yang telah mengalami
perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak
coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik
tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah,
konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak
2. Andosol 1
(smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam,
kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang,
kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka
terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk
abu atau tuf vulkanik. (Suhendar, Soleh)
Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison
tanah belum terlihat secara jelas. Tanah entisol
3. Gleisol 2
umumnya dijumpai pada sedimen yang belum
terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
memperlihatkan horison diatas lapisan batuan dasar.
(Djauhari, Noor)
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan
profil, agak tebal, tekstur lempung berat, struktur
kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga
pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat
lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah
retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan
4. Grumosol 3
basa, dan kapasitas absorpsi tinggi, permeabilitas
lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu
kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik
bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim sub
humid atau sub arid, curah hujan kurang dari 2500
mm/tahun. (Suhendar, Soleh)
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi
diferensiasi horizon, kedalaman dalam, tekstur
lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi
gembur hingga agak teguh, warna coklat merah
5. Latosol 5
hingga kuning. Penyebarannya di daerah beriklim
basah, curah hujan lebih dari 300 – 1000 meter,
batuan induk dari tuf, material vulkanik, breksi
batuan beku intrusi. (Suhendar, Soleh)
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan
profil, batuan induknya batuan beku atau batuan
sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm)
bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan
induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan
6. Litosol pada umumnya berpasir, umumnya tidak 4
berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan
kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat
dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi
berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
(Suhendar, Soleh)
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum
sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah,
mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga
lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi
teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak
basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang,
permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari
7. Mediteran 3
batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis
bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub
humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari
2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan,
topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di
bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah –
kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa.
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
(Suhendar, Soleh)
8. Non Cal 3
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit
tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral,
kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material
9. Regosol 2
vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya
di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting
pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar,
Soleh)
Sumber : Hasil Analisis 2016
Tabel
Analisis SKL Kestabilan Lereng
Peta Peta
Peta Peta
Peta Penggunaan Peta Curah Kerentanan SKL Kestabilan
No. Peta Morfologi Keleren Jenis Nilai
Ketinggian Lahan Hujan Gerakan Lereng
gan Tanah
Eksisting Tanah
Tegalan, sangat rawan
> 3000 Kestabilan lereng
1 Bergunung > 40 % >3000 m Andosol Tanah 1
mm/tahun rendah
kosong
Berbukit, 15 – 40 2000 – 3000 Regosol, Semak 1500 –3000 Kestabilan lereng
2 Rawan 2
Bergelombang % m Alluvial belukar mm/tahun kurang
1000 – 2000 Mediter 1000 – 1500 Kestabilan lereng
3 Berombak 8 – 15 % Hutan agak rawan 3
m an mm/tahun sedang
Pertanian,
Perkebunan,
500 – 1000 < 1000
4 Landai 2–8% Pertanian Aman 4
m mm/tahun Kestabilan lereng
tanah kering
tinggi
semusim
Permukima Aman
5 Datar 0–2% 0 – 500 m Latosol 5
n
Sumber : Hasil Analisis 2016
Analisis SKL Kestabilan Lereng

No. Kelurahan/Desa Nilai SKL Penilaian Keterangan


Kestabilan Pengembangan
1 Tiu 4-5 Lereng Sedang Wilayah Barat
dan Tinggi
Kestabilan Pengembangan
2 Marale 4-5 Lereng Sedang Wilayah Barat
dan Tinggi
Kestabilan Pengembangan
3 Mondowea 4-5 Lereng Sedang Wilayah Barat
dan Tinggi
Kestabilan Pengembangan
4 Sampalowo 4-5 Lereng Sedang Wilayah Barat
dan Tinggi
Kestabilan Pengembangan
5 Moleono 4-5 Lereng Sedang Wilayah Barat
dan Tinggi
Kestabilan Pengembangan
6 Onepute 4-5 Lereng Sedang Wilayah Barat
dan Tinggi
Kestabilan Pengembangan
7 Tadaku Jaya 4-5 Lereng Sedang Wilayah Barat
dan Tinggi
Kestabilan Pengembangan
8 Tontowea 4-5 Lereng Sedang Wilayah Barat
dan Tinggi
Sumber : Hasil Analisis 2016

Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi


Tujuan analisis SKL Kestabilan Pondasi adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan untuk
mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan, serta jenis-jenis pondasi yang
sesuai untuk masing-masing tingkatan. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta SKL
kestabilan lereng, peta jenis tanah, peta kedalaman efektif tanah, peta tekstur tanah, peta
hidrogeologi dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Kestabilan Pondasi
dan penjelasannya. Sebelum melaksanakan analisis SKL Kestabilan pondasi, harus diketahui
terlebih dahulu sifat faktor pendukungnya terhadap analisis kestabilan pondasi meliputi jenis
tanah.
Tabel
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis Kestabilan Pondasi
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium,
tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur ,
konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH
1. Alluvial 1
bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi.
Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai,
dataran aluvial pantai dan daerah cekungan
(depresi). (Suhendar, Soleh)
Jenis tanah mineral yang telah mengalami
perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak
coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik
tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah,
konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak
2. Andosol 2
(smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam,
kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang,
kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka
terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk
abu atau tuf vulkanik. (Suhendar, Soleh)
Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison
tanah belum terlihat secara jelas. Tanah entisol
umumnya dijumpai pada sedimen yang belum
3. Gleisol 2
terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa
memperlihatkan horison diatas lapisan batuan dasar.
(Djauhari, Noor)
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan
profil, agak tebal, tekstur lempung berat, struktur
kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga
pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat
lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah
retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan
4. Grumosol 3
basa, dan kapasitas absorpsi tinggi, permeabilitas
lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu
kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik
bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim sub
humid atau sub arid, curah hujan kurang dari 2500
mm/tahun. (Suhendar, Soleh)
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi
diferensiasi horizon, kedalaman dalam, tekstur
lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi
gembur hingga agak teguh, warna coklat merah
5. Latosol 5
hingga kuning. Penyebarannya di daerah beriklim
basah, curah hujan lebih dari 300 – 1000 meter,
batuan induk dari tuf, material vulkanik, breksi
batuan beku intrusi. (Suhendar, Soleh)
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan
profil, batuan induknya batuan beku atau batuan
sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm)
bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan
induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan
6. Litosol pada umumnya berpasir, umumnya tidak 4
berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan
kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat
dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi
berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
(Suhendar, Soleh)
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum
sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah,
mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga
lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi
teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak
basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang,
permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari
7. Mediteran batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis 3
bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub
humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari
2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan,
topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di
bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah –
kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa.
(Suhendar, Soleh)
8. Non Cal 3
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit
tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral,
kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material
9. Regosol 2
vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya
di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting
pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar,
Soleh)
Sumber : Hasil Analisa 2016
Tabel
Analisis SKL Kestabilan Pondasi
SKL Kestabilan Peta Jenis Peta Tekstur Peta Penggunaan
No. SKL Kestabilan Pondasi Nilai
Lereng Tanah Tanah Lahan Eksisting
Daya dukung dan
Kestabilan lereng Tegalan, Tanah
1. Alluvial kestabilan pondasi 1
rendah kosong
Kasar (Pasir) rendah
Kestabilan lereng Andosol,
2. Semak belukar Daya dukung dan 2
kurang Regosol
kestabilan pondasi
Kestabilan lereng Sedang
3. Mediteran Hutan kurang 3
sedang (lempung)
Pertanian,
Perkebunan, Daya dukung dan
4. Kestabilan lereng 4
Halus (liat) Pertanian tanah kestabilan pondasi
tinggi kering semusim tinggi
5. Latosol Permukiman 5
Sumber : Hasil Analisa 2016
Analisis SKL Kestabilan Pondasi

No. Kelurahan/Desa Nilai SKL Penilaian Keterangan


Kestabilan Pengembangan
1 Tiu 4-5 Pondasi Sedang Wilayah Barat
dan Tinggi
Kestabilan Pengembangan
2 Marale 4-5 Pondasi Sedang Wilayah Barat
dan Tinggi
Kestabilan Pengembangan
3 Mondowea 4-5 Pondasi Sedang Wilayah Barat
dan Tinggi
Kestabilan Pengembangan
4 Sampalowo 4-5 Pondasi Sedang Wilayah Barat
dan Tinggi
Kestabilan Pengembangan
5 Moleono 4-5 Pondasi Sedang Wilayah Barat
dan Tinggi
Kestabilan Pengembangan
6 Onepute 4-5 Pondasi Sedang Wilayah Barat
dan Tinggi
Kestabilan Pengembangan
7 Tadaku Jaya 4-5 Pondasi Sedang Wilayah Barat
dan Tinggi
Kestabilan Pengembangan
8 Tontowea 4-5 Pondasi Sedang Wilayah Barat
dan Tinggi
Sumber : Hasil Analisis 2016
Kestabilan pondasi artinya kondisi lahan/wilayah yang mendukung stabil atau tidaknya suatu
bangunan atau kawasan terbangun. SKL ini diperlukan untuk memperkirakan jenis pondasi wilayah
terbangun. Kestabilan pondasi tinggi artinya wilayah tersebut akan stabil untuk pondasi bangunan
apa saja atau untuk segala jenis pondasi. Kestabilan pondasi rendah berarti wilayah tersebut
kurang stabil untuk berbagai bangunan. Kestabilan pondasi kurang berarti wilayah tersebut kurang
stabil, namun mungkin untuk jenis pondasi tertentu, bisa lebih stabil, misalnya pondasi cakar
ayam.

Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air


Tujuan analisis SKL Ketersediaan Air adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan air dan
kemampuan penyediaan air pada masing-masing tingkatan, guna pengembangan kawasan. Dalam
analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kelerengan, peta curah hujan,
peta hidrogeologi, peta jenis tanah dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL
Ketersediaan Air dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Ketersediaan Air , terlebih
dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.
Tabel
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Ketersediaan Air
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
Daya mengikat air kurang,apabila kena hujan akan
1. Aluvial menjadi lengket dan bila kekeringan akan mengeras. 2
(Rachmiati, Yati).
Tanah Andosol mempunyai sifat fisik yang baik, daya
pengikatan air yang sangat tinggi, sehingga selalu
jenuh air jika tertutup vegetasi. Sangat gembur,
struktur remah atau granuler dengan granulasi yang
tak pulih. Permeabilitas sangat tinggi karena
2. Andosol 5
mengandung banyak makropori, fraksi lempung
sebagian besar alofan dengan berat jenis kurang dari
0,85 dan kandungan bahan organik biasanya tinggi,
yaitu antara 8% - 30%.( Sri Damayanti, Lusiana,
2005).
Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi
oleh faktor lokal, yaitu topografi merupakan dataran
rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air,
solum tanah sedang, warna kelabu hingga
kekuningan, tekstur geluh hingga lempung, struktur
berlumpur hingga masif, konsistensi lekat, bersifat
3. Gleisol asam (pH 4.5 – 6.0), kandungan bahan organik. Ciri 4
khas tanah ini adanya lapisan glei kontinu yang
berwarna kelabu pucat pada kedalaman kurang dari
0.5 meter akibat dari profil tanah selalu jenuh air.
Penyebaran di daerah beriklim humid hingga sub
humid, curah hujan lebih dari 2000
mm/tahun.(Suhendar, Soleh).
Tanah Grumosol mempunyai sifat struktur lapisan
atas granuler dan lapisan bawah gumpal atau pejal,
jenis lempung yang terbanyak montmorillonit
4. Grumosol sehingga tanah mempunyai daya adsorpsi yang tinggi 2
yang menyebabkan gerakan air dan keadaan aerasi
buruk dan sangat peka terhadap erosi. ( Sri
Damayanti, Lusiana, 2005).
Daya mengikat air kurang,apabila kena hujan akan
5. Latosol menjadi lengket dan bila kekeringan akan mengeras 1
dengan struktur remah. (Rachmiati, Yati).
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan
profil, batuan induknya batuan beku atau batuan
6. Litosol sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) 3
bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan
induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
pada umumnya berpasir, umumnya tidak
berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan
kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat
dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi
berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
(Suhendar, Soleh).
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum
sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah,
mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga
lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi
teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak
basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang,
permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari
7. Mediteran batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis 3
bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub
humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari
2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan,
topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di
bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah –
kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa.
(Suhendar, Soleh).
8. Non Cal 2
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit
tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral,
kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material
9. Regosol 3
vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya
di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting
pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar,
Soleh).
Sumber : Hasil Analisa 2016
Tabel
Analisis SKL Ketersediaan Air
Peta
Peta Peta Peta Peta Jenis Penggunaan Peta Curah
No. SKL Ketersediaan Air Nilai
Morfologi Kelerengan Ketinggian Tanah Lahan Hujan
Eksisting
Tegalan, Tanah Ketersediaan air
1 Bergunung > 40 % >3000 m Latosol 1
kosong sangat rendah
Berbukit,
2000 – 3000 < 1000 Ketersediaan air
2 Bergelomban 15 – 40 % Alluvial Semak belukar 2
m mm/tahun rendah
g
1000 – 2000 Mediteran 1000 – 1500 Ketersediaan air
3 Berombak 8 – 15 % Hutan 3
m , Regosol mm/tahun sedang
Pertanian,
Perkebunan,
1500 –3000
4 Landai 2–8% 500 – 1000 m Pertanian 4
mm/tahun
tanah kering Ketersediaan air tinggi
semusim
> 3000
5 Datar 0–2% 0 – 500 m Andosol Permukiman 5
mm/tahun
Sumber : Hasil Analisis 2016
Analisis SKL Ketersediaan Air

No. Kelurahan/Desa Nilai SKL Penilaian Keterangan


Ketersediaan Air Pengembangan
1 Tiu 4-5
Tinggi Wilayah Barat
Ketersediaan Air Pengembangan
2 Marale 4-5
Tinggi Wilayah Barat
Ketersediaan Air Pengembangan
3 Mondowea 4-5
Tinggi Wilayah Barat
Ketersediaan Air Pengembangan
4 Sampalowo 4-5
Tinggi Wilayah Barat
Ketersediaan Air Pengembangan
5 Moleono 4-5
Tinggi Wilayah Barat
Ketersediaan Air Pengembangan
6 Onepute 4-5
Tinggi Wilayah Barat
Ketersediaan Air Pengembangan
7 Tadaku Jaya 4-5
Tinggi Wilayah Barat
Ketersediaan Air Pengembangan
8 Tontowea 4-5
Tinggi Wilayah Barat
Sumber : Hasil Analisis 2016

Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Untuk Drainase


Tujuan analisis SKL untuk Drainase adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam
mengalirkan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan baik bersifat lokal maupun
meluas dapat dihindari. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta
kemiringan lereng, peta topografi, peta jenis tanah, peta curah hujan, peta kedalaman efektif
tanah, dan penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL untuk Drainase dan
penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL untuk Drainase, terlebih dahulu harus diketahui
penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.

Tabel
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL untuk Drainase
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
Merupakan tanah-tanah muda, yang belum
mempunyai perkembangan profil, dengan susunan
horison A-C atau A-C-R, atau A-R. Tanah ini terbentuk
dari bahan aluvium, aluvium-marin, marin, dan
1. Aluvial 1
volkan. Umumnya pada landform dataran, fluvio-
marin, dan volkan. Penampang tanah bervariasi,
tekstur lempung berpasir sampai pasir berlempung,
dan berlapis-lapis (stratified) atau berselang seling.
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
Adanya perbedaan tekstur berlapis-lapis tersebut
menunjukkan proses pengendapan dari limpasan
sungai yang berulang; sebagian mengandung kerikil
di dalam penampang tanah. Warna tanah coklat tua
sampai gelap, drainase buruk sampai cepat, struktur
lepas sampai masif, konsistensi gembur dan keras
pada kondisi kering. Reaksi tanah umumnya agak
netral (pH 7), kadar C organik sangat rendah sampai
sedang, kadar P2O5 dan K2O potensial sedang
sampai tinggi, basa-basa dapat tukar rendah sampai
tinggi dan didominasi oleh Ca dan Mg. KTK tanah
rendah, tetapi kejenuhan basanya tinggi.
Penggunaan lahan umumnya bervariasi. (Blog TANI
MUDA)
Merupakan tanah-tanah muda, yang belum/sedikit
mempunyai perkembangan profil, dengan susunan
horison A-C, A-C-R. Tanah ini terbentuk dari bahan
abu volkan (debu, pasir, dan kerikil). Umumnya
terbentuk pada landform volkanik. Penampang
tanah dangkal sampai dalam, tekstur lempung
berpasir sampai pasir berlempung. Warna tanah
coklat tua sampai coklat tua kekuningan, drainase
sedang, struktur lepas sampai masif, konsistensi
2. Andosol gembur dan keras pada kondisi kering. Reaksi tanah 4
umumnya netral, kadar C organik sangat rendah
sampai sedang, kadar P2O5 dan K2O potensial
sedang sampai tinggi, basa-basa dapat tukar rendah
dan didominasi oleh Ca dan Mg. KTK tanah rendah
sampai sedang, tetapi kejenuhan basanya tinggi.
Umumnya Andisols di kabupaten Bima beriklim
kering (ustic). Penggunaan lahan umumnya tegalan,
semak, rumput, belukar, semak, dan hutan. (Blog
TANI MUDA)
Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison
tanah belum terlihat secara jelas. Tanah entisol
umumnya dijumpai pada sedimen yang belum
3. Gleisol 2
terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa
memperlihatkan horison diatas lapisan batuan dasar.
(Djauhari, Noor)
Jenis tanah grumosol sifat tanahnya mudah longsor
4. Grumosol 1
dan memiliki drainase buruk. (Kota Probolinggo)
Tanah yang sudah menunjukkan adanya
perkembangan profil, dengan susunan horison A-Bw-
C pada lahan kering dengan drainase baik, atau
5. Latosol 5
susunan horison A-Bg-C pada lahan basah dengan
drainase terhambat. Tanah terbentuk dari berbagai
macam bahan induk, yaitu tuf volkan masam, tuf
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
volkan intermedier (andesitik), tufa pasiran, dan
granodiorit serta skis. Tanah ini mempunyai
penyebaran paling luas, menempati grup landform
dataran volkan, perbukitan volkan, dan dataran
tektonik. Tanah dari bahan volkan intermedier
berwarna coklat kemerahan, tekstur lempung berliat
sampai liat, penampang dalam, dan struktur cukup
baik, konsistensi gembur sampai teguh. Reaksi tanah
netral, kadar C dan N organik sangat rendah sampai
sedang, kadar P dan K potensial sedang sampai
tinggi. Kadar basa-basa dapat tukar didominasi oleh
Ca dan Mg, KTK tanah rendah, KTK liat rendah
sampai tinggi, dan kejenuhan basa tinggi. Pada
landform dataran volkan sifat tanah dipengaruhi
oleh bahan induknya. Tanah penampang cukup
dalam, berwarna coklat kekuningan sampai
kemerahan, drainase baik, tekstur halus sampai agak
halus, konsistensi gembur sampai teguh, dan reaksi
tanah agak masam sampai masam. Sebagian besar
telah diusahakan untuk lahan pertanian, seperti
persawahan, tegalan dan kebun campuran. Sisanya
masih berupa semak belukar dan hutan. (Blog TANI
MUDA)
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan
profil, batuan induknya batuan beku atau batuan
sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm)
bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan
induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan
6. Litosol pada umumnya berpasir, umumnya tidak 3
berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan
kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat
dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi
berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
(Suhendar, Soleh).
7. Mediteran Sama dengan inceptisol/latosol 5
8. Non Cal 2
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami
diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit
tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral,
kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material
9. Regosol 2
vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya
di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting
pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar,
Soleh).
Sumber : Hasil Analisa 2016
Tabel Analisis SKL Untuk Drainase
Peta
Peta
Peta Peta Peta Peta Jenis Penggunaa SKL
No. Curah Nilai
Morfologi Kelerengan Ketinggian Tanah n Lahan Drainase
Hujan
Eksisting
Permukima
1 Bergunung > 40 % >3000 m Andosol 5
n
Drainase
Berbukit, < 1000 Tegalan,
2000 – Alluvial, tinggi
2 Bergelomb 15 – 40 % mm/ta Tanah 4
3000 m Regosol
ang hun kosong
Pertanian,
1000 – Perkebunan
1000 – 1500 , Pertanian Drainase
3 Berombak 8 – 15 % Mediteran 3
2000 m mm/ta tanah cukup
hun kering
semusim
1500 –
500 – 3000
4 Landai 2–8% Hutan 2
1000 m mm/ta
Drainase
hun
kurang
> 3000
Semak
5 Datar 0–2% 0 – 500 m Latosol mm/ta 1
belukar
hun
Sumber : Hasil Analisa 2016
Analisis SKL Drainase

No. Kelurahan/Desa Nilai SKL Penilaian Keterangan

Drainase kurang Pengembangan


1 Tiu 4-5
Wilayah Barat
Drainase kurang Pengembangan
2 Marale 4-5
Wilayah Barat
Drainase kurang Pengembangan
3 Mondowea 4-5
Wilayah Barat
Drainase kurang Pengembangan
4 Sampalowo 4-5
Wilayah Barat
5 Moleono 4-5 Drainase kurang Pengembangan
No. Kelurahan/Desa Nilai SKL Penilaian Keterangan
Wilayah Barat
Drainase kurang Pengembangan
6 Onepute 4-5
Wilayah Barat
Drainase kurang Pengembangan
7 Tadaku Jaya 4-5
Wilayah Barat
Drainase kurang Pengembangan
8 Tontowea 4-5
Wilayah Barat
Sumber : Hasil Analisis 2016

Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Erosi


Tujuan analisis SKL Terhadap Erosi adalah untuk mengetahui daerah-daerah yang mengalami
keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan terhadap erosi serta
antispasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir. Dalam analisis ini membutuhkan masukan
berupa peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta hidrogeologi, peta tekstur
tanah, peta curah hujan dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Terhadap
Erosi dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Terhadap Erosi, terlebih dahulu harus
diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.

Tabel
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Terhadap Erosi
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
1. Aluvial Jenis-jenis tanah yang tidak peka terhadap erosi: 5
2. Andosol  Aluvial 2
3. Gleisol  Gleisol 5
Jenis tanah yang agak peka erosi:
4. Grumosol 2
 Latosol
5. Latosol Jenis tanah dengan kepekaan sedang: 4
6. Litosol  Non Cal 1
7. Mediteran  Mediteran 3
8. Non Cal Jenis tanah yang peka terhadap erosi: 3
 Andosol
 Grumosol
Jenis tanah yang sangat peka erosi:
9. Regosol  Regosol 1
 Litosol

Sumber: Studi Sub DAS Citarik


Sumber : Hasil Analisa 2016
Tabel
Analisis SKL Terhadap Erosi
Peta
Peta Peta Peta Jenis Peta Tekstur Peta Curah Penggunaan
No. SKL Erosi Nilai
Morfologi Kelerengan Tanah Tanah Hujan Lahan
Eksisting
> 3000
1 Bergunung > 40 % Regosol Semak belukar Erosi tinggi 1
mm/tahun
Berbukit, Kasar (Pasir)
1500 –3000 Tegalan, Tanah
2 Bergelomban 15 – 40 % Andosol Erosi cukup tinggi 2
mm/tahun kosong
g
Pertanian,
1000 – Perkebunan,
Sedang
3 Berombak 8 – 15 % Mediteran 1500 Pertanian Erosi sedang 3
(lempung)
mm/tahun tanah kering
semusim
< 1000 Erosi sangat
4 Landai 2–8% Latosol Permukiman 4
Halus (liat) mm/tahun rendah
5 Datar 0–2% Alluvial Hutan Tidak ada erosi 5
Sumber : Hasil Analisa 2016
Analisis SKL Erosi

No. Kelurahan/Desa Nilai SKL Penilaian Keterangan


Erosi sangat Pengembangan
1 Tiu 4
rendah Wilayah Barat
Erosi sangat Pengembangan
2 Marale 4
rendah Wilayah Barat
Erosi sangat Pengembangan
3 Mondowea 4
rendah Wilayah Barat
Erosi sangat Pengembangan
4 Sampalowo 4
rendah Wilayah Barat
Erosi sangat Pengembangan
5 Moleono 4
rendah Wilayah Barat
Erosi sangat Pengembangan
6 Onepute 4
rendah Wilayah Barat
Erosi sangat Pengembangan
7 Tadaku Jaya 4
rendah Wilayah Barat
Erosi sangat Pengembangan
8 Tontowea 4
rendah Wilayah Barat
Sumber : Hasil Analisis 2016

Erosi berarti mudah atau tidaknya lapisan tanah terbawa air atau angin. Erosi tinggi berarti lapisan
tanah mudah terkelupas dan terbawa oleh angin dan air. Erosi rendah berarti lapisan tanah sedikit
terbawa oleh angin dan air. Tidak ada erosi berarti tidak ada pengelupasan lapisan tanah.

Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah


Tujuan analisis SKL Pembuangan Limbah adalah untuk mengetahui mengetahui daerah-
daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi penampungan akhir dan pengeolahan limbah,
baik limbah padat maupun cair. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi,
peta kemiringan, peta topografi, peta jenis tanah, peta hidrogeologi, peta curah hujan dan peta
penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Pembuangan Limbah dan penjelasannya.
Sebelum melakukan analisis SKL Pembuangan Limbah, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan
dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.
Tabel
Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang Dibawanya dalam Analisis SKL Pembuangan Limbah
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
1. Aluvial Dalam penilaian ini digunakan kepekaan terhadap 5
2. Andosol erosi dimana jenis tanah untuk lokais pembuangan 2
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
3. Gleisol limbah harus tidak peka terhadap erosi. 5
4. Grumosol 2
Jenis-jenis tanah yang tidak peka terhadap erosi:
5. Latosol  Aluvial 4
6. Litosol  Gleisol 1
Jenis tanah yang agak peka erosi:
7. Mediteran 3
 Latosol
8. Non Cal Jenis tanah dengan kepekaan sedang: 3
 Non Cal
 Mediteran
Jenis tanah yang peka terhadap erosi:
 Andosol
 Grumosol
9. Regosol 1
Jenis tanah yang sangat peka erosi:
 Regosol
 Litosol

Sumber: Citarik
Sumber : Hasil Analisa 2016
Tabel
Analisis SKL Pembuangan Limbah
Peta Peta
No Peta Peta Peta Peta Curah SKL Pembuangan
Jenis Penggunaan Nilai
. Morfologi Kelerengan Ketinggian Hujan Limbah
Tanah Lahan Eksisting
> 3000
1 Bergunung > 40 % >3000 m Regosol Hutan 1
mm/tahun Kemampuan lahan
Pertanian, untuk
Berbukit,
2000 – 3000 1500 –3000 Perkebunan, pembuangan
2 Bergelomban 15 – 40 % Andosol 2
m mm/tahun Pertanian tanah limbah kurang
g
kering semusim
Kemampuan lahan
1000 – 2000 Meditera 1000 – 1500 untuk
3 Berombak 8 – 15 % Permukiman 3
m n mm/tahun pembuangan
limbah sedang
< 1000 Kemampuan lahan
4 Landai 2–8% 500 – 1000 m Latosol Semak belukar 4
mm/tahun untuk
Tegalan, tanah pembuangan
5 Datar 0–2% 0 – 500 m Alluvial 5
kosong limbah cukup
Sumber : Hasil Analisa 2016
SKL pembuangan limbah adalah tingkatan untuk memperlihatkan wilayah tersebut cocok atau
tidak sebagai lokasi pembuangan. Analisa ini menggunakan peta hidrologi dan klimatologi. Kedua
peta ini penting, tapi biasanya tidak ada data rinci yang tersedia. SKL pembuangan limbah kurang
berarti wilayah tersebut kurang/tidak mendukung sebagai tempat pembuangan limbah.
Analisis SKL Pembuangan Limbah

No. Kelurahan/Desa Nilai SKL Penilaian Keterangan


Kemampuan Pengembangan
lahan untuk Wilayah Barat
1 Tiu 5
pembuangan
limbah cukup
Kemampuan Pengembangan
lahan untuk Wilayah Barat
2 Marale 5
pembuangan
limbah cukup
Kemampuan Pengembangan
lahan untuk Wilayah Barat
3 Mondowea 5
pembuangan
limbah cukup
Kemampuan Pengembangan
lahan untuk Wilayah Barat
4 Sampalowo 5
pembuangan
limbah cukup
Kemampuan Pengembangan
lahan untuk Wilayah Barat
5 Moleono 5
pembuangan
limbah cukup
Kemampuan Pengembangan
lahan untuk Wilayah Barat
6 Onepute 5
pembuangan
limbah cukup
Kemampuan Pengembangan
lahan untuk Wilayah Barat
7 Tadaku Jaya 5
pembuangan
limbah cukup
Kemampuan Pengembangan
lahan untuk Wilayah Barat
8 Tontowea 5
pembuangan
limbah cukup
Sumber : Hasil Analisis 2016
Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Bencana Alam
Tujuan analisis SKL terhadap Bencana Alam adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan
dalam menerima bencana alam khususnya dari sisi geologi, untuk menghindari/mengurangi
kerugian dari korban akibat bencana tersebut. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa
peta peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta topografi, peta jenis tanah, peta tekstur tanah,
peta curah hujan, peta bencana alam (rawan gunung berapi dan kerentanan gerakan tanah) dan
peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Terhadap Bencana Alam dan
penjelasannya. Analisis SKL terhadap Bencana Alam juga mengikutsertakan analisis terhadap jenis
tanah yang sama dengan SKL Terhadap Erosi.
Tabel
Analisis SKL Terhadap Bencana Alam
Peta Peta
Peta Peta
No Peta Peta Peta Jenis Penggunaan Peta Curah Kerentana SKL Bencana
Kelereng Tekstur Nilai
. Morfologi Ketinggian Tanah Lahan Hujan n Gerakan Alam
an Tanah
Eksisting Tanah
Tegalan, sangat
> 3000
1 Bergunung > 40 % >3000 m Regosol Tanah rawan 1
mm/tahun
kosong Kasar Potensi bencana
Berbukit, (Pasir) alam tinggi
15 – 40 2000 – 3000 Semak 1500 –3000
2 Bergelomban Andosol rawan 2
% m belukar mm/tahun
g
1000 –
1000 – 2000 Sedang Potensi bencana
3 Berombak 8 – 15 % Mediteran Hutan 1500 agak rawan 3
m (lempung) alam cukup
mm/tahun
Pertanian,
Perkebunan,
500 – 1000 < 1000
4 Landai 2–8% Latosol Pertanian Aman Potensi bencana 4
m mm/tahun Halus (liat)
Tanah Kering alam kurang
Semusim
5 Datar 0–2% 0 – 500 m Alluvial Permukiman Aman 5
Sumber Hasil Analisa 2016
Analisis SKL Bencana Alam

No. Kelurahan/Desa Nilai SKL Penilaian Keterangan


Potensi bencana Pengembangan
1 Tiu 5
alam kurang Wilayah Barat
Potensi bencana Pengembangan
2 Marale 5
alam kurang Wilayah Barat
Potensi bencana Pengembangan
3 Mondowea 5
alam kurang Wilayah Barat
Potensi bencana Pengembangan
4 Sampalowo 5
alam kurang Wilayah Barat
Potensi bencana Pengembangan
5 Moleono 5
alam kurang Wilayah Barat
Potensi bencana Pengembangan
6 Onepute 5
alam kurang Wilayah Barat
Potensi bencana Pengembangan
7 Tadaku Jaya 5
alam kurang Wilayah Barat
Potensi bencana Pengembangan
8 Tontowea 5
alam kurang Wilayah Barat
Sumber : Hasil Analisis 2016

Analisis Kemampuan Lahan


Analisis ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk
dikembangkan sebagai perkotaan, sebagai acuan bagi arahan-arahan kesesuaian lahan pada tahap
analisis berikutnya. Data-data yang dibutuhkan meliputi peta-peta hasil analisis SKL. Keluaran dari
analisis ini meliputi:
a. Peta klasifikasi kemampuan lahan untuk pengembangan kawasan
b. Kelas kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi kawasan
c. Potensi dan kendala fisik pengembangan lahan
Langkah pelaksanaan:
1) Analisis satuan-satuan kemampuan lahan, untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan
pada masing-masing satuan kemampuan lahan.
2) Menentukan nilai kemampuan setiap tingkatan pada masing-masing satuan kemampuan
lahan, dengan penilaian 5 (lima) untuk nilai tertinggi dan 1 (satu) untuk nilai terendah.
3) Mengalikan nilai-nilai tersebut dengan bobot dari masing-masing satuan kemampuan lahan.
Bobot ini didasarkan pada seberapa jauh pengaruh satuan kemampuan lahan tersebut pada
pengembangan perkotaan. Bobot yang digunakan sesuai dengan tabel...
4) Melakukan superimpose semua satuan-satuan kemampuan lahan, dengan cara menjumlahkan
hasil perkalian nilai kali bobot dari seluruh satuan-satuan kemampuan lahan dalam satu peta,
sehingga diperoleh kisaran nilai yang menunjukkan nilai kemampuan lahan di wilayah
perencanaan.
5) Menentukan selang nilai yang akan digunakan sebagai pembagi kelas-kelas kemampuan lahan,
sehingga diperoleh zona-zona kemampuan lahan dengan nilai tertentu yang menunjukkan
tingkatan kemampuan lahan di wilayah perencanaan dan digambarkan dalam satu peta
klasifikasi kemampuan lahan untuk perencanaan RDTR Petasia Barat.
Pembuatan peta nilai kemampuan lahan merupakan penjumlahan nilai dikalikan bobot, yaitu:
1) Melakukan superimpose setiap satuan kemampuan lahan yang telah diperoleh hasil pengalian
nilai dengan bobotnya secara satu per satu, sehingga kemudian diperoleh peta jumlah nilai
dikalikan bobot seluruh satuan secara kumulatif.
2) Membagi peta masing-masing satuan kemampuan lahan dalam sistem grid, kemudian
memasukkan nilai dikalikan bobot masing-masing satuan kemampuan lahan ke dalam grid
tersebut. Penjumlahan nilai dikalikan bobot secara keseluruhan adalah tetap dengan
menggunakan grid, yakni menjumlahkan hasil nilai dikalikan bobot seluruh satuan kemampuan
lahan pada setiap grid yang sama
Tabel Pembobotan SKL
SKL
SKL SKL SKL SKL SKL SKL
SKL Kemudaha SKL Untuk Kemampua
Kestabilan Kestabilan Ketersediaa Terhadap Pembuanga Bencana
Morfologi n Drainase n Lahan
Lereng Pondasi n Air Erosi n Limbah Alam
Dikerjakan
Bobot: 5 Bobot: 1 Bobot: 5 Bobot: 3 Bobot: 5 Bobot: 5 Bobot: 3 Bobot: 0 Bobot: 5 Total Nilai

Bobo
tx
Nilai
Dari total nilai dibuat beberapa kelas yang memperhatikan nilai minimum dan maksimum total
nilai. Dari angka di atas, nilai minimum yang mungkin diperoleh ada;ah 32 sedangkan nilai
maksimum yang dapat diperoleh adalah 160. Dengan demikian, pengkelasan dari total nilai ini
adalah:
1) Kelas a dengan nilai 32 – 58
2) Kelas b dengan nilai 59 – 83
3) Kelas c dengan nilai 84 – 109
4) Kelas d dengan nilai 110 – 134
5) Kelas e dengan nilai 135 – 160
Setiap kelas lahan memiliki kemampuan yang berbeda-beda seperti pada tabel:
Kelas Kemampuan
Total Nilai Klasifikasi Pengembangan
Lahan
32 – 58 Kelas a Kemampuan pengembangan sangat rendah
59 – 83 Kelas b Kemampuan pengembangan rendah
84 – 109 Kelas c Kemampuan pengembangan sedang
110 – 134 Kelas d Kemampuan pengembangan agak tinggi
135 – 160 Kelas e Kemampuan pengembangan sangat tinggi
Tabel Kemampuan Lahan Per Kelurahan

SKL SKL
SKL
Kemudah SKL Kestabi SKL SKL SKL SKL
SKL Untuk
an Kestabila lan Ketersedi Terhadap Pembuangan Bencana Kemampu
Morfologi Drainas
Dikerjaka n Lereng Pondas aan Air Erosi Limbah Alam an Lahan Kemampuan
Kelurahan e
n i Lahan

Bobot
5 1 5 3 5 4 3 2 4 Total Nilai
Kemampuan
Tiu 5 5 5 5 5 5 4 5 5 162 Pengembangan
Sangat Tinggi
Kemampuan
Marale 5 5 5 5 5 5 4 5 5 162 Pengembangan
Sangat Tinggi
Kemampuan
Mondowea 5 5 5 5 5 5 4 5 5 162 Pengembangan
Sangat Tinggi
Kemampuan
Sampalowo 5 5 5 5 5 5 4 5 5 162 Pengembangan
Sangat Tinggi
Kemampuan
Moleono 5 5 5 5 5 5 4 5 5 162 Pengembangan
Sangat Tinggi
Kemampuan
Onepute 5 5 5 5 5 5 4 5 5 162 Pengembangan
Sangat Tinggi
Kemampuan
Tadaku
5 5 5 5 5 5 4 5 5 162 Pengembangan
Jaya Sangat Tinggi
Kemampuan
Tontowea 5 5 5 5 5 5 4 5 5 162 Pengembangan
Sangat Tinggi

Anda mungkin juga menyukai