Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS SISTEM PENGGUNAAN LAHAN

A. ANALISIS SIMPANGAN ANTARA POLA RUANG RTRW DAN KONDISI


EKSISTING
Luas kawasan BWP PPK Simpang Kelalping ialah 2.480 ha dengan penggunaan
lahan yang didominasi oleh permukiman dengan luas 268,36 ha dan yang paling rendah
ialah guna lahan sempadan jalur kereta api dan kawasan militer.

PETA POLA RUANG RTRW

PETA POLA RUANG EKSISTING

Analisis simpangan pola ruang dengan kondisi eksisting dilakukan untuk


menemukan fenomena perubahan antara pola ruang yang telah di atur di RTRW dengan
kondisi eksisting. Berikut simpangan antara pola RTRW dengan kondisi eksisting.

Tabel xx Simpangan antara pola ruang rtrw dan kondisi eksisting di BWP PPK Simpang
Kelaping

Luas
Luas Kawasan
Luas Kawasan Simpangan
No Guna Lahan berdasarkan
Eksisting (Ha) (RTRW-
RTRW (Ha)
Eksisting)
1
2
3
4
5
Jumlah
Sumber : RTRW Kabupaten Aceh Tengah (2016-2036). Hasil Analisis ArcGIS
Berdasarkan hasil analisis dari tabel xx diketahui luas simpangan pola ruang
dengan kondisi eksisting ialah 97,39 ha atau 12% dari total luas Kawasan BWP PPK
Simpang Kelaping

PETA SIMPANG LAHAN (pola ruang rtrw)

PETA SIMPANG LAHAN (rtrw-eksisting)

B. Analisis Kemampuan Lahan


Analisis ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan
untuk dikembangkan sebagai kawasan pengembangan, sebagai acuan bagi arahan-arahan
kesesuaian lahan pada kawasan budidaya dan kawasan lindung di BWP PPK Simpang
Kelaping. Data-data yang dibutuhkan meliputi peta-peta hasil analisis SKL yang
didasarkan pada kriteria dan indikator tertentu, mulai dari morfologi, kemudahan
dikerjakan, kestabilan lereng dan pondasi, ketesediaan air, kemiringan lereng, kemudahan
pembuangan limbah dan drainase, dan lain sebagainya. Keluaran dari analisis ini meliputi
peta klasifikasi kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi kawasan, dan
potensi dan kendala fisik pengembangan lahan
Satuan kemampuan lahan (SKL) yang digunakan dalam analisis kemampuan
lahan ini antara lain:
 SKL Morfologi: peta morfologi dan kelerengan
 SKL Kemudahan Dikerjakan
 SKL Kestabilan Lereng
 SKL Kestabilan Pondasi
 SKL Ketersediaan Air
 SKL Drainase
 SKL Erosi
 SKL Pembuangan Limbah
 SKL Rawan Bencana
Berikut analisis satuan kemampuan lahan yang digunakan untuk mendapatkan
kemampuan lahan di BWP PPK Simpang Kelaping.

1. SKL Morfologi
Sesuai dengan data serta peta topografi dan morfologi, BWP Kecamatan PPK
Simpang Kelaping sebagian besar adalah dataran dengan kelerengan lahan berkisar
antara 0-40%. Oleh karena itu, melalui analisis menggunakan GIS didapatkan bahwa
nilai satuan kemampuan lahan (SKL) dalam indikator penilaian morfologi untuk
kawasan perencanaan ini berkisar antara 3, 4 dan 5 yaitu kemampuan lahan sedang,
kurang dan rendah.

Tabel xx SKL Morfologi di BWP PPK Simpang Kelaping

SKL
No Morfologi Kelerengan Nilai
Morfologi
1 Dataran 0-2 rendah 5
2 Bukit rendah 3-5 kurang 4
4 Perbukitan 6-15 sedang 3
5 Perbukitan tinggi 16-40 cukup 2
6 Pegunungan >40 tinggi 1
Sumber : Hasil analisis 2022

Morfologi berarti bentang alam, kemampuan lahan dari morfologi tinggi berarti
kondisi morfologis suatu kawasan kompleks. Morfologi kompleks berarti bentang
alamnya berupa gunung, pegunungan, dan bergelombang. Akibatnya, kemampuan
pengembangannnya sangat rendah sehingga sulit dikembangkan dan atau tidak layak
dikembangkan. Lahan seperti ini sebaiknya direkomendasikan sebagai wilayah
lindung atau budi daya yang tak berkaitan dengan manusia, contohnya untuk wisata
alam. Morfologi tinggi tidak bisa digunakan untuk peruntukan ladang dan sawah.
Sedangkan kemampuan lahan dari morfologi rendah berarti kondisi morfologis tidak
kompleks. Ini berarti tanahnya datar dan mudah dikembangkan sebagai tempat
permukiman dan budi daya
2. SKL Kemudahan Dikerjakan
Sesuai dengan pada analisa SKL Kemudahan Dikerjakan dapat dilihat melalui
indikator morfologi, kelerengan, topografi, dan peta penggunaan lahan. Hasil dari
analisa ini adalah BWP PPK Simpang Kelaping memiliki kemampuan lahan
kemudahan dikerjakan dengan nilai 1,2,3,4, dan 5 yaitu kemudahan dikerjakan
rendah, kemudahan dikerjakan kurang, kemudahan dikerjakan sedang, kemudahan
dikerjakan cukup, dan kemudahan dikerjakan tinggi. Dengan analisis SKL
Kemudahan Dikerjakan maka dapat diketahui tingkat kemudahan lahan pada suatu
kawasan untuk digali/dimatangkan dalam proses pembangunan atau pengembangan.
Tabel xx SKL Kemudahan Dikerjakan di BWP PPK Simpang Kelaping

SKL
Kelerengan Ketinggian
No Morfologi Kemudahan Nilai
(%) (m)
dikerjakan
1 Dataran 0-2 0-50 Tinggi 5
2 Bukit rendah 3-5 51-200 Cukup 4
3 Perbukitan 6-15 201-500 Sedang 3
4 Perbukitan tinggi 16-40 501-1000 Kurang 2
5 Pegunungan >40 >1000 Rendah 1
Sumber : Hasil analisis 2022

3. SKL Kestabilan Lereng


Tujuan analisis SKL Kestabilan Lereng adalah untuk mengetahui tingkat
kemantapan lereng di wilayah pengembangan dalam menerima beban. Dalam analisis
ini membutuhkan masukan berupa peta topografi, peta morfologi, peta kelerengan,
peta curah hujan, peta penggunaan lahan, dengan keluaran peta SKL Kestabilan
Lereng dan penjelasannya. Sebelum melakukan analisis SKL Kestabilan Lereng,
terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang terlibat dalam analisis yaitu
jenis tanah.
Tabel. 6.16. SKL Kestabilan Lereng Di BWP PPK Simpang Kelaping
SKL
Ketinggi Curah Guna
No Morfologi Kelerengan Kemudahan Nilai
an Hujan Lahan
dikerjakan
Kemampuan
Permuki lahan dari
1 Dataran 0-2 0-50 5
man morfologi
rendah
Kemampuan
Pertanian
Bukit lahan dari
2 3-5 51-200 lahan 4
rendah morfologi
basah
kurang
Kemampuan
Perkebun lahan dari
3 Perbukitan 6-15 201-500 3
an morfologi
sedang
Perbukitan
16-40 501- xx 2
tinggi 1000
Pegunung Hutan
>40 >1000 1
an lindung
Sumber : Hasil analisis 2022

Kestabilan lereng artinya wilayah tersebut dapat dikatakan stabil atau tidak
kondisi lahannya dengan melihat kemiringan lereng di lahan tersebut. Apabila
kestabilan lerengnya tinggi maka kondisi wilayahnya stabil, tidak mudah bergerak
sehingga aman dikembangkan untuk kawasan budidaya. Berdasar analisis SKL
Kestabilan Lereng, BWP PPK Simpang Kelaping memiliki Kestabilan lereng sedang
hingga tinggi dengan nilai 3-5. SKL Kestabilan Lereng BWP PPK Simpang Kelaping
dapat dilihat pada Peta SKL Kestabilan Lereng.

4. SKL Kestabilan Pondasi


Tujuan analisis SKL Kestabilan Pondasi adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan untuk mendukung bangunan berat dalam pengembangan
perkotaan, serta jenis-jenis pondasi yang sesuai untuk masing-masing tingkatan.
Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta SKL kestabilan lereng, peta
jenis tanah, peta kedalaman efektif tanah, peta tekstur tanah, peta hidrogeologi dan
peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Kestabilan Pondasi dan
penjelasannya. Sebelum melaksanakan analisis SKL Kestabilan pondasi, harus
diketahui terlebih dahulu sifat faktor pendukungnya terhadap analisis kestabilan
pondasi meliputi jenis tanah.
Tabel. 617. SKL Kestabilan Pondasi Di BWP PPK Simpang Kelaping
Tabel xx SKL Morfologi di BWP PPK Simpang Kelaping

SKL
SKL Kestabilan
No Jenis Tanah Kestabilan Nilai
Lereng
Pondasi
1 Daya dukung 5
dan kestabilan
pondasi tinggi
2 Daya dukung 4
dan kestabilan
pondasi
kurang
Sumber : Hasil analisis 2022

Kestabilan Pondasi artinya kondisi lahan/wilayah yang mendukung stabil atau


tidaknya suatu bangunan atau kawasan terbangun. SKL ini diperlukan untuk
memperkirakan jenis pondasi wilayah terbangun. Kestabilan pondasi tinggi artinya
wilayah tersebut akan stabil untuk pondasi bangunan apa saja atau untuk segala jenis
pondasi. Kestabilan pondasi rendah berarti wilayah tersebut kurang stabil untuk
berbagai bangunan. Kestabilan pondasi kurang berarti wilayah tersebut kurang stabil,
namun mungkin untuk jenis pondasi tertentu, bisa lebih stabil. Lahan yang dapat
dikembangkan sebagai peruntukan pelabuhan adalah kesetabilan pondasi tinggi.
Berdasar analisis SKL Kestabilan Pondasi, BWP PPK Simpang Kelaping memiliki
kestabilan lereng kurang hingga tinggi, Sebagian besar wilayah BWP PPK Simpang
Kelaping didominasi oleh Kestabilan pondasi tinggi.

5. SKL Ketersediaan Air


Tujuan analisis SKL Ketersediaan Air adalah untuk mengetahui tingkat
ketersediaan air dan kemampuan penyediaan air pada masing-masing tingkatan, guna
pengembangan kawasan. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta
morfologi, peta kelerengan, peta curah hujan, peta hidrogeologi, peta jenis tanah dan
peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Ketersediaan Air dan
penjelasannya.
Tabel. 6.18. SKL Kestabilan Air Di BWP PPK Simpang Kelaping

SKL
Jenis Curah
No Morfologi Kelerengan Ketersediaan
Tanah Hujan
Air
1 Ketersediaan air
tinggi
2 Ketersediaan air
sedang
Sumber : Hasil analisis 2022

Berdasar analisis SKL Ketersediaan Air, BWP PPK Simpang Kelaping memiliki
kondisi ketersediaan air dengan kategori sedang hingga tinggi dengan nilai SKL
Ketersediaan Air 3-5. Ketersediaan air tinggi artinya kemampuan lahan dalam
ketersediaan air tanah baik yang sangat diperlukan dalam pengembangan wilayah.

6. SKL Drainase
Tujuan analisis SKL untuk Drainase adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan dalam mengalirkan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan
genangan baik bersifat lokal maupun meluas dapat dihindari. Dalam analisis ini
membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta
topografi, peta jenis tanah, peta curah hujan, peta kedalaman efektif tanah, dan
penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL untuk Drainase dan
penjelasannya.
Tabel. 6.18. SKL Kestabilan Air Di BWP Kecamatan PPK Simpang Kelaping

Morfol Ketinggian Jenis Curah SKL


No Kelerengan Nilai
ogi Tanah Hujan Drainase
1 Drainase 5
kurang
2 Drainase 4
sedang
3 Drainase 3
kurang
cukup
Sumber : Hasil analisis 2022

Berdasarkan pada kondisi kelerengan lahan dan ketinggia wilayah, maka dapat
dianalisa bahwa kawasan BWP PPK Simpang Kelaping ini memiliki kondisi drainase
yang kurang. Hal tersebut tentu saja menjadi hambatan dalam kegiatan pembangunan
dan pengembangan fisik karena aliran run off kurang. Nilai SKL Drainase pada
kawasan perencanaan sebesar 1, 2 dan 3.

7. SKL Terhadap Erosi


Tujuan analisis SKL Terhadap Erosi adalah untuk mengetahui daerah-daerah
yang mengalami keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan
terhadap erosi serta antispasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir. Dalam analisis
ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis
tanah, peta hidrogeologi, peta tekstur tanah, peta curah hujan dan peta penggunaan
lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Terhadap Erosi dan penjelasannya.
Sebelum melakukan analisis SKL Terhadap Erosi, terlebih dahulu harus diketahui
penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.
Tabel. 6.20 SKL Erosi Di BWP PPK Simpang Kelaping

Morfol Jenis Curah


No Kelerengan SKL Erosi Nilai
ogi Tanah Hujan
1 Tidak ada 5
erosi
2 Erosi sangat 4
rendah
3 Erosi sedang 3
Sumber : Hasil analisis 2022

Erosi berarti mudah atau tidaknya lapisan tanah terbawa air atau angin. Erosi
tinggi berarti lapisan tanah mudah terkelupas dan terbawa oleh angin dan air. Erosi
rendah berarti lapisan tanah sedikit terbawa oleh angin dan air. Berdasar pada kondisi
kelerengan dan hidrologi wilayah, maka kawasan perkotaan PPK Simpang Kelaping
terletak pada wilayah dengan kondisi tingkat erosi yang relatif sangat rendah atau
bahkan tidak terdapat potensi erosi. Oleh karena itu, nilai SKL Erosi untuk kawasan
perencanaan berkisar antara 3,4 sampai 5.

8. SKL Pembuangan Limbah


Tujuan analisis SKL Pembuangan Limbah adalah untuk mengetahui mengetahui
daerah-daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi penampungan akhir dan
pengeolahan limbah, baik limbah padat maupun cair. Dalam analisis ini
membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan, peta topografi, peta
jenis tanah, peta hidrogeologi, peta curah hujan dan peta penggunaan lahan eksisting
dengan keluaran peta SKL Pembuangan Limbah.
Tabel. 6.21 SKL Pembuangan Limbah Di BWP Kecamatan PPK Simpang Kelaping

Penggunaa SKL
Morfol
No Kelerengan n lahan Pembuanga Nilai
ogi
n Limbah
1 Kemampuan 5
lahan untuk
pembuangan
limbah
cukup
2 Kemampuan 4
lahan untuk
pembuangan
limbah
cukup
3 Kemampuan 3
lahan untuk
pembuangan
limbah
cukup
Sumber : Hasil analisis 2022

Kajian terhadap SKL pembuangan limbah didasarkan pada kondisi kelerengan


lahan, morfologi dan penggunaan lahan. Berdasar pada hasil analisa, dapat diketahui
bahwa kawasan BWP PPK Simpang Kelaping ini memiliki kondisi kemampuan lahan
untuk pembuangan limbah dalam kategori yang sedang hingga cukup.Nilai SKL
pembuangan limbah pada kawasan perencanaan memiliki nilai antara 3,4 dan 5.
Wilayah studi didominasi oleh pembuangan limbah yang sedang hingga cukup
sehingga terdapat beberapa wilayah yang mendukung dalam pengembangan wilayah
industri dimana faktor pembuangan limbah menjadi faktor yang cukup berpengaruh.

9. SKL Rawan Bencana


Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Bencana Alam Tujuan analisis SKL terhadap
Bencana Alam adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam menerima
bencana alam khususnya dari sisi geologi, untuk menghindari/mengurangi kerugian
dari korban akibat bencana tersebut. Dalam analisis ini membutuhkan masukan
berupa peta peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta topografi, peta jenis tanah,
peta tekstur tanah, peta curah hujan, peta bencana alam (rawan longsor, erosi dan
abrasi) dan peta penggunaan lahan eksisting dengan keluaran peta SKL Terhadap
Bencana Alam dan penjelasannya. Analisis SKL terhadap Bencana Alam juga
mengikutsertakan analisis terhadap jenis tanah yang sama dengan SKL Terhadap
Erosi.
Tabel 6.22 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Bencana Alam

Rawan
pasang
Rawan SKL Bencana
No Morfologi Kelerengan Ketinggian purnama
Longsor Alam
dan
tsunami
1
Aman
2
3 Agak rawan
Sumber : Hasil analisis 2022

PETA SKL KEMUDAHAN DIKERJAKAN


PETA SKL KESTABILAN LERENG
PETA SKL KESTABILAN PONDASI
PETA SKL KETERSEDIAAN AIR
PETA SKL KEMUDAHAN DRAINASE
PETA SKL PEMBUANGAN LIMBAH
PETA SKL EROSI
PETA SKL BENCANA ALAM
PETA SKL KEMAMPUAN PENGEMBANGAN

Perhitungan Kemampusan Lahan


Analisis ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan
untuk dikembangkan sebagai perkotaan, sebagai acuan bagi arahan-arahan kesesuaian
lahan pada tahap analisis berikutnya.
Tabel 6.23 Klasifikasi Kemampuan Lahan Serta Pengembangannya
Total nilai Kelas kemampuan lahan Klasifikasi pengembangan
32-58 Kelas a Kemampuan pengembangan
sangat rendah
Kelas b Kemampuan pengembangan
rendah
Kelas c Kemampuan pengembangan
sedang
Kelas d Kemampuan pengembangan
agak tinggi
Kelas e Kemampuan pengembangan
sangat tinggi
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007

Kemudian berdasar pada sintesa atau pembobotan nilai hasil dari kajian satuan
kemampuan lahan maka akan diperoleh total nilai yang menggambarkan kemampuan
lahan secara umum dari kawasan atau wilayah terkait. Nilai total tersebut dapat
menunjukkan tingkat dan upaya pengembangan yang dapat dilakukan dalam upaya
untuk mendukung kegiatan pembangunan dan pengembangan fisik. Pengkategorian
nilai dapat dilakukan berdasar pada klasifikasi kelas kemampuan lahan yang dapat
dilihat secara jelas pada tabel berikut.
Tabel xx Perhitungan kemampuan lahan berdasar nilai satuan kemampuan lahan
(SKL) BWP PPK Simpang Kelaping

Satuan Kemampuan Lahan (SKL)


Morf Kemudahan Kestabilan Kestabila Ketersedia drainas Pembuangan Bencana
erosi
ologi dikerjakan lereng n pondasi an air e limbah alam

Rata-rata
Sumber : Hasil analisis 2022
Keterangan:
A = Nilai
B = Bobot
C = Skor

Pembobotan nilai Satuan Kemampuan Lahan (SKL) pada kawasan BWP PPK
Simpang Kelaping didasarkan pada total nilai dan kelas kemampuan lahan sehingga
dapat diklasifikasikan kemampuan pengembangan lahan pada BWP PPK Simpang
Kelaping.
Tabel. 6.25 Perhitungan Kemampuan Lahan Berdasar SKL BWP Kec. Muara

Total Nilai Kelas Kemampuan lahan Klasifikasi pengembangan


Kemampuan pengembangan
125 Kelas d
agak tinggi
Sumber : Hasil analisis 2022

Sesuai dengan hasil analisis kemampuan lahan diatas dan klasifikasi tingkat
pengembangan diatas, BWP PPK Simpang Kelaping dapat dikategorikan dalam kelas
kemampuan pengembangan lahan sedang.

C. Analisis Kesesuaian Lahan


Analisis kesesuaian lahan ini dilakukan untuk mengetahui potensi tanah secara
umum sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam perencanaan penggunaan dan
pengembangan lahan yang mempertimbangkan resiko kerusakan tanah dan faktor-faktor
pembatas atas tanah terhadap penggunaannya. Analisis kesesuaian lahan dapat dilakukan
dengan memperhatikan arahan tata ruang pertanian, arahan rasio penutupan, arahan
ketinggian bangunan serta arahan air baku yang disesuaikan dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2007.

1. Arahan Tata Ruang Pertanian


Arahan tata ruang pertanian Arahan ini bertujuan untuk mendapatkan arahan
pengembangan pertanian sesuai dengan kesesuaian lahannya. Dalam delineasi arahan
tata ruang pertanian, digunakan landasan sebagai berikut:
Tabel. 6.26 Arahan Tata Ruang Pertanian
Kemampuan lahan Arahan Tata Ruang Pertanian
Kelas Kemampuan Klasifikasi Nilai
pengembangan
Kelas a Kemampuan Lindung 1
pengembangan
sangat rendah
Kelas b Kemampuan Kawasan 2
pengembangan penyangga
rendah
Kelas c Kemampuan Tanaman tahunan 3
pengembangan
sedang
Kelas d Kemampuan Tanaman tahunan 4
pengembangan
tinggi
Kelas e Kemampuan Tanaman tahunan 5
pengembangan
sangat tinggi
Sumber: Peraturan menteri pekerjaan umum no. 20/PRT/M/2007

Berdasarkan hasil arahan tata ruang maka didapatkan bahwa kawasan BWP PPK
Simpang Kelaping merupakan kawasan dengan kelas kemampuan lahan yang
seragam yakni kelas d. Berdasar pada klasifikasi arahan pengembangan pertanian
maka kawasan BWP PPK Simpang Kelaping ini sesuai untuk pengembangan
tanaman tahunan.

2. Arahan Rasio Tutupan


Arahan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perbandingan daerah yang bisa
tertutup oleh bangunan bersifat kedap air dengan luas lahan keseluruhan beserta
kendala fisik pada tiap tingkatan. Peta-peta masukan yang dibutuhkan meliputi peta
klasifikasi kemampuan lahan, SKL untuk drainase, SKL kestabilan lereng, SKl
terhadap erosi dan SKL terhadap bencana alam. Dalam delineasi arahan rasio
penutupan lahan, digunakan landasan sebagai berikut:
Tabel xx Arahan Rasio Tutupan Lahan

Kelas Kemampuan
Klasifikasi Nilai
Lahan
Kelas a Non bangunan 1
Kelas b Rasio tutupan lahan maks 10% 2
Kelas c Rasio tutupan lahan maks 20% 3
Kelas d Rasio tutupan lahan maks 30% 4
Kelas e Rasio tutupan lahan maks 50% 5
Sumber: Peraturan menteri pekerjaan umum no. 20/PRT/M/2007

Berdasarkan arahan rasio tutupan lahan di Kawasan BWP PPK Simpang Kelaping
menempati kelas kemampuan lahan di kelas c (berdasarkan hasil analisis Satuan
Kemampuan Lahan (SKL)) yaitu dengan rasio tutupan lahan maks 30%. Rasio
tutupan lahan maksimum 30% memiliki arti bahwa luas lahan yang boleh tertutup
hanya 30% dari luas lahan seluruh. Apabila melebihi rasio tutupan lahan maksimum
maka tidak disarankan karena tidak sesuai dengan kemampuan yang ada. Hal ini
menujukkan suatu hal yang terkait dan berpotensi untuk dikembangkan mendukung
wilayah industri, karena wilayah industri pasti akan menutup lahan pada wilayah
tersebut oleh bangunan kedap air.

3. Arahan Ketinggian Bangunan


Arahan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran daerah daerah yang sesuai
untuk dikembangkan dengan bangunan berat/tinggi pada pengembangan kawasan.
Peta-peta masukan yang dibutuhkan meliputi peta Klasifikasi Kemampuan Lahan,
SKL Kestabilan pondasi, SKL terhadap Bencana Alam dan peta Pemanfaatan Lahan
saat ini. Dalam delineasi arahan ketinggian bangunan, digunakan landasan sebagai
berikut:
Tabel. 6.28 Arahan Ketinggian Bangunan
Kelas Kemampuan
Klasifikasi Nilai
Lahan
Kelas a Non bangunan 1
Kelas b Non bangunan 2
Kelas c Bangunan < 4 lantai 3
Kelas d Bangunan < 4 lantai 3
Kelas e Bangunan ˃ 4 lantai 4
Sumber: Peraturan menteri pekerjaan umum no. 20/PRT/M/2007

Berdasarkan hasil analisis dan kelas kemampuan lahan pada kawasan BWP PPK
Simpang Kelaping, maka dapat disimpulkan bahwa arahan ketinggian bangunan pada
kawasan perencanaan diarahkan untuk tidak boleh melebihi 4 lantai. Sehingga dalam
pelaksanaan kegiatan pembangunan fisik bangunan yang ada di kawasan BWP PPK
Simpang Kelaping setidaknya tidak melebihi dan disesuaikan dengan ketentuan
peraturan dan arahan yang telah diperoleh dari hasil klasifikasi ini. Kawasan
perencanaan BWP PPK Simpang Kelaping sudah sangat mendukung untuk
dikembangkan menjadi wilayah industri, hal ini disebabkan pada wilayah
perencanaan BWP PPK Simpang Kelaping didominasi oleh bangunan kurang dari 4
lantai dan industri biasanya merupakan bangunan yang kurang dari 4 lantai.

4. Arahan Pemanfaatan Air Baku


Arahan ini bertujuan untuk mengetahui sumber-sumber air yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber air baku dalam perencanaan tata ruang. Data-data yang
dibutuhkan meliputi peta SKL Ketersediaan Air, peta Penggunaan Lahan saat ini dan
Data Hasil Perhitungan Ketersediaan Air. Dalam delineasi arahan pemanfaatan air
baku, digunakan landasan sebagai berikut:
Tabel 6.29 Arahan Pemanfaatan Air Baku

Kelas Kemampuan
Klasifikasi Nilai
Lahan
Kelas a Sangat rendah 1
Kelas b rendah 2
Kelas c cukup 3
Kelas d baik 4
Kelas e Sangat baik 5
Sumber: Peraturan menteri pekerjaan umum no. 20/PRT/M/2007

Berdasarkan pada kondisi kemampuan lahan pada BWP PPK Simpang Kelaping
termasuk dalam kelas d, maka kawasan perencanaan ini diarahkan untuk pemanfaatan
air baku yang cukup hingga baik. Hal ini menunjang kegiatan pembangunan dan
pengembangan fisik perkotaan secara baik terutama karena air baku merupakan faktor
penting yang dibutuhkan untuk menunjang berbagai aktivitas perkotaan. Sumber-
sumber air yang ada di wilayah studi tidak bermasalah untuk dikembangkan ataupun
jika ingin dilakukan pembangunan wilayah industri. Hal ini disebabkan pada wilayah
studi ketersediaan sumber air didominasi oleh sumber air yang cukup.

D. Analisis Daya Tampung Kawasan


Analisis daya tampung kawasan merupakan analisis yang digunakan untuk
memperkirakan kapasitas atau daya tampung suatu kawasan atau wilayah terutama terkait
dengan mewadahi dampak perkembangan aktivitas masyarakat. Dalam hal ini, analisa
daya tampung dilakukan dalam rangka untuk mengetahui seberapa besar kawasan mampu
menampung perkembangan aktivitas pemanfaatan lahan dan pertumbuhan penduduk
sampai dengan jangka waktu 20 tahun mendatang. Luas wilayah perencanaan sebesar 800
ha. Perkiraan daya tampung untuk kawasan terbangun didasarkan pada hasil analisis
kemampuan lahan di Kawasan BWP Kecamatan PPK Simpang Kelaping yaitu secara
keseluruhan yang sebesar 403 hektar (arahan kesesuaian lahan terbangun).
Adapun asumsi yang digunakan untuk memperkirakan daya tampung lahan ini
adalah 1 (satu) KK yang terdiri dari 4 – 5 (lima) jiwa anggota keluarga memerlukan lahan
seluas sekitar 100 m2. Sedangkan asumsi yang digunakan untuk menghitung proyeksi
penduduk adalah: 50% untuk lahan permukiman, 30% untuk lahan fasilitas umum dan
sosial, serta 20% untuk jaringan jalan dan utilitas lainnya. Dengan menggunakan asumsi
bahwa lahan terbangun yang diarahkan adalah 403 ha, maka daya tampung penduduk di
Kawasan BWP PPK Simpang Kelaping adalah sebesar 100.000 jiwa penduduk.
Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang telah diproyeksikan pada
pembahasan sebelumnya maka dapat diketahui bahwa proyeksi penduduk di Kecamatan
PPK Simpang Kelaping 20 tahun kedepan adalah 50.308 jiwa. Hal ini menunjukkan
bahwa daya tampung kawasan terhadap jumlah penduduk di BWP untuk 20 tahun
kedepan masih dapat terjangkau dengan besaran 50, 31% dari jumlah daya tampung
kawasan keseluruhan yang telah ditentukan. Sehingga kawasan BWP ini dapat dikatakan
mempunyai daya tampung yang besar untuk menampung pertumbuhan jumlah penduduk
yang akan meningkat di 20 tahun yang akan datang.

E. Analisis Tutupan Lahan dan Run Off yang Ditimbulkan


1. Tutupan Lahan
Berdasarkan analisis kemampuan lahan yang telah dilakukan maka dapat
diketahui arahan rasio tutupan lahan yang telah dianalisis sebelumnya yaitu Kawasan
BWP Kecamatan PPK Simpang Kelaping berada di kelas d dengan arahan rasio
tutupan lahan sebesar 30%. Rasio tutupan lahan maksimum 30% memiliki arti bahwa
luas lahan yang boleh tertutup hanya 30% dari luas lahan seluruh. Penggunaan lahan
di Kawasan BWP Kecamatan PPK Simpang Kelaping memiliki luas 403 ha untuk
luas lahan terbangun dan 397 ha untuk luas lahan tak terbangun. Analisis ini
dilakukan dengan melihat kesesuaian luas lahan terbangun di BWP Kecamatan PPK
Simpang Kelaping dengan arahan rasio tutupan lahan. Berikut data lahan terbangun
dan tak terbangun di Kawasan BWP Kecamatan PPK Simpang Kelaping.
Tabel 6. 30 Luas lahan terbangun dan tidak terbangun

Jenis Guna Lahan Jenis Lahan Luas


Kebun Area tidak terbangun
Industri besar Area terbangun
permukiman
Sumber: Hasil Analisis 2022

2. Run Off yang Ditimbulkan


Analisis run off yang ditimbulkan dianalisis dari pola kelerengan dari BWP
Kecamatan PPK Simpang Kelaping. Kelerengan BWP PPK Simpang Kelaping
berkisar diantara 0-29%. Berikut data kelerengan di kawasan BWP Kecamatan PPK
Simpang Kelaping. Run off (Aliran permukaan) dipengaruhi oleh kemiringan lereng.
Semakin curam lereng maka semakin besar potensi terjadinya run off . . Kelerengan
BWP PPK Simpang Kelaping berkisar diantara 0-29%. Berikut data kelerengan di
kawasan BWP Kecamatan PPK Simpang Kelaping.
Tabel 6.31 Kelerengan di BWP Kecamatan PPK Simpang Kelaping

No Morfologi Kelerengan Guna Lahan Curah Hujan


1
2
3
4
Sumber: Hasil Analisis 2022

Berdasarkan hasil analisis tingkat run off yang ditimbulkan yang di tinjau dari
faktor kelerengan serta frekuensi curah hujan maka didapatlah tingkat kerentanan
timbulan run off dengan kelerengan 15-29,99% tingkat run off tinggi, kelerengan
214,99% tingkat run off sedang, dan kelerengan 0-1,99% tingkat run off rendah.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel. 6.32 Tingkat Timbulan Run Off

No Morfologi Kelerengan Guna Curah Tingkat Luas


Lahan Hujan Run Off (ha)
1
2
3
4
Sumber: Hasil Analisis 2022

F. Analisis Kepemilikan Lahan


Setiap penggunaan lahan terdapat status kepemilikannya, walaupun tidak semua
penggunaan lahan tertera dengan jelas pada data peta bidang tanah. Dalam peta bidang
tanah terdapat 4 status kepemilikan yang terdapat di Kota Lhokseumawe tepatnya di
kawasan BWP PPK Simpang Kelaping yaitu Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak
Pakai, Hak Wakaf, dan kosong. Maksud dari keterangan tidak ada data tersebut adalah
tidak terdapat status kepemilikan atau sama saja dengan kekosongan status kepemilikan,
bisa jadi salah satunya milik pemerintah yang disajikan pada peta bidang tanah Kota
Lhokseumawe (BPN 2020).
Tabel.6.33 Luasan Status Kepemilikan Lahan

No Tipe Hak Luas (ha) Persentase (%)


1 Hak pakai
2 Hak pengelolaan
3 Hak miliki
4 Hak wakaf
5 Hak guna bangunan
6 kosong
Sumber: Data BPN & Hasil Analisis 2022

Status kepemilikan lahan di BWP PPK Simpang Kelaping paling banyak terdapat
pada tipe hak milik seluas 140,7493 ha (44,71%). Status kepemilikan lahan di BWP PPK
Simpang Kelaping paling sedikit terdapat pada hak wakaf yaitu seluas 4,2403 ha
(1,33%). Sudah dapat di pastikan tipe hak milik lebih mendominasi di BWP PPK
Simpang Kelaping. Grafik persentase status kepemilikan lahan di BWP PPK Simpang
Kelaping dapat dilihat pada Gambar.

Anda mungkin juga menyukai