Analisis fisik dasar dan lingkungan memiliki analisis yang digunakan untuk menetukan
nilai kemampuan dan kesesuaian lahan suatu wilayah. Analisis ini merupakan suatu analisis
dasar yang sangat menentukan arahan pengembangan suatu daerah. Sehingga analisis fisik dasar
sangat penting dilakukan untuk memulai suatu perencanaan. Dengan menggunakan analisis ini
dibutuhkan sebagai pengenal karakteristik suatu wilayah guna menelaah kemampuan dan
kesesuaian lahan supaya pemanfaatan lahan dapat digunakan secara optimal dengan
mempertimbangkan keseimbangan ekosistem. Dari hasil analisis sebagai pertimbangan dan
masukan dalam penyusunan rencana tata ruang maupun rencana pengembangan setiap aspek
secara spasial akan dilakukan rumusan kendala dan potensi atau factor yang akan
dipertimbangkan kedepannya.
Model analisis ini dipergunakan untuk pemilahan bentuk bentang alam/morfologi pada
wilayah kajian untuk mengetahui kawasan yang mampu untuk dikembangkan sesuai dengan
fungsi dan daya dukung lahannya. Model analisis ini akan menghasilkan peta-peta yang
menginformasikan tentang kondisi fisik dan lingkungan daerah kajian yaitu berupa peta sebagai
beikut:
Tujuan analisis kemampuan lahan Morfologi utnuk memilah bentuk bentang alam/ morfologi
pada wilayah dan/atau kawasan perencanaan yang mampu untuk dikembangkan sesuai dengan
fungsinya
Peta SKL
No Kemiringan Nila Peta Morfologi Nilai Morfologi Nilai
i Nilai
1 0–2% 5 Dataran 5 Tinggi 5
2 2–5% 4 Landai 4 Cukup 4
3 5 – 15 % 3 Perbukitan Sedang 3 Sedang 3
4 15 – 40 % 2 Pegunungan / Perbukitan 2 Kurang 2
Terjal
5 >40% 1 Pegunungan / Perbukitan 1 Rendah 1
Sangat Terjal
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek
Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Gambar 4.1.2 Peta SKL Morfologi Kecamatan Kalasan – Prambanan.
Analisis Kemampuan Lahan Morfologi menjelaskan mengenai bentang alam, dari
peta analisis SKL morfologi dapat disimpulkan bahwa wilayah perencanaan Kawasan Cagar
Budaya (KCB) wilayah Kecamatan Kalasan – Prambanan berada dalam kondisi kemampuan
lahan morfologi yang tinggi, cukup, sedang, kurang dan rendah. Dimana dalam melihat dari
kondisi eksisting untuk peruntukan Kawasan Kecamatan Kalasan - Prambanan memiliki
kemampuan lahan dari morfologi sedang yang berarti tanahnya bukit/perbukitan yang
memiliki tingkat kelerengan 15 – 25%, morfologi sedang merupakan bentuk lahan yang
paling baik untuk kegiatan perkotaan dan budidaya lainnya. Dengan demikian, kemiringan
lereng kurang dari 15 %, merupakan lahan dengan kemiringan yang baik untuk
dikembangkan kegiatan tersebut, dan morfologi kurang dengan kemiringan di atas 15 %, baik
untuk dikembangkan kegiatan budidaya pertanian dan perkebunan, lahan konservasi dan
hutan lindung, dan kegiatan perkotaan dapat dikembangkan secara terbatas.
Sasaran:
SKL
Kestabilan
No Ketinggia Nilai Kemiringan Nilai Morfologi Nilai Nilai
Lereng
n
Analisis kemampuan lahan ini memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan
lahan utnuk mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan, serta jenis – jenis
pondasi yang sesuai untuk masing – masing tingkatan. SKL ini diperlukan untuk
memperkirakan jenis pondasi wilayah terbangun. SKL ini diperlukan untuk memperkirakan
jenis pondasi wilayah terbangun.
SKL Kestabilan Pondasi di Kawasan Cagar Buday (KCB) di kawasan Kecamatan Kalasan –
Prambanan memiliki 3 kelas SKL Kestabilan Pondasi yaitu: Daya Dukung Kestabilan
Pondasi Tinggi, Kurang, dan Rendah.
Tabel 4.1.4 Pembobotan SKL Kestabilan Pondasi
N Ketinggia Nila Kemiringa Nila Morfologi Nila Jenis Tanah Nila SKL Nila
o n i n i i i Kestabila i
n Pondasi
1 Sangat 5 0 – 2% 5 Dataran 5 Alluvial 5 Tinggi 5
Rendah
2 Rendah 4 2 – 5% 4 Landai 4 Latosol 4 Cukup 4
3 Sedang 3 5 – 15% 3 Perbukitan 3 Mediteranian 3 Sedang 3
sedang , brown
forest
4 Cukup 2 15 – 40% 2 Pegununga 2 Podsol, 2 Kurang 2
Tiggi n/ merah –
Perbukitan kuning
Terjal
5 Tinggi 1 >40% 1 Pegununga 1 Rendah 1
n/
perbukitan
Sangat
Terjal
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek
Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Gambar4.1.4 Peta SKL Kestabilan Pondasi Kecamatan Kalasan – Prambanan
Kestabilan pondasi artinya lahan/wilayah yang mendukung stabil atau tidaknya suatu
bangunan atau kawasan terbangun. SKL ini diperlukan untuk memperkirakan jenis pondasi
wilayah terbangun. Berdasarkan pada peta, di Kawasan Cagar Budaya (KCB) Kawasan
Kecamatan Kalasan – Prambanan memiliki daya dukung kestabilan pondasi tinggi artinya
wilayah tersebut akan stabil untuk pondasi bangunan apa saja atau untuk segala jenis pondasi,
Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan juga memiliki pondasi kurang berarti wilayah
tersebut kurang stabil, namun mungkin untuk jenis pondasi tertentu, bisa lebih stabil misalnya
pondasi cakar ayam seta untuk penggunaan lahan meliputi kebun, hutan, serta hutan belukar.
Sedangkan untuk kestabilan pondasi rendah berarti wilayah tersebut kurang stabil.
2 4 3500 – 4 Cukup 4
4000
mm
4 2 2500 – 2 Kurang 2
3000
mm
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis
Analisisa Aspek Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang
Gambar 4.1.5 Peta SKL Ketersediaan Air Kecamatan Kalasan – Prambanan
Kemampuan lahan ketersediaan air Kawasan Cagar Budaya (KCB) Kawasan
Kecamatan Kalasan – Prambanan berada dalam kondisi ketersediaan air sangat tinggi, tinggi,
sedang, dan rendah yang artinya Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan berada pada
kelas ketersediaan air tinggi sehingga mempunyai ketersediaan air tanah dalam dan dangkal
cukup banyak, sementara ketersediaan air sedang artinya air tanah dangkal tak cukup banyak,
tapi air tanah dalam banyak. Di wilayah tersebut dikatakan tinggi karena di aliri beberapa
sungai yaitu sungai Opak, sungai Gawe, sungai Tepus, sungai Kuning dan sungai Wareng.
Analisis kemampuan lahan erosi bertujuan untuk mengetahui daerah – daerah yang
mengalami keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan terhadap
erosi serta antisipasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir. Erosi berarti mudah atau
tidaknya lapisan atanah terbawa air atau angin. Untuk mencegah terjadinya pemanfaatan
lahan yang tidak sesuai dengan daya dukung lahan di Kawasan perkotaan Semarapura , maka
penilaian SKL terhadap erosi sangat penting untuk dilakukan. Variabel yang akan dinilai
pada SKL ini adalah kemiringan lereng, jenis tanah, curah hujan dan curah hujan dan
morfologi. Dari SKL Erosi ini di lihat dari daya kemampuan lahannya memeliki beberapa
sasaran yaitu :
Curah Nilai Jenis Nilai Morfologi Nilai Kemiringa Nilai SKL Nilai
Hujan Tanah n Erosi
Latosol 4 5 – 15% 3
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek
Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Gambar 4.1.7 Peta SKL Erosi Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan
Di Kawasan Cagar Budaya (KCB) Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan
berada pada kondisi erosi tinggi, cukup tinggi, sedang, sangat rendah, dan tidak erosi.
Hampir sebagian besar Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan tidak ada erosi
berarti tidak ada lapisan tanah yang terkupas dan terbawah oleh angin dan air.
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu
saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak meiliki nilai ekonomis.
Analisis kemampuan lahan limbah bertujuan untuk mengetahui daerah – daerah yang mampu
untuk ditempati sebagai lokasi penampungan akhir dan pengolahan limbah, baik limbah padat
maupun limbah cair. SKL pmbuangan limbah miliki tingkatan untuk memperlihatkan
wilayah tersebut cocok atau tidak sebagai lokasi pembangunan, SKL pembuangan limbah
kurang berarti wilayah tersebut kurang/tidak mendukung sebagai tempat pembuangan limbah.
Sasaran dari SKL Pembuangan Limbah yaitu:
Ketinggia Nila Kemiringa Nila Cura Nila Guna Nila SKL Nila
n i n i h i Lahan i Pembuanga i
Huja n Limbah
n
<500 5 0 – 2% 5 2500 2 Non 1 Tinggi 5
– Terbangu
3000 n
mm
2 -5% 4 3000 3 Cukup 4
–
3500
mm
500 – 4 5 -15% 3 3500 4 Terbangu 2 Sedang 3
1500 – n
4000
mm
1500 - 3 15 – 40% 2 4000 5 Kurang 2
2500 >40% 1 – Rendah 1
4500
mm
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek
Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Gambar 4.1.8 Peta SKL Pembangunan Limbah Kawasan Kecamatan Kalasan - Prambanan
SKL Pembuangan Limbah di Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan berada di
kondisi cukup, rendah, dan kurang. Di kawasan Kecamatan Kalasan - Prambanan
Kemampuan lahan pembuangan limbah cukup di wilayah tersebut berarti mendukung untuk
dijadikan sebagai pembangunan limbah.
Analisis kemampuan lahan tujuannya untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam
menerima bencana alam khususnya dari sisi geologi, untuk menghindari/mengurangi
kerugian dan korban akibat bencana tersebut. Dari SKL Kemampuan Lahan terhadap bencana
alam yaitu:
Analisis arahan kemampuan kemampuan lahan untuk mengetahui wilayah yang akan
dikembangkan sebagai acuan bagi arahan – arahan kesesuaian lahan. Selanjutnya untuk
mengetahui fungsi kelas kemampuan lahan dan potensi serta kendala fisik pengembangan
lahan. Hal ini menjadi sebuah acuan dalam pemanfaatan lahan, sehingga mendapatkan hasil
yang optimum dan tetap menjaga kelestarian ekologi.
Hasil pembobotan dalam skor pembuatan peta yang dijumlahkan dari keseluruhan
satuan kemampuan lahan yang nantinya menghasilkan total nilai merupakan hirarki dan/atau
klasifikasi pengembangan kawasan wilayah.
Tabel 4.1.10 Pembobotan Analisis Kemampuan Lahan
SKL SKL SKL SKL SKL SKL SKL SKL SKL Total Kemam Klasifikasi
Morfolo Kemuda Kestabilan Kestabilan Ketersedia Erosi Drainase Pembuang Bencana Nilai puan Pengembangan
gi han Lereng Pondasi an Air an Limbah Alam Lahan
Dikerja
kan
Bobot: 5 Bobot: 1 Bobot: 5 Bobot: 3 Bobot: 5 Bobo Bobot: 5 Bobot: 0 Bobot: 5
t: 3
5 1 5 3 5 3 25 0 25 32-58 Kelas a Kemampuan
pengembangan
sangat rendah
10 2 10 6 10 6 20 0 20 59-83 Kelas b Kemampuan
pengembangan
Nilai x bobot
rendah
15 3 15 9 15 9 15 0 15 84-109 Kelas c Kemampuan
pengembangan
sedang
20 4 20 12 20 12 10 0 10 110- Kelas d Kemampuan
134 pengembangan
agak tinggi
25 5 25 15 25 15 5 0 5 135- Kelas e Kemampuan
160 pengembangan
sangat tinggi
Tujuan analisis kemampuan lahan arahan tata ruang pertanian, untuk mendapatkan
arahan pengembangan pertanian sesuai dengan kesesuaian lahannya. Peta arahan tata ruang
pertanian menyajikan hasil identifikasi dan karakterisasi potensi sumber daya kawasan
Kecamatan Kalasan – Prambanan.
Tujuan dari analisis arahan ketinggian bangunan untuk mengetahui gambaran daerah
– daerah yang sesuai dikembangkan dengan bangunan berat/tinggi pada pengembangan
kawasan.
Rencana Strategis
Berikut ini ada beberapa rencana untuk masyarakat Kawasan Kecamatan Kalasan
untuk menanggulangi bencana alam: