Anda di halaman 1dari 39

4.

1 Analisis Fisik Dasar

Analisis fisik dasar dan lingkungan memiliki analisis yang digunakan untuk menetukan
nilai kemampuan dan kesesuaian lahan suatu wilayah. Analisis ini merupakan suatu analisis
dasar yang sangat menentukan arahan pengembangan suatu daerah. Sehingga analisis fisik dasar
sangat penting dilakukan untuk memulai suatu perencanaan. Dengan menggunakan analisis ini
dibutuhkan sebagai pengenal karakteristik suatu wilayah guna menelaah kemampuan dan
kesesuaian lahan supaya pemanfaatan lahan dapat digunakan secara optimal dengan
mempertimbangkan keseimbangan ekosistem. Dari hasil analisis sebagai pertimbangan dan
masukan dalam penyusunan rencana tata ruang maupun rencana pengembangan setiap aspek
secara spasial akan dilakukan rumusan kendala dan potensi atau factor yang akan
dipertimbangkan kedepannya.

4.1 Analisis Kemampuan Lahan

4.1.1 Satuan Kemampuan Lahan

Model analisis ini dipergunakan untuk pemilahan bentuk bentang alam/morfologi pada
wilayah kajian untuk mengetahui kawasan yang mampu untuk dikembangkan sesuai dengan
fungsi dan daya dukung lahannya. Model analisis ini akan menghasilkan peta-peta yang
menginformasikan tentang kondisi fisik dan lingkungan daerah kajian yaitu berupa peta sebagai
beikut:

1. Peta SKL morfologi


2. Peta SKL kemudahan untuk dikerjakan
3. Peta SKL kestabilan lereng
4. Peta SK Kestabilan Pondasi
5. Peta SKL ketersediaan air
6. Peta SKL untuk drainase
7. Peta SKL terhadap erosi
8. Peta SKL pembuangan limbah
9. Peta SKL terhadap bencana alam.
Model analisis ini dilakukan dengan menggunakan teknik tumpang susun (superimpose) peta
fisik daerah perencanaan, kemudian hasilnya akan dinilai melalui teknik pembobotan untuk
menentukan nilai kemampuan setiap tingkatan pada masing-masing satuan kemampuan lahan,
dengan penilaian 3 (tiga) untuk nilai tertinggi (lahan yang memiliki daya dukung tinggi), 2 untuk
daya dukung sedang, dan 1 (satu) untuk daya dukung rendah). Setelah menentukan nilai, maka
langkah selanjunya adalah mengkalikan dengan bobot masing-masing satuan kemampuan lahan
yang telah ditetapkan. Kemudian masukkan nilai yang telah dikalikan dengan bobot yang telah
ditentukan di masing-masing kemampuan lahan tersebut ke dalam sebuah peta, sehingga
mendapatkan peta wilayah/kawasan yang memiliki kisaran nilai yang menunjukkan kemampuan
lahan di lokasi penelitian

4.1.1.1 Satuan Kemampuan Lahan Morfologi

Tujuan analisis kemampuan lahan Morfologi utnuk memilah bentuk bentang alam/ morfologi
pada wilayah dan/atau kawasan perencanaan yang mampu untuk dikembangkan sesuai dengan
fungsinya

Tabel 4.1.1 Pembobotan SKL Morfologi

Peta SKL
No Kemiringan Nila Peta Morfologi Nilai Morfologi Nilai
i Nilai
1 0–2% 5 Dataran 5 Tinggi 5
2 2–5% 4 Landai 4 Cukup 4
3 5 – 15 % 3 Perbukitan Sedang 3 Sedang 3
4 15 – 40 % 2 Pegunungan / Perbukitan 2 Kurang 2
Terjal
5 >40% 1 Pegunungan / Perbukitan 1 Rendah 1
Sangat Terjal
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek
Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Gambar 4.1.2 Peta SKL Morfologi Kecamatan Kalasan – Prambanan.
Analisis Kemampuan Lahan Morfologi menjelaskan mengenai bentang alam, dari
peta analisis SKL morfologi dapat disimpulkan bahwa wilayah perencanaan Kawasan Cagar
Budaya (KCB) wilayah Kecamatan Kalasan – Prambanan berada dalam kondisi kemampuan
lahan morfologi yang tinggi, cukup, sedang, kurang dan rendah. Dimana dalam melihat dari
kondisi eksisting untuk peruntukan Kawasan Kecamatan Kalasan - Prambanan memiliki
kemampuan lahan dari morfologi sedang yang berarti tanahnya bukit/perbukitan yang
memiliki tingkat kelerengan 15 – 25%, morfologi sedang merupakan bentuk lahan yang
paling baik untuk kegiatan perkotaan dan budidaya lainnya. Dengan demikian, kemiringan
lereng kurang dari 15 %, merupakan lahan dengan kemiringan yang baik untuk
dikembangkan kegiatan tersebut, dan morfologi kurang dengan kemiringan di atas 15 %, baik
untuk dikembangkan kegiatan budidaya pertanian dan perkebunan, lahan konservasi dan
hutan lindung, dan kegiatan perkotaan dapat dikembangkan secara terbatas.

4.1.2 Satuan Kemampuan Lahan Kemudahan Dikerjakan

Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan bertujuan untuk mengetahui tingkat kemudahan


lahan pada suatu kawasan untuk digali /dimatangkan dalam proses pembangunan atau
pengembangan. Dikerjakan bertujuan untuk mengetahui tingkat kemudahan lahan diwilayah
dan/atau kawasan untuk digali/dimatangkan dalam proses pembangunan/pengembangan
kawasan.

Sasaran:

1. memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk digali, ditimbun, ataupun


dimatangkan dalam proses pembangunan untuk pengembangan kawasan.
2. mengetahui potensi dan kendala dalam pengrjaan masing – masing tingkatan
kemampuan lahan kemampuan dikerjakan.
3. mengetahui metode pengerjaan yang sesuai untuk masing – masing tingkatan
kemampuan lahan.

Kemapuan lahan Kawasan Cagar Budaya (KCB) di Kawasan Kecamatan Kalasan –


Prambanan berada dalam kondisi kemampuan lahan.
Table 4.1.2 Pembobotan SKL Kemudahan Dikerjakan

Peta Peta Jenis SKL


Ketinggia Nilai Kemiringa Nilai Tanah Nilai Kemudahan Nilai
n n Dikerjakan
<500 5 0–2% 5 Alluvial 5 Tinggi 5
2 – 5% 4 Latosol 4 Sedang 4
500 – 1500 4 5 – 15 % 3 Brown 3 Rendah 3
15 – 40% 2
Forest,
Mediteran
1500-2500 3 >40% 1 Pedsol, 2 Kurang 2
Merah,
Kuning
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek
Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Gambar 4.1.2 Peta SKL Kemudahan Dikerjakan Kecamatan Kalasan – Prambanan
Kemapuan lahan di Kawasan Cagar Budaya (KCB) Kawasan Kecamatan Kalasan –
Prambanan berada dalam kondisi kemampuan lahan kemudahan dikerjakan tinggi, sedang, kurang,
dan rendah. Dari peta SKL Kemudahan Dikerjakan dapat kita lihat sebagian besar Kecamatan
Kalasan – Prambanan merupakan daerah dengan SKL Kemudahan Dikerjakan tinggi, hal ini
disebabkan oleh morfologi wilayah sebagian besar daerah tinggi, hal ini disebabkan oleh morfologi
wilayah sebagian besar daerah morfologi sedang.

4.1.3 Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng

Analisis kestabilan lereng bertujuan untuk mengetahui tingkat kemantapan lereng di


wilayah/kawasan pengembangan dalam menerima beban. Guna mengetahui tingkat
kemantapan lereng di wilayah dan/atau kawasan dalam menerima beban pada pengembangan
wilayah dan/atau kawasan. Sasaran dari kestabilan lereng

a. Memperoleh gambaran tingkat kestabilan lereng untuk pengembangan


wilayah dan/atau kawasan.
b. Mengetahui daerah-daerah yang berlereng cukup aman untuk dikembangkan
sesuai dengan fungsi kawasan.
c. Mengetahui batasan-batasan pengembangan pada masing-masing tingkatan
kestabilan lereng

Tabel 4.1.3 Pembobotan SKL Kestabilan Lereng

SKL
Kestabilan
No Ketinggia Nilai Kemiringan Nilai Morfologi Nilai Nilai
Lereng
n

1 Sangat 5 0 – 2% 5 Dataran 5 Tinggi 5


rendah

2 Rendah 4 2 – 5% 4 Landai 4 Cukup 4

3 Sedang 3 5 – 15% 3 Perbukitan 3 Sedang 3


sedang

4 Cukup 2 15 – 40% 2 Pegunungan 2 Kurang 2


tinggi / Perbukitan
Terjal

5 Tinggi 1 >40% 1 Pegunungan 1 Rendah 1


/ Perbukitan
Sangat
Terjal
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M2007 Pedoman Teknis Analisis
Aspek Fisisk dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata
Ruang
Gambar 4.1.3 Peta SKL Kestabilan Lereng Kecamatan Kalasan – Prambanan
Kemampuan lahan kestabilan lereng di kawasan Cagar Budaya (KCB) Kecamatan
Kalasan – Prambanan memiliki kestabilan lereng kurang, rendah, sedang dan tinggi.
Kestabilan lereng ini memiliki arti dimana wilayah tersebut dapat dikatakan stabil atau
tidaknya kondisi lahan dengan melihat kemiringan lereng di kawasan Kecamatan Kalasan –
Prambanan. SKL Kestabilan Lereng tersebut dapat dikatakan stabil atau tidak kondisi
lahannya dengan melihat kemiringan lereng di lahan tersebut. Bila suatu kawasan disebut
kestabilan lerengnya rendah, maka kondisi wilayahnya tidak stabil. Tidak stabil artinya
mudah longsor, mudah bergerak yang artinya tidak aman dikembangkan untuk bangunan atau
permukiman dan budi daya. Kondisi kelerengan akan mempengaruhi pengembangan
pemanfaatan lahan disuatu wilayah. Penilaian terhadap kestabilan lereng akan melihat
karakter dari kemiringan lereng, jenis tanah, dan penggunaan lahan di Kawasan Kecamatan
Kalasan – Prambanan.

4.1.4 Satuan Kemampuan Lahan Pondasi

Analisis kemampuan lahan ini memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan
lahan utnuk mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan, serta jenis – jenis
pondasi yang sesuai untuk masing – masing tingkatan. SKL ini diperlukan untuk
memperkirakan jenis pondasi wilayah terbangun. SKL ini diperlukan untuk memperkirakan
jenis pondasi wilayah terbangun.

SKL Kestabilan Pondasi di Kawasan Cagar Buday (KCB) di kawasan Kecamatan Kalasan –
Prambanan memiliki 3 kelas SKL Kestabilan Pondasi yaitu: Daya Dukung Kestabilan
Pondasi Tinggi, Kurang, dan Rendah.
Tabel 4.1.4 Pembobotan SKL Kestabilan Pondasi

N Ketinggia Nila Kemiringa Nila Morfologi Nila Jenis Tanah Nila SKL Nila
o n i n i i i Kestabila i
n Pondasi
1 Sangat 5 0 – 2% 5 Dataran 5 Alluvial 5 Tinggi 5
Rendah
2 Rendah 4 2 – 5% 4 Landai 4 Latosol 4 Cukup 4
3 Sedang 3 5 – 15% 3 Perbukitan 3 Mediteranian 3 Sedang 3
sedang , brown
forest
4 Cukup 2 15 – 40% 2 Pegununga 2 Podsol, 2 Kurang 2
Tiggi n/ merah –
Perbukitan kuning
Terjal
5 Tinggi 1 >40% 1 Pegununga 1 Rendah 1
n/
perbukitan
Sangat
Terjal
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek
Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Gambar4.1.4 Peta SKL Kestabilan Pondasi Kecamatan Kalasan – Prambanan
Kestabilan pondasi artinya lahan/wilayah yang mendukung stabil atau tidaknya suatu
bangunan atau kawasan terbangun. SKL ini diperlukan untuk memperkirakan jenis pondasi
wilayah terbangun. Berdasarkan pada peta, di Kawasan Cagar Budaya (KCB) Kawasan
Kecamatan Kalasan – Prambanan memiliki daya dukung kestabilan pondasi tinggi artinya
wilayah tersebut akan stabil untuk pondasi bangunan apa saja atau untuk segala jenis pondasi,
Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan juga memiliki pondasi kurang berarti wilayah
tersebut kurang stabil, namun mungkin untuk jenis pondasi tertentu, bisa lebih stabil misalnya
pondasi cakar ayam seta untuk penggunaan lahan meliputi kebun, hutan, serta hutan belukar.
Sedangkan untuk kestabilan pondasi rendah berarti wilayah tersebut kurang stabil.

4.1.5 Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Air

Analisis Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Air mempunyai tujuan untuk


mengetahui tingkat ketersediaan air dan kemmpuan penyediaan air pada masing – masing
tingkatan, guna pengembangan kawasan. Ketersediaan air pada suatu lahan merupakan hal
yang sangat penting, mengingat fungsi air tanah sebagai sumber pasokan air bersih untuk
berbagai kebutuhan, terutama disaat kemarau Panjang dimana air permukiman tidak
mencukupi. Ketersediaan air pada suatu lahan merupakan hal yang sangat penting, mengingat
fungsi air tanah sebagai sumber pasokan air bersih untuk berbagai kebutuhan, terutama di
saat kemarau panjang dimana air permukaan tidak mencukupi. Bertolak dari hal tersebut,
maka analisis satuan kemampuan ini dilakukan dengan maksud untuk megetahui kemampuan
lahan dalam menunjang ketersediaan air.

Analisa terhadap ketersediaan air di wilayah tersebut mempertimbangkan aspek


kemiringan lereng, jenis batuan, curah hujan, dan penggunaan la han. Berdasarkan kondisi
eksisting wilayah penelitian, kemiringan lereng wilayah Kawasan Perkotaan Semarapura
berkisar antara 2 – 45%, dengan jenis batuan/tanah berupa lempung, kerikil, alluvial, andesit
dan lain-lain. Sedangkan penggunaan lahan dominan adalah kawasan terbangun dan
ditambah dengan aliran sungai yang baik dan curah hujan yang stabil,sehingga penyediaan di
kawasan perkotaan semarapura sangat tinggi. Dari ketersediaan air tinggi sangat mendukung
untuk pengembangan wilayah tersebuut.Sasaran Dari Skl Ketersediaan Air ini yaitu :

1. Mengetahui kapasitas air untuk pengembangan kawasan


2. Mengetahui sumber-sumber air yang bisa dimanfaatkan untuk keperluan
pengembangan kawasan, dengan tidak mengganggu keseimbangan tata air,
3. Memperoleh gambaran penyediaan air untuk tiap tingkatan ketersediaan air, dan
pengolahan secara umum untuk air dengan mutu kurang memenuhi persyaratan
kesehatan

Tabel 4.1.5 Pembobotan SKL Ketersediaan Air

No Peta Nilai Peta Nilai Peta Tata SKL Nilai


DAS Curah Guna Ketersediaan
Hujan Lahan Air

1 Baik 5 4000 – 5 Terbangu Tinggi 5


merata 4500 n
mm

2 4 3500 – 4 Cukup 4
4000
mm

3 3 3000 – 3 Non Sedang 3


3500 Terbangu
mm n

4 2 2500 – 2 Kurang 2
3000
mm
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis
Analisisa Aspek Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang
Gambar 4.1.5 Peta SKL Ketersediaan Air Kecamatan Kalasan – Prambanan
Kemampuan lahan ketersediaan air Kawasan Cagar Budaya (KCB) Kawasan
Kecamatan Kalasan – Prambanan berada dalam kondisi ketersediaan air sangat tinggi, tinggi,
sedang, dan rendah yang artinya Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan berada pada
kelas ketersediaan air tinggi sehingga mempunyai ketersediaan air tanah dalam dan dangkal
cukup banyak, sementara ketersediaan air sedang artinya air tanah dangkal tak cukup banyak,
tapi air tanah dalam banyak. Di wilayah tersebut dikatakan tinggi karena di aliri beberapa
sungai yaitu sungai Opak, sungai Gawe, sungai Tepus, sungai Kuning dan sungai Wareng.

4.1.6 Satuan Kemampuan Lahan Drainase

Analisis kemampuan lahan drainase bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan


lahan dalam mematuskan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan baik
bersifat lokal ataupun meluas dapat dihindari, drainase berkaitan dengan aliran air, serta
mudah tidaknya air mengalir. Dari SKL Drainase ini memiliki sasaran tertentu untuk
kemampuan lahan yaitu :

a. Mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam proses pematusan.


b. Memperoleh gambaran karakteristik drainase alamiah masing-masing
tingkatan kemampuan drainase.
c. Mengetahui daerah-daerah yang cenderung tergenang di musim penghujan

Tabel 4.1.6 Pembobotan SKL Drainase

Peta Nilai Peta Nilai Peta Nilai SKL Nilai


Ketinggian Kemiringa Curah Drainase
n Hujan
<500 5 0 – 2% 5 2500 – 2 Tinggi 3
3000
mm
2 – 5% 4 3000 – 3 Cukup 2
3500
mm
500 – 1500 4 5 – 15% 3 3500 – 4
4000
mm
1500 – 3 15 -40% 1 4000 – 5 Kurang 1
2500 >40% 1 4500
mm
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek
Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Gambar 4.1.6 Peta SKL Kemampuan Lahan Drainase Kecamatan Kalasan - Prambanan
Kawasan Cagar Budaya (KCB) Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan memiliki
tingkatan kelas tinggi, cukup, dan kurang, Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan
termasuk dalam kelas drainase kurang dimana Kawsan Kecamatan Kalasan – Prambanan
memiliki kekurangan drainasi tetapi aliran air tinggi.

4.1.7 Satuan Kemampuan Lahan Erosi

Analisis kemampuan lahan erosi bertujuan untuk mengetahui daerah – daerah yang
mengalami keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan terhadap
erosi serta antisipasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir. Erosi berarti mudah atau
tidaknya lapisan atanah terbawa air atau angin. Untuk mencegah terjadinya pemanfaatan
lahan yang tidak sesuai dengan daya dukung lahan di Kawasan perkotaan Semarapura , maka
penilaian SKL terhadap erosi sangat penting untuk dilakukan. Variabel yang akan dinilai
pada SKL ini adalah kemiringan lereng, jenis tanah, curah hujan dan curah hujan dan
morfologi. Dari SKL Erosi ini di lihat dari daya kemampuan lahannya memeliki beberapa
sasaran yaitu :

1. Mengetahui tingkat keterkikisan tanah di wilayah dan/atau kawasan perencanaan.


2. Mengetahui tingkat ketahanan lahan terhadap erosi.
3. Memperoleh gambaran batasan pada masing-masing tingkatan kemampuan terhadap
erosi.
4. Mengetahui daerah yang peka terhadap erosi dan perkiraan arah pengendapan hasil
erosi tersebut pada bagian hilirnya.

Tabel 4.1.7 Pembobotan SKL Erosi

Curah Nilai Jenis Nilai Morfologi Nilai Kemiringa Nilai SKL Nilai
Hujan Tanah n Erosi

2500 – 1 Pedsol 2 Perbukita 1 0 – 2% 5 Tinggi 5


3000 n Sangat
Merah
Terjal
Kuning

3000 – 2 Mediteran 3 Perbukita 2 2 – 5% 4 Cukup 4


3500 n Terjal
Brow
Forest

Latosol 4 5 – 15% 3

3500 – 3 Alluvial 5 Perbukita 3 15 – 40% 2 Kurang 3


4000 n Sedang >40% 1 Rendah 2

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek
Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Gambar 4.1.7 Peta SKL Erosi Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan
Di Kawasan Cagar Budaya (KCB) Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan
berada pada kondisi erosi tinggi, cukup tinggi, sedang, sangat rendah, dan tidak erosi.
Hampir sebagian besar Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan tidak ada erosi
berarti tidak ada lapisan tanah yang terkupas dan terbawah oleh angin dan air.

4.1.8 Satuan Kemampuan Lahan Limbah

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu
saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak meiliki nilai ekonomis.
Analisis kemampuan lahan limbah bertujuan untuk mengetahui daerah – daerah yang mampu
untuk ditempati sebagai lokasi penampungan akhir dan pengolahan limbah, baik limbah padat
maupun limbah cair. SKL pmbuangan limbah miliki tingkatan untuk memperlihatkan
wilayah tersebut cocok atau tidak sebagai lokasi pembangunan, SKL pembuangan limbah
kurang berarti wilayah tersebut kurang/tidak mendukung sebagai tempat pembuangan limbah.
Sasaran dari SKL Pembuangan Limbah yaitu:

1. Mengetahui daerah-daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi penampungan


akhir dan pengolahan limbah padat atau sampah
2. Mengetahui daerah yang mampu untuk ditempati lokasi penampungan akhir dan
pengolahan limbah cair.
3. Mempersiapkan daerah-daerah tersebut dan pengamanannya sebagai lokasi
pembuangan akhir limbah

Tabel 4.1.8 Pembobotan SKL Pembuangan Limbah

Ketinggia Nila Kemiringa Nila Cura Nila Guna Nila SKL Nila
n i n i h i Lahan i Pembuanga i
Huja n Limbah
n
<500 5 0 – 2% 5 2500 2 Non 1 Tinggi 5
– Terbangu
3000 n
mm
2 -5% 4 3000 3 Cukup 4

3500
mm
500 – 4 5 -15% 3 3500 4 Terbangu 2 Sedang 3
1500 – n
4000
mm
1500 - 3 15 – 40% 2 4000 5 Kurang 2
2500 >40% 1 – Rendah 1
4500
mm
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek
Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Gambar 4.1.8 Peta SKL Pembangunan Limbah Kawasan Kecamatan Kalasan - Prambanan
SKL Pembuangan Limbah di Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan berada di
kondisi cukup, rendah, dan kurang. Di kawasan Kecamatan Kalasan - Prambanan
Kemampuan lahan pembuangan limbah cukup di wilayah tersebut berarti mendukung untuk
dijadikan sebagai pembangunan limbah.

4.1.9 Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Bencana Alam

Analisis kemampuan lahan tujuannya untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam
menerima bencana alam khususnya dari sisi geologi, untuk menghindari/mengurangi
kerugian dan korban akibat bencana tersebut. Dari SKL Kemampuan Lahan terhadap bencana
alam yaitu:

1. mengetahui daerah – daerah yang kemampuan bencananya tingi.


2. mengetahui daerah yang kemampuan lahannya terhadap kebencanaan.

Tabel 4.1.9 Pembobotan SKL Bencana Alam

Gerakan Nilai Rawan Nilai SKL Nilai


Tanah Gempa Bencana
Alam
Tinggi 5 Zona Tinggi 5 Tinggi 5
>0,4 g
Menengah 4 Zona Sedang 4 Sedang 4
0,3 – 0,4 g
Rendah 3 Zona Rendah 3 Rendah 3
Sangat 2
Rendah
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis
Aspek Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana
Tata Ruang
Gambar 4.1.9 Peta SKL Bencana Alam Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan
Di Kawasan Cagar Budaya (KCB) Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan memiliki
kelas bencana alam yaitu potensi bencana alam kurang, cukup dan tinggi. Yang lebih
dominan potensi bencana alam kurang. Akan tetapi ada salah satu bencana yang terjadi di
wilayah tersebut ada 2 Desa di Kecamatan Kalasan – Prambanan yang terjadi yaitu tanah
longsor dan gempa bumi.

4.1.2 Analisis Kemampuan Lahan

4.1.2.1 Arahan Kemampuan Lahan

Analisis arahan kemampuan kemampuan lahan untuk mengetahui wilayah yang akan
dikembangkan sebagai acuan bagi arahan – arahan kesesuaian lahan. Selanjutnya untuk
mengetahui fungsi kelas kemampuan lahan dan potensi serta kendala fisik pengembangan
lahan. Hal ini menjadi sebuah acuan dalam pemanfaatan lahan, sehingga mendapatkan hasil
yang optimum dan tetap menjaga kelestarian ekologi.

Hasil pembobotan dalam skor pembuatan peta yang dijumlahkan dari keseluruhan
satuan kemampuan lahan yang nantinya menghasilkan total nilai merupakan hirarki dan/atau
klasifikasi pengembangan kawasan wilayah.
Tabel 4.1.10 Pembobotan Analisis Kemampuan Lahan

SKL SKL SKL SKL SKL SKL SKL SKL SKL Total Kemam Klasifikasi
Morfolo Kemuda Kestabilan Kestabilan Ketersedia Erosi Drainase Pembuang Bencana Nilai puan Pengembangan
gi han Lereng Pondasi an Air an Limbah Alam Lahan
Dikerja
kan
Bobot: 5 Bobot: 1 Bobot: 5 Bobot: 3 Bobot: 5 Bobo Bobot: 5 Bobot: 0 Bobot: 5
t: 3
5 1 5 3 5 3 25 0 25 32-58 Kelas a Kemampuan
pengembangan
sangat rendah
10 2 10 6 10 6 20 0 20 59-83 Kelas b Kemampuan
pengembangan
Nilai x bobot

rendah
15 3 15 9 15 9 15 0 15 84-109 Kelas c Kemampuan
pengembangan
sedang
20 4 20 12 20 12 10 0 10 110- Kelas d Kemampuan
134 pengembangan
agak tinggi
25 5 25 15 25 15 5 0 5 135- Kelas e Kemampuan
160 pengembangan
sangat tinggi

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis


Analisis Aspek Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang
Gambar 4.1.10 Peta Kemampuan Lahan Kawasan Kecamatan Kalasan - Prambanan
Dari analisis satuan kemampuan lahan Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan
yang telah dibuat satuan Kemampuan Lahannya tergolong dalam 3 kelas klasifikasi
kemampuan lahan yaitu Kemampuan Pengembangan Agak Tinggi, sedang dan rendah.
Maksud dari kemampuan lahan agak tinggi menunjukan bahwa karakteristik lahannya sesuai
untuk pengembangan kegiatan perkotaan seperti industri, permukiman, perdagangan dan jasa,
dan lain sebagainya. Kemampuan lahan sedang menunjukan bahwa untuk pengembangan
kegiatan Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan memiliki karakteristik lahannya
memungkinkan untuk dikembangkan hanya saja di beberapa bagian membutuhkan suatu
rekayasa teknologi. Sedangkan untuk kemampuan lahan rendah dapat menunjukan bahwa
karakteristik lahannya tidak memungkinkan untuk pengembangan kegiatan di Kawasan
Kecamatn Kalasan – Prambanan.

4.1.2.2 Analisis Kemapuan Lahan Arahan Tata Ruang Pertanian

Tujuan analisis kemampuan lahan arahan tata ruang pertanian, untuk mendapatkan
arahan pengembangan pertanian sesuai dengan kesesuaian lahannya. Peta arahan tata ruang
pertanian menyajikan hasil identifikasi dan karakterisasi potensi sumber daya kawasan
Kecamatan Kalasan – Prambanan.

Tabel 4.1.11 Pembobotan Arahan Tata Ruang Pertanian

Kemampuan Lahan Arahan Tata Ruang Pertanian


Kelas Kemampuan Pengembangan Klasifikasi Nilai
Kelas a Kemampuan Pengembangan Lindung 1
Sangat rendah
Kelas b Kemampuan Pengembangan Kawasan 2
Rendah Penyangga
Kelas c Kemampuan Pengembangan Tanaman Tahunan 3
Sedang
Kelas d Kemampuan Pengembangan Tanaman Setahun 4
Agak tinggi
Kelas e Kemampuan Pengembangan Tanaman Setahun 5
Sangat tinggi
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis
Aspek Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana
Tata Ruang.
Gambar 4.1.11 Peta Arahan Tata Ruang Pertanian Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan
Dapat kita ketahui dari gambar peta arahan tata ruang pertanian Kawasan Kawasan
Kecamatan Kalasan – Prambanan memiliki klasifikasi 3 kelas yaitu; tanaman setahun,
tanaman tahunan, dan kawasan penyangga. Tanaman setahun dapat dipanen hasilnya dalam
satu musim tanam, tanaman tahunan merupakan tanaman yang hidupnya sepanjang tahun dan
akan di panen sepanjang tahunpula sampai tanaman tersebut tidak berproduksi lagi tapi harus
menunggu beberapa tahun dari menanam hingga tanaman itu dapat berproduksi dan dapat
dipanen. Tanaman tahunan kebanyakan dan hampir semuanya merupakan tanaman
perkebunan, dengan ciri-ciri berkayu keras dan dapat dipanen sepanjang tahun sesuai dengan
musim berbuahnya. Tanaman ini juga membutuhkan waktu yang sangat lama hingga dapat
menghasilkan buah yang dapat dipanen.Tanaman tahunan bermacam-macam jenisnya, ada
buah-buahan, rempah-rempah, dan tanaman industri, sedangkan untuk kawasan penyangga
merupakan kawasan yang ditetapkan untuk menopang keberadaan kawasan lindung sehingga
fungsi lindungnya tetap terjaga.

1.1.2.3 Analisis Kemampuan Lahan Dengan Arahan Rasio Penutupan

Analisis arahan rasio penutupan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran


perbandingan daerah yang bisa tertutup oleh pembangunan bersifat kedap air dengan luas
lahan keseluruhan beserta kendala fisik pada tiap tingkatan.

Tabel 4.1.12 Tabel Arahan Rasio Penutupan

Arahan Rasio Tutupan


Kelas Kemampuan Klasifikasi Nilai
Lahan
Kelas a Non Bangunan 1
Kelas b Rasio Tututupan Lahan maks 10% 2
Kelas c Rasio Tututupan Lahan maks 20% 3
Kelas d Rasio Tututupan Lahan maks 30%
Kelas e Rasio Tututupan Lahan maks 50% 4
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis
Aspek Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata
Ruang.
Gambar 4.1.12 Peta Arahan Rasio Penutupan Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan
Di Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan hampir sebagian besar di dominasi
oleh rasio tutupan lahan maksimal 30%, sedangkan sisanya ada rasio tutupan lahan maksimal
20% dan rasio tutupan lahan maksimal 10%. Rasio tutupan lahan 30% dan 20% yaitu
kemampuan pengembangan sedang, dan rasio tutupan lahan maksimal 10% yaitu
kemampuan pengembangan rendah.

1.1.2.4 Analisis Kemampuan Lahan Dengan Arahan Ketinggian Bangunan

Tujuan dari analisis arahan ketinggian bangunan untuk mengetahui gambaran daerah
– daerah yang sesuai dikembangkan dengan bangunan berat/tinggi pada pengembangan
kawasan.

Tabel 4.1.13 Arahan Ketinggian Bangunan

Arahan Ketinggian Bangunan


Kelas a Non Bangunan 1
Kelas b Non Bangunan 2
Kelas c
Kelas d
Bangunan < 4 lantai 3
Kelas e Bangunan > 4 lantai 4
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis
Aspek Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana
Tata Ruang.
Gambar 4.1.13 Peta Arahan Ketinggian Bangunan Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan
Di Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan memiliki arahan ketinggian banguanan
yang mempunyai 2 klasifikasi yaitu bangunan <4 lantai dan non bangunan. Maksud dari
bangunan <4 lantai yaitu kemampuan pengembangan sedang, sedangkan untuk kawasan non
bangunan yaitu kemampuan pengembangan sangat rendah.

4.1.2.5 Analisis Kemampuan Lahan Dengan Arahan Pemanfaatan Air Baku

Analisis kemampuan arahan pemanfaatan air baku bertujuan untuk mengetahui


sumber-sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku dalam perencanaan tata
ruang.

Tabel 4.1.14 Arahan Pemanfaatan Air Baku

Arahan Pemanfaatan Air Baku


Kelas Klasifikasi Nilai
Kemampuan
Lahan
Kelas a Sangat Rendah 1
Kelas b Rendah 2
Kelas c Cukup 3
Kelas d Baik 4
Kelas e Sangat Baik 5
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis
Aspek Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana
Tata Ruang.
Gambar 4.1.14 Peta Arahan Pemanfaatan Air Baku Kawasan Kalasan – Prambanan.
Di Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan memiliki 3 klasifikasi pemanfaatan air
baku yaitu baik, cukup dan rendah. Maksud dari klasifikasi air baik yaitu kemampuan
pengembangan agak tinggi, cukup yaitu kemampuan pengembangan sedang, sedangkan
renah yaitu kemampuan pengembangan rendah. Di Kawasan Kecamatan Kalasan –
Prambanan sendiri didominasi oleh pemanfaatan air baku baik, dikarenakan sumber daya air
yang berada di kawasan tersebut sangat membantu masyarakat dengan adanya sungai dan
sumur di kawasan tersebut.

Rencana Strategis

Berikut ini ada beberapa rencana untuk masyarakat Kawasan Kecamatan Kalasan
untuk menanggulangi bencana alam:

1. Tingkat Mitigasi bencana


Adanya kegiatan mitigasi untuk masyarakat Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan
sehingga dapat melaksanakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana.
2. Perlu adanya penyuluhan atau himbauan
Disini dihimbau kepada masyarakat di Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan
menggunakan sistem peringatan dini tsunami yang dirancang untuk mendeteksi tsunami,
kemudian adanya peringatan untuk mencegah jatuhnya korban atau lebih dikenal (ews). Di
era perkembangan teknologi saat ini maka kemampuan seismometer dapat ditingkatkan
dengan adanya alat perekam getaran dalam jangkauan frekuensi yang cukup
lebar. Alat seperti ini disebut seismometer broadband yang dimaksudkan Seismograf adalah
sebuah perangkat yang mengukur dan mencatat gempa bumi. Sehingga masyarakat di
Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan sendiri dapat mengetahui kapan datang atau
tidaknyagempabumitersebut.
4. Partisipasi Masyarakat
Adanya partisipasi masyarakat Kawasan Kecamatan Kalasan – Prambanan dalam mitigasi
bencana berarti mengikut sertakan masyarakat dalam tahap tanggap bencana

Anda mungkin juga menyukai