Ancaman Bahaya Longsor
Ancaman Bahaya Longsor
dapat diketahui bahwasannya wilayah tersebut memiliki empat tingkat bahaya, yaitu sangat
rendah, rendah, sedang, dan tinggi, yang didapat berdasarkan skoring dan pembobotan yang
telah dilakukan. Parameter skoring dan pembobotan didasarkan kepada model pendugaan
kawasan rawan tanah longsor oleh direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi/DVMBG (2004).
Parameter kemiringan didapat dari pengolahan data DEM dengan menggunakan metode
slope, dan kemudian di klasifikasikan menjadi lima kelas, yaitu 0-8% sangat rendah, 8-15%
rendah, 15-25% sedang, 25-45% tinggi, dan >45% sangat tinggi. DEM Nasional dibangun
dari beberapa sumber data meliputi data IFSAR (resolusi 5m), TERRASAR-X (resolusi 5m)
dan ALOS PALSAR (resolusi 11.25m), dengan menambahkan data Masspoint hasil stereo-
plotting. Resolusi spasial DEMNAS adalah 0.27-arcsecond, dengan menggunakan datum
vertikal EGM2008 (http://tides.big.go.id/DEMNAS/).
Parameter jenis tanah merupakan peta tanah yang diperoleh dari data shp jenis tanah
Indonesia yang kemudian di klip. Besaran yang digunakan dalam peta tersebut adalah tidak
peka, agak peka, kurang peka, peka, dan sangat peka. Tingkat kepekaan dilihat berdasarkan
gradasi warna tanah mulai dari cerah hingga hitam pekat. Sedangkan tanah di Kabupaten
Wonosobo dominan agak pekat.
Parameter geologi didapat dari peta Geologi Indonesia shp. Besaran yang digunakan
dalam parameter ini adalah bahan alluvial, bahan vulkanik 1, bahan sedimen 1, dan bahan
sedimen 2 vulkanik 2. Kabupaten Wonosobo dominan memiliki formasi geologi vulkanik,
karena memang terletak di formasi gunung api dieng.