Anda di halaman 1dari 2

4.

1 Penentuan Daerah Resapan Air (DRA)


Resapan air hujan pada suatu lahan ditentukan oleh beberapa faktor, seperti: curah
hujan, jenis tanah, kemiringan lereng, jenis batuan dan kedalaman muka air tanah,
serta secara tidak langsung dipengaruhi oleh penggunaan lahan. Pemetaan zona
resapan air hujan dibagi menjadi potensial dan aktual. Resapan air hujan potensial
diformulasikan berdasarkan faktor tanah/ batuan, lereng dan hujan, serta muka
air tanah (Kementrian Kehutanan, 2010). Resapan air aktual merupakan kondisi lahan
pada saat ini untuk meresapkan air hujan dan diformulasikan seperti resapan air
potensial tetapi ditambah dengan factor penggunaan lahan. Nilai resapan air potensial
dan aktual merupakan nilai relatif dalam kawasan suatu DAS.
Lokasi dan batas-batas daerah resapan air dilakukan melalui tinjauan terhadap variabel
spasial, kriteria analisis, klasifikasi spasial. Hasil overlay dari ke empat variabel tersebut
(curah hujan, kelerengan, penggunaan lahan, dan tekstur tanah) merupakan unit-unit
daerah resapan air yang beragam dan memiliki skor beragam selanjutnya diurutkan
berdasarkan urutan tertinggi dan dilakukan generalisasi menjadi 4 (empat) kelas yaitu
rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Variabel penentuan batas-batas Daerah
Resapan Air (DRA) berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No. 10 Tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.
Pada pembuatan Peta DRA Potensial, tata guna lahan yang digunakan adalah Rencana
Pola Ruang yang ada di dalam RTRW Kabupaten/Provinsi. Sedangkan pada pembuatan
Peta DRA Aktual, tata guna lahan yang digunakan adalah data tata guna lahan actual
pada tahun yang ditinjau.
Setelah penentuan kelas DRA Aktual dan Potensial per DAS dilakukan, maka kondisi
daerah resapan dapat dilkasifikasi, yaitu dengan membandingkan antara kelas DRA
Potensial dengan kelas DRA Aktual. Adapun kriteria yang dipakai adalah sebagai-
berikut.
1. Kondisi Baik, yaitu jika kelas DRA Aktual lebih tinggi dibanding kelas DRA
Potensial, misalnya dari kelas 4 menjadi kelas 5.
2. Kondisi Normal Alami, yaitu jika kelas DRA Aktual sama dengan kelas DRA
Potensial.
3. Kondisi Mulai Kritis, yaitu jika kelas DRA Aktual lebih rendah satu tingkat
dibanding nilai kelas DRA Potensial, misalnya dari kelas 5 menjadi kelas 4, atau
kelas 4 menjadi kelas 3, dan seterusnya.
4. Kondisi Agak Kritis, yaitu jika kelas DRA Aktual lebih rendah dua tingkat
dibanding nilai kelas DRA Potensial, misalnya dari kelas 5 menjadi kelas 3, atau
kelas 4 menjadi kelas 2, dan seterusnya.
5. Kondisi Kritis, yaitu jika kelas DRA Aktual lebih rendah tiga tingkat dibanding nilai
kelas DRA Potensial, yaitu dari kelas 5 menjadi kelas 3 atau kelas 4 menjadi
kelas 1.
6. Kondisi Sangat Kritis, yaitu jika kelas DRA Aktual lebih rendah empat tingkat
dibanding nilai kelas DRA Potensial, yaitu kelas 5 menjadi kelas 1.
Tabel 1. Variabel Penentuan Daerah Resapan Air (DRA)
INDIKATOR
NO PARAMETER BOBOT
KLASIFIKASI SCORE
1 CURAH HUJAN (MM/TAHUN) > 3000 5
2000 - 30000 4
1000 - 2000 3 35
500 - 1000 2
< 500 1
2 KEMIRINGAN LERENG (%) <5 5
5 - 20 4
20 - 40 3 10
40 - 60 2
>60 1
3 PENGGUNAAN/TATAGUNA LAHAN Hutan, Kawasan Lindung 5
Semak Belukar 4
Ladang-Kebun Campuran 3 25
Sawah-Tambak-Rawa 2
Permukiman 1
4 TEKSTUR TANAH Pasir 5
Pasir Berlempung 4
Lempung Berpasir 3 15
Lempung Berpasir Halus 2
Lempung 1
5 Infiltrasi (dari Hidrogeologi) Sangat Cepat 5
Cepat 4
Sedang 3 15
Rendah 2
Sangat Rendah 1
TOTAL SCORE TERTIMBANG 100
Sumber: Peraturan Menteri PUPR No. 10 Tahun 2015 (dengan Penambahan Pembobotan)

Tabel 2. Klasifikasi DRA


Klasifikasi DRA
Sangat Tinggi > 420- 500
Tinggi > 340 - 420
Sedang > 260 - 340
Rendah > 180 - 260
Sangat Rendah 100 - 180

Anda mungkin juga menyukai