Anda di halaman 1dari 5

A.

Analisis Fungsi Kawasan


1. Analisis Topografi dan Kemiringan Lereng
Parameter dalam perencanaan suatu wilayah yakni berorientasi pada
keadaan topografi dan kemiringan lereng yang mutlak dilakukan penganalisisan
guna ketercapaian tujuan perencanaan. Wilayah Kabupaten Bantaeng didominasi
oleh ketinggian 500-1000 mdpl dan kemiringan lereng 0 - >40% dimana dalam
klasifikasi kriteria kemiringan lereng, kelerengan 0 - >40% tersebut masuk dalam
kategori datar hingga sangat curam. Sebagian besar wilayah perencanaan berada
pada daerah dataran tinggi.
Tabel 4.1 Klasifikasi dan Nilai Kelas Lerengan Lapangan
Nilai Kelas Kemiringan
Kategori Nilai Skor
Lereng Lereng (%)
1 0–8 Datar 20
2 8 – 15 Landai 40
3 15 – 25 Agak Curam 60
4 25 – 40 Curam 80
5 >40 Sangat Curam 100
Sumber : SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. : 683/Kpts/Um/8/1981

Dengan melihat standar dari klasifikasi nilai kelas lereng diatas, maka dapat
dilakukakn pembobotan untuk kelerengan sebagai berikut:
Tabel 4.2 Klasifikasi dan Nilai Skor
No Kemiringan
Kecamatan Nilai Skor
. Lereng(%)
1 Bantaeng 0-8 20
2 Bissappu 0-8 20
3 Eremerasa 25 – 40 80
4 Gantarangkeke 8 – 15 40
5 Pa’jukukang 0–8 20
6 Sinoa 25 – 40 80
7 Tompobulu >40 100
8 Uluere >40 100
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017

Dengan melihat standar dari klasifikasi nilai kelas lereng diatas, maka dapat
disimpulkan bahawa daerah perencanaan termasuk daerah landai dan sangat curam.
2. Analisis Jenis Tanah dan Geologi
Klasifikasi hamparan tanah dan kondisi geologi dalam suatu wilayah
menjadi salah satu poin penting sehubungan dengan potensi-potensi yang ada di
wilayah tertentu. Kondisi geologi yaitu jenis batuan yang terdapat di Kabupaten
Bantaeng yaitu Alluvial, Breksi Laharik dan Kelompok Basal. Dan jenis tanah
diwilayah perencanaan yaitu Andosol, Latosol, Mediteran, Dan Regosol. Berikut
tabel klasifikasi dan niai skor untuk jenis tanah menurut kepekaannya

Tabel 4.4 Klasifikasi dan Nilai Skor Faktor Jenis Tanah Menurut Kepekaannya
Terhadap Erosi
Nilai
Nilai
Kelas Jenis Tanah Kategori
Skor
Tanah
Aluvial, Tanah Glei, Planosol,
Tidak
1 Hidromorf Kelabu, Latereite Air 15
Peka
Tanah
Agak
2 Latosol 30
Peka
Brown Forest Soil, Non Calcic Kurang
3 45
Brown, Mediteran Peka
Andesit, Laterite, Grumusol,
4 Peka 60
Podsol, Podsolit, Andosol
Pegosol, Litosol, Organosol, Sangat
5 75
Rensina, Regosol Peka
Sumber : SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. :683/Kpts/Um/8/1981

Dengan melihat standar dari klasifikasi nilai kelas Tanah diatas, maka dapat
dilakukakn pembobotan untuk jenis tanah di daerah survey:
Tabel 4.5 Pembobotan Jenis Tanah Tahun 2017
No. Kecamatan Jenis tanah Skor
1 Bantaeng Latosol 30
2 Bisappu Mediteran 45
3 Eremerasa Latosol 30
4 Gantarangkeke Mediteran 45
5 Pa’jukukang Mediteran 45
6 Sinoa Latosol 30
7 Tompobulu Andosol 60
8 Uluere Andosol 60
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017

Dilihat dari tabel diatas hasil pembobotan jenis tanah di Kabupaten


Bantaeng yaitu: jenis tanah termasuk jenis tanah yang agak peka.
3. Analisis Curah Hujan
Curah hujan tahunan rata – rata 200 mm/bulan dengan rata-rata hujan
sekitar 2-3 bulan berturut-turut.  Temperatur udara rata – rata 28o C.  Kecepatan
angin rata – rata 2 – 3 knot/ jam. Daerah Kabupaten Bantaeng pada dasarnya
beriklim tropis dengan dua musim, berdasarkan curah hujan yakni:
a. Musim hujan pada periode bulan Oktober sampai Maret
b. Musim kemarau pada bulan April sampai September
Di wilayah perencanaan terdapat dua musim yaitu musim hujan dan musim
kemarau. Kreteria yang digunakan dalam menentukan tipe iklim menurut Oldeman
adalah berdasarkan banyaknya jumlah bulan basah yang secara berturut-turut
mencapai curah hujan yang lebih 200 mm perbulan dan bulan kering lebih 100mm
perbulan.
Berdasarkan data dari Curah Hujan diatas maka dapat dilakukan
pembobotan sesuai SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. :
683/Kpts/Um/8/1981 tentang kriteria dan tata cara penetapan hutan rakyat dan
hutan produksi :
Tabel 4.6 Klasifikasi dan Nilai Skor Faktor Intensitas Curah Hujan Menurut
Kepekaannya Terhadap Erosi
Nilai Kelas Intensitas Hujan Nilai
Kategori
Tanah (mm/hari) Skor
1 0 -13,6 Sangat Rendah 10
2 13,6 – 20,7 Rendah 20
3 20,7 – 27,7 Sedang 30
4 27,7 – 34,8 Tinggi 40
5 >34,8 Sangat Tinggi 50
Sumber : SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. : 683/Kpts/Um/8/1981

Berdasarkan data dari Curah Hujan diatas maka dapat dilakukan


pembobotan sesuai SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. :
683/Kpts/Um/8/1981 tentang kriteria dan tata cara penetapan hutan rakyat dan
hutan produksi :

Tabel 4.7 Klasifikasi dan Nilai Skor Faktor Intensitas Curah Hujan Menurut
Kepekaannya Terhadap Erosi
Nilai
Nilai
Kelas Intensitas Hujan (mm/hari) Kategori
Skor
Tanah
1 0 -13,6 Sangat Rendah 10
2 13,6 – 20,7 Rendah 20
3 20,7 – 27,7 Sedang 30
4 27,7 – 34,8 Tinggi 40
5 >34,8 Sangat Tinggi 50
Sumber : SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. : 683/Kpts/Um/8/1981
Dengan melihat standar dari klasifikasi nilai kelas Curah Hujan, maka dapat
dilakukakn pembobotan untuk curah hujan yaitu:
Tabel 4.8 Pembobotan Intesitas Curah Hujan
Intensitas
No. Kecamatan Curah Hujan Nilai Skor
(mm/hari)
1 Bantaeng 13,6 – 20,7 20
2 Bisppu 13,6 – 20,7 20
3 Eremerasa 13,6 – 20,7 20
4 Gantarangkeke 13,6 – 20,7 20
5 Pa’jukukang 13,6 – 20,7 20
6 Sinoa 13,6 – 20,7 20
7 Tompobulu 13,6 – 20,7 20
8 Uluere 13,6 – 20,7 20
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017

Kawasan budidaya yang telah ditetapkan dalam RTRW Kabupaten/Kota


harus dikelola dalam rangka optimalisasi implementasi rencana. Di dalam Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 disebutkan bahwa yang termasuk dalam kawasan
budidaya adalah kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan hutan
rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perikanan, kawasan
peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan permukiman, kawasan peruntukan
industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan tempat beribadah, kawasan
pendidikan, dan kawasan pertahanan. Berdasarkan hasil peta analisis overlay dapat
ditentukan fungsi kawasan, sebagai berikut:
Tabel 4.9 Analisis Fungsi Kawasan Tahun 2017
Skor Skor Skor Skor
No Kecamatan Fungsi kawasan
Lereng Tanah Hujan Akhir
1 Bantaeng 20 30 20 70 Kawasan Budidaya
2 Bisppu 20 45 20 85 Kawasan Budidaya
3 Eremerasa 80 30 20 140 Kawasan Penyangga
4 Gantarangkeke 40 45 20 105 Kawasan Budidaya
5 Pa’jukukang 20 45 20 85 Kawasan Budidaya
6 Sinoa 80 30 20 130 Kawasan Penyangga
7 Tompobulu 100 60 20 180 Kawasan Lindung
8 Uluere 100 60 20 180 Kawasan Lindung
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017

6.1. Analisis Transportasi


Analisis transportasi bertujuan untuk mengetahui jarak dan biaya Calon KCP menuju
Ibukota Kecamatan dan pasar terdekat., agar dapat ditentukan lokasi yang lebih layak
sebagai KCP. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6.X Analisis Transportasi

Kecamatan Jarak ke Ibukota Jarak ke Pasar Biaya


Pa’jukukang 5 5 Rp 5000
Gantarangkek
27 19 Rp
e
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Berdasarkan tabel diatas, diketahui Kecamatan Gantarang lebih dekat menuju Ibukota
dan pasar dengan biaya termurah dibandingkan dengan Kecamatan Kajang.

Anda mungkin juga menyukai