Disusun Oleh :
Margarettha Roselyn (17/410118/TK/45475)
Mutia Mesanda (17/410121/TK/45478)
Nadela Fitrizqy (17/410122/TK/45479)
Danur Arkan M. (17/413475/TK/45915)
Jalu Risang H. (17/413481/TK/45921)
M. Alfi Hilman (17/413484/TK/45924)
Rahayu Santoso P. (17/413491/TK/45931)
Galuh Purnamaningrum (17/415096/TK/46385)
Dosen Pengampu:
Beti Guswantari, S.SI., M.Eng
Berdasarkan data yang didapat, diketahui bahwa yang luas lahan yang berpotensi
untuk peruntukan tambak garam adalah sebesar 10.744 ha. Saat ini sudah terdapat 2.838,11 ha
lahan tambak garam. Dari data tersebut dapat dihitung ketersediaan cadangan lahan tambak
garam sehingga nantinya dapat dikembangkan. Perhitungan tersebut adalah sebagai berikut :
Dari hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa cadangan lahan tambak garam yang
tersedia sekitar 7.905,89 ha. Maka dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Pati masih memiliki
cadangan sumber daya lahan tambak garam yang masih dapat dikembangkan secara optimal.
Penggunaan cadangan lahan tersebut dimaksimalkan dalam dua musim, yakni musim garam dan
musim tambak.
Setelah diketahui luas lahan yang berpotensi untuk tambak garam, luas lahan yang telah
digunakan untuk tambak garam dan luas ketersediaan cadangan lahan yang masih dapat
dikembangkan, maka dapat dihitung neraca moneter sumber daya lahan tambak garam.
Perhitungan ini menggunakan rata-rata produktivitas lahan tambak garam dan rata-rata harga
komoditas garam.
Total Peruntukan Lahan (Rp) Penggunaan Lahan (Rp) Cadangan Lahan (Rp)
Rp 794.728.308.000 Rp 209.933.577.645 Rp 584.794.730.355
Tabel 4. Neraca Moneter Sumber Daya Tambak Garam Kabupaten Pati
Dari tabel neraca moneter yang telah dihitung di atas, dapat diketahui bahwa Kabupaten
Pati masih memiliki cadangan moneter sebesar Rp 584.794.730.355. Artinya, jika lahan di
Kabupaten Pati yang berpotensi untuk budidaya tambak garam dimanfaatkan secara optimal
maka Kabupaten Pati mampu menambah pendapatan sekitar Rp 584.794.730.355. Dengan
perhitungan tersebut diasumsikan tambak garam mampu menambah pendapatan perkapita
maupun pendapatan daerah Kabupaten Pati serta dapat meningkatkan kesejahteraan jika lahan
tambak garam dimaksimalkan dengan baik.
Kemudian, untuk melihat besaran cadangan produksi tambak garam yang tersedia, dapat
digunakan analisis perhitungan neraca sumber daya cadangan produksi tambak garam
berdasarkan standar produksi dari setiap komoditas. Perhitungan ini digunakan untuk melihat
seberapa jauh dan seberapa besar tingkat produktifitas kegiatan tambak garam. Berikut ini
merupakan hasil perhitungannya :
Dari tabel perhitungan di atas, dapat dilihat cadangan produksi dari tambak garam.
Cadangan produksi tersebut dapat digunakan sebagai indikator pengembangan tambak garam di
Kabupaten Pati. Perhitungan di atas juga dapat dijadikan sebagai indikator tingkat produktifitas
kegiatan tambak garam, sehingga dapat dijadikan acuan untuk mengelola kegiatan tambak
garam yang produktivitasnya masih kurang.
A. Analisis Sumber Daya Alam Perkebunan
1. Kerangka Kerja Analisis
Curah Hujan
Kesesuaian
Kelerengan
Lahan
c. Curah hujan
Lahan yang akan digunakan untuk peruntukan Perkebunan seluruhnya akan berada
di dalam Kawasan Budidaya.
Luas
Luas
Cadangan Rata-Rata
Jenis Luas Persentase Produksi Cadangan Neraca
No
Komoditas Area (Ha)
per Produksi
Pemanfaatan 2018 (Ton) Total Fisik (Ton)
Komoditas (Ton/Ha)
(Ha)
(Ha)
1 Cengkeh 861.10 3.00% 348,350 214.91 404.54 86,938.17
Jambu
2
Mete
19.25 0.07% 10,749 4.80 558.39 2,682.64
Kelapa
3
Dalam
4,155.77 14.46% 4,605,992 1,037.16 1,108.34 1,149,523.50
Kelapa
4
Kopyor
391.92 1.36% 882,927 97.81 2,252.82 220,353.26
5 Kopi 1,551.98 5.40% 1,227,429 7172.52 387.33 790.88 306,331.08
6 Kakao 26.20 0.09% 22,239 6.54 848.82 5,550.22
7 Kapuk 11,327.53 39.41% 3,420,563 2,827.03 301.97 853,674.42
8 Karet 9.71 0.03% 13,050 2.42 1,343.98 3,256.91
9 Lada 2.90 0.01% 2,378 0.72 820.00 593.48
10 Tembakau 52.00 0.18% 865,400 12.98 16,642.31 215,979.02
11 Tebu 10,341.00 35.98% 49,686,679 2,580.82 4,804.82 12,400,370.05
Total 28,739.36 100.00% 61,085,756 7172.52 7172.52 15,245,252.73
Tabel di atas menunjukkan bahwa potensi total produksi dari pemanfaatan
cadangan lahan sektor perkebunan di Kabupaten Pati adalah 15,245,252.73 ton.
Jika diamati, produksi terbesar berasal dari komoditas tebu, sedangkan
produktivitas tertinggi dipegang oleh tanaman tembakau.
b. Neraca Moneter
b. Kawasan Budidaya
Input
Keterkaitan NSDA dengan NSDA Pertanian Tanaman
Proses Perekonomian Kabupaten Pati Pangan
Output
B. Kondisi Eksisting Kabupaten Pati
Kabupaten Pati memiliki luas sebesar 150.368 ha dimana terbagi atas lahan
pertanian dan non pertanian yang masing-masingnya memiliki luas sebesar 119.637 dan
30.755 ha. Dengan kata lain, kurang lebih 70% dari wilayah kabupaten pati merupakan
lahan pertanian. Hal tersebut berkaitan dengan slogan RJPP yang dimiliki oleh Kabupaten
Pati yaitu “Bumi Mina Tani” dimana Kabupaten Pati menggunakan sumber daya alam
yang dimilikinya sebagai sektor unggul, dalam hal ini termasuk pertanian dan perikanan.
Adapun secata posisi geogragis, batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Pati sebagai
berikut:
2. Jenis Tanah
Kelas Tanah Jenis Tanah Kepekaan Erosi Skor
Aluvial, Glei
Planosol,
1 Hidromorf Tidak Peka 15
Kelabu, Literita
Air Tanah
2 Latosol Agak Peka 30
3 Mediteran Kurang Peka 45
Andosol, Laterit,
4 Grumosol, Peka 60
Podsolik
Regosol, Litosol,
5 Orgonosol, Sangat Peka 75
Renzina
3. Curah Hujan
Kelas Curah Curah Hujan
Keterangan Skor
Hujan (mm/hari hujan)
1 < 13,6 Sangat Rendah 10
2 13,6 – 20,7 Rendah 20
3 20,7 – 27,7 Sedang 30
4 27,7 – 34,8 Tinggi 40
5 > 34,8 Sangat Tinggi 50
Setelah dilakukan overlay terhadap 3 indikator kesesuaian lahan tersebut lalu dihitung
skoring setiap lahan dan diklasifikasikan berdasarkan kriteria di atas, dan didapati luas
wilayah untuk masing-masing kawasan:
1) Kawasan Lindung: 3.067,80 ha
2) Kawasan Penyangga: 28.131,80 ha
3) Kawasan Budidaya: 126.125,19 ha
Gambar 1 – Peta Curah Hujan Gambar 2 – Peta Jenis Tanah
Lahan yang berpotensi untuk dijadikan sebagai lahan pertanian bukanlah lahan yang
sudah terbangun atau lahan yang berada di tutupan badan air atau dalam kata lain lahan
yang kosong. Namun dalam lahan kosongnya juga terdapat kriteria lebih lanjut yaitu berada
di kelerangan di bawah 40% dikarenakan jika berada di atas kelerengan 40% datarannya
sangatlah curam dan mengakibatkan rawan terjadinya bencana seperti erosi atau pun
longsor. Setelah itu dilakukan overlay berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas dan
didapati hasilnya sebagai berikut:
Gambar 5 – Peta Potensial Lahan Pertanian (Aktiva)
Dengan begitu, didapati luas potensi pertanian tanaman pangan Kabupaten Pati
sebesar 94.075,27 ha.
E. Cadangan Lahan Pertanian Tanaman Pangan
Analisa Neraca Fisik
Luas cadangan lahan pertanian tanaman pangan yang belum termanfaatkan didapati
dari hasil pengurangan antara luas potensial lahan pertanian (aktiva) dengan luas
penggunaan lahan pertanian eksisting (pasiva).
Berdasarkan hal tersebut diperoleh luas cadangan lahan pertanian yang belum
termanfaatkan sebesar 34.776,27 Ha. Hal tersebut mengartikan bahwa masih banyaknya
lahan potensial pertanian tanaman pangan yang belum dioptimalkan secara baik walaupun
sektor pertanian merupakan sektor penyumpang pertama dalam PDRB Kabupaten Pati.
Dengan mengoptimalkan pemanfaatan potensi yang ada secara baik dapat menaikkan
produksi sektor pertanian yang lebih terhadap PDRB Kabupaten Pati.
Total 4.551.983.508.000
*Berdasarkan Laporan Harian Harga Produsen Kabupaten Pati per 26 September 2019
Standar
Luas Panen Produktivitas Produksi
No Jenis Tanaman Produksi (ton) Produksi Cadangan (ton)
(Ha) (ton/ha) Seharusnya (ton)
(ton/ha)
1 Padi Sawah 634,099 10 101,003 6,28 1010030 375,931
2 Padi Ladang 9,931 10 2,750 3,61 27500 17,569
3 Jagung 181,601 5 28,608 6,35 143040 -38,561
4 Kedelai 2,328 1 1,728 1,35 1728 -600
5 Kacang Tanah 3,433 1 2,603 1,32 2603 -830
6 Kacang Hijau 14,775 1 12,531 1,18 12531 -2,244
7 Ubi Kayu 606,871 15 15,319 39,62 229785 -377,086
8 Ubi Jalar 5,140 15 230 22,35 3450 -1,690
Neraca sumber daya hasil produksi pertaniain bahan pangan secara fisik dihitung
berdasarkan standar produksi yang seharusnya dihasilkan dari masing-masing
komoditas tanaman pangan. Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa
hanya tanaman padi sawah dan padi gogo yang memiliki cadangan produksi masing-
masing sebesar 375.931 dan 17.569 ton.
Produksi tanaman jagung belum optimal karena jumlah produksinya masih berada
di bawah nilai produksi yang seharusnya. Selain jagung, terdapat juga tanaman pangan
kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar yang hasil produksinya
belum optimal.
C. Analisis Sumber Daya Alam Hortikultura Sayur
1. Kondisi Existing Pertanian Hortikultura Sayuran Kabupaten Pati
Kondisi eksisting sumber daya pertanian hortikultura sayuran Kabupaten Pati dihitung dari jumah luas
lahan panen dan produksi komoditas sayuran pada tahun terakhir, yaitu data Kabupaten Pati Dalam Angka
Tahun 2019. Dari tabel diatas, didapatkan bahwa lahan yang telah terpakai untuk panen pertanian
hortikultura sayuran Kabupaten Boyolali pada tahun 2014 seluas 4.019 Ha.
Dari segi jumlah produksi, bawang merah merupakan komoditas yang jumlah produksinya paling besar,
yaitu sebesar 270.722 Kuintal pada tahun 2018. Kemudian, dari segi produktivitas, Sawi merupakan
komoditas yang produktivitasnya paling besar, yaitu sekitar 119,6 Kw/Ha. Hal ini disebabkan besarnya
jumlah produksi sawi yaitu sebesar 11.125 Kuintal yang hanya membutuhkan lahan sekitar 93 Ha. Selain
sawi, bawang merah juga memiliki produktivitas yang tinggi, yaitu sebesar 106,54 Kw/Ha, selurus dengan
jumlah produksinya yang paling besar jika dibandingkan dengan komoditas hortikultura sayuran lainnya.
Untuk mengetahui lahan-lahan yang sesuai untuk kegiatan pertanian hortikultura sayuran, dilakukan
analisis kesesuaian lahan yang ditentukan oleh beberapa faktor. Berdasarkan Petunjuk Teknis Evaluasi
Lahan Untuk Komoditas Pertanian yang diterbitkan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian pada tahun 2011, faktor yang digunakan untuk mempertimbangkan
penentuan kawasan budidaya pertanian hortikultura sayuran antara lain:
a. Curah hujan berkisar antara 750-2250 mm per tahun
b. Kelengan < 15%
c. Jenis tanah yang memenuhi adalah alluvial dan latosol
d. Area yang terdapat akuifer produktif
e. Berada dalam kawasan budidaya
f. Guna lahan yang dapat dikonversi menjadi hortikultura sayuran yakni kebun, sawah tadah hujan,
tegalan, dan lahan terbuka
Dari keenam faktor tersebut, dilakukan proses intersect sehingga didapatkan luasan lahan yang dianggap
potensial sebagai lahan peruntukkan hortikultura sayuran.
Selain keenam faktor yang dijadikan kriteria kesesuaian lahan hortikultura sayuran diatas, terdapat
beberapa faktor pembatas seperti area yang tidak terdapat akuifer produktif serta area yang rawan
longsor. Sehingga, setelah melakukan intersect pada keenam peta diatas, dilakukan penyesuaian lagi
terhadap kedua faktor pembatas tersebut sehingga dihasilkan totalan luas lahan bersih yang memiliki
kesesuaian untuk kegiatan hortikultura sayuran. Dari beberapa proses geomapping tersebut,
dihasilkaan peta potensial hortikultura sayuran di Kabupaten Pati sebagai berikut :
Dari peta tersebut, didapatkan bahwa luas lahan potensial untuk hortikultura sayuran adalah sebesar
12.055 Ha.
3. Neraca Fisik Hortikultura Sayuran Kabupaten Pati
Neraca fisik dapat digunakan untuk mengetahui cadangan luas lahan dan produksi dengan mencari gap
antara potensi sumber daya dengan pemanfaatan saat ini. Dari analisis yang telah dilakukan pada poin
sebelumnya, telah didapatkan besaran potensi lahan dan pemanfaatan lahan saat ini untuk pertanian
hortikultura buah-buahan di Kabupaten Pati, selanjutnya akan dilakukan analisis sebagai berikut.
Dari analisis tersebut terlihat bahwa lahan pertanian hortikultura untuk buah-buahan di Kabupaten Pati
masih dapat ditingkatkan karena masih terdapatnya cadangan lahan yang cukup besar untuk kegiatan
tersebut yaitu sebesar 8.036 Ha. Hal ini mengindikasikan bahwa Kabupaten Pati masih memiliki potensi
untukmeningkatkan produksi pertanian horitkultura jenis sayuran yang juga akan membawa pengaruh
terhadap perekonomian Kabupaten Pati. Selain itu, peningkatan produksi ini dapat meningkatkan supply di
Kabupaten Pati sendiri.
Apabila potensi ini tidak dimanfaatakan maka kerugian yang diperoleh Kabupaten Pati yakni tidak
optimalnya perekonomian yang disumbangkan oleh pertanian hortikultura jenis sayuran. Selain itu,
kecenderungan konversi lahan pertanian menjadi permukiman juga semakin tinggi sehingga apabila lahan
potensial tersebut tidak dimanfaatkan untuk produksi maka akan cenderung untuk terjadi konversi lahan.
Hal ini dikarenakan lahan pertanian hortikultura jenis sayuran ini memiliki karakteristik yang sama untuk
lahan permukiman.
Adapun analisis lebih lanjut untuk memperlihatkan cadangan lahan dan produksi komoditas hortikultura
buah-buahan Kabupaten Pati, sebagai berikut.
Neraca moneter ini digunakan untuk mengetahui cadangan pendapatan sumber daya pertanian hortikultura
jenis buah-buahan di Kabupaten Pati. Untuk mengetahui neraca moneter maka perlu melihat standar biaya
yang dihasilkan setiap satu hektar lahan dalam bentuk uang. Dengan menggunakan hasil analisis neraca
fisik cadangan produksi buah sebagai berikut.
Didapatkan bahwa terdapat cadangan sebesar Rp 1.19973E+12 pada neraca moneter dari hasil perhitungan
cadangan produksi (Kw) di neraca fisik dengan standar harga buah per kg. Melihat besarnya nilai pada
neraca moneter ini, mengindikasikan bahwa jika dioptimalkan lagi produktivitas hortikultura buah-buahan
di Kabupaten Pati maka dapat meningkatkan pendapatan daerah yang cukup besar dengan memberikan
nilai tambah pada sektor hortikultura PDRB dan mampu mendukung perekonomian petani buah di
Kabupaten Pati.
D. Analisis Sumber Daya Alam Hortikultura Buah
1. Analisis Kesesuaian Lahan Holtikultura Buah
Kesesuaian lahan adalah adalah kecocokan suatu jenis lahan tertentu untuk
penggunaan tertentu. Lewat analisis ini nantinya dapat diidentifikasi lahan potensial yang
dapat digunakan untuk holtikultura buah. Diatur dalam SK Menteri Pertanian No.
837/KPTS/UM/11/1980 untuk menetukan kesesuaian lahan, dilakukan metode skoring.
Akan tetapi sebelum melakukan Skoring terdapat peta yang harus di overlay yauitu Jenis
Tanah, Kelerengan, dan Curah Hujan. Selanjutnya dilihat apakah sesuai dengan skoring
yang telah diatur. Berikut tabel skoring yang diatur dalam SK Menteri Pertanian No.
837/KPTS/UM/11/1980:
Kesesuaian Lahan
Kelas Jenis Tanah Klasifikasi Skor
1 Aluvial Sangat Peka 15
2 Latosol Peka 30
3 Grumusol Kurang Peka 45
4 Regosol Tidak Peka 60
Kelas Kelerengan Klasifikasi Skor
1 0-8% Datar 20
2 8 - 25 % Landai 40
3 15 - 25% Agak Curam 60
4 25 - 40% Curam 80
5 > 40% Sangat Curam 100
Kelas Intensitas Curah Hujan Klasifikasi Skor
1 8 - 13,6 Sangat Rendah 10
2 13,6 - 20,7 Rendah 20
3 20,7 - 27,7 Sedang 30
4 27,7 - 34,8 Tinggi 40
5 > 34,8 Sangat Tinggi 50
Setelah dilakukan skoring pada peta kesesuaian lahan maka lahan dengan skor <124, yaitu
lahan budidaya merupakan lahan yang cocok digunakan sebagai lahan pertanian (SK Mentan No
837/KPTS/UM/11/1980 Tentang Pedoman Kesesuaian Lahan Pada Komoditas Tanaman Pangan).
Dari analisis kesesuaian lahan tersebut didapatkan total luas lahan budidaya yang dapat digunakan
untuk kegiatan lahan pertanian, yaitu sebesar 126.125,19 Ha pada tahun 2018.
Untuk Produktivitas moneter, dapat dilihat bahwa jenis komoditi yang paling produktif
adalah salak dengan produktivitas Rp.521,447,429 per hektar, akan tetapi jika dilihat luas lahan
untuk komoditi salak sendiri tidak mencapai satu hektar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
komoditi salak kurang dimaksimalkan potensinya meskipun Produktivitas Moneternya yang besar.
Kedepannya, Kabupaten Pati harus mengembangkan komoditi salak sehingga lebih maksimal.
Neraca fisik merupakan suatu perhitungan untuk mengetahui cadangan luas lahan dan
cadangan produksi pertanian holtikultura buah-buahan di Kabupaten Pati.
Neraca Fisik
Potensi Lahan Pertanian = 126.125,19 Ha
Potensi Lahan Pertanian Holtikultura Buah* (Aktiva) = 22.344,17 Ha
Pemanfaatan Lahan Eksisting Pertanian Holtikultura Buah** (Pasiva) =
6.525,01Ha
*) Analisis Penulis : Pengurangan potensi lahan pertanian (budidaya) dengan kriteria khusus
pertanian holtikultura buah
**) Data Sekunder Dinas Pertanian Kabupaten Pati
Cadangan produksi sebanyak 238,084,220.8 kuintal tersebut hanya dapat didapatkan jika semua
cadangan lahan seluas 15,819.15 Ha sudah dimanfaatkan dengan maksimal. Hal tersebut dapat
dicapai dengan meningkatkan produktivitas masing-masing komoditas, insentif dari pemerintah,
dan teknologi yang digunakan agar semakin besar produktivitas holtikultura buah-buahan
Kabupaten Pati.
Neraca Moneter
Tabel Neraca Moneter Holtikultura Buah-buahan
Per Komoditas Kabupaten Pati 2018
Jenis
Produksi
Cadangan
Tanaman Harga Jual per Ku (Rp)* Moneter
produksi
Buah-
buahan
Alpukat 2159625.47 1013571 IDR 21,889,337,470.07
Belimbing 295805.8912 793142 IDR 2,346,160,761.75
Duku 939789.8642 798422 IDR 7,503,489,029.85
Durian 11557524.11 379904 IDR 43,907,496,403.01
Jambu Biji 1270995.477 374685 IDR 4,762,229,402.50
Jambu Air 3209251.456 76038.72 IDR 2,440,273,728.65
Jeruk Siam 7685134.039 666558 IDR 51,225,875,750.70
Jeruk Besar 24144064.78 119754.12 IDR 28,913,512,313.82
Mangga 51245703.55 610310 IDR 312,757,653,346.37
Manggis 589914.5355 118446.48 IDR 698,733,002.34
Nangka 12652975.77 438533 IDR 55,487,474,211.73
Nanas 15760.14994 497724 IDR 78,442,048.70
Pepaya 8922911.97 268814 IDR 23,986,036,581.75
Pisang 55539010.86 101888 IDR 56,587,587,384.80
Rambutan 21618561.37 443904 IDR 95,965,658,669.80
Salak 198820.3531 479986 IDR 954,309,860.11
Sawo 2471191.511 581221 IDR 14,363,084,011.68
Sirsat 272286.8982 415550 IDR 1,131,488,205.60
Sukun 14762896.15 70097.28 IDR 10,348,388,647.94
Melinjo 1078721.648 168597.96 IDR 1,818,702,691.89
Petai 17453274.97 154868.64 IDR 27,029,649,587.01
Total 238084220.8 IDR 764,195,583,110.05
Neraca sumber daya alam merupakan potret ketersediaan setiap jenis sumber daya alam yang didapat dari
hasil pengurangan jumlah potensi alam yang ada dikurangi dengan besarnya jumlah penggunaan yang akan
menghasilkan besarnya cadangan sebuah sektor yang dimiliki dalam sebuah wilayah. Data besaran
cadangan per sektor yang dimiliki disajikan dalam 2 bentuk neraca yang terdiri atas :
1. Neraca fisik yang merupakan penggambaran arus barang lingkungan ke dalam penggunaan ekonomi,
yang berguna untuk merekam perubahan yang terjadi selama periode perhitungan.
2. Neraca Moneter yang berfungsi untuk menyajikan nilai monenter sumber daya alam setelah dilakukan
perhitungan.
Dalam konteks sumber daya peternakan, perhitungan dilakukan terhadap jumlah hewan ternak yang ada di
Kabupaten Pati dikaitkan dengan ketersediaan jumlah pakannya baik dalam satuan fisik maupun moneter.
Dengan dilakukannya analisis serta perhitungan ini, nantinya diharapkan dapat mengetahui besaran
cadangan SDA dari sektor peternakan yang dimiliki Kabupaten Pati.
Kerangka Berpikir
Jenis Tanah
Kelerengan
Konversi
Produktivitas
Pertanian Populasi Ternak (ST)
Lahan Potensi
Budidaya Ternak
konversi
Standar Kebutuhan
Potensi Penyediaan Analisis Lahan Peruntukan Pakan Minimum Ternak/TON
Pakan Ternak ( Aktiva- Pasiva) BKC/Ekor/Tahun
Total Potensi
Persediaan Pakan
konversi
Kemampuan selisih
Wilayah (ST)
Kapasitas
Penambahan Ternak
(ST)
konversi
Valuasi harga berlaku ton/rp
Analisis kesesuaian lahan merupakan perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana kecocokan
lahan terhadap kegiatan yang dilakukan diatasnya. Analisis kesesuaian lahan digunakan sebagai salah satu
cara untuk melakukan pengklasifikasian lahan berdasarkan tingkat kesesuaianya (lindung, penyangga,
budidaya). Analisis ini menggunakan metode skoring atau perhitungan bobot serta harkat masing-masing
variable yang dimiliki lahan antara lain terdiri dari kelerengan tanah, jenis tanah, dan curah hujan.
Peta analisis ekologis ternak di dapat dengan mengoverlay peta kesesuaian lahan dengan peta rawan
bencana. Dimana nantinya lokasi yang berpotensi untuk pengembangan ternak akan diperoleh dari kedua
data ini.
Peta ekologis ternak ini bertujuan untuk melihat daerah di kabupaten Pati yang potensial dikembangkan
untuk peternakan. Dan dari peta ini dapat dilihat di Kabupaten Pati terdapat lahan yang cukup luas dan
potensial untuk dikembangkan aktivitas budidaya peternakan. Berdasarkan kedua data tersebut didapat
pula potensi lahan untuk penyediaan pakan ternak di Kabupaten Pati. Lahan yang berpotensi
menjadi sumber pakan ternak meliputi pertanian , sawah maupun tegalan, perkebunan dan juga
perkarangan.
Perhitungan Neraca Sumber Daya Alam ( NSDA ) dilakukan untuk mendapatkan output akhir
berupa nilai cadangan yang dimiliki, baik dalam satuan fisik (Ton/Ha) maupun dalam satuan
moneter (rupiah) . perhitungan NSDA digunakan untuk mengetahui besaran cadangan hewan
ternak ruminansia yang dapat dibudayakan di Kabupaten Pati. Yang tergolong dalam ternak
ruminansia antara lain adalah sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing, domba, dan babi. Neraca
ini secara umum didapatkan melalui proses :
Metode yang digunakan untuk medapatkan perhitungan diatas menggunakan metode perhitungan
produksi pakan ruminansia dari Atmiyati 2006. Yang memiliki dua sumber utama pakan ternak
yakni yang berasal dari limbah dan yang berasal dari pakan hijau alami yang dijelaskan sebagai
berikut :
Potensi hijauan alami = {(pkarang x 0.53 x 2) + (teg. + huma + lad + kebun + l.bera) x
2.875) + (penggem x 0.75)) + (Hryt x 0.6) + (lain x 0.75) + (Lkld x 10) + (Lkrt x 2) + (Lkst x
5) + (Lckh x 5)} x 0.5
Keterangan :
c. Indeks **
Kebutuhan pakan minimum ternak ruminansia untuk satu satuan ternak ( ST)
menurut Thahar,dkk (1991, 1993) :
d. Indeks***
1,14 ton BKC /tahun atau kelipatannya sesuai estimasi peningkatan kebutuhan pakan
Keterangan :
Ps = Padi sawah
Pl = Padi ladang
Jg = jagung
kd = Kedelai
kh = Kacang hijau
kt = kacang tanah
uj = ubi jalar
uk = ubi kayu
1. Perhitungan Potensi Penyediaan Pakan Ternak
Pakan limbah kabupaten Pati didapat dari komoditas padi sawah, padi ladang, jagung,
ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah , kedelai, dan kacang hijau. Berikut ini merupakan data
produksi pertanian kabupaten Pati pada tahun 2018 :
Potensi Pakan Ternak Dari Limbah = (ps x 0.4) + (pl x 3x 0.4) + (jg x 3 x 0.5) + (kd x 3 x
0.55) + {(kh + kt) x 2 x 0.55} + {(uj x 0.25/6) + (uk x 0.25/4)} x 0.65
Tabel Data Potensi Pakan Ternak Dari Limbah Kabupaten Pati Tahun 2018
Jumlah (TON)
Kacang Kacang
Padi Sawah Padi Ladang Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kedelai
Tanah Hijau
No Kecamatan Jumlah
BKC Ton/th BKC Ton/th BKC Ton/th BKC Ton/th BKC Ton/th BKC Ton/th BKC Ton/th BKC Ton/th
(*0.25/4*0,6 (*0.25/6*0,6
(*0,4) (*3*0,4) (*3*0.5) (*2*0,55) (*3*0,55) (*2*0.55)
5) 5)
1 Sukolilo 33.599,86 1.408,29 82.019,11 157,7172 0 0 306,4842 635,3424 118.211,729
2 Kayen 21.254,8 324,99 34.721,26 225,3103 0 27,5462 1.841,126 2.809,877 61.326,2305
3 Tambakromo 13.402,27 1.044,301 57.979,85 0 0 269,6628 686,2581 5.404,192 78.786,5339
4 Winong 18.291,58 3.440,561 29.446,91 0 49,93747 34,7952 11,1045 1.665,883 52.967,6606
5 Pucakwangi 24.082,41 428,9868 39.253,02 0 0 0 6,6627 2.528,133 66.299,2125
6 Jaken 16.119,39 4.229,203 580,7505 99,78028 28,8795 188,474 0 684,5058 22.000,2614
7 Batangan 6.343,291 0 190,41 0 0 0 0 0 6.533,701
8 Juwana 6.225,265 0 19,041 0 0 0 0 251,4897 6.495,7957
9 Jakenan 19.183,06 883,9728 0 0 10,82981 24,6466 0 3.899,036 2.4007,3767
10 Pati 9.253,772 0 133,287 38,62463 0 7,249 64,4061 720,4329 10.238,5695
11 Gabus 15.436,35 0 761,64 0 0 14,498 812,8494 3.940,636 20.965,9734
12 Margorejo 10.788,12 0 13.395,34 812,7265 0 191,3736 108,8241 1.151,558 26.885,5637
13 Gembong 3.319,806 0 4.436,553 4.720,251 0 472,6348 0 0 15.490,9188
14 Tlogowungu 4.999,799 155.995,2 4.446,074 636,9844 0 295,7592 2,2209 3781,8 170.500,829
15 Wedarijaksa 3.274,605 0 276,0945 199,5606 0 0 0 0 3.857,7158
16 Trangkil 5.004,822 0 95,205 1.038,037 0 66,6908 0 0 6.763,6978
17 Margoyoso 7.927,858 0 0 2.092,167 0 0 0 0 11.146,577
18 Gunungwungkal 8.008,217 0 3.722,516 3.577,606 49,33581 1.233,78 0 0 185.44,4233
19 Cluwak 7.438,174 0 742,599 4.156,975 0 126,1326 0 0 14.702,2526
20 Tayu 12.525,87 0 0 569,7132 0 771,2936 0 0 14.173,6455
21 Dukuhseti 7.159,431 0 152,328 498,9014 0 49,2932 0 0 8.128,5928
Jumlah 253.638,75 167.755,5 272.371,99 18.824,355 138,98259 3.773,8296 3.839,936 27.472,886 758.027,260
Sumber Data : Kabupaten Pati Dalam Angka 2019, dan Olahan Penulis
Dari perhitungan tersebut di dapati bahwa jumlah pakan hijauan alami yang mampu dihasilkan Kabupaten Pati
sebesar 758.027,2605 BKC Ton/Tahun.
Luas (Ha)
No Kecamatan
Hutan Padang Jumlah
Pekarangan Tegal/Kebun Ladang Perkebunan Lainnya
Rakyat Rumput
4.825
1 Sukolilo 0 4.335 0 0 108 0 66
2.365
2 Kayen 0 1.632 0 0 108 0 625
2.979
3 Tambakromo 0 1.514 1.363 0 0 0 0
3.720
4 Winong 0 2.217 0 0 0 0 0
6.345
0
5 Pucakwangi 1.377 0 0 102 0 0
2.355
6 Jaken 0 1.508 0 0 49 0 5
2.121
7 Batangan 0 39 0 0 0 0 2082
2.956
8 Juwana 0 47 0 0 0 0 2909
268
9 Jakenan 0 102 0 0 0 0 166
270
10 Pati 0 87 0 0 0 0 183
108
11 Gabus 0 64 0 0 44 0 0
2.300
12 Margorejo 0 1.293 0 42 1 0 4
4.675
13 Gembong 0 3.564 0 1.004 15 0 92
6.114
14 Tlogowungu 0 3.856 0 65 0 0 2193
874
15 Wedarijaksa 0 87 0 0 0 0 787
2.246
16 Trangkil 0 1.079 0 0 0 0 1167
3.055
17 Margoyoso 0 1.589 0 27 9 0 1430
2.983
18 Gunungwungkal 0 2.832 0 21 0 0 130
3.830
19 Cluwak 0 2.700 0 241 0 0 0
1.309
20 Tayu 0 489 0 0 0 0 820
4.616
21 Dukuhseti 0 997 0 913 0 0 2.706
0 31.408 1.363 2.313 436 0 15.365 60.314
Jumlah
Sumber Data : Kabupaten Pati Dalam Angka 2019, dan Olahan Penulis
Setelah teridentifikasi komoditas yang menjadi sumber pakan hijauan alami dan diketahui luasan lahannya,
selanjutnya dilakukan penghitungan dengan mengalikan jumlah luasan perkomoditas
dengan indeks masing-masing komoditas untuk mendapatkan besaran pakan dihasilkan (dalam BKC
Ton/Th). Perhitungan yang dilakukan sebagai berikut:
Potensi hijauan alami = {(pkarang x 0.53 x 2) + (teg. + huma + lad + kebun + l.bera) x
2.875) + (penggem x 0.75)) + (Hryt x 0.6) + (lain x 0.75) + (Lkld x 10) + (Lkrt x 2) + (Lkst x
5) + (Lckh x 5)} x 0.5
Tabel Data Potensi Pakan Ternak Dari Pakan Hijau Alami Kabupaten Pati 2018
Luas (Ha)
Hutan Padang
No Kecamatan Pekarangan Tegal/Kebun Ladang Perkebunan Lainnya
Rakyat Rumput
BKC ton/th BKC ton/th BKC ton/th BKC ton/th BKC ton/th BKC ton/th BKC ton/th
(*2*0.53*0.5) (*2.875*0.5) (*2.875*0.5) (*2.875*0.5) (*0.6*0.5) (*0,75*0.5) (*0,75*0.5) Jumlah
6.231,563 0 0 32,4 24,75 6.288,713
1 Sukolilo 0 0
2.346 0 0 32,4 234,375 2.612,775
2 Kayen 0 0
0
2.176,375 1.959,313 0 0 4.135,688
3 Tambakromo 0 0
0
3186,938 0 0 0 3.186,938
4 Winong 0 0
0
0 1.979,438 0 0 30,6 2.010,04
5 Pucakwangi 0
1,875
0 0 0 14,7 16,575
6 Jaken 0 0
780,75
2.167,75 0 0 0 2.948,5
7 Batangan 0 0
1.090,875
56,0625 0 0 0 1.146,938
8 Juwana 0 0
62,25
67,5625 0 0 0 129,8125
9 Jakenan 0 0
68,625
146,625 0 0 0 215,25
10 Pati 0 0
0
125,0625 0 0 13,2 138,2625
11 Gabus 0 0
1,5
92 0 60,375 0,3 154,175
12 Margorejo 0 0
1.858,688 0 1443,25 4,5 34,5 3.340,938
13 Gembong 0 0
822,375
5.123,25 0 93,4375 0 6.039,063
14 Tlogowungu 0 0
295,125
5.543 0 0 0 5.838,125
15 Wedarijaksa 0 0
437,625
125,0625 0 0 0 562,6875
16 Trangkil 0 0
536,25
17 1551,063 0 38,8125 2,7 2.128,826
Margoyoso 0 0
48,75
2284,188 0 30,1875 0 2.363,126
18 Gunungwungkal 0 0
0
4.071 0 346,4375 0 4.417,438
19 Cluwak 0 0
307,5
3.881,25 0 0 0 4.188,75
20 Tayu 0 0
1014,75
21 702,9375 0 1.312,438 0 3.030,126
Dukuhseti 0 0
0 43.715,82 1.959,313 3.324,938 130,8 0 5.761,875 54.892,74
Jumlah
Dari perhitungan tersebut didapati jumlah pakan hijauan alami yang mampu dihasilkan Kabupaten Pati
sebesar 54.892,74 BKC Ton/Tahun.
Dari perhitungan yang telah dilakukan, untuk mengetahui besaran potensi pakan ternak yang berasal dari
limbah maupun hijauan alami, Kabupaten pati memiliki potensi total penyediaan pakan ternak sebesar
812.920,00 BKC Ton/tahun
Populasi Ternak ruminansia yang ada di Kabupaten Pati adalah sebagai berikut:
Tabel Data Ternak Existing Kabupaten pati 2018
JenisTernak ( Ekor)
No Kecamatan Sapi Sapi Jumlah
Potong Perah Kerbau Kambing Domba Babi
1 Sukolilo 67.270
6.376 0 1.096 49.331 10.467 0
13.655
2 Kayen 3.660 0 0 8.646 1.349 0
3 8.747
Tambakromo 4.018 0 0 4.113 616 0
13.076
4 Winong 6.288 0 1 6.210 577 0
5 21.100
Pucakwangi 10.082 0 43 10.522 453 0
17.147
6 Jaken 12.875 0 0 3.129 1.143 0
7 7.943
Batangan 4.234 0 0 3.415 294 0
10.608
8 Juwana 2.495 0 310 7.219 402 182
9 9.847
Jakenan 7.707 0 0 2.140 0 0
5.966
10 Pati 3.408 0 0 2.558 0 0
11 15.281
Gabus 3.970 0 0 10.790 521 0
8.634
12 Margorejo 4.510 123 20 3.765 216 0
13 14.880
Gembong 2.764 4 117 11.770 225 0
14.132
14 Tlogowungu 5.629 0 0 8.503 0 0
15 6.288
Wedarijaksa 3.440 0 21 2.694 133 0
23.358
16 Trangkil 5.996 0 0 12.537 4.825 0
17 17.580
Margoyoso 7.520 0 0 9.230 830 0
16.769
18 Gunungwungkal 2.633 0 0 14.130 0 6
19 24.448
Cluwak 1.922 0 19 22.315 71 121
7.549
20 Tayu 2.717 7 19 3.338 1.468 0
21 11.485
Dukuhseti 5.085 0 152 4.319 1.915 14
Jumlah 107.329 134 1.798 200.674 25.505 323 335.763
Untuk mendapatkan jumlah dalam satuan ternak (ST) maka dilakukan perkalian antara jumlah ternak
dengan indeks hewan ternak itu sendiri sebagai berikut :
Sapi Sapi
No Kecamatan Potong Perah Kerbau Kambing Domba Babi Jumlah
ST(*0,7) ST(*0,7) ST(*0,8) ST (*0,05) ST(*0,06) ST(*0,16)
4.463,2 0 876,8 2.466,55 628,02 0 8.434,57
1 Sukolilo
2.562 0 0 432,3 80,94 0 3.075,24
2 Kayen
2.812,6 0 0 205,65 36,96 0 3.055,21
3 Tambakromo
4.401,6 0 0,8 310,5 34,62 0 4.747,52
4 Winong
7.057,4 0 34,4 526,1 27,18 0 7.645,08
5 Pucakwangi
9.012,5 0 0 156,45 68,58 0 9.237,53
6 Jaken
2.963,8 0 0 170,75 17,64 0 3.152,19
7 Batangan
1.746,5 0 248 360,95 24,12 29,12 2.408,69
8 Juwana
5.394,9 0 0 107 0 0 5.501,9
9 Jakenan
2.385,6 0 0 127,9 0 0 2.513,5
10 Pati
2.779 0 0 539,5 31,26 0 3.349,76
11 Gabus
3.157 86,1 16 188,25 12,96 0 3.460,31
12 Margorejo
1.934,8 2,8 93,6 588,5 13,5 0 2.633,2
13 Gembong
3.940,3 0 0 425,15 0 0 4.365,45
14 Tlogowungu
15 2.408 0 16,8 134,7 7,98 0 2.567,48
Wedarijaksa
4.197,2 0 0 626,85 289,5 0 5.113,55
16 Trangkil
5.264 0 0 461,5 49,8 0 5.775,3
17 Margoyoso
1.843,1 0 0 706,5 0 0,96 2.550,56
18 Gunungwungkal
1.345,4 0 15,2 1.115,75 4,26 19,36 2.499,97
19 Cluwak
1.901,9 4,9 15,2 166,9 88,08 0 2.176,98
20 Tayu
3.559,5 0 121,6 215,95 114,9 2,24 4.014,19
21 Dukuhseti
75.130,3 93,8 1.438,4 10.033,7 1.530,3 51,68 88.278,2
Jumlah
Setelah diketahui potensi penyediaan pakan serta kebutuhan pakan eksisting, maka dapat dihitung jumlah
ternak yang bisa ditambah (cadangan) dengan langkah sebagai berikut :
Total
Populasi Kemampuan Total
Persediaan
No Kecamatan Ruminansia Wilayah Kebutuhan IDD Kapasitas KET
Pakan
Penambahan
(BKC Ton/th) (ST) (ST) (BKC Ton/th) (ST)
A B C D C/2.28 D*1.14 C/(D*1.14) (C/2.28)-D H
124.500,44 8.434,57 54.605,46 9.615,41 12,94801 46.170,89
1 Sukolilo Aman
63.939,01 3.075,24 28.043,43 3.505,774 18,2382 24.968,19
2 Kayen Aman
82.922,22 3.055,21 36.369,39 3.482,939 23,80812 33.314,18
3 Tambakromo Aman
56.154,60 4.747,52 24.629,21 5.412,173 10,37561 19.881,69
4 Winong Aman
5 68.309,25 7.645,08 29.960,2 8.715,391 7,837772 22.315,12
Pucakwangi Aman
22.016,84 9.237,53 9.656,509 10.530,78 2,090713 418,98
6 Jaken Aman
7 9.482,20 3.152,19 4.158,86 3.593,497 2,638711 1.006,67
Batangan Aman
7.642,73 2.408,69 3.352,075 2.745,907 2,783317 943,39
8 Juwana Aman
24.137,19 5.501,9 10.586,49 6.272,166 3,848302 5.084,59
9 Jakenan Aman
10.453,82 2.513,5 4.585,009 2.865,39 3,648306 2.071,51
10 Pati Aman
21.104,24 3.349,76 9.256,246 3.818,726 5,526513 5.906,49
11 Gabus Aman
27.039,74 3.460,31 11.859,54 3.944,753 6,854609 8.399,23
12 Margorejo Aman
18.831,86 2.633,2 8.259,588 3.001,848 6,273422 5.626,39
13 Gembong Aman
176.539,89 4.365,45 77.429,78 4.976,613 35,4739 73.064,33
14 Tlogowungu Aman
9.695,84 2.567,48 4.252,561 2.926,927 3,312635 1.685,08
15 Wedarijaksa Aman
7.326,39 5.113,55 3.213,329 5.829,447 1,25679 -1.900,22
16 Trangkil Krisis
17 13.275,40 5.775,3 5.822,544 6.583,842 2,016361 47,24
Margoyoso Aman
Gunungwung 2.363,13 2.550,56 1.036,461 2.907,638 0,812732 -1.514,10
18 kal Krisis
19.119,69 2.499,97 8.385,829 2.849,966 6,708743 5.885,86
19 Cluwak Aman
18.362,40 2.176,98 8.053,684 2.481,757 7,398952 5.876,70
20 Tayu Aman
11.158,72 4.014,19 4.894,175 4.576,177 2,438437 879,99
21 Dukuhseti Aman
812.920,00 88.278,2 356.543,9 100.637,1 166,2902 260.132,19
Jumlah
7,918579
Rata-Rata
Keterangan:
Kritis : Pakan ternak sudah tidak mencukupi.
Rawan : Pakan ternak masih mencukupi namun dengan pilihan yang terbatas.
Aman : Pakan ternak masih tersedia dengan berbagai pilihan.
Dari hasil perhitungan yang dilakukan di atas, maka diketahui bahwa Kabupaten Pati masih aman untuk
dilakukan penambahan ternak sebesar 260.132,19 ST atau sebesar 65.033,05 Ton atau dengan valuasi
moneter senilai Rp 7.908,019 Miliar. Penambahan dapat dilakukan di seluruh kecamatan, namun
penambahan lebih diutamakan untuk kecamatan yang dikategorikan dalam keadaan kritis, yaitu Kecamatan
Trangkil dan Kecamatan Gunungwungkal.
54.892,74 219.607,75
Jumlah 51.862,62
Setelah dilakukan perhitungan jenis pakan dan jumlah lahan yang tersedia, selanjutnya dilakukan
perhitungan jumlah besaran lahan yang dibutuhkan untuk menyediakan pakan ternak. Perhitungan ini
dilakukan dengan cara mengalikan populasi ternak yang ada dengan kebutuhan minimum pakan lalu dibagi
dengan nilai produktivitas lahan yang dimilikinya.
Setelah diketahui besaran jumlah lahan yang termanfaatkan yang berfungsi sebagai penyedia pakan ternak.
Kemudian, dilanjutkan dengan perhitungan nilai cadangan lahan pakan ternak yang belum termanfaaatkan,
yang didapatkan dengan melakukan pengurangan potensi lahan pakan dengan luasan lahan yang
termanfaatkan.
Dari perhitungan diatas, diketahui cadangan lahan yang tersedia sebesar 183.721,65 Ha atau masih 79,01
% dari total potensi lahan yang ada. Nilai tersebut dapat manfaatkan sebagai tambahan input pada usaha
pertanian, dengan skenario pembatasan sebagai berikut:
Batas
Besar Cadangan Makna
Penggunaan
Batas Aman
(79,01% -50%)*
(50%
Penggunaan) 219.607,75 Ha =
6.370.820,83 Ha Kebutuhan pakan ternak dapat terpenuhi
dengan pilihan pakan secara aman
Batas
Minimum
(sama
219.607,75 Ha, sama Kebutuhan ternak terpenuhi dengan pilihan
dengan total cadangan
dengan pakan yang terbatas
lahan
besaran total
cadangan)
Rata-Rata
Estimasi Produksi Harga Rata-
Jenis Batas Produksi Cadangan
Luasan(Ha) Pakan Rata Pakan
Penggunaan Pakan Moneter
(Ton/Tahun) (Rp/Ton)
(Ton/Ha)
A B C B*C D (B*C)*D
4,68 5.963.088.297
1 6.370.820,83 29.815.441,5
200,000
4,68 205.552.854
2 219.607,75 1.027.764,27
Dari hasil perhitungan neraca, diketahui bahwa Kabupaten Pati masih memiliki cadangan lahan pakan
ternak pada batas aman dimana kebutuhan pakan ternak tercukupi dengan adanya pilihan seluas
6.370.820,83 Ha atau senilai dengan 5.963.088.297 Milyar Rupiah
Sedangkan besar cadangan minimum dimana kebutuhan akan ternak mampu terpenuhi tetapi dengan
pilihan terbatas seluas 219.607,75 Ha atau senilai 205.552.854 Milyar Rupiah
e. Aktiva Pasiva
Tabel aktiva pasiva merupakan tabel yang berfungsi untuk menunjukan bagaimana potensi penyediaan ,
penggunaan dan cadangan yang lebih jelas dan informative. Tabel aktiva dan pasiva neraca sumber daya
ternak ruminansia Kabupaten Pati adalah sebagai berikut :
Penggunaan / Cadangan
Jenis Komoditas Potensi / Aktiva
Pasiva Fisik Moneter
260.132,19 ST
Ternak 347.081,3 88.278,2 65.033,05 Ton 7.908,019
Lahan Pakan
Batas Aman 6.370.820,83 Ha 6.370.820,83 Ha 5.963.088.297
219.607,75 Ha 35.886,13 Ha 219.607,75 Ha
Batas Minimum 205.552.854
Kabupaten Pati merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang terletak di tepi
Pantai Utara Jawa. Sesuai dengan slogan kabupaten yaitu “Bumi Mina Pati Sejahtera”, sektor
perikanan di Kabupaten Pati menjadi salah satu sektor yang digenjot pemerintah dengan serius.
Bahkan, pengelolaan sektor perikanan di Kabupaten Pati menjadi rujukan pengelolaan sektor
serupa bagi daerah-daerah lain (jawapos.com, 2019).
Analisis Sumber Daya Alam sektor perikanan tambak diperlukan untuk mengetahui nilai
produksi dan nilai produktivitas eksisting sektor. Selanjutnya, analisis dapat digunakan untuk
menyusun Neraca Sumber Daya Alam (NSDA) sebagai proyeksi untuk mengetahui cadangan-
cadangan lahan yang tersedia untuk dijadikan lahan budidaya perikanan tambak, serta
mengetahui potensi produksi yang akan diterima Kabupaten Pati apabila lahan-lahan cadangan
digunakan secara optimal untuk perikanan tambak.
Dari tabel di atas, ikan bandeng merupakan komoditas terbanyak dalam segi
produksi, bahkan selalu menyumbang lebih dari 50% produksi ikan tambak
kabupaten tiap tahunnya. Namun, pada tahun 2016 terjadi penurunan secara
keseluruhan yang diikuti dengan penurunan produksi perkomoditas, kecuali udang
vaname yang mengalami peningkatan drastis. Pada tahun 2017 terjadi peningkatan
produksi total yang drastis, bahkan produksi sepanjang tahun tersebut lebih tinggi
daripada tahun 2015.
Kepadatan ikan perkomoditas kami sadur dari beberapa sumber, begitu juga
dengan frekuensi panen tahunan. Kami menggunakan pendekatan dengan rumus
berikut karena panen perikanan tambak dilakukan lebih dari sekali dalam setahun
sehingga frekuensi panen tahunan perlu dimasukkan sebagai variabel untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat dan reliable. Dari kalkulasi di atas, luas total
yang didapatkan hampir sama dengan luas perikanan tambak menurut data
sekunder dari Kabupaten Pati dengan selisih sekitar 10,5 Ha. Dari perhitungan di
atas, lebih dari 90% lahan perikanan tambak digunakan untuk membudidayakan
ikan bandeng.
b. Valuasi Moneter
Valuasi moneter adalah total penjualan perkomoditas pada tahun tertentu.
Valuasi moneter menandakan seberapa besar kontribusi tiap-tiap komoditas dalam
pemasukan daerah dalam suatu sektor. Valuasi moneter dapat dicari dengan
mengalikan harga produksi dengan jumlah produksi suatu komoditas pada tahun
yang spesifik.
𝑉𝑎𝑙𝑢𝑎𝑠𝑖 𝑀𝑜𝑛𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐴 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐴 × 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐴
c. Produktivitas Moneter
Produktivitas moneter adalah nominal penghasilan yang dapat diterima
dalam tiap satuan luas pada tiap-tiap komoditas. Produktivitas moneter dapat
dihitung menggunakan rumus berikut.
𝑉𝑎𝑙𝑢𝑎𝑠𝑖 𝑀𝑜𝑛𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐴
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑀𝑜𝑛𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐴 =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐴