KABUPATEN PATI
OLEH:
Rencana struktur ruang dalam RTRW berperan sebagai salah satu atribut utamanya. Definisi dari
Struktur ruang berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 adalah susunan pusat-pusat
permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Dengan begitu
struktur ruang terdiri dari tiga komponen utamanya, yaitu:
Guna mengevaluasi kinerja struktur ruang dalam suatu wilayah, diperlukan identifikasi struktur
ruang saat ini melalui ketiga komponen diatas.
1. Agregasi permukiman
Agregasi permukiman diperlukan untuk mengetahui pola persebaran permukiman di
wilayah kasus, yaitu Kabupaten Pati. Simpul-simpul permukiman ditentukan dengan melihat
aglomerasi permukiman yang tersebar di Kabupaten Pati. Langkah yang pertama yaitu
mengklasifikasikan wilayah perkotaan dan perdesaan dari Kabupaten Pati berdasarkan
Pertauran Kepala BPS No. 37 Tahun 2010 dan digambarkan menjadi peta seperti di bawah.
Peta Kawasan Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten Pati
Sumber: Olah data kelompok 3, 2019
Setelah mendapatkan wilayah perkotaan dan perdesaan kemudian dioverlay dengan peta
persebaran guna lahan permukiman yang kemudian peta hasil overlay tersebut menjadi peta
simpul permukiman perkotaan.
Peta Persebaran Guna Lahan Permukiman Kabupaten Pati
Sumber: Olah data kelompok 3, 2019
Peta Simpul Permukiman Perkotaan Kabupaten Pati
Sumber: Olah data kelompok 3, 2019
Setelah mengetahui simpul-simpul permukiman, analisis dilanjutkan dengan menghitung
indeks ketetanggaan atau yang disebut juga pola penyebaran. Analisis ketetanggan berfungsi
untuk menunjukan pola persebaran permukiman perkotaan yang ada dalam suatu wilayah
yang telah diwakili oleh simpul-simpul perkotaan tersebut. Indeks tersebut menurut
Bintarto dan Suprapto (1991) dibagi menjadi 3, yaitu:
No Rata-rata Pola Persebaran
1 0 – 0,7 Bergerombol
2 0,71 – 1,4 Acak
3 1,41 – 2,15 Tersebar Merata
Pola penyebaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
^_ c h
𝑇 = ^` 𝐽ℎ = ef
𝑃 = i
√
T = Indeks/pola penyebaran
Ju = Jarak rata-rata antara satu titik dengan titik tetangga terdekat
Jh = Jarak rata-rata yang diperoleh jika semua titik memiliki pola acak (random)
P = Kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi
N = Jumlah titik simpul permukiman
A = Luas wilayah (km2)
Tabel Jarak Antar-simpul Perkotaan Kabupaten Pati
Garis O-D Jarak (km) Garis O-D Jarak (km)
O-P Kayen-Sukolilo 8,96470 D-E Margoyoso-Trangkil 6,48011
P-O Sukolilo-Kayen 8,96470 E-D Trangkil-Margoyoso 6,48011
N-O Gabus-Kayen 6,24157 J-K Pati-Tlogowungu 5,81238
O-N Kayen-Gabus 6,24157 K-J Tlogowungu-Pati 5,81238
J-N Pati-Gabus 8,85414 D-C Margoyoso-Tayu 6,95001
N-J Gabus-Pati 8,85414 C-D Tayu-Margoyoso 6,95001
F-J Wedarijaksa-Pati 8,51340 B-C Dukuhseti-Tayu 7,29340
J-F Pati-Wedarijaksa 8,51340 C-B Tayu-Dukuhseti 7,29340
K-L Tlogowungu-Gembong 7,71163 A-B Cluwak-Dukuhseti 12,55567
L-K Gembong-Tlogowungu 7,71163 B-A Dukuhseti-Cluwak 12,55567
G-F Juwana-Wedarijaksa 9,20055 J-M Pati-Winong 9,19593
F-G Wedarijaksa-Juwana 9,20055 M-J Winong-Pati 9,19593
G-H Juwana-Batangan 8,63343 O-Q Kayen-Tambakromo 2,32354
H-G Batangan-Juwana 8,63343 Q-O Tambakromo-Kayen 2,32354
H-I Batangan-Jaken 7,10180 J-R Pati-Margorejo 4,02902
I-H Jaken-Batangan 7,10180 R-J Margorejo-Pati 4,02902
E-F Trangkil-Wedarijaksa 2,61961
F-E Wedarijaksa-Trangkil 2,61961
Sumber: Olah data kelompok 3, 2019
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 = 244,96177 𝑘𝑚
244,96177
𝐽𝑢 = = 7,65506
32
17
𝑃 = = 0,01131
1503,68
1
𝐽ℎ = = 6,65025
x2(0,01131)
7,65506
𝑇 = = 1,15109
6,65025
Karena indeks penyebaran permukiman di Kabupaten Pati bernilai 1,15109, maka
pola persebaran permukiman di Kabupaten Pati memiliki karakteristik acak.
2. Agregasi fasilitas
Identifikasi agregasi fasilitas merupakan tahap untuk mengetahui bagaimana persebaran fasilitas
pada setiap simpul perkotaan, dimana identifikasi ini berguna untuk melihat sejauh mana wilayah
permukiman di Kabupaten Pati dapat terlayani dari fasilitas kemudian lalu di overlay dengan peta
simpul layanan permukiman. Untuk mengidentifikasi bagaimana kinerja masing-masing simpul
perkotaan dalam melayani masyarakatnya, dilakukan analisis agregasi fasilitas dengan dua metode,
yaitu metode skalogram dan sentralitas marshall.
Peta Agregasi Fasilitas Kabupaten Pati
Sumber: Olah data kelompok 3, 2019
a. Metode Skalogram
Metode Skalogram merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menganalisis hirarki dari simpul pusat pelayanan. Metode ini fokus melihat kepada
bagaimana kelengkapan jenis fasilitas pada suatu simpul, dimana jika semakin
lengkap fasilitas pada daerah tersebut maka akan semakin tinggi pula hirarkinya
pada sistem pelayanan perkotaan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
Orde interval
I 1 - 2
II 2 - 3
III 3 - 4
IV 4 - 5
V 5 - 6
Simpul Orde
Sukolilo I
Kayen III
Margorejo I
Winong III
Jaken V
Batangan III
Juwana I
Pati I
Gabus I
Gembong II
Tlogowungu III
Wedarijaksa II
Trangkil IV
Margoyoso I
Cluwak V
Tayu I
Dukuhseti III
Sumber: Olah data kelompok 3, 2019
Peta Agregasi Fasilitas Metode Skalogram Kabupaten Pati
Sumber: Olah data kelompok 3, 2019
b. Metode Sentralitas Marshall
Berikut adalah data persebaran fasilitas umum dan fasilitas sosial eksisting pada
simpul-simpul perkotaan di Kabupaten Pati.
Orde Interval
I 208.04 - 259.37
II 156.7 - 208.03
III 105.36 - 156.69
IV 54.02 - 105.35
V 2.68 - 54.01
Sumber: Olah data kelompok 3, 2019
Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi fasilitas pelayanan yang ada di masing-masing
simpul, dilakukan perkalian antara jumlah unit fasilitas dengan bobot fasilitasnya masing-
masing sehingga diperoleh tabel seperti berikut:
Pendidikan Ekonomi Kesehatan Transportasi
Puskes Rumah
Kecamatan SD SMP SMA Pasar Terminal Total Hierarki
mas Sakit
(0,67) (2,7) (2,27) (7,69) (25)
(7,14) (20)
Sukolilo 1.34 2.70 4.55 15.38 7.14 0 0 31.12 V
Kayen 0.00 10.81 11.36 0.00 7.14 0 0 29.32 V
Margorejo 2.68 2.70 9.09 0.00 7.14 20 25 66.62 IV
Winong 1.34 2.70 0.00 0.00 7.14 0 0 11.19 V
Jaken 0.00 0.00 0.00 0.00 7.14 0 0 7.14 V
Batangan 0.67 0.00 2.27 0.00 7.14 0 0 10.09 V
Juwana 13.42 10.81 6.82 15.38 7.14 0 25 78.58 IV
Pati 40.27 37.84 45.45 30.77 0.00 80 25 259.33 I
Gabus 4.03 5.41 2.27 7.69 7.14 0 0 26.54 V
Gembong 1.34 2.70 2.27 0.00 7.14 0 0 13.46 V
Tlogowungu 2.68 2.70 0.00 0.00 7.14 0 0 12.53 V
Wedarijaksa 4.70 2.70 0.00 7.69 7.14 0 0 22.24 V
Trangkil 6.04 0.00 0.00 0.00 7.14 0 0 13.18 V
Margoyoso 9.40 8.11 6.82 7.69 7.14 0 0 39.16 V
Cluwak 2.68 0.00 0.00 0.00 0.00 0 0 2.68 V
Tayu 8.05 8.11 6.82 15.38 7.14 0 25 70.51 IV
Dukuhseti 1.34 2.70 2.27 0.00 0.00 0 0 6.32 V
Total 100 100 100 100 100 100 100 700
Sumber: Olah data kelompok 3, 2019
Dari tabel diatas, diperoleh penggolongan simpul-simpul berdasarkan hierarki nya sebagai berikut.
Orde Simpul
I Pati
II -
III -
IV Margorejo, Juwana, Tayu
Sukolilo, Kayen, Winong, Jaken, Batangan, Gabus,
V Gembong, Tlogowungu, Wedarijaksa, Trangkil,
Margoyoso, Cluwak, Dukuhseti
Sumber: Olah data kelompok 3, 2019
Peta Agregasi Fasilitas Metode Marshall Kabupaten Pati
Sumber: Olah data kelompok 3, 2019
3. Jaringan Penghubung Antar Simpul
Identifikasi jaringan penghubung antar simpul dilakukan melalui overlay antara jaringan
penghubung yang ada di Kabupaten Pati seperti jaringan jalan, jaringan kereta api, dan
sebagainya dengan simpul permukiman perkotaan yang sebelumnya telah ditentukan. Hal
tersebut guna mengetahui jaringan penghubung apa saja yang bisa dilalui guna
mengantarkan barang dan atau jasa dari satu simpul ke simpul lain serta dapat dijadikan
sebagai salah satu indicator mengenai seberapa besar pelayanan yang mampu diberikan oleh
tiap simpulnya. Dalam hal ini Simpul Margorejo, Pati, Juwana, dan Batangan. merupakan
simpul yang dilalui oleh jaringan jalan dengan hirarki tertinggi yaitu jalan arteri.
Sumber: Olah data kelompok 3, 2019 Sumber: Olah data kelompok 3, 2019
Peta Jaringan Penghubung Simpul Permukiman Perkotaan Kabupaten Pati
Sumber: Olah data kelompok 3, 2019
Setelah mengidentifikasi simpul-simpul permukiman perkotaan kemudian simpul-simpul tersebut
diklasifikasikan menjadi sistem perkotaan. Berdasarkan Permen ATR No. 1 Tahun 2018 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, dan Kota, sistem perkotaan
terdiri dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan Pusat Kegiatan Lokal
(PKL) dengan fasilitas dan infrastruktur minimal yang tersedia sebagai berikut:
Sumber: Hasil Rencana Materi Teknis RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029
Dalam pengklasifikasian fungsi simpul, Kelompok Pati 1 menggunakan fasilitas yang terdapat dalam
delineasi kawasan perkotaan di setiap simpul bukan hanya wilayah simpul permukiman perkotaan
dengan argumen jika hanya menggunakan kawasan simpul permukiman perkotaan akan ada
beberapa fasilitas penting yang tidak masuk ke dalam indikator klasifikasi. Dimana fasilitas tersebut
juga dapat memberikan layanan bagi desa atau kecamatan di sekitarnya yang ketersediaan
fasilitasnya tidak lengkap. Hal tersebut dikarenakan adanya ketidakakuratan data yang diperoleh
sehingga lingkup kawasan permukimannya masih relatif kecil dan fasilitas penunjang kawasan
permukimannya berada di luar simpul permukiman perkotaan.
Sumber: Olah data kelompok 3, 2019
Guna mengetahui kinerja dari struktur ruang di Kabupaten Pati maka dilakukan evaluasi struktur
ruang dengan empat indicator penilaian yaitu analisis aksesibilitas, analisis konektivitas, analisis
mobilitas, dan interaksi antar simpul.
1. Analisis Aksesibilitas
Analisis aksesibilitas dilakukan guna mengetahui tingkat kemudahan masyarakat untuk
mengakses pelayanan fasilitas yang tersedia.
Peta Keterjangkauan Permukiman Kabupaten Pati
Sumber: Olah data kelompok 3, 2019
Berdasarkan peta overlay antara jangkauan fasilitas dengan kawasan permukiman
mengindikasikan semakin gelap maka semakin tinggi tingkat keterjangkauannya.
2. Analisis Konektivitas
Tingkat konektivitas antar simpul permukiman perkotaan di Kabupaten Pati dapat diketahui
melalui perhitungan model beta (𝛽) indeks dengan membandingkan antara jumlah jaringan
(e) dengan jumlah simpul permukiman perkotaan (v) sebagai berikut:
𝑒 33
𝛽= = = 1,94
𝑣 17
Dari perhitungan tersebut maka diketahui bahwa nilai beta indeks adalah 1,94. Dengan
terdapat 17 simpul yang tersebar di hampir diseluruh setiap kecamatan di Kabupaten Pati
dan terdapat 33 jaringan penghubung berupa jalan arteri, jalan kolektor, serta jalan lokal
yang dapat menghantarkan barang atau jasa antar satu simpul dengan simpul lainnya secara
baik dengan asumsi kondisi jalan tersebut baik. Maka nilai beta indeks tersebut menunjukan
bahwa tingkat konektivitas sangat baik pada struktur ruang Kabupaten Pati.
Peta Jaringan Penghubung Kabupaten Pati
Sumber: Olah data kelompok 3, 2019
3. Analisis Mobilitas
Analisis mobilitas merupakan analisis struktur ruang dengan menggunakan Detour Index.
Pengukuran dilakukan dengan membandingkan jarak lurus (asumsi tanpa hambatan)
dengan jarak sebenarnya yang mana kondisi topografi wilayah diperhatikan sebagai salah
satu indikator.
Analisis ini berfungsi untuk mengukur tingkat efisiensi jaringan terhadap jarak antar simpul
permukiman perkotaan di wilayah. Apabila nila dari Detour Index nya mendekati 1, maka
jaringan jalan penghubung antar simpul dinilai efisien
Perhitungan Rumus Detour Index :
Œ•Ž••‘`• ’•“••”•– (’’)
DI = —–•˜ ’•“••”•– (’™)
Tabel Klasifikasi Detour Index
Detour Index Keterangan
0-0,3 Tidak Baik
0,31-0,6 Sedang
0,61-1,00 Baik
Tabel Evaluasi Efisiensi Simpul-Simpul Kegiatam Kabupaten
Keterangan Straight distance Real Distance Detour Index Efisiensi
Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum efisiensi akses antar simpul
kegiatan tergolong baik dengan nilar rata-rata sebesar 0,81. Namun masih terdapat beberapa
akses yang memiliki nilai efisiensi sedang dikarenakan kelerengan pada akses tersebut
beragam, sehingga jalan yang dibangun sedikit berkelok-kelok menyesuaikan kondisi
geografis daerah yang dilaluinya.
Sumber: Olah data kelompok 3, 2019
4. Interaksi Antar Simpul
Dalam hal ini, tingkat interaksi yang terjadi antar dua lokasi (simpul) dapat diukur dengan
menggunakan metode Gravity Model. Gravity Model dihitung dengan cara mengalikan atribut
sosial ekonomi (dalam kasus studio Kabupaten Pati menggunakan data jumlah penduduk)
dan dibagi dengan tingkat pemisah (jarak antar simpul apabila ditarik garis lurus).
Berdasarkan rumus perhitungannya, semakin besar nilai Tij maka semakin tinggi pula
interaksi yang terbentuk antar kedua simpul. Rumus Model Gravitasi ini adalah (Relly, 1929):
Keterangan :
Tij = Interaksi antar simpul
Vij = Jumlah penduduk daerah 1
Wij = Jumlah penduduk daerah 2
Sij = Jarak anatar simpul
Tabel Interaksi Antar Simpul Kegiatan Kabupaten Pati
Jarak Jumlah Jumlah Besar
Titik Nama Urutan
(km) Penduduk 1 Penduduk 2 Interaksi
A-B Cluwak-Dukuhseti 12,55570 43800 57990 16.111.848,09 32
A-C Cluwak-Tayu 14,22970 43800 65578 14.185.373,97 37
A-D Cluwak-Margoyoso 17,46880 43800 73990 10.619.913,82 44
A-L Cluwak-Gembong 21,90340 43800 45038 4.111.782,54 48
B-C Dukuhseti-Tayu 7,29339 57990 65578 71.491.169,51 10
100.452.404,2
C-D Tayu-Margoyoso 6,95001 65578 73990 5
7
C-F Tayu-Wedarijaksa 15,90790 65578 61017 15.811.872,87 34
C-G Tayu-Juwana 22,49560 65578 97249 12.602.251,70 40
C-K Tayu-Tlogowungu 18,95650 65578 51181 9.340.080,60 45
C-L Tayu-Gembong 21,79940 65578 45038 6.215.100,89 47
109.577.615,2
D-E Margoyoso-Trangkil 6,48011 73990 62189 4
4
D-G Margoyoso-Juwana 16,57910 73990 97249 26.177.988,31 28
Margoyoso-
D-L 16,51200 73990 45038 12.222.295,06 41
Gembong
Trangkil- 552.956.726,1
E-F 2,61961 62189 61017 1
Wedarijaksa 9
E-G Trangkil-Juwana 11,32850 62189 97249 47.125.275,23 19
E-J Trangkil-Pati 10,47260 62189 108144 61.320.681,17 16
Trangkil-
E-K 7,48113 62189 51181 56.870.616,65 17
Tlogowungu
E-L Trangkil-Gembong 14,02680 62189 45038 14.235.589,65 36
Wedarijaksa-
F-G 9,20055 61017 97249 70.098.450,09 13
Juwana
F-J Wedarijaksa-Pati 8,51340 61017 108144 91.043.134,59 6
Wedarijaksa-
F-K 6,99748 61017 51181 63.778.791,59 15
Tlogowungu
Wedarijaksa-
F-L 14,36970 61017 45038 13.308.666,58 39
Gembong
Wedarijaksa-
F-M 14,36500 61017 50167 14.833.981,10 35
Winong
G-H Juwana-Batangan 8,63343 97249 43481 56.730.671,44 18
G-I Juwana-Jaken 10,39530 97249 42894 38.601.807,19 24
G-J Juwana-Pati 12,24190 97249 108144 70.176.211,38 12
Juwana-
G-K 14,70830 97249 51181 23.007.474,66 29
Tlogowungu
G-M Juwanan-Winong 10,99260 97249 50167 40.374.060,08 22
H-I Batangan-Jaken 7,10180 43481 42894 36.979.343,43 25
H-M Batangan-Winong 17,46610 43481 50167 7.150.324,80 46
I-M Jaken-Winong 14,14020 42894 50167 10.762.262,33 43
163.833.683,9
J-K Pati-Tlogowungu 5,81238 108144 51181 3
0
J-L Pati-Gembong 11,86130 108144 45038 34.619.193,40 26
J-M Pati-Winong 9,19592 108144 50167 64.154.952,99 14
J-N Pati-Gabus 8,85414 108144 52747 72.762.468,42 9
J-P Pati-Sukolilo 23,78640 108144 91755 17.537.784,65 31
421.310.527,5
J-Q Pati-Margorejo 4,02902 108144 63241 2
6
Tlogowungu-
K-L 7,71163 51181 45038 38.761.046,62 23
Gembong
Tlogowungu-
K-Q 6,77145 51181 63241 70.590.156,33 11
Margorejo
Gembong-
L-Q 9,86494 45038 63241 29.267.722,52 27
Margorejo
M-N Winong-Gabus 5,70489 50167 52747 81.305.765,88 8
M-O Winong-Kayen 15,20300 50167 73610 15.977.041,29 33
M-Q Winong-Margorejo 11,34470 50167 50167 19.554.658,24 30
N-O Gabus-Kayen 9,65362 52747 73610 41.663.349,59 21
N-P Gabus-Sukolilo 18,54350 52747 91755 14.074.860,09 38
N-Q Gabus-Margorejo 8,75011 52747 63241 43.568.184,92 20
O-P Kayen-Sukolilo 9,00348 73610 91755 83.319.326,15 7
P-R Sukolilo-Margorejo 20,43060 91755 50167 11.027.717,40 42
Sumber: Olah data kelompok 3, 2019
Dari hasil perhitungan Gravity Model, interaksi yang paling tinggi terjadi di Kabupaten Pati
yaitu interaksi antara simpul perkotaan Kecamatan Trangkil dan Kecamatan Wedariyaksa.
Hal ini dipengaruhi oleh faktor jumlah penduduk (sosial-ekonomi) dan faktor geografis
(jarak). Dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Kayen cukup banyak dan jarak
antara simpul perkotaan Kecamatan Trangkil dan Kecamatan Wedariyaksa tidak begitu jauh.
Kemudian, untuk interaksi yang paling rendah terjadi di Kabupaten Pati adalah interaksi
antara Kecamatan Cluwak dan Gembong.
Dalam Perda Kabupaten Pati No. 5 Tahun 2011 ditetapkan bahwa rencana struktur ruang terdiri
dari rencana sistem perkotaan wilayah dan rencana sistem jaringan prasarana wilayah. Rencana
sistem perkotaan yang meliputi PKL, PKLp, dan PPK yang digambarkan melalui peta seperti di
bawah ini:
Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Pati
Sumber: Perda RTRW Kabupaten Pati No.5 Tahun 2011
PKL meliputi Kawasan Perkotaan Pati, Kawasan Perkotaan Juwana, dan Kawasan Perkotaan
Tayu. Sedangkan PPK yang akan dipromosikan menjadi PKLp meliputi Ibukota Kecamatan
Kayen. Pengembangan pusat pelayanan baru tersebut diharapkannya dapat menjadi simpul
distribusi dan pemasaran yang bekerja sama antar wilayahnya melalui kerja sama JAKATINATA
(Jakenan, Kayen, Pati, Juwana, dan Tayu). Sedangkan simpul lainnya berfungsi sebagai PPK.
Tabel Perbandingan Aspek Struktur Ruang Eksisting dengan Rencana Kabupaten Pati
No Aspek Eksisting Rencana
1 Jumlah Simpul 17 20
2 Jumlah Jaringan 33 22
Kinerja
3 1,94 1,1
- Beta Index
Sumber: Olah data kelompok 3, 2019
Dari evaluasi yang dilakukan, jumlah simpul rencana lebih banyak daripada jumlah eksistingnya
namun tidak diimbangi dengan jaringan yang menghubungi dari satu simpul ke simpul lain.
Terhitung terdapat 22 rencana jaringan yang menghubungkan antar simpul hal tersebut jauh lebih
sedikit dibandingkan jumlah jaringan penghubung eksistingnya. Dengan tipe jaringan jalan yang
dijadikan rencana jaringan penghubung adalah kolektor primer dan lokal primer. Dalam rencana
struktur ruang di Kabupaten Pati juga tercantum akan membangun jalan tol yang merupakan tol
yang menghubungkan Semarang dengan Demak.