Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN


(MKB 4310)
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI NEMATODA
ENTOMOPATOGEN PADA ULAT HONGKONG (Tenebrio
Molitor)
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Organisme Pengganggu
Tanaman

Disusun oleh :
Kelompok III Kelas IVB
Ahmad Bagus M 1710631090
Andika Prasetya 1710631090
Hadi Nata 1710631090067
Mela Maulida 1710631090
Meli Anggraeni 1710631090017
Nadia Rahma D 1710631090100
Pramudya Zulfikar 1810631090

Dosen Pengampu :
Lutfi Afifah, SP., M.Si

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG


2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga Laporan Praktikum Pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman
(MKB 4310) Isolasi dan Identifikasi Nematoda Entomopatogen pada Ulat
Hongkong (Tenebrio molitor) ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga
kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan
konstribusinya sehingga tugas ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga tugas ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa tugas ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi tercipta selanjutnya yang lebih baik lagi.

Karawang, 10 Mei 2019


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nematoda merupakan salah satu hewan mikroseluler yang paling banyak
dan mudah ditemukan. Banyak spesies nematoda yang diketahui hidup di tanaman
dan beberapa nematoda menyebabkan penyakit pada tanaman inangnya
(Mohammed,
et al., 2008). Nematoda parasit tanaman dapat menyebabkan kerusakan hampir
mencapai 100%, Nematoda yang menyebabkan kerusakan pada tanaman hampir
semuanya hidup
didalam tanah, baik yang hidup bebas didalam tanah bagian luar akar dan batang
didalam tanah bahkan ada beberapa parasit yang hidupnya bersifat menetap
didalam akar dan batang. Tumbuhan yang terinfeksi nematoda mengakibatkan
munculnya gejala pada akar dan juga pada bagian tumbuhan di atas permukaan
tanah.
Gejala pada akar mungkin terlihat seperti puru akar (root knot atau root
gall), luka akar, akar bercabang lebih lebat, ujung akar rusak dan akar membusuk
apabila infeksi nematoda disertai oleh bakteri dan jamur patogenik-tumbuhan atau
saprofit (Agrios, 1996). Selain itu serangan nematoda dapat menyebabkan
tanaman lebih mudah terserang patogen atau OPT lainnya seperti jamur, bakteri
dan virus. Akibat serangan nematoda dapat menghambat pertumbuhan tanaman,
mengurangi produktivitas, dan kualitas produksi (Mustika, 2005).
Upaya pengendalian nematoda pada umumnya dilakukan secara kimiawi
dengan menggunakan nematisida sintetik. Nematisida yang sering digunakan
untuk mengendalikan NPA biasanya berupa fumigan dan non-fumigan (Luc et al.,
1990 dalam Prasasti, 2012). Penggunaan nematisida dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap hasil pertanian dan lingkungan, terutama apabila penggunaan
nematisida terlalu berlebihan. Penelitian pengendalian nematoda non-kimiawi
terus dilakukan untuk mendapatkan bahan yang memiliki efek nematisida cukup
tinggi namun efek negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin (Mariana,
2007).
NEP diisolasi menggunakan larva T. molitor (Tenebrio). Contoh tanah
lebih kurang 150 g dimasukkan ke dalam stoples kaca/ plastik. Selanjutnya
diinfestasikan 10
larva T. molitor kedalam tanah yang berupa gulungan kawat. Setelah 7 hari, larva
yang mati kemudian dikeluarkan dan dibilas dengan aquades. Pemerangkapan
NEP kemudian
dilanjutkan dengan menggunakan metode ekstraksi White trap yaitu dengan cara
larva yang mati diletakkan di cawan petri kecil yang telah dilapisi kertas saring
lembab atau menggunakan kapas. Kemudian cawan petri kecil diletakkan ke
dalam cawan petri besar. Kemudian dituangi aquades ke dalam cawan petri besar
hingga setengah dari cawan petri kecil. Kemudian cawan petri besar ditutup
dengan penutup cawan petri. Diharapkan setelah 1-2 minggu nematoda bermigrasi
ke dalam aquades. Lalu melakukan pengamatan menggunakan mikroskop agar
dapat mengetahui morfologi dari nematoda.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan cara perangkap nematoda entomopatogen
menggunakan metode ekstraksi white trap.
2. Mahasiwa dapat mengetahui bentuk dan morfologi nematoda melalui
mikroskop.
BAB II
BAHAN DAN METODE

2.1 Alat dan Bahan


 Ulat hongkong (Tenebrio molitor)
 Tanah
 Toples plastik
 Kain kasa
 Jaring kawat
 Wadah plastik kecil
 Kertas merang
 Kapas
 Aquades
 Pinset
 Mikroskop
 Alat tulis
 Kamera

2.2 Metode Praktikum


Metode serangga umpan :
a) Isolasi nematode entomopatogen dari tanah dilakukan dengan metode
perangkap yaitu menggunakan ulat hongkong (Tenebrio molitor)
b) Tanah-tanah yang akan digunakan dimasukkan ke dalam toples plastik 1/2
volume, beri jaring kawat yang digulung serta penutup menggunakan kain
kasa sebagai tempat ulat hongkong
c) Masukkan 10 ulat hongkong dan diisi tanah sampai kira-kira ¾ volume
toples plastik
d) Inkubasi di tempat gelap selama 5-7 hari
Metode white trap :
a) Bongkar toples plastik yang berisi tanah, pilih dan ambil ulat hongkong
yang mati untuk diisolasi kembali
b) Letakkan ulat yang mati pada wadah plastik kecil yang telah dilapisi kertas
merang dan kapas, kemudian isi dengan aquades sampai basah dan
mencapai permukaan yang berisi serangga.
c) Inkubasi selama 3-4 hari. Nematoda-nematoda entomopatogen akan dapat
di amati setelah 7 hari
d) Melakukan pengamatan nematoda entomopatogen pada air dan bangkai
dengan 5 ulangan sampai didapat gambar pada mikroskop
e) Mencocokkan identifikasi dengan buku/jurnal terkait lalu membuat
laporan
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Asal
Spesies Spesies
Kelompok Ulangan Jumlah Gamabar Media Jumlah
Nematoda Lain
Tanam
1
2
1 3
4
5
Meloidogyne 1 Tanah
spp aluvial

Meloidogyne 2 Tanah
spp aluvial

2
Meloidogyne 2 Tanah
spp aluvial

3 Tanah
aluvial

4
2 Tanah
aluvial

- 0
Tanah dermacentor
1 1
Lembang sp

- 0
Tanah
2
Lembang

Steinernema 1
sp Tanah
3 3
Lembang

Steinernema 4
sp Tanah
4
Lembang

Steinernema 1
sp Tanah
5
Lembang

- 0
Tanah dermacentor
1 1
Lembang sp
4
2
3
4
5
Meloidogyne Tanah
1 2 - -
javanica Lembang

Meloidogyne Tanah
2 3 Cladocera 3
javanica Lembang

5 Meloidogyne Tanah
3 3 - -
javanica Lembang

Meloidogyne Tanah
4 10 - -
javanica Lembang

Meloidogyne Tanah
5 6 - -
javanica Lembang

1
2
6 3
4
5

3.2 Pembahasan

Tanah yang di gunakan pada praktikum ini ialah tanah yang gembur yang
telah dicampur dengan air dengan tujuan meningkatnya daya pegang tanah
terhadap air akan meningkatkan pula volume air yang terkandung di dalam tanah
sehingga akan meningkatkan ketersediaan air dan memelihara kelembaban tanah.
Dengan kelembaban yang baik di harapkan membatu penyebaran dan mobilitas
nematoda entomopatogen (NEP) di dalam tanah untuk mencari serangga inang.
Hasil pengukuran kelembaban pada beberapa lahan tanah berkisar antara 31-75%.
Di tanah, NEP bergerak melalui lapisan air yang melapisi ruang pori. Jika lapisan
airnya sedikit maka akan membatasi pergerakan NEP (Koppenhofer dan Fuzy
2007).
Tenembrio sebanyak 10 ekor dibenamkan pada sampel tanah sebagai
inang lalu diinkubasi selama 5-7 hari, dengan tujuan agar tenembrio menjadi
inang dari nematoda yang banyak di dalam tanah. Tanah dengan prouktivitas
tertinggi dalam ekosistem tanah dan dapat di jadikan sebagai agen pengendalian
hayati serangga hama adalah nematoda parasit pada serangga (Indriyanti, et al).
Wadah kemudian di tutup dengan plastik hitam dan di simpan di tempat yang
terhindar dari sinar matahari langsung. Divya dan Sankar (2009) melaporkan
bahwa nematoda dapat bertahan hidup pada kelembaban tinggi dan suhu yang
tidak terlalu panas atau dingin dengan kisaran 10-35°C.
Pada pengamatan jasad tenembrio selaku inang dari nematoda
entomopatogen (NEP) memperlihat warna coklat muda diduga di dominasi oleh
spesies Steinernema sp. Menurut Nugrohorini (2010) apabila kutikula ulat yang
terserang NEP berwarna kemerahan menunjukkan ulat mati karena terserang
Heterorhabditis sp, sedangkan kutikula yang berwarna coklat muda/caramel
menunjukkan adanya serangan Steinernema sp. Pada penelitian ini sebagian besar
(95%) kutikula larva ulat hongkong yang terserang NEP berwarna coklat muda.
Dari pengamatan mikrokopis perbesaran 10x telihati adanya nematoda
yang tranfaran berbentuk seperti cacing berukuran besar dan kecil dan juga larva
berbentuk bulat yang aktif bergerak yang di duga nematoda entomopatogen (NEP)
dari spesies Steinernema sp. Dan spesies lain dari golongan tungau yaitu
dermacentor sp yang berada pada tubuh larva ulat hongkong.
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Liza Afifah, Bambang Tri Rahardjo, Hagus Tarno. "EKSPLORASI


NEMATODA ENTOMOPATOGEN PADA LAHAN." Jurnal HPT (2013): 2-4.
Suciyananda, Eka. Eprints.umm. 2017. 13 Mei 2019
<http://eprints.umm.ac.id/35048/2/jiptummpp-gdl-irvaniekas-47931-2-babi.pdf>.
Indriyanti DR, Pribasari ADH, Puspitarini D, Widianingrum P. 2014.
Kelimpahan dan Pola Penyebaran Nematoda Entomopatogen sebagai Agensia
Pengendali Serangga Hama pada Berbagai Lahan di Semarang. Jurnal lahan
suboptimal :56-61.
Koppenhofer AM, Fuzy EM. 2007. Nematodes for white grub control.
Green Section Research: 26-31.
Divya K, Sangkar M. 2009. Entomopathogenic nematodes in pest
management. In Indriyanti DR, Pribasari ADH, Puspitarini D, Widianingrum P.
2014. Kelimpahan dan Pola Penyebaran Nematoda Entomopatogen sebagai
Agensia Pengendali Serangga Hama pada Berbagai Lahan di Semarang. Jurnal
lahan suboptimal :56-61.
Koppenhofer AM, Fuzy EM. 2007. Nematodes for white grub control.
Green Section Research: 26-31.
Divya K, Sangkar M. 2009. Entomopathogenic nematodes in pest
management. Indian Journal of Science and Technology 2(7):53-60.
dian Journal of Science and Technology 2(7):53-60.

Anda mungkin juga menyukai