Laprak Nematoda Sebentar Lagi Fix
Laprak Nematoda Sebentar Lagi Fix
Disusun oleh :
Kelompok III Kelas IVB
Ahmad Bagus M 1710631090
Andika Prasetya 1710631090
Hadi Nata 1710631090067
Mela Maulida 1710631090
Meli Anggraeni 1710631090017
Nadia Rahma D 1710631090100
Pramudya Zulfikar 1810631090
Dosen Pengampu :
Lutfi Afifah, SP., M.Si
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan cara perangkap nematoda entomopatogen
menggunakan metode ekstraksi white trap.
2. Mahasiwa dapat mengetahui bentuk dan morfologi nematoda melalui
mikroskop.
BAB II
BAHAN DAN METODE
3.1 Hasil
Asal
Spesies Spesies
Kelompok Ulangan Jumlah Gamabar Media Jumlah
Nematoda Lain
Tanam
1
2
1 3
4
5
Meloidogyne 1 Tanah
spp aluvial
Meloidogyne 2 Tanah
spp aluvial
2
Meloidogyne 2 Tanah
spp aluvial
3 Tanah
aluvial
4
2 Tanah
aluvial
- 0
Tanah dermacentor
1 1
Lembang sp
- 0
Tanah
2
Lembang
Steinernema 1
sp Tanah
3 3
Lembang
Steinernema 4
sp Tanah
4
Lembang
Steinernema 1
sp Tanah
5
Lembang
- 0
Tanah dermacentor
1 1
Lembang sp
4
2
3
4
5
Meloidogyne Tanah
1 2 - -
javanica Lembang
Meloidogyne Tanah
2 3 Cladocera 3
javanica Lembang
5 Meloidogyne Tanah
3 3 - -
javanica Lembang
Meloidogyne Tanah
4 10 - -
javanica Lembang
Meloidogyne Tanah
5 6 - -
javanica Lembang
1
2
6 3
4
5
3.2 Pembahasan
Tanah yang di gunakan pada praktikum ini ialah tanah yang gembur yang
telah dicampur dengan air dengan tujuan meningkatnya daya pegang tanah
terhadap air akan meningkatkan pula volume air yang terkandung di dalam tanah
sehingga akan meningkatkan ketersediaan air dan memelihara kelembaban tanah.
Dengan kelembaban yang baik di harapkan membatu penyebaran dan mobilitas
nematoda entomopatogen (NEP) di dalam tanah untuk mencari serangga inang.
Hasil pengukuran kelembaban pada beberapa lahan tanah berkisar antara 31-75%.
Di tanah, NEP bergerak melalui lapisan air yang melapisi ruang pori. Jika lapisan
airnya sedikit maka akan membatasi pergerakan NEP (Koppenhofer dan Fuzy
2007).
Tenembrio sebanyak 10 ekor dibenamkan pada sampel tanah sebagai
inang lalu diinkubasi selama 5-7 hari, dengan tujuan agar tenembrio menjadi
inang dari nematoda yang banyak di dalam tanah. Tanah dengan prouktivitas
tertinggi dalam ekosistem tanah dan dapat di jadikan sebagai agen pengendalian
hayati serangga hama adalah nematoda parasit pada serangga (Indriyanti, et al).
Wadah kemudian di tutup dengan plastik hitam dan di simpan di tempat yang
terhindar dari sinar matahari langsung. Divya dan Sankar (2009) melaporkan
bahwa nematoda dapat bertahan hidup pada kelembaban tinggi dan suhu yang
tidak terlalu panas atau dingin dengan kisaran 10-35°C.
Pada pengamatan jasad tenembrio selaku inang dari nematoda
entomopatogen (NEP) memperlihat warna coklat muda diduga di dominasi oleh
spesies Steinernema sp. Menurut Nugrohorini (2010) apabila kutikula ulat yang
terserang NEP berwarna kemerahan menunjukkan ulat mati karena terserang
Heterorhabditis sp, sedangkan kutikula yang berwarna coklat muda/caramel
menunjukkan adanya serangan Steinernema sp. Pada penelitian ini sebagian besar
(95%) kutikula larva ulat hongkong yang terserang NEP berwarna coklat muda.
Dari pengamatan mikrokopis perbesaran 10x telihati adanya nematoda
yang tranfaran berbentuk seperti cacing berukuran besar dan kecil dan juga larva
berbentuk bulat yang aktif bergerak yang di duga nematoda entomopatogen (NEP)
dari spesies Steinernema sp. Dan spesies lain dari golongan tungau yaitu
dermacentor sp yang berada pada tubuh larva ulat hongkong.
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA