ACARA IX
MIKROFAUNA TANAH
Disusun Oleh :
NIM : 21/478217/SV/19249
Kelas :A
SEKOLAH VOKASI
2021
ACARA IX
MIKROFAUNA TANAH
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Tujuan
c. Manfaat
Azotobacter sp.
c. Alat :
1. Petridish
2. Gelas benda
3. Pengaduk
d. Bahan :
e. Cara Kerja :
Clostridium sp.
f. Alat :
1. Tabung reaksi
2. Kapas
g. Bahan :
h. Cara Kerja :
3. Mencampur tanah halus dengan glukosa sedikit, lalu basahi dengan air
c. Alat :
1. Tabung reaksi
2. Kapas
3. Lampu spirtus
d. Bahan :
1. Tanah (lantai hutan, tanah rumput, tanah kosong)
2. Glukosa
3. Vaselin
e. Cara Kerja :
9. Mengamati pada campuran tanah apakah ada retakan atau tidak. Kalau
ada retakan maka digolongkan sebagai reaksi positif dan kalau tidak ada
sebagai reaksi negatif
10. Mencatat data pada tabel berikut
Penganceran Jumlah reaksi positif
e. Melihat nilai MPN ketiga angka tersebut lalu kalikan dengan dengan
nilai positif dari faktor pengenceran yang tengah.
Contoh dari pilihan angka point d:
Pengamatan Pengenceran
-3 -4
Ke- 10 10 10-5 10-6 10-7
1 4 4 4 2 2
2 4 5 4 3 3
3 5 5 5 4 3
4 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5
Pengamatan Pengenceran
-3 -4
Ke- 10 10 10-5 10-6 10-7
1 5 5 5 3 2
2 5 5 5 5 5
3 5 5 5 5 5
4 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5
b. Pembahasan
Penentuan jumlah mikroorganisme tanah penambat N non simbiotis
pada praktikum ini bersifat kualitatif. Artinya, jumlah mikroorganisme yang
diamati tidak dihitung menggunakan angka melainkan dengan pengamatan
adanya koloni mikroorganisme yang terbentuk (ditandai permukaan sampel
yang mengkilat) ataupun tidak (ditandai dengan permukaan sampel yang tidak
mengkilat). Penggolongan jumah mikroorganisme secara kualitatif dibagi
menjadi 4, yaitu: sangat banyak (sangat mengkilat), banyak (mengkilat), sedang
(agak mengkilat), tidak ada (tidak mengkilat). Pada pengmatan secara kulaitatif,
mikroorganisme yang dijadikan sebagai acuan adalah Azotobacter sp. Dapat kita
amati pada tabel 9.1 bahwa terdapat 3 lokasi (tanah kosong, arboretum, tanah
rumput) pengambilan sampel yang berbeda sebagai perbandingan. Masing-
masing lokasi diambil sampel dengan kedalaman lapisan pertama (0-10 cm),
lapisan kedua (10-20 cm), dan lapisan ketiga (20-30 cm).
Pada lokasi tanah kosong, didapatkan hasil pengamatan bahwa ketiga
lapisannya menunjukan permukaan yang tidak mengkilat, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada lokasi tanah kosong tidak terdapat mikroorganisme
(Azotobacter sp.). Pada lokasi arboretum, dilapisan pertama tidak ditemukan
mikroorganisme, ditandai dengan hasil pengamatan yang menunjukan bahawa
permukaan sampel tidak mengkilap. Namun, pada lapisan kedua dan ketiga,
didapatkan hasil pengamatan permukaan sampel yang mengkilap menandakan
adanya mikroorganisme pada lapisan tanah tersebut. Pada lokasi tanah rumput
didaptkan hasil yang lebih variatif dibandingkan 2 lokasi sebelumnya. Dimana
pada lapisan tanah pertama didapatkan hasil sampel yang mengkilap, pada
lapisan kedua didapatkan hasil yang agak mengkilap, dan pada lapisan ketiga
didapatkan hasil sampel yang sangat mengkilat. Sehingga secara berurutan
ditemukan mikroorganisme dengan kategori banyak, sedang, dan sangat banyak.
Dari ketiga pengamatan secara kualitatif tersebut, dapat kita ketahui
kemungkinan faktor yang mempengaruhi kelimpahan mikroorganisme yang
berada di dalam tanah. Salah satunya adalah vegetasi, dimana dapat kita amati
bahwa pada lokasi tanah kosong tidak ditemukan adanya mikroorganisme,
sedangkan pada lokasi tanah rumput dan arboretum ditemukan adanya
mikroorganisme. Faktor selanjutnya adalah bahan organik yang tersedia pada
tanah. Hal ini ditunjukan dengan lebih banyak ditemukan jumlah
mikroorganisme pada lokasi tanah rumput dibandingkan tanah arboretum.
Vegetasi pada tanah rumput cenderung tidak banyak menghabiskan unsur hara
didalam tanah untuk tumbuh. Berbeda dengan tanah pada arboretum yang
memiliki vegetasi berupa pohon yang mendominasi dan memerlukan banyak
unsur hara untuk tumbuh. Selain itu, seresah dari bahan rerumputan lebih mudah
untuk terurai dibandingkan dengan seresah daun ataupun ranting. Akibatnya,
ketersedian bahan organik pada tanah rumput lebih banyak dengan penggunaan
yang lebih sedikit, dibaningkan tanah arboretum yang memiliki proses
penguraian seresah menjadi bahan organik lama dan pemanfaatan yang lebih
banyak.
Pada pengamatan berikutnya berkaitan dengan penentuan jumlah
mikroorganisme penambat N non simbiotis secara kuantitatif menggunakan
Metode Most Probable Number (MPN). Sama seperti pengamatan
menggunakan metode kualitatif, pada pengamatan ini diambil sampel dari 3
lokasi lahan berupa tanah kosong, tanah rumput, dan tanah arboretum. Yang
membedakan adalah dengan menggunakan metode kuantitatif kita dapat
menegetahui kemungkinan jumlah mikroorganisme yang mendekati dan
disajikan dalam bentuk angka. Mikroorganisme yang menjadi acuan pada
pengamatan kali ini adalah Clostridium sp. Dimana nantinya, jumlah
mikroorganise tersebut dihitung berdasarkan banyaknya tabung reaksi yang
menunjukkan retakan pada sampelnya. Pengamatan menggunakan metode ini
juga dilakukan secara berkala, untuk mengetahui tingkat konsentrasi pada
mikroorganisme tersebut. Untuk menyamakan variabel pengukuran pada ketiga
sampel dengan lokasi yang berbeda, perhitungan MPN dilakukan pada tingkat
pengenceran 10-4, 10-5, dan 10-6. Hal ini dikarenakan pada tingkat pengenceran
tersebut jumlah tanah steril dan pengenceran relatif seimbang atau tidak
menghasilkan kesenjangan nilai yang mencolok, sehingga angka perhitungan
yang disajikan lebih valid. Untuk variabel waktu sendiri disamakan pada
pengamatan ke-3, dimana merupakan waktu pertengahan dari pengamatan ke-1
hingga pengamatan ke-5.
Pada tabel 9.2 dapat kita amati bahwa pengambilan sampel dilakukan
pada lahan tanah kosong. Didapatkan hasil pengukuran 10-4 = 5 tabung, 10-5 = 5
tabung, dan 10-6 = 2 tabung. Sehingga didapatkan angka 552 yang kemudian
dicocokkan dengan tabel MPN. Nilai ketiga angka tersebut kemudian dikalikan
dengan nilai positif dari faktor pengenceran yang tengah. Diperoleh hasil: 552
→ 540 x 105 = 5,4 x 107 = 54.000.000 MPN/ml(g). Pada tabel 9.3 dapat kita
amati bahwa pengambilan sampel dilakukan pada lahan tanah rumput.
Didapatkan hasil pengukuran 10-4 = 5 tabung, 10-5 = 4 tabung, dan 10-6 = 3
tabung. Sehingga didapatkan angka 543 yang kemudian dicocokkan dengan
tabel MPN. Nilai ketiga angka tersebut kemudian dikalikan dengan nilai positif
dari faktor pengenceran yang tengah. Diperoleh hasil 543 → 280 x 105 = 2,8 x
107 = 28.000.000 MPN/ml(g). Pada tabel 9.4 dapat kita amati bahwa
pengambilan sampel dilakukan pada lahan tanah arboretum. Didapatkan hasil
pengukuran 10-4 = 5 tabung, 10-5 = 5 tabung, dan 10-6 = 5 tabung. Sehingga
didapatkan angka 555 yang kemudian dicocokkan dengan tabel MPN. Nilai
ketiga angka tersebut kemudian dikalikan dengan nilai positif dari faktor
pengenceran yang tengah. Diperoleh hasil 555 → >1600 x 105 = >16 x 107 =
>160.000.000 MPN/ml(g).
Dari ketiga perhitungan tersebut dapat kita amati bahwa nilai MPN pada
tanah arboretum memiliki nilai yang paling besar, kemudian tanah kosong yang
berada dibawahnya, dan yang memiliki nilai terkecil adalah tanah rumput. Hal
ini berbeda dengan jumlah pengukuran menggunakan metode kualitatif dimana
tanah rumput memiliki nilai yang paling besar, kemudian tanah arboretum, dan
yang terkecil adalah tanah kosong. Faktor yang menyebabkan perbedaan ini
adalah penggunaan acuan mikroorganisme yang berbeda dan perlakuan terhadap
cara kerja yang berbeda pula. Selain itu, pada pengukuran menggunakan metode
kualitatif lebih bersifat subjektif karena tergantung dari persepsi seorang
pengamat tersebut apakah permukaan sampel mengkilat ataupun tidak. Metode
pengukuran secara kuantitatif lebih bersifat objektif karena menggunakan data
yang diambil dari pengamatan, kemudian dilakukan perhitungan menggunakan
rumus yang hasilnya berupa angka. Sehingga hasil yang didapat lebih valid.
Namun, angka yang dihasilkan menggunakan metode MPN juga tidak 100%
sempurna, karena hanya bisa melakukan perkiraan angka yang mungkin
mendekati jumlah sebenarnya dari mikroorganisme tersebut.
V. KESIMPULAN
Pada percobaan praktikum untuk mengukur jumlah miikroorganisme
penambat N non simbiotis dilakukan menggunakan 2 metode, yaitu metode
kualitatif dan kuantitatif pada 3 kondisi lahan yang berbeda (tanah kosong, tanah
rumput, dan tanah arboretum). Kedua metode tersebut menghasilkan urutan
yang berbeda untuk menunjukan lahan mana yang memiliki mikroorganisme
paling banyak dan yang palig sedikit. Metode kualititatif dilakukan dengan
megamati jumlah mikroorganisme Azotobacter sp., pada permukaan sampel
tanah cair yang mengkilap atau tidak. Metode kualitatif lebih bersifat subjektif
karena berdasar persepsi dari seorang pengamat. Hasil jumlah mikroorganisme
yang didapat juga kurang spesifik, hanya dijabarkan melalui kategori sangat
banyak, banyak, sedang, atau tidak ada. Sedangkan metode kuantitatif dilakukan
untuk mengamati jumlah mikroorganisme Clostridium sp., dengan mengamati
adanya retakan sampel tanah pada tabung. Metode ini lebih objekif karena
menggunakan perhitungan matematis yang menghasilkan jumlah
mikroorganisme berupa angka (nilai Most Proabable Number).
VI. DAFTAR PUSTAKA
Indra Pradhika. (2019). Prinsip Metode MPN. Laboratorium Mikrobiologi
Standar, diakses melalui https://laboratoriumstandard.com.
Irfan, M. (2014). Isolasi dan Enumerasi Bakteri Tanah Gambut di Perkebunan
Kelapa Sawit PT. Tambang Hijau Kecamatan Tambang Kabupaten
Kampar. Kepala Leb.Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi Fak.
Pertanian dan Peternakan UIN Riau. Agroteknologi. 5(1). 1-8.
Saraswati, R., Husen, E., dan Simanungkalit R.D.M. (2007). Pengambilan
Contoh Tanah untuk Analisis Mikroba. In: Metode Analis Biologi
Tanah. Balitbang, Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor.
Utami, T.F., dan Miranti, M. (2020). Metode Most Probable Number (MPN)
sebagai Dasar Uji Kualitas Air Sungai Rengganis dan Pantai Timur
Pangandaran dari Cemaran Coliform dan Escherichia coli. Jurnal
Kesehatan Bakti Tunas Husada : Jurnal Ilmu Ilmu Keperawatan, Analis
Kesehatan dan Farmasi. 20(1). 21-30.
Yunus, F., Lambui, O., dan Suswatika, N.I. (2017). Kelimpahan
Mikroorganisme Tanah Pada Sistem Perkebunan Kakao (Theobroma
cacao L.) Semi Intensif Dan Non Intensif. Natural Science: Journal of
Science and Technology. 6(3). 194-205.
VII. LAMPIRAN
Tabel MPN (Most Probable Number)