Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAH HUTAN

ACARA IX

MIKROFAUNA TANAH

Disusun Oleh :

Nama : Hafiz Satrio Lanangjati

NIM : 21/478217/SV/19249

Co. Ass : Elvira Indah Sari

Kelas :A

LABORATORIUM BUDIDAYA HUTAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PENGELOLAAN HUTAN

DEPARTEMEN TEKOLOGI HAYATI DAN VETRINER

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2021
ACARA IX

MIKROFAUNA TANAH

I. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Mikroorganisme tanah merupakan salah satu kelompok dalam


keanekaragaman hayati di dalam tanah. Kelompok ini terbagi lagi menjadi
beberapa jenis berdasarkan taksonominya misalnya jamur dan bakteri.
Berdasarkan manfaatnya bagi tanaman, mikroorganisme tanah dapat bersifat
menguntungkan ataupun merugikan. Mikroorganisme menguntungkan dapat
berperan secara langsung dengan membantu tanaman mendapatkan unsur hara
atau secara tidak langsung melalui dekomposisi bahan organik sehingga dapat
melepas unsur hara yang awalnya tidak tersedia bagi tanaman. Mikroorganisme
merugikan umumnya adalah jenis penyebab penyakit bagi tanaman.

Dalam perannya untuk membantu ketersediaan unsur hara bagi tanaman,


mikroorganisme tanah dapat dibagi lagi berdasarkan unsur hara tersebut
misalnya mikroorganisme pelarut forfor, penambat nitrogen, pelarut sulfur dll.
Salah satu yang penting adalah mikroorganisme penambat nitrogen bagi
tanaman. Salah satu jenis dari kelompok ini yang sudah banyak dipelajari antara
lain Azotobacter sp. dan Clostridium sp. Kedua jenis ini merupakan
mikroorganisme penambat N nonsimbiotis, yaitu jenis yang tidak membentuk
simbiosis dengan tanaman. Pengetahuan tentang populasi jenis-jenis ini dapat
digunakan sebagai salah satu pendekatan kesuburan tanah secara biologi.

b. Tujuan

Menentukan jumlah mikroorganisme penambat N non simbiotis secara


kulaitatif dan kuantitatif di 3 konidisi lahan berbeda.

c. Manfaat

Mahasiswa dapat menghitung jumlah mikroorganisme penambat N non


simbiotis secara kualitatif dan kuantitatif.
II. METODE

II.1. Penentuan Jumlah Mikroorganisme Tanah Penambat N Non Simbiotis


secara Kualitatif

a. Waktu : Senin, 25 Oktober 2021

b. Tempat : Laboratorium Budidaya Hutan, Program Studi Pengeloaan


Hutan, Departemen Teknologi Hayati dan Veteriner, Sekolah Vokasi dan rumah
masing-masing.

Azotobacter sp.

c. Alat :

1. Petridish
2. Gelas benda
3. Pengaduk

d. Bahan :

1. Tanah (lantai hutan, tanah rumput, tanah kosong)


2. Pati maizena

e. Cara Kerja :

1. Mengambil tanah di 3 lokasi (lantai hutan, tanah rumput, tanah kosong)


dengan kedalaman 0-10 cm, 10-20 cm dan 20-30 cm
2. Mengambil tanah sebanyak 1 kg pada masing-masing lokasi dan
kedalaman

3. Mencampur tanah halus dengan pati maizena, aduk merata lalu


masukkan kedalam petridish
4. Membasahi campuran dengan air secukupnya, buat cembung dan
licinkan permukaannya dengan gelas benda
5. Menginkubasi pada suhu kamar. Jaga permukaan agar tidak kering

6. Mengamati pembentukan koloni Azotobacter yang mengkilat

Clostridium sp.

f. Alat :
1. Tabung reaksi
2. Kapas

g. Bahan :

1. Tanah (lantai hutan, tanah rumput, tanah kosong)


2. Glukosa
3. Vaselin

h. Cara Kerja :

1. Mengambil tanah di 3 lokasi (lantai hutan, tanah rumput, tanah kosong)


dengan kedalaman 0-10 cm, 10-20 cm dan 20-30 cm
2. Mengambil tanah sebanyak 1 kg pada masing-masing lokasi dan
kedalaman

3. Mencampur tanah halus dengan glukosa sedikit, lalu basahi dengan air

4. Memasukkan campuran ke dalam tabung reaksi, padatkan dan tutup


dengan kapas

5. Membakar kapas penutup, masukkan kapas ± 2 cm dari permukaan


tabung dan segera tutup dengan vaspar cair
6. Menginkubasikan pada suhu kamar pada kondisi gelap

7. Mengamati adanya retakan pada campuran tanah

II.2. Penentuan Jumlah Mikroorganisme N Non Simbiotis (Clostridium) secara


Kuantitatif dengan Metode Most Probable Number (MPN)

a. Waktu : Senin, 25 Oktober 2021

b. Tempat : Laboratorium Budidaya Hutan, Program Studi Pengeloaan


Hutan, Departemen Teknologi Hayati dan Veteriner, Sekolah Vokasi dan rumah
masing-masing.

c. Alat :

1. Tabung reaksi
2. Kapas
3. Lampu spirtus
d. Bahan :
1. Tanah (lantai hutan, tanah rumput, tanah kosong)
2. Glukosa
3. Vaselin
e. Cara Kerja :

1. Mengambil tanah di 3 lokasi (lantai hutan, tanah rumput, tanah kosong)


dengan kedalaman 0-10 cm, 10-20 cm dan 20-30 cm, masing- masing
sebanyak 100 gr
2. Mencampur tanah dengan tanah steril 900 gr ( pengenceran 10-1)

3. Mengambil 100 gr dari campuran pada poin 2 dan dicampur dengan


tanah steril sebanyak 900 gr (pengenceran 10-ı)
4. Mengulangi langkah 3 hingga pengenceran 10-7

5. Mengambil 100 ml dari pengenceran 10-3 dan dicampur dengan glukosa


1 gr, basahi dengan air
6. Memasukkan 15 ml campuran kedalam tabung reaksi, padatkan dan tutup
dengan kapas penutup, masukkan kapas ± 2 cm dari permukaan tabung
dan segera tutup dengan vaspar cair. Buat ulangan sebanyak 5 tabung
7. Mengulangi langkah 5 dan 6 pada pengenceran 10-4, 10-5, 10-6 dan 10-7
(jangan lupa memberi label pengenceran)
8. Menginkubasi seluruh tabung pada suhu kamar pada kondisi gelap

9. Mengamati pada campuran tanah apakah ada retakan atau tidak. Kalau
ada retakan maka digolongkan sebagai reaksi positif dan kalau tidak ada
sebagai reaksi negatif
10. Mencatat data pada tabel berikut
Penganceran Jumlah reaksi positif

(ditandai adanya retakan)


10-3
10-4
10-5
10-6
10-7
Ket : nilai jumlah reaksi positif dari 0-5

11. Mententukan jumlah mikroorganisme (bakteri/g tanah) dengan


menggunakan tabel MPN

12. Langkah menggunakan tabel MPN:

a. Mengamati semua perlakuan setiap 2 hari sekali

b. Menunggu hingga ada salah satu perlakuan yang semua tabungnya


(kelima tabungnya) ada retakan.
c. Jika langkah b tidak tercapai, hentikan pengamatan sampai waktu
yang disepakati (akhir pengamatan)
d. Menghitung jumlah mikroorganisme dengan cara; pilih 3 angka
yang berbeda dari 3 pengenceran yang berurutan.
Contoh:

Pengenceran Jumlah tabung yang ada retakan


10-3 5
10-4 5
10-5 5
10-6 2
10-7 1
Maka yang dipilih adalah 552 atau 521

e. Melihat nilai MPN ketiga angka tersebut lalu kalikan dengan dengan
nilai positif dari faktor pengenceran yang tengah.
Contoh dari pilihan angka point d:

• 552  540 x 105 = 5,4 x 107

• 521  70 x 106 = 7 x 107

Kedua nilai tesebut dalam penelitian mikroorganisme tidak berbeda


nyata.
III. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah merupakan habitat berbagai macam mikororganisme.
Mikroorganisme adalah kelompok organisme yang memiliki ukuran
mikroskopis atau berukuran kecil. Umumnya, jumlah mikroorganisme dalam
tanah jauh lebih banyak, jika dibandingkan dengan di udara maupun di dalam
air (Tahrin, 2010). Hal ini disebabkan karena di dalam tanah mengandung bahan
organik (Anonim, 2009). Bahan-bahan organik diperlukan mikroorganisme
untuk proses metabolisme, di dalam tanah komponen-komponen bahan organik
ini merupakan salah satu penyusun tanah selain mineral-mineral organik
lainnya. Baik secara langsung maupun tidak langsung komponen-komponen
bahan organik diperoleh dari sisa manusia dan hewan, serta jaringan tumbuhan
yang dibuang atau dikubur dalam tanah. Setelah beberapa lama, bahan-bahan
tersebut akan mengalami penguraian kemudian berubah menjadi komponen
organik dan beberapa komponen organik tanah (Irianto, 2006).
Mikroorganisme dalam tanah memiliki fungsi sebagai penyedia unsur
hara, perombak bahan organik dan mineralisasi organik, memacu pertumbuhan
tanaman, menjadi agen hayati pengendali hama dan penyakit tumbuhan serta
mempengaruhi sifat fisika dan kimia tanah (Husen dkk, 2008). Keberadaan
mikroorganisme dalam tanah mempengaruhi kondisi lingkungan, dan
bergantung pada jenis penggunaan tanah dan pengelolaannya (Saraswti dkk,
2007), tanah yang digunakan dalam bidang pertanian ataupun kehutanan harus
memiliki kondisi lingkungan yang baik sehingga keadaan mikroorganisme
dalam tanah dapat terjaga. Pengelolaan lingkungan akan menentukan
kemampuan mikroorganime yang dapat bertahan hidup dan berkembang biak
dalam satu ekosistem tertentu di bidang pertanian, agar unsur hara yang
diperlukan suatu tanaman budidaya terpenuhi dengan baik.
Jumlah dan jenis mikroorganisme yang banyak di dalam tanah dapat
menjadi indikasi bahwa tanah tersebut subur, dengan indikator ketersediaan
bahan organik dalam tanah tersebut cukup, suhu yang sesuai, ketersedian air
yang cukup dan kondisi ekologi tanah yang mendukung. (Irfan, 2014). Faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi aktivitas organisme tanah yaitu iklim
(curah hujan, suhu), tanah (kemasaman kelembaban, suhu tanah, hara), dan
vegetasi (hutan, padang rumput) serta cahaya matahari. Penggunaan dan
pengelolaan lahan memberikan pengaruh besar terhadap lingkungan sekitar,
termasuk pengaruhnya terhadap organisme tanah. Untuk mengetahui jumlah
mikroorganisme tanah dapat dilakukan menggunakan metode jumlah
perhitungan terdekat berdasarkan Table MPN (Most Probable Number).
MPN adalah suatu metode perhitungan mikrorganisme berdasarkan data
kualitatif hasil pertumbuhan mikroorganismepada medium cair spesifik dalam
seri tabung untuk memperoleh kisaran data kuantitatif jumlah mikroorganisme
tersebut (MPN/ml (g)). Prinsip utama metode ini adalah mengencerkan sampel
sampai tingkat tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang
pas/sesuai dan jika ditanam dalam tabung menghasilkan frekusensi pertumbuhan
tabung positif. Semakin besar jumlah sampel yang dimasukkan (semakin rendah
pengenceran dilakukan) maka semakin sering tabung positif yang muncul.
Semakin kecil jumlah sampel yang dimasukkan (semakin tinggi pengenceran
yang dilakukan) maka semakin jarang tabung positif yang muncul. Tabung
positif ditandai dengan timbulnya retakan pada sampel. Munculnya retakan atau
tidak menggambarkan perkiraan konsentrasi mikroorganisme pada sampel
sebelum diencerkan. Perubahan menjadi retakan menghasilkan angka yang akan
diproses menjadi perhitungan peluang. Jadi nilai MPN adalah sautu angka yang
menggambarkan jumlah mikroorganisme yang memiliki kemungkinan paling
tinggi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Data Pengamatan
i. Penentuan Jumlah Mikroorganisme Tanah Penambat N Non Simbiotis
secara Kualitatif
Tabel 9.1 Penentuan Jumlah Mikroorganisme Tanah Penambat N Non
Simbiosis secara Kualitatif

Lokasi Kedalaman (m) Hasil Pengamatan


Tanah Kosong 0 – 10 tidak mengkilat
10 – 20 tidak mengkilat
20 - 30 tidak mengkilat
Arboretum 0 – 10 tidak mengkilat
10 – 20 mengkilat
20 – 30 mengkilat
Tanah Rumput 0 – 10 mengkilat
10 – 20 agak mengkilat
20 – 30 sangat mengkilat
ii. Penentuan Jumlah Mikroorganisme Penambat N Non Simbiotis
(Clostridium) secara Kuantitatif dengan Metode Most Probable Number
(MPN)

Tabel 9.2 Lokasi Tanah Kosong


Pengamatan Pengenceran
Ke- 10-3 10 -4
10-5 10-6 10-7
1 1 2 2 0 0
2 2 5 5 1 0
3 4 5 5 2 2
4 5 5 5 3 4
5 5 5 5 5 5

Tabel 9.3 Lokasi Tanah Rumput

Pengamatan Pengenceran
-3 -4
Ke- 10 10 10-5 10-6 10-7
1 4 4 4 2 2
2 4 5 4 3 3
3 5 5 5 4 3
4 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5

Tabel 9.4 Lokasi Tanah Aboretum

Pengamatan Pengenceran
-3 -4
Ke- 10 10 10-5 10-6 10-7
1 5 5 5 3 2
2 5 5 5 5 5
3 5 5 5 5 5
4 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5
b. Pembahasan
Penentuan jumlah mikroorganisme tanah penambat N non simbiotis
pada praktikum ini bersifat kualitatif. Artinya, jumlah mikroorganisme yang
diamati tidak dihitung menggunakan angka melainkan dengan pengamatan
adanya koloni mikroorganisme yang terbentuk (ditandai permukaan sampel
yang mengkilat) ataupun tidak (ditandai dengan permukaan sampel yang tidak
mengkilat). Penggolongan jumah mikroorganisme secara kualitatif dibagi
menjadi 4, yaitu: sangat banyak (sangat mengkilat), banyak (mengkilat), sedang
(agak mengkilat), tidak ada (tidak mengkilat). Pada pengmatan secara kulaitatif,
mikroorganisme yang dijadikan sebagai acuan adalah Azotobacter sp. Dapat kita
amati pada tabel 9.1 bahwa terdapat 3 lokasi (tanah kosong, arboretum, tanah
rumput) pengambilan sampel yang berbeda sebagai perbandingan. Masing-
masing lokasi diambil sampel dengan kedalaman lapisan pertama (0-10 cm),
lapisan kedua (10-20 cm), dan lapisan ketiga (20-30 cm).
Pada lokasi tanah kosong, didapatkan hasil pengamatan bahwa ketiga
lapisannya menunjukan permukaan yang tidak mengkilat, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada lokasi tanah kosong tidak terdapat mikroorganisme
(Azotobacter sp.). Pada lokasi arboretum, dilapisan pertama tidak ditemukan
mikroorganisme, ditandai dengan hasil pengamatan yang menunjukan bahawa
permukaan sampel tidak mengkilap. Namun, pada lapisan kedua dan ketiga,
didapatkan hasil pengamatan permukaan sampel yang mengkilap menandakan
adanya mikroorganisme pada lapisan tanah tersebut. Pada lokasi tanah rumput
didaptkan hasil yang lebih variatif dibandingkan 2 lokasi sebelumnya. Dimana
pada lapisan tanah pertama didapatkan hasil sampel yang mengkilap, pada
lapisan kedua didapatkan hasil yang agak mengkilap, dan pada lapisan ketiga
didapatkan hasil sampel yang sangat mengkilat. Sehingga secara berurutan
ditemukan mikroorganisme dengan kategori banyak, sedang, dan sangat banyak.
Dari ketiga pengamatan secara kualitatif tersebut, dapat kita ketahui
kemungkinan faktor yang mempengaruhi kelimpahan mikroorganisme yang
berada di dalam tanah. Salah satunya adalah vegetasi, dimana dapat kita amati
bahwa pada lokasi tanah kosong tidak ditemukan adanya mikroorganisme,
sedangkan pada lokasi tanah rumput dan arboretum ditemukan adanya
mikroorganisme. Faktor selanjutnya adalah bahan organik yang tersedia pada
tanah. Hal ini ditunjukan dengan lebih banyak ditemukan jumlah
mikroorganisme pada lokasi tanah rumput dibandingkan tanah arboretum.
Vegetasi pada tanah rumput cenderung tidak banyak menghabiskan unsur hara
didalam tanah untuk tumbuh. Berbeda dengan tanah pada arboretum yang
memiliki vegetasi berupa pohon yang mendominasi dan memerlukan banyak
unsur hara untuk tumbuh. Selain itu, seresah dari bahan rerumputan lebih mudah
untuk terurai dibandingkan dengan seresah daun ataupun ranting. Akibatnya,
ketersedian bahan organik pada tanah rumput lebih banyak dengan penggunaan
yang lebih sedikit, dibaningkan tanah arboretum yang memiliki proses
penguraian seresah menjadi bahan organik lama dan pemanfaatan yang lebih
banyak.
Pada pengamatan berikutnya berkaitan dengan penentuan jumlah
mikroorganisme penambat N non simbiotis secara kuantitatif menggunakan
Metode Most Probable Number (MPN). Sama seperti pengamatan
menggunakan metode kualitatif, pada pengamatan ini diambil sampel dari 3
lokasi lahan berupa tanah kosong, tanah rumput, dan tanah arboretum. Yang
membedakan adalah dengan menggunakan metode kuantitatif kita dapat
menegetahui kemungkinan jumlah mikroorganisme yang mendekati dan
disajikan dalam bentuk angka. Mikroorganisme yang menjadi acuan pada
pengamatan kali ini adalah Clostridium sp. Dimana nantinya, jumlah
mikroorganise tersebut dihitung berdasarkan banyaknya tabung reaksi yang
menunjukkan retakan pada sampelnya. Pengamatan menggunakan metode ini
juga dilakukan secara berkala, untuk mengetahui tingkat konsentrasi pada
mikroorganisme tersebut. Untuk menyamakan variabel pengukuran pada ketiga
sampel dengan lokasi yang berbeda, perhitungan MPN dilakukan pada tingkat
pengenceran 10-4, 10-5, dan 10-6. Hal ini dikarenakan pada tingkat pengenceran
tersebut jumlah tanah steril dan pengenceran relatif seimbang atau tidak
menghasilkan kesenjangan nilai yang mencolok, sehingga angka perhitungan
yang disajikan lebih valid. Untuk variabel waktu sendiri disamakan pada
pengamatan ke-3, dimana merupakan waktu pertengahan dari pengamatan ke-1
hingga pengamatan ke-5.
Pada tabel 9.2 dapat kita amati bahwa pengambilan sampel dilakukan
pada lahan tanah kosong. Didapatkan hasil pengukuran 10-4 = 5 tabung, 10-5 = 5
tabung, dan 10-6 = 2 tabung. Sehingga didapatkan angka 552 yang kemudian
dicocokkan dengan tabel MPN. Nilai ketiga angka tersebut kemudian dikalikan
dengan nilai positif dari faktor pengenceran yang tengah. Diperoleh hasil: 552
→ 540 x 105 = 5,4 x 107 = 54.000.000 MPN/ml(g). Pada tabel 9.3 dapat kita
amati bahwa pengambilan sampel dilakukan pada lahan tanah rumput.
Didapatkan hasil pengukuran 10-4 = 5 tabung, 10-5 = 4 tabung, dan 10-6 = 3
tabung. Sehingga didapatkan angka 543 yang kemudian dicocokkan dengan
tabel MPN. Nilai ketiga angka tersebut kemudian dikalikan dengan nilai positif
dari faktor pengenceran yang tengah. Diperoleh hasil 543 → 280 x 105 = 2,8 x
107 = 28.000.000 MPN/ml(g). Pada tabel 9.4 dapat kita amati bahwa
pengambilan sampel dilakukan pada lahan tanah arboretum. Didapatkan hasil
pengukuran 10-4 = 5 tabung, 10-5 = 5 tabung, dan 10-6 = 5 tabung. Sehingga
didapatkan angka 555 yang kemudian dicocokkan dengan tabel MPN. Nilai
ketiga angka tersebut kemudian dikalikan dengan nilai positif dari faktor
pengenceran yang tengah. Diperoleh hasil 555 → >1600 x 105 = >16 x 107 =
>160.000.000 MPN/ml(g).
Dari ketiga perhitungan tersebut dapat kita amati bahwa nilai MPN pada
tanah arboretum memiliki nilai yang paling besar, kemudian tanah kosong yang
berada dibawahnya, dan yang memiliki nilai terkecil adalah tanah rumput. Hal
ini berbeda dengan jumlah pengukuran menggunakan metode kualitatif dimana
tanah rumput memiliki nilai yang paling besar, kemudian tanah arboretum, dan
yang terkecil adalah tanah kosong. Faktor yang menyebabkan perbedaan ini
adalah penggunaan acuan mikroorganisme yang berbeda dan perlakuan terhadap
cara kerja yang berbeda pula. Selain itu, pada pengukuran menggunakan metode
kualitatif lebih bersifat subjektif karena tergantung dari persepsi seorang
pengamat tersebut apakah permukaan sampel mengkilat ataupun tidak. Metode
pengukuran secara kuantitatif lebih bersifat objektif karena menggunakan data
yang diambil dari pengamatan, kemudian dilakukan perhitungan menggunakan
rumus yang hasilnya berupa angka. Sehingga hasil yang didapat lebih valid.
Namun, angka yang dihasilkan menggunakan metode MPN juga tidak 100%
sempurna, karena hanya bisa melakukan perkiraan angka yang mungkin
mendekati jumlah sebenarnya dari mikroorganisme tersebut.
V. KESIMPULAN
Pada percobaan praktikum untuk mengukur jumlah miikroorganisme
penambat N non simbiotis dilakukan menggunakan 2 metode, yaitu metode
kualitatif dan kuantitatif pada 3 kondisi lahan yang berbeda (tanah kosong, tanah
rumput, dan tanah arboretum). Kedua metode tersebut menghasilkan urutan
yang berbeda untuk menunjukan lahan mana yang memiliki mikroorganisme
paling banyak dan yang palig sedikit. Metode kualititatif dilakukan dengan
megamati jumlah mikroorganisme Azotobacter sp., pada permukaan sampel
tanah cair yang mengkilap atau tidak. Metode kualitatif lebih bersifat subjektif
karena berdasar persepsi dari seorang pengamat. Hasil jumlah mikroorganisme
yang didapat juga kurang spesifik, hanya dijabarkan melalui kategori sangat
banyak, banyak, sedang, atau tidak ada. Sedangkan metode kuantitatif dilakukan
untuk mengamati jumlah mikroorganisme Clostridium sp., dengan mengamati
adanya retakan sampel tanah pada tabung. Metode ini lebih objekif karena
menggunakan perhitungan matematis yang menghasilkan jumlah
mikroorganisme berupa angka (nilai Most Proabable Number).
VI. DAFTAR PUSTAKA
Indra Pradhika. (2019). Prinsip Metode MPN. Laboratorium Mikrobiologi
Standar, diakses melalui https://laboratoriumstandard.com.
Irfan, M. (2014). Isolasi dan Enumerasi Bakteri Tanah Gambut di Perkebunan
Kelapa Sawit PT. Tambang Hijau Kecamatan Tambang Kabupaten
Kampar. Kepala Leb.Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi Fak.
Pertanian dan Peternakan UIN Riau. Agroteknologi. 5(1). 1-8.
Saraswati, R., Husen, E., dan Simanungkalit R.D.M. (2007). Pengambilan
Contoh Tanah untuk Analisis Mikroba. In: Metode Analis Biologi
Tanah. Balitbang, Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor.
Utami, T.F., dan Miranti, M. (2020). Metode Most Probable Number (MPN)
sebagai Dasar Uji Kualitas Air Sungai Rengganis dan Pantai Timur
Pangandaran dari Cemaran Coliform dan Escherichia coli. Jurnal
Kesehatan Bakti Tunas Husada : Jurnal Ilmu Ilmu Keperawatan, Analis
Kesehatan dan Farmasi. 20(1). 21-30.
Yunus, F., Lambui, O., dan Suswatika, N.I. (2017). Kelimpahan
Mikroorganisme Tanah Pada Sistem Perkebunan Kakao (Theobroma
cacao L.) Semi Intensif Dan Non Intensif. Natural Science: Journal of
Science and Technology. 6(3). 194-205.

VII. LAMPIRAN
Tabel MPN (Most Probable Number)

Anda mungkin juga menyukai