Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM PERLINDUNGAN HUTAN

ACARA V
PENGELOLAAN PEMBIBERIKAN, PENGEMBALAAN, DAN ILLEGAL
LOGGING PADA HUTAN

Disusun oleh :
Nama : Amirul Mustofa

NIM : 21/474278/SV/18891

Kelas :A

Co. Ass : Hanifah Nur Fadhila

DIPLOMA IV PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HAYATI DAN VETERINER

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2022
ACARA V
PENGELOLAAN PEMBIBRIKAN, PENGEMBALAAN, DAN ILLEGAL
LOGGING PADA HUTAN

I. TUJUAN

1. Memahami fenomena aktivitas pembibrikan di dalam hutan


2. Memahami fenomena penggembalaan ternak di dalam hutan dan
strategi pengelolaannnya.
3. Mengetahui berbagai peraturan perundangan dalam pengelolaan hutan
dan bentuk aktivitas illegal di dalam hutan serta upaya penanganannya.

II. DASAR TEORI

Hutan sebagai salah satu karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa,
merupakan sumber daya alam yang memiliki aneka ragam kandungan dan
kekayaan alam yang sangat bermanfaat dan berharga bagi manusia,baik
manfaat ekologi (ilmu tentang struktur dan fungsi dari pada alam mencakup
semua mahluk hidup).Sosial budaya, maupun ekonomi. Sebagai bentuk
perwujudan rasa syukur terhadap karunianya maka hutan harus dijaga dan
dimanfaatkan secara optimal dengan mempertimbangkan kecukupan luas
daerah kawasan hutan dalam daerah aliran sungai, pulau atau provinsi serta
keserasian manfaat secara froporsional sesuai sifat, karakteristik dan
kerentanan perananya sebagai penyerasi keseimbangan lingkungan hidup
dunia (Bakar, dkk., 2018). Hutan merupakan salah satu pusat keanekaragaman
jenis tumbuhan yang belum banyak diketahui dan perlu terus untuk dikaji.
Kawasan hutan terdapat komunitas tumbuhan yang didominasi oleh pepohonan
dan tumbuhan berkayu lainnya (Spurr dan Barnes, 1980). Kegiatan
perlindungan tanaman dalam hutan mempunyai tujuan untuk melindungi,
mencegah, atau menghindari agar tanaman kita agar tidak menderita suatu
gangguan, kerusakan, kematian, kemerosotan hasilnya atau memperkecil
kerugian yang ditimbulkannya (Andayanie, dkk., 2019). Perlindungan hutan
juga direfleksikan dalam mekanisme konsesi penebang (pemberian hak, izin
atau tanah oleh pemerintah)sebagai konsekuensi logis dari fungsi perizinan
sebagai sarana pengendalian dan pengawasan.Dalam proses pengelolaan
dalam rangka pemanfaatan hutan diperlukan konsep yang dapat
mengintegrasi upaya pemanfaatan fungsi ekonomis dan upaya
perlindungan kemampuan lingkungan agar keadaan lingkungan tetap serasi
dan seimbang sesuai dengan prinsip pengelolaanhutan yang
berkelanjutan/lestari (sustainable forest management) dan pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) (Hastuti, 2006).

Perusakan hutan yang berdampak negative salah satunya adalah kejahatan


pembalakan liar (illegal loging) yang merupakan kegiatan unpredictable
terhadap kondisi hutan setelah penebangan, karena di luar dari
perencanaan yang telah ada (Narindrani, 2018). Illegal logging yang
merupakan suatu aktivitas penebangan liar yang telah berkembang pesat pada
tahun 1970an. Dimana pada masa ini mulai bertumbuhnya industri perkayuan
di Indonesia. Industri – Industri perkayuan ini awalnya dimaksudkan untuk
mengembangkan produksi kayu Indonesia di masa yang akan datang. Namun
pengembangan produksi kayu ini malah mengarah pada munculnya praktik
illegal logging yang mengakibatkan terjadinya degradasi hutan yang serius
(Auhara, 2013). Selain itu hutan yang merupakan tumbuhan areal tanah yang
permukaannya di tumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh secara
alami. Dengan jumlah pepohonan yang cukup luas tentu diperlukan partisipasi
masyarakat dalam memanfaat hutan agar lestari. Hal ini guna menghindari
aktivitas illegal yang dilakukan masyarakat di dalam hutan yang salah satunya
adalah kegiatan pembibrikan. Pembibrikan merupakan istilah yang digunakan
untuk menggambarkan bentuk-bentuk pengolahan lahan di hutan negara yang
dianggap tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pembibrikan biasanya
dilakukan pesanggem dengan mengubah/menghilangkan tanaman pokok dan
menggantinya dengan tanaman pertanian atau tanaman yang lebih
menguntungkan pesanggem (Adi & Juni, 2005). Kemudian terdapat jenis
gangguan lain yaitu penggembalaan liar. Penggembalaan liar pada dasarnya
dapat menurunkan tingkat kesuburan lahan dan bertambahnya lahan kritis
dipercepat oleh tekanan penduduk terhadap lahan untuk keperluan pertanian
dan peternakan yang sebagian besar mata pencaharian penduduk beternak
dengan pola penggembalaan liar serta bertani dengan pola perladangan
berpindah dengan sistem tebas bakar (Surata, 2009).

III. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan :

Alat:

1. Alat Tulis

Bahan :

1. Video mengenai pengelolaan pembibrikan, pengembalaan, illegal loging


pada hutan
2. Literatur pendukung berupa jurnal dan buku

IV. CARA KERJA

Ditonton video dan


penjelasan mengenai Dicatat dan dirangkum
pengelolaan pembibrikan, materi penjelasan dari
pengembalaan, illegal setiap video.
loging pada hutan

Dicari literatur tambahan


Diperhatikan dan dicatat mengenai pengelolan
informasi tambahan dari pembibrikan,
coass pengembalaan, illegal
loging pada hutan
V. DATA DAN PEMBAHASAN
Terakhir aktivitas yang dapat merusak hutan adalah illegal logging.
Penebangan liar atau tindak pidana illegal logging merupakan praktik illegal
terhadap kegiatan kehutanan yang berkaitan dengan pemanenan,
pengelolaan, penebangan dan perdagangan kayu yang tidak sesuai dengan
hukum Indonesia atau aktivitas di dalam hutan tanpa izin dan merusak hutan
(Bakar, dkk., 2018). Sebenarnya kegiatan illegal logging telah diatur dalam
Pasal 1 Ayat (4), ayat (6) dan Ayat (10) Undang-undang Nomor 18
Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan,
serta yang terbaru UUCK no 11 tahun 2020. Walaupun telah ada hukum
yang jelas , praktik di lapangan masih banyak aktifitas illegal loginggi
karena beberapa faktor yaitu tuntutan untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi,tidak ada tapal batas yang jelas, masih lemahnya perencanaan
pengawasan hutan,kurangnya personil apparat pengawas hutan, dan
kurangnya hubungan kemitraan dengan masyarakat desa sekitar
hutan(Bakar, dkk., 2018).
Khusus pada poin yang terakhir perlu adanya pemberdayaan
terhadap masyarakat karena masyarakat mimiliki peran penting untuk dapat
mengurangi akitivitas illegal logging di dalam hutan. Peran serta
masyarakat sesungguhnya merupakan insentif moral yang memberdayakan
kelompok yang sangat potensial sebagai ujung tombak perlindungan
hutan untuk ikut serta berperan dalam merundingkan kebijakan
pengelolaan hutan. Saran dan pendapat masyrakat sangat dibutuhkan dalam
sebuah pengambilan keputusan karena akan mempengaruhi kesejateraan
mereka. Dengan adanya peran masyrakat dalam suatu pengambilan
keputusan ,perlahan masyarakat juga diajak untuk dapat menumbuhkan
kesadaran mereka terhadap hukum. Lebih spesifik untuk menumbuhkan
kesadaran hukum masyarakat dalam pemberantasan pembalakan liar atau
illegal loging yang tidak terlepas dari adanya kegiatan pemberdayaan
masyarakat khususnya masyarakat sekitar hutan. Kesadaran hukum
masyarakat ini berkaitan dengan pemberantasan illegal loging
berhubungan erat dengan upaya mendorong partisipasi masyarakat
dalam pelestarian hutan. Masyarakat harus distimulasi dan diberikan
pengertian agar menyadari bahwa kelestarian hutan adalah kelanjutan
hidup yang lebih baik. Upaya peningkatan kesejahteraan juga harus
menjadi nyata bukan hanya slogan, hutan lestari (karena tidak
dimanfaatkan),tetapi rakyat sekitarnya tidak sejahtera (Narindrani,
2018). Namun untuk mewujudkan hal ini perlu dukungan dari semua pihak
yang terlibat . Sehingga semua pihak yang berperan dalam kelestarian hutan
baik pemerintah,sektor usaha atau swasta , maupun masyarakat harus
mampu saling berkomunikasi dan menjalankan perannya masing masing
secara gotong royong.

VI. KESIMPULAN

Dari tersebut.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Adi, I., & Juni, N. (2005). Hutan Wonosobo : Keberpihakan yang


Tersendat, Jawa Tengah, Indonesia. Yogyakarta : BP Arupa.

Ahura, L. (2013). Dampak Ilegal Loging Terhadap Perlindungan Hukum


Satwa Yang Dilindungi, Lex Administratum. 1(1).

Andayanie,W. R., Netty, W. N., & Ermawati. (2019). PERLINDUNGAN


TANAMAN dengan INSEKTISIDA DAN ANTIVIRAL NABATI. Sleman
: DEEPUBLISH

Bakar, A. A., Iskandar, M., & Maulana, R. (2018). Penerapan Sanksi Tindak
Pidana Illegal Logging Di Kawasan Hutan Lindung Ditinjau Dari UU N0.
18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan
Hutan. Petita: Jurnal Kajian Ilmu Hukum dan Syariah, 3(1), 64-74.

Hastuti, H. (2006). Faktor-faktor penyebab penebangan kayu hutan


tanpa izin (illegal loging). Jurnal perencanaan dan pengembangan
hukum, Pusren Press, 1(15).
Narindrani, F. (2018). Upaya Masyarakat dalam Pencegahan dan Pemberantasan
Pembalakan Liar di Indonesia, Jurnal Penelitian Hukum De Jure. 18(2) : 241-256

Spurr, S. H. & Barnes, B.V. (1980). Forest Ecology. 3rd ed. New York:
John Willey and Sons.

Surata, I, K. (2009). Pengaruh Ukuran Lubang Tanam Dan Kompos


Kotoran Sapi Untuk Penanaman Lahan Kritis di Daerah Savana Di Pulau
Sumba. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 6(2) : 147-157.

Anda mungkin juga menyukai