Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM

ACARA II
KAJIAN BIOFISIK DAN PENENTUAN
LOKASI PENANAMAN

Nama : Dimas Rimaswan Istar Kurniawan


NIM : 21/478317/SV/19262
Kelompok : 1B
Co.ass : Nia Fajar A. Sijabat

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PENGELOLAAN HUTAN


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HAYATI DAN VETERINER
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2022
ACARA II
KAJIAN BIOFISIK DAN PENENTUAN
LOKASI PENANAMAN

I. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk
1. Mahasiswa mampu dalam menentukan lokasi penanaman
2. Mahasiswa mampu dalam mengidentifikasi faktor biofisik calon lokasi
penanaman
II. DASAR TEORI
Degradasi lingkungan menjadi salah satu isu masalah yang sering
dihadapi. Degradasi lingkungan merupakan penurunan kualitas dari
lingkungan hidup yang dapat berpotensi menyebabkan kerugian dari
kehidupan manusia. Secara umum, degradasi lingkungan dapat mengakibatkan
banyak kerugian seperti kerusakan fisik, korban jiwa, timbulnya penyakit,
perubahan iklim, dan kelaparan. Munculnya degradasi lingkungan ini
disebabkan oleh adanya kegiatan manusia seperti alih fungsi lahan dan lahan
kritis yang tidak segera ditangani (Santoso & Nurumudin, 2020).
Lahan kritis merupakan kerusakan lahan yang terjadi baik itu secara
fisik, kimia, atau biologi yang akhirnya dapat membahayakan fungsi hidrologi
serta kehidupan sosial ekonomi (Fahillah, 2018). Selain itu, Lahan kritis juga
dapat didefinisikan sebagai lahan yang tidak mampu secara efektif yang
digunakan sebagai lahan pertanian, sebagai media pengatur tata air, maupun
sebagai pelindung alam lingkungan. Kerusakan yang disebabkan lahan kritis
apabila tidak segera ditangani maka dapat menyebabkan berbagai bencana
seperti tanah longsor, erosi, banjir, kekeringan, serta dapat mengganggu
kehiduapan masyarakat (Santoso & Nurumudin, 2020). Salah satu cara untuk
mengurangi terjadi lahan kritis yaitu dengan dilakukannya kegiatan
penanaman.
Kegiatan penanaman ini bertujuan untuk melakukan rehabilitas lahan
yang telah mengalami kerusakan. Sebelum pelaksanaan kegiatan penanaman
ini perlu dilakukannya perencanaan yang matang. Perencanaan ini
dimaksudkan untuk merancang semua kegiatan/aktivitas dari perancangan
model penanaman sampai denagn pemanenan dan penanganan pasca panen
berserta analisis biaya yang dibutuhkan dan pendapatan selama kegiatan
berlangsung (Yulianto, 2018). Sebelum melakukan kegiatan penananman
perlu dilakukannya penentuan lokasi dan kajian biofisik lokasi tersebut. Hal
tersebut bertujuan agar kegiatan penanaman dapat berjalan dengan lancar dan
memiliki presentase hidup yang lebih tinggi. Kajian biofisik lingkungan dapat
meliputi struktur tanah, kemiringan, sumber air, kesuburan tanah dan lain
sebagainya
III. ALAT DAN BAHAN
1. Alat tulis 5. Phiband
2. Meteran 6. Tallysheet
3. Haga meter 7. Kamera
4. Clinometer 8. Software SIG
IV. CARA KERJA

Menentukan lokasi penanaman Mengukur luas lokasi


di DIY berdasarkan peta penanaman (manual atau GIS)
kekritisan lahan (Sangat kritis dengan minimal 3 ha
dan atu Kritis)

Mengidentifikasi jenis tanah,


Mengidentifikasi aksebilitas,
kesuburan, tanah (solum, fisik,
kelerangan, elevasi, sumber air
kimia, biologi)

Mengidentifikasi tumbuhan Mengidentifikasi struktur dan


bawah dengan petak ukur 2 x 2 komposisi tegakan denagn
m diulang 3 kali → peletakan membuat petak ukur nester
petak ukur secara purposive dan sampling 20 x 20 meter yang
mewakili lahan representatif
Mencari data lingkungan (data
sekunder) meliputi : curah hujan, Satu petak ukur nested sampling
suhu, kelembaban, bulan basah – mewakili 4 ha
bulan kering

Daftar Pustaka

Mendokumentasikan (foto)
lokasi calon RHL secara jelas
dan lengkap
V. DATA PENGAMATAN
No Diameter Tinggi
Spesies Pohon
Pohon (cm) (m)
1 Mahoni 46,2 15 Batang miring

2 Mahoni 18,4 10

3 Melinjo 12,5 9 Batang Pohon


bercabang menjadi 3
4 Randu 12,3 6,5 Bercak daun

5 Randu 10,4 8 Bercak daun

6 Mangga 9 3,5 Semut merah

7 Duwet 15,7 10 Bercak daun

8 Jati 11,3 4 Banyak mata kayu


melengkung
9 Sonokeling 26 13 Bercak daun

10 Mangga 15,1 3,5

11 Mangga 22,6 4

12 Jati 15,3 2,5 Bercak daun

13 Mangga 28 11

14 Johar 18 12

15 Johar 15 15
Diameter
Spesies Pohon Tinggi (m)
(cm)
Mahoni 46,2 15 Batang miring

Mahoni 18,4 10

Melinjo 12,5 9 Batang Pohon


bercabang menjadi
3
Randu 12,3 6,5 Bercak daun

Randu 10,4 8 Bercak daun

Mangga 9 3,5 Semut merah

Duwet 15,7 10 Bercak daun

Jati 11,3 4 Banyak mata kayu


melengkung
Sonokeling 26 13 Bercak daun

Mangga 15,1 3,5

Mangga 22,6 4

Jati 15,3 2,5 Bercak daun

13 Mangga 28 11

14 Johar 18 12

15 Johar 15 15
VI. PEMBAHASAN
Lahan kritis merupakan kerusakan lahan yang terjadi baik itu secara
fisik, kimia, atau biologi yang akhirnya dapat membahayakan fungsi hidrologi
serta kehidupan sosial ekonomi (Fahillah, 2018). Salah satu penyebab
terjadinya lahan kritis yaitu kesalahan dalam penggunaan lahan. Penggunaan
lahan yang tidak cocok dapat memberikan efek berkelanjutan terhadap
lingkungan serta manusia. Perubahan lahan yang terjadi tanpa adanya
perencanaan tidak hanya akan mempengaruhi proses fisik, kimia, dan biologi
namun juga dapat mempengaruhi keselamatan ekosistem (Ichwana &
Nasution, 2014). Salah satu cara untuk menangani dan meminimalkan
terjadinya hal tersebut yaitu dengan melakukan kegiatan rehabilitasi dengan
cara penanaman.
Pada acara kedua praktikum penanaman dan pemeliharaan ini
dilaksanakan kegiatan penentuan lokasi dan kajian biofisik lokasi penanaman.
Pelaksanaan praktikum ini di awali dengan penentuan lokasi dengan
menggunakan software SIG dan shp lahan kritis. Selanjutnya yaitu kajian
biofisik secara langsung dengan mendatangi lokasi penanaman dan melakukan
pengamatan serta pendataan kondisi lingkungan sekitar. Selain itu, dilakukan
pula pendataan secara sekunder tentang data lingkungan lokasi penanaman
tersebut dengan melakukan studi literatur. Pada kegiatan penentuan dan
pengamatan kondisi calon lokasi penanaman didapatkan beberapa data seperti
kondisi lingkungan, kondisi lahan, dan kondisi vegetasi pada lokasi
penanaman.
Lokasi pengamatan kajian biofisik dilaksanakan pada dua tempat
berbeda yaitu di desa seloharjo dan muntuk. Kedua lokasi tersebut berada pada
satu kabupaten sehingga memiliki karakteristik yang hampir sama. Pada lokasi
penanaman desa seloharjo berada di dekat permukiman dan dekat dengan
sumber air serta memiliki akses jalan yang mudah dilalui. Sama halnya dengan
lokasi pertam, pada lokasi kedua berada didekat dengan permukiman dan dekat
dengan sumber air. Kedua lokasi tersebut memiliki karakteristik yang hampir
sama seperti berada di daerah perbukitan yang memiliki kemiringan lereng
agak miring. Selain itu, jenis tanah pada lokasi kedua tersebut ialah tanah
latosol. Menurut Arabia et al (2018), tanah latosol merupakan tanah yang
terbentuk atass pelapukan batuan sedimen dan metamorf. Kandungan unsur
hara yang ada pada tanah latosol dapat dilihat dari warna tanahnya, semakin
merah tanah maka akan semakin miskin unsur hara. Selain itu, pada tanah
latosol juga memiliki kadar organic yang cukup rendah dan tanah ini
memerlukan input yang memadai.
Vegetasi merupakan kelompok atau kumpulan dari komunitas tumbuhan
yang terdiri dari beberapa jeneis dalam suatu tempat untuk hidup bersama-
sama dan saling berinteraksi antar satu sama lain. (Nursyahra & Meriko, 2016).
Menurut Hidayati (2010) dalam Arisandy & Triyanti (2020), vegetasi memiliki
peranan yang sangat penting dalam komunitas hutan dan berfungsi sebagai
penyangga kehidupan baik itu memlaui pencegahan erosi maupun menjaga
kestabilan iklim global. Pada kedua lokasi penanaman baik itu di desa seloharjo
maupun muntuk sebagian besar telah memiliki vegetasi dengan kerapatan
sedang. Lokasi di desa seloharjo didominasi oleh pohon kehutanan pada
umumnya yaitu jati, mahoni, dan akasia serta terdapat pohon buah-buahan
seperti mangga yang berada didekat dengan permukiman. Sedangkan pada
lokasi kedua di desa muntuk didominasi oleh pohon jati, sonokeling, mahoni,
dan melinjo. Pada kedua lokasi tersebut berada dekat dengan permukiman dan
sumber air sehingga pohon-pohon tersebut dapat tumbuh dengan baik dan
sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar baik itu buah maupun kayunya.
VII.KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
penentuan lokasi tersebut ditentukan dengan menggunakan software SIG dan
SHP daerah lahan kritis. Pemilihan lokasi tersebut berada di daerah seloharjo
dan muntuk. Pada kedua lokasi tersebut memiliki kondisi lahan yang hampir
sama seperti berada di daerah perbukitan yang memiliki kemiringan lereng
yang termasuk kedalam tingkatan agak miring, memiliki jenis tanah yang
sama, berada didaerah yang dekat dengan permukiman dan akses sumber air
yang dekat. Selain itu, kedua lokasi tersebut berada pada satu kabupaten dan
memiliki jarak yang tidak jauh sehingga memiliki faktor biofisik yang hampir
sama antara satu dengan yang lain. Pada kondisi vegetasi dari kedua lahan
tersebut pada umumnya didominasi oleh pohon jati, akasia, dan mahoni serta
beberapa pohon yang cocok ditanami sebagai agroforesti.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Arabia, T., Manfarizah, M., Syakur, S., & Irawan, B. (2018). Karakteristik
Tanah Inceptisol yang Disawahkan di Kecamatan Indrapuri Kabupaten
Aceh Besar. Jurnal Floratek, 13(1), 1-10.
Fadhillah, N. H. (2018). Analisis Pendapatan Masyarakat Pra-Proyek
Reklamasi Lahan Kritis Di Desa Bambang Kecamatan Wajak Kabupaten
Malang (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).
Nursyahra., Meriko, Lince. (2016). Kepadatan Vegetasi Dasar Pada Lokasi
Bekas Penambangan Emas di Nagari Gunung Medan Kecamatan
Sitiung Kabupaten Dharmasyara. BioCONCETTA : Jurnal Biologi dan Pendidikan
Biologi, 2 (1) : 81-88
Pemda Kabupaten Bantul. (2020). Kondisi Klimatologi - Website Pemerintah
Kabupaten Bantul. Kabupaten Bantul. Diakses dari
https://bantulkab.go.id/data_pokok/index/0000000021/kondisi-
klimatologi.html
Santoso, D. H. & Nurumudin, M. (2020). Valuasi Ekonomi Degradasi
Lingkungan Akibat Alih Fungsi Lahan di Kota Malang, Provinsi Jawa
Timur. Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan, 12(2), 121-130.
Weather Spark. (2022). Iklim, Cuaca Menurut Bulan, Suhu Rata-Rata Bantul
(Indonesia) - Weather Spark. Diakses dari
https://id.weatherspark.com/y/127852/Cuaca-Rata-rata-pada-bulan-in-
Bantul-Indonesia-Sepanjang-Tahun
Yulianto, D. E. (2018). Hutan Tanaman Industri sebagai Metode
Pengembangan Ekonomi dan Lingkungan Masyarakat di Desa Tambak
Ukir Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo. INTEGRITAS: Jurnal
Pengabdian, 2(2), 117-128.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai