Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI TANAMAN

HORTIKULTURA
“ BUDIDAYA SAYURAN KANGKUNG SECARA
HIDROPONIK “

Dosen Pengampu : Herry Marta Saputra, S.P., M. Si.


Di Susun Oleh :

Desy Natalia ( 2011911006)


Lara Pentaria (2011911010)
Meliana Andriani ( 2011911031)
Suci Dwi Anggia ( 2011911015)
Sekar Kinanti Ramadhini Naswanto ( 2011911044)
Theresia Valen Nababan ( 2011911047)

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2021
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hidroponik merupakan teknik budidaya tanaman tanpa menggunakan


media tanah, melainkan menggunakan air sebagai media tanamnya. System
hidroponik biasanya dilakukan dengan memanfaatkan lahan sempit ditengah
perkotaan. System tanam dengan hidroponik dapat menghasilkan sayuran dengan
kualitas yang tinggi dan sehat. Keuntungan hidroponik adalah tidak memerlukan
lahan yang luas, mudah dalam perawatan, memiliki nilai jual yang tinggi.
Sedangkan kelemahan hidroponik adalah memerlukan biaya yang mahal,
membutuhkan keterampilan yang khusus (Roidah, 2014). Jenis hidroponik sangat
beragam yaitu sistem irigasi tetes, sistem wick, sistem Nutrient Film Tehnique
(NFT). Jenis hidroponik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem wick
(Hendra, 2014).

Hidroponik sistem wick sangat tepat digunakan bagi pemula yang ingin
bertanam dengan cara hidroponik, karena prinsipnya yang mendasar hanya
memanfaatkan kapilaritas air. Hidroponik dengan system wick mudah dan murah
untuk digunakan. Keunggulan lainnya adalah tidak memerlukan perawatan
khusus, mudah dalam merakit, portabel (dapat dipindahkan), dan cocok di lahan
terbatas (Diah, 2015).

Salah satu tanaman sayuran yang dapat dibudidayakan dengan system


wick adalah kangkung. Kangkung (Ipomoea aquatica) adalah tanaman air tawar
yang tumbuh liar di aliran sungai, sawah, rawa dan adapula yang dibudidayakan
di darat.

Kangkung (Ipomoea aquatica) merupakan tanaman yang tumbuh dengan


cepat dan memberikan hasil dalam waktu 25-30 hari sesudah dilakukan
penanaman. Tanaman kangkung biasa tumbuh sepanjang tahun bisa ditemukan di
dataran tinggi maupun dataran rendah khususnya kawasan yang berair dengan
suhu 20-30°C, selain itu kangkung juga cocok untuk tanaman hidroponik karena
kangkung tumbuh pada daerah dataran rendah sampai daerah ketinggian 1000 m
diatas permukaan laut, bersuhu 20-30° C, intensitas cahaya matahari sekitar 10
jam dengan pH 5,5-6,5 (Qalyubi et al. 2014)

Ada dua jenis kangkung yang biasa dikonsumsi yaitu kangkung air dan
kangkung darat. Kangkung air mempunyai daun panjang dengan daun agak
tumpul berwarna hijau kelam biasa ditanam di pinggir kolam atau rawa-rawa.
Kangkung darat mempunyai daun yang panjang ujungnya yang runcing biasanya
ditanam di tempat yang agak kering.

Sesanti dan Sismanto (2016) dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa


penggunaan pupuk NPK dapat menjadi alternatif solusi pengganti nutrisi
hidroponik, jika nutrisi AB Mix susah di dapatkan, namun pertumbuhan yang
ditunjukan tanaman sayuran yang menggunakan pupuk NPK sebagai nutrisi tidak
sebaik tanaman yang menggunakan nutrisi AB Mix.

1.2 Tujuan
1. Mampu untuk menanam benih tanaman secara hidroponik
BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 6 November di Kebun Penelitian


dan Percobaan Universitas Bangka Belitung.

2.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan saat praktikum adalah kamera dan alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan adalah pupuk AB Mix (pupuk a dan pupuk b), gelas ukur,
netpot, box/Styrofoam, dan air.

2.3 Cara Kerja


1. Menyiapkan box sebagai media budidaya hidroponik sayuran
2. Tuangkan masing-masing pupuk a 5 ml dan pupuk b 5 ml ke dalam gelar
ukur lalu larutkan dalam air sebanyak 1000 ml
3. Kemudian masukkan ke dalam box hingga box terisi penuh
4. Tutup atas box yang telah dilubangi dan masukkan net pot sebanyak 6
buah
5. Lakukan pengamatan selama 5 hari
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
Hari Jumlah Parameter
ke- Tanaman
Tinggi Jumlah Daun
Tanaman

1 1 18,5 6

2 19 6

3 13,5 8

4 20 8

5 9,7 6

6 17 7

Rata-Rata 16,2 7

2 1 20 6

2 22,4 8

3 15,2 8

4 23 8

5 25 6

6 19,2 8

Rata-Rata 20,8 7

3 1 22 6

2 25,4 9

3 17 8

4 24,2 8
5 29 7

6 21,5 8

Rata-Rata 23,1 8

4 1 23 5

2 28 13

3 20 8

4 25,1 11

5 36 11

6 25 5

Rata-rata 26 9

5 1 24 4

2 32 14

3 24 8

4 28 12

5 40 12

6 22 6

Rata-rata 28,5 9

3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan tanaman kangkung (Ipomoea aquatica)
selama 5 hari berturut-turut yang dilakukan 1 MST (Minggu Setelah Tanam)
menunjukkan bahwa penanaman tanaman kangkung secara hidroponik system
wick menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tinggi tanaman kangkung pada


hari-1 pengamatan memiliki tinggi rata-rata 16,2 cm dan jumlah daun berjumlah 7
helai. Hari ke-2 pengamatan memiliki tinggi rata-rata 20,8 cm dan jumlah daun 7
helai. Hari ke-3 pengamatan memiliki tinggi rata-rata 23,1 cm dan jumlah daun 8
helai. Hari ke-4 pengamatan memiliki tinggi rata-rata 26 cm dan jumlah daun 9
helai. Hari ke-5 pengamatan memiliki tinggi rata-rata 28,5 cm dan jumlah daun 9
helai.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa pada 1 MST


tanaman kangkung masih menunjukkan pertumbuhan yang nyata terhadap tinggi
dan jumlah daun, namun setelah berumur 3 minggu, kangkung mulai
menunjukkan gejala layu pada daun dan diikuti dengan kematian. Hal ini diduga
karena kurangnya unsur hara pada tanaman kangkung yang disebabkan kurangnya
dosis pupuk AB mix yang hanya diberikan sebanyak 10 ml/L air. Menurut
penelitian Bunga (2021), dosis pupuk AB mis 20 ml/L menunjukan pertumbuhan
yang terbaik untuk tanaman kangkung dengan system hidroponik. Nutrisi yang
diberikan pada tanaman harus tepat, jika kekurangan atau kelebihan akan
mengakibatkan pertumbuhan tanaman dan hasil produksi kurang maksimal
(Fajeriana, 2020). Selain itu dikarenakan tanaman kekurangan unsur nitrogen.
Kasi et al., (2018) menyatkan bahwa fungsi nitrogen sangat esensial sebagai
bahan penyusun asam-asam amino, protein dan klorofil yang penting dalam
proses fotosintesis dan penyusunan komponen inti sel yang menentukan kualitas
dan kuantitas hasil tanaman. Semakin banyak jumah klorofil yang tersedia didaun,
menyebabkan pigmen warna hijau semakin pekat dan hasil fotosintesis juga
meningkat. Kandungan klorofil yang cukup dapat membentuk atau memacu
pertumbuhan tanaman terutama merangsang organ vegetatif tanaman.
Pembentukan akar, batang dan daun terjadi dengan cepat jika persediaan makanan
yang digunakan untuk proses pembentukan organ vegetatif tersebut dalam
keadaan atau jumlah yang cukup sehingga unsur nitrogen sangat diperlukan dalam
pembentukan organ baru khususnya daun tanaman (Marliani, 2011).

Dalam hidroponik nutrisi merupakan faktor utama yang menentukan


keberhasilan budidaya tanaman secara hidroponik. Larutan yang ada pada
media harus kaya akan nutrisi untuk pertumbuhan. Nugraha dan Susila (2016)
menyatakan bahwa diantara faktor-faktor yang mempengaruhi sistem produksi
tanaman secara hidroponik, yaitu larutan nutrisi menjadi salah satu faktor
penentu yang paling penting dalam menentukan hasil dan kualitas tanaman.
Selain itu tingkat keasaman pH air juga mempengaruhi tingkat keberhasilan
hidroponik. Teguh Aulia et al., (2019) menyatakan bahwa air yang digunakan
untuk hidroponik harus memiliki pH yang sesuai dengan tingkat keasaman.pH
anjuran kisaran 5.5 –6.5. pH dibawah 5.5 beberapa unsur hara akan mngendap
dan tidak dapat terserap oleh akar. Seperti terlihat pada tabel hasil, kankung yang
diberi hidroponik berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan tinggi batang serta
diameternya, hal itu disebutkan oleh Ramadiani dan Susila (2014) menyimpulkan
bahwa pupuk majemuk NPK dengan konsentrasi N yang disetarakan dengan
larutan hara AB mixdapat digunakan pada budidaya kangkong sehingga
pertumbuhan vegetatif setiap tanaman sangat dipengaruhi oleh komponen
hara yang diberikan. Persentase N yang berbeda pada fase vegetatif tanaman
menyebabkan tanaman tersebut mengalami perbedaan dalam proses
pertumbuhannya. iqbal (2006).

Pertumbuhan tanaman kangkung pada system wick dapat dikatakan


lebih baik karena pada masing-masing tempat hidroponik hanya diisi oleh
satu tanaman kangkung sehingga penyerapan larutan nutrisi dapat terjadi
secara lebih optimal. Desain wick bekerja dengan prinsip membagikan
tanaman melalui media air yang digenangkan dalam bak nutrisi. Larutan nutrisi
pada desain wick terus berada dalam wadah dengan jumlah yang cukup banyak
sehingga tanaman kangkung tidak akan kekurangan nutrisi (Nirmalasari,
2018). Hidroponik sumbu (wicks) adalah salah satu metode hidroponik yang
sederhana dengan menggunakan sumbu sebagai penghubung antara nutrisi dan
bagian perakaran pada media tanam dan dapat meminimalisir kondisi lingkungan
non ideal bagi tanaman Vidiyanto et al., (2013). kelemahan hidroponik sistem
sumbu yaitu larutan nutrisi tidak tersirkulasi sehingga rawan ditumbuhi lumut.
Sistem hidroponik desain wick, memiliki kebutuhan besar untuk aerasi yang baik.
Udara akan tersedot oleh akar tanaman bersama dengan larutan nutrisi. Sebuah
media tumbuh yang memadai juga membantu untuk memastikan bahwa
tanaman menerima cukup udara. Cara bertanam dengan desain ini juga
merupakan sebuah solusi pemberian nutrisi melalui sumbu yang digunakan
sebagai reservoir (Anjeliza, 2014). Hidroponik dengan desain wick memiliki
keunggulan yaitu tidak memerluan perawatan khusus, mudah dalam merakit,
dapat dipindahkan,dan cocok pada lahan terbatas (Marlina, 2015).
Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
kangkung pada system hidroponik yang ada pada pratikum kali ini, yaitu faktor
lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh adalah kelembaban
dan temperatur. Relative Humidity (RH) adalah persentase kandungan air di udara
pada temperatur tertentu tak itu juga kepekatan nutrisi juga mempengaruhi
(Badarrohman. 2018). Relative Humidity (RH) adalah persentase kandungan air di
oders pada temperatur sereh Kondisi Rit yang biasanya digunakan untuk pels
cocok tanam hidroponik ialah sekitar 70%. (Perwtasari et al., 2012) jika terlalu
tinggi maka evapotranspirasi dan daya serap sakar tanaman untuk mendapatkan
nutrisi berkurang, dan jika di permukaan dan terdapat air bebas. maka dapat
timbul cendawan yang akan mengambil isi sel dari tanaman . RH terlalu rendah
(dapat diakibatkan karena temperatur yang tinggi), evapotranspirasi akan
bertangung terlalu cepat dan tidak dapat diimbang dengan pengadaan air.
Temperatur yang biasa digunakan pada pola cocok tanam hidroponik berkisar
antara 28 30 °C. Temperatur yang tinggi akan mempengaruhi temperatur larutan
nutrisi pada tandon atau kolam. Pada larutan yang bertemperatur tinggi, kadar
oksigen dalam larutan menurun yang mengakibatkan akar kekurangan energi
untuk menyerap air (Kamalia et al., 2017). Sedangkan untuk kelembapan dan
intensitas matahari sangat berpengaruh yang mana terdapat pengaruh intensitas
cahaya matahari terhadap morfologi tanaman puring yang terlihat dari perbedaan
fisik daun, batang, dan lebar daun. Peningkatan intensitas cahaya dapat
meningkatkan jumlah daun dan diameter batang. Tanaman yang tumbuh dengan
cahaya yang kurang akan memiliki batang yang tidak kokoh dan pertumbuhan
tanaman menjadi lambat (Maghfiroh, 2017). Tanaman akan tumbuh baik jika
memperoleh sinar matahari yang cukup, tetapi banyaknya sinar matahari yang
dibutuhkan setiap jenis tanaman berbeda untuk kangkung pada pratikum kali ini
intensitas cahaya dan kelembapan sudah cukup baik karena, Tanaman hidroponik
ditempatkan di dalam greenhouse, Greeenhouse tidaklah harus terbuat dari kaca,
tetapi dapat juga digunakan plastik ultra violet (UV).
BAB IV

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
nutrisi pada hidroponik merupakan factor utama yang menentukan keberhasilan
dalam budidaya tanaman secara hidroponik. Selain itu, pH air juga mempengaruhi
keberhasilan budidaya hidroponik. Berdasarkan pengamatan, nutrisi yang
diberikan pada tanaman kangkung sebanyak 10 ml/Liter air, sehingga membuat
tanaman kekurangan unsur hara hingga tanaman menjadi layu, maka dari itu perlu
ditambahkan lagi sebanyak 20 ml/Liter air agar tanaman dapat tumbuh dengan
baik sesuai dosis pupuk yang telah dianjurkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, S., Ansar, A., dan Putra, G. M. D. 2019. Pengaruh Intensitas Cahaya
Lampu dan Lama Penyinaran Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kangkung
(Ipomea reptans Poir) Pada Sistem Hidroponik Indoor. Jurnal Ilmiah
Rekayasa Pertanian dan Biosistem, 7(1), 43-51.

Anjeliza, R. Y. 2013. Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi Hijau Brassica


Juncea L. Pada Berbagai Desain Hidroponik (Doctoral dissertation,
Universitas Hassanuddin).

Bunga, N. I. 2021. Nutrisi Organik Sistem Hidroponik Wick Pada Tanaman Sawi
dan Kangkung. Jurnal Riset Unkrit ,Vol.3 No.1

Fajeriana, N. 2020. Pelatihan Menanam Kangkung dengan Sistem Hidroponik


WICK di Kelurahan Tampa Garam Distrik Maladum Mes Kota
Sorong. Abdimas: Papua Journal of Community Service, 2(1), 39-46.

Kasi, P. D., Suaedi, S., dan Angraeni, F. 2018. PEMANFAATAN PUPUK


ORGANIK CAIR REBUNG BAMBU U NTUK PERTUMBUHAN
KANGKUNG SECARA HIDROPONIK. Biosel: Biology Science and
Education, 7(1), 42-48.

Marliani, V.P. 2011. Analisis Kandungan Hara N dan P serta Klorofil Tebu
Transgenik IPB 1 yang di Tanam di Kebun Percobaan PG Djatiroto, Jawa
Timur. Bogor: Faperta Institut Pertanian Bogor.

Marlina, I., Triyono, S., & Tusi, A. 2015. Pengaruh Media Tanam Granul Dari
Tanah Liat Terhadap Pertumbuhan Sayuran Hidroponik Sistem Sumbu the
Effect of Clay-Made Granules Material on the Vegetables Hydroponic
Growth With Wick Systems. Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol, 4(2),
143-150.

Nirmalasari, R. 2018. Comparison of Hydoponic System Between Wick Design


With NFT Design on Kangkung Growth Ipomoea aquatica. Jurnal Ilmu
Alam dan Lingkungan, 9(2).
Nugraha, R. U., dan Susila, A. D. 2015. Sumber Sebagai Hara Pengganti AB mix
pada Budidaya Sayuran Daun Secara Hidroponik. Jurnal Hortikultura
Indonesia, 6(1), 11-19.

Ramadiani, F.T., A.D. Susila. 2014. Sumber dan frekuensi aplikasi larutan
hara sebagai pengganti AB mix pada budidaya sayuran daun secara
hidroponik. J. Hort Indonesia. 5(1): 36-46.

Iqbal,M. 2006. Penggunaan pupuk majemuk sebagai sumber hara pada budidaya
bayam secara hidroponik dengan tiga cara fertigasi.Skripsi. Institut
Pertanian Bogor.Bogor.

Badarrohman, N. S. Salahuddin, and A Kowanda, Sistem Kontrol dan Monitoring


Hidroponik berbasis Android" in Konferensi National Sistem Informazi,
2018, pp. 177-182

Maghfiroh, J. (2017). Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan


Tanaman. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi Dun Biologi.
51-58.

Kamalia, S., Dewanti, P. and Soedradjad, R. (2017) ‘TEKNOLOGI


HIDROPONIK SISTEM SUMBU PADA PRODUKSI SELADA LOLLO
ROSSA (Lactuca sativa L.) DENGAN PENAMBAHAN CaCl2
SEBAGAI NUTRISI HIDROPONIK’, Jurnal Agroteknologi, 11(1), p. 96.
doi: 10.19184/j-agt.v11i1.5451.

Perwtasari, B. et al. (2012) ‘PENGARUH MEDIA TANAM DAN NUTRISI


TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCHOI (
Brassica juncea L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK’, Agrovigor, 5(1),
pp. 14–25.

Sesanti, RN, Hidayat, dan Sismanto. (2016). Pengaruh Berbagai Formula Nutrisi
Dan Ukuran Rockwool Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Pakchoi.
Laporan Penelitian. Politeknik Negeri Lampung. Bandar Lampung
Qalyubi, I. M. Pudjojono, Suhardjo Widodo. 2014. Tanaman Kangkung Pada
Sistem Irigasi Hidroponik Nft ( Nutrient Film Technique ), Teknologi
Pertanian vol. 1, pp. 2–6, 2014.
LAMPIRAN

LOGBOOK KEGIATAN PRAKTIKUM


BUDIDAYA SAYURAN HIDROPONIK ( KANGKUNG)
No. Tanggal kegiatan Kegiatan Dokumentasi
1 6 November 2021 Pupuk a dan pupuk b
untuk nutrisi tanaman

2 6 November 2021 Mengukur jumlah pupuk


a yang akan dipakai

3 6 November 2021 Mengukur jumlah pupuk


b yang akan dipakai
4 6 November 2021 Memasukkan pupuk
kedalam bak/Styrofoam
budidaya hidroponik

5 6 November 2021 Sampel tanaman

6 6 November 2021 Meletakkan tanaman


semai kedalam box

7 7 November 2021 – Melakukan pengamatan


11 November 2021 selama 5 hari
8 23 November 2021 Melakukan pemantauan
kondisi tanaman
kangkung dan melakukan
pengamatan
8. 1 Desember 2021 Perkembangan kangkung
Sepertinya mulai siap
dipanen

Anda mungkin juga menyukai