Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA

ACARA lV : PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP


PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH

Disusun Oleh:

RHAFLY
2011911041

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG


TAHUN AJARAN 2021
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Cabai merah adalah salah satu jenis sayuran yang banyak dibudidayakan oleh
petani disebagian wilayah di Indonesia, karena selain memiliki harga jual yang tinggi
cabai merah juga memiliki beberapa manfaat bagi kesehatan tubuh manusia (Yeni dan
Muhyani, 2012). Menurut Rukmana (2002), secara umum cabai merah mengandung
beberapa zat gizi diantara lain yaitu lemak, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi,
serta vitamin A, B1, B2, dan C. Namun beberapa tahun belakangan produksi cabai
merah cenderung mengalami fluktuasi. Menurut Badan Pusat Statistika (2020),
tercatat, produksi cabai nasional mencapai 2,77 juta ton pada tahun 2020. Angka ini
naik 183,96 ribu ton atau 7,11% bila dibandingkan pada tahun 2019. Fluktuasi pada
produksi cabai dari tahun ke tahun kemungkinan disebabkan oleh kondisi dari
lingkungan tempat cabai merah tumbuh.
Dalam budidaya tanaman termasuk cabai merah, faktor lingkungan memegang
peranan penting untuk mencapai pertumbuhan dan hasil yang maksimal. Menurut
Maryana (2017), Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman terdiri dari faktor
internal dan faktor eksternal. Lingkungan merupakan bagian dari faktor eksternal
tanaman dan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
ialah media tanam. Menurut Putri et al. (2018), Media tanam merupakan tempat hidup
bagi tanaman.
Media tanam memegang peranan penting bagi pertumbuhan tanaman. Menurut
Syahputra (2014), media tanam sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
karena selain sebagai sebagai tempat melekatnya akar, media tanam juga berfungsi
sebagai penyedia unsur hara bagi tanaman. Selain itu penting juga untuk
memperhatikan media tanam yang digunakan. Menurut Dalimoenthe (2013), Media
tanam yang baik adalah media tanam yang media tanam harus dapat menjaga
kelembaban daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dapat menahan
ketersediaan unsur hara dan bebas dari unsur hama dan penyakit.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh jenis media tanam
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Cabai Merah
Menurut Haryanto (2018), dalam sistematika tumbuh-tumbuhan cabai di
klasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Tubiflorae (Solanales)
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L.

2.2 Morfologi Cabai Merah


Tanaman cabai mempunyai akar tunggang yang terdiri atas akar utama (primer)
dan akar lateral (sekunder). Akar lateral mengeluarkan serabut-serabut akar yang
disebut akar tersier. Akar tersier menembus kedalaman tanah sampai 50 cm dan
melebar sampai 45 cm. Rata-rata panjang akar primer antara 35 cm sampai 50 cm dan
akar lateral sekitar 35 sampai 45 cm (Pratama et al. 2017).
Tanaman cabai dapat tumbuh setinggi 5 - 10 cm. Batang utama cabai tegak dan
pangkalnya berkayu dengan panjang 20 - 28 cm dengan diameter 1,5 - 2,5 cm. Batang
bercabang berwarna hijau dengan panjang mencapai 5 - 7 cm, diameter batang
percabangan mencapai 0,5 - 1 cm. Percabangan bersifat dikotomi atau menggarpu,
tumbuhnya cabang beraturan secara berkesinambungan. Batang cabang memiliki
batang berkayu, berbuku-buku, percabangan lebar, penampang bersegi, batang muda
berambut halus berwarna hijau (Tim Bina Karya Tani, 2011).
Daun cabai pada umumnya berwarna hijau cerah pada saat masih muda dan
akan berubah menjadi hijau gelap bila daunsudah tua. Daun cabai merah (Capsicum
annuum L.) ditopang oleh tangkai daun yang mempunyai tulang menyirip. Bentuk daun
umumnya bulat telur, lonjong danoval dengan ujung runcing (Prabowo, 2011).
Bunga tanaman cabai berbentuk bintang kecil, umumnya bunga cabai berwarna
putih, tetapi ada juga yang berwarna ungu. Cabai berbunga sempurna dengan benang
sari yang lepas tidak berlekatan. Disebut berbunga sempurna karena terdiri atas tangkai
bunga, dasar bunga, kelopak bunga, mahkota bunga, alat kelamin jantan dan alat
kelamin betina. Bunga cabai disebut juga berkelamin dua atau hemaprodit karena alat
kelamin jantan dan betina dalam satu bunga. Warna mahkota putih, memiliki kuping
sebanyak 5 -6 helai, panjang 1 - 1,5 cm, lebar 0,5 cm, warna kepala putik kuning
(Kusandriani dan Muharam, 2005).
Buah cabai merah (Capsicum annuum L.) bulat sampai bulat panjang,
mempunyai 2-3 ruang yang berbiji banyak. Buah yang telah tua (matang) umumnya
berwarna kuning sampai merah dengan aroma yang berbeda sesuai dengan varietasnya.
Bijinya kecil, bulat pipih seperti ginjal dan berwarna kuning kecoklatan (Sunaryono,
2003).
Biji buah cabai dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu buah berbiji
banyak, berbiji sedikit, dan tidak berbiji. Biji cabai berbentuk pipih dengan warna putih
kekuningan. Diameter biji antara 1 - 3 mm dengan ketebalan 0,2 - 1 mm. bentuk biji
tidak beraturan, agak menyerupai bentuk oktagon (Wati, 2018).

2.3 Syarat Tumbuh Cabai Merah


Tanaman cabai merah mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Tanaman ini
dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400 m
di atas permukaan laut, tetapi pertumbuhannya di dataran tinggi lebih lambat. Suhu
udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai merah adalah 25 - 27 ºC pada siang
hari dan 18 - 20 ºC pada malam hari. Suhu malam di bawah 16 ºC dan suhu siang hari
di atas 32 ºC dapat menggagalkan pembuahan (Sumarni dan Muharaam, 2005).
Tanah yang ideal untuk penanaman cabai merah adalah tanah yang gembur,
remah, mengandung cukup bahan organik (sekurang-kurangnya 1,5%), unsur hara dan
air, serta bebas dari gulma. Tingkat keasaman (pH) tanah yang sesuai adalah 6 - 7.
Kelembaban tanah dalam keadaan kapasitas lapang (lembab tetapi tidak becek) dan
temperatur tanah antara 24 - 30 ºC sangat mendukung pertumbuhan tanaman cabai
merah. Temperatur tanah yang rendah akan menghambat pengambilan unsur hara oleh
akar (Andoko, 2013).
Curah hujan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman cabai berkisar antara 600
mm/tahun sampai 1.2500 mm/tahun. Curah hujan yang terlalu tinggi menyebabkan
kelembapan udara meningkat. Kelembapan udara yang meningkat menyebabkan
tanaman gampang terserang penyakit. Selain itu, pukulan air hujan bisa menyebabkan
bunga dan bakal buah berguguran yang berakibat pada penurunan produksi (Pratama
et al. 2017).
Cahaya matahari sangat diperlukan sejak pertumbuhan bibit hingga tanaman
berproduksi. Pada intensitas cahaya yang tinggi dalam waktu yang cukup lama, masa
pembungaan cabai merah terjadi lebih cepat dan proses pematangan buah juga
berlangsung lebih singkat. Menurut Djarwaningsih (2005), Cabai paling ideal ditanam
dengan intensitas cahaya matahari antara 60% sampai 70% dan Lama penyinaran yang
paling ideal bagi pertumbuhan tanaman cabai merah adalah 10-12 jam.

2.4 Media Tanam


Media tanam adalah media yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman,
tempat akar atau bakal akar akan tumbuh dan berkembang, media tanam juga
digunakan tanaman sebagai tempat berpegangnya akar, agar tajuk tanaman dapat tegak
kokoh berdiri di atas media tersebut dan sebagai sarana untuk menghidupi tanaman
(Wuryaningsih, 2008). Secara umum Secara umum media tanam dapat dikategorikan
menjadi dua yaitu media tanam tanah (soil medium plant) dan media tanam nontanah
(nonsoil medium plant).
Media tanam tanah bisa digunakan secara tunggal (100% tanah), bisa juga
dicampur dengan bahan lainnya. Sementara itu, media tanam nontanah adalah media
tanam yang sama sekali tidak mengandung tanah (Yuliarti, 2007). Media tanam yang
baik adalah media tanam yang memenuhi persyaratan tertentu seperti tidak
mengandung bibit hama dan penyakit, bebas gulma, mampu menampung air, tetapi
juga mampu membuang atau mengalirkan kelebihan air, remah dan porous sehingga
akar bisa tumbuh dan berkembang menembus media tanam dengan mudah dan derajat
keasaman (pH) antara 6-6,5 (Anonim,2007).
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 24 September 2021 untuk pembuatan
media tanam dan penyemaian serta tanggal 27 Oktober untuk pemindahan dari media
semai ke polybag. Praktikum bertempatkan di KP2 Universitas Bangka Belitung, Desa
Balunijuk, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih cabai merah,
top soil, kompos, pupuk kotoran sapi, pupuk kotoran ayam, pasir tailing, polybag, ajir
kayu, kamera dan alat pertanian lapangan.

3.3 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan yaitu rancangan acak langkap (RAL) dengan
perlakuan jenis media tanam yang terdiri dari 5 taraf perlakuan yaitu M0 : Top Soil ,
M1 : Top Soil + Kompos (1:1) , M2 : Top Soil + Kotoran Sapi (1:1) , M3 : Top Soil +
Kotoran Ayam (1:1) ,dan M4 : Pasir Tailing + Kompos (1:1). Setiap perlakuan diulang
sebanyak 2 kali, sehingga terdapat 10 unit percobaan.

3.4 Cara Kerja


1. Persiapan Media Tanam
Siapkan 10 polybag berukuran diameter 25 cm, setelah itu polybag disis dengan
media tanaman sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan dan diulang
sebanyak dua kali, dengan media tanamnya sebagai berikut:
M0 : Top Soil
M1 : Top Soil + Kompos (1:1)
M2: Top Soil + Kotoran Sapi (1:1)
M3 : Top Soil + Kotoran Ayam (1:1)
M4 : Tailing + Kompos (1:1)
2. Persemaian dan Pembibitan
Benih cabai dibibitkan terlebih dahulu di baki / polybag kecil

3. Penanaman
Tanaman cabai dipindah tanamkan setelah memiliki minimal 4 helai daun dan
berciri sehat serta tidak terserang penyakit.

4. Pemeliharaan
Tanaman dirawat selama 2 bulan hingga panen pertama. Selama perawatan
tanaman, tidak diperkenankan memberikan pupuk kimia maupun kapur kedalam
media tanam. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari dan apabila turun hujan maka
penyiraman ditiadakan. Pengendalian HPT diperbolehkan menggunakan bahan
kimia sesuai dosis anjuran.

3.5 Peubah Yang Diamati


a. Tinggi Tanaman
b. Jumlah Daun
c. Jumlah Cabang
d. Jumlah Bunga
e. Jumlah Buah
f. Berat Buah Panen Pertama
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Tinggi Tanaman Cabai Merah

Perlakuan Pengamatan ke -
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
M0 5.5 6.7 6.9 8.8 8.7 11.3 10.2 18.6 13.2 21.4
M1 9.5 7.2 14.8 10.4 19.6 15.1 26.8 21.9 31.6 26.7
M2 5.7 6.4 6.3 7.6 0 9.7 0 10.2 0 11.7
M3 9.4 7.3 17.5 15.3 25.8 22.9 37.7 28.9 40.1 31.2
M4 8.7 6.8 18.7 16.9 24 22.3 30.1 29.6 36.5 33.1

Grafik 1. Rerata Tinggi Tanaman Cabai Merah

Rerata Tinggi Cabai Merah


40

35

30

25

20

15

10

0
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST

M0 M1 M2 M3 M4
Tabel 2. Jumlah Daun Tanaman Cabai

Perlakuan Pengamatan ke -
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
M0 4 5 5 5 6 5 6 6 7 6
M1 4 4 5 5 5 6 6 7 6 8
M2 4 4 5 5 0 0 0 0 0 0
M3 4 5 5 6 6 7 7 8 7 9
M4 5 5 7 6 8 7 9 8 10 9

Grafik 2. Rerata Jumlah Daun Tanaman Cabai

Rerata Jumlah Daun Cabai Merah


10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST

M0 M1 M2 M3 M4
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum perlakuan media tanam memberikan pengaruh
nyata terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah. Rata-rata tinggi tanaman setelah
dilakukan pengamatan selama kurang lebih 5 minggu, perlakuan media tanam dengan
komposisi top soil dan kotoran ayam (M3) menunjukkan hasil terbaik bila
dibandingkan dengan perlakuan media tanam lain. Hasil ini kemungkinan dipengaruhi
oleh adanya unsur hara nitrogen pada media tanam Perlakuan M3 sehingga membuat
proses pertumbuhan tanaman menjadi optimal terutama pada parameter tinggi
tanaman. Menurut Pramitasari (2016), Nitrogen dapat mempercepat pertumbuhan
tinggi bagi tanaman. Hal serupa juga diungkapkan oleh Wiekandyne (2007), yang
menyatakan bahwa pemberian nitrogen dapat membantu pertumbuhan vegetative
tanaman seperti tinggi tanaman, jumlah daun dan pertumbuhan diameter batang. Selain
itu banyak tidaknya jumlah daun kemungkinan juga ikut mempengaruhi pertumbuhan
tanaman. Daun merupakan tempat berlangsungnya fotosintesis. Tanaman yang tumbuh
baik adalaha tanaman yang proses fotosintesisnnya juga baik. Omon et al. (2007),
menyatakan semakin baik fotosintesis semakin baik pula pertumbuhan suatu tanaman.
Nitrogen berperan penting terhadap pembentukan organ tubuh tanaman termasuk daun.
Menurut Pramitasari (2016), Nitrogen membuat bagian tanaman menjadi hijau karena
mengandung klorofil yang berperan dalam fotosintesis. Dalam hal ini jumlah daun
yang terbentuk sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Semakin banyak
daun yang terbentuk semakin banyak energy yang dihasilkan dari proses fotosintesis
sehingga semakin baik pula pertumbuhan tanaman terutama tinggi tanaman.

Sementara itu, untuk pengukuran rata-rata jumlah daun, perlakuan media tanam
dengan komposisi tailing dan kompos menunjukkan hasil terbaik apabila dibandingkan
dengan perlakuan media tanam lain. Hasil ini sedikit tidak relevan dengan beberapa
dasar teori terkait karena tailing meruapakan media tanam yang secara fisik, kimia dan
biologi tidak cocok untuk dijadikan sebagai media tumbuh untuk tanaman. Menurut
Hilwan (2015), tailing mengandung 95% pasir sehingga sangat poros dan daya pegang
air pun rendah mengakibatkan sangat rentan terkena cekaman kekeringan. Selain itu
tailing memiliki pH dan kandungan mikroba yang rendah serta sangat miskin hara
sehingga tingkat kesuburannya sangat rendah (Tommy et al. 2017). Hal ini
kemungkinan dipengaruhi adanya bahan campuran kompos serta keberadaan serasah
diatas media tanam membuat ketersediaan hara tercukupi dan membuat pertumbuhan
pun menjadi optimal. Menurut Hardjowigeno (2003), Pemberian pupuk kompos
berfungsi sebagai sumber unsur hara dalam tanah, memperbaiki kandungan bahan
organik tanah, memperbaiki struktur tanah, dan mendorong ke-hidupan jasad renik
tanah. Selain itu pupuk kompos dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah seperti per-
meabilitas tanah, prositas tanah, daya menahan air tanah dan kation-kation tanah.
Selain itu keberadaan serasah juga turut mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman
pada media tanam (M4). Menurut Kurniasari (2009), serasah termasuk bahan organic
yang penting bagi kesuburan tanah. Selain itu searasah juga dapat berfungsi sebagai
media penyimpan air sementara, dimana secara berangsur-angsur akan dilepaskan ke
tanah bersama dengan bahan organik berbentuk zarah yang larut, memperbaiki struktur
tanah, dan menaikkan kapasitas penyerapan (Kurniasari, 2009).
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Media tanam Berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman. Masing-masing
media tanam memberikan respon pertumbuhan yang berbeda-beda terhadap
parameter yang diukur.

2. Media Tanam dengan komposisi top soil dan pukan ayam menunjukkan
pertumbuhan terbaik terhadap parameter tinggi tanaman, sedangkan Media tanam
dengan komposisi tailing dan kompos menunjukkan pertumbuhan terbaik terhadap
parameter jumlah daun.
DAFTAR PUSTAKA
Andoko. 2004. Budi Daya Cabai Merah Secara Vertikultur Organik. Penebar Swadaya.
Jakarta. 55 hal
Anonim. 2007. Effective Microorganisms (EM) dan Bokashi Sebagai Agen Pengendali
Hayati. [Internet]. [diunduh 2012 Mei 01]
Badan Pusat Statistika (BPS). 2020. Produksi Tanaman Sayuran 2020.
Djarwaningsih, T. 2005. review: Capsicum spp. (Cabai): Asal, Persebaran dan Nilai
Ekonomi. Biodiversitas. 6 (4): 292-296.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Haryanto dan Saparso. 2018. Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah pada Berbagai
Metode Irigasi dan Pemberian Pupuk Kandang di Wilayah Pesisir Pantai.
Universitas Jenderal Soedirman: 11 hlm.
Hilwan, I. 2015. RESPON PERTUMBUHAN TIGA JENIS TANAMAN PADA
MEDIA TAILING BEKAS PENAMBANGAN PASIR KUARSA DI
KABUPATEN BELITUNG TIMUR. Jurnal Silvikultur Tropika, 6 (2): 126-
131.
Kurniasari, S. 2009. Produktivitas Serasah di Kebun Campur Senjoyo Semarang Jawa
Tengah, Laju Dekomposisi Dan Pengaruh Komposnya Dicampur EM
4Terhadap Uji Laboratorium Anakan Mahoni (Swietenia macrophylla King).
[Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mariana, M. (2017). Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Stek Batang
Nilam‟, Agrica Ekstensia, 11(1), pp. 1–8.
Nani Sumarni dan Agus Muharam. Budidaya Tanaman Cabai Merah. Bandung: Balai
Penelitian Tanaman Sayuran. 2005.
Nurheti Yuliarti. (2007). Media Tanam dan Pupuk Untuk Anthurium Daun, Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Omon RM, Adman B. 2007. Pengaruh jarak tanam dan teknik pemeliharaan terhadap
pertumbuhan kenuar (Shorea johorensis Foxw.) di hutan semak belukat
wanariset Samboja, Kalimantan Timur. J Penelitian Dipterokarpa Vol. I (1).
Prabowo, B. 2011. Statistik Tanaman Sayuran Dan Buah Semusim Indonesia. Jakarta.
Indonesia
Putri, F.B., Fakhrurrozi. Y., Rahayu., S. 2018. Pengaruh Perbedaan Jenia Media Tanam
Terhadap Pertumbuhan Stek Hoya coronaria Berbunga Kuning dari Kawasan
Hutan Kerangas Air Anyir, Bangka. Jurnal Penelitian Biologi, Botani,Zoologi
dan Mikrobiologi, 3(1), pp. 20-28.
Pramitasari, E.k., Wardiyati, T. Nawawi, M. 2016. PENGARUH DOSIS PUPUK
NITROGEN DAN TINGKAT KEPADATAN TANAMAN TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KAILAN (Brassica oleraceae
L.). Jurnal Produksi Tanaman, 4 (1): 49-56.
Rukmana, H. R. 2002. Usaha Tani Cabai Rawit. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Syahputra, E. (2014). “Pengaruh Komposisi Media Tanam Dan Konsentrasi Pupuk
Daun Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)”,
Jurnal Florantek, 9 (1).
Salwa Lubnan Dalimoenthe. (2013). “Pengaruh media tanam organik terhadap
pertumbuhan dan perakaran pada fase awal benih teh di pembibitan”, Jurnal
Penelitian Teh dan Kina, Vol. 16, No. 1.
Swastika, S., Pratama, D., Hidayat, T., Andri, K.B., 2017. Buku Petunjuk Teknis
Teknologi Budidaya Cabai Merah. Unipersitas Riau Press. 58 hlm.
Sunaryono, Hendro H. 2003. Budidaya Cabai Merah. Sianar Baru Algensindo.Cetakan
Ke V. Bandung. 46 hal
Tim Bina Karya Tani. 2011. Pedoman Bertanam Cabai. Bandung: CV.Yrama Widya.
Titin Yeni. HRA. Mulyani. 2012. Pengaruh Inuksi Giberelin Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Cabai (Capsium annum L.) Sebagai Sumber Belajar Biologi.
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro.
Tommy D. Sondakh, Doortje M.F. Sumampow, dan Maria G.M. Poli. 2017.
PERBAIKAN SIFAT FISIK DAN KIMIA TAILING MELALUI
PEMBERIAN AMELIORAN BERBASIS BAHAN ORGANIK. Eugenia, 23
(3): 130-137.
Wati, S.D., 2018. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.)
Secara Hidroponik Dengan Nutrisi Pupuk Organik Cair dari Kotoran
Kambing[Skripsi]. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung.
Wuryaningsih. S. 2008. Media Tanam Tanaman Hias. [Internet]. [diunduh 2011 Juni
16].
Wiekandyne, D. 2012. Pengaruh Pupuk Urea, Pupuk Organik Padatan dan Cair
Kotoran Ayam terhadap Sifat Tanah, Pertumbuhan, dan Hasil Selada Keriting
(Lactuca sativa L.) di Tanah Inceptisol. Agriculture 1 (4): 12-22.
Yenni Kusandriani dan Agus Muharam, Produksi Benih Cabai, E-book. Bandung:
Balai Penelitian Tanaman Sayuran. 2005.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai