Anda di halaman 1dari 47

Konsep Dasar Pengendalian

Hama
Herry Marta Saputra, S.P.,M.Si
Agroekosistem
 Ekosistem yang diusahakan manusia untuk memenuhi kebutuhan pangan,
sandang, papan, dan produk lainnya
 Karakteristik agroekosistem
o Merupakan ekosistem yang efemer (singkat)
o Didominasi oleh tanaman budidaya
o Keanekaragaman spesies rendah
o Keanekaragaman intraspesies (varietas, umur) rendah
o Memperoleh subsidi hara dari luar

Sering mengalami ledakan populas hama/ penyakit


Manusia sangat bergantung pada tanaman

Hama/Penyakit : merugikan, berbahaya, merusak tanaman

Tantangan manusia untuk memelihara dan memproduksi tanaman sehat

Tanaman sehat: dapat diperoleh hanya memahami hama dan penyakit


tanaman
 Penyebab hama/penyakit ?
 Bagaimana penyebarannya Diagnosis
 Bagaimana cara mencegahnya atau meminimalkan dampaknya

 SEGITIGA/SEGIEMPAT/ LIMAS
GANGGUAN OPT KONSEP
 SIKLUS HAMA / PENYAKIT
 PRILAKU OPT Manajemen
Pendekatan Ekosistem dalam PHT

• Menyadari bawa agroekosistem


adalah sesuatu yang kompleks,
bukan hanya sekedar unit usaha
tani, namun unit ekologi
• Mempertimbangkan bahwa
sesuatu berinteraksi dengan
sesuatu lainnya
• Mengajarkan kepada kita
bahwa untuk mengelola OPT
kita perlu memahami interaksi
yang terjadi dalam
agroekosistem
Dinamika kelimpahan populasi hama
Mengapa OPT muncul?
 Penyebaran lebih luas opt yang sudah lama ada dari daerah asal ke daerah baru. Contoh:
Spodoptera frugiperda hama asli benua amerika masuk ke Indonesia tahun 2019,
Phenacoccus manihoti masuk Indonesia tahun 2010, Nematoda sista kentang yang berasal
dari pengunungan andes, amerika selatan ke eropa, dan seluruh dunia (terbawa
umbi/benih kentang) termasuk Indonesia 2003
 Peningkatan jumlah tanaman yang rentan terhadap OPT varietas tahan OPT tertentu
 Bertambahnya pengetahuan dan perhatian masyatakat  tuntutan konsumen akan
produk pertanian yang lebih baik aplikasi pestisida  dampak?
 Perubahan bercocok tanam. Tuntutan produksi tinggi menuntut inovasu dalam budidaya
tanaman efisiensi tinggi. Mekanisasi pertanian memerlukan varietas yang seragam
(genetic) dalam areal yang luas monokultur. Resiko epidemi penyakit tumbuhan tinggi,
begitu pula OPT lainnya
 OPT yang benar-benar baru. Penyakit cacar daun cengkeh (Phllosticta syzygii), Penyakit
tunas bengkak kakao (cssv), penyakit gugur daun Corynespora pada karet yang belum
pernah dilaporkan sebelumya. Diduga disebabkan ras-rasa pathogen yang baru / pada
hama munculnya biotype (S. frugiperda type R (rice) dan C (corn), Bemisia tabaci biotype
1, 2, 3, da WBC Nilaparvata lugens biotype)
Konsep Gangguan, Kerusakan, dan Kerugian
 Gangguan adalah setiap perubahan pertanaman yang mengarah kepada
pengurangan kuantitas dan kualitas hasil tanaman yang diharapkan.
 Misalnya: lobang pada daun sebagai akibat dimakan serangga, bercak
pada daun sebagai akibat penyakit, pengurangan tumbuh akibat
persaingan dengan gulma, kematian jerami hijauan dan pucuk tanaman
sebagai akibat adanya embun es, kehilangan klorofil sebagai akibat
keracunan limbah industri, kerusakan karena angin puyuh (cabang yang
retak, pohon yang tumbang).
 Timbulnya gangguan pada tanaman (tanaman inang) sangat bervariasi
tergantung pada faktor pendukungnya, seperti lingkungan yang sesuai,
inang yang rentan, dan jasad pengganggu yang agresif atau virulen
• Konsep Segitiga Gangguan. 
• Pada konsep ini gangguan timbul
karena adanya interaksi antara
lingkungan, inang, dan jasad
pengganggu.
• Pada lingkunga nyang stabil
kesimbangannya dengan inang
dan jasad pengganggu, seperti
halnya pada hutan primer, jarang
terjadi gangguan, kecuali ada
bencana alam seperti gunung
meletus, petir dan sebagainya.
• Konsep Segiempat Gangguan. 
• Pada konsep ini, unsur manusia (M)
berperan menimbulkan gangguan.
• Dengan lingkungan dan tanaman
(inang) yang direkayasa oleh
manusia, keseimbangannya akan
terganggu.
• Hal ini berlaku pada areal
pertanian, hutan industri,
perkebunan yang lingkunganya
relatif tidak stabil, inangnya
homogen dan berkualitas tinggi,
biasanya rentan terhadap hama,
penyakit dan gulma.
• Konsep Limas Gangguan. 
• Pada konsep ini, interaksi
antara faktor-faktor yang
menimbulkan suatu gangguan
bersifat dinamis dari waktu ke
waktu.
• Di sini, faktor waktu (W) faktor
penting dalam menentukan
epidemi. 
• Kerusakan adalah setiap pengurangan kuantitas atau kualitas hasil yang
diharapkan sebagai akibat gangguan.
• Atau ditinjau dari segi ekonomi, kerusakan tanaman adalah
ketidakmampuan tanaman untuk memberikan hasil yang cukup kuantitas
maupun kualitasnya.
• Sebagai contoh, misalnya: Daun kangkung yang terserang kumbang daun
Epilachna spp dan ulat jengkal Chrysodeixis chalcites menyebabkan daun
kangkung berlubang. Daun kangkung berlubang tersebut masih boleh
dipanen atau secara kuantitas tidak merugikan. Akan tetapi, kualitas dari
daun tersebut berkurang (menurun). Penurunan kualitas daun tersebut
berakibat pada turunnya nilai jualnya (harganya menurun). Serangan
kumbang penggerek buah kapas (Strymon melinus) dapat menyebabkan
buah tersebut gugur sebelum masak. Hal ini mengakibatkan berkurangnya
kuantitas hasil yang diperoleh, walaupun secara kualitas hasilnya bagus.
• Sebelumnya, telah dijelaskan bahwa dari segi ekonomi, kerusakan tanaman adalah
ketidakmampuan tanaman untuk memberikan hasil yang cukup kuantitas maupun
kualitasnya. Penurunan kualitas hasil tanaman mengakibatkan penurunan nilai jualnya
(menurunnya harga jual hasil tersebut). Penurunan kuantitas berakibat pada
berkurangnya jumlah hasil yang seharus dijual. Menurunnya nilai jual dan
berkurangnya jumlah hasil yang seharusnya dijual akan berpengaruh pada
berkurangnya pendapatan yang diperoleh. Berkurangnya pendapatan akan berdampak
pada aspek sosial ekonomi. Dampak sosial-ekonomi itulah disebut dengan kerugian.
• Berbicara tentang kerugian, tentunya, kita akan berpikir ke arah kerugian uang yang
diderita oleh produsen atau petani atau penanam. Akan tetapi, sebagian dari kerugian
ini juga ditanggung oleh konsumen. Mengapa demikian? Karena ia (konsumen) harus
membayar harga yang lebih tinggi dari biasanya untuk mendapatkan hasil panen yang
kadang-kadang lebih jelek.
• Dengan demikian, kerugian adalah dampak sosial ekonomi yang diderita oleh
produsen (petani atau penanam) maupun konsumen (pembeli atau pemakai hasil
tanaman) akibat penurunan kualitas dan kuantitas tanaman atau hasil tanaman.
Organisme Penganggu Tanaman adalah organisme yang dapat menganggu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan berakibat menurunkan
kuantitas dan kualitas hasil.

Organisme penganngu tanaman terdiri atas:


a. Patogen (fungi, bakteri, virus)
b. Gulma
c. Nematoda
d. Moluska
e. Arthropoda (serangga, tungau)
f. Vertebrata (aves, amphibia, mamalia)
• Telah dijelaskan bahwa kerugian yang diderita oleh produsen maupun konsumen terjadi karena kerusakan
tanaman. Kerusakan tanaman merupakan akibat dari adanya gangguan. Gangguan tersebut adalah OPT.
Terdapat tiga (3) jenis organisme pengganggu tanaman (OPT) utama pada tanaman pertanian yaitu hama,
penyakit, dan gulma.
• Hama tanaman adalah semua organisme (terutama makroorganisme) yang dalam aktivitas hidupnya selalu
merusak hasil tanaman atau bagian-bagian tertentu tanaman dan menurunkan kuantitas maupun
kualitasnya, sehingga menimbulkan kerugian ekonomis bagi yang mengusahakannya.
Contoh organisme yang berpotensi menjadi hama tanaman adalah serangga, vertebrata, seperti golongan
mamalia (tikus, musang, babi landak, dll), golongan aves (burung), akarina (tungau), mollusca (kelompok
siput-siputan), dan nematoda (cacing kecil)
• Penyakit tanaman adalah suatu rangkaian proses fisiologis yang merugikan, yang berakibat pada
pertumbuhan yang abnormal atau penyimpangan-penyimpangan pertumbuhan tanaman atau bagian-
bagian tertentu tanaman, yang disebabkan oleh rangsangan yang terus-menerus pada tanaman oleh suatu
penyebab biotik primer. Hal ini ditunjukkan oleh aktivitas sel sakit dan dinyatakan dalam keadaan
morfologis dan histologis yang disebut ”gejala”. 
Contoh organisme penyebab penyakit tanaman adalah patogen (jamur, bakteri, virus, dan mikoplasma).
• Gulma adalah tumbuhan yang hidupnya berasosiasi dengan tanaman yang dibudidayakan dan memberikan
persaingan yang negatif terhadap tanaman tersebut. Contoh gulma adalah: gulma berdaun lebar, rumput,
dan teki-tekian.
Kerugian oleh OPT
• Kehilangan Biomassa
• Kerusakan kosmetik
• Kerusakan estetik
• Vektor penularan penyakit
• Embargo, karantina, dan ongkos pengemasan
• Biaya pengendalian
• Kontaminasi / produk beracun/ alergi
• Pertumbuhan menjadi abnormal
• Masalah lingkungan
Konsep pengendalian

1. Perpaduan yang serasi berbagai metode pengendalian


2. Populasi OPT dikekang agar tetap dibawah tingkat yang merugikan
3. Memberikan manfaat ekonomi
4. Tidak berdampak buruk terhadap kesehatan dan lingkungan
5. Mempertimbangkan kompleks OPT
Penggunaan Pestisida Berlebihan
Review Kelahiran PHT

Resistensi
Resurgensi Reaksi Balik Ekologi
Hama Sekunder

Kesehatan manusia Kepedulian Sosial


Makhluk bukan sasaran
Pencemaran lingkungan

Efisiensi Pemasukkan Pertimbangan Ekonomi

PHT
Budidaya tanaman tidak terlepas dari serangan OPT sehingga
diperlukan pengendalian hama dan penyakit terpadu

Pengendalian = Seperangkat acuan pengambilan keputusan berbasis


prinsip ekologi dan pertimbnagan ekonomi dan social

OPT = organisme yang menimbulkan kerugian kepada manusia

Terpadu = penggunaan berbagai metode pengendalian secara serasi


Tujuan utama PHT
 mengupayakan agar OPT tidak menimbulkan kerugiab melalui cara-
cara pengendalian yang efektif, ekonomis, dan aman

Sasaran PHT
 mengupayakan produksi yang tinggi dan menguntungkan
 memelihara kesehatan manusia dan kualitas lingkungan hidup dan
pengaruh buruk pestisida
Mempertahankan populasi OPT tetap dibawah tingkat yang
merugikan
Konsepsi PHT

 Pendekatan ekologi dalam pengelolaan OPT


 Tujuannya mengurangi kehilangan hasil karena OPT agar usahatani tetap menguntungkan
 Metode dipilih yang tidak menimbulkan dampak/berdampak minimal terhadap lingkugan dan kesehatan

 PHT menyangkut pemilihan, pemaduan, dan implementasi tindakan pengendalian yang didasarkan pada
penilaian kelayakan ekonomi, ekologi, dan sosial

 PHT sebagai falsah besifat universal


 PHT sebagai praktek besifat spesifik
Prinsip Dasar PHT
 Unit pengelolaan dalam PHT yaitu agroekosistem
 Keberadaan populasi hama sampai tingkat kerapan tertentu dapat
ditoleransi
 PHT mengutaman penguatan faktor pengendali alami untuk
mengekaang perkembangan populasi hama
Strategi Pengelolaan Hama dalam PHT

Ledakan hama di agroekosisrem PHT = Kedokteran ???

Gejala “ecological diseases” Lebi baik menjaga tubuh tetap


sehat daripada mengobatinya
setelah sakit
Strategi PHT

Strategi Preemtif (Preemptive)


 Berbagai tindakan budidaya yang dilakukan dengan tujuan untuk
menghindari timbulnya permasalahan hama (antisipasif)
 Biasanya berdasarkan pengalaman musim sebelumnya
 Bersifat penangkalan dan pencegahan hama
 Tujuan preentif agar tanaman tumbuh sehat

Strategi Responsif (Responsive)


 Tindakan yang bersifat emergensi dengan tujuan untuk menekan hama
agar segera kembali di bawah batas yang merugkan (reaktif)
 Bersifat penanggulangan yang didasarkan pada pemantaun
 Penekanan responsive adalah lebih pada penyembuhan “gejala”
Pendekan P4 dalam PHT
(Operasional dari Preemtif-Responsif)

Penangkalan
 Upaya agar pertanaman tidak terinfestasi hama
 Benteng pertahanan pertama
 Benih sehat/seed treatment/tempatnya jauh dari sumber hama

Pencegahan
 Upaya agar kelimpahan hama tetap rendah dan tidak menimbulkan
kerugian
 TBS (trap barrier system) pada tikus
Pendekan P4 dalam PHT
(Operasional dari Preemtif-Responsif)-lanjutan

Pemantauan
 Pengamatan agroekosistem untuk menilai status hama
 Sebagai dasar penetapan perlunya P yang keempat

Penanggulangan
 Tergantung pada ambang tindakan
 Dilakuakan bila upaya penangkalan dan pencegahan tidak berhasil
 Pilih taktik yang menimbulkan risiko paling kecil (kesehatan
lingkungan, ekonomo, musuh alami)
Pertanian Berkelanjutan
(Sustainable Agricukture)
 Pertaian berkelanjutan adalah system pertanian yang mampu
memelihara produktivitas dan manfaat bagi keseluruhan masyarakat
untuk rentang waktu tak terbatas
 Sistem pertanian yang demikian harus memenuhi kriteria
o secara ekonomi layak
o Secara ekologi aman
o Secara social dapat diterima
 Suatu system pertanian yang menguras basis sumberdaya alam
(tanah, air, genetic), pada akhirnya dapat kehilangan
kemampuannya dalam menopang produksi. Sistem yang demikian
secara ekologi tidak berkelanjutan

 Sistem pertanian yang menimbulkan pencemaran dalam proses


produksinya sehingga lebih banyak mudharatnya daripada
manfaatnya, pada akhirnya akan kehilangan manfaatnya bagi
masyarakat. Sistem yang demikian secara social tidak berkelanjutan

 Sistem tidak mampu memberikan keuntungan bagi petani, secara


ekonomi tidak berkelanjutan (betapapun amannya terhadap
lingkungan)

Anda mungkin juga menyukai