Pendahuluan
Hama Tanaman
Penyakit Tanaman
Gulma
1
I. PENDAHULUAN
Pertanaman dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal (genetis) dan
eksternal (lingkungan). Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertanaman dan
perkembangan tanaman terdiri atas faktor abiotik dan biotik. Salah satu faktor biotik yang
sangat besar pengaruhnya terhadap tanaman adalah adanya Organisme Pengganggu
Tanaman.(OPT). Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah semua organisme yang
dapat merusak, menggangu kehidupan atau menyebabkan kematian pada tanaman.
Organisme penganggu tanaman merupakan faktor pembatas produksi tanaman. OPT adalah
semua organisme yang dapat menyebabkan penurunan potensi hasil secara langsung karena
menimbulkan kerusakan fisik, gangguan fisiologi dan biokimia, atau kompetisi hara terhadap
tanaman budidaya. OPT, yang berupa Hama/Penyakit/Gulma, dapat mengancam tanaman
pertanian yang dibudidayakan atau bahkan bisa mengancam kelestarian sumber daya alam
flora. OPT dapat mengganggu tanaman sejak dari bahan tanam sampai pasca panen. Sebagian
besar Hama/Penyakit/Gulma (Organisme Pengganggu Tanaman) berbahaya bagi
kelangsungan pertanian Indonesia terutama ancaman pada tanaman pangan dan hortikultura.
Bentuk gangguan pada tanaman dapat berupa fisik, fisiologis, maupun penurunan mutu hasil.
Tingkat kerugian yang ditimbulkan sangat beragam tergantung pada jenis tanaman, jenis
OPT, fase pertanaman, dan cara budidaya.
OPT akan semakin penting untuk diperhatikan dalam penanganannya karena :
- Meningkatnya mobilitas manusia & produk pertanian
- OPT dapat disebarkan secara global terbawa oleh berbagai media
- Meningkatnya IPTEK terutama IPTEK pertanian
- Semakin tinggi penerapan iptek, gangguan OPT semakin besar
- Meningkatnya industrialisasi :
- Industrialisasi mengubah iklim mikro dan makro, dan banyak mengganggu
keseimbangan alam
- Meningkatnya tuntutan manusia
- Semakin tinggi tuntutan manusia, semakin seragam tanaman, semakin besar
kemungkinan terserang OPT
2
- kemampuan merusak (gram/individu/hari)
- kepadatan populasi (jumlah individu/hektar)
- persentase kerusakan tanaman (% intensitas kerusakan/hektar)
- kerugian yang ditimbulkan (Rp/hektar)
- nilai ekonomis tanaman (Rp/hektar)
3
tergantung pada faktor pendukungnya, seperti lingkungan yang sesuai, inang yang
rentan, dan jasad pengganggu yang agresif atau virulen.
2. Kerusakan
Kerusakan adalah setiap pengurangan kuantitas atau kualitas hasil yang diharapkan
sebagai akibat gangguan. Atau ditinjau dari segi ekonomi, kerusakan tanaman adalah
ketidakmampuan tanaman untuk memberikan hasil yang cukup kuantitas maupun
kualitasnya. Sebagai contoh, misalnya: Serangan kumbang penggerek buah kapas
(Amorphoidea, sp) dapat menyebabkan buah tersebut gugur sebelum masak. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya kuantitas hasil yang diperoleh, walaupun secara kualitas
hasilnya bagus.
3. Kerugian
Dari segi ekonomi, kerusakan tanaman adalah ketidakmampuan tanaman untuk
memberikan hasil yang cukup kuantitas maupun kualitasnya. Penurunan kualitas hasil
tanaman mengakibatkan penurunan nilai jualnya (menurunnya harga jual hasil tersebut).
Penurunan kuantitas berakibat pada berkurangnya jumlah hasil yang seharus dijual.
Menurunnya nilai jual dan berkurangnya jumlah hasil yang seharusnya dijual akan
berpengaruh pada berkurangnya pendapatan yang diperoleh. Berkurangnya pendapatan
akan berdampak pada aspek sosial ekonomi. Dampak sosial-ekonomi itulah disebut
dengan kerugian.
Macam-macam OPT
Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga :
1. Hama Tanaman (sumber utama : hewan)
2. Penyakit Tanaman (sumber utama : mikroorganisme/tanaman tingkat rendah)
3. Gulma (sumber utama : tanaman lain).
Hama yang merusak tanaman bisa berupa hewan dari kelas rendah sampai dengan
hewan kelas tinggi (mamalia). Penyakit tanaman disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur.
Sedangkan gulma adalah tanaman liar yang mengganggu tanaman budidaya. Hama
menyerang organ tanaman secara sporadis, kerusakannya secara fisik dapat dilihat,
sedangkan kerusakan tanaman karena penyakit kadang tidak terlihat dari fisik karena
merusak/mengganggu proses fisiologis tanaman. Gulma meruggikan tanaman karena adanya
persaingan dengan tanaman budidaya dalam hal kebutuhan hidupnya, gangguan dapat terjadi
sepanjang siklus hidup tanaman.
4
II. HAMA TANAMAN
Hama tanaman berupa hewan (serangga atau mamalia, tetapi tidak termasuk manusia)
yang ukurannya nampak oleh mata telanjang. Pengamatan terhadap serangan hama tanaman
dapat dilakukan terhadap : gejala (akibat serangan) atau tubuh hamanya itu serta
kerugiaannya. Sebagian berperan sebagai vektor penular penyebab penyakit. Menyerang dari
lapangan (pertanaman) sampai ke tempat penyimpanan. Hama merusak tanaman secara
langsung, yaitu menyerang bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, buah
atau tanaman seluruhnya.
Organisme yang berperan sebagai hama tanaman meliputi filum
Nemathelminthes/Aschelminthes termasuk nematoda, Mollusca, Chordata, dan Arthropoda.
Filum Arthropoda yang paling berperan sebagai hama, terutama dari kelas insekta (serangga).
1. Filum Nematoda
Nematoda sering ditemukan pada tempat-tempat atau habitat yang basah, misalnya
dalam air, tanah, tanaman, binatang, dan manusia. Nematoda berukuran sangat kecil,
berbentuk silindris, tidak berwarna (transparan), bilateral simetris, tidak beruas, mempunyai
rongga tubuh semu (pseudocoelomates), bagian kepala agak tumpul, sedangkan bagian
ekornya agak runcing. Selama hidupnya nematoda dapat mengalami pegantian kulit sebanyak
empat kali.
Cara nematoda menyerang tanaman bervariasi, yaitu :
a. Ektoparasit, yaitu menyerang dari luar jaringan tanaman, misalnya Criconemoides
sp dan Xiphinema sp.
b. Endoparasit, yaitu menyerang dari dalam jaringan tanaman. Ada yang bersifat
sedentary (menetap), misalnya nematoda puru akar (Meloidogyne spp.), dan ada
yang bersifat migratory (berpindah), misalnya Pratylenchus sp.
c. Ektoendoparasit, yaitu setelah dewasa nematoda meletakkan sebagian tubuhnya ke
dalam tanaman, misalnya Rotylenchus sp.
d. Endoektoparasit, yaitu telur dan larva berkembang dalam tubuh tanaman, kemudian
sebagian tubuhnya keluar dari jaringan tanaman, misalnya Heterodera sp.
Akibat serangan nematoda, maka tanaman akan mengalami gejala kerusakan yang beragam,
tergantung jenis nematodanya. Berdasarkan gejala kerusakannya, nematoda dibedakan :
Nematoda puru/bengkak (gall nematodes), misalnya Anguina tritici penyebab puru pada daun
dan biji gandum.
5
a. Nematoda batang (stem nematodes), misalnya Ditylenchus dipsaci yang
menyebabkan pembengkakan batang dan pembusukan umbi lapis (bawang).
b. Nematoda daun (leaf nematodes), misalnya Aphelenchoides besseyi yang
menyebabkan pucuk daun memutih pada tanaman padi.
c. Nematoda puru akar (root-knot nematodes), misalnya Meloidogyne sp yang
menyebabkan perakaran membengkak pada famili Solanaceae, sehingga
pertanaman tidak normal.
Nematoda dapat berperan sebagai vektor penyakit, misalnya dari ordo Dorylaimida
yaitu nematoda jarum (Longidorus sp.) dan nematoda keris (Xiphinema sp.). Keduanya
bersifat ektoparasit dan dapat menularkan penyakit virus. Nematoda ini menyerang
tanaman dengan cara mencucuk dan mengisap cairan sel akar. Luka tusukan tersebut
sering diikuti oleh serangan mikroorganisme sekunder (bakteri dan cendawan) sehingga
menimbulkan pembusukan. Akibatnya pertanaman tanaman merana dan
perkembangannya terhambat.
2. Filum Mollusca
Kelas Gastropoda merupakan salah satu kelas anggota filum Mollusca yang
banyak berperan sebagai hama tanaman. Tubuh anggota kelas Gastropoda ada yang
dilindungi oleh cangkang (shell), adapula yang tidak. Sebagai contoh yaitu bekicot
(Achatina fullica Bowd.), Semperula maculata, siput bugil (Parmarion pupillaris
Humb.), dan Sumpil (Lamellaxis gracilis Hutt.).
Bekicot berasal dari Afrika Timur atau Afrika Selatan ini memiliki panjang tubuh 10
cm-13 cm. Cangkang bekicot berbentuk kerucut berulir, berwarna coklat-kekuningan
dengan bercak coklat kehitaman yang memanjang. Tubuh berwarna coklat, berlendir
dan perutnya berfungsi sebagai kaki. Mempunyai dua pasang sungut (antena), yaitu
sungut depan yang berfungsi sebagai peraba dan sungut di belakang yang berfungsi
sebagai mata. Bekicot dan anggota Gastropoda yang lain menggunakan gigi parut
(radula) untuk menggigit dan mengunyah bagian tanaman yang berdaging tebal dan
berair. Biasanya menyerang tanaman pada malam hari, dan banyak ditemukan di
tempat-tempat yang berair dan mempunyai kelembaban tinggi.
6
3. Filum Chordata
7
panjang ekor sama atau lebih panjang 105 persen dari panjang badan (hidung
sampai pangkal ekor), tikus betina mempunyai puting susu 10 buah, yaitu terdiri
dari dua pasang di bagian dada dan tiga pasang di bagian perut, warna bulu badan
bagian atas dan bagian bawah cokelat tua kelabu, makanan tikus rumah diperoleh
dari sisa makanan manusia, atau makanan yang disimpan tidak rapi, dan hasil
pertanaman yang disimpan di gudang atau tanaman-tanaman yang berada di
kebun dekat rumah.
3) Tikus pohon (Rattus tiomanicus), ciri-ciri tikus pohon adalah sebagai berikut:
ekor lebih panjang 110 persen dari panjang badan (hidung sampai pangkal ekor),
jumlah puting susu betina 10 buah yaitu terdiri atas dua pasang di bagian dada
dan tiga pasang di bagian perut, warna bulu badan pada bagian punggung
kemerah-merahan, sedangkan pada bagian perut hampir seluruhnya putih dan
tikus ini sering menyerang buah kelapa, kakao, dan kopi.
b. Musang (Paradoxurus hermaphroditus)
Populasi musang di habitat alam tergolong relatif rendah, namun dapat
menimbulkan kerugian bagi para petani. Binatang ini menyukai buah-buahan yang
sudah tua atau masak. Disamping itu, musang bersifat rakus, pemakan segala jenis
tanaman atau hewan, antara lain pemangsa anak ayam.
c. Landak (Acantyon brachyurum (L.) = Hystrix javanicus)
Landak biasanya membuat sarang pada tebing-tebing berupa lubang-lubang
atau gua kecil seperti tikus. Aktif pada malam hari dan menyerang akar tanaman
umbi-umbian, dapat pula menyerang jagung, ketela pohon, nenas, dan tebu
(Kalshoven, 1981). Satwa liar yang dapat berperan sebagai hama antara lain : gajah
(Elephas maximus L.), babi hutan (Sus vitatus), banteng (Bos sondaicus), rusa (Rusa
timorensis), beruang (Helarctos malayanus) (Triharso, 1994).
Binatang yang termasuk ke dalam golongan aves (burung) pada umumnya
tubuhnya ditutupi kulit dan berbulu, mempunyai paruh, serta kakinya bersisik. Anggota
bagian depan pada burung yang berupa sayap digunakan untuk terbang. Meskipun
demikian, ada golongan burung yang tidak bisa terbang, misalnya kasuari, kiwi, dan
unta (Rukmana dan Saputra, 1997). Menurut Harahap dan Tjahjono (1994) beberapa
jenis burung/aves yang berpotensi sebagai hama adalah sebagai berikut :
a. Burung pipit haji (Lonchura maja leucocephala Raffles)
Nama lainnya adalah bondol uban. Kepalanya berwarna putih keabu-abuan
seperti sorban haji. Bulu tubuhnya berwarna hitam kecoklatan. Warna leher putih
8
dan secara bertahap berubah warna menjadi coklat merah ke arah bagian dadanya.
Matanya berwarna coklat hitam. Ukurannya sebesar burung gelatik. Burung jantan
dan betina seukuran dan serupa. Burung pipit haji ini hidup berkelompok. Membuat
sarang dari alang-alang, batang padi atau rumput-rumputan lainnya. Dalam satu
sarang terdapat lima ekor burung. Kerusakan ditimbulkan oleh gerombolan burung
pada saat padi sedang menguning. Pada umumnya gerombolan burung ini terdiri atas
kurang dari 50 ekor dan datang berkali-kali.
b. Pipit jawa (Lonchura leucogastroides Horsfield dan Moore)
Burung pipit ini berbentuk hampir sama dengan pipit haji, tetapi tanpa warna
pada kepala. Tubuh bagian atas dan sayapnya berwarna merah coklat, lehernya
hitam, perut putih, mata coklat, paruh hitam dan ekor kehitam-hitaman. Panjang
tubuh sampai ke ujung ekornya kurang lebih 9 – 10 cm. Burung jantan dan betina
seukuran dan serupa. Burung menyukai lingkungan yang bersemak-semak, hutan
sekunder, persawahan, atau pekarangan terutama yang berdekatan dengan
pertanaman padi. Pada saat padi menguning burung pipit ini datang bergerombol
berkali-kali untuk makan padi yang sudah masak. Di Jawa burung ini pernah
menjadi hama padi yang sangat potensial. Demikian pula di Nusa Tenggara Timur,
burung pipit ini termasuk hama potensial pada pertanaman padi.
c. Burung peking (Lonchura punctata punctata (Horsf dan Moore))
Panjang tubuh burung peking 10 – 11 cm. Warna punggung, dagu dan leher
merah coklat. Bulu dada dan perut berwarna putih dengan pinggir coklat hitam.
Mata berwarna coklat merah. Burung peking hidup bergerombol, bersarang pada
pohon-pohon tinggi, misalnya pada pohon-pohon aren. Pada satu pohon terdapat
lebih dari satu sarang. Sarang terbuat dari rumput-rumputan, kadang-kadang
bersarang diantara buah pisang. Di daerah Nusa Tenggara Timur, burung ini juga
berpotensi sebagai hama pada pertanaman padi.
4. Filum Arthropoda
Sebagian besar hama tanaman yang kita kenal merupakan anggota filum
Arthropoda. Filum ini mempunyai ciri yang sangat khas yaitu tubuh terbagi menjadi 2
atau 3 bagian, tubuh dan kaki beruas-ruas, alat tambahan beruas-ruas dan berpasangan
dan dinding tubuh bagian luar berupa skeleton yang secara periodik dilepas dan
diperbaiki/diganti. Anggota filum Arthropoda yang berperan sebagai hama berasal dari
Kelas Acharina dan Insecta (serangga) (Ananda, 1983).
9
a. Kelas Arachnida
Arachnida ada yang berperan sebagai hama tanaman, dan adapula yang berperan
sebagai predator hama tanaman. Salah satu contoh jenis yang berperan sebagai hama
tanaman adalah tungau merah Tetranichus bimaculatus yang menyerang tanaman
ketela pohon terutama pada musim kemarau. Gejala yang ditimbulkannya berupa
bercak-bercak kekuningan, karena cairan sel daun diisapnya. Daun ini akhirnya
kering dan rontok. Contoh yang berperan sebagai predator adalah laba-laba. Ciri
khas Arachnida adalah: kaki empat pasang yang terdiri atas tujuh ruas, yaitu coxa,
trochanter, patela, femur, tibia, metatarsus dan tarsus, tubuh terbagi menjadi dua
bagian, yaitu gabungan kepala dan dada (cephalothorax) serta abdomen, tidak
bersayap dan memiliki alat tambahan berupa sepasang pedipalpus.
b. Kelas Insecta atau Hexapoda
Anggota kelas insecta disebut juga hexapoda karena memiliki 6 kaki. Anggota
kelas ini menempati peringkat paling atas dalam hal peranannya sebagai hama
tanaman. Ciri khas kelas insecta menurut Ananda (1983). Adalah: tubuh terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut (abdomen),
mempunyai 3 pasang kaki yang terdiri atas 6 ruas, yaitu coxa, trochanter, femur,
tibia, metatarsus dan tarsus, sayap satu pasang atau dua pasang dan adapula yang
tidak bersayap dan mempunyai satu pasang antena. Beberapa jenis ordo dari kelas
insecta atau hexapoda yang menjadi hama penting adalah sebagai berikut :
1) Ordo Orthoptera
Orthoptera berasal dari kata orthos yang berarti lurus dan pteron artinya
sayap. Golongan serangga ini pada waktu istirahat berperilaku khas, yaitu sayap
belakangnya dilipat lurus di bawah sayap depan. Alat mulut nimfa dan imagonya
penggigit-pengunyah. Perkembangan hidup hama ini termasuk tipe
paurometabola (telur-nimfa-imago). Nimfa dan imago hidup pada habitat yang
sama. Stadium nimfa dan imago bersifat merusak tanaman. Beberapa jenis
serangga hama yang termasuk ke dalam ordo Orthoptera adalah: Belalang kayu
(Valanga nigricornis Burn.), Belalang kembara (Locusta migratoria manilensis
Mayen), Belalang pedang (Sexava spp.), Belalang china atau belalang berantena
pendek (Oxya chinensis), Gangsir (Brachytrypus portentosus Linch), Jengkerik
(Gryllus mitratus Burn.) dan (Gryllus bimaculatus De G.) dan Anjing tanah
(Gryllotalpa africana Pal.).
10
2) Ordo Hemiptera
Hemi berarti setengah dan pteron artinya sayap. Golongan serangga yang
termasuk ordo Hemiptera ini mempunyai sayap depan yang mengalami
modifikasi sebagai hemelitron, yaitu setengah bagian di daerah pangkal menebal,
sedangkan sisanya berstruktur seperti selaput, dan sayap belakangnya mirip
selaput tipis (membran). Tipe perkembangan hidup ordo Hemiptera adalah
paurometabola (telur-nimfa-imago). Tipe alat mulut, baik nimfa maupun imago
pencucuk-pengisap, dan keduanya hidup dalam habitat yang sama. Stadium
serangga yang merusak tanaman adalah nimfa dan imago. Jenis serangga yang
termasuk ordo Hemiptera, antara lain: Hama pengisap daun teh, kina, dan buah
kakao (Helopeltis antonii), Kepik buah lada (Dasynus piperis), Kepik hijau
(Nezara viridula), Walang sangit (Leptocorixa acuta) (= Leptocorisa oratorius)
dan Kepik hijau Rhynchocoris poseidon Kirk.
3) Ordo Homoptera
Homo artinya sama dan pteron berarti sayap. Serangga golongan ini
mempunyai sayap depan berstruktur sama, yaitu seperti selaput (membran).
Sebagian dari serangga ordo Homoptera ini mempunyai dua bentuk, yaitu
serangga bersayap dan tidak bersayap. Misalnya, kutu daun Aphis sp. sejak
menetas sampai dewasa tidak bersayap. Tetapi bila populasinya tinggi sebagian
serangga tadi membentuk sayap untuk memudahkan pindah dari satu tempat ke
tempat lain. Tipe perkembangan hidup ordo Homoptera adalah paurometabola
(telur-nimfa-imago). Kutu daun bersifat partenogenetik, yaitu embrio
berkembang di dalam imago betina tanpa pembuahan terlebih dahulu. Jenis
serangga dari ordo Homoptera ini antara lain: Wereng hijau (Nephotettix
apicalis), Wereng cokelat (Nilaparvata lugens), Kutu loncat (Heteropsylla sp.)
dan Kutu dompolan (Pseudococcus citri Risso)
4) Ordo Lepidoptera
Lepidos berarti sisik dan pteron artinya sayap. Kedua pasang sayap ordo
Lepidoptera mirip membran yang penuh denagn sisik. Sisik-sisik ini sebenarnya
merupakan modifikasi dari rambut biasa. Bila sisik tersebut dipegang akan mudah
menempel pada tangan. Serangga dewasa dibedakan atas dua macam, yaitu kupu-
kupu dan ngengat. Kupu-kupu aktif pada siang hari, sedangkan ngengat aktif
pada malam hari. Perkembangbiakan serangga ordo Lepidoptera adalah
holometabola (telur-larva/ulat-pupa/kepompong-imago). Alat mulut larva tipe
11
penggigit-pengunyah, sedangkan alat mulut imagonya bertipe pengisap. Srtadium
serangga yang sering merusak tanaman adalah larva, sedangkan imagonya hanya
mengisap nektar (madu) dari bunga-bungaan. Jenis serangga hama yang termasuk
ordo Lepidoptera, antara lain: Ulat daun kubis (Plutella xylostella), Penggerek
batang jagung (Ostrinia furnacalis Guenee), Ulat penggulung daun melintang
pada teh (Catoptilia theivora Wls), Penggerek batang padi merah jambu (Sesamia
inferens Walker) dan lain-lain.
5) Ordo Coleoptera
Coleoptera berasal dari kata coleos atau seludang dan pteron atau sayap.
Serangga dari ordo Coleoptera ini memiliki sayap depan yang mengalami
modifikasi, yaitu mengeras dan tebal seperti seludang. Sayap depan atau seludang
ini berfungsi untuk menutupi sayap belakang dan bagian tubuhnya. Sayap depan
yang bersifat demikian disebut elitron, sedangkan sayap belakang strukturnya
tipis seperti selaput. Pada saat terbang kedua sayap depan tidak berfungsi, namun
pada waktu istirahat sayap belakang dilipat di bawah sayap depan.
Perkembangbiakan hidup serangga ordo Coleoptera adalah holometabola (telur-
larva-pupa-iamgo). Tipe alat mulut larva dan imago memiliki struktur yang sama,
yaitu penggigit-pengunyah. Coleoptera adalah ordo serangga yang paling besar di
antara ordo-ordo serangga hama. Oleh karena itu, ordo serangga ini banyak
bentuknya. Sifat hidup serangga ordo Coleoptera sebagian ada yang merusak
tanaman, namun adapula yang bersifat predator. Serangga ordo Coleoptera yang
berperan sebagai hama/perusak tanaman, antara lain: Kumbang kelapa atau
kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros L.), Penggerek buah kopi (Stephanoderes
hampei), Penggerek batang cengkeh (Nothopeus fasciatipennis Wat.)
6) Ordo Diptera
Di artinya dua dan pteron berarti sayap. Diptera artinya serangga yang hanya
mempunyai sepasang sayap depan sebab sepasang sayap belakangnya telah
berubah bentuk menjadi bulatan (halter). Sayap ini berfungsi sebagi alat
keseimbangan pada saat terbang, alat untuk mengetahui arah angin, dan juga alat
pendengaran. Stadium larva Diptera disebut tempayak atau belatung atau set.
Larva tidak mempunyai kaki, dan hidupnya menyukai tempat-tempat yang
lembab dan basah. Perkembangan hidup ordo Diptera adalah holometabola (telur-
larva-pupa-imago). Tipe alat mulut larva penggigit-pengunyah, sedang imagonya
memiliki tipe alat mulut penjilat-pengisap. Jenis serangga ordo Diptera yang
12
sering merusak tanaman antara lain adalah: Lalat bibit kedelai (Agromyza
phaseoli Tryon), Lalat buah (Bactrocera spp.), Lalat penggerek batang padi
(Atherigona exigua).
7) Ordo Thysanoptera
Thysanos artinya rumbai dan pteron berarti sayap. Serangga dari ordo
Thysanoptera ini berukuran sangat kecil. Sayapnya berjumlah dua pasang dengan
bentuk memanjang, sempit, membranus, dan pada bagian tepinya terdapat
rambut-rambut halus berumbai. Perkembangan hidup serangga Thysanoptera
adalah paurometabola (telur-nimfa-imago). Tipe alat mulut nimfa dan imago
pencucuk-pengisap. Serangga dari ordo ini dapat merusak daun, bunga, dan buah
tanaman. Daun yang terserang menjadi keriting atau salah bentuk. Bunga yang
terserang menjadi salah bentuk atau gugur, sedangkan serangan pada buah
menyebabkan bercak-bercak atau gugur. Jenis serangga dari ordo Thysanoptera
yang sering merusak tanaman antara lain: Thrips hitam pada tanaman jagung
(Heliothrips striatoptera Kob), Thrips pada bibit padi dan jagung (Thrips oryzae
Will) dan Thrips bawang (Thrips tabaci Lind).
Tanaman yang terserang hama tanaman pertumbuhannya menjadi tidak
normal (daun dan batang menguning, tanaman layu, kerdil). Akibatnya
pertumbuhan dan perkembangan tanaman terganggu dan akan berakibat pada
penurunan hasil tanaman.
13
III. PENYAKIT TANAMAN
14
c. Menghambat transportasi makanan, hara mineral dan air melalui jaringan pengangkut.
15
IV. GULMA (WEED)
Gulma adalah tanaman yang hidup dengan sendirinya pada waktu yang tidak
dikehendaki dan tempat yang tidak dikehendaki. Gulma sering disebut sebagai tanaman
pengganggu, karena akan berkompetisi dengan tanaman budidaya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, sehingga pertumbuhan tanaman budidaya terganggu.
Gulma telah menjadi permasalahan pada tanaman budidaya, oleh karena itu gulma
perlu ditangani dengan serius. Namun demikian gulma tidak perlu diberantas seluruhnya,
hanya perlu dikendalikan. Pemberantasan secara keseluruhan akan memakan biaya cukup
mahal dan kenaikan hasil tanaman secara ekonomis tidak sebanding dengan biaya yang
dikeluarkan untuk pemberantasan. Oleh karena itu hanya perlu dikendalikan dan dilakukan
pada saat periode kritis, yaitu saat dimana keberadaan gulma akan benar-benar menurunkan
hasil tanaman. Selain itu pengendalian gulma hendaknya dilaksanakan jika telah dipunyai
pengetahuan tentang gulma tersebut. Bagaimana cara pembiakan gulma, bagaimana
penyebarannya, bagaimana bereaksi dengan perubahan lingkungan, dan bagaimana dapat
beradaptasi dengan lingkungan tersebut, ataupun bagaiman tanggapnya terhadap perlakuan
zat kimia, serta panjang siklus hidupnya, (annual, biennial, dan perennial).
Tanaman yang mendapatkan kompetisi dari gulma maka pertumbuhan dan
perkembangan tanaman akan tidak maksimal. Akibatnya hasil tanaman bisa menurun baik
secara kuntitas atau kualitas.
16
HAMA TANAMAN
17
I. PENGERTIAN HAMA TANAMAN
Hama tanaman adalah berbagai jenis hewan yang aktivitas hidupnya rusak tanaman
budidaya dan sudah merugikan secara ekonomi. Hama tumbuhan adalah organisme yang
menyerang tumbuhan sehingga pertumbuhan dan perkembangannya terganggu.
Hama adalah pengganggu tanaman yang berupa hewan. Hewan dapat disebut hama
karena mereka mengganggu tumbuhan dengan memakannya. Hewan sebagai hama ada dari
serangga maupun mamalia. Gangguan oleh hama pada tanaman dapat terlihat secara fisik
oleh mata telanjang. Pengamatan terhadap gangguan hama dapat berupa gejala yang terjadi
akibat serangan hama ataupun dengan melihat tubuh hamanya.
Kerugian yang ditimbulkan oleh hama adalah :
- Merusak secara mekanis (melubangi, memotong, mengerat, dan lain lain)
- Sebagian berperan sebagai vektor penular penyebab penyakit
- Menyerang dari lapangan sampai ke penyimpanan
18
menentukan antara lain: kemampuan merusak, kerentanan varietas, harga komoditas, biaya
pengendalian.
Resistensi
Resistensi adalah ketahanan serangga hama terhadap insektisida. Biasanya terjadi kalau
digunakan insektisida yang sama (bahan aktif sama, kelompok senyawa sama) secara terus
menerus. Diperberat jika pemberian terus menerus tersebut menggunakan dosis sublethal .
Resurgensi
Resurgensi adalah peningkatan populasi serangga yang terjadi setelah aplikasi insektisida .
Setelah aplikasi, populasi yang mula-mula turun kemudian meningkat lagi dengan cepat
melebihi tingkat populasi sebelum aplikasi insektisida .
Penyebab Resurgensi adalah :
- terbunuhnya musuh alami serangga hama tersebut pada waktu aplikasi insektisida.
Musuh alami umumnya lebih rentan (lebih mudah terbunuh) terhadap insektisida
dibandingkan serangga hama. Apabila populasi hama tersebut meningkat lagi pada
generasi berikutnya atau datang lagi dari tempat lain maka tidak ada lagi musuh alami
yang mengendalikannya sehingga terjadilah ledakan populasi .
- Penggunaan insektisida tertentu pada tingkat dosis tertentu ada yang dapat
merangsang peningkatan produksi telur serangga. Aplikasi insektisida tertentu dapat
mengubah biokimia tanaman sehingga serangga hama yang memakan tanaman
tersebut juga dapat mengalami rangsangan, peningkatan produksi telur, atau
pertumbuhannya lebih baik
19
Konsep Ambang Ekonomi
Konsep ambang ekonomi berkaitan dengan :
- Sampai sejauh mana serangan hama mulai merugikan
Adanya serangan hama belum tentu langsung menimbulkan kerugian yang berarti.
Populasi yang meningkat tanpa terkendali maka mulai terjadi pengurangan hasil yang
bernilai ekonomi
- Penilaian besarnya serangan hama
Ukuran yang digunakan untuk menilai apakah serangan serangga hama sudah/belum
merugikan secara ekonomi adalah dengan menetapkan suatu ambang. Nilai ambang
didasarkan atas hubungan antara populasi hama dengan besar kerusakan yang
ditimbulkannya dan kerugian ekonomi yang terjadi akibat kerusakan tersebut.
Ambang tersebut disebut TKE (Tingkat Kerusakan Ekonomi).
TKE adalah kepadatan populasi hama yang sudah mulai menimbulkan kerugian
ekonomi. TKE diukur berdasarkan besarnya biaya pengendalian dibandingkan potensi
hasil yang akan diselamatkan kalau tindakan pengendalian tersebut dilakukan.
Tingkat populasi dikatakan sudah mencapai TKE apabila biaya pengendalian minimal
sama besar dengan potensi hasil yang dapat diselamatkan (impas)
20
2. Kerugian secara kualitas (menurunnya mutu hasil), antara lain sebagai berikut :
a. Perubahan warna pada beberapa macam produk tanaman (ubi, daun, bunga,
maupun buah), misalnya :
1. Ubi jalar Ipomoea batatas L. yang terserang hama lanas Cylas formicarius
Fabr. akan berwarna cokelat kehitam-hitaman.
2. Biji kedelai yang terserang kepik hijau Nezara viridula L. dan kepik polong atau
kepik cokelat Riptortus linearis F. akan berwarna kehitam-hitaman.
3. Daun dan buah pada beberapa jenis tanaman yang terserang hama penggerek batang
akan mengalami perubahan warna menjadi lebih pucat daripada warna asli (normal),
dan buah masak sebelum waktunya ataupun berguguran.
b. Perubahan rasa, misalnya :
1. Ubi jalar yang terserang hama lanas Cylas formicarius Fabr. rasanya menjadi pahit.
2. Buah durian yang terserang hama penggerek Tirathaba ruptilinea Wlk. rasanya
menjadi kemasam-masaman.
c. Bercak atau bintik-bintik hitam, misalnya :
1. Daun kangkung yang terserang walang sangit Leptocorisa oratorius Thumb. akan
menunjukkan gejala berbintik-bintik hitam atau kecokelat-cokelatan.
2. Kulit biji kedelai ataupun kacang hiaju yang terserang kepik hijau Nezara viridula L.
akan berbercak-bercak cokelat.
d. Rusak atau abnormal, misalnya :
1. Daun kedelai yang terserang ulat jengkal Chrysodeixis chalcites Esp. akan menjadi
berlubang-lubang (Gambar 1.1).
2. Umbi kentang yang terserang nematoda Meloidogyne sp. akan berbintil-bintil
(abnormal), atau berlubang dan membusuk akibat serangan hama uret.
3. Daun tembakau yang terserang Thrips spp., Myzus persicae Sulz. dan Bemisia tabaci
akan menjadi keriting dan ukurannya kecil-kecil.
4. Buah tomat yang terserang ulat penggerek buah Helicoverpa armigera Hbn. akan
menjadi berlubang-lubang.
5. Crop kubis yang terserang ulat titik tumbuh Crocidolomia binotalis Zeller akan
tampak berlubang-lubang dan rusak, sehingga menyebabkan berkurangnya hasil atau
produksi (Gambar 1.2).
6. Biji kacang panjang berlubang-lubang akibat serangan hama gudang Callosobruchus
chinensis L. (Gambar 1.3)
21
Organisme yang berperan sebagai hama tanaman meliputi filum
Nemathelminthes/Aschelminthes termasuk nematoda, Mollusca, Arthropoda, dan Chordata.
Filum Nemathelminthes, Mollusca , dan Arthropoda, karena tidak bertulang belakang
dimasukkan ke dalam kelompok Invertebrata, sedangkan filum Chordata yang bertulang
belakang dimasukkan ke dalam kelompok Vertebrata. Dari fila tersebut, maka filum
Arthropodalah yang paling berperan sebagai hama, terutama dari kelas insekta (serangga).
Kerusakan tanaman atau bagian tanaman yang disebabkan oleh hama menyebabkan
kondisi tanaman menjadi tidak normal lagi. Tanda-tanda yang nampak dari luar pada
tanaman yang sakit ialah :
- Terjadi perubahan warna pada organ tanaman, seperti daun dan batang menguning atau
coklat.
- Tanaman layu sebagai akibat sel-sel dan jaringan tanaman yang dirusak oleh hama,
bahkan tanaman tersebut bisa mati.
- Tanaman kerdil karena fungsi jaringan terganggu sehingga tidak dapat menyalurkan
makanan dengan baik.
Kondisi tanaman yang tidak normal ini kelak dapat mengakibatkan tanaman kehilangan hasil
(field losses), akibat proses terbentuknya buah atau biji terganggu.
22
II. KLASIFIKASI HAMA
23
penggulung daun teh penggerek batang Jagung
om-tani.blogspot.com aungsumberjambe.blogspot.com
en.wikipedia.org tugaspertanian.blogspot.com
ulat Kobis
cybex.deptan.go.id
- Poliphaga : Hama memiliki banyak tanaman inang
24
Contoh : ulat Grayak, belalang daun, kutu penghisap daun
berkebunorganik.blogspot.com www.fobi.web.id
archive.kaskus.co.id
25
(biolib.cz)
(panoramium.com)
(Bioqqbird.wordpress)
2. Ordo Hemiptera
a. Kepik hijau pada tanaman kacang-kacangan Nezara viridula
b. Walang sangit Leptocorixa acuta (= Leptocorisa oratorius)
c. Kepinding tanah atau kepik padi hitam Scotinophara lurida Brum
d. Kepik Helopeltis antonii Sign.
26
(mushizuku web fc2.com)
3. Ordo Homoptera
a. Wereng cokelat Nilaparvata lugens Stil.
b. Wereng hijau Nephotettix virescens Distant.
c. Kutu putih atau kutu kebul Bemisia tabaci Genn
d. Kutu daun Aphis sp.
(commons.wikimedia)
(aphid aphidnet.org)
4. Ordo Lepidoptera
a. Ulat bawang Spodoptera exigua Hbn.
b. Ulat jengkal Plusia chalcites (= Chrysodeixis chalcites Esp.)
27
c. Ulat kubis Plutella xylostella L.
(agrari.org)
5. Ordo Orthoptera
a. Belalang kayu Valanga nigricornis Burn.
b. Belalang setan Aularches miliaris L.
c. Belalang Sexava spp.
d. Belalang china Oxya chinensis L.
6. Ordo Thysanoptera
a. Thrips tabaci Lindeman
28
d. Kumbang kelapa merah Rynchophorus ferrugineus Oliver
(idtolls.org)
2. Ordo Lepidoptera
a. Penggerek batang padi kuning Tryporyza incertulas Wlk.
b. Penggerek batang padi putih Tryporyza innotata Wlk.
c. Penggerek batang padi merah jambu Sesamia inferens Wlk.
d. Penggerek batang padi bergaris Chilo suppressalis Wlk.
e. Penggerek batang tanaman kopi dan kakao Zeuzera coffeae Nietn.
f. Penggerek batang muda pada beberapa jenis tanaman Agrotis spp.
Pikul.lib.ku.ac.th
3. Ordo Homoptera
a. Hama pengisap cairan batang jeruk Asterolecanium striatum Russ
29
b. Burung manyar Ploceus manyar
c. Burung gelatik Padda oryzivora
d. Burung emprit Munia leucogastroides
2. Ordo Hemiptera
a. Walang sangit Leptocorixa acuta (= Leptorisa oratorius)
b. Kepik Helopeltis antonii Sign.
3. Ordo Homoptera
a. Kutu sisik daun dan buah jeruk Parlatoria pergandii Comst
b. Kutu dompolan putih Pseudococcus citri Risso
(Arabscientist.org)
4. Ordo Lepidoptera
a. Ulat bunga jeruk Prays citri Mill.
b. Ulat bisul buah jeruk Prays endocarpa Meyr.
c. Ulat buah kapas kemerahan Platyedra gossypiella
d. Ulat buah mangga Philotroctis eutraphera Meyr.
e. Ulat buah petai Mussidia pectnicornella Hamps
f. Ulat pemakan segala tanaman melubangi buah-buahan Heliothis armigera Hubner
(= Helicoverpa armigera Hubner)
30
(agrinur blogspot.com)
5. Golongan Mamalia
a. Kelelawar Pteropus vampyrus
b. Tupai Callosciurus notatus
c. Tikus Rattus-rattus spp.
d. Musang Paradoxurus hermaphroditus
e. Kera Macaca irus
(aramel free.fr)
31
2. Ordo Lepidoptera
a. Ngengat bubuk Ephestia cautella Walk.
b. Ngengat gabah Sitotroga cerealella Oliv.
c. Ngengat beras Plodia interpunctella Hubn.
(shouragroup.com)
(keyslucid central.com)
32
Hama Penular (vektor) Penyakit Tanaman :
1. Wereng hijau Nephotettix spp. penular virus tungro dan penyakit kerdil kuning pada
tanaman padi
2. Wereng cokelat Nilaparvata lugens Stil., penular virus kerdil rumput, dan kerdil hampa
pada tanaman padi
3. Kutu daun Diaphorina citri Kuw., penular penyakit CVPD pada tanaman jeruk
4. Wereng zigzag Recilia dorsalis, penular penyakit kerdil puru dan penyakit daun jingga
pada tanaman padi
5. Kutu daun Aphis spp., penular penyakit keriting pada cabai
6. Kutu kebul Bemisia tabaci, penular penyakit virus pada tanaman kedelai, cabai, dan
tembakau.
rinaldimunir.wordpress.com ragam-fauna.blogspot.com
33
Lalat
rinosptr.blogspot.com
Walang sangit
apps.cs.ipb.ac.id
34
b. Klasifikasinya berdasar perilaku
- Hama puru (bengkak, gall) : Menyerang dan merusak tanaman dengan cara masuk ke
jaringan tanaman yang masih muda, kemudian hidup di dalamnya dengan menghisap
ataupun memakan jaringan tanaman. Jaringan yang terluka akan mengalami
pembengkakan yang disebut puru (gall). Jaringan bengkak ini disebabkan oleh sekresi
(cairan ) yang dikeluarkan mulut hama saat mengisap atau merusak jaringan. Sekresi
akan menstimulir pertumbuhan jaringan di sekitar luka menjadi tidak terkendali. Puru
dapat terjadi pada semua bagian, seperti akar, batang, daun, buah, dan biji
Contoh :
_ Puru akar pada tanaman Solanaceae : oleh nematode Meloydogine
_ Puru batang pada tanaman Bayam : oleh hama Hypolyxus pica
_ Puru daun Padi : oleh hama ganjur Pachydiplosis oryzae
_ Puru buah Jeruk : oleh hama Prays endocarpa
_ Puru biji Gandum : oleh hama Anguina tritici
http://www.backyardnature.net farmingblogger.blogspot.com
- Hama penggulung daun : Menyerang tanaman pada bagian daun. Awalnya kupu
meletakkan telur pada permukaan daun yang masih muda. Setelah telur menetas, ulat
akan mulai menggulung daun untuk menutup tubuhnya dan merekatkan daun dengan air
liurnya. Ulat akan tumbuh dan berkembang dalam daun dengan memakan daun dari
dalam gulungan
Contoh :
- Penggulung daun Kedele : Lamprosema indicata
- Penggulung daun Teh : Enarmonia laucastoma
- Penggulung daun Cabai : Adoxophyes privatana
35
Lamprosema indicata
cybex.deptan.go.id
- Hama pemakan
Merupakan hama yang paling bayak ditemukan menyerang tanaman. Menyerang semua
bagian tanaman, akar, batang, daun, buah, dengan memakan dari luar. Bagian yang
dimakan akan meninggalkan bekas jaringan yang robek, berlubang, dan ada bekas
gigitan. Mempunyai alat mulut dengan tipe penggigit pengunyah.
Contoh :
- Pemakan akar Padi, Jagung, Tebu : Holotricia halleri
- Pemakan batang Tembakau : Agrotis ipsilon
- Pemakan daun Kedele : Phedonia inclusa
- Pemakan buah Kakao : Callosciurus notatus
36
Gejala Serangan Pengorok Daun
- Hama penggerek
Merusak dengan membuat lubang gerekan pada bagian tanaman, seperti pada pucuk
batang, batang, buah, biji, umbi. Setelah berada di dalam jaringan tanaman, ulat
kemudian memakan jaringan tanaman dari dalam
Contoh :
- Penggerek pucuk Tebu : Scircophaga nivella
- Penggerek batang Padi : Sesamia inferens
- Penggerek buah Cabai : Bactrocera pedestris
- Penggerek polong Kedele : Etiella zinkenella
- Penggerek umbi Kentang : Pthorimae operculella
37
Gejala Penggerek umbi Kentang : Pthorimae operculella
(entnemded.ufl. edu)
38
Hama Walang Sangit Gejala Serangan Walang Sangit
39
a. Hama utama/Hama kunci (Main pest/Key pest)
Merupakan sp hama yang pada kurun waktu lama selalu menyerang pada suatu daerah
dengan tingkat serangan yang tinggi. Memerlukan tindakan pengendalian pada daerah yang
luas dan intensif. Tanpa usaha pengendalian dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang
besar. Dalam suatu agroekosistem biasanya hanya dijumpai 1 atau 2 hama utama
Contoh Hama Utama :
- Plutella xylostela (ulat tritip) pada tanaman Kobis
- Phedonia inclusa (kumbang kedele) pada tanaman Kedele
- Spodoptera litura (ulat grayak) pada tanaman Bawang merah
40
agroekosistem. Mempunyai sifat menyerang dengan tiba-tiba dan dapat menimbulkan
kerusakan berat. Sewaktu-waktu dapat berubah menjadi hama utama
Contoh :
- Uret akar padi (Leucopholis rorida)
- Wereng hijau Padi (Nephotetix impicticeps)
- Wereng coklat Padi (Nilaparvata lugens)
Hama Uret
(kaskus co.id)
d. Hama migrant
Berasal dari luar agroekosistem. Sifatnya berpindah-pindah (migran). Dapat menimbulkan
kerusakan yang berarti. Jangka waktu penyerangan pendek, kemudian akan berpindah ke
tempat lain.
Contoh :
- Belalang
- Ulat grayak
- Burung
e. Hama sekunder (hama sporadis)
Dalam kondisi normal selalu dapat dikendalikan oleh musuh alami. Baru akan menimbulkan
masalah bila populasi musuh alami berkurang.
41
Berdasar cara menyerang tanaman dibagi empat, yaitu :
- Ektoparasit, yaitu menyerang dari luar jaringan tanaman,
Contoh : Criconemoides sp dan Xiphinema sp.
- Endoparasit, yaitu menyerang dari dalam jaringan tanaman.
Ada yang bersifat sedentary (menetap), contoh : nematoda puru akar (Meloidogyne spp.),
dan ada yang bersifat migratory (berpindah), contoh :Pratylenchus sp
- Ektoendoparasit, yaitu setelah dewasa nematoda meletakkan sebagian tubuhnya ke dalam
tanaman, contoh : Rotylenchus sp.
- Endoektoparasit, yaitu telur dan larva berkembang dalam tubuh tanaman, kemudian
sebagian tubuhnya keluar dari jaringan tanaman, contoh : Heterodera sp.
Akibat serangan nematoda, maka tanaman akan mengalami gejala kerusakan yang beragam,
tergantung jenis nematodanya. Berdasar gejala kerusakan dan bagian tanaman yang
diserang dibagi menjadi lima, yaitu :
- Nematoda puru akar
Contoh : Meloidogyne sp yang menyebabkan perakaran membengkak pada famili
Solanaceae, sehingga pertumbuhan tidak normal.
- Nematoda puru batang, contoh : Ditylenchus dipsaci yang menyebabkan
pembengkakan batang dan pembusukan umbi lapis (bawang).
- Nematoda daun, contoh : Aphelenchoides besseyi yang menyebabkan pucuk daun
memutih pada tanaman padi.
- Nematoda biji/buah, contoh : Anguina tritici penyebab puru pada biji gandum.
Nematoda sering ditemukan pada tempat-tempat atau habitat yang basah, misalnya
dalam air, tanah, tanaman, binatang, dan manusia. Selama hidupnya nematoda dapat
mengalami pegantian kulit sebanyak empat kali. Nematoda dapat berperan sebagai vektor
penyakit, misalnya dari ordo Dorylaimida yaitu nematoda jarum (Longidorus sp.) dan
nematoda keris (Xiphinema sp.). Keduanya bersifat ektoparasit dan dapat menularkan
penyakit virus. Nematoda ini menyerang tanaman dengan cara mencucuk dan mengisap
cairan sel akar. Luka tusukan tersebut sering diikuti oleh serangan mikroorganisme sekunder
(bakteri dan cendawan) sehingga menimbulkan pembusukan.
b. Mollusca
Yang berperan sebagai hama adalah kelas Gastropoda
Contoh :
- Achatina fullica (Bekicot)
42
Bekicot berasal dari Afrika Timur atau Afrika Selatan ini memiliki panjang tubuh 10 cm-
13 cm. Cangkang bekicot berbentuk kerucut berulir, berwarna coklat-kekuningan dengan
bercak coklat kehitaman yang memanjang. Tubuh berwarna coklat, berlendir dan
perutnya berfungsi sebagai kaki. Mempunyai dua pasang sungut (antena), yaitu sungut
depan yang berfungsi sebagai peraba dan sungut di belakang yang berfungsi sebagai
mata. Bekicot dan anggota Gastropoda yang lain menggunakan gigi parut (radula) untuk
menggigit dan mengunyah bagian tanaman yang berdaging tebal dan berair. Biasanya
menyerang tanaman pada malam hari, dan banyak ditemukan di tempat-tempat yang
berair dan mempunyai kelembaban tinggi
- Semperola maculata (Siput telanjang)
Semperula maculata banyak ditemukan menyerang daun tembakau yang masih muda,
anggrek dan karet. Tubuhnya berwarna kelabu kehijauan, berukuran sebesar kelingking
- Pomacea canaliculata (Keong mas)
Keong mas (Pomacea Canaliculata Lamarck) merupakan siput air tawar yang dikenal
sebagai hama tanaman padi. Keong mas sanggup hidup berumur 2-6 tahun, memiliki
telur berwarna merah muda seperti buah murbai yang diletakan berkelompok. Tiap telur
keong mas berjumlah 200-800 butir dan menetas setelah umur 8-14hari, itulah sebabnya
keong mas sulit dikendalikan karena perkembangannya cukup pesat.
c. Chordata
Hanya kelas Mamalia dan Aves yang bisa berpotensi sebagai hama
Mamalia, Contoh : Babi hutan, kera, tupai, tikus
Tupai (Callosciurus notatus), banyak merusak buah kelapa dengan cara mengerat,
baik pada waktu siang maupun malam. Tubuh tupai berwarna kelabu sampai hitam pada
bagian perut sampai kepalanya, dan di bagian punggung berwarna hitam pada pangkal dan
43
kuning di ujung. Tupai betina mempunyai 6 pasang kelenjar susu dan satu tahun mampu
beranak 8 kali
Tupai menyerang buah kelapa yang sudah tua, dengan ciri serangan terdapat lubang bekas
gigitan pada ujung buah dengan sisi yang rapi/rata.
Tikus (Rattus-rattus spp.) merupakan hama paling penting dibandingkan dengan
hama-hama dari golongan mamalia lainnya. Perkembangbiakan tikus sangat cepat, dan
tanaman yang disukainya cukup banyak. Tikus dapat menyebabkan kerusakan tanaman padi
pada areal yang luas sejak di persemaian sampai menjelang panen. Disamping itu tikus juga
menyerang tanaman lainnya yaitu jagung, kedelai, kacang tanah, ubi jalar, tebu, kelapa, dan
kelapa sawit Pada umumnya tikus menyerang tanpa mengenal tempat, sejak di persemaian,
pertanaman sampai di tempat penyimpanan. Tikus aktif menyerang tanaman pada malam
hari. Tikus yang lapar akan memakan hampir semua benda yang dijumpainya. Jika makanan
cukup tersedia, tikus akan memilih jenis makanan yang paling disukai, seperti padi yang
sedang bunting, dan jagung muda. Pada saat makanan banyak tersedia, perkembangbiakan
tikus berlangsung sangat cepat. Ada 8 spesies tikus yang berperan sebagai hama, yaitu :
a. Tikus sawah (Rattus rattus argentiventer (Rob. & Kl.))
b. Tikus rumah (Rattus rattus diardi (Jent.))
c. Tikus cokelat/tikus riul (Rattus rattus norvegicus Berk.)
d. Mencit rumah (Mus musculus)
e. Tikus pohon (Rattus tiomanicus Miller)
f. Tikus huma/ladang (Rattus exulans Peale)
g. Tikus wirok (Bandicota indica Bechst.)
h. Mencit ladang (Mus caroli)
Tikus menyerang berbagai tumbuhan. Bagian tumbuhan yang disarang tidak hanya biji –
bijian tetapi juga batang tumbuhan muda. Yang membuat para tikus kuat memakan biji –
bijian sehingga merugikan para petani adalah gigi serinya yang kuat dan tajam, sehingga
tikus mudah untuk memakan biji – bijian. Tikus membuat lubang – lubang pada pematang
sawah dan sering berlindung di semak – semak. Apabila keadaan sawah itu rusak maka
berarti sawah tersebut diserang tikus.
Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara – cara sebagai berikut
a. Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap
tikusnya.
b. Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular.
44
c. Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu yang bersamaan pula
sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untuk mendapatkan makanan setelah tanaman
dipanen.
d. Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan beracun, yaitu
irisan ubi jalar atau singkong yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus. Peracunan
ini sebaiknya dilakukna sebelum tanaman padi berbunga dan berbiji. Selain itu
penggunaan racun harus hati – hati karena juga berbahaya bagi hewan ternak dan manusia.
45
Gelatik Jawa Pipit
burungue.blogspot.com dimaradhiperdana.wordpress.com
d. Arthropoda
Yang berpotensi sebagi hama dari kelas Arachnidae dan Hexapoda (Insecta)
Arachnidae, contoh : : Tungau
Arachnida ada yang berperan sebagai hama tanaman, dan adapula yang berperan
sebagai predator hama tanaman. Salah satu contoh jenis yang berperan sebagai hama tanaman
adalah tungau merah Tetranychus bimaculatus yang menyerang tanaman ketela pohon
terutama pada musim kemarau. Gejala yang ditimbulkannya berupa bercak-bercak
kekuningan, karena cairan sel daun diisapnya. Daun ini akhirnya kering dan rontok. Contoh
yang berperan sebagai predator adalah laba-laba. Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di
sebuah bawah daun untuk mengisap daun tersebut. Hama ini banyak terdapat pada musim
kemarau. Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak – bercak kecil kemudian daun
akan menjadi kuning lalu gugur. Hama ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun –
daun yang terserang hama pada suatu tempat dan dibakar.
46
Walang sangit (Leptocorisa acuta) merupakansalah satu hama yang juga meresahkan
petani. Hewan ini jika diganggu, akan meloncat dan terbang sambil mengeluarkan bau.
Serangga ini berwarnahijau kemerah- merahan.
Walang sangit menghisab butir – butir padi yang masih cair. Biji yang sudah diisap akan
menjadi hampa, agak hampa, atau liat. Kulit biji iu akan berwarna kehitam – hitaman. Faktor
– faktor yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit antara lain sebagai
berikut.
a. Sawah sangat dekat dengat perhutanan.
b. Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi.
c. Penanaman tidak serentak
data-smaku.blogspot.com www.rumahzakat.org
47
Kepik Walang sangit
www.kesimpulan.com om-tani.blogspot.com
48
PENYAKIT TANAMAN
49
I. PENGERTIAN PENYAKIT TANAMAN
50
Siklus atau daur penyakit adalah rangkaian kejadian selama perkembangan
penyakit. Di samping itu ada yang disebut siklus hidup patogen yaitu perkembangan
patogen dari suatu stadium kembali ke stadium yang sama. Siklus ini biasanya dapat
dibedakan menajdi :
1. Stadium Patogenesis adalah stadium patogen di mana berhubungan dengan jaringan
hidup tanaman inangnya.
2. Stadium Saprogenesis adalah stadium patogen di mana tidak berhubungan dengan
jaringan hidup tanaman inangnya .
Klasifikasi Parasit
Berdasarkan Cara Hidupnya, parasit dibagi menjadi dua :
51
1. Parasit obligat : Parasit yang selalu/hanya dapat hidup pada organisme (jaringan) yang
masih hidup, jadi tidak dapat hidup pada benda mati, sehingga tidak bisa dibiakan di
laboratorium.
Contoh :
- Jamur Hemileia vastatrix (karat daun kopi),
- Exobasidium vexans (cacar daun teh)
2. Parasit fakultatif : Parasit yang bisa hidup pada organisme hidup ataupun benda mati.
Contoh :
- Phytophthora parasitica var. Nicotianae (lanas pada tembakau),
- Rhizoctonia solani (rebah kecambah pada tomat)
Berdasar cara penularan / perpindahan sampai ke tanaman inang, parasit dibagi atas 7 :
1. Parasit tular tanah (soil borne patogen) : Parasit yang ditularkan/dipindahkan dengan
perantara tanah
Contoh : Phytophthora infestans
2. Parasit tular bahan perbanyakan (seed borne parasit).
Contoh : Colletotrichum capsici pada buah cabai
3. Parasit tular udara
Contoh : Pyricularia oryzae
4. Parasit tular angin
Contoh : Hemileia vastatrix
5. Parasit tular serangga.
Contoh : Ralstonia solanacaerum
52
6. Parasit tular alat pertanian
Contoh : pisau sadap pada karet
7. Parasit tular hewan
53
1. Cendawan (jamur) :
- Tubuhnya berupa hifa
- Gabungan hifa : miselium
- Tidak mempunyai klorofil
- Berkembang biak secara sexual/asexual
- Menginfeksi tanaman umumnya secara aktif
Contoh :
- Fusarium oxysporum
- Mycospherella fijiensis (peyebab penyakit sigatoka pada daun pisang)
- Sclerotium rolfsii (penyebab penyakit rebah kecambah pada bibit cabai)
- Colletotrichum capsici (penyebab penyakit antraknosa pada buah cabai)
2. Bakteri/Prokaryotae
- Uniseluler (bersel tunggal) kecuali Streptomyces
- Inti selnya tidak punya membran
- Berkembang biak secara vegetatif, melalui pembelahan, 1 sel menjadi 2 (2n)
- Pada medium padat membentuk koloni
- Bergerak menggunakan flagel
- Menginfeksi tanaman secara pasif melalui luka atau lobang alami (stomata, hidatoda,
lentisel) atau dibantu vektor (serangga)
Contoh :
- Sweet potato little leaf caused by phytoplasma,
- Pectobacterium carotovorum
- Potato Bacterial wilt
- Ralstonia solanacearum
- Gejala penyakit CVPD pada tanaman jeruk oleh Liberobacter asiaticum
- Bercak Daun Xanthomonas axonopodis pada buncis
- Bacterial canker on tomato (Clavibacter michiganense)
3. Virus
- Merupakan mikroorganisme aseluler
- Unit terkecilnya adalah partikel, terdiri dari RNA/DNA dengan mantel protein
- Tidak mempunyai alat gerak
- Perlu vektor untuk menginfeksi tanaman
a. Virus benang lentur
54
b. Virus bentuk kaku
c. Virus basil
d. Virus Polihedral
e. Gemini virus kerdil rumput (Grassy Stunt)
4. Nematoda
Termasuk Golongan Hewan (bisa dimasukkan hama atau penyakit)
Ciri khas :
- Berupa cacing kecil seperti benang panjang
- Beragam bentuk
Selain itu adapula penyakit yang ditimbulkan oleh tanaman tingkat tinggi, ada dua
macam, yaitu :
1. Melalui pembuluh xilem : benalu, rumput setan
2. Melalui pembuluh floem : tali putri
55
i. Toksisitas pestisida.
j. Kultur teknis yang salah.
Beberapa pengertian
Patogen adalah sesuatu yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit.
Patogenesis proses terjadinya penyakit pada sel atau jaringan tanaman inang yang terserang
Kepekaan (susceptibility) adalah sifat tanaman yang dalam keadaan biasa dapat diserang oleh
patogen tertentu
Ketahanan (resistensi) merupakan lawan dari kepekaan dan juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor luar.
Kebal (immum) adalah tanaman yang sama sekali tidak dapat diserang oleh suatu pathogen.
Gejala/Sympton adalah perubahan-perubahan yang ditunjukkan oleh tanaman sebagai akibat
dari adanya penyebab penyakit
Syndrom adalah serangkaian gejala yang ditimbulkan oleh suatu jenis penyakit
56
1. GEJALA-GEJALA PENYAKIT TANAMAN
57
c. Hiperplastis : pertanaman sel yang lebih dari biasa
Nekrotis Hipoplastis Hiperplastis
Nekrotis
Nekrose adalah matinya bagian tanaman. Merupakan bercak coklat yang timbul akibat
sekelompok sel disuatu bagian tanaman mati. Bercak coklat ini bias menyebar keseluruh
bagian tanaman.
Beberapa gejala nekrotis pada tanaman antara lain :
- Hydrosin : sebelum sel-sel mati, biasanya lebih dahulu bagian itu tampak kebasah-
basahan.
- Khlorosis : menguningnya bagian tanaman akibat rusaknya khloroplas, seringkali
gejala ini mendahului gejala nekrose. Perubahan warna, gejala ini timbul akibat
rusaknya klorofil daun, tanaman yang mengalami klorosis akan berubah warna dari
hijau segar menjadi kuning, hijau redup, atau bahkan menjadi hijau pucat. Perubahan
warna juga bias tampak dengan timbulnya bercak-bercak berwarna. Klorosis pada
tanaman bias disebabkan oleh rendahnya intensitas matahari atau karena serangan
penyakit.
- Layu : pada daun/tunas karena hilangnya turgor sel, tersumbatnya jaringan xilem
tanaman oleh patogen. Layu karena penyakit mesti dibedakan dengan layu karena
kekurangan air. Pada gejala layu kekurangan air, tanaman akan kembali segar setelah
penambahan air. Akan tetapi tidak demikian dengan layu karena serangan penyakit.
Hal tersebut dikarenakan rusaknya mekanisme pengangkutan air akibat serangan
penyakit pada jaringan tubuh tanaman.
- Terbakar (Scorch) : mengeringnya bagian tanaman
- Mati ujung (Die back) : biasanya menyerang ranting atau cabang tanaman
- Busuk (Dumping-off) : pangkal batang busuk dan tanaman rebah. Busuk bisa berupa
busuk basah dan kering.
Busuk basah: bakteri
58
Busuk kering: jamur
- Kanker : menyerang pada bagian-bagian yang berkayu. Saat ini paling mudah
dijumpai gejala kanker pada pohon albasia terutama dimusim penghujan. Timbul
struktur fisiologis yang mirip dengan benjolan yang selanjutnya akan mengeringkan
bagian ujung dari ranting atau batang yang diserang.
- Perdarahan (Exudasi) : bagian tanaman mengeluarkan cairan. Keluarnya cairan dari
bagian tanaman yang sakit. Bentuk dan warna cairan tergantung pada penyakit dan
tanaman itu sendiri.
Klorosis Layu
taniorganik.com defidan.blogspot
planthospital.blogspot.com pengusaha.blogspot
Hipoplastis
Hipoplastis adalah terhambatnya pertambahan sel. Pertanaman yang lebih kecil dari pada
pertanaman normal.
Beberapa gejala hipoplastis pada tanaman antara lain :
59
- Kerdil (Atropy) : kebanyakan disebabkan oleh virus. Tidak normalnya pertanaman
tanaman berupa kerdil biasa dijumpai pada padi yang terserang tungro
- Khlorosis : karena khloropil terbentuk tidak sempurna
- Supresi : kegagalan organ untuk berkembang
- Roset : hambatan pertanaman pada ruas daun. Tanaman yang normalnya beruas
panjang menjadi pendek sehingga antar buku mengalami persinggungan sampai
berbentuk roset, jika pada roset ini tumbih tunas maka akan timbul banyak tunas
dalam satu ujung dan mengakibatkan menyerupai sapu.misalnya serangan vu-irus
pada kacang panjang.
Kerdil
agricultural product.blogspot
Hiperplastis
Hiperplastis adalah pertambahan sel yang lebih dari biasa. Pertambahan jumlah sel,
sedangkan ukuran sel tetap .
Beberapa gejala hiperplastis pada tanaman antara lain :
- Gigantisme (hipertropy) : pertambahan ukuran sel, sedangkan jumlah sel tetap
Daun menggulung atau mengeriting, karena pertanaman organ merupakan
kompensasi dari pembelahan sel dan pembelahan sel bisa dipengaruhi oleh intervensi
dari faktor luar. Misalnya bintil-bintil pada akar kacang akibat aktivitas Rhizobium sp.
- Cecidia : pembengkakan setempat, seperti gall, tumor
- Erinose : pembentukan trichoma yang luar biasa
- Kudis : becak kasar, terbatas, dan agak menonjol. merupakan bintik timbul dan
bergabus pada bagian tanaman.
- Fasciaasi : bagian yang seharusnya bulat dan lurus menjadi pipih
60
Cecidia
melungdesa.id
Faktor yang mempengaruhi dapat tidaknya tanaman diserang oleh patogen, dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu :
1. Predisposisi apabila faktor yang menyebabkan kenaikan kerentanan atau penurunan
ketahanan itu berupa faktor luar seperti suhu, kelembaban dan lain-lain.
2. Disposisi apabila faktor yang menyebabkan kenaikkan kerentanan itu berasal dari dalam
artinya bersifat genetis atau bawaan.
61
Cara Kimia.
Patogen mengeluarkan substansi kimia diantaranya enzim, toksin, zat tumbuh dan
polisakarida. Berbagai substansi kimia tersebut memiliki pengaruh yang berbeda-beda
terhadap kerusakan inang. Misalnya saja, enzim dapat menyebabkan timbulnya gejala busuk
basah, sedang zat tumbuh sangat berperan pada terjadinya bengkak akar atau batang. Selain
itu toksin berpengaruh terhadap terjadinya hawar.
62
Berdasarkan konsep segitiga penyakit, pada dasarnya penyakit hanya dapat terjadi jika ketiga
faktor yaitu patogen, inang dan lingkungan mendukung. Inang dalam keadaan rentan,
pathogen bersifat virulen (daya infeksi tinggi) dan jumlah yang cukup, serta lingkungan yang
mendukung. Lingkungan berupa komponen lingkungan fisik (suhu, kelembaban, cahaya)
maupun biotik (musuh alami, organisme kompetitor). Dari konsep tersebut jelas sekali bahwa
perubahan salah satu komponen akan berpengaruh terhadap intensitas penyakit yang muncul
nteraksi segitiga penyakit hanya berlaku di ekosistem alami (natural ecosystem) yang
dicirikan adanya keragaman & keseimbangan, belum ada campur tangan manusia, dan bukan
di lahan pertanian
Setiap sisi sebanding dengan total jumlah sifat-sifat tiap komponen yang memungkinkan
terjadinya penyakit. Sebagai contoh, jika tanaman bersifat tahan, umumnya pada tingkat yang
tidak menguntungkan atau dengan jarak tanam yang lebar maka segitiga penyakit – dan
jumlah penyakit – akan kecil atau tidak ada, sedangkan jika tumbuhan rentan, pada tingkat
pertanaman yang rentan atau dengan jarak tanam rapat, maka sisi inangnya akan panjang dan
jumlah potensial penyakit akan bertambah besar. Dengan cara yang sama, patogen lebih
virulen, dalam jumlah berlimpah dan dalam keadaan aktif, maka sisi patogen akan bertambah
panjang dan jumlah potensial penyakitnya lebih besar. Juga keadaan lebih menguntungkan
yang membantu patogen, sebagai contoh suhu, kelembaban dan angin yang dapat
menurunkan tingkat ketahanan inang, maka sisi lingkungan akan menjadi lebih panjang dan
jumlah potensial penyakit lebih besar.
Berdasarkan konsep segitiga penyakit, pada dasarnya penyakit hanya dapat terjadi jika ketiga
faktor yaitu patogen, inang dan lingkungan mendukung. Inang dalam keadaan rentan,
pathogen bersifat virulen (daya infeksi tinggi) dan jumlah yang cukup, serta lingkungan yang
mendukung. Lingkungan berupa komponen lingkungan fisik (suhu, kelembaban, cahaya)
maupun biotik (musuh alami, organisme kompetitor). Dari konsep tersebut jelas sekali bahwa
perubahan salah satu komponen akan berpengaruh terhadap intensitas penyakit yang muncul
63
3. Piramida penyakit (disease pyramide)
Penyakit adalah proses yang dinamis. Keadaan penyakit berubah dari waktu ke waktu.
Piramida penyakit dapat menjadi dasar epidemiologi penyakit, yaitu untuk pengukuran
penyakit (prosentase, intensitas, laju penyakit) dan peramalan penyakit.
64
II. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TANAMAN
Epidemi adalah peristiwa patogen menyebar dan menyerang banyak individu inang
dalam suatu populasi meliputi areal yang luas dalam waktu relatif pendek. Atau peningkatan
penyakit dalam suatu populasi. Sedangkan Epidemiologi penyakit tanaman adalah
pengetahuan penyakit tanaman di dalam populasi.
Terjadinya epidemi
Epidemi dapat terjadi karena berbagai faktor, diantaranya adalah :
- Disebabkan oleh keadaan cuaca
- Karena penanaman yang menyimpang (unnatural)
- Karena masuknya parasit dari daerah lain
- Sebagai akibat seleksi (plant breeding)
65
Periode (masa) infeksi adalah waktu antara permulaan infeksi sampai reaksi tanaman yang
terakhir, untuk inipun biasanya dihitung mulai saat inokulasi.
Inokulasi
Inokulasi adalah terjadinya kontak yang pertama kali antara patogen (bagian patogen yang
pertama kali mengalami kontak disebut inokulum) dengan tanaman. Syarat terjadinya proses
inokulasi adalah tempertur dan kelembaban yang sesuai. Inokulum dapat masuk ke tanaman
melalui perantara air, angin, serangga, alat pertanian, dan sebagainya. Inokulum merupakan
bagian patogen yang dapat menyebabkan infeksi pada tanaman. Pada jamur inokulumnya
dapat berupa spora, miselium, skhlerotium. Pada bakteri dan virus inokulumnya berupa
individu bakteri dan virus itu sendiri
Penetrasi
Menembus ke permukaan tanaman dengan cara langsung, melalui lubang-lubang alami, atau
melalui luka mekanis. Penetrasi tidak selalu diikuti dengan terjadinya infeksi. Jamur
melakukan penetrasi pada jaringan tanaman baik melalui lubang alami maupun luka mekanis.
Bakteri dan virus melakukan penetrasi melalui luka mekanis atau gigitan hewan
Infeksi
Suatu proses yang terjadi setelah patogen melakukan kontak dengan sel atau jaringan
tanaman yang peka.
Invasi
Merupakan proses perkembangan patogen di dalam jaringan tanaman inang
Penyebaran patogen
66
- Penyebaran patogen dapat terjadi lewat perantaraan air, angin, serangga, tungau,
nematoda, hewan tingkat tinggi, dan manusia
- Atau penyebaran secara aktif seperti zoospora jamur, beberapa bakteri, yang mampu
berpindah dalam jarak relatif dekat
Postulat Koch
Diagnosis penyakit dengan uji hipotesis terhadap isolat patogen
Langkah-langkah dalam menggunakan uji Postulat Koch :
1. Asosiasi
2. Isolasi
3. Inokulasi
4. Reisolasi
Asosiasi
Patogen tanaman harus ditemukan pada semua contoh tanaman yang menunjukkan gejala
penyakit yang sama
Isolasi
Patogen tanaman harus dapat diisolasi dan ditumbuhkan pada media atau biakan murni atau
pada tanaman yang peka/rentan
Inokulasi
Patogen pada biakan murni tersebut harus dapat diinokulasikan pada tanaman sehat dengan
jenis tanaman yang sama dan tanaman tersebut harus menunjukkan gejala yang sama dengan
tanaman yang sakit
67
Reisolasi
Patogen harus dapat diisolasi kembali dan harus menunjukkan sifat-sifat yang sama dengan
patogen yang semula diambil dari jaringan tanaman sakit di lapangan
Tanggapan tanaman inang terhadap patogen dapat merupakan sifat dari tanaman inang
tersebut dan dapat dibedakan menjadi :
1. Tahan apabila dalam keadaan biasa tanaman tersebut tidak dapat diserang oleh patogen.
2. Rentan apabila dalam keadaan biasa tanaman tersebut dapat diserang oleh patogen, jadi
merupakan lawan dari tahan.
3. Toleran apabila dalam keadaan biasa dapat menyesuaikan diri dengan patogen yang berada
dalam jaringan tubuhnya sehingga tidak mempengaruhi kemampuan produksinya.
Bentuk yang ekstrem dari ketahanan tersebut disebut Kekebalan sedang bentuk ekstrem dari
toleran disebut Inapparency, artinya dalam keadaan yang bagaimanapun juga tetap memiliki
sifat tersebut.
68
IV. PENGGOLONGAN PENYAKIT TANAMAN
69
b. Penyakit Fisiologis, penyakit fisiologis adalah penyakit yang disebabkan oleh
kekurangan atau kelebihan unsur hara, air, sinar matahari, atau temperatur
1. Jamur
Jamur adalah salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang hampir semua
bagian tanaman, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga buahnya. Penyebaran
jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh angin, air, serangga, atau sentuhan tangan.
Penyakit ini menyebabkan bagian tanaman yang terserang, misalnya buah, akan
menjadi busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaan daun, akan menyebabkan
bercak – bercak kecokelatan. Dari bercak – bercak tersebut akan keluar jamur berwarna putih
atau oranye yang dapat meluas ke seluruh permukaan ranting atau daun sehingga pada
akhirnya kering dan rontok.
Jika jamur ini mengganggu proses fotosintesis karena menutupi permukaan daun.
Batang yang terserang umumnya akan membusuk, mula – mula dari arah kulit kemudian
menjalar ke dalam, dan kemudian membusukkan jaringan kayu. Jaringan yang terserang akan
mengeluarkan getah atau cairan. Jika kondisi ini dibiarkan, jaringan kayu akan membusuk,
kemudian seluruh dahan yang ada di atasnya akan layu dan mati.
Contoh penyakit yang disebabkan oleh jamur adalah sebagai berikut.
a) Penyakit pada padi.
Penyakit pada ruas batang dan butir padi disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzea.
Ruas – ruas batang menjadi mudah patah dan tanaman padi akhirnya mati. Selain itu,
terdapat pula penyakit yang menyebabkan daun pedi menguning. Penyakit ini
disebabkan oleh jamur Magnaporthegrisea.
(ilpazy.com)
b) Penyakit embun tepung.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Peronospora parasitica. Jamur ini kadang – kadang
menyerang biji yang sedang berkecambah sehingga biji menjadi keropos dan akhirnya
mati. Jamur ini kadang – kadang menyerang daun pertama pada kecambah sehingga
tanaman menjadi kerdil. Tanaman kerdil dapat tumbuh terus tapi pada daun – daunnya
terdapat kercak – bercak hitam.
70
Untuk memberantas jamur ini dilakukan pengendalian secara kimia, yaitu dengan
pemberian fungsida pada tanaman yang terserang jamur.
(bimbingan Org)
2. Bakteri
Bakteri dapat membusukkan daun, batang, dan akar tanaman. Bagian tumbuh
tanaman yang diserang bakteri akan mengeluarkan lendir keruh, baunya sangat menusuk, dan
lengket jika disentuh. Setelah membusuk, lama – kelamaan tanaman akan mati. Tanaman
yang diserang bakteri dapat diatasi dengan menggunakan bakterisida.
Contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit yang menyerang
pembuluh tapis batang jeruk (citrus vein phloem degeneration atau CVPD). CVPD
disebabken oleh bakteri Serratia marcescens. Gejalanya adalah kuncup daun menjadi kecil
dan berwarna kuning, buah menjadi kuning, sehingga lama – kelamaan akan mati. Penyakit
CVPD yang belum parang dapat disembuhkan dengan terramycin, yang merupakan sejenis
antibiotik.
(Citrusbios)
3. Virus
71
Selain bakteri dan jamur, dalam kondisi yang sehat, tanaman dapat terserang oleh
virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus cukup berbahaya karena dapat menular dan
menyebar ke seluruh tanaman dengan cepat. Tanaman yang sudah terlanjur diserang sulit
untuk disembuhkan. Contoh penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain penyakit daun
tembakau yang berbercak – bercak putis. Penyakit ini disebabkan oleh virus TMV (tabacco
mosaic virus) yang menyerang permukaan atas daun tembakau. Virus juga dapat menyerang
jeruk. Penularan melalui perantara serangga.
(apsnet.org)
4. Alga (Ganggang)
Keberadaan alga juga perlu diaspadai karena dapat menyebabkan bercak karat merah
pada daun tanaman. Tanaman yang biasanya diserang antara lain jeruk, jambu biji, dan
rambutan. Bagian tanaman yang diserang oleh alga biasanya bagian daun, ditandai adanya
bercak berwarna kelabu kehijauan pada daun, kemudian pada permukaannya tumbuh rambut
berwarnya cokelat kemerahan. Meskipun ukurannya kecil, bercak yang timbul sangat banyak
sehingga cukup merugikan
Langkah – langkah yang harus dilakukan agar tanaman tidak tersenang penyakit
antara lain sebagai berikut.
72
a) Usahakan tanaman selalu dalam kondisi prima atau sehat dengan cara tercukupi segala
kebutuhan zat haranya.
b) Jangan membiarkan tanaman terlalu rimbun, pangkaslah sehingga selaruh bagian tanaman
mendapatkan sinar matahari yang cukup.
c) Jangan biarkan tanaman terserang kutu, tungau, atau hewan yang lain yang serung
membawa bakteri atau jamur.
d) Usahakan lingkungan selalu bersih.
e) Perhatikan tanaman sesering mungkun sehingga penyakit dapat terdeteksi sedini mungkin.
f) Jika terdapat gejala – gejala yang tampak, pangkaslah bagian tanaman (daun, buah, ranting)
yang terserang, kemudian dibakar agar tidak menular ke bagian atau tanaman yang
lainnya.
g) Penggunaan pertisida sebagai alternative terakhir untuk pengobatan hama dan penyakit
pada tanaman.
73
GULMA
Permasalahan gulma
Klassifikasi Dan Karakteristik Gulma
Biologi Gulma
Ekologi Gulma
Allelopati
74
I. PERMASALAHAN GULMA
Gulma sebenarnya adalah nama yang diberikan kepada tumbuhan atau sekelompok
tumbuhan yang dianggap mengganggu, khususnya terhadap tanaman budidaya. Di Indonesia
gulma dikenal dengan beberapa nama lain, yaitu tumbuhan pengganggu, herba, rumpai, atau
yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan “Weed”.
Gulma menjadi permasalahan di dunia pertanian karena dianggap sebagai tanaman
pengganggu, sehingga berkompetisi dengan tanaman budidaya dalam mendapatkan bahan
pertumbuhan. Hal ini karena dengan adanya gulma menyebabkan terjadinya persaingan
dalam memperebuntukan kebutuhan hidup dengan tanaman budidaya sehingga dapat
menurunkan hasil tanaman. Gulma dapat menimbulkan kerugian bagi manusia karena
menurunkan kuantitas maupun kualitas hasil pertanian. Hal ini karena secara langsung gulma
bersaing dengan tanaman pokok untuk mendapatkan air, unsur hara, cahaya, ruang tempat
hidup, dan faktor-faktor tumbuh lainnya. Selain itu gulma dapat mengeluarkan zat allelopati
yang dapat menghambat atau meracuni tanaman pokok. Gulma menimbulkan kesulitan dalam
pemeliharaan tanaman, dapat menjadi inang hama dan penyakit, menjadi inang pengganti
hama.
Petani kadang kurang memperhatikan gulma sehingga dalam kurun waktu tertentu
populasi gulma sudah melebihi batas. Gulma akan berkompetisi dengan tanaman utama
dalam mendapatkan unsur hara yang diperlukan pertumbuhannya. Gulma dapat menjadi
tempat persembunyian hama. Pembersihan gulma sangat penting untuk menekan
perkembangan hama yang dapat menyerang tumbuhan.
Selain dalam bidang pertanian, gulma juga dianggap menimbulkan permasalahan,
sehingga gulma mempunyai banyak pengertian, tergantung dari sudut mana memandangnya.
Pengertian gulma dari berbagai bidang :
a. Menurut bidang pertanian, gulma adalah suatu tumbuhan yang hidup pada suatu tempat
dan dalam suatu waktu yang tidak dikehendaki.
b. Menurut bidang pengairan, gulma adalah suatu tanaman di tepi-tepi sungai atau di waduk
yang mengganggu aliran air dan debitnya.
c. Menurut bidang peternakan, gulma adalah tanaman liar yang tumbuh pada padang
gembalaan sehingga menyebabkan kerugian pada makanan ternak atau ternak itu sendiri.
Dengan demikian tidak ada definisi yang sederhana dan paling tepat untuk gulma.
Banyak istilah yang dipergunakan untuk gulma ini yang dilontarkan dalam beberapa buku,
antara lain :
75
- tumbuhan yang tak dikehendaki atau tak diinginkan ("an undesirable plant")
- tumbuhan yang mempunyai nilai negatif ("a plant with a negatif value")
- tumbuhan yang tak dibutuhkan ("an unwanted plant")
- tumbuhan yang tumbuh cepat dan sukar dihilangkan ("prolific and persistent")
- tumbuhan yang salah tempat (“a plant out of place”)
Secara umum, dari sudut pertanian, gulma didefinisikan sebagai : tumbuhan yang
hidup dengan sendirinya pada suatu waktu yang tidak dikehendaki dan pada suatu tempat
yang tidak dikehendaki.
Dengan pengertian ini, tumbuhan apa saja termasuk tanaman-tanaman yang biasa
diusahakan manusia ("crop plants") dapat dipandang sebagai gulma bila tumbuhnya tidak
sesuai atau tidak dikehendaki.
Gulma dijumpai pada setiap penggunaan tanah dan air. Gulma mampu
berkembangbiak dengan pesat, dengan memanfaatkan unsur hara, air, ruang, CO2, dan
cahaya, yang seharusnya dipakai oleh tanaman budidaya. Akibatnya gulma dianggap dapat
menimbulkan permasalahan bagi pertanian. Besar permasalahannya berbeda-beda tergantung
tempat dan intensitas penggunaan tempat itu sendiri. Persoalan terbesar gulma didapatkan
pada bidang pertanian dalam arti luas.
Selama ini permasalahan gulma dianggap kurang diperhatikan dibandingkan dengan
timbulnya penyakit atau serangan hama pada tanaman. Namun demikian, sebenarnyalah
gulma juga merupakan permasalahan yang perlu ditangani dalam budidaya tanaman.
Pada umumnya permasalahan gulma lebih dirasakan pada perkebunan-perkebunan
besar dan pertanaman-pertanaman yang luas, karena ada kaitannya dengan faktor waktu yang
terbatas, tenaga kerja, dan segi mekanisasi. Pada pertanian rakyat, terutama di Jawa gulma
belum dirasakan sebagai masalah yang besar. Namun sekarang permasalahan gulma juga
sudah berkembang pada tempat rekreasi dan daerah lain bukan pertanian seperti jalan raya,
padang penggembalaan, pinggir sungai, lapangan golf, dan sebagainya.
Dilihat dari segi biologi gulma, pertanaman yang berbeda dengan keadaan ekologi
yang berbeda umumnya mempunyai permasalahan dan komposisi species gulma yang
berbeda. Misalnya pada tanaman padi gogo banyak species gulma dari berbagai golongan
bisa tumbuh, meskipun umumnya species yang termasuk Gramineae akan dominan. Sedang
pada padi sawah gulma dari golongan dikotil yang tergolong "aquatic weed" seperti
Limnocharis flava umumnya akan lebih dominan.
76
Beberapa jenis gulma penting yang banyak terdapat di Indonesia :
Di Perkebunan :
- Imperata cylindrica (Alang-alang)
- Mikania sp
- Cyperus rotundus (Rumput Teki)
- Artemesia vulgaris
- Chromolaena odorata
(image.Sw) (biosch.hkn.hk)
77
Chromolaena odorata
(keyslucid central.org)
nswong.50webs.com Internetweb.id
www.biogang.net www.prota4u.org
78
Di pertanaman Hortikultura :
- Eleusin indica
- Ageratum spp
- Drymaria sp
- Polygonum nepalense
- Galinsoga parviflora
- Digitaria adscendense
(missioryplant.com) (floranegeriku.blogspot)
luirig.altervista.or www.flickr.com
www.iewf.org www.flickr.com
79
Di Perairan :
- Eichornia crassipes (Enceng gondok)
- Salvinia molesta (Kayambang)
- Hydrilla verticilata
- Scirpus grossus (Wlingen)
enfo.agt.bme.hu flickrhivermind
80
c. Memberi pengaruh terhadap keadaan iklim mikro sehingga terdapat kondisi yang
menguntungkan ("favourable") bagi perkembangan populasi hama/penyakit.
d. Menjadi tanaman inang pengganti ("alternate host") bagi hama penyakit yang
menyerang tanaman pokoknya.
e. Dalam pelaksanaan pengendalian gulma kadang-kadang juga dapat merusak tanaman
budidaya dan menurunkan hasil.
f. Menghambat pekerjaan dalam pemeliharaan, pemanenan, dan pengangkutan
g. Menghambat/menekan pertumbuhan bahkan meracuni tanaman budidaya dengan
mengeluarkan zat allelopat.
h. Merusak keadaan lingkungan (saluran-saluran pengairan, danau, jalan KA).
i. Mengurangi keindahan.
j. Akibat adanya gulma bisa menyebabkan kenaikan ongkos usaha pertanian
k. Dapat menyebabkan gangguan kesehatan terhadap manusia, baik secara langsung (akibat
serbuk sari gulma) maupun tak langsung (dari herbisida yang dipakai untuk pengendalian
gulma). Beberapa spesies gulma yang tepungsarinya menyebabkan alergi, antara lain
Cynodon dactylon, Eleusine indica, Imperata cylindrica, Amarantus spinosus, Tridax
procumbens, Mimosa pudica, dan Cyperus rotundus
81
juga dapat menentukan besarnya kerugian yang terjadi. Oleh karena itu gulma perlu
mendapat perhatian khusus sehingga dapat diketahui sifat dan karakter gulma agar cara
pengendaliannya dapat dilakukan secara tepat dan efektif. Gulma merugikan tanaman dengan
cara :
- Berkompetisi untuk ruang, nutrisi, cahaya matahari , air
- Gulma mengeluarkan zat racun (alelopati) terhadap tanaman.
- Gulma menjadi tumbuhan inang bagi patogen dan hama tanaman
Ciri khas gulma antara lain :
1. Pertumbuhannya cepat,
2. Mempunyai daya saing yang kuat dalam memperebutkan faktor-faktor kebutuhan
hidupnya,
3. Mempunyai toleransi yang besar terhadap kondisi lingkungan yang ekstrem,
4. Mempunyai daya berkembang biak yang besar secara vegetatif dan atau generatif,
5. Alat perkembangbiakannya mudah tersebar melalui angin, air, maupun binatang,
6. Bijinya mempunyai sifat dormansi yang memungkinkannya untuk bertahan hidup dalam
kondisi yang kurang menguntungkan
82
II. KLASSIFIKASI DAN KARAKTERISTIK GULMA
http://www.iewf.org Invasiv.org
83
Ageratum conyzoides
commons.wikimedia.org
84
telah tumbuh meluas biasanya sukar dikendalikan tanpa membawa akibat gangguan
keseimbangan alam. Pemotongan terhadap alat-alat perbanyakan tersebut sebagai akibat
pengolahan tanah dapat membantu perkembangbiakannya.
Contoh : Imperata cylindrica, Cyperus rotundus, Cynodon dactylon
Klasifikasi gulma berdasar habitatnya
Dibagi menjadi tiga, yaitu :
• Terestrial weed
• Aquatic weed
• Aerial weed
85
Pistia stratiotes Ceratophyllum demersum
keys.lucidcentral.org www.fnzas.org.nz
Polygonum piperoides
floredeguyane.piwigo.com
(flicor.com)
86
Klasifikasi gulma berdasarkan morfologinya
Dibedakan menjadi empat, yaitu :
a. Grasses, biasanya disebut pula golongan rumput-rumputan (Gramineae).
Contoh : Echinochloa crus galli (jawan, jajagoan)
Echinochloa colonum (tuton, jajagoan leutik)
Panicum repens (suket balungan, jajahean)
mitomori.co.id sms.edu
b. Broadleaf, umumnya jenis-jenis gulma ini berdaun lebar, batangnya lemah tidak berkayu,
disebut juga Herbacious weed
Contoh : Euphorbia hirta
Mimosa sp.
Marsilea crenata (semanggen, semanggi)
Salvinia molesta (janji, jukut cai)
Sagittaria guayanensi (eceng)
Limnocharis flava (genjer)
prota4u.org Ahmadsaepurrohman.wordpress.com
87
Sagittaria guayanensi (eceng) Limnocharis flava (genjer)
dev.agrolink.com.br http://id.wikipedia.org/wiki/Genjer
khayatulkhoiri.blogspot.com
sith.itb.ac.id www.fobi.web.id
88
Gulma jenis grasses dan sedges tergolong berdaun sempit (narrow leaf). Pada umumnya
yang tergolong grasses dan sedges adalah tumbuhan monokotil, sedangkan gulma berdaun
lebar adalah dari tumbuhan dikotil.
Phyllanthus amaraus
www.eurasiatrade.ch
89
d. Gulma pakisan (fern)
Misalnya : Cylosorus aridus (pakis kadal)
www.fairfun.net commons.wikimedia.org
en.wikipedia.org gardenbreizh.org
90
III. BIOLOGI GULMA
Perkembangbiakan gulma
Mekanisme perkembangbiakan gulma lebih efisien daripada tanaman. Dikenal dua
cara perkembangbiakan, yaitu secara generatif dan vegetatif.
Gulma yang berkembangbiak secara generatif apabila kekurangan unsur hara maka
berbunganya menjadi lebih awal. Jumlah biji yang dihasilkan oleh gulma sangat bervariasi
dari sedikit sampai yang sangat besar jumlahnya. Terhadap gulma yang berkembangbiak
secara generatif ini dalam perencanaan pengendaliannya yang perlu diperhatikan adalah
jumlah biji dari seluruh gulma yang ada. Salah satu sifat dari gulma ini adalah adanya sifat
dorman pada biji-biji tersebut. Selain itu gulma ini juga mudah mengadakan penyerbukaan
silang, sehingga dimungkinkan terdapatnya gulma yang mampu beradaptasi dengan
lingkungan baru dan adanya gulma yang resisten terhadap perlakuan herbisida. Umumnya
gulma yang berkembangbiak secara generatif ini adalah gulma semusim.
Contoh : Echinochloa crusgalli
Sedangkan gulma tahunan perkembangbiakannya dapat dengan biji atau secara
vegetatif. Dengan pengolahan tanah, bagian vegetatif yang terpotong dapat menjadi
tumbuhan baru. Tetapi dengan pengolahan yang berulang-ulang dapat mematikan bagian
gulma yang terpotong tersebut. Namun berdasarkan penelitian, gulma yang berkembangbiak
secara vegetatif lebih sulit dikendalikan.
91
• Stolon, adalah batang yang menjalar di atas permukaan tanah dan hidupnya hanya
sebentar.
Contoh : Cynodon dactylon , Centrosema pubescens
• Geragih, adalah akar yang menjalar. Akar yang menjalar ini biasanya berbentuk
horizontal, selalu berada di dalam tanah dan dapat menghasilkan tunas di sepanjang
akar tumbuhan.
Contoh : Artemisia vulgaris
• Rhizoma, adalah batang-batang yang menjalar di bawah tanah dan hidupnya dapat
bertahun-tahun. Batang yang menjalar di permukaan tanah ini dapat tumbuh menjadi
batang baru karena mempunyai mata tunas pada buku batang tersebut dan dapat
menjadi dorman apabila faktor pertumbuhan tidak terpenuhi.
Contoh : Imperata cylindrica, Artemisia vulgaris, Scirpus grossus,
• Spora
Contoh : Paku-pakuan, Marsilea quadrifolia, Dryopteris aridus
• Runner
Contoh : Pistia stratiotes, Elephantopus scaber, dan Eichhornia crassipes.
• Umbi, adalah merupakan organ tumbuhan yang dapat tumbuh secara vegetatif dan
merupakan tempat penyimpanan cadangan makanan.
Contoh :
- Bulbus/umbi lapis : Allium veneale
- Root tuber/umbi akar : Cyperus rotundus
- Stem tuber/umbi batang : Typhonium trillobatum.
- Corm : Ranunculus bulbosus
botany.0catch.com en.wikipedia.org
92
rhizom/rimpang Imperata cylindrica
ega-kurniasari.blogspot.com
lobakwortel.blogspot.com kikiobethebest.wordpress.com
Penyebaran gulma
Faktor yang menentukan dalam penyebaran gulma adalah kapasitas
reproduksi/besarnya populasi dan jangkauan penyebaran. Penyebaran gulma dapat terjadi
melalui berbagai cara, antara lain oleh manusia, binatang, angin, air, dan lewat alat-alat
pertanian. Dari semua perantara penyebaran gulma tersebut, mungkin manusia melalui segala
aktivitasnya adalah merupakan perantara yang paling besar peranannya.
Yang terutama adalah penyebaran oleh manusia, sesuai dengan sejarah perkembangan
manusia, misalnya melalui species-species yang dimasukkan (diintroduksikan), dalam
introduksi bahan makanan dan makanan ternak serta benih, sengaja atau tidak sengaja.
Bahkan lewat pakaian dan sepatu dapat menjadi sarana penyebaran. Misalnya, Eichornia
crassipes mula-mula dimasukkan ke Indonesia sebagai tanaman hias melalui Kebun Raya
Bogor, kemudian menjadi gulma air yang serius di perairan Indonesia.
Penyebaran lewat binatang dapat terjadi apabila gulma menempel pada anggota badan
atau bulu-bulunya. Atau karena biji gulma termakan oleh binatang tersebut untuk kemudian
93
dikeluarkan lagi bersama kotorannya. Biji-biji gulma yang melewati sistem pencernaan
mungkin masih viable.
Gulma yang disebarkan oleh angin umumnya bijinya ringan dan mempunyai alat
khusus yang memungkinkannya diterbangkan oleh angin.
Air juga dapat berperan sebagai penyebar gulma dalam bentuk aliran permukaan
("water run off"), air irigasi, dan lain-lain. Aliran air mungkin mengendung alat-alat
perkembangbiakan gulma yang dapat mengakibatkan penyebaran gulma di daerah yang baru.
Penyebaran gulma lewat alat-alat pertanian biasanya terjadi apabila alat pertanian
setelah dipakai di suatu lahan tidak dibersihkan dan selanjutnya dipakai untuk lahan yang
lain.
Untuk mencegah penyebaran gulma diadakan suatu tindakan karantina tumbuhan.
Karantina merupakan upaya untuk mencegah masuk dan tersebarnya gulma dari luar negeri
dan antar pulau di dalam negeri. Karantina dilakukan terhadap media potensial penyebar
gulma yang berupa bibit tumbuhan, hasil tumbuhan, alat angkut, dan lainnya. Yang termasuk
tindakan karantina adalah pemeriksaan, pengamatan, pengasingan, karantina pasca masuk,
perlakuan, penahaman/penolakan, pemusnahan, pembebasan/ pelepasan.
Beberapa istilah bagi penyebaran gulma
1. Autochory:
Letusan/ledakan buah: Euphorbia geniculata dan Impatien balsamina.
Polong tua pecah: Calopogonium mucunoides, Crotalaria incana, C. retusa
(Leguminoceae)
2. Anemochory:
Biji dilengkapi kabu-kabu atau parasut: Imperata cyllindrica, Chromolaena odorata,
Erectites valerianifolia, Erigeron sumatrensis
3. Hydrochory:
Biji tipis dan ringan: Limnocharis flava
Fragmentasi batang: Salvinia molesta dan Pistia stratiotes
4. 4. Ornithochory:
Daging buah manis dan lekat: Loranthus pentapetales dan Ficus benghalensis
5. Zoochory:
Endozoochory: biji tidak bisa dicerna, misalnya : Paspalum conjugatum, Hypericum
perforatum, dan Cynodon dactylon
Extozoochory: pada biji ada alat pengait, misalnya : Andropogon aciculatus,
Tryumfetta laputa, dan Desmodium heterophyllum
94
7. Anthropochory:
Kesengajaan manusia: Lantana camara, Eichhornia crassipes, Salvinia molesta, dan
Mimosa invisa
Biji ada alat pengait: Stachytarfetta indica
95
(usu edu) (fajaroktawidarta.blodspot)
Untuk mendapatkan hasil yang mewakili dalam analisis vegetasi maka jumlah petak
sampel ditentukan dengan “minimum plot size”
96
Metode ini tepat digunakan jika menghadapi populasi vegetasi cukup merata (seragam) dan
tidak banyak waktu tersedia. Cara ini mudah dilakukan, tetapi kurang teliti. Selain itu cara ini
ada beberapa kelemahannya, yaitu terdapatnya kecenderungan untuk menaksir lebih besar
terhadap jenis-jenis yang mencolok sebaliknya menaksir lebih sedikit terhadap jenis-jenis
yang sulit dan kurang menarik perhatian. Selain itu juga sulit untuk dapat mewakili keadaan
populasi vegetasi seluruhnya. Dan penaksiran luas penyebaran masing-masing komponen
tidak menjamin ketepatannya.
Metode Kuadrat
Yaitu pengamatan terhadap luasan tertentu dengan menghitung beberapa parameter
kuantitatif. Luasan (petak contoh) yang digunakan bisa berbentuk segi panjang, lingkaran,
atau segi empat. Bentuk lingkaran terbaik, karena kesalahan samplingnya paling kecil (
perbandingan panjang tepi terhadap luas paling kecil). Pengamatannya bisa destruktif dan
non destruktif. Parameter kuantitatif yang diamati meluputi kerapatan, frekuensi, dan
dominansi. Metode ini digunakan jika individu gulma yang satu dengan lainnya terpisah.
Metode titik
Merupakan suatu variasi metode kuadrat. Alat yang digunakan adalah sebuah
kerangka yang mempunyai deretan jarum-jarum yang berjarak sama (5-10 cm). Jika jarum-
jarum ditekan ke bawah, maka hanya jenis tumbuhan yang bagian batangnya terkena jarum
itu yang dihitung. Parameter yang diamati meliputi frekuensi dan dominansi. Metode ini
efektif digunakan untuk sampling vegetasi yang rendah, rapat, dan membentuk anyaman
yang tidak jelas batas satu dengan yang lainnya. Kelebihannya sangat praktis dan cepat.
97
Data dan Perhitungan
Pada dasarnya data yang diperoleh dari analisis vegetasi dapat dibagi atas dua, yaitu
data kualitatif dan kuantitatif.
Data kualitatif
Didapat dari hasil penjabaran pengamatan petak contoh di lapangan. Menunjukkan
bagaimana suatu jenis tumbuhan tersebar dan berkelompok, stratifikasinya, periodisitas, dan
lain-lain.
a. Siklus hidup : annual, perennial
b. Stratifikasi (pertumbuhan tinggi)
Hubungan antara tinggi tanaman dan tinggi nozel. Jika nozel dengan tajuk tepat, akan
mempengaruhi efektivitas.
c. Sosiabilitas
Menyatakan hubungan antar jenis masing-masing :
- menyendiri/berkelompok
- tersebar/tidak
- membentuk hamparan luas/rapat
Berdasarkan sosiabilitasnya dapat ditentukan metode yang paling tepat digunakan.
d. Periodesitas
Menunjukkan periode (fase) pertumbuhan yang mana. Fase-fase ini berpengaruh terhadap
cara tumbuh jenis gulma, dan masing-masing gulma mempunyai periodesitas masing-
masing. Dengan mengetahui periodesitas ini bisa didapatkan informasi jenis-jenis yang
peka terhadap tindakan pengendalian gulma yang akan dilaksanakan.
Data kuantitatif
Didapat dari hasil pengamatan lapangan berdasarkan pengamatan yang luas atau hasil
penelitian autekologi. Menyatakan jumlah, ukuran, berat basah/kering suatu jenis, dan luas
daerah yang ditumbuhinya.
a. Kerapatan
Menunjukkan jumlah individu suatu jenis tumbuhan pada setiap petak contoh.
b. Frekuensi
Adalah jumlah petak contoh (%) yang memuat suatu jenis dari sejumlah petak contoh
yang dibuat. Atau ada/tidaknya satu jenis tumbuhan dalam petak contoh tersebut.
Frekuensi ini dipengaruhi beberapa faktor, antara lain
- luas petak contoh
98
- distribusi tumbuhan
- ukuran jenis tumbuhan
c. Dominansi
Menyatakan berapa luas area yang ditumbuhi oleh satu jenis tumbuhan. Atau kemampuan
suatu jenis tumbuhan dalam hal bersaing terhadap jenis lainnya.
Dominansi dinyatakan dalam :
Kelindungan (coverage), adalah proyeksi vertikal dari tajuk (kanopi) suatu jenis gulma
pada area yang diambil samplingnya (% luas) secara penaksiran
Luas basal, untuk jenis-jenis gulma yang berkelompok/membentuk rumpun dengan batas-
batas yang jelas. Rumpun dipotong kurang lebih 1 cm di atas tanah, kemudian diukur
luasnya dengan lembaran plastik.
Biomasa tumbuhan dipotong diatas tanah dan dikeringkan dalam pengering, kemudian
ditimbang berat keringnya.
Berdasarkan paramter kuantitatif ini dapat dihitung nilai penting (importance value =
IV) dan SDR (Summed Dominance Ratio).
IV merupakan jumlah nisbi ketiga / kedua parameter kuantitatif di atas. SDR menunjukkan
jumlah nilai penting (IV) dibagi jumlah besaran.
Selain itu, untuk membandingkan dua komunitas vegetasi atau macam vegetasi
gulma dari dua tempat sama atau tidak dapat diketahui dari koefisien komunitasnya (C). Nilai
C dihitung berdasarkan kerapatan mutlaknya.
Apabila nilai C> 75% berarti macam vegetasi dari dua tempat tersebut seragam, tetapi jika C
< 75% berarti tidak sama.
Perhitungan :
1. Kerapatan mutlak suatu jenis = Jumlah individu jenis itu dalam petak contoh
99
5. Nilai penting suatu jenis (I.V.) = Kerapatan nisbi + frekuensi nisbi
100
IV. EKOLOGI GULMA
101
Perubahan Populasi Gulma
Jumlah dan komposisi gulma pada suatu lahan akan berubah-ubah, tidak tetap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan ini adalah :
a. Pengelolaan air
Melimpahnya air akan berakibat tumbuh suburnya populasi gulma yang termasuk
"aquatic weed". Sebaliknya pada lahan yang kering akan banyak ditumbuhi "terrestrial
weed".
b. Pemupukan
Perlakuan pemupukan selain dapat menyuburkan tanaman juga akan menyuburkan
gulma. Namun, sama halnya dengan tanaman masing-masing species gulma mempunyai
tingkat respon yang berbeda terhadap jenis pupuk yang diberikan. Misalnya, pada suatu
lahan pertanian yang ditanami padi terdapat gulma Pistia stratiotes dan Echinochloa
crusgalli. Apabila diberi pemupukan N, besar kemungkinan tanaman padi dan E.
crusgalli tumbuh subur karena responsif terhadap pupuk N dan P. stratiotes akan tertekan
pertumbuhannya karena tidak responsif terhadap pemupukan N.
c. Rotasi tanaman
Karena perbedaan kemampuan kompetisi dari tiap jenis gulma maka perubahan tanaman
akan mempengaruhi jenis gulma yang ada. Disamping itu perubahan pola tanam juga
dapat menimbulkan perubahan populasi gulma.
102
Hubungan antara gulma dengan tumbuhan lain
Beberapa peristiwa hubungan antara gulma dan tanaman :
a. Semua tumbuhan termasuk gulma mempunyai keperluan hidup yang hampir sama,
terutama dalam keperluannya akan sinar matahari, air, unsur hara, untuk
pertumbuhannya, dan juga memerlukan ruangan sebagai tempat hidupnya. Dalam
keadaan tertentu akan berakibat terjadinya persaingan antara gulma dengan tanaman.
b. Beberapa gulma mengeluarkan allelopat yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman
tertentu atau bersifat racun bagi tanaman lain.
103
b. Gulma dapat merupakan inang sementara bagi hama di saat inang utamanya (tanaman
budidaya) tidak ada. Bila nanti lahan ditanami tanaman lagi maka gulma tersebut
merupakan sumber hama.
104
ini dapat mengganggu tanaman tersebut melalui pengurangan faktor kuantitas pertumbuhan
yang dibutuhkan.
105
Pueraria javanica
(tropicalflorages.info)
Macam-macam persaingan
Persaingan dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Persaingan Intra Species ("Intra species competition"), yaitu persaingan antara tanaman
dari species yang sama
2. Persaingan Inter Species ("Inter species competition"), yaitu persaingan antar tanaman
dari species yang berbeda
3. Persaingan antar bagian tanaman ("Intra plant competition") yaitu persaingan dalam satu
tanaman antar bagian-bagian tanaman (dalam memperebuntukan fotosintat)
Dengan demikian persaingan antara gulma dengan tanaman budidaya termasuk dalam
jenis persaingan inter species.
106
distribusi daun. Persaingan ini berlangsung selama siklus pertumbuhan tanaman, kecuali pada
saat awal pertumbuhan. Persaingan untuk cahaya ini lebih merupakan persaingan antar daun.
Persaingan antar daun khususnya terjadi pada tanaman yang padat dimana masing-masing
daun membentuk suatu kanopi yang saling melingkupi. Daun yang mempunyai posisi yang
menguntungkan untuk menyerap cahaya sebanyak mungkin akan memenangkan persaingan.
107
oleh sifat lain seperti dipunyainya stolon, rhizom, atau alat pembiakan yang cepat lainnya
maka tumbuhan semacam ini akan mempunyai sifat sebagai pesaing yang sangat kuat.
Apabila intensitas cahaya meningkat, maka tanaman yang efisien (C4) menjadi lebih
kompetitif.
Tanaman yang lebih tahan terhadap kekeringan pada kondisi "water stress" akan lebih
mampu memberikan hasil. Tanaman C4 kebutuhan airnya lebih kecil dari pada tanaman
C3 .
Kadar pengikatan CO2 menentukan kekuatan tanaman tersebut dalam persaingan.
Periode Kritis
108
periode ketika gulma juga dibiarkan tumbuh karena tidak mengganggu tanaman. Kompetisi
antara tanaman dengan gulma terjadi sejak awal pertumbuhan tanaman. Semakin dewasa
tanaman, kompetisi semakin meningkat hingga kompetisi mencapai maksimum, kemudian
menurun secara bertahap. Saat (periode waktu) tanaman peka terhadap kompetisi dengan
gulma disebut periode kritis. Di luar periode tersebut gulma tidak menurunkan hasil tanaman
sehingga boleh diabaikan. Pengendalian gulma tidak harus dilakukan sepanjang siklus hidup
tanaman, karena pengaruh keberadaan gulma terhadap tanaman tergantung pada periode dari
siklus hidup tanaman. Pengendalian sebaiknya dilakukan pada waktu yang tepat, agar
menghemat biaya, tenaga, dan waktu. Waktu yang tepat untuk mengendalikan gulma adalah
pada waktu periode kritis tanaman.
Periode kritis merupakan saat dimana pertanaman berada pada kondisi yang peka
terhadap gangguan faktor lingkungan khususnya terhadap faktor-faktor pertumbuhan, cahaya,
air, unsur hara, ruang tumbuh, dan sebagainya. Apabila gulma ada pada periode ini maka
besar kemungkinan tanaman akan kalah bersaing dalam penggunaan faktor-faktor
pertumbuhan tersebut. Akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat dan akan menurunkan
produksi. Periode kritis untuk pengendalian gulma adalah waktu minimum di mana tanaman
harus dipelihara dalam kondisi bebas gulma untuk mencegah kehilangan hasil yang tidak
diharapkan. Periode kritis dibentuk oleh dua komponen, yaitu waktu kritis gulma harus
disiangi atau lamanya waktu gulma dibiarkan di dalam areal penanaman sebelum terjadi
kehilangan hasil yang tidak diharapkan, dan periode kritis bebas gulma atau lamanya waktu
minimum tanaman harus dijaga agar bebas gulma untuk mencegah kehilangan hasil.
Periode kritis tanaman dalam persaingannya dengan gulma dipengaruhi oleh umur,
kemampuan tanaman untuk bersaing, serta jumlah dan macam species gulma yang
berasosiasi. Pada fase-fase tertentu kebutuhan tanaman terhadap air, hara,, cahaya, dan CO2
meningkat karena pembentukan organ-organ baru seperti anakan, cabang, bunga dan buah
Secara umum periode kritis tanaman dalam persaingannya dengan gulma terjadi pada 1/4-1/2
pertama dari siklus hidup (umur) tanaman, akhir masa establisment antara 1-3 minggu
setelah tanam atau pindah tanam, menjelang pembentukan anakan, menjelang berbunga,
menjelang berbuah, menjelang pengisian biji. Namun hal ini sebenarnya bervariasi pada
setiap tanaman. Bila saat kritis yang pertama dapat diatasi maka saat kritis berikutnya tidak
akan terjadi. Batas awal periode kritis tanaman terhadap kompetisi gulma disebut ambang
kendali.
Beberapa faktor yang mempengaruhi periode kritis tanaman :
- Jenis tanaman atau jenis gulma
109
- Cara budidaya (benih, bibit, saat tanam, jarak tanam)
- Kesuburan tanah dan lengas tanah
110
V. ALLELOPATI
111
- Beberapa gulma menghasilkan substansi tertentu yang bersifat racun bagi tanaman lain,
yang disebut kolin. Pengaruh kolin mungkin bisa menyebabkan kondisi tanaman menjadi
lebih peka terhadap serangan suatu penyakit.
- Setaria faberi mempunyai residu yang dapat menghambat pertumbuhan jagung.
Selain gulma, beberapa tanaman juga dapat menyebabkan adanya allelopati, misalnya :
- Air buah tomat mengandung penghambat yang kuat bagi perkecambahan biji.
- Air dari umbi Allium dapat menghambat perkecambahan gandum.
Jadi sebagai allelopat, substansi kimia ini terkandung dalam tubuh beberapa tumbuhan
baik gulma maupun pada tanaman budidaya. Pengaruh allelopat ini setelah
tumbuhan/bagian tumbuhan mengalami pelapukan, pembusukan, pencucian, ataupun
setelah dikeluarkan berupa eksudat atau gas.
Sumber allelopat
Substansi kimia yang mempunyai potensi allelopati dapat ditemukan di setiap organ
tumbuhan antara lain terdapat pada akar, batang, daun, buah, serta bagian-bagian tumbuhan
yang membusuk.
Akar dari beberapa tumbuhan tertentu dapat mengeluarkan eksudat yang beracun.
Namun eksudat dari akar ini kurang potensial dibanding dari daun. Misalnya, Chenopodium
album mengeluarkan eksudat yang cukup beracun dari sejenis asam oksalat.
Batang juga dapat mengeluarkan allelopat walaupun tidak sebanyak daun.
Daun merupakan tempat terbesar bagi keluarnya allelopat, dan allelopat ini dapat tercuci ke
bawah oleh air hujan dan embun.
Air buah beberapa jenis tanaman , misalnya tomat dan jeruk dapat menghambat
perkecambahan. Apabila buah ini telah masak dan jatuh ke tanah kemudian terjadi
pembusukan, dapat menghambat pertumbuhan di sekitarnya.
Pembusukan bagian tumbuhan di tanah juga dapat mengeluarkan allelopat yang sangat
menghambat pertanaman berikut-nya. Juga sisa-sisa tanaman maupun gulma yang telah
melapuk di tanah akan dapat bersifat menghambat bagi pertumbuhan di tanah tersebut.
112
- Menghambat pembelahan sel
- Menghambat pertumbuhan tanaman
- Menghambat aktivitas fotosintesis
- Memacu atau menghambat respirasi
- Mempengaruhi sintesis protein
- Menurunkan permeabilitas membran
- Menghambat pembukaan stomata
- Menghambat aktivitas enzim
- Menghambat fiksasi N dan nitrifikasi
Misalnya :
- Amaranthus retroflexus yang tumbuh bersama Phaseolus vulgaris dapat menyerap unsur
P tujuh kali lebih besar dibanding Phaseolus vulgaris.
- Pada Glycine max kadar khlorofil dan laju fotosintesisnya akan menurun dengan adanya
asam fenolat.
- Ekstrak dari rhizoma Agropyron repens dapat mengakibatkan penutupan stomata Linum
utitatissimum.
113
PENGENDALIAN OPT
114
I. CARA-CARA PENGENDALIAN OPT
115
2. Pengendalian (currative) :
Pengendalian dilakukan setelah OPT terdeteksi.
Pengendalian OPT dapat dilakukan dalam berbagai cara.
1. Pengendalian secara mekanis
Contoh perlakuan :
- Mencabut dengan tangan atau menggaruk gulma dengan alat
- Memotong bagian tanaman yang terkena penyakit
- Mengambil ulat yang terlihat pada bagian tanaman
116
Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa sehingga efektif, efisien, dan aman
bagi lingkungan.
5. Pengendalian secara terpadu, yaitu menggunakan lebih dari satu cara pengendalian,
dimaksudkan agar lebih efektif mengendalikan OPT
117
II. PENGENDALIAN HAMA TANAMAN
118
- Kepiting mati yang diletakkan di sekeliling pertanaman padi mampu menekan
populasi walang sangit. Bau busuk yang ditimbulkan kepiting mati dapat
menjadi penarik bagi walang sangit. Dan apabila walang sangit sudah
terkumpul dapat segera dimusnahkan.
- Gadung atau jagung dapat dijadikan umpan untuk mengendalikan tikus. Tikus
juga dapat diperangkap dengan perangkap yang terbuat dari besi maupun
bambu.
e. Perlakuan panas. Faktor suhu dapat mempengaruhi penyebaran, frekuenditas,
kecepatan perkembangan, lama hidup dan mortalitas hama. Setiap perubahan faktor
fisik mempengaruhi berbagai parameter kehidupan tersebut.
- mengendalikan hama uret dengan membalikan tanah. Telur yang terdapat
didalam tanah akan terangkat ke permukaan dan akan terkena sinar matahari
secara terus menerus yang menyebabkan tempeeratur dan kelembaban berbeda
dengan keadaan semula. Hal ini mengakibatkan telur tidak menetas.
- Pengendalian hama gudang dapat dilakukan dengan memanaskan gudang
dengan pemanas pada kisaran suhu tertentu.
f. Penggunaan lampu perangkap. Lampu perangkap dapat digunakan untuk
mengurangi populasi serangga dewasa Dipengaruhi oleh adanya daya tarik serangga
terhadap cahaya lampu. Fungsi utama lampu ini hanya menarik perhatian serangga
yang selanjutnya ketika sudah terkumpul dapat dikendalikan dengan ditangkap.
- pengendalian wereng hijau.
- Lampu petromaks dapat dijadikan perangkap penggerak batang padi putih.
Lampu Perangkap
sukipbinsof
119
g. Penggunaan Feromon. Feromon adalahsuatu zat yang dihasilkan oleh serangga dan
tungau sebagai alat komunikasih dalam satu species. Sex feromon memungkinkan
serangga jantan untuk mengenali serangga betina. Sebagian besar penelitian adalah
menggunakan sex feromon untuk memerangkap serangga jantan dan mengganggu
komunikasihnya. Contoh adalah pada hama kapas Pectinophora gossypiella yang
berhasil dikendalikan secara efektif dengan memenuhi udara sekitar pertanaman
kapas dengan feromon. Feromon dilepas dengan system “paket perlepasan perlahan”
sehingga dapat menhalangi jantan yang menemukan betinanya. Perangkap umpan
feromon digunakan untuk memonitor distribusi dan melimpahnya populasi untuk
menentukan waktu yang paling tepat dalam menggunakan pestisida atau untuk
menangkap sejumlah besar serangga jantan dewasa untuk menurunkan kepadatan
populasi. Metode ini kurang efektif pada populasi tinggi dan bila serangga mampu
untuk melakukan perkawinan lebih dari sekali. Feromon sintetis sering digunakan.
Kadang-kadang sejenis bahan kimia sederhana pun dapat menjadi sangat menarik bagi
serangga sebagaimana sex feromon. Seperti aseton yang dapat sebagai pengganti sex
feromon yang dapat menarik lalat tsetse, namun sayangnya harganya masih relatif
mahal.
Feromon
jefrisasangko4.blogspot
120
- Merekam dan memperdengarkan suara yang diproduksikan serangga guna
mengganggu parilaku serangga sasaran : Penggunaan gelombang elektromagnetik
untuk mengurangi populasi hama burung yang menyerang tanaman bebijian.
i. Gropyokan. Biasanya dilakukan untuk pengendalian hama tikus. Tikus dibunuh
secara langsung dengan menggunakan alat bantu seperti cangkul dan alat pemukul.
Sebaiknya dilakukan secara massal pada sawah dalam keadaan bera.
Gropyokan Tikus
solorayaonline.com
j. Penggunaan penghalang atau barrier. Yakni dengan menggunakan berbagai ragam
faktor fisik yang dapat menghalangi atau membatsi serangga hama sehingga tidak
menjadi masalah bagi petani, contoh : peninggian pematang, lubang / selokan
jebakan yang diisi air, pagar rapat, lembaran seng/ plastikdisekeliling pertanaman,
mulsa plastik/ jerami, pembungkusan buah dengan kantong plastik.
k. Pengusiran. Sasarannya adalah mengusir hama yang sedang berada di atau sedang
menuju pertanaman, dengan memasang patung-patung atau mengeluarkan suara
gaduh.
l. Cara-cara lain. Antara lain menggoyang pohon, menyikat, mencuci, memisahkan
bagian terserang, memukul, dan lain lain
121
3. Mengalihkan populasi hama menjauhi tanaman
4. Mengurangi dampak kerusakan tanaman.
Contoh :
a. Menggunakan varietas domestik yang tahan: karakteristik dari varietas domestik
adalah memiliki ketahanan yang lebih baik karena cocok terhadap lingkungannya.
Peranan penggunaan varietas tahan :
1. Praktis dan secara ekonomis menguntungkan. Penerapan tidak memerlukan
tambahan biaya dan keterampilan khusus, mengingat cara ini adalah praktek
bercocok tanam biasa, sehingga biaya yang dikeluarkan lebih murah.
2. Bersifat spesifik. Penggunaan varietas tahan hanya ditujukan kepada OPT sasaran
3. Efektifitas pengendalian bersifat kumulatif dan persisten. Penanaman varietas tahan
dari musim ke musim dapat semakin menurunkan populasi hama (kumulatif).
Persistensi dapat dipertahankan dengan cara pergiliran varietas tahan.
4. Kompatibel dengan cara pengendalian lain. Dapat dipadukan dengan cara
pengendalian yang lain, sehingga hasilnya lebih optimal
5. Dampak negatif terhadap lingkungan kecil
b. Rotasi Tanaman: pergiliran atau rotasi tanaman yang baik adalah bila jenis tanaman
yang ditanam pada musim berikutnya bukan merupakan inang hama yang menyerang
tanaman yang ditanam pada musim sebelumnya. Dengan pemutusan ketersediaan
inang pada musim berikutnya populasi hama yang sudah meningkat pada musim
sebelumnya dapat ditekan. Rotasi tanaman paling efektif untuk mengendalikan hama
yang memiliki kisaran makanan sempit dan kemampuan migrasi terbatas terutama
pada fase yang aktif makan.
- Pergiliran tanaman antara kedelai dengan tanaman bukan kacang-kacangan
dapat mengendalikan hama-hama penting seperti lalat bibit kacang (Agromyza
phaseoli), kutu kedelai (Bemicia tabaci).
- Kubis biasa dirotasikan dengan kentang, jagung
c. Menghilangkan tanaman yang rusak. Tanaman yang terkena serangan hama maupun
patogen sebaiknya dibersihkan dari kawasan budidaya.
d. Pengolahan tanah: pengerjaan tanah dapat dimanfaatkan untuk pengendalian instar
hama yang berada dalam tanah.
- Pengolahan tanah sangat efektif untuk membunuh telur belalang kembara
(Locusta migratoria) yang selalu diletakkan di dalam tanah.
122
- Hama akar seperti lundi (Holotricia helleri) mempunyai fase larva dan pupa di
dalam tanah, sehingga pengolahan tanah dapat mengangkat pupa dan memutus
siklus perkembangannya.
e. Tumpangsari dan variasi penanaman serta pemanenan. Tumpangsari dapat
mengendalikan hama akibat keberadaan tanaman yang bukan inangnya. Sedangkan
variasi waktu panen akan memutuskan siklus hidup hama.
- Panen dilakukan secara bertahap dari satu lajur atau setrip ke lajur yang lain
pada hari berikutnya. Diharapkan populasi hama tidak keluar dari petak
hamparan tetapi pindah dari bagian yang telah dipanen ke bagian pertanaman
yang lebih muda dan belum dipanen.
- Tumpang sari antara kentang dan bawang daun
f. Pemangkasan dan Penjarangan. Kegiatan pemangkasan terkait dengan kebersihan
tanaman, sedangkan penjarangan terkait dengan jarak tanam optimum suatu tanaman.
- Pemangkasan pada beberapa tanaman terutama bagian yang terkena infeksi
sehingga tidak menyebar ke bagian tanaman yang lain.
- Penjarangan tanaman dapat meningkatkan produktifitas. Jarak tanam dapat pula
mempengaruhi populasi hama. Pada tanaman padi, jarak yang terlalu dekat
menguntungkan perkembangan dan kehidupan wereng coklat.
g. Pemupukan: tindakan pemupukan juga dapat mempengaruhi keberadaan hama.
- Optimalisasi pemupukan N dapat mengurangi serangan OPT karena pemupukan
N yang berlebihan akan menjadikan tanaman sukulen dan mudah terserang
OPT.
- Pemberian pupuk mikro dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
serangan OPT.
123
- atraktan nabati ekstrak selasih dan ekstrak daun wangi mampu memerangkap
hama lalat buah jantan.
b. Repelen. Merupakan senyawa penolak hama atau pengusir hama dari objek yang
mempunyai senyawa tersebut.
- Menggunakan bagian tanaman suren terbukti merupakan repelen (pengusir atau
penolak) serangga, termasuk nyamuk. Daun dan kulit kayunya beraroma cukup
tajam. Secara tradisional, petani menggunakan daun suren untuk menghalau
hama serangga tanaman dan dapat digunakan dalam keadaan hidup
- Beberapa minyak atsiri yang umum dipakai sebagai penolak serangga (insect
repellent) diantaranya berasal dari bunga lavender, eucaliptus, kulit jeruk.
c. Insektisida. Merupakan senyawa yang digunakan untuk mengendalikan organisme
pengganggu tanaman jenis insekta atau serangga.
- Daun Azadirachta indica dapat mengendalikan Plutella xylostela pada kubis.
- Insektisida kimia sintetik seperti: organoklorin, karbamat.
d. Sterilan: merupakan senyawa yang digunakan untuk mensterilkan suatu ruang dari
organisme misalkan sterilan tanah artinya mensterilkan tanah dari keberadaan
organisme.
e. Growth Inhibitor (IGR = Insect Growth Regulator). Merupakan senyawa yang
difungsikan untuk menghambat pertumbuhan serangga. Merupakan senyawa yang
dapat merubah atau mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan serangga.
IGR pada hakikatnya menggunakan aktivitas normal endokrin serangga. Pengaruh
IGR tersebut dapat terjadi pada waktu perkembangan embrionik, perkembangan larva
atau nimfa, metamorfosis, proses reproduksi, ataupun perilaku diapause. Beberapa
kelompok IGR antar lain:
- Ekdison, yaitu hormon pengganti kulit
- IGR penghambat khitin yaitu buprofezin pernah diaplikasikan untuk
mengendalikan hama wereng coklat di Indonesia.
124
ditanggapi secara numerik (respon numerik) dengan meningkatkan jumlah predator dan
secara fungsional (respon fungsional) dengan meningkatkan daya makan per musuh
alami.
Contoh :
a. pengendalian hayati dengan parasitoid dan predator.
- mengendalikan hama tikus dengan memelihara burung hantu di sekitar areal
tanaman.
- Dengan menggunakan mikroorganisme antagonis seperti Tricodherma sp.
b. Introduksi, perbanyakan dan penyebaran musuh alami
- Introduksi kumbang vedalia (Rodolia cardinalis) dari Australia ke California
untuk mengendalikan hama kutu perisai (Icerya purchasi) yang menyerang
jeruk.
- Introduksi parasitoid Tetrasitichus brontisapae dari Jawa ke Sulawesi dapat
berhasil menekan populasi hama kelapa Brontispa longissima.
c. Perlindungan dan dorongan musuh alami.
- Campsomeris sp menyerang uret
- Tricodherma sp menyerang telur penggerek batang tebu.
125
6. Pengendalian Dengan Peraturan
a. Undang-undang
Merupakan upaya preventif untuk pengendalian hama
Pengukuran preventatif bertujuan untuk mencegah munculnya OPT baru atau untuk
membatasi keberadaannya sehingga tidak akan menjadi masalah serius. Pengukuran
preventatif biasanya melibatkan karantina dan undang-undang. Karantina dan peraturan
undan-undang ditegakkan di banyak negara untuk mencegah masuk dan penyebaran OPT.
Negara-negara dengan pelayanan karantina yang efisien membutuhkan inspeksi yang ketat
dan fumigasi terhadap bahan tanaman impor pada stasiun karantina tempat masuknya.
126
Jagung Transgenik
portalkesehatan.com
Kerusakan (kerugian) yang ditimbulkan oleh hama dapat berupa kerugian secara
kuantitas maupun kualitas
127
1. Kerugian secara kuantitas (berkurangnya hasil atau produksi)
2. Kerugian secara kualitas (menurunnya mutu hasil), antara lain sebagai berikut :
a. Perubahan warna pada beberapa macam produk tanaman
b. Perubahan rasa
c. Bercak atau bintik-bintik hitam
d. Rusak atau abnormal
128
II. PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN
Gangguan terhadap tanaman selain disebabkan oleh hama juga adanya penyakit.
Penyakit merusak tanaman dengan mengganggu proses – proses dalam tubuh tanaman
sehingga mematikan tanaman. Oleh karena itu tanaman yang terserang penyakit, umumnya,
bagian tubuhnya utuh, akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan dapat menyebabkan
kematian. Ada 4 (empat) macam cara yang diterapkan dalam usaha untuk pengendalian
penyakit tanaman, yaitu :
a. Eksklusi
b. Proteksi
c. Imunisasi
d. Eradikasi
a. Eksklusi
Yaitu pengendalian penyakit tanaman dengan cara mencegah masuknya patogen ke
suatu daerah yang masih steril atau bebas dari penyakit
Caranya :
Penerapan undang-undang atau peraturan tentang karantina tanaman
b. Proteksi
Adalah usaha pengendalian penyakit tanaman dengan cara mencegah terjadinya
infeksi oleh patogen.
Caranya :
- Penggunaan lahan yang bebas patogen
- Rotasi tanaman
- Penggunaan benih bebas patogen
- Pemeliharaan tanaman
129
distributorpu
c. Imunisasi
Merupakan upaya pengendalian penyakit tanaman dengan menggunakan jenis-jenis
tanaman tahan (resisten) dan toleran
Ketahanan tanaman ada 3 (tiga) macam, yaitu :
- Ketahanan mekanis
Tanaman mempunyai struktur-struktur morfologis yang menyebabkan tanaman sukar
mengalami infeksi dari patogen
Misalnya : berkutikula tebal, mempunyai lapisan lilin, mempunyai stomata sedikit
tanamankampung.blogspot
- Ketahanan kimiawi
Suatu parasit hanya dapat menyerang tanaman tertentu yang mempunyai isi sel yang
susunan kimiawinya cocok baginya
- Ketahanan fungsional
130
Pertumbuhan tanaman sedemikian rupa sehingga dapat menghindari penyakit meskipun
tanaman itu sendiri sebenarnya adalah peka
Misalnya : ketahanan tanaman terhadap penyakit yang ditularkan serangga dapat terjadi
karena tanaman tidak disenangi oleh vektor dari penyakit tersebut
d. Eradikasi
Usaha pengendalian penyakit tanaman dengan cara menghilangkan sumber penyakit,
terutama bagi penyakit baru yang masuk ke suatu daerah.
Caranya :
- mekanis
- biologis
- khemis
newsliputan6.com
131
Pengendalian gulma memerlukan strategi yang khas untuk setiap kasus. Beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan pengendalian gulma antara lain sebagai
berikut :
a. Jenis gulma dominan
b. Tanaman budi daya utama
c. Alternatif pengendalian yang tersedia
d. Dampak ekonomi dan ekologi
Sasaran pengendalian gulma adalah untuk mengendalikan pertumbuhan gulma
sedemikian rupa sehingga gulma tersebut tidak merugikan pertumbuhan dan hasil tanaman
pokok. Ada tiga prinsip yang dapat diterapkan dalam usaha untuk mengatasi pengaruh-
pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh gulma, yaitu :
a. Pencegahan (prevention)
b. Pemberantasan / pembasmian (eradication)
c. Pengendalian (weed control)
a. Pencegahan
Pencegahan, yaitu tindakan pengendalian gulma yang dilakukan sebelum terjadi
kerugian. Dengan mencegah masuknya gulma berarti segala usaha pembasmian yang
memakan biaya dan tenaga tidak perlu dilakukan. Biaya serta tenaga yang ada dapat
dimanfaatkan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat. Usaha pencegahan juga sangat
diperlukan karena kadang-kadang dapat terjadi pada saat yang diperlukan pemberantasan
sukar dilaksanakan. Usaha pencegahan ini meliputi antara lain :
- Mencegah agar biji atau alat pembiakan lain dari gulma tidak masuk melalui benih,
makanan ternak, alat-alat pertanian.
- Mencegah agar gulma yang ada pada areal di sekitarnya tidak sempat membentuk biji.
- Mencegah penyebaran gulma tahunan yang membiak secara vegetatif yakni dengan
pengomposan secara sempurna.
b. Pemberantasan/Pembasmian
Pemberantasan/pembasmian, yaitu meniadakan atau memusnahkan semua gulma
yang hidup sampai ke akar-akarnya termasuk bijinya dari suatu areal tanah. Biasanya yang
paling efektif adalah menggunakan soil sterilant. Cara ini hanya bisa diterapkan apabila
132
penyebaran gulma hanya meliputi areal yang terbatas saja, dan umumnya hanya ditujukan
terhadap gulma yang sangat merugikan.
c. Pengendalian
Pengendalian gulma, merupakan tindakan untuk memperkecil kerugian yang
ditimbulkan. Untuk mengatasi gulma yang telah tersebar secara luas, cukup apabila dapat
dikuasai dan dikendalikan pertumbuhannya sampai tingkatan yang secara ekonomis tidak
merugikan tanaman pokoknya. Atau dengan kata lain bahwa keuntungan yang didapatkan
dengan adanya penekanan gulma tersebut sedapat mungkin seimbang dengan usaha atau
biaya yang dikeluarkan.
Cara-cara pengendalian
Dalam pengendalian gulma, dikenal adanya berbagai macam cara. Cara-cara tersebut
adalah secara mekanis, kultur teknis, khemis, biologis, dan terintegrasi.
Membabat
Pengendalian gulma dengan cara pembabatan ini biasanya dilakukan di perkebunan,
kebun hortikultura, lapangan rumput di halaman, tempat-tempat rekreasi, dan lapangan golf.
Dilihat dari segi penyebaran gulma, cara ini sebaiknya dilakukan sebelum gulma membentuk
biji. Pada tanah yang miring, cara ini merupakan cara yang terbaik, karena terjadinya erosi
masih tetap dapat dicegah.
133
Menginjak-injak
Cara pengendalian gulma dengan menginjak-injak ini dilakukan di daerah-daerah
yang teknik bercocok tanamnya kurang berkembang. Cara ini dilakukan dalam persiapan
tanah (sawah) guna ditanami padi.
Pengolahan tanah
Pengolahan tanah merupakan cara pengendalian gulma yang paling tepat, karena
dapat diterapkan untuk mengendalikan baik gulma semusim maupun gulma tahunan.
Kenyataan menunjukkan bahwa kegunaan pengolahan tanah lebih memberikan hasil yaitu
mengurangi populasi gulma atau biji-biji gulma di dalam tanah daripada mempengaruhi sifat-
sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.
134
Pada pengolahan pertama, tanah dibajak secara dalam. Dengan demikian rhizom,
stolon, dan umbi kehabisan cadangan makannya. Tentu saja pembajakan tersebut dilakukan
pada saat tanahnya lembab. Pembajakan yang dilakukan pada musim kering agar rhizom,
stolon, dan umbi yang berada di permukaan tanah dapat kena sinar matahari sehingga
mengering dan akhirnya mati. Disamping itu jenis gulma yang telah rusak sistem
perakarannya akan mati kekeringan sebelum mampu memperbaiki organ-organ bawah tanah.
Pembakaran
Pengendalian gulma dengan mempergunakan api banyak dilakukan di daerah bukan
tanah pertanian, dimana cara-cara lain kurang begitu praktis; seperti pada rel KA, tepi jalan,
tepi saluran air, permulaan pembukaan padang rumput, dan pada pembuatan ladang. Prinsip
pengendalian gulma dengan api adalah bahwa protein sangat sensitif terhadap suhu yang
tinggi. Pada suhu 450C protein akan terkoagulasi dalam waktu beberapa jam. Pada suhu yang
tinggi koagulasi akan lebih cepat. Gulma akan mati karena pada bagian yang kena semburan
api akan terjadi dehidrasi dan koagulasi protein. Alat yang dipakai pada pembakaran ini
adalah weed burner dengan bahan bakar bensin, propane, butan, dan lain-lain.
135
Bertanam secara campuran dan tumpangsari
Dari penelitian-penelitian dilaporkan bahwa jenis-jenis tanaman tertentu umumnya
diikuti oleh jenis-jenis gulma tertentu pula dalam pertumbuhannya. Apabila dua atau lebih
tanam-an yang berbeda sifatnya ditanam secara tercampur ada kemungkinan jenis tanaman
yang satu dapat menekan pertumbuhan gulma yang mengikuti pertumbuhan tanaman yang
lain. Dengan mengatur jenis-jenis tanaman yang akan dikombinasikan bersifat
komplementer, maka akan dihasilkan keadaan lingkungan yang cocok bagi tanaman sehingga
pertumbuhan relatif lebih cepat dan lebih kuat bersaing dengan gulma. Per- tumbuhan yang
cepat ini akan segera dapat menghalangi sinar matahari yang dibutuhkan oleh gulma. Dengan
demikian tanaman dapat memanfaatkan unsur hara dan air lebih baik sehingga menghambat
pertumbuhan gulma.
Tanaman campuran
moofafrica.com
Rotasi Tanaman
Beberapa jenis gulma seolah-olah telah menyesuaikan diri dengan jenis tanaman
tertentu. Penyesuaian ini mungkin karena keadaan lingkungan cocok atau karena telah
menyesuaikan diri dengan tindakan-tindakan pemeliharaan tanamannya. Misalnya, pada Padi
sawah jenis-jenis gulma yang suka air akan tumbuh mengikuti padi. Bila padi diusahakan
secara terus menerus maka timbul kecenderungan terjadinya akumulasi jenis-jenis gulma
tersebut. Penggantian tanaman padi dengan Tebu akan merubah komposisi gulma, yaitu
jenis-jenis gulma padi akan lenyap dan akan digantikan jenis-jenis gulma yang lebih cocok
tumbuh pada keadaan kering.
136
Pengendalian dengan memperhatikan ekologi
Yaitu suatu cara pengendalian dengan usaha menciptakan keadaan lingkungan
sdemikian rupa supaya keadaan tersebut relatif sangat sesuai untuk tanaman yang akan
diusahakan, sehingga tanaman dapat tumbuh baik dan kuat bersaing, dan di lain fihak
keadaan tersebut dapat mengurangi gulma menjadi seminimum mungkin. Pengendalian
secara ekologi dapat dilaksanakan antara lain dengan pemakaian mulsa dan penggenangan.
Prinsip pemakaian mulsa adalah untuk mengurangi jumlah atau intensitas cahaya
yang sampai pada gulma atau biji-biji-nya sehingga dapat menahan atau menghambat
pertumbuhannya bahkan dapat mematikannya. Cara ini banyak dilakukan pada pertanaman
remaja dalam budidaya tanaman keras seperti karet, kopi, teh, dan juga biasa dilakukan
terutama pada tanaman nanas, tomat, dan ketimun. Bahan mulsa dapat berupa sisa-sisa
tanaman, bahan hijauan gulma dan pupuk hijau, bahan plastik atau kertas hitam, serbuk
gergaji, sekam padi, dan lain-lain. Disamping alat pengendali gulma, mulsa diharapkan
memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman pokoknya.
Prinsip pengendalian gulma dengan cara penggenangan ini ialah menekan kebutuhan
zat asam dan cahaya oleh gulma. Di beberapa negara bagian di AS metode penggenangan ini
sering dipergunakan untuk memberantas gulma tahunan. Caranya yaitu dengan pembajakan
tanah kemudian digenangi sedalam 20-30 cm selama 30-60 hari. Dalam praktek secara tidak
langsung hasilnya dapat dilihat bahwa sawah yang sering kekeringan populasi gulmanya jauh
lebih banyak dari pada sawah yang keadaannya selalu tergenang air. Beberapa gulma bijinya
mampu berkecambah di tanah basah (tidak tergenang air) tetapi perkecambahannya
terganggu dengan adanya penggenangan.
137
- Diperlukan peralatan-peralatan khusus yang cukup mahal
- Perlu dasar pengetahuan yang cukup
- Terdapat resiko terjadinya kerusakan tanaman pokok
- Terdapat resiko keracunan pada ternak dan manusia
- Adanya residu yang bisa mengakibatkan pencemaran lingkungan.
138
Pengendalian gulma secara terpadu (Integrated control)
Adalah cara pengendalian dimana dua atau beberapa cara digabungkan
penggunaannya, dengan maksud untuk mengatasi kekurangan dari masing-masing cara dan
untuk mendapatkan cara pengendalian yang lebih efektif, serta untuk mendapatkan hasil yang
semaksimal mungkin.
riau24.com
Cara-cara yang dikombinasikan dalam cara ini tergantung pada tujuan dan situasinya
masing-masing, umumnya diarahkan agar mendapatkan interaksi yang positif. Beberapa
contoh, misalnya :
- Antara pengolahan tanah dengan perlakuan herbisida
- Antara pemupukan dengan herbisida
- Jarak tanam dengan penyiangan
139
Efisiensi pengendalian gulma tergantung efektivitas tindakan yang memadai untuk
mencapai batas minimum pengendalian. Pengendalian gulma secara keseluruhan mungkin
tidak diperlukan dan tidak dianjurkan. Pada pertanaman ada suatu periode dimana gulma
boleh tetap ada asalkan dibawah daya saing dengan tanaman dan periode dimana gulma dapat
dibiarkan tumbuh tanpa mengurangi produksi sehingga tindakan pengendalian tidak
diperlukan. Pengendalian gulma yang harus dilaksanakan yaitu pada saat periode kritis
persaingan gulma.
140
PESTISIDA
Pengertian Pestisida
Klasifikasi pestisida
Aplikasi Pestisida
Tindakan Keselamatan
141
I. PENGERTIAN PESTISIDA
Jenis-jenis Pestisida
Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan dalam pengendalian OPT. Umumnya
aplikasi pestisida diberikan dengan cara penyemprotan. Beberapa jenis pestisida sudah
banyak dihasilkan oleh pabrik dan dijual secara umum kepada masyarakat.
142
II. KLASIFIKASI PESTISIDA
Untuk dapat memakai pestisida secara baik, perlu mengetahui secara baik pestisida
tersebut. Pestisida dapat digabungkan menjadi golongan yang mempunyai sifat yang mirip
satu sama lain dan hal ini lebih mudah untuk dikenali dari contoh yang mewakili dari
grupnya. Pestisida dapat digolongkan ke dalam berbagai jenis berdasarkan kriteria tertentu,
seperti berdasarkan OPT sasarannya, cara kerjanya, asal zat atau senyawa kimia yang
menyusunnya, serta selektivitasnya.
Jenis-jenis Pestisida
(obatpestida.blogspot)
143
Klasifikasi pestisida berdasarkan cara bekerjanya
Berdasarkan cara bekerjanya pestisida dibagi menjadi :
a. Pestisida kontak
b. Pestisida sistemik
c. Soil sterilant
144
Soil sterilant
Adalah senyawa kimia yang sebagian besar terdiri atas senyawa anorganik yang
mampu membunuh kecambah di dalam tanah.Berdasarkan daya bunuhnya soil sterilant dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
- Temporary soil sterilant, daya bunuhnya kurang dari 4 bulan
- Semi permanent soil sterilant, antara 4 bulan sampai 2 tahun
- Permanent soil sterilant, daya bunuhnya lebih dari 2 tahun.
Apabila daya bunuh soil sterilant kurang dari 48 jam berarti tidak efektif. Lama soil sterilant
bertahan dalam tanah sangat tergantung pada frekuensi pemberian, kondisi tanah, keadaan
iklim setempat, serta jenis zat kimianya.
Umumnya soil sterilant dipakai di tempat-tempat yang bukan merupakan tanah
pertanian, seperti pada jalan KA, tepi-tepi jalan, tanah perindustrian, dan sebagainya.
145
Klasifikasi pestisida berdasarkan Susunan Kimianya
Berdasarkan asal zat atau senyawa kimia yang menyusunnya pestisida terdiri dari
pestisida anorganik (contohnya senyawa tembaga, boraks, arsenik, merkuri); pestisida
organik sintetis (contohnya karbamat, organofosfat, fenoksi, triazines, piretroid
sintetis, benzimidazol) dan; pestisida nabatis (contohnya Bacillus
thuringiensis,Beauveria bassiana, rotenone, piretrum).
a. Organik (dari makhluk hidup)
Perkembangan pestisida organik dimulai saat dikenalnya 3,5-dinitro-o-kresol sebagai
pestisida tahun 1932 yang garam natriumnya dikenal dengan DNOC. Dengan
diketemukannya 2,4 D maka pestisida organik semakin berkembang. Dan selanjutnya
banyak diketemukan jenis-jenis pestisida organik lainnya, seperti dalapon, alachlor,
paraquat, MCPA, atrazine, diuron, MH, dan lain-lain.
b. An Organik (dari unsur-unsur kimia)
Perkembangan teori tentang nutrisi tanaman dari segi kimia pada abad ke-19 yang
dipelopori oleh Liebig dari jerman dan kemudian juga pemakaian pupuk dan senyawa
kimia lain sebagai insektisida yang terus meningkat telah memacu penemuan senyawa
kimia untuk pestisida.
c. Pestisida nabati (berasal dari tumbuhan)
d. Berasal dari Mikroba
e. Berasal dari Minyak
146
III. APLIKASI PESTISIDA
Aplikasi pestisida adalah menyampaikan bahan aktif pestisida kepada gulma atau
sasaran tertentu dalam jumlah yang cukup secara merata. Untuk memenuhi definisi aplikasi
tersebut, maka aplikasi pestisida haruslah dilakukan dengan alat aplikasi yang sesuai dan
dengan teknik yang sesuai pula. Aplikasi pestisida dianggap sukses dinilai dari tingkat
kematian atau penekanan pertumbuhan gulma sasaran setelah adanya aplikasi pestisida
tersebut. Jadi aplikasi pestisida yang sukses adalah penyampaian bahan aktif pestisida pada
waktu yang tepat, dengan penutupan (coverage) semaksimal mungkin dan dalam jumlah yang
cukup kepada sasaran.
Ada tiga kunci yang perlu diperhatikan agar teknik aplikasi pestisida sukses, yaitu :
waktu, penutupan, jumlah bahan aktif yang cukup.
a. Waktu
Dapat ditinjau berdasarkan sudut jasad sasaran dan sudut meteorologi. Dari sudut
sasaran, waktu yang tepat untuk aplikasi pestisida adalah pada periode kritis. Artinya aplikasi
pestisida dilakukan pada saat gulma berada pada stadia peka atau sensitif terhadap pestisida
dan sebelum gulma mencapai stadia perkembangbiakan; misalnya sebelum berbunga. Dari
sudut meteorologi, waktu yang tepat untuk aplikasi gulma adalah pada waktu udara cerah,
angin tenag, tidak ada hujan menjelang baik pada saat atau segera sesudah saat aplikasi.
Udara cerah artinya tidak ada indikasi bahwa hujan akan segera turun. Angin tenang
maksudnya adalah udara cukup tenang, angin berhembus pelan. Hujan yang turun dalam
jangka waktu 6 jam setelah aplikasi pestisida dapat mempengaruhi efikasi. Namun, ini
merupakan sifat yang umum dan sangat bergantung pada :
- sifat-sifat pestisida
- pemakaian surfactant
- sifat gulma sasaran
- curah hujan
- dan lain-lain
147
b. Penutupan (coverage)
Yaitu tingkat penutupan pestisida yang dihasilkan pada sasaran. Dalam hal ini
semakin banyak butir semprotan per unit area yang sampai atau melekat pada sasaran, efikasi
(kemanjuran, kegunaan, kesanggupan) pestisida akan lebih baik. Sebagai patokan umum,
untuk memperoleh efikasi yang baik aplikasi hendaklah menghasilkan penutupan untuk
pestisida pra tumbuh 20-30 butir/cm2. Penutupan sangat dipenga-ruhi oleh ukuran butiran
semprotan, dan volume semprotan.
148
b. Formulasi pestisida
Formulasi pestisida adalah bentuk penyediaan pestisida agar sesuai untuk disimpan dan
dipakai. Formulasi ini penting diperhatikan dalam kaitannya dengan kelarutannya dalam air,
perlunya selalu mengaduk larutan untuk memperoleh larutan yang homogen, dan sebagainya.
Beberapa bentuk formulasi pestisida :
- Soluble salt (senyawa yang larut dalam air)
Soluble salt, adalah campuran dari dua bahan yang secara fisik seragam. Tiap bagian dari
larutan itu mempunyai komposisi sama dari bahan itu. Misalnya, seperti alkohol larut
dalam air, larutan gula, dan sebagainya. Keuntungan dari pestisida yang telah
diformulasikan untuk larut dalam air adalah kemu-dahan dalam memakainya dengan
larutan yang seragam tanpa tambahan bahan lain. Kerugiannya karena larut dalam air
berarti mudah tercuci, baik karena hujan maupun terbawa aliran air di atas tanah sehingga
dapat menimbulkan bahaya sampingan seperti terkenanya tumbuhan yang bukan sasaran.
- Emulsifiable concentrates (EC), emulsi
Emulsifiable concentrate (EC), sebagian besar terdiri dari pestisida organik yang
dilarutkan dalam pelarut bahan organik yang dicampur dengan bahan emulsi untuk
menciptakan emulsi minyak dalam air, ketika formulasi itu ditambah air.(Emulsi = suatu
cairan yang tersebar di dalam liquid atau cairan lainnya, tetapi masing-masing tetap
dengan sifat asli-nya). Jadi tanpa diaduk mungkin campuran ini akan terpisah membentuk
dua lapis cairan yang tidak campur. Kelemahan dari formulasi EC adalah beberapa
formulasi EC hanya memerlukan sedikit pengadukan sedang yang lain perlu pengadukan
yang terus menerus.
Berbentuk cairan pekat yang bahan aktifnya mengandung bahan pengemulsi yang dapat
digunakan setelah dilarutkan dalam air. Cara penggunaannya disemprotkan dengan alat
penyemprot atau diinjeksikan pada bagian tanaman/tanah. Emulsi minyak dalam air, perlu
pengadukan
- Wetable powder (WP), Bubuk yang dapat dilarutkan
Wetable powder (WP), adalah bubuk padat yang amat halus yang dapat segera
membentuk suspensi di dalam air. WP dibuat dengan menjenuhkan bahan pestisida teknis
pada lempung atau kaolin. Kemudian wetting agent dan dispersing agent ditambahkan
dalam formulasi ini. (Wetting agent membantu membasahi bahan aktif pestisida itu ketika
ditambah air sebagai pembawa; dispersing agent membantu menyebarkan partikel di atas,
apabila dicampur dengan air). Jenis WP ini biasanya formulasi untuk pestisida yang akan
dipakai di tanah, bukan di daun. Berbentuk tepung yang dapat dilarutkan dalam air yang
149
cara penggunaannya disemprotkan dengan alat penyemprot. Juga biasa diguakan untuk
merendam benih. Bentuk padat yang sangat halus yang dapat segera membentuk suspensi
di dalam air
- Dust (D), tepung
Merupakan tepung sangat halus dengan kandungan bahan aktif 1-2% yang
penggunaannya dengan alat penghembus (duster)
- Granular (G), butiran
Berbentuk butiran yang cara penggunaannya dapat langsung disebarkan dengan tangan
tanpa dilarutkan terlebih dahulu. Granular (G), juga dapat dicampur dengan pembawa
padat untuk memperbanyak volumenya agar mudah menyebarkan bahan/pestisida itu
secara merata. Beberapa pembawa dapat dipakai seperti tanah, pasir, pupuk, dan
sebagainya. Beberapa keuntungan bahan granular yaitu tidak diperlukan air dan alat
semprot yang mahal. Petani dapat dengan mudah menyebarkan butiran itu. Penyebaran
dapat dilakukan dengan menghindari daun atau bagian tanaman yang lunak dan langsung
ke tanah. Kerugiannya, bahan granular lebih berat, sehingga biaya angkutnya jauh lebih
mahal dari pada EC atau WP. Selain itu juga mudah dipindahkan oleh angin atau air,
kurang efektif untuk keadaan kelembaban tanah yang tinggi, dan tidak bisa merata.
- Fumigants
Fumigants, baik untuk mematikan gulma berakar dalam, biji-bijian, serangga, tikus, dan
juga patogen. Fumigant ini biasanya diinjeksikan ke dalam tanah beberapa cm dalamnya.
Tanah harus tertutup (dengan plastik) dan sedapat mungkin kedap udara sehingga
fumigant itu tidak menguap keluar. Uap yang beracun itu akan hilang dalam beberapa
hari dan tanaman dapat tumbuh dalam tanah yang steril. Keberatan fumigant adalah
pemakaiannya mahal, gulma mempunyai kepekaan yang berbeda-beda, tidak fleksibel
dan hanya terbatas pada suatu tempat, serta sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan
seperti kelembaban, suhu, tekstur tanah, dan sebagainya.
- Cairan yang dapat dilarutkan (WSC = Wettable Soluble Concentrate)
Berbentuk cairan yang bahan aktifnya dapat langsung larut dalam air. Larutannya tidak
berwarna putih susu tetapi berwarna coklat jernih yang cara menggunakannya
disemprotkan dengan alat penyemprot
- Ultra Low Volume (ULV), volume ultra rendah
Berbentuk cairan pekat yang dapat langsung disemprotkan tanpa dilarutkan lagi. Biasanya
disemprotkan melalui pesawat terbang dengan penyemprot khusus yang disebut micron
ultra spayer
150
Formulasi Pestisida
(dc362.4 shared.com)
c. Volume larutan
Umumnya bahan aktif pestisida yang dipakai jumlahnya kecil, harus diaplikasikan
untuk areal yang luas secara merata. Untuk memungkinkan distribusi secara merata, maka
bahan aktif yang jumlahnya kecil itu lazimnya dilarutkan dalam pelarut tertentu. Pelarut yang
lazim adalah air. Volume larut-an per satuan luas mempengaruhi ukuran butiran semprotan.
Berbagai bentuk nozel mempunyai kesesuaian dengan tingkat volume semprotan per hektar.
Selain dari itu, sifat pestisida (kontak-sistemik) mempunyai kesesuaian terhadap tingkat
volume aplikasi agar dapat menghasilkan daya berantas secara sempurna. Sebagai contoh,
pestisida kontak kurang sesuai diaplikasikan secara volume rendah.
151
pestisida untuk diaplikasikan seringkali perlu juga ditambahkan surfactant. Surfactant ada
yang dapat mempertinggi efektivitas suatu pestisida tetapi mungkin akan mengurangi
efektivitas dari pestisida yang lain. Oleh karena itu dianjurkan untuk tidak menambahkan
suatu surfactant pada formulasi komersiil dari pestisida di luar yang dianjurkan oleh
pembuatnya.
Bahan pembasah (wetting agent), berfungsi untuk menurunkan tegangan antar
permukaan (inter facial tension) antara benda cair dan benda padat, sehingga menghasilkan
kontak yang lebih intim. Bahan pembasah dapat menambah kemampuan benda cair untuk
membasahi benda padat. Derajat efektivitas dari pembasah ditunjukkan oleh pertambahan
luasnya penyebaran benda cair pada suatu daerah permukaan. Bila pestisida WP
disemprotkan pada tumbuhan maka akan terdapat interfase antara daun-air. Bila daun itu
mempunyai lapisan lilin, maka air itu akan membentuk tetesan-tetesan bulat yang akan cepat
meluncur jatuh dari daun, bila tidak ada wetting agent. Dengan bantuan wetting agent maka
tegangan permukaan dari air akan turun sehingga permukaan daun dapat dibasahi dan
tetesan-tetesan akan menyebar dan membentuk lapisan (film) yang tipis. Daya penetrasi
surfactant itu akan mempengaruhi daya kerja pestisida.
Bahan pembentuk emulsi (emulsifier), yaitu zat yang ditambahkan ke dalam suatu
emulsi guna mengurangi kecenderungan untuk memisahkan diri dari konstituent-
konstituentnya sehingga menambah stabilitas emulsi. Didalam memformulasikan pestisida
EC yang akan dicampur air dalam pemakaian selanjutnya, maka peranan emulsifier itu
penting sekali.
Bahan perata (spreader), dimaksudkan supaya pestisida menyebar secara homogen
pada daun. Daun yang karena beberapa faktor sukar dibasahi, maka disamping wetting agent
atau emulsifying agent sering ditambahkan pula spreader.
Bahan perekat (sticker), adalah zat-zat yang dapat membuat pestisida melekat pada
permukaan yang terkena semprotan, yakni permukaan daun. Dengan sticker dimaksudkan
agar pestisida mudah menempel pada tanaman.
Bahan pembersih (detergent), yaitu bahan yang memberikan kemampuan atau
kekuatan pada senyawa-senyawa kimia (termasuk pestisida ) untuk dapat menghilangkan
tanah atau kotoran. Banyak detergent yang sudah umum dipergunakan bersama-sama
pestisida sebagai bahan pembasah, spreader, dan emulsifier.
Bahan pembuat dispersi (dispersing agent), yaitu substansi yang dapat mengurangi
besarnya kohesi antara partikel-partikel yang sejenis sehingga mendorong selalu terjadinya
pemisahan antara masing-masing partikel sejenis tadi. Beberapa dispersing agent juga
152
merupakan bahan pembasah yang baik, tetapi ada pula dispersing agent yang tidak
berpengaruh terhadap tegangan permukaan.
e. Jenis nozel
Jenis nozel, perlu diperhatikan karena berbagai jenis nozel yang dipakai saat ini
mempunyai sifat (karakteristik) yang berbeda. Diantara karakteristik nozel yang perlu
difahami antara lain :
a. Tingkat pengeluaran
b. Bentuk semprotan
c. Lebar jalur semprotan
d. Ukuran butiran yang dihasilkan
Jenis-jenis Nozel
(product.sdb.com)
153
f. Tekanan saat menyemprot
Tekanan, sangat penting diketahui dan diatur karena tekanan udara saat menyemprot dalam
tangki sangat mempengaruhi :
a. Tingkat pengeluaran
b. Lebar jalur semprotan
c. Ukuran butir yang dihasilkan
d. Distribusi butiran
dan dengan demikian akan mempengaruhi penutupan (coverage). Penyemprotan dengan
semprot punggung ("knapsack sprayer") memerlukan pengaturan tekanan dengan
menggerakkan pompa. Karena itu ketrampilan dalam menggerakkan pompa pada saat
menyemprot penting sekali diperhatikan.
g. Kecepatan berjalan
Kecepatan berjalan, mempengaruhi ukuran butiran dan jumlah butiran per satuan luas.
Dengan demikian mempengaruhi coverage dan jumlah pestisida yang sampai pada gulma per
satuan luas. Kecepatan berjalan baku adalah 2km/jam.
h. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan, yang sangat berpengaruh terhadap efikasi pestisida adalah kecepatan
angin, arah angin, curah hujan, dan lain-lain.
Efektivitas pestisida
Salah satu cara untuk mempertinggi efektivitas pestisida yang digunakan pada
tanaman adalah dengan mencampur pestisida. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pencampuran itu :
a. Pestisida yang dicampur itu tidak kompatibel, yaitu tidak ada perubahan sifat fisik akibat
pencampuran itu
b. Interaksi yang didapat dari penggunaan pestisida campuran itu harus menguntungkan.
Ada dua macam campuran pestisida, yaitu sinergisme dan antagonisme. Sinergisme,
yaitu efek ganda campuran dari dua atau lebih pestisida yang menjurus ke arah peningkatan
fitotoksitas dibanding dengan fitotoksitas pestisida tersebut apabila dipakai secara tunggal.
Keuntungannya dosis dapat diturunkan, dan memperluas spektrum pengendalian. Sedangkan
antagonisme adalah efek ganda campuran dari dua atau lebih pestisida yang menjurus ke arah
154
penurunan fitotoksitas pestisida dibanding dengan fitotoksitas pestisida tersebut apabila
dipakai secara tunggal.
Pestisida yang digunakan untuk pemberantasan selektif sering dicampur dengan
pupuk atau pestisida lain dengan tujuan untuk menghemat baik waktu maupun tenaga. Bila
persenyawaan-persenyawaan kimia itu kompatibel ( dapat dicampur), maka hal yang
demikian tidak keberatan. Tetapi umumnya saat yang paling tepat untuk pengendalian gulma
jarang bersamaan dengan waktu yang tepat untuk pemupukan atau pemberantasan
hama/penyakit, sehingga umumnya akan lebih efektif bila pupuk dan pestisida itu digunakan
secara terpisah.
Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas pestisida adalah :
a. jenis air pelarut
b. kadar larutan
c. waktu penyemprotan
d. cara penyemprotan
e. jenis pompa/alat semprot
f. morfologi gulma.
155
serangga hama dan musuh alami. Oleh karena itu dalam pengendalian gulma perlu
pertimbangan yang masak, sehingga gulma yang merupakan tempat hidup dari musuh alami
dan sebagai inang dari serangga hama tidak musnah sama sekali.
Disamping itu, jenis-jenis pestisida tertentu dapat mengakibatkan keracunan pada
tanaman yang disemprot atau pada tanaman berikutnya yang ditanam pada tanah tersebut.
Mudah tidaknya pestisida tercuci sangat dipengaruhi oleh resistensi pestisida tersebut dalam
tanah. Misalnya pestisida paraquat, diquat, nitralin, dan trifuralin merupakan pestisida yang
tidak mudah tercuci. Sedangkan dalapon paling mudah tercuci.
Pestisida yang memiliki residu lama biasanya adalah golongan pestisida tanah yang bekerja
lewat akar tanaman (sistemik).
Beberapa jenis pestisida juga dapat menimbulkan keracunan bagi manusia dan ternak.
Masuknya ke tubuh manusia dan ternak dapat melalui kulit dan pernafasan. Misalnya
penyemprotan pestisida paraquat yang berkontaminasi dengan kulit dapat menyebabkan
pendarahan pada hidung dan gangguan pada paru-paru.
Aplikasi Pestisida
156
dan sifat fisik. Toksisitas bisa terjadi terhadap satwa liar dan ikan, maupun terhadap kulit.
Dapat bersifat akut maupun kronik
- Efek residu pestisida masih bisa membunuh beberapa hari/minggu kemudian setelah
penyemprotan. Pestisida dengan efek residu panjang digunakan untuk mengendalikan
pada tanaman yang tidak segera dipetik hasilnya
Residu pestisida dipengaruhi oleh : - Toksisitas pestisida
- Sifat pestisida di dalam tumbuhan
- Sifat pestisida di dalam tanah
3. Dosis
Dosis adalah jumlah pestisida yang dibutuhkan setiap satuan luas atau pohon yang efektif
untuk mengendalikan hama/penyakit/gulma
4. Interval Pengendalian
Interval pengendalian adalah tenggang waktu antara pengendalian pertama dengan
pengendalian berikutnya
Interval Pengendalian tergantung beberapa faktor :
- Jenis hama/penyakit/gulma
- Sifat residu pestisida
- Cuaca
- Efisiensi (tingkat nilai ekonomi tanaman)
157
Keberhasilan Aplikasi
Keberhasilan
Aplikasi
Efektivitas Pestisida
Efektivitas
pestisida
Jenis
Jenis pompa/alat semprot
pompa/alat Cara penyemprotan
semprot
Pengendalian OPT dengan pestisida harus memperhatikan jenis hama, penyakit, dan
gulma yang ada, populasi, serta tahap pengembangan OPT. Penggunaan pestisida dapat
dilakukan berdasarkan pertimbangan hal -– hal berikut.
a. Pestisida biologi disesuaikan dengan jenis OPT yang menyerang.
158
b. Pestisida harus selektif, yaitu untuk OPT yang menyerang jenis tanaman tertentu.
c. Formulasi pertisida harus sesuai. Misalnya untuk hama yang masuk ke dalam bunga
kurang cocok jika digunakan penyemprotan, namun lebih efektif jika berbentuk kabut
sehingga lebih mudak untuk masuk ke dalam bunga.
d. Pestisida sistemik (masuk ke jaringan tumbuhan) atau kontak bersentuhan dengan hama,
disesuaikan dengan tahap perkembangan hama. Pada fase dewasa, kutu putih mungkin
sulit dikendalikan dengan perstisida kontak karena tubuhnya memiliki lapisan luar yang
dapat melindunginya dari semprotan langsung. Pestisida sistemik akan lebih efektif
karena larva yang baru menetas dan makan daun akan meti karena bahan aktif yanga ada
dalam tumbuhan akan meracuni hama tersebut.
Pengendalian OPT menggunakan pestisida harus dilakukan dengan cermat dan tepat
guna. Penggunaan pertisida yang berlebihan dan tidak tepat justru dapat menimbulkan bahaya
yang lebih besar. Hal itu disebabkan karena pestisida dapat menimbulkan kekebalan pada
hama dan penyakit. Oleh karena itu penggunaan pestisida digunakan seminimal dan sebijak
mungkin.
159
IV. Tindakan Keselamatan
Pestisida merupakan zat yang berbahaya karena mengandung racun, sehingga tidak
boleh ditaruh di sembarang tempat Oleh karena itu juga perlu diperhatikan beberapa hal :
- Pestisida agar disimpan dalam tempat aslinya dengan etiket yang jelas dan dijauhkan dari
jangkauan anak2, makanan, minuman
- Penggunaannya secara tepat, dosis dan waktu sesuai anjuran
- Hindarkan menghirup atau terkena percikan pestisida, sebaiknya menggunakan masker,
pakaian pelindung, dan sarung tangan
- Sewaktu menyemprot agar tidak dibarengi dengan makan, minum, dan merokok, serta
mengusap mata dan mulut dengan tangan
- Dalam melakukan penyemprotan tidak berlawanan dengan arah angin
- Jangan mengisi atau mencuci alat semprot di saluran air, kolam, sumber air, tempat makan
ternak
- Bekas tempat pestisida harus dimusnahkan
- Pelaksana aplikasi pestisida harus mempunyai ketrampilan yang memadai, mempunyai
pengetahuan tentang pestisida dan cara penyemprotannya serta mempunyai pengetahuan
tentang lingkungan dan kesehatan
2. Selama penyemprotan
- Baca dan pahami petunjuk pada label dan kenakan perlengkapan pelindung yang
disarankan. Setiap pestisida dikemas dalam wadah khusus yang dilengkapi dengan label.
Jangan membeli pestisida yang kemasannya bocor atau labelnya rusak. Label berisi
160
informasi yang menjelaskan tentang hal-hal penting dari pestisida tersebut, misalnya
bahan aktif, OPT sasaran pada komoditi tertentu, petunjuk penggunaan, cara penanganan,
dan sebagainya. Informasi yang tertera pada label harus benar-benar dibaca dan dipahami
sehingga kinerja dari pestisida dapat dioptimalkan sedangkan dampak negatif dari
penggunaan pestisida, seperti keracunan dan pencemaran lingkungan, dapat dihindarkan.
- Pastikan dan gunakan alat semprot yang kondisinya baik
- Hindarkan semprotan mengenai badan dan jangan menyemprot berlawanan arah angin
- Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi hari dimana udara masih sejuk, angin
belum bertiup kencang dan beberapa serangga hama telah melakukan peningkatan
aktivitas.
3. Setelah penyemprotan
- Cuci peralatan yang digunakan dan bersihkan tangan, kuku, muka dan seluruh bagian
badan lainnya
- Cuci dan bilas kemudian rusakkan kemasan kosong
- Semprotkan sisa larutan atau air bilasan ke tempat khusus (lubang) pembuangan limbah
- Jangan membuang sisa larutan atau air bilasan ke sungai atau saluran/sumber air lainnya
- Cuci pakaian kerja terpisah dengan pakaian lainnya
161
pestisida. Pestisida dapat melekat di kulit, rambut dan pakaian walaupun Anda tidak dapat
melihat atau menciumnya.
Perawatan
- Setiap kali selesai menggunakan pestisida agar bersuci dengan sabun
- Pakaian yang terkena percikan pestisida agar segera diganti
- Bagian tubuh yang terkena pestisida dicuci dengan sabun dan air dingin.
- Jika pestisida masuk ke mata, mata dicuci dengan air bersih selama 15 menit.
162
- Cari kemasan pestisidanya dan segera baca label atau informasi yang tertera. Label ini
akan menjelaskan apakah Anda harus membuatnya memuntahkan racunnya atau tidak.
- Jangan sampai muntah bila label melarang muntah. Bila menelan pestisida yang
mengandung bensin, minyak tanah, xylene, atau cairan lain yang mengandung bahan
bakar, jangan pernah muntah karena akan memperburuk kondisi. Disamping itu, jangan
biarkan orang tersebut muntah bila ia tidak sadarkan diri, bingung, atau tubuhnya
gemetar.
- Bila label menyatakan boleh dimuntahkan, berikan orang tersebut:
segelas air garam atau 2 sendok makan tumbukkan daun-daunan beraroma keras (seperti
seledri, kemangi, atau daun-daunan lokal lainnya) dengan 1 atau 2 gelas air hangat.
- Ajak penderita bergerak terus; ini akan membantu muntah lebih cepat.
- Setelah muntah, berikan arang aktif atau arang bubuk.Hal ini akan membantu menyerap
sisa racun yang masih ada di dalam perut
- Setelah orang tersebut muntah, atau bahkan bila ia tidak muntah, dalam perjalanan ke
dokter penyebaran racun dapat diperlambat dengan memberikannya minuman:
- Minum susu tidak mencegah keracunan pestisida namun dapat memperlambat
penyebaran racun.
- Jika seseorang menelan pestisida dan tidak mengalami sakit perut hebat, mereka dapat
minum sorbitol atau magnesium hidroksida (campuran air dengan magnesium hidroksida
yang menghasilkan cairan berwarna putih susu). Obat ini akan menyebabkan diare yang
mengeluarkan racun dari dalam tubuh.
- Jangan memberikan obat-obat ini untuk masalah keracunan pestisida: obat tidur (sedatif),
morfin, barbiturat, phenothiazine, aminophylline, atau obat lain yang memperlambat atau
mempersulit pernapasan karena akan membuat orang tersebut berhenti bernapas.
Setiap usaha tani yang menggunakan pestisida harus mempunyai kotak Pertolongan Pertama
Pada Kesehatan (P3K) yang berisi obat-obatan dan peralatan yang digunakan jika terjadi
keracunan. Lihat halaman 546 tentang perlengkapan apa saja yang harus tersedia di dalam
kotak P3K.
163
aerosol, pengabut, bom asap, pest strips (pestisida yang dilekat pada potongan kertas),
penyemprot, dan residu dari penyemprotan.Anda dapat pula menghirup debu pestisida di
tempat penyimpanan, atau saat sedang digunakan di dalam ruangan tertutup seperti rumah
kaca, atau ketika sedang diangkut ke lahan pertanian. Debu yang mengandung pestisida di
udara dapat menyebar dan mengotori wilayah yang jauh dari tempat dimana bahan ini
digunakan.Dengan demikian debu pestisida mudah masuk ke dalam rumah-rumah.
Bila Anda merasa telah menghirup pestisida, segeralah menjauh dari pestisida. Jangan tunggu
sampai kondisi memburuk.
Perawatan
Jika Anda atau orang lain menghirup pestisida:
- Tinggalkan segera daerah di mana ia menghirup racun, terutama jika dalam ruangan
tertutup.
- Hiruplah udara segar.
- Longgarkan pakaian untuk memudahkan bernapas.
- Duduk dengan posisi kepala diangkat dan bahu ditegakkan.
- Bila orang tersebut tidak sadarkan diri, baringkan dalam posisi miring dan awasi agar ia
dapat bernapas dengan lancar.
- Bila orang tersebut tidak bernapas, segera lakukan pernapasan dari mulut ke mulut
- Carilah pertolongan medis. Bawa serta label informasi atau nama pestisidanya.
164
PESTISIDA NABATI
165
I. PENGERTIAN PESTISIDA NABATI
Apabila tanaman mengalami gangguan dari hama, penyakit, maupun gulma akan
banyak menurunkan hasil. Oleh karena itu petani selalu mengusahakan agar tanman
pertaniannya bebas dari gangguan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), baik secara
preventif maupun kuratif. Proteksi tanaman terhadap OPT yang meliputi pengendalian hama,
penyakit, dan gulma merupakan salah satu tindakan yang sangat berpengaruh positif terhadap
hasil pertanian
Pengendalian hama, penyakit, dan gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu
mekanis, kultur teknis, khemis, biologis, atau pengendalian secara terpadu. Di antara berbagai
cara ini yang paling popular di kalangan petani untuk menanggulangi gangguan tanaman
pertanian khususnya terhadap hama, penyakit, dan gulma adalah dengan cara khemis, yaitu
menggunakan bahan-bahan kimia karena dianggap lebih cepat, praktis, dan tidak memerlukan
tenaga banyak. Jika dilihat secara sepintas, penggunaan bahan-bahan kimia pada proteksi
tanaman memang cukup praktis. Namun perlu diingat bahwa bahan kimia (pestisida) ini
mempunyai residu efek samping yang tidak menguntungkan baik bagi tanaman, hewan,
manusia, maupun lingkungannya. Penggunaan insektisida sintetis dapat menimbulkan
pengaruh samping yang merugikan, seperti timbulnya resistensi pada hama sasaran,
resurjensi hama utama, eksplosi hama sekunder, dan terjadinya pencemaran lingkungan.
pestisida juga meracuni dan membasmi makhluk hidup lainnya, termasuk tanaman dan
serangga yang berguna, binatang serta manusia. Pestisida dapat menyebar jauh dari tempat di
mana pestisida itu digunakan serta menimbulkan polusi tanah, air, dan udara. Selain
pemborosan, juga dapat menimbulkan berbagai masalah yang serius seperti: meracuni
organisme yang berguna (musuh alamihama), terjadinya resurgensi dan ledakan hama sekuler
dan hama potensial,mencemari lingkungan karena residunya sulit diuraikan dan bersifat
racun, dan membahayakan kesehatan. Oleh karena itu perlu dipikirkan alternative lain dalam
mengendalikan hama, penyakit, dan gulma ini agar lingkungan tetap lestari. Salah satu jalan
keluarnya adalah dengan pestisda botani (menggunakan tumbuhan, jamur, bakteri, hewan).
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan Pada umumnya,
Pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan.
Menurut FAO (1988) dan US EPA (2002), Pestisida nabati dimasukkan ke dalam kelompok
pestisida biokimia karena mengandung biotoksin. Pestisida biokimia adalah bahan yang
terjadi secara alami dapat mengendalikan hama dengan mekanisme non toksik. Penggunaan
166
insektisida nabati merupakan alternatif untuk mengendalikan serangga hama. Insektisida
nabati relatif mudah didapat, aman terhadap hewan bukan sasaran, dan mudah terurai di alam
sehingga tidak menimbulkan pengaruh samping.
Di Indonesia, diperkirakan ada sekitar 2400 jenis tanaman tumbuhan penghasil Pestisida
nabati yang termasuk ke dalam 235 famili.
Penyemprotan dengan pestisida yang dilakukan secara terus menerus bertahun-tahun
dapat membuat hama menjadi kebal terhadap bahan kimia. Pestisida juga membunuh banyak
serangga dan burung-burung yang bukan hama, bahkan yang mengendalikan hama tanaman
pangan secara alami. Jika hal ini terjadi, maka pestisida tidak lagi mengurangi jumlah
produksi pangan yang hilang karena hama, akan tetapi bisa menyebabkan hasil pangan
menurun. Lebih buruk lagi, pestisida membunuh ribuan orang setiap tahun dan membuat
banyak lagi orang yang sakit.
167
- tidak tahan disimpan.
- kadang-kadang harus diaplikasikan / disemprotkan berulang-ulang.
168
1. Kelompok tumbuhan insektisida nabati, adalah kelompok tumbuhan yang
menghasilkan pestisida pengendali hama insekta.
Contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah:
Piretrium, Babandotan, Bengkuang, Saga, Serai, Sirsak, Srikaya.
2. Kelompok tumbuhan antraktan atau pemikat, adalah tumbuhan yang menghasilkan
suatu bahan kimia yang menyerupai sex pheromon pada serangga betina. Bahan kimia
tersebut akan menarik serangga jantan, khususnya hama lalat buah dari jenis
Bactrocera dorsalis.
Contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah:
Daun wangi dan Selasih.
3. Kelompok tumbuhan rodentisida nabati, adalah kelompok tumbuhan yang
menghasilkan pestisida pengendali hama rodentia. Tumbuh-tumbuhan ini terbagi
menjadi dua jenis, yaitu sebagai penekan kelahiran (efek aborsi atau kontrasepsi) dan
penekan populasi, yaitu meracuninya. Tumbuhan yang termasuk kelompok penekan
kelahiran umumnya mengandung steroid, sedangkan yang tergolong penekan populasi
biasanya mengandung alkaloid. Dua jenis tumbuhan yang sering digunakan sebagai
rodentisida nabati adalah :
Gadung KB dan Gadung racun.
4. Kelompok tumbuhan moluskisida, adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan
pestisida pengendali hama moluska. Beberapa tanaman menimbulkan pengaruh
moluskisida, diantaranya:
daun Sembung, akar Tuba, Patah tulang dan Tefrosia (kacang babi).
5. Kelompok tumbuhan pestisida serba guna, adalah kelompok tumbuhan yang tidak
berfungsi hanya satu jenis saja, misalnya selain sebagai insektisida juga berfungsi
sebagai fungisida, bakterisida, moluskisida, nematisida dan lainnya.
Contoh tumbuhan dari keompok ini adalah:
Jambu mete, Lada, Mimba, Mindi, Tembakau dan Cengkih.
169
penerapan usaha tani berinput rendah. Sedangkan cara laboratorium (jangka panjang)
biasanya dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah terlatih dan hasil kemasannya
memungkinkan untuk disimpan relatif lama. Pembuatan cara laboratorium berorientasi pada
industri, membutuhkan biaya tinggi, sehingga produk Pestisida nabati menjadi mahal, bahkan
kadang lebih mahal daripada pestisida sintetis. Oleh karena itu pembuatan dan penggunaan
Pestisida nabati dianjurkan dan diarahkan kepada cara sederhana, terutama untuk luasan
terbatas dan dalam jangka waktu penyimpanan yang juga terbatas.
Pembuatan Pestisida nabati dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
1. Penggerusan, penumbukan, pembakaran atau pengepresan untuk menghasilkan produk
berupa tepung, abu atau pasta.
2. Perendaman untuk produk ekstrak.
Pembuatan ekstrak ini dapat dilakukan dengan beberapa cara :
- Tepung tumbuhan + air
- Tepung tumbuhan + air, kemudian dipanaskan/direbus
- Tepung tumbuhan + air + deterjen
- Tepung tumbuhan + air + surfaktan (pengemulsi) pestisida
- Tepung tumbuhan + air + sedikit alkohol/metanol + surfaktan
3. Ekstraksi dengan menggunakan bahan kimia pelarut disertai perlakuan khusus oleh tenaga
yang terampil dan dengan peralatan yang khusus.
Pembuatan ekstrak bahan nabati dengan pelarut metanol dan air serta aplikasinya dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
Pembuatan ekstrak bahan nabati dengan pelarut metanol.
- Bahan nabati segar sebanyak 25 g dicincang kemudian diekstrak dengan pelarut
metanol p.a sebanyak 100 ml selama 15 menit. Ekstraksi dilakukan dengan
menggunakan blender.
- Hasil ekstraksi disentrifusi selama 20 menit dengan kecepatan 3.000 rpm, kemudian
diuapkan menggunakan freezer dryer hingga volume ± 1 ml.
- Larutan tersebut kemudian diencerkan menggunakan akuades menjadi konsentrasi 5%
dan selanjutnya larutan siap digunakan untuk perlakuan.
170
- Bahan nabati segar sebanyak 100 g dicincang kemudian diekstrak dengan pelarut air
dengan perbandingan 1:3.
- Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan homogenizer/blender selama 15 menit.
Hasil ekstraksi dibiarkan selama 24 jam kemudian disaring menggunakan kain halus
dan selanjutnya larutan siap digunakan sebagai perlakuan.
Pembuatan ramuan pestisida memerlukan alat bantu yang sederhana misalnya penumbuk,
panci, blender, ember plastik, pengaduk kayu, timbangan, pisau dan lain-lain. Pembuatan
Pestisida nabati biasanya terdiri dari campuran beberapa tumbuhan. Ramuan Pestisida nabati
tidak dapat berlaku umum, jadi berlaku khusus lokasi mengingat bahwa suatu jenis tanaman
yang ditanam ditempat dan lingkungan berbeda kemungkinan besar akan mengandung bahan
aktif yang berbeda pula. Akibatnya dosis dan konsentrasi dan efektifitas ramuanpun akan
berbeda bergantung lokasi setempat
171
II. PESTISIDA NABATI SEBAGAI PENGENDALI HAMA
Beberapa tanaman yang bisa digunakan sebagai pengendali hama tanaman diantaranya :
1. Umbi bawang putih (Allium sativum)
2. Biji Bengkuang (Pachyrrhizus erosus)
3. Buah Cabai (Capsicum annum)
4. Kulit Jeruk (Citrus Sp.)
5. Bunga Kenikir/Marigold (Tagetes erecta)
6. Tanaman Mindi (Melia azedarach)
7. Daun Petunia
8. Bunga Pyrethrum (Chrysantemum cinerariaefolium)
9. Biji Srikaya (Annona squamosa)
10. Batang/daun muda Tephrosia vogelii
11. Daun Tomat (Lycopersicum esculentum)
12. Akar Tuba (Derris elliptica Benth)
13. Akar Wortel (Daucus carota)
14. Daun/biji Mimba (Azadirachta indica)
15. Daun Tembakau (Nicotiana tabacum)
16. Sirsak
17. Saga
18. Daun Sembung
19. Daun Melinjo
20. Mint
21. Bunga Camomil
22. Kemangi
23. Dringgo
24. Tembelekan
25. Rumput Mala
26. Gamal
27. Bunga Mentega
28. Daun Pepaya
29. Cengkeh
172
Umbi bawang putih (Allium sativum) Biji Bengkuang (Pachyrrhizus erosus)
www.iptek.net.id zalfacreamcosmetics.blogspot
www.iptek.net.id www.africamuseum.
173
wikipedia.org id.id.facebook.com
projects.nri.org fadhilahherbal.com
174
http://isroi.com
www.sinjaikab.go.id
Saga Cengkeh
www.iptek.net.id www.iptek.net.id
Bunga Tembelekan
175
www.iptek.net.id www.iptek.net.id
Pepaya
www.iptek.net.id
176
2. Bengkuang (Pachyrrhizus erosus)
Biji bengkuang mengandung racun yang tergolong rotenoid, yaitu pachyrrhizid. Racun ini
mempunyai daya bunuh yang tinggi terhadap ulat-ulat Plutella dan Croccidolomia. Besarnya
kandungan pachyrrhizid dipengaruhi oleh ketinggian tempat penanaman bengkuang. Semakin
tinggi tempatnya, semakin rendah produk pachyrrizid-nya. Selain itu juga dipengaruhi oleh
waktu tanam, waktu tanam yang baik ialah pada awal musim hujan. Semakin jauh dari musim
hujan, semakin berkurang produksi bijinya. Produksi biji dapat ditingkatkan dengan
menggunakan ajir ( sedang untuk memperoleh umbi yang besar dan dalam jumlah banyak
biasanya tanaman dibiarkan menjalar).
- Cabai, digiling, tambahkan air sedikit, dan kemudian diamkan sekitar 1 jam.
- Ditambahkan 1 sendok makan deterjen, aduk sampai rata, dan kemudian ditutup dan
disimpan di tempat yang dingin selama 7 - 10 hari.
- Bila ingin menggunakannya, ekstrak tersebut dicampur dengan air.
- Campuran ini berguna untuk membasmi berbagai hama tanaman, khususnya hortikultura
177
5. Kenikir/Marigold (Tagetes erecta)
Bunga Kenikir dapat digunakan untuk membunuh nematoda akar.
Caranya :
- Bunga Kenikir yang sudah kering diseduh dengan air panas, kemudian didiamkan sampai
dingin
- Air seduhan yang sudah dingin tersebut kemudian disiramkan ke tanah yang diduga
terdapat nematoda.
7. Petunia
Tanaman hias mungil ini daunnya sangat beracun, terutama terhadap ulat tanduk pada
tembakau serta beberapa jenis ulat lainnya.
Caranya :
- Daun Petunia diseduh dengan air panas. kemudian didiamkan sampai dingin
- Air seduhan yang sudah dingin tersebut kemudian bisa disemprotkan ke tanaman
178
9. Srikaya (A. squamosa)
Biji Srikaya mengandung protein 6,2%, lemak 32,4%, pati 33,2%, abu 2,0%, air 14,5%, asam
hidroksilat, alkaloid, annonain. Annonain inilah yang mempunyai khasiat membunuh
serangga yang cukup baik sebagai racun perut atau racun kontak. Serangga yang dapat
diberantas dengan annonain antara lain Aphis fabae, Macrosiphoniella sanborni, M,
sallonifolii, Sitophillus zeamays, S. oryzae, Tribolium costanum.
Caranya :
Aplikasi racun ini dapat dilakukan dengan cara pengadukan dan celupan.
179
Di AS, Eropa, dan Jepang akar Tuba sangat berkhasiat dalam memberantas Pea aphid, ulat-
ulat kol, thrips pada Linum, penggerek jagung, dan sebagainya. Pemakaiannya dapat dalam
bentuk cairan dan dalam bentuk serbuk atau tepung. Berdasarkan hasil penelitian, tuba
mengandung rotenon. Kadar rotenon berkisar antara 7,9-11,2% dan produksi rotenon berkisar
antara 87-228 kh/ha. Data analisis kimia menunjukkan bahwa kadar rotenon tertinggi terdapat
pada akar dengan diameter 2-10 cm. Derris sp. mudah dibudidayakan, tetapi baru dapat
menghasilkan pada umur 2 tahun.
Caranya :
dengan menumbuk bahan tersebut sampai betul-betul hancur. Kemudian campur dengan air
untuk dibuat ekstrak. Campur setiap 6 (enam) sendok makan ekstrak tersebut dengan 3 liter
air. Campuran ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman.
180
- Ulat Bulu
- Belalang Rumput (Schistoserca)
- Wereng/hama kapas (Amrasca biguttula)
- Ulat pembolong daun (Liriomyzaa trifolii)
Caranya :
- Masukkan 50-70ml (kira2 5-7 tutup botol) ekstrak mimba ke dalam 1 liter air lalu
aduk dengan cepat hingga minyak larut dengan merata.
- Campurkan larutan ini kedalam wadah yang berisi 9 liter air dan aduk kembali hingga
merata. (untuk menghasilkan 10 liter larutan)
- Setelah proses pencampuran, harus segera dipergunakan dengan cara disiram atau
disemprot, paling lama 8 jam setelah pencampuran.
- Gunakan pada seluruh bagian tanaman
- Penyemprotan sebaiknya dilakukan sebelum jam 7:30 pagi atau setelah jam 16:30
sore hari untuk mencegah terbakarnya daun oleh panas matahari.
Tembakau diambil batang atau daunnya untuk digunakan sebagai bahan pestisida alami.
Daun Tembakau bisa dimanfaatkan untuk insektisida, karena nikotin yang terkandung
merupakan neurotoxin yang sangat ampuh untuk serangga. Selain itu, batang Tembakau
dapat dimanfaatkan sebagai pestisida dan bahan kompos. Tembakau kering dicampur dengan
gadung dapat memberantas wereng batang coklat. Apabila tidak ditemukan daun Tembakau,
bisa juga digunakan rokok. Dengan merendam sebatang rokok di dalam satu liter air dan
diamkan semalam, nikotin dari rokok akan dilepaskan ke dalam air dan larutan dapat
disemprotkan ke tanaman untuk membunuh serangga.
Caranya :
- Rendam batang atau daun tembakau selama 3 - 4 hari, atau juga dengan direbus selama
15 menit.
- Kemudian biarkan dingin lalu saring.
- Air hasil saringan ini bisa digunakan untuk mengusir berbagai jenis hama tanaman.
16. Sirsak
Biji sirsak mengandung bioaktif asetogenin yang bersifat insektisidal dan penghambat makan
(anti-feedant). Buah mentah, biji, daun, dan akar sirsak mengandung senyawa kimia
181
annonain yang dapat berperan sebagai insektisida, larvasida, penolak serangga (repellent),
dan anti-feedant dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun perut
17. Saga
Biji saga yang diekstrak dengan air atau aseton dapat bersifat sebagai racun perut bagi
serangga, sedangkan tepung bijinya yang diaplikasikan pada tepung terigu dengan
konsentrasi 5% mampu mengendalikan hama gudang Sitophilus sp. selama tiga bulan
182
23. Dringgo (Acarus calamus)
- Akar Dringgo dihancurkan sampai halus (menjadi tepung), kemudian dicampur
- dengan air secukupnya.
- Campuran antara tepung dan air tersebut dapat digunakan
- sebagai bahan pembasmi serangga.
183
- Ambil daun papaya sebanyak kurang lebih 1 (satu) kilogram, atau kira-kira sekitar 1 (satu)
kantong plastik kresek besar.
- Lalu dilumatkan (bisa diblender) dan dicampurkan dalam 1 (satu) liter air, kemudian
dibiarkan selama kurang lebih 1 (satu) jam.
- Langkah berikutnya disaring, lalu ke dalam cairan daun papaya hasil saringan
ditambahkan lagi 4 (empat) liter air dan 1 (satu) sendok besar sabun.
- Ampas lumatan daun papaya bisa dimasukkan ke dalam komposter untuk tambahan bahan
kompos. Cairan air papaya dan sabun sudah dapat digunakan sebagai pestisida alami.
- Semprotkan cairan ini pada hama-hama yang mengganggu tanaman kita.
29. Cengkeh
Cengkeh merupakan tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan di tingkat petani.
Tanaman ini banyak mengandung minyak atsiri yang mempunyai nilai jual tinggi. Minyak
atsiri diperoleh melalui proses ekstraksi maupun penyulingan bagian daun atau bunga
cengkeh. Minyak tersebut diketahui mengandung sampai dengan 80% eugenol dan
berdasarkan uji laboratorium dan rumah kaca diketahui sangat efektif membunuh nematode
puru akar, M. incognita.
Selain menggunakan esktrak tanaman, cara efektif penanggulangan hama bisa melalui
penanaman atau penempatan tanaman sebagai tanaman sela. Ia berfungsi sebagai penghalang
yang bersifat repelent atau menolak kehadiran hama. Melalui metode ini, disarankan
mengatur pola tanam, dengan mengkombinasikan tanaman utama atau sistem pola tumpang
sari dan tanaman perangkap. Sistem tumpang sari mampu menurunkan kepadatan populasi
hama dibanding sistem monokultur karena peran senyawa kimia mudah menguap dan ada
gangguan visual oleh tanaman bukan inang, yang mempengaruhi tingkah laku dan kecepatan
kolonisasi serangga pada tanaman inang. Penanaman tanaman perangkap di antara tanaman
utama bisa diterapkan untuk mengendalikan populasi hama.
184
III. PESTISIDA NABATI SEBAGAI PENGENDALI PENYAKIT
185
IV. PENGENDALIAN GULMA SECARA BIOLOGI
Selama ini pengendalian OPT masih banyak dilakukan dengan menggunakan bahan
kimia. Alternatif lain yang bisa diterapkan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman
adalah dengan menggunakan pestisida nabati. Sedangkan pada pengendalian gulma juga
dapat dilakukan secara biologi, yaitu penggunaan tanaman penutup tanah, penggunaan mulsa
organik, dan pemanfaatan musuh alami gulma.
1. Penggunaan tanaman penutup tanah (LCC = Legum cover crop)
Sebagai tanaman penutup tanah biasa digunakan tanaman kacang-kacangan (Leguminosae),
karena selain dapat tumbuh secara cepat sehingga cepat menutup tanah juga dapat mencegah
perkecambahan dan pertumbuhan gulma. Sifat penting yang diperlukan bagi tanaman
penutup tanah adalah harus dapat tumbuh dan berkembang cepat sehingga mampu menekan
gulma. Berbagai jenis tanaman dari familia Leguminosae dapat dimanfaatkan dalam
pengendaliian gulma, khususnya di perkebunan. Jenis-jenis Leguminosae yang banyak
digunakan antara lain adalah :
Colopogonium mucunoides, Centrosema pubescens, Pueraria Javanica, Bengkuang
(Pachyrrizus erosus) merupakan salah satu alternative untuk pengendalian gulma. Pada
beberapa perkebunan kadang tanaman penutup tanah ini ditanam secara kombinasi berbagai
jenis.
186
4. Daun bengkuang cukup lebat serta berukuran lebar mampu menahan sinar matahari
hingga tidak dapat mencapai anakan alang-alang yang akan tumbuh, dan akar bengkuang
bisa menembus lapisan tanah yang cukup dalam.
187
KARANTINA TUMBUHAN
(PLANT QUARANTINE)
188
I. PENGERTIAN KARANTINA TUMBUHAN
189
Di Indonesia, Karantina tumbuhan dibawah koordinasi Badan Karantina Pertanian
Kementerian Pertanian RI. Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati
merupakan salah satu pusat teknis Badan Karantina Pertanian yang memiliki tugas pokok dan
fungsi melakukan pencegahan masuknya Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
(OPTK) ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia, mencegah tersebarnya OPTK di
dalam wilayah negara Republik Indonesia, serta mencegah keluarnya OPT dari dalam
wilayah negara Republik Indonesia.
Komoditas wajib diperiksa Badan Karantina apabila hendak dikirimkan antar area
dan / atau antar Negara baik dengan alat angkut pesawat udara maupun kapal laut. Tumbuhan
dan produk pertanian yang wajib dilaporkan dan /atau diperiksakan di Badan Karantina
adalah media pembawa hama dan penyakit hewan karantina (HPHK) dan organisme
pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) serta benda lain yang dapat membawa masuk dan
atau menyebarkan HPHK dan OPTK, diantaranya adalah tumbuhan, yaitu semua jenis
sumber daya alam hayati nabati dalam keadaan hidup atau mati, baik belum diolah maupun
telah diolah termasuk tumbuhan yang dilindungi, kecuali rumput laut dan tumbuhan lain yang
hidupnya di dalam air (algae)
190
Peran penting Karantina Tumbuhan :
1. Mencegah masuknya OPTK A1 ke wilayah Negara RI. Jika peran penting Karantina
Tumbuhan ini tidak terlaksana dengan baik, OPTK A1 akan lolos masuk ke wilayah
Negara Republik Indonesia dan akan merusak tanaman dan sumber daya hayati lainnya
yang ada di wilayah Indonesia. Kerusakan tersebut akan menurunkan produksi pertanian
yang akan berpengaruh pada sektor perekonomian, bahkan akibat lebih lanjut akan
mempengaruhi sektor lainnya seperti sektor sosial dan politik.
2. Mencegah penularan/penyebaran suatu penyakit tanaman dari suatu daerah ke daerah lain
di wilayah Indonesia ke daerah lain, dengan demikian kerugian yang lebih besar dapat
dihindari.
3. Mencegah keluarnya OPT tertentu dari wilayah Negara Republik Indonesia. Sesuai dengan
ketentuan International, bangsa Indonesia juga mempunyai kewajiban untuk mencegah
keluarnya OPT tertentu dari wilayah Negara Republik Indonesia. Pencegahan ini
dilakukan jika yang bersangkutan menginginkannya.
Tugas pokok dan fungsi karantina tumbuhan diatur dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002. Tugas pokok karantina tumbuhan adalah
melakukan tindakan pencegahan terhadap masuk dan tersebarnya Organisme pengganggu
Tumbuhan Karantina (OPTK) dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam
negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia. Kegiatan
perkarantinaan tumbuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 16
Tahun 1992, dilakukan oleh petugas karantina tumbuhan dengan melaksanakan tindakan
karantina, yaitu 8 P yang meliputi ; Pemeriksaan, Pengasingan, Pengamatan, Perlakuan,
Penahanan, Penolakan, Pemusnahan dan Pembebasan
Setiap media pembawa hama/penyakit/gulma (Organisme pengganggu tumbuhan)
yang dimasukkan, dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain di dalam, dan / atau
dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia dikenakan tindakan karantina. Media
pembawa OPTK adalah tumbuhan dan bagian-bagiannya dan atau benda lain yang dapat
membawa OPTK. Tujuan dilaksanakannya tindakan karantina tumbuhan adalah untuk
menyelamatkan sumberdaya alam hayati Indonesia dari ancaman organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT) berbahaya yang dapat menimbulkan dampak yang sangat luas pada
stabilitas ekonomi nasional
191
II. PROSESDUR KARANTINA TUMBUHAN
192
karantina. Perusahaan/perorangan yang telah mendapatkan akreditasi untuk melaksanakan
tindakan karantina merupakan "kepanjangan tangan" dari Badan Karantina, sehingga mereka
mendapat kewenangan untuk melakukan tindakan karantina yang tetap dibawah pengawasan
Badan Karantina.
Perusahaan/perorangan dapat mengajukan diri sebagai pelaku yang dapat
melaksanakan tindakan karantina kepada Badan Karantina, dengan memenuhi ketentuan yang
telah ditetapkan. Hal ini tertuang dalam PerMenTan no 271/Kpts/HK.310/4/2006 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Pelaksanaan Tindakan Karantina Tumbuhan Tertentu oleh Pihak
Ketiga. Tujuan dari adanya karantina tumbuhan yang dilakukan oleh Perusahaan/perorangan
ini adalah untuk mempercepat proses dan mengurangi biaya pemeriksaan karantina.
193
III. PROSES KARANTINA TUMBUHAN
(Sumber : http://www.karantina.deptan.go.id)
194
2. Alur Penerbitan Rekomendasi Untuk Pemasukan Benih Impor
195
3. Alur Penanganan Agens Hayati Setelah Diberikan Izin Pemasukan
196
4. Prosedur Pengakuan Sistem Pengawasan Keamanan Pangan Di Suatu
Negara
197
5. Prosedur Pengawasan Keamanan Pangan Terhadap Pengeluaran Pusat
Ke Negara Tujuan Yang Mempersyaratkan
198
6. Alur Proses Karantina Pertanian di Indonesia
199
DAFTAR PUSTAKA
Asmaliyah, Etik Erna Wati H., Sri Utami, Kusdi Mulyadi, Yudhistira, Fitri Windra Sari,
2010. Pengenalan Tumbuhan Penghasil Pestisida nabati Dan Pemanfaatannya Secara
Tradisional. Kementerian Kehutanan. Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kehutanan. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Produktivitas Hutan
Badan Karantina Pertanian Kementan RI, 2013. Selayang Pandang Pusat Karantina
Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati. http://www.karantina.deptan.go.id
Dandan Hendayana, ...Mengenal Tanaman Bahan Pestisida nabati. PPL Kec. Cijati – Cianjur
Kardinan, A. 2002. Pestisida nabati: Ramuan dan aplikasi. Cetakan ke-4. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Kardinan, A. dan M. Iskandar. 1997. Pengaruh beberapa jenis ekstrak tanaman sebagai
moluskisida nabati terhadap keong mas, Pomacea canaliculata. Jurnal Perlindungan
Tanaman Indonesia II(2): 86-92.
Oka, I.N. 1995. Pengendalian Hayati Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
200
Rukmana, R., 1997. Hama Tanaman dan Teknik Pengendaliannya. Kanisius. Yogyakarta.
Taufiq Hidayat, 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle L.) Dengan
Metode Perendaman Benih Untuk Mengendalikan Penyakit Damping-Off Pada
Tanaman Cabai (Capsicum Annum). Skripsi. Prodi Agroteknologi. Fakultas
Pertanian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Untung, K., 1993. Konsep Pengendalian Hama Terpadu. Andi Offset. Yogyakarta.
Untung, K., 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu (edisi kedua). Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
201