Anda di halaman 1dari 22

MODUL 1.

HAMA DAN PENGGOLONGAN/KLASIFIKASI HAMA

1.1 Pendahuluan

Tanaman atau kelompok tanaman yang hasilnya diharapkan manusia selalu dipengaruhi
oleh faktor internal (genetik) dan faktor eksternal/lingkungan yang meliputi iklim, edafik,
fisiografik, antrofik (manusia), dan biotik (gulma, hama, dan penyakit). Serangan hama pada
tanaman akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan, sehingga proses produksi
tanaman akan terganggu, bahkan dapat musnah dan tidak dapat berproduksi (puso).
Bentuk kehilangan hasil akibat serangan hama dapat bersifat kuantitatif, yaitu
menurunnya jumlah produksi, dan kualitatif, yaitu menurunnya mutu produksi, seperti buah
kisut, busuk dan sebagainya.
Gejala kerusakan yang disebabkan oleh hama di lapangan sangat kompleks, sehingga
sulit menentukan secara tepat penyebab kerusakan tersebut. Gejala yang disebabkan oleh hama
yang satu dengan yang lain seringkali sulit untuk dibedakan. Misalnya gejala serangan yang
disebabkan oleh ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites) (= Plusia chalcites) sulit dibedakan
dengan gejala serangan yang disebabkan oleh ulat grayak (Spodoptera litura) instar akhir.
Namun adapula beberapa hama yang menimbulkan gejala kerusakan mirip dengan gejala
kerusakan yang diakibatkan oleh ulat penggulung daun kedelai (Lamprosema indicate).
Untuk membantu mempermudah identifikasi gejala kerusakan suatu jenis hama dalam
hubungannya dengan tindakan pengendalian, maka diperlukan pengetahuan tentang klasifikasi
hama. Klasifikasi hama ini dapat didasarkan pada golongan binatang penyebabnya, berdasarkan
cara merusak dan gejala kerusakannya dan klasifikasi berdasarkan arti ekonomi.
Dalam Modul I mata kuliah Ilmu Hama Tumbuhan ini, mahasiswa akan mempelajari
pengertian hama baik secara luas maupun dalam arti sempit, sebelum kemudian diuraikan arti
penting hama dalam menimbulkan kerugian pada produksi tanaman pertanian dan mempelajari
penggolongan/klasifikasi hama berdasarkan binatang penyebabnya, cara merusak dan gejala
kerusakannya serta berdasarkan arti ekonomi.
Kompetensi khusus : mahasiswa mampu menjelaskan hama dan penggolongan/klasifikasi
hama.

1
1.2 Penyajian
1.2.1 Pengertian Hama
Hama tanaman sering disebut serangga hama (pest) atau dalam dunia pertanian dikenal
sebagai musuh petani. Para ahli pertanian menurut Rukmana dan Saputra (1997), membuat
beberapa versi pengertian (definisi) hama tanaman, diantaranya adalah :
a. Organisme yang memusuhi (merugikan) kesejahteraan manusia;
b. Organisme yang merugikan dari segi pandangan manusia;
c. Organisme hidup yang merupakan saingan kita dalam memenuhi kebutuhan pangan dan
pakaian, atau menyerang kita secara langsung.
Pengertian hama secara luas menurut Mangoendihardjo (1978) adalah organisme
pengganggu pada tanaman pertanian. Secara umum organisme tersebut adalah mikroorganisme,
misalnya : virus, bakteri, jamur, protozoa ; binatang terutama anggota filum
Nemathelminthes/Aschelmintes, Mollusca, Arthropoda dan Chordata ; gulma yaitu tumbuhan
pengganggu yang tidak dikehendaki. Sedangkan hama dalam arti sempit adalah organisme yang
merusak tanaman dan secara ekonomik merugikan manusia (Tjahjadi, 1989).
Batasan antara organisme hama dan organisme bukan hama tidak begitu jelas, tergantung
pada manusia yang menilainya. Misalnya, petani A dan B menanam kangkung. Petani A
memasarkan kangkungnya ke Supermarket, sedang petani B memasarkan kangkungnya ke pasar
biasa. Suatu saat tanaman kangkung petani A dan B dirusak oleh kumbang pemakan daun
(Epilachna sp). Supermarket tidak mau menerima kangkung yang daunnya berlubang-lubang,
sedangkan petani B masih bisa memasarkan kangkungnya ke pasar biasa meskipun sebagian
kangkungnya berlubang-lubang. Dalam hal demikian petani A menganggap Epilachna sp
sebagai hama, karena secara ekonomik telah merugikan. Sebaliknya petani B tidak menganggap
Epilachna sp sebagai hama, karena secara ekonomik belum merugikan.
Seluruh ataupun sebagian tanaman yang terserang hama dapat mengalami penurunan
fungsi atau bahkan tidak berfungsi sama sekali proses metabolisme (fisiologis) pada tubuh
tanaman tersebut, sehingga pertumbuhannya tidak normal dan bahkan berakhir dengan kematian
tanaman. Beberapa contoh akibat serangan hama pada tanaman adalah sebagai berikut :
a. Serangan hama pada bagian akar tanaman menyebabkan proses pengisapan unsur hara, air,
dan lain-lain terganggu.

2
b. Serangan hama pada bagian batang atau cabang dan ranting menyebabkan pengangkutan
(transportasi) zat makanan terganggu atau terhenti sama sekali sehingga tanaman menjadi
layu atau mati.
c. Serangan hama pada bagian daun dapat menyebabkan proses fotosintesis terganggu
(terhambat).
d. Serangan hama pada bagian buah atau biji dapat menyebabkan buah rusak ataupun bijinya
hampa (Rukmana dan Saputra, 1997).

1.2.2 Arti Penting Hama


Tanaman akan memberikan tanggapan (respon) terhadap perubahan lingkungan yang
berbeda-beda. Serangan hama pada tanaman akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan
perkembangan, sehingga proses produksi tanaman akan terganggu, bahkan dapat musnah dan
tidak dapat berproduksi.
Bentuk kehilangan hasil akibat serangan hama dapat bersifat kuantitatif, yaitu
menurunnya produksi, dan kualitatif, yaitu menurunnya mutu produksi, seperti buah kisut, busuk
dan sebagainya. Sebagai contoh adalah kerusakan yang diakibatkan oleh larva lalat buah
(Bactrocera sp) pada cabai merah. Secara kuantitatif, serangan larva lalat buah di dalam buah
cabai akan menghancurkan buah tersebut, dengan akibat jumlah produksi (panen) per satuan luas
pertanaman akan berkurang. Sementara kerugian secara kualitatif terjadi saat konsumen
mengetahui bahwa buah cabai yang dibelinya mempunyai cacat berupa pembusukan buah yang
mengurangi minat konsumen tersebut untuk membelinya. Kerugian yang terjadi pada tanaman
budidaya bervariasi tergantung pada jenis tanaman yang dibudidayakan, iklim dan jenis hama. Di
Amerika, hasil produksi yang hilang akibat serangan hama mencapai 37 %. Sementara di Asia
Tenggara akibat serangan hama berkisar antara 13,3 % - 20,7 % (Rasdiman, 1994).
Kerusakan (kerugian) yang ditimbulkan oleh hama tanaman menurut Rukmana dan
Saputra (1997), antara lain sebagai berikut :
1. Kerugian secara kuantitas (berkurangnya hasil atau produksi) antara lain sebagai berikut :
a. Serangan kumbang daun (Aulacophora similis Oliver) dengan cara memakan daun dan
bunga pada famili Cucurbitaceae (semangka, melon, mentimun, dan pare) menyebabkan
produksi tanaman tersebut menurun (rendah).

3
b. Serangan ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.) yang memakan berbagai jenis tanaman
(polifag), terutama tanaman muda, dapat menyebabkan tanaman terkulai (layu) atau mati.
2. Kerugian secara kualitas (menurunnya mutu hasil), antara lain sebagai berikut :
a. Perubahan warna pada beberapa macam produk tanaman (ubi, daun, bunga,
maupun buah), misalnya :
1. Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) yang terserang hama lanas (Cylas formicarius
Fabr.) akan berwarna coklat kehitam-hitaman.
2. Biji kedelai yang terserang kepik hijau (Nezara viridula L.) dan kepik polong atau
kepik coklat (Riptortus linearis F.) akan berwarna kehitam-hitaman.
3. Daun dan buah pada beberapa jenis tanaman yang terserang hama penggerek batang
akan mengalami perubahan warna menjadi lebih pucat daripada warna asli (normal),
dan buah masak sebelum waktunya ataupun berguguran.
b. Perubahan rasa, misalnya :
1. Ubi jalar yang terserang hama lanas rasanya menjadi pahit.
2. Buah durian yang terserang penggerek Tirathaba ruptilinea Wlk. rasanya menjadi
kemasam-masaman.
c. Bercak atau bintik-bintik hitam, misalnya :
1. Daun kangkung yang terserang walang sangit (Leptocorisa oratorius Thumb.) akan
menunjukkan gejala berbintik-bintik hitam atau kecoklat-coklatan.
2. Kulit biji kedelai ataupun kacang hiaju yang terserang kepik hijau (Nezara viridula
L.) akan berbercak-bercak coklat.
d. Rusak atau abnormal, misalnya :
1. Daun kedelai yang terserang ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp.) akan menjadi
berlubang-lubang.
2. Daun tembakau yang terserang Thrips spp., Myzus persicae Sulz. dan Bemisia tabaci
akan menjadi keriting dan ukurannya kecil-kecil.
3. Buah tomat yang terserang ulat penggerek buah (Helicoverpa armigera Hbn.) akan
menjadi berlubang-lubang.
4. Krop kubis yang terserang ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zeller) akan
tampak berlubang-lubang dan rusak, sehingga menyebabkan berkurangnya hasil atau
produksi.

4
Serangga dan tanaman inang mempunyai hubungan yang erat sekali, karena serangga
membutuhkan tempat berlindung, kawin, meletakkan telur dan nutrisi yang dapat diperolehnya
dari tanaman. Kecenderungan serangga hama dalam memilih tanaman sebagai inang sangat
ditentukan oleh sifat-sifat yang terkandung dalam tanaman tersebut. Apabila tanaman memiliki
sifat-sifat yang disukai oleh serangga hama, maka ada kecenderungan bahwa tanaman
mengalami kerusakan yang lebih berat.
Hama merusak tanaman secara langsung, yaitu menyerang bagian-bagian tanaman seperti
akar, batang, daun, bunga, buah atau tanaman seluruhnya. Pengertiannya adalah bahwa ada jenis
hama yang menyerang satu bagian tanaman, atau menyerang bagian tanaman tertentu, namun
mengakibatkan tanaman tidak dapat dipanen. Sebagai contoh adalah hama penggerek batang
padi kuning Tryporyza incertulas yang menyerang titik tumbuh tanaman padi. Akibatnya akan
timbul gejala mati pucuk (dead heart) atau sundep pada tanaman padi pada fase pertumbuhan
vegetatif. Pada fase generatif, hama ini menimbulkan gejala beluk, yaitu bulir-bulir tanaman padi
yang terserang akan tegak, kosong dan berwarna keabu-abuan. Tanaman padi yang terserang
hama tersebut tidak akan pernah diharapkan hasilnya.
Tingkat kerusakan tanaman akibat serangan hama sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat
hama dalam cara menyerangnya. Beberapa jenis hama hanya menyerang sasaran utama bagian
daun atau batang, dahan, akar, ubi, bunga, buah, dan biji, namun ada pula hama yang menyerang
lebih dari satu bagian tanaman.

1.2.3 Penggolongan/Klasifikasi Hama Berdasarkan Binatang Penyebabnya


Binatang yang berperan sebagai hama dapat berupa nematoda, siput, bekicot, tupai, tikus,
burung, kelelawar, musang, landak, tungau merah, belalang, kutu tanaman, ulat pemakan daun,
kumbang perusak, dan masih banyak yang lain.
a. Filum Nematoda
Sastrosuwignyo (1990) menyatakan bahwa tidak semua anggota Nematoda berperan
sebagai hama tanaman atau bersifat parasitik, namun ada juga yang bersifat saprofag yang tidak
merugikan tanaman. Nematoda sering ditemukan pada tempat-tempat atau habitat yang basah,
misalnya dalam air, tanah, tanaman, binatang, dan manusia.
Nematoda berukuran sangat kecil, berbentuk silindris, tidak berwarna (transparan),
bilateral simetris, tidak beruas, mempunyai rongga tubuh semu (pseudocoelomates), bagian

5
kepala agak tumpul, sedangkan bagian ekornya agak runcing. Selama hidupnya nematoda dapat
mengalami pegantian kulit sebanyak empat kali.
Nematoda parasitik ditandai dengan adanya stilet yang berfungsi mencucuk dan
mengisap jaringan tanaman. Sementara itu, nematoda saprofag tidak mempunyai alat ini. Ada
dua jenis stilet, yaitu Odontostilet dan Stomatostilet. Odontostilet adalah stilet yang berbentuk
seperti pisau tanpa knobb (pompa) pada bagian pangkal. Sedangkan stomatostilet berbentuk
seperti pisau dengan knobb pada bagian pangkalnya. Tipe odontostilet terdapat pada ordo
Dorylaimida, sedangkan tipe stomatostilet terdapat pada ordo Tylenchida.
Cara nematoda menyerang tanaman bervariasi, yaitu :
a. Ektoparasit, yaitu menyerang dari luar jaringan tanaman, misalnya Criconemoides sp dan
Xiphinema sp.
b. Endoparasit, yaitu menyerang dari dalam jaringan tanaman. Ada yang bersifat sedentary
(menetap), misalnya nematoda puru akar (Meloidogyne spp.), dan ada yang bersifat
migratory (berpindah), misalnya Pratylenchus sp.
c. Ektoendoparasit, yaitu setelah dewasa nematoda meletakkan sebagian tubuhnya ke dalam
tanaman, misalnya Rotylenchus sp.
d. Endoektoparasit, yaitu telur dan larva berkembang dalam tubuh tanaman, kemudian sebagian
tubuhnya keluar dari jaringan tanaman, misalnya Heterodera sp.
Akibat serangan nematoda, maka tanaman akan mengalami gejala kerusakan yang
beragam, tergantung jenis nematodanya. Berdasarkan gejala kerusakannya, nematoda dibedakan
menjadi :
a. Nematoda puru/bengkak (gall nematodes), misalnya Anguina tritici penyebab puru pada
daun dan biji gandum.
b. Nematoda batang (stem nematodes), misalnya Ditylenchus dipsaci yang menyebabkan
pembengkakan batang dan pembusukan umbi lapis (bawang).
c. Nematoda daun (leaf nematodes), misalnya Aphelenchoides besseyi yang menyebabkan
pucuk daun memutih pada tanaman padi.
d. Nematoda puru akar (root-knot nematodes), misalnya Meloidogyne sp yang menyebabkan
perakaran membengkak pada famili Solanaceae, sehingga pertumbuhan tidak normal.
Nematoda dapat berperan sebagai vektor penyakit, misalnya dari ordo Dorylaimida yaitu
nematoda jarum (Longidorus sp.) dan nematoda keris (Xiphinema sp.). Keduanya bersifat

6
ektoparasit dan dapat menularkan penyakit virus. Nematoda ini menyerang tanaman dengan cara
mencucuk dan mengisap cairan sel akar. Luka tusukan tersebut sering diikuti oleh serangan
mikroorganisme sekunder (bakteri dan cendawan) sehingga menimbulkan pembusukan.
Akibatnya pertumbuhan tanaman merana dan perkembangannya terhambat.

b. Filum Mollusca
Kelas Gastropoda merupakan salah satu kelas anggota filum Mollusca yang banyak
berperan sebagai hama tanaman. Tubuh anggota kelas Gastropoda ada yang dilindungi oleh
cangkang (shell), adapula yang tidak. Sebagai contoh yaitu bekicot (Achatina fullica Bowd.),
Semperula maculata, siput bugil (Parmarion pupillaris Humb.), dan Sumpil (Lamellaxis
gracilis Hutt.).
Bekicot berasal dari Afrika Timur atau Afrika Selatan ini memiliki panjang tubuh 10 cm-
13 cm. Cangkang bekicot berbentuk kerucut berulir, berwarna coklat-kekuningan dengan bercak
coklat kehitaman yang memanjang. Tubuh berwarna coklat, berlendir dan perutnya berfungsi
sebagai kaki. Mempunyai dua pasang sungut (antena), yaitu sungut depan yang berfungsi sebagai
peraba dan sungut di belakang yang berfungsi sebagai mata. Bekicot dan anggota Gastropoda
yang lain menggunakan gigi parut (radula) untuk menggigit dan mengunyah bagian tanaman
yang berdaging tebal dan berair. Biasanya menyerang tanaman pada malam hari, dan banyak
ditemukan di tempat-tempat yang berair dan mempunyai kelembaban tinggi (Rukmana dan
Saputra, 1997).
Semperula maculata banyak ditemukan menyerang daun tembakau yang masih muda,
anggrek dan karet. Tubuhnya berwarna kelabu kehijauan, berukuran sebesar kelingking
(Kalshoven, 1981).
Siput bugil (Parmarion pupillaris Humb.), tubuhnya tidak dilindungi cangkang. Warna
coklat kekuningan, abu-abu atau hitam, dengan panjang tubuh 3 cm-5 cm. Biasanya siput ini
menyerang daun tembakau muda, daun teh (menggulung daun teh), dan pucuk tanaman karet
(Rukmana dan Saputra, 1997).
Sumpil (Lamellaxis gracilis Hutt) memiliki pelindung (rumah) berbentuk silindris, kecil,
berwarna kuning muda. Panjang tubuhnya ± 11 mm. Sumpil sering merusak persemaian
bermacam-macam sayuran dan tanaman hias (Rukmana dan Saputra, 1997).

7
c. Filum Chordata
Filum Chordata mempunyai banyak anggota, namun tidak semuanya berperan sebagai
hama tanaman. Anggota filum ini yang banyak berperan sebagai hama adalah Kelas Mamalia
(hewan menyusui) dan kelas Aves (burung). Dari kelas mamalia, ordo Rodentia (binatang
mengerat) merupakan ordo yang paling merugikan, misalnya tupai dan tikus sawah. Disamping
itu kelelawar, musang, landak, dan satwa liar seperti gajah, kera, babi hutan, rusa, dan beruang
juga dapat berperan sebagai hama yang merugikan. Sedangkan dari kelas aves yang berperan
sebagai hama misalnya burung pipit (Lonchura leucogastroides (Horsf. dan Moore)).
1. Tupai (Callosciurus notatus)
Tupai banyak merusak buah kelapa dengan cara mengerat, baik pada waktu siang
maupun malam. Tubuh tupai berwarna kelabu sampai hitam pada bagian perut sampai
kepalanya, dan di bagian punggung berwarna hitam pada pangkal dan kuning di ujung. Tupai
betina mempunyai 6 pasang kelenjar susu dan satu tahun mampu beranak 8 kali
(Kalshoven,1981). Tupai menyerang buah kelapa yang sudah tua, dengan ciri serangan terdapat
lubang bekas gigitan pada ujung buah dengan sisi yang rapi/rata (Rukmana dan Saputra, 1997).
2. Tikus (Rattus-rattus spp.)
Tikus merupakan hama paling penting dibandingkan dengan hama-hama dari golongan
mamalia lainnya. Perkembangbiakan tikus sangat cepat, dan tanaman yang disukainya cukup
banyak. Tikus dapat menyebabkan kerusakan tanaman padi pada areal yang luas sejak di
persemaian sampai menjelang panen. Disamping itu tikus juga menyerang tanaman lainnya yaitu
jagung, kedelai, kacang tanah, ubi jalar, tebu, kelapa, dan kelapa sawit (Kalshoven,1981).
Pada umumnya tikus menyerang tanpa mengenal tempat, sejak di persemaian,
pertanaman sampai di tempat penyimpanan. Tikus aktif menyerang tanaman pada malam hari.
Tikus yang lapar akan memakan hampir semua benda yang dijumpainya. Jika makanan cukup
tersedia, tikus akan memilih jenis makanan yang paling disukai, seperti padi yang sedang
bunting, dan jagung muda. Pada saat makanan banyak tersedia, perkembangbiakan tikus
berlangsung sangat cepat (Rukmana dan Saputra, 1997).
Menurut Priyambodo (1995), terdapat 8 spesies tikus yang berperan sebagai hama, yaitu :
a. Tikus sawah (Rattus rattus argentiventer (Rob. & Kl.))
b. Tikus rumah (Rattus rattus diardi (Jent.))

8
c. Tikus coklat/tikus riul (Rattus rattus norvegicus Berk.)
d. Mencit rumah (Mus musculus)
e. Tikus pohon (Rattus tiomanicus Miller)
f. Tikus huma/ladang (Rattus exulans Peale)
g. Tikus wirok (Bandicota indica Bechst.)
h. Mencit ladang (Mus caroli)
Pada umumnya tekstur rambut/bulu tikus agak kasar, kecuali pada mencit yang lembut
dan halus. Hidung tikus berbentuk kerucut, kecuali tikus wirok dan tikus coklat hidungnya
berbentuk kerucut terpotong. Tikus wirok, tikus coklat, tikus sawah, dan mencit ladang, disebut
hewan terestrial dengan ciri-ciri : ekor pendek, panjangnya sama dengan panjang tubuh, ujung
jari halus, tonjolan pada telapak kaki kecil dan halus. Sedangkan tikus pohon, tikus rumah, tikus
huma, dan mencit rumah, disebut hewan arboreal dengan ciri-ciri : ekor panjang lebih panjang
dari ukuran tubuh, ujung jari kasar, tonjolan pada telapak kaki besar dan kasar. Tikus pohon
merupakan hama utama kelapa, biasanya melubangi buah kelapa yang masak/tua dengan lubang
tidak teratur di dekat tangkai (Priyambodo, 1995).
Satwa liar yang dapat berperan sebagai hama antara lain : gajah (Elephas maximus L.),
babi hutan (Sus vitatus), banteng (Bos sondaicus), rusa (Rusa timorensis), beruang (Helarctos
malayanus) (Triharso, 1994). Bahkan hewan ternak seperti kambing, domba, dan sapi yang tidak
diikat atau dimasukkan ke dalam kandang dapat berpotensi sebagai hama.
Menurut Harahap dan Tjahjono (1994) beberapa jenis burung/aves yang berpotensi
sebagai hama adalah sebagai berikut :
a. Burung pipit haji (Lonchura maja leucocephala Raffles)
Nama lainnya adalah bondol uban. Kepalanya berwarna putih keabu-abuan seperti sorban
haji. Bulu tubuhnya berwarna hitam kecoklatan. Warna leher putih dan secara bertahap berubah
warna menjadi coklat merah ke arah bagian dadanya. Matanya berwarna coklat hitam.
Ukurannya sebesar burung gelatik. Burung jantan dan betina seukuran dan serupa. Daerah
penyebarannya adalah Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan
lain-lain mengikuti pola penyebaran pertanaman padi. Penyebaran secara vertikal belum
diketahui.
Burung pipit haji ini hidup berkelompok. Membuat sarang dari alang-alang, batang padi
atau rumput-rumputan lainnya. Dalam satu sarang terdapat lima ekor burung. Bentuk sarang

9
seperti tabung memanjang, lebih kecil dari sarang burung manyar. Pada umumnya pipit haji
membuat sarang bersama-sama pada satu pohon atau tempat sampai berjumlah puluhan. Burung
ini bertelur dua kali setahun. Jumlah telur yang dihasilkan 4-5 butir tiap kali bertelur.
Kerusakan ditimbulkan oleh gerombolan burung pada saat padi sedang menguning. Pada
umumnya gerombolan burung ini terdiri atas kurang dari 50 ekor dan datang berkali-kali.

b. Pipit jawa (Lonchura leucogastroides Horsfield dan Moore)


Burung pipit ini berbentuk hampir sama dengan pipit haji, tetapi tanpa warna pada
kepala. Tubuh bagian atas dan sayapnya berwarna merah coklat, lehernya hitam, perut putih,
mata coklat, paruh hitam dan ekor kehitam-hitaman. Panjang tubuh sampai ke ujung ekornya
kurang lebih 9 – 10 cm. Burung jantan dan betina seukuran dan serupa. Daerah penyebarannya
adalah Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan lain-lain
mengikuti pola penyebaran pertanaman padi. Penyebaran secara vertikal belum diketahui.
Burung pipit ini membuat sarang dari alang-alang, batang padi atau rumput-rumputan
lainnya. Hidupnya selalu bergerombol dan lebih sering berpasangan. Bersarang tidak saja dalam
hutan, tetapi juga di dekat rumah peduduk bahkan pada pohon-pohon yang rendah. Dalam satu
sarang terdapat 5 ekor burung. Masa bertelur sepanjang tahun. Dalam satu kali masa bertelur
dapat menghasilkan 4-6 butir telur. Saat mengeram mereka tidak terganggu oleh suara manusia,
cahaya lampu dan sebagainya. Pada saat padi menguning burung pipit ini datang bergerombol
berkali-kali untuk makan padi yang sudah masak. Di Jawa burung ini pernah menjadi hama padi
yang sangat potensial. Demikian pula di Nusa Tenggara Timur, burung pipit ini termasuk hama
potensial pada pertanaman padi.

c. Bebek manila (nama lokal di NTT)


Merupakan jenis binatang yang biasa hidup di laut, sungai dan di danau. Ciri-cirinya
antara lain adalah bulu berwarna hitam, warna bulu pada bagian perut agak kehitaman, paruhnya
mirip dengan bebek/itik peliharaan dan bentuknya mirip dengan ayam.
Dengan adanya kebiasaan petani di daerah Nusa Tenggara Timur menggunakan sistem
tabela yaitu langsung menebar benih padi pada areal yang telah diolah tanpa tahap pembibitan,
hal ini dapat memberi pelaung bagi bebek manila untuk memakan biji padi tersebut terutama
pada saat air dalam keadaan kering. Disamping itu juga menyerang bibit padi yang baru tumbuh
atau yang masih muda.

10
d. Filum Arthropoda
Sebagian besar hama tanaman yang kita kenal merupakan anggota filum Arthropoda.
Filum ini mempunyai ciri yang sangat khas yaitu :
1. Tubuh terbagi menjadi 2 atau 3 bagian.
2. Tubuh dan kaki beruas-ruas.
3. Alat tambahan beruas-ruas dan berpasangan.
4. Dinding tubuh bagian luar berupa skeleton yang secara periodik dilepas dan
diperbaiki/diganti.
Anggota filum Arthropoda yang berperan sebagai hama berasal dari Kelas Acharina dan Insecta
(serangga) (Ananda, 1983).

1. Kelas Arachnida
Menurut Ananda (1983), anggota kelas Arachnida ada yang berperan sebagai hama
tanaman, dan adapula yang berperan sebagai predator hama tanaman. Salah satu contoh jenis
yang berperan sebagai hama tanaman adalah tungau merah Tetranichus bimaculatus yang
menyerang tanaman ketela pohon terutama pada musim kemarau. Gejala yang ditimbulkannya
berupa bercak-bercak kekuningan, karena cairan sel daun diisapnya. Daun ini akhirnya kering
dan rontok. Contoh yang berperan sebagai predator adalah laba-laba.
Ciri khas Arachnida adalah :
1. Kaki empat pasang yang terdiri atas tujuh ruas, yaitu coxa, trochanter, patela, femur, tibia,
metatarsus dan tarsus.
2. Tubuh terbagi menjadi dua bagian, yaitu gabungan kepala dan dada (cephalothorax) serta
abdomen.
3. Tidak bersayap dan memiliki alat tambahan berupa sepasang pedipalpus.

b. Kelas Insecta atau Hexapoda


Anggota kelas insecta disebut juga hexapoda karena memiliki 6 kaki. Anggota kelas ini
menempati peringkat paling atas dalam hal peranannya sebagai hama tanaman. Ciri khas kelas
insecta menurut Ananda (1983). adalah :
1. Tubuh terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut (abdomen).
2. Mempunyai 3 pasang kaki yang terdiri atas 6 ruas, yaitu coxa, trochanter, femur, tibia,
metatarsus dan tarsus.

11
3. Sayap satu pasang atau dua pasang dan adapula yang tidak bersayap.
4. Mempunyai satu pasang antena.
Beberapa jenis ordo dari kelas insecta atau hexapoda yang menjadi hama penting adalah
sebagai berikut :
1. Ordo Orthoptera
Orthoptera berasal dari kata orthos yang berarti lurus dan pteron artinya sayap. Golongan
serangga ini pada waktu istirahat berperilaku khas, yaitu sayap belakangnya dilipat lurus di
bawah sayap depan. Alat mulut nimfa dan imagonya penggigit-pengunyah. Perkembangan hidup
hama ini termasuk tipe paurometabola (telur-nimfa-imago). Nimfa dan imago hidup pada habitat
yang sama. Stadium nimfa dan imago bersifat merusak tanaman. Beberapa jenis serangga hama
yang termasuk ke dalam ordo Orthoptera adalah :

a. Belalang kayu (Valanga nigricornis Burn.)


b. Belalang kembara (Locusta migratoria manilensis Mayen)
c. Belalang china atau belalang berantena pendek (Oxya chinensis)

2. Ordo Hemiptera
Hemi berarti setengah dan pteron artinya sayap. Golongan serangga yang termasuk ordo
Hemiptera ini mempunyai sayap depan yang mengalami modifikasi sebagai hemelitron, yaitu
setengah bagian di daerah pangkal menebal, sedangkan sisanya berstruktur seperti selaput, dan
sayap belakangnya mirip selaput tipis (membran). Tipe perkembangan hidup ordo Hemiptera
adalah paurometabola (telur-nimfa-imago). Tipe alat mulut, baik nimfa maupun imago
pencucuk-pengisap, dan keduanya hidup dalam habitat yang sama. Stadium serangga yang
merusak tanaman adalah nimfa dan imago. Jenis serangga yang termasuk ordo Hemiptera, antara
lain :

a. Hama pengisap daun teh, kina, dan buah kakao (Helopeltis antonii)
b. Kepik hijau (Nezara viridula)
c. Walang sangit (Leptocorixa acuta) (= Leptocorisa oratorius)
d. Kepik hijau (Rhynchocoris poseidon Kirk.)
3. Ordo Homoptera
Homo artinya sama dan pteron berarti sayap. Serangga golongan ini mempunyai sayap
depan berstruktur sama, yaitu seperti selaput (membran). Sebagian dari serangga ordo
12
Homoptera ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak bersayap. Misalnya,
kutu daun (Aphis sp.) sejak menetas sampai dewasa tidak bersayap. Tetapi bila populasinya
tinggi sebagian serangga tadi membentuk sayap untuk memudahkan pindah dari satu tempat ke
tempat lain. Tipe perkembangan hidup ordo Homoptera adalah paurometabola (telur-nimfa-
imago). Kutu daun bersifat partenogenetik, yaitu embrio berkembang di dalam imago betina
tanpa pembuahan terlebih dahulu. Jenis serangga dari ordo Homoptera ini antara lain :
a. Kutu loncat (Heteropsylla sp.)
b. Kutu daun penular CVPD (Diaphorina citri)
c. Kutu daun (Aphis sp.)
d. Kutu daun persik (hijau) (Myzus persicae)
e. Kutu daun kelapa (Aspidiotus destructor)
f. Kutu putih pada tebu (Oregma lanigera Zehntn)
g. Kutu sisik atau kutu perisai hijau pada kopi dan cengkeh (Coccus viridis Gr.)
h. Kutu dompolan (Pseudococcus citri Risso)

4. Ordo Lepidoptera
Lepidos berarti sisik dan pteron artinya sayap. Kedua pasang sayap ordo Lepidoptera
mirip membran yang penuh denagn sisik. Sisik-sisik ini sebenarnya merupakan modifikasi dari
rambut biasa. Bila sisik tersebut dipegang akan mudah menempel pada tangan. Serangga dewasa
dibedakan atas dua macam, yaitu kupu-kupu dan ngengat. Kupu-kupu aktif pada siang hari,
sedangkan ngengat aktif pada malam hari. Perkembangbiakan serangga ordo Lepidoptera adalah
holometabola (telur-larva/ulat-pupa/kepompong-imago). Alat mulut larva tipe penggigit-
pengunyah, sedangkan alat mulut imagonya bertipe pengisap. Srtadium serangga yang sering
merusak tanaman adalah larva, sedangkan imagonya hanya mengisap nektar (madu) dari bunga-
bungaan. Jenis serangga hama yang termasuk ordo Lepidoptera, antara lain :
a. Ulat daun kubis (Plutella xylostella)
b. Ulat titik tumbuh (ulat krop) (Crocidolomia binotalis Zeller)
c. Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
d. Penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis Guenee)
e. Penggerek buah kakao dan rambutan (Conopomorpha cramerella)
f. Ulat peliang daun jeruk (kupu-kupu pastur) (Papilio memnon L.)

13
g. Penggerek batang padi putih (Tryporyza innotata Walker)
h. Ulat perusak/penggerek tongkol jagung (Heliothis armigera) (= Helicoverpa armigera
Hubn.)
i. Ulat jengkal Plusia chalcites ( = Chrysodeixis chalcites)

5. Ordo Coleoptera
Coleoptera berasal dari kata coleos atau seludang dan pteron atau sayap. Serangga dari
ordo Coleoptera ini memiliki sayap depan yang mengalami modifikasi, yaitu mengeras dan tebal
seperti seludang. Sayap depan atau seludang ini berfungsi untuk menutupi sayap belakang dan
bagian tubuhnya. Sayap depan yang bersifat demikian disebut elitron, sedangkan sayap belakang
strukturnya tipis seperti selaput. Pada saat terbang kedua sayap depan tidak berfungsi, namun
pada waktu istirahat sayap belakang dilipat di bawah sayap depan. Perkembangbiakan hidup
serangga ordo Coleoptera adalah holometabola (telur-larva-pupa-iamgo). Tipe alat mulut larva
dan imago memiliki struktur yang sama, yaitu penggigit-pengunyah. Coleoptera adalah ordo
serangga yang paling besar di antara ordo-ordo serangga hama. Oleh karena itu, ordo serangga
ini banyak bentuknya. Sifat hidup serangga ordo Coleoptera sebagian ada yang merusak
tanaman, namun adapula yang bersifat predator. Serangga ordo Coleoptera yang berperan
sebagai hama/perusak tanaman, antara lain :
a. Kumbang kelapa atau kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros L.)
b. Kumbang perusak pucuk kelapa (Brontispa longissima)
c. Penggerek buah kopi (Stephanoderes hampei)
d. Kumbang pemakan daun semangka, melon (Aulacophora abdominalis (Fabricius)) dan
(Aulacophora hilaris (Boisduval))
e. Hama bubuk beras (Sitophilus oryzae) dan (Sitophilus zeamais)
f. Penggerek ubi jalar (Cylas formicarius)

6. Ordo Diptera
Di artinya dua dan pteron berarti sayap. Diptera artinya serangga yang hanya mempunyai
sepasang sayap depan sebab sepasang sayap belakangnya telah berubah bentuk menjadi bulatan
(halter). Sayap ini berfungsi sebagi alat keseimbangan pada saat terbang, alat untuk mengetahui
arah angin, dan juga alat pendengaran. Stadium larva Diptera disebut tempayak atau belatung
atau set. Larva tidak mempunyai kaki, dan hidupnya menyukai tempat-tempat yang lembab dan

14
basah. Perkembangan hidup ordo Diptera adalah holometabola (telur-larva-pupa-imago). Tipe
alat mulut larva penggigit-pengunyah, sedang imagonya memiliki tipe alat mulut penjilat-
pengisap. Jenis serangga ordo Diptera yang sering merusak tanaman antara lain adalah :
a. Lalat bibit kedelai (Agromyza phaseoli Tryon)
b. Lalat buah (Bactrocera spp.)
c. Lalat bibit padi (Hydrellia philippina)

7. Ordo Thysanoptera
Thysanos artinya rumbai dan pteron berarti sayap. Serangga dari ordo Thysanoptera ini
berukuran sangat kecil. Sayapnya berjumlah dua pasang dengan bentuk memanjang, sempit,
membranus, dan pada bagian tepinya terdapat rambut-rambut halus berumbai. Perkembangan
hidup serangga Thysanoptera adalah paurometabola (telur-nimfa-imago). Tipe alat mulut nimfa
dan imago pencucuk-pengisap. Serangga dari ordo ini dapat merusak daun, bunga, dan buah
tanaman. Daun yang terserang menjadi keriting atau salah bentuk. Bunga yang terserang menjadi
salah bentuk atau gugur, sedangkan serangan pada buah menyebabkan bercak-bercak atau gugur.
Jenis serangga dari ordo Thysanoptera yang sering merusak tanaman antara lain :
a. Thrips hitam pada tanaman jagung (Heliothrips striatoptera Kob)
b. Thrips pada bibit padi dan jagung (Thrips oryzae Will)
c. Thrips bawang (Thrips tabaci Lind)

1.2.4 Penggolongan/Klasifikasi Hama Berdasarkan Cara Merusak dan Gejala Kerusakan


Hama menyerang tanaman dengan berbagai cara disesuaikan dengan tipe alat mulutnya
sehingga gejala kerusakan yang ditimbulkan pada bagian tanaman yang diserang juga berbeda.
Ada hama yang menyerang tanaman dengan menggunakan alat mulut yang bertipe pencucuk-
pengisap, hama ini menusuk jaringan tanaman dan mengisap cairan selnya sehingga timbul
bercak-bercak pada jaringan tersebut dan sel didalamnya sudah mengalami kematian. Hama
bertipe alat mulut penggigit-pengunyah akan menyebabkan daun berlubang-lubang, buah dan
polong rusak. Hama-hama tersebut digolongkan menjadi lima, yaitu:

1. Hama Penyebab Gejala Puru (bengkak)


Kelompok hama ini mula-mula masuk ke dalam jaringan tanaman melalui bagian
tanaman yang masih muda. Puru terbentuk karena adanya sekresi yang dikeluarkan oleh hama

15
pada waktu mengisap jaringan tanaman. Sekresi tersebut menyebabkan terangsangnya
pertumbuhan jaringan di sekitar luka. Puru dapat terjadi pada akar, daun, biji, maupun batang.
Contoh : puru daun oleh hama ganjur pada tanaman padi yang disebabkan oleh Pachydiplosis
oryzae ; puru daun dan puru biji pada gandum oleh Anguina tritici ; puru akar pada Solanaceae
oleh Meloidogyne spp. ; dan puru batang pada bayam oleh Hypolixus pica (Kalshoven, 1981).

2. Hama Pemakan
Hama yang termasuk golongan ini memiliki alat mulut tipe penggigit-pengunyah. Bagian
yang dimakan antara lain adalah daun, batang dan akar. Contoh : penggerek batang (Tryporyza
innotata) menyerang batang padi ; penggerek buah (Bactrocera umbrosus) yang menyerang
buah nangka ; penggerek polong (Etiella zinckenella) yang menyerang polong kedelai ;
penggerek akar (Leucopolis rorida) yang menyerang akar ketela pohon/ubi kayu ; dan penggerek
daun (Epilachna sparsa) yang menyerang daun terong (Kalshoven, 1981).
Gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh hama pemakan dengan tipe alat mulut pengggit-
pengunyah adalah adanya bagian organ tanaman hilang atau rusak, daun berlubang-lubang
kadang-kadang tinggal tulang daunnya saja, pertumbuhan tidak normal bahkan dapat
menimbulkan kematian tanaman atau bagian tanaman. Pada buah yang diserang hama pemakan
biasanya buah busuk, biji kacang-kacangan berlubang. Apabila menyerang akar maka akar akan
putus-putus sehingga penyerapan unsur hara terganggu. Serangan hama ini pada batang
menyebabkan batang rusak sehingga pengangkutan unsur hara ke daun terhambat dan pada
serangan berat menimbulkan kematian tanaman.

3. Hama Pengisap
Hama golongan pengisap menyerang tanaman dengan menggunakan alat mulut yang
bertipe pencucuk-pengisap. Serangga hama ini menusuk lapisan epidermis daun dan mengisap
cairan selnya, sehingga dari bekas tusukannya timbul bercak-bercak dan sel di dalamnya sudah
mengalami kematian. Contoh : kepik hijau (Nezara viridula), walang sangit (Leptocorisa
oratorius) (Kalshoven, 1981).
Golongan hama ini banyak ditemukan menyerang daun dengan memakan daging daun
(mesofil) dan meninggalkan epidermisnya saja, sehingga daun akan tampak transparan. Contoh :
Brontispa longissima yang menyerang daun kelapa (Kalshoven, 1981). Lalat pengorok daun
kacang-kacangan (Liriomyza sp).

16
5. Hama Penggulung
Golongan hama ini banyak merusak daun dengan cara menggulung daun, kemudian
memakannya dari dalam gulungan. Contoh : penggulung daun kedelai (Lamprosema indicata) ;
penggulung daun teh (Enarmonia sp.) ; penggulung daun pisang (Erionota trax) ; penggulung
daun kelapa (Hidari irava) (Kalshoven, 1981).

1.2.5 Penggolongan/Klasifikasi Hama Berdasarkan Arti Ekonomi

Hama ada yang selalu muncul pada setiap waktu atau musim tanam, tetapi ada hama
yang menyerang apabila keadaan tanaman berada dalam kondisi tidak baik atau kurang terawat.
Disamping itu ada juga hama yang muncul secara periodik.

Penggolongan hama menurut Untung (2006) dibedakan menjadi 3 yaitu :


1. Hama Utama (key-pest)
Hama yang setiap waktu atau musim selalu muncul menyerang tanaman dengan intensitas
serangan berat. Contoh : Plutella xylostella, Croccidolomia binotalis yang menyerang
tanaman kubis, dan Phaedonia inclusa yang menyerang kedelai.
2. Hama kadang-kadang (occasional-pest)
Hama yang menyerang tanaman apabila keadaan tanaman berada dalam kondisi tidak baik
atau kurang terawat. Hama golongan ini merupakan hama yang relatif kurang penting. Contoh
: Anticyra combusta pada tanaman tebu.
3. Hama Potensial (potential-pest)
Hama yang memiliki sifat pada suatu waktu menyerang tanaman sehingga merugikan atau
muncul dengan tiba-tiba. Hama golongan ini pada keadaan normal tidak membahayakan.
Contoh : Leucopolis rorida pada ketela pohon/ubi kayu, belalang kembara (Locusta
migratoria) yang menyerang jagung dan padi.

17
1.3 Penutup
1.3.1 Rangkuman

Pengertian hama secara luas adalah organisme pengganggu pada tanaman pertanian. Secara
umum organisme tersebut adalah mikroorganisme, misalnya : virus, bakteri, jamur, protozoa ; binatang
terutama anggota filum Nemathelminthes/Aschelmintes, Mollusca, Arthropoda dan Chordata ; gulma
yaitu tumbuhan pengganggu yang tidak dikehendaki. Sedangkan hama dalam arti sempit adalah
organisme yang merusak tanaman dan secara ekonomik merugikan manusia.

Bentuk kehilangan hasil akibat serangan hama dapat bersifat kuantitatif (berkurangnya
hasil atau produksi), misalnya serangan kumbang penggerek buah kapas menyebabkan buah
gugur sebelum masak, serangan ulat tanah menyebabkan tanaman terkulai atau mati, serangan
lalat buah di dalam buah cabai akan menghancurkan buah sehingga produksi berkurang,
sedangkan secara kualitatif (menurunnya mutu hasil) antara lain yaitu perubahan warna,
perubahan rasa, adanya bercak atau bintik-bintik hitam pada daun atau buah, serta abnormalitas
yang terjadi pada daun, buah, biji, dan umbi.
Klasifikasi hama berdasarkan binatang penyebabnya dapat dibedakan atas filum
Nematoda, filum Mollusca, filum Chordata, dan filum Arthropoda. Anggota filum Nematoda
yang banyak menimbulkan kerusakan tanaman misalnya Ditylenchus dipsaci menyebabkan
pembengkakan batang dan pembusukan umbi lapis (bawang), Aphelenchoides besseyi
menyebabkan pucuk daun memutih pada tanaman padi, Meloidogyne sp menyebabkan perakaran
membengkak pada famili Solanaceae. Anggota filum Mollusca misalnya bekicot Achatina fullica
Bowd., Semperula maculata, siput bugil Parmarion pupillaris Humb., dan Sumpil Lamellaxis
gracilis Hutt.Anggota filum Chordata yang banyak berperan sebagai hama adalah kelas Mamalia
(hewan menyusui) yaitu tikus, tupai, kelelawar, musang, landak, gajah, babi hutan, banteng, rusa,
beruang, dan kelas Aves (burung). Filum Arthropoda yang banyak berperan sebagai hama adalah
kelas insekta/serangga dan arachnida.
Klasifikasi hama berdasarkan cara merusak dan gejala kerusakan dibedakan atas hama
penyebab gejala puru (contoh: Meloidogyne spp., Anguina tritici), hama pemakan (contoh:
Tryporyza innotata, Bactrocera umbrosus, Plutella xylostella, Spodoptera litura, Valanga
nigricornis, Oxya chinensis) , hama pengisap (contoh: Nezara viridula) , hama pengorok
(contoh: Brontispa longissima, Liriomyza sp.) dan hama penggulung (contoh: Lamprosema

18
indicata, Erionota trax, Hidari irava). Klasifikasi ini didasarkan pada tipe alat mulut yang
dimiliki oleh hama.
Klasifikasi hama berdasarkan arti ekonomi terdiri dari hama utama (key-pest) yaitu hama
yang setiap waktu atau musim selalu muncul menyerang tanaman dengan intensitas serangan
berat , hama kadang-kadang (occasional pest) adalah hama yang menyerang tanaman apabila
keadaan tanaman berada dalam kondisi tidak baik atau kurang terawat , dan hama potensial
(potential pest) adalah hama yang memiliki sifat pada suatu waktu menyerang tanaman sehingga
merugikan atau muncul dengan tiba-tiba.

1.3.2 Tes Formatif/Latihan


1. Jelaskan pengertian hama secara luas dan hama dalam arti sempit !
2. Mengapa hama dikatakan mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia ?
3. Berikan contoh kerusakan yang disebabkan oleh hama ! (minimal 3) !
4. Binatang dari kelas apakah dari anggota filum Chordata yang banyak berperan sebagai hama
? Berikan contohnya lengkap dengan nama ilmiah (masing-masing kelas minimal 2 contoh) !
5. Apakah persamaan dan perbedaan dari ordo Hemiptera dan ordo Homoptera ?
6. Berikan contoh hama dari ordo Lepidoptera yang menyerang tanaman pangan !
7. Apakah yang dimaksud dengan hama pengorok ? Jelaskan dan berikan contoh hama
pengorok tersebut !
8. Mengapa belalang kembara (Locusta migratoria) digolongkan hama potensial ?

Kunci Jawaban Tes Formatif/Latihan

1. Pengertian hama dibedakan menjadi dua, yaitu pengertian hama secara luas dan hama dalam
arti sempit. Pengertian hama secara luas adalah organisme pengganggu pada tanaman
pertanian yaitu mikroorganisme, misalnya : virus, bakteri, jamur, protozoa ; binatang
terutama anggota filum Nemathelminthes/Aschelmintes, Mollusca, Arthropoda dan Chordata
; gulma yaitu tumbuhan pengganggu yang tidak dikehendaki. Sedangkan hama dalam arti
sempit adalah organisme yang merusak tanaman dan secara ekonomik merugikan manusia.
2. Hama dikatakan mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia karena serangan hama
dapat bersifat kuantitatif, yaitu menurunnya produksi, dan kualitatif, yaitu menurunnya mutu
produksi, seperti buah kisut, busuk dan sebagainya. Sebagai contoh adalah kerusakan yang

19
diakibatkan oleh larva lalat buah (Bactrocera sp) pada cabai merah. Secara kuantitatif,
serangan larva lalat buah di dalam buah cabai akan menghancurkan buah tersebut, dengan
akibat jumlah produksi (panen) per satuan luas pertanaman akan berkurang. Sementara
kerugian secara kualitatif terjadi saat konsumen mengetahui bahwa buah cabai yang
dibelinya mempunyai cacat berupa pembusukan buah yang mengurangi minat konsumen
tersebut untuk membelinya. Di Amerika, hasil produksi yang hilang akibat serangan hama
mencapai 37 %. Sementara di Asia Tenggara akibat serangan hama berkisar antara 13,3 % -
20,7 %
3. Kerusakan yang disebabkan oleh hama, misalnya:
a. Serangan ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.) yang memakan berbagai jenis tanaman
(polifag), terutama tanaman muda, dapat menyebabkan tanaman terkulai (layu) atau mati.
b. Biji kedelai yang terserang kepik hijau (Nezara viridula L.) dan kepik polong atau kepik
coklat (Riptortus linearis F.) akan berwarna kehitam-hitaman.
c. Buah tomat yang terserang ulat penggerek buah (Helicoverpa armigera Hbn.) akan
menjadi berlubang-lubang.
d. Krop kubis yang terserang ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zeller) akan tampak
berlubang-lubang dan rusak, sehingga menyebabkan berkurangnya hasil atau produksi.
4. Kelas mamalia dan kelas aves. Contoh dari kelas mamalia:
a. Tupai (Callosciurus notatus)
b. Tikus sawah (Rattus rattus argentiventer).
Contoh dari kelas aves:
a. Burung pipit haji (Lonchura maja leucocephala Raffles)
b. Pipit jawa (Lonchura leucogastroides Horsfield dan Moore)
5. Persamaan ordo Hemiptera dan Homoptera:
a. Mempunyai metamorfosis sederhana/paurometabola (telur-nimfa-imago/dewasa)
b. Tipe alat mulut pencucuk-pengisap
c. Stadia yang menyerang tanaman nimfa dan imago
Perbedaan ordo Hemiptera dan Homoptera:
a. Sayap depan ordo Hemiptera mengalami modifikasi sebagai hemelitron, yaitu
setengah bagian di daerah pangkal menebal, sedangkan sisanya berstruktur seperti
selaput, dan sayap belakangnya mirip selaput tipis (membran). Sedangkan pada ordo

20
Homoptera mempunyai sayap depan berstruktur sama, yaitu seperti selaput (mem -
bran).
b. Sebagian dari serangga ordo Homoptera ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga
bersayap dan tidak bersayap. Misalnya, kutu daun (Aphis sp.) sejak menetas sampai
dewasa tidak bersayap. Tetapi bila populasinya tinggi sebagian serangga tadi mem-
bentuk sayap untuk memudahkan pindah dari satu tempat ke tempat lain. Kutu daun
bersifat partenogenetik, yaitu embrio berkembang di dalam imago betina tanpa pem-
buahan terlebih dahulu.
6. Contoh hama dari ordo Lepidoptera yang menyerang tanaman pangan antara lain yaitu:
a. Penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis Guenee)
b. Penggerek batang padi putih (Tryporyza innotata Walker)
c. Ulat perusak/penggerek tongkol jagung ( Helicoverpa armigera Hubn.)
7. Hama pengorok adalah hama yang menyerang daun dengan memakan daging daun
mesofil) dan meninggalkan epidermis saja, sehingga daun akan tampak transparan.
Contoh : Brontispa longissima yang menyerang daun kelapa dan lalat pengorok daun
kacang-kacangan (Liriomyza sp).
8. Belalang kembara (Locusta migratoria) digolongkan hama potensial karena belalang ini
muncul secara periodik atau dalam interval waktu tertentu dengan intensitas serangan
berat. Belalang kembara tidak muncul pada setiap waktu atau musim tanam.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ananda, K. 1978. Taxonomi Serangga. Diktat Kuliah. Yayasan Pembina Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 145 halaman.
2. Harahap, I.S. dan Budi Tjahjono. 1994. Pengendalian Hama dan Penyakit Padi. Cetakan ke
VI. Penebar Swadaya, Jakarta.
3. Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests of Crops In Indonesia. Revised by Van der Laan. Ichtiar
Baru-Van Hoeve, Jakarta. 701 halaman.
4. Mangoendihardjo, S. 1978. Hama-hama Tanaman Pertanian III. Diktat Kuliah.
5. Priyambodo, S. 1995. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Penebar Swadaya. Jakarta.
6. Rasdiman. 1994. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman (Bagian Hama). Diktat Kuliah.
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 51 halaman. Tidak dipublikasikan.

21
7. Rukmana, R. dan Saputra, U.S. 1997. Hama Tanaman dan Teknik Pengendalian. Cetakan
Pertama. Kanisius, Yogyakarta. 166 halaman.
8. Sastrosuwignyo, S. 1990. Nematologi Tumbuhan. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 246 halaman.
9. Tjahjadi, N. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius, Yogyakarta. 147 halaman.
10. Triharso. 1994. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. 362 halaman.
11. Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Edisi Kedua (Revisi). Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta. 348 halaman.

SENERAI :
Dead heart: gejala mati pucuk.
Kerugian secara kuantitas: berkurangnya hasil atau produksi.
Kerugian secara kualitas: menurunnya mutu hasil.
Pest: organisme pengganggu pada tanaman pertanian.
Puso: tanaman tidak dapat berproduksi.
Vektor penyakit tanaman: penular penyakit tanaman.
Bercak: gejala kering akibat adanya serangan hama.
Gall: puru yang dibentuk karena adanya sekresi yang dikeluarkan oleh nematoda atau
larva serangga hama pada waktu mengisap jaringan tanaman.
Hewan arboreal: hewan yang hidupnya di atas pohon atau bangunan (memanjat).
Hewan terrestrial: hewan yang hidupnya di permukaan tanah.
Migratory: berpindah.
Sedentary: menetap.
Tabela: menebar benih padi pada areal yang telah diolah tanpa tahap pembibitan.

22

Anda mungkin juga menyukai