Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Al Azhar Indonesia Seri Ilmu Sosial e-ISSN: 2745-5920

Vol. 03, Nomor 03, Oktober 2022, Hal. 98-112 p-ISSN: 2745-5939
DOI http://dx.doi.org/10.36722/jaiss.v3i3.1206

Peran Advokasi Non-Governmental Organization


Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia dalam
Konservasi Primata Jenis Kukang di Indonesia
Sahda Nabilah Agusta1*, Wildan Faisol1
1
Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Al-Azhar Indonesia, Jl Sisingamangaraja, No.2, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 12110.

Penulis untuk Korespondensi/E-mail: hallo.sahda@gmail.com

Abstract

Environmental issues in International Relations study not only stand for climate issues and human
existence. Environmental issues in International Relations study also give some space to flora and fauna
conservation issues. In this article, the author tries to explain how non-state actor in this case YIARI
effort to advocate for primate animal conservation like Coucang in Indonesia. In this article, the author
found some facts to explain that the strategy of YIARI use is showing a positive trend with decreasing
number of coucang illegal trafficking in Indonesia. One of the factors that determine the success of
YIARI's advocacy is the transnational advocacy network that connects YIARI with fellow non-
governmental organizations engaged in the field of animal conservation worldwide. In addition, the
author argues that the role of YIARI has succeeded in replacing the role of the Indonesian government
which is not optimal for law enforcement to act against the perpetrators of the exploitation of Coucang.

Keywords: Coucang, NGO, Transnational Advocacy Network, YIARI

Abstrak

Isu-isu lingkungan dalam studi hubungan internasional tidak hanya berkutat pada peristiwa-persitiwa
yang berkaitan dengan alam dan kelangsungan hidup manusia. Isu-isu lingkungan dalam studi
hubungan internasional juga memberikan ruang bagi kajian konservasi flora dan fauna. Dalam
penelitian ini, penulis berusaha untuk menjelaskan bagaimana peran aktor non-negara yang dalam hal
ini YIARI dengan usahanya untuk melakukan advokasi dalam konservasi hewan primata jenis Kukang
di Indonesia. Penulis dalam artikel ini menggunakan teori Jaringan Advokasi Transnasional untuk
menjelaskan bagaimana YIARI memaksimalkan perannya untuk aktif dalam mengadvokasi isu
konservasi kukang di Indonesia. Dalam artikel ini, penulis menemukan beberapa fakta bahwa strategi
yang digunakan YIARI berhasil menunjukkan dampak positif dengan penurunan angka tren yang
signifikan dalam fenomena eksploitasi kukang di Indonesia. Salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan advokasi YIARI adalah jejaring advokasi transnasional yang menghubungkan YIARI
dengan sesama organisasi non-pemerintah yang sama-sama bergerak di bidang konservasi hewan
sedunia. Selain itu penulis berargumen bahwa peran YIARI berhasil menggantikan peran pemerintah
Indonesia yang tidak maksimal dalam penegakan hukum untuk menindak pelaku-pelaku eksploitasi
hewan kukang.

Kata Kunci: LSM, YIARI, Konservasi, Kukang, Jejaring Advokasi Transnasional

98
Peran Advokasi NGO Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) dalam Konservasi Primata Jenis
Kukang di Indonesia

PENDAHULUAN pengetahuan masyarakat tentang primata jenis


Kukang masih sangat rendah.

K ukang (Nycticebus sp), merupakan salah


satu spesies primata yang populasi
penyebarannya banyak di Asia Tenggara,
Isu ini tidak lepas dari pengamatan Non-
Governmental Organization (NGO) yang
termasuk Indonesia khususnya di pulau Jawa, berkontribusi di bidang lingkungan, termasuk di
Sumatera, Kalimantan, dan Batam (Matondang, dalamnya isu eksploitasi satwa liar yang
2018). Kukang merupakan mamalia nokturnal mengiringi isu deforestasi di Indonesia. Hal ini
ditetapkan sebagai satwa terancam punah oleh dibuktikan dengan data publikasi milik Yayasan
IUCN Redlist (CNN Indonesia, 2021), Kukang Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI)
menjadikan Hutan Hujan Tropis sebagai melalui website Kukangku.id (2022) tentang
habitatnya, dimana Indonesia sebagai salah satu eksploitasi terhadap primata jenis Kukang yang
negara yang menjadi habitat Kukang kerap dilakukan secara terang-terangan oleh
diwarnai oleh kasus-kasus eksploitasi satwa liar komunitas antar pemilik primata jenis Kukang
meliputi kegiatan deforestasi hingga perburuan di Indonesia yang muncul di tahun 2013 s.d.
liar yang mengancam populasi Kukang sebagai 2015. Di akhir Januari 2017 sedikitnya terdapat
primata. Hal ini dibuktikan dengan munculnya 27 individu Kukang Jawa hasil sitaan dari
Surat Keterangan Menteri Pertanian 14 Februari perdagangan dalam dunia maya di wilayah
1973 No. 66/Kpts/Um/2/1973 tentang Cirebon dan Majalengka untuk kemudian
keberadaan primata jenis Kukang sebagai satwa dikirim ke Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi
dilindungi Indonesia. Selain itu, UU No. 5 Primata di YIARI selaku Organisasi Non-Profit.
Tahun 1990 turut menegaskan terkait status Di tahun yang sama pada tanggal 20-21
hukum dan larangan untuk memburu, September 2017, Satuan Polisi Hutan Reaksi
memperjualbelikan, memelihara satwa Cepat (SPORC) Brigade Harimau Balai
dilindungi dalam keadaan hidup ataupun mati, Pengamanan dan Penegakan Hukum KLHK
meliputi seluruh bagian tubuhnya terancam (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan)
pidana dengan maksimal 5 tahun penjara dan wilayah Sumatera berhasil mengamankan 9
denda maksimal 100 juta rupiah. individu Kukang Sumatera (Nycticebus
coucang) dari perdagangan satwa liar. Lalu,
Primata jenis Kukang menjadi sasaran penyelundupan 79 ekor Kukang Jawa
eksploitasi di Indonesia dimana Kukang (Nycticebus javanicus) yang akan dikirim ke
dianggap memiliki nilai ekonomi yang tinggi Hongkong berhasil ditemukan dan dihentikan di
dengan statusnya yang terancam punah. Selain daerah Kabupaten Majalengka, Jawa Barat
dinilai menggemaskan untuk dijadikan satwa (Kukangku, 2020).
peliharaan, Kukang sebagai primata bertubuh
kecil dengan pergerakan yang lambat juga Berperannya aktor non-negara seperti YIARI
dipercayai memiliki manfaat dari sisi kesehatan merupakan dampak yang terjadi pasca
dan juga kepercayaan mitos yang beredar di berakhirnya perang dingin, ketika hubungan
masyarakat bahwa daging Kukang memiliki internasional masuk ke dalam sistem multipolar
khasiat bagi stamina dan gigi Kukang dipercayai yang merupakan peralihan dari persaingan
sebagai jimat pelindung. Adapun untuk militer ke arah persaingan ekonomi (Perwita &
memperoleh gigi Kukang, pemburu atau Yani, 2017). Perkembangan tersebut membawa
pedagang akan mencabut, mengikir atau bahkan Studi Hubungan Internasional kepada isu low
memotong secara paksa tanpa menggunakan politics yang lebih luas dan menyeluruh. Hal ini
obat bius terhadap Kukang. Hal ini berpotensi senada dengan pandangan Alejandro M. Pena
menyebabkan timbulnya infeksi pada Kukang (2019) yang mengatakan bahwa perubahan
dan juga infeksi berujung kematian bagi lanskap Tata Kelola Global berubah secara
pemburu atau pedagang yang terkena bisa dari dramatis yang ditandai dengan kemunculan
gigitan Kukang. Fenomena tersebut menjadi aspek-aspek low politics-Perdagangan,
gambaran bagaimana kesadaran dan Produksi, dan Tata Kelola Sosio-Lingkungan
dalam tiga dekade terakhir (Pena, 2019; Davis,

99
Sahda Nabilah Agusta, Wildan Faisol

2019). Studi Hubungan internasional pasca era advokasi perlindungan bagi satwa liar
perang dingin juga memberikan tempat khusus dilindungi dan primata. Tulisan ini berada dalam
bagi aktor-aktor non-negara berupa NGO dan posisi untuk melihat NGO YIARI sebagai
Global Civil Society Organization (CSO) untuk tingkat Analisis dan Pemerintah sebagai aktor
memaksimalkan perannya sebagai norm target terkait advokasi isu eksploitasi primata
entrepreneurs dalam berbagai hal seperti jenis Kukang dalam rentang waktu yang dimulai
demokrasi, penghormatan terhadap Hak Asasi pada tahun 2015 hingga tahun 2020. Rentang
Manusia (HAM), konservasi lingkungan, flora waktu dalam penelitian ini dipilih, karena
dan fauna, penegakan keadilan, diskriminasi advokasi terkait konservasi primata jenis
gender dan suku (Hadiwinata, 2017). Kukang yang dilakukan oleh YIARI pada tahun
2015 mulai menunjukkan hasil positif yang
Kajian mengenai peran NGO juga dibahas signifikan. Hal tersebut juga didorong dengan
dalam Transnational Relations atau Hubungan karakteristik NGO yang khas dalam menjalani
Transnasional dalam Hubungan Internasional perannya, yakni mampu memfasilitasi
yang meyakini bahwa aktor non-negara dapat komunikasi (facilitating communication),
memengaruhi sistem politik internasional dan Mendukung Inovasi, Advocacy for and with the
nasional. Aktor non-negara memiliki poor, dan Research, Monitoring and Evaluation
kemampuan untuk melakukan “Tranfering (Dindin dkk., 2011). Tulisan ini bertujuan untuk
tangible or intangible items across state melihat peran Advokasi NGO aktor non-negara
boundaries” (Keohane dan Nye, 1971, pp.25). dalam upaya perlindungan primata jenis Kukang
Dalam hal ini aktor non-negara dinilai dapat di Indonesia.
mengubah fakta yang memiliki sifat material
atau empiris dan fakta non material menjadi Kajian Pustaka
sebuah isu internasional melalui advokasi yang Penelitian milik Muhammad Arief Virgy, Yusa
dilakukan. Advokasi yang dimaksud dalam hal Djuyandi, dan Wawan Budi Darmawan (2020)
ini ialah suatu usaha yang ter-sistematis dan ter- berjudul “Strategi Jaringan Advokasi
organisasi untuk memengaruhi dan mendesak Transnasional Greenpeace Indonesia Terkait
terjadinya perubahan dalam kebijakan publik Isu Deforestasi hutan Indonesia oleh Wilmar
secara bertahap (Soetjipto, 2018). International” yang memiliki karakteristik
deskriptif analitis. Peneliti terdahulu
Dalam hubungan transnasional YIARI hadir menjadikan konsep Transnational Advocacy
sebagai NGO lokal yang berafiliasi dengan Networks (TAN) dalam menganalisis strategi
International Animal Rescue pada tahun 2008 advokasi Greenpeace Indonesia sebagai aktor
dan bergerak di bidang lingkungan dan non-negara terkait isu deforestasi hutan yang
kesejahteraan satwa di Indonesia dengan dilakukan oleh Wilmar International.
berbasis pada prinsip 3R dan M: Rescue, Berdasarkan penelitian tersebut dapat
Rehabilitation dan Released serta Monitoring. disimpulkan bahwa aktor advokasi yang dalam
Kehadiran NGO seperti YIARI semakin hal ini adalah Greenpeace Indonesia memiliki
menegaskan bahwa penting untuk mengkaji memiliki peran besar dalam mempengaruhi
bagaimana perlindungan terhadap primata jenis berhasil atau tidak berhasilnya aksi advokasi
Kukang dapat diterapkan melalui peran NGO yang dilancarkan dalam menyikapi isu
sebagai aktor non-negara. Dalam 12 tahun deforestasi hutan di Indonesia yang dilakukan
melakukan konservasi Kukang, YIARI berhasil oleh Wilmar Internasional.
menyelamatkan 3500+ individu Kukang di
Indonesia melalui jejaring-jejaring baru dengan Penelitian selanjutnya berjudul “Jaringan
mitra organisasi non-profit, komunitas, dan Advokasi Transnasional’’. Strategi Greenpeace
pemerintahan guna memudahkan perannya. dalam Menolak Rencana Pengeboran Shell di
YIARI didukung oleh Inisiasi Alam Rehabilitasi Kutub Utara tahun 20122-015” ditulis oleh
(IAR) Inggris yang menjadi donor dana utama Yanuar Albertus dan dipublikasikan dalam
dalam setiap programnya termasuk program Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional
kampanye “Kukangku” sebagai bentuk upaya parahyangan Centre for International Studies

100
Peran Advokasi NGO Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) dalam Konservasi Primata Jenis
Kukang di Indonesia

(PACIS), Vol. 17 No. 2, Hal. 239-260. Albertus oleh European Women’s berhasil
menjadikan Transnational Advocacy Network mengkonstruksi regime kesetaraan gender di
(TAN), Non-Governmental Organization Eropa yang pada akhirnya mampu
(NGO), dan Kebijakan Korporasi sebagai menghasilkan kebijakan-kebijakan yang ramah
kerangka dasar pemikiran dalam penelitiannya terhadap perempuan dan mewujudkan tingkat
yang berfokus pada Strategi advokasi kesetaraan gender yang tinggi.
Greenpeace dalam penolakan rencana
pengeboran Shell di Kutub Utara. Penelitian Penelitian dengan judul “Seafood not
milik Albertus menghasilkan kesimpulan bahwa Slavefood”. Advokasi Aktivisme Transnasional
TAN dapat menjadi strategi yang efektif bagi Mengakhiri Praktik Perbudakan Modern di
NGO dalam dunia aktivisme. Hal tersebut Industri Pakanan Thailand” ditulis oleh
dibuktikan dengan strategi Greenpeace yang Roihanatul Maziyah pada tahun 2020 dan
berhasil memengaruhi LEGO sebagai dipublikasi dalam Journal of International
stakeholders Shell untuk menghentikan Relations, Vol. 6 No. 1, 2020, hal. 92-107.
pengeboran di Kutub Utara. Penelitian milik Maziyah 2020 menjadikan
TAN sebagai kerangka dasar pemikiran dalam
Penelitian ini berjudul “Studi Keamanan mengamati peran jaringan advokasi
Lingkungan: Aktor Transnasional dalam transnasional Environmental Justice Foundation
Penanganan pencemaran Sungai Citarum” yang (EJF) dalam meng-advokasikan praktik
ditulis oleh Prilla Marsingga pada tahun 2020. perbudakan modern yang terjadi di Industri
Penelitian ini menjadikan TAN sebagai alat perikanan Thailand pada tahun 2013-2019.
untuk menganalisis peran aktor transnasional Dalam penelitiannya, Maziyah menyimpulkan
dalam penanganan pencemaran Sungai Citarum bahwa peran advokasi yang dilakukan oleh EJF
sebagai bagian dari Keamanan Lingkungan. melalui serangkaian strategi advokasi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Information Politics, Symbolic Politics,
Marsingga dengan TAN sebagai alat analisisnya Leverage Politics, dan Accountability Politics)
menunjukkan bahwa strategi advokasi yang telah berhasil memengaruhi pemerintah
dilakukan oleh aktor transnasional berhasil Thailand untuk meratifikaasi ILO Work in
mempengaruhi pemerintah dalam menciptakan Fishing Convention dan Protocol Amending
kebijakan-kebijakan dalam mengatasi Forced Labor Convention.
pencemaran Sungai Citarum. Dalam hal ini
TAN sebagai alat analisis juga berhasil Penelitian milik penulis dapat dibedakan dengan
mengadakan agenda-agenda yang menghasilkan kelima penelitian pendahuluan di atas melalui
solusi yang signifikan dan juga memotivasi tingkat analisis, aktor target, dan
Pemerintah untuk melakukan aksi nyata. pendekatan/konsep yang digunakan. Dalam
penelitian milik peneliti, Tingkat Analisis yang
Penelitian ini berjudul “Peran European dipilih adalah YIARI dan Pemerintah Indonesia
Women’s Transnational Advocacy Networks sebagai Aktor Target Advokasi. Lalu, peneliti
(TAN) dalam Mengkonstruksi Regime menggunakan teori Konstruktivisme dan konsep
Kesetaraan Gender di Uni Eropa” milik Nur TAN sebagai alat analisis. Adapun hal tersebut
Azizah dan Sri Asrafina yang diterbitkan pada beriringan dengan gap isu empiris yang
tahun 2019 dalam Indonesian Journal of memperkuat argumentasi penulis terkait
International Relations. Penelitian ini penelitian dengan judul “Peran Advokasi YIARI
menjadikan Advokasi, Transnational Advocacy dalam Konservasi Primata Kukang di
Networks (TAN), dan Regime Internasional Indonesia” adalah sebuah penelitian dengan
sebagai konsep dalam menganalisis peran subjek penelitian yang sama sekali baru untuk
European Women’s TAN’s dalam melanjutkan penelitian-penelitian terdahulu
merekonstruksi regime kesetaraan gender di Uni dengan menggunakan konsep yang sama, yakni
Eropa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan TAN.
oleh Azizah dan Asrafina 2019 dapat
disimpulkan bahwa advokasi yang dilakukan

101
Sahda Nabilah Agusta, Wildan Faisol

Konstruktivisme Dalam hal ini, Konstruktivisme meyakini


Konstruktivisme ialah sebuah pendekatan adanya kondisi dimana aturan digunakan oleh
teoritis dalam studi Hubungan Internasional beberapa agen atau aktor untuk mengendalikan
Kontemporer yang muncul pasca Perang Dingin dan memperoleh keuntungan dari agen lain.
pada tahun 1980an dan mulai popular pada Sebagai elemen penting, rules dalam
tahun 1990an. Konstruktivisme hadir untuk pendekatan Konstruktivisme memandang
mengkritik pandangan teori-teori tradisional manusia sebagai agen yang berpartisipasi aktif
Hubungan Internasional yang hanya melihat melalui aturan itu sendiri. Sejalan dengan tulisan
negara sebagai aktor utama dalam Hubungan (Hobson, 2003), yang meyakini bahwa individu,
internasional. Dalam hal ini Konstruktivisme kelompok masyarakat, dan negara dalam
melihat bahwa aktor negara dan aktor non- hubungan internasional dibentuk oleh norma-
negara memiliki peran yang sama pentingnya norma. Hal tersebut dapat menjelaskan
dalam mengkonstruk struktur sosial. (Dugis, bagaimana Konstruktivisme memungkinkan
2016). manusia untuk melakukan aksi dalam konteks
membangun masyarakat sebagai individu
Konstruktivisme dipandang sebagai sebuah cara maupun kolektif yang di dalamnya meliputi
untuk mengkaji segala bentuk hubungan sosial aturan, praktik, dan fakta yang dibentuk dan
yang digunakan secara sistematis guna digunakan. (Onuf, 2013).
menemukan nilai dalam beragam material dan
menciptakan keterkaitan yang sebelumnya Transnational Advocacy Network (TAN)
dinilai mustahil. Konstruktivisme sebagai Dalam menganalisis strategi yang digunakan
pendekatan teoritis meyakini bahwa manusialah YIARI dalam konservasi primata jenis Kukang
yang membangun dunia melalui interaksi di Indonesia, peneliti menggunakan TAN
dengan manusia lainnya. Bagi Dugis 2016 sebagai alat yang membantu dalam proses
interaksi atau kerjasama terbentuk berdasarkan penelitian. TAN merupakan generasi ketiga
adanya identifikasi kesamaan kepentingan atau paradigma Konstruktivisme dalam studi
tujuan. Konstruktivisme juga meyakini bahwa Hubungan Internasional yang memungkinkan
Saying is Doing, karena berbicara merupakan manusia untuk melakukan aksi dalam konteks
cara terpenting yang harus dilakukan dalam membangun masyarakat sebagai individu
membangun dunia (Onuf, 2013), manusia maupun kolektif yang di dalamnya meliputi
sebagai agen memiliki kemampuan untuk aturan, praktik, dan fakta yang dibentuk dan
menjadikan manusia lainnya sebagai agen digunakan (Onuf, 2013), TAN hadir untuk
berikutnya dengan memberikan kesempatan mengkaji mengenai aktor-aktor relevan yang
bertindak guna mencapai tujuan tertentu. bergerak di suatu isu yang saling terikat atas
nilai kebersamaan, kesamaan tujuan, dan
Menurut pemikiran (Onuf, 2013), pertukaran informasi serta layanan (Keck &
konstruktivisme merupakan sebuah kajian yang Sikkink, 1998), termasuk Organisasi Riset dan
cenderung menjadikan aturan sebagai sebuah Advokasi Non Pemerintah-Domestik dan
awal yang cukup cepat mengarah ke pola yang Internasional-sebagai aktor utama. (Keck &
hanya bisa digambarkan sebagai sebuah kondisi Sikkink, 1998), konsep TAN mampu
dari aturan itu sendiri. Aturan merupakan pola memperlihatkan urgensi studi Gerakan sosial
hubungan yang tidak asimetris, namun stabil. yang pada awalnya bergerak pada tatanan mikro
Konstruktivisme meyakini bahwa manusia atau domestik di suatu negara kemudian
membangun masyarakat dan masyarakat menyadari akan pentingnya kajian hubungan
membentuk manusia. Hal ini dijelaskan sebagai internasional dan membawa pemikiran dalam
aturan (rules) sebagai salah satu elemen studi gerakan sosial tersebut ke level
kontruktivis yang menghadirkan proses dimana internasional (Soetjipto, 2018), konsep TAN
manusia dan masyarakat saling membentuk dan merujuk pada kelompok advokasi yang secara
saling timbal balik antara satu dengan yang lain. mandiri beroperasi secara sukarela bekerja lintas
“where there are rules (and thus institutions), batas negara demi mencapai kepentingan publik
there is rule (Onuf, 2013)”. internasional. Jaringan transnasional yang lintas

102
Peran Advokasi NGO Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) dalam Konservasi Primata Jenis
Kukang di Indonesia

batas cenderung melibatkan sejumlah aktivis penelitian kualitatif melibatkan pertanyaaan-


dari berbagai organisasi dan institusi dalam pertanyaan yang muncul dan prosedur,
membawa kampanye atau peran advokasi, pengumpulan data diperoleh dari setting
sehingga YIARI sebagai NGO menggunakan partisipan, analisis data dibuat secara induktif
empat strategi berbentuk tindakan persuasi, dari tema khusus ke umum, dan peneliti
sosialisasi, dan penekanan, yakni Information membuat interpretasi atas data (Creswell, 2014),
Politics, Symbolic Politics, Leverage Politics, setting partisipan yang dimaksud ialah informan
dan Accountability Politics (Keck & Sikkink, atau narasumber sebagai subjek yang
1998). memberikan data primer melalui Metode
wawancara. Penelitian ini menjadikan Staff
Tulisan ini berada dalam posisi untuk melihat Manajer YIARI sebagai informan. Sementara
NGO YIARI sebagai tingkat Analisis dan itu, objek penelitian yang dikaji adalah Peran
Pemerintah sebagai aktor target terkait advokasi NGO YIARI dalam Konservasi Primata Jenis
isu eksploitasi primata jenis Kukang dalam Kukang di Indonesia. Waktu penelitian dimulai
rentang waktu 2015 hingga 2020. Rentang sejak Juli 2021 hingga November 2021. Teknik
waktu dalam penelitian ini dipilih, karena analisis data dilakukan melalui reduksi data,
advokasi terkait eksploitasi primata jenis data display, dan penarikan kesimpulan.
Kukang yang dilakukan oleh YIARI pada tahun
2015 mulai menunjukkan hasil positif yang
signifikan, NGO memiliki karakteristik yang HASIL DAN PEMBAHASAN
khas dalam menjalani perannya diantaranya
ialah mampu memfasilitasi komunikasi Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia
(facilitating communication), Mendukung (YIARI) Sebagai Aktor Non-Negara
Inovasi, Advocacy for and with the poor, dan YIARI merupakan NGO lokal yang didirikan
Reasearch, Monitoring and Evaluation (Dindin oleh Dr. Karmele Llano Sanchez. Karmele
dkk., 2011, p. 1-2). Dalam hal ini penulis merupakan Direktur Eksekutif YIARI dan juga
melihat peran dan fungsi NGO sebagai solusi menjadi koordinator tim medis. Pada awalnya,
alternatif dalam upaya perlindungan primata Karmele merupakan anggota volunteer dalam
jenis Kukang di Indonesia. kegiatan konservasi dimana beliau bertemu
dengan banyak pemuda pemudi Indonesia yang
memiliki antusiasme dan keyakinan dalam
METODE PENELITIAN konservasi alam dan kesejahteraan satwa di
Indonesia. Atas dasar antusiasme dan keyakinan
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan yang sama tersebutlah YIARI berdiri sebagai
metode Kualitatif. (Creswell, 2014) dalam NGO di Indonesia. Kehadiran YIARI pada
bukunya yang berjudul Research Design tahun 2007 kemudian diiringi dengan
Qualitative, Quantitative, and Mixed Method berkembangnya relasi mitra melalui afiliasi
Approaches Fourth Edition, Penelitian antara YIARI dengan IAR Inggris pada tahun
Kualitatif merupakan sebuah pendekatan untuk 2008. Hal tersebut didorong oleh adanya
mengeksplorasi dan memahami makna yang kesamaan cita-cita dan harapan yang dimiliki
diberikan oleh individu atau kelompok atas oleh anak-anak muda Indonesia dalam
permasalahan sosial atau manusia. Teknik menyuarakan isu lingkungan dan kesejahteraan
pengumpulan data yang dipakai dalam satwa di Indonesia yang kaya akan sumber daya
penelitian ini adalah Dokumen Kualitatif hayati dan non hayati.
(Qualitative Document) dengan mengumpulkan
buku, artikel berita, jurnal ilmiah, dan laporan YIARI menilai bahwa tanggung jawab atas
resmi yang berkaitan langsung dengan objek penjagaan alam merupakan tanggung jawab
penelitian (Creswell, 2009), peneliti juga yang semestinya dipikul oleh semua manusia
menggunakan Teknik Wawancara Kualitatif (Anggada, 2021), karena cita-cita dari
(Qualitative Interview) melalui Teknik konservasi tidak akan terwujud apabila tidak
Purposefully Select. Dalam prosesnya, terjadi kolaborasi yang cukup antara

103
Sahda Nabilah Agusta, Wildan Faisol

pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat di tentangan dari kelompok-kelompok yang


dalamnya. YIARI berkomitmen pada upaya 3R memperjuangkan kesejahteraan satwa. Salah
dan M yang meliputi Rescue, Rehabilitation, duanya adalah YIARI dan Koalisi Aksi Peduli
Release, dan Monitoring. Sebagai sebuah Monyet. Dalam hal ini, MEP sudah masuk ke
Organisasi Non Pemerintah yang bergerak di dalam International Union for Conservation of
bidang kesejahteraan satwa, YIARI memiliki Nature (IUCN) Red List dengan status rentan.
visi yang terus beradaptasi dengan tren atau (CNN Indonesia, 2021).
keadaan yang ada. Dalam hal ini YIARI bersifat
fleksibel dan mampu berevolusi untuk menjadi Adapun desakan yang ditujukan untuk
semakin relevan dalam mencapai tujuannya. pemerintah dalam melarang tindak eksploitasi
Adapun visi yang dimiliki oleh YIARI, yaitu perdagangan primata MEP sebetulnya sudah
“Terwujudnya Kehidupan Dimana Manusia dan dimulai sejak tahun 2015 melalui petisi yang
Satwa Hidup Berdampingan dalam Ekosistem ditandatangani oleh lebih dari 11.000 orang,
yang Berkelanjutan”. karena banyak induk monyet yang harus mati di
tangan manusia ketika dalam proses pemisahan
YIARI menuangkan keseriusannya dalam Misi antara induk dan anak (Apriando, 2018).
yang bersifat lebih global dibanding 3R dan M, Peristiwa tersebut cukup menjelaskan
yaitu: “Membangun Kesadaran akan Kelestarian bagaimana pemerintah tidak memandang
Lingkungan Hidup dan Mengimplementasikan adanya keharusan untuk memasukkan MEP
Sistem yang Efektif di mana Habitat dan Satwa sebagai satwa yang perlu dikonservasi dan
dapat Terlindungi”. Dalam hal ini YIARI dilindungi. Dalam hal ini, belum munculnya
berkomitmen memberikan perlindungan bagi tanggapan pemerintah KLHK terhadap isu
primata dan habitatnya dengan menggunakan eksploitasi terhadap MEP berkaitan dengan
pendekatan holistik. Pendekatan holistik yang adanya pertimbangan potensi populasi bagi
YIARI gunakan berbentuk kerja sama multi pemerintah KLHK. (Dindin Koesdinar,
pihak, baik nasional, regional, dan internasional Wawancara, 2022).
dalam mewujudkan ekosistem yang harmonis.
(Anggada, 2021). Faktor kedua yang menghambat peran YIARI
sebagai aktor non-negara adalah adanya regulasi
Peran YIARI sebagai aktor non-negara banyak yang membatasi ruang gerak bagi NGO YIARI
dipengaruh oleh berbagai faktor. Faktor yang dalam gerakan advokasinya. Hal tersebut
pertama adalah adanya perbedaan visi dan misi dijelaskan oleh Ismail Agung Rusmadipraja
dalam konservasi satwa liar yang dilakukan oleh dalam wawancara (18/08/2021) bahwa aksi
YIARI. Dalam hal ini, konservasi satwa liar advokasi terbatas oleh regulasi terkait publikasi
yang dilakukan YIARI terhadap primata yang tidak diperkenankan bernada negatif
Monyet Ekor Panjang (MEP) yang tidak apabila isinya membahas tentang kinerja
termasuk ke dalam daftar satwa dilindungi, pemerintah. Dalam hal ini, Rusmadipraja
sehingga tantangan yang dihdapai dalam sebagai Manajer Divisi Kampanye memaparkan
megedukasi masyarakat menjadi lebih besar. contoh kasus terkait publikasi yang dilakukan
Dalam hal ini, eksploitasi yang dimaksud adalah oleh NGO “W” dimana respon yang diberikan
dengan menjadikan MEP sebagai satwa oleh pemerintah berbentuk pemutusan kerja
peliharaan. Namun demikian, hambatan yang sama di tahun 2020. Hal tersebut terkonfirmasi
dihadapi oleh YIARI tidak berhenti sampai di dalam artikel berita yang menjelaskan bahwa
titik tersebut. alasan KLHK memutus kerjasamanya dengan
Pada tahun 2021, pemerintah KLHK melalui NGO “W” adalah adanya pelanggaran prinsip
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya kerjasama dalam serangkaian publikasi dan
Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan kampanye media sosial. (Permana, 2020).
Hidup dan Kehutanan (Ditjen KSDAE-KLHK)
berencana untuk menangkap dan mengekspor Faktor ketiga, adanya perbedaan prinsip
2.070 ekor MEP untuk dijadikan uji coba bahan konservasi antara pemerintah dan YIARI
obat-obatan. Hal tersebut mendapatkan banyak mengenai pengelolaan habitat satwa. Dalam hal

104
Peran Advokasi NGO Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) dalam Konservasi Primata Jenis
Kukang di Indonesia

ini, habitat satwa yang dimaksud adalah satwa mencapai suatu kepentingan dengan
Orangutan yang menjadi salah satu fokus merepresntasikan kepentingan publik (Soetjipto,
konservasi YIARI. Meskipun keberadaan 2018), dalam hal ini ialah kepentingan mengenai
Orangutan telah diakui sebagai satwa prioritas konservasi primata jenis Kukang di Indonesia.
primata yang perlu dilindungi, pemerintah
belum sepenuhnya tegas kepada para The Boomerang Pattern dalam Advokasi
stakeholders yang ingin membuka lahan yang Konservasi Primata Jenis Kukang oleh
berdekatan dengan habitat Orangutan di Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia
Kalimantan. Hal ini dijelaskan bahwa sampai Pola Bumerang digambarkan oleh Keck &
dengan saat ini masih ada pihak-pihak yang Sikkink (1998) sebagai sebuah pola yang hadir
membuka lahan dengan mengkonversi seluruh ketika kanal komunikasi antara aktor negara dan
kawasan termasuk habitat satwa primata jenis aktor non-negara mengalami sebuah hambatan
Orangutan di dalamnya. (Fadyl Anggada, (Blockages). Dalam hal ini, aktor non-negara
Wawancara, 2021). tidak diberi akses untuk berkomunikasi dengan
target aktor atau bahkan target aktor yang tidak
Peran Advokasi Yayasan Inisiasi Alam menciptakan perubahan yang diserukan,
Rehabilitasi Indonesia (YIARI) dalam sehingga aktor non-negara tersebut membangun
Bingkai Konstruktivisme jaring yang menghubungkannya dengan aktor
Berperannya Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi lain dalam lingkup nasional, internasional, dan
Indonesia (YIARI) sebagai aktor advokasi global. Sebagai aktor advokasi, NGO YIARI
dalam konservasi primata jenis Kukang memiliki tanggung jawab dalam memfasilitasi
mengkonfirmasi apa yang dijelaskan oleh teori komunikasi (facilitating communication),
Konstruktivisme yang ditulis oleh Dugis (2016). mendukung inovasi, advocacy for and with the
Dalam bukunya, ia menjelaskan bagaimana poor, dan research, Monitoring and Evaluation
Konstruktivisme menjadikan sumber daya (Dindin dkk., 2011). Dalam hal ini, Advokasi
intelektual dalam mengkonfirmasi adanya nilai sebagai usaha yang ter-sistematis dan ter-
dan kepercayaan yang sama antara aktor-aktor, organisasi untuk memengaruhi dan mendesak
serta keefektifan proses negosiasi dan terjadinya perubahan dalam kebijakan publik
pembuatan aturan yang dilakukan oleh institusi- secara bertahap (Soetjipto, 2018).
institusi dalam mengamankan proses interaksi
yang dinamis. Dalam hal ini, YIARI Adapun dalam advokasinya, YIARI
membangun sebuah jejaring yang bersifat menghadapi beberapa faktor hambatan.
transnasional dengan organisasi, komunitas, dan Pertama, adanya perbedaan visi dan misi dalam
institusi yang memiliki kesamaan visi-misi serta konservasi satwa yang bersebrangan antara
tujuan dalam konservasi lingkungan dan YIARI dan Pemerintah. Hal tersebut
kesejahteraan satwa. dikonfirmasi melalui wawancara dengan Dindin
Koesdinar (11/04/2022) selaku Staff Pelaksana
Peran advokasi YIARI juga menggambarkan Tugas BKSDA Wilayah III Jawa Barat. Dalam
bagaimana Konstruktivisme meyakini bahwa wawancara tersebut, pak Dindin menjelaskan
berbicara merupakan cara terpenting dalam bahwa satwa yang masuk ke dalam daftar 25
membangun dunia (Onuf, 2013) melalui satwa prioritas telah melalui beberapa
sosialisasi kampanye dan pemberdayaan pertimbangan langsung oleh Kementerian
masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan Lingkungan Hidup dan Kehutanan dimana
pengetahuan masyarakat mengenai konservasi satwa yang menjadi prioritas KLHK adalah
primata jenis Kukang. Dalam hal ini, YIARI satwa endemik yang jumlah populasinya
dibangun oleh individu atau kelompok manusia terbatas. Dalam hal ini primata jenis Kukang
melalui interaksi dengan manusia lainnya. Hal belum menjadi prioritas KLHK, karena bagi
tersebut tidak lepas keterkaitannya dengan TAN
KLHK populasi Kukang tidak berada dalam
sebagai sebuah konsep yang hadir dalam
Tonggak Ketiga kajian Social Movement yang kategori terancam punah dan Kukang masih bisa
merujuk pada sebuah kelompok advokasi lints ditemui dengan mudah di alam. Namun
batas negara dan bersifat sukarela dalam demikian, pernyataan tersebut justru

105
Sahda Nabilah Agusta, Wildan Faisol

membuktikan bahwa konservasi primata jenis primata jenis Kukang dikonfirmasi melalui
Kukang tidak didukung secara maksimal oleh wawancara dengan Staff Pelaksana Tugas
pemerintah berdasarkan tindakan maupun Kepala Bidang BKSDA Wilayah III Jawa Barat
regulasi terkait. (11/04/2022) yang juga menjelaskan bahwa
memang fokus konservasi satwa yang dilakukan
Ketidaksamaan visi dan misi dalam konservasi oleh pemerintah tidak menempatkan Kukang
primata jenis Kukang yang dimiliki oleh YIARI sebagai salah satu fokus satwanya dan untuk saat
dengan pemerintah Indonesia juga dikonfirmasi ini BKSDA Wilayah III Jawa Barat berfokus
melalui wawancara dengan Dindin Koesdinar pada satwa prioritas Macan Tutul. Dalam hal ini,
selaku Staff Pelaksana Tugas BKSDA Wilayah primata jenis Kukang dianggap belum se-urgent
III Jawa Barat. Dalam wawancara tersebut, pak para satwa yang masuk ke dalam daftar 25 satwa
Dindin menjelaskan bahwa satwa yang masuk prioritas, karena populasi Kukang masih
ke dalam daftar 25 satwa prioritas telah melalui terbilang banyak dan mudah ditemui di alam.
beberapa pertimbangan langsung oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Penerapan regulasi terkait konservasi yang tidak
dimana satwa yang menjadi prioritas KLHK maksimal. Rendahnya kesadaran dan
adalah satwa endemik yang jumlah populasinya pengetahuan masyarakat mengenai primata jenis
terbatas. Dalam hal ini primata jenis Kukang Kukang untuk bisa hidup berdampingan di bumi
belum menjadi prioritas KLHK, karena bagi menjadi salah satu faktor penghambat YIARI
KLHK populasi Kukang tidak berada dalam dalam menjalankan peran advokasinya dalam
kategori terancam punah dan Kukang masih bisa konservasi primata jenis Kukang. Sebagai satwa
ditemui dengan mudah di alam. Namun yang dilindungi, Kukang masuk ke dalam SK
demikian, pernyataan tersebut justru Menteri Pertanian 14 Februari 1973 No.
membuktikan bahwa konservasi primata jenis 66/Kpts/Um/2/1973, PP Nomor 7 Tahun 1999,
Kukang tidak didukung secara maksimal oleh dan UU No. 5 Tahun 1990 tentang Kegiatan
pemerintah berdasarkan tindakan maupun Konservasi. Kendati demikian, YIARI melihat
regulasi terkait. (Dindin Koesdinar, Wawancara, tingginya angka eksploitasi primata jenis
11 April 2022) Kukang yang pada tahun 2013 hingga 2015
Kurang maksimalnya peran dan pemerintah. sebagai puncaknya. Kegiatan eksploitasi
Dalam wawancara yang dilakukan oleh penulis tersebut meliputi aksi “pamer” primata jenis
dengan Robithotul Huda selaku Manajer Kukang sebagai peliharaan di media sosial yang
Resiliensi Habitat YIARI Bogor (29/07/2021), mencapai angka 343 konten dengan 96% nya
peran pemerintah Indonesia dalam konservasi merupakan konten eksploitasi pada 2015. Lalu,
dapat dikatakan tidak maksimal dan cenderung aksi penyelundupan 23 individu primata jenis
setengah-setengah. Salah satunya adalah Kukang Jawa ke Filipina pada tahun 2015
pengadaan peta hutan konservasi yang justru (Kukangku, 2021) dan adanya kepercayaan
diperbaharui oleh YIARI sebagai aktor non- tradisional masyarakat mengenai minyak yang
negara, karena pemerintah yang tidak bergerak berasal dari daging dan tulang Kukang yang
bahkan setelah mereka mendapatkan laporan diyakini memiliki nilai mistis sebagai obat
terkait hal tersebut. peningkat stamina. (Sani, 2016)

Lalu, melalui wawancara dengan Pelaksana Hal ini juga dijelaskan oleh Drh. Wendi
Tugas Kepala Seksi Konservasi BKSDA Prameswari (2021) selaku Manajer Animal
Wilayah II Jawa Barat (25/03/2022) peneliti Management YIARI Bogor saat diwawancara,
memperoleh jawaban bahwa primata jenis selama 10 tahun terakhir 50% Kukang yang
Kukang bukanlah satwa prioritas yang menjadi masuk ke pusat rehabilitasi YIARI memiliki gigi
fokus konservasi bagi BKSDA Wilayah II Jawa yang sudah terpotong dan kondisi tulang yang
Barat. Dalam hal ini, narasumber mengatakan keropos. Kondisi-kondisi tersebut dipicu dengan
bahwa fokus konservasi mereka adalah Macan maraknya minat masyarakat untuk memelihara
Tutul. Selain itu, kurangnya perhatian primata, sehingga para pedagang berusaha untuk
pemerintah Indonesia terhadap konservasi ‘menjinakkan’ Kukang dengan cara memotong,

106
Peran Advokasi NGO Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) dalam Konservasi Primata Jenis
Kukang di Indonesia

mengikir, dan bahkan mencabut paksa gigi mengenai kondisi primata jenis Kukang yang
Kukang tanpa menggunakan obat bius. Selain masuk ke pusat rehabilitasi merupakan hasil dari
itu, berdasarkan fakta yang diperoleh melalui kegiatan eksploitasi berupa pemburuan,
pemeriksaan rutin oleh Tim Animal perdagangan ilegal, dan pemeliharaan terhadap
Management tulang yang keropos ditengarai satwa liar.
oleh keadaan malnutrisi pada Kukang yang
dipelihara dengan pakan yang tidak seimbang Peran dan strategi Information Politics YIARI
antara kebutuhan kalsium dan fosfornya. Hal ini dalam konservasi primata jenis Kukang di
cukup menjelaskan bagaimana eksploitasi Indonesia juga dapat diamati pada pemilihan
terhadap primata jenis Kukang dilakukan oleh Internet dan Media Sosial oleh YIARI sebagai
manusia secara sadar tanpa mempertimbangkan wadah yang dijadikan sebagai sumber informasi
dampak bagi satwa, manusia, dan lingkungan di alternatif bagi masyarakat. Hal ini dijelaskan
masa yang akan datang. langsung oleh Manajer Campaign YIARI Bogor
mengenai peran Social Media Guard yang
Strategi Advokasi Yayasan Inisiasi Alam YIARI pada 2017 hingga 2018 yang berhasil
Rehabilitasi Indonesia (YIARI) dalam memberikan dampak positif berupa penurunan
Konservasi Primata Jenis Kukang di angka tren yang signifikan dalam satu tahun.
Indonesia YIARI juga menggunakan laman websitenya
Sebagai aktor advokasi dalam konservasi sebagai sebuah medium kreasi aneka konten
primata jenis Kukang, YIARI telah menjalankan edukatif mengenai satwa liar yang menjadi
perannya selama 12 tahun dengan total 3500 korban eksploitasi. Dalam hal ini YIARI
Kukang yang berhasil diselamatkan, 3000 menyajikan artikel yang didasarkan pada fakta
Kukang yang telah dilepasliarkan, dan 200+ lapangan dan dokumen-dokumen resmi. Misal,
Kukang yang masih menjalani perawatan di Bulletin SIAR (Surat dari IAR) yang hadir di
Pusat Rehabilitasi YIARI dengan total 11 tahun 2019 dengan harapan dapat meningkatkan
kawasan (site) pelepasliaran Kukang di angka kepedulian terhadap kesejahteraan satwa
Indonesia. Dalam menciptakan jaringan di Indonesia primata jenis Kukang yang secara
advokasi transnasional guna mengamati dan internasional berstatus critically endangered.
menekan angka eksploitasi satwa liar khususnya
primata jenis Kukang di Indonesia, Yayasan Posisi YIARI yang konsisten dalam
Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia telah menyuarakan kesejahteraan hewan tersebut
menjalankan empat strategi yang bersifat telah mempermudah mereka untuk menarik
persuasif, sosialisasi, dan menekan sebagaimana lebih banyak organisasi ataupun institusi yang
yang dipaparkan oleh Keck dan Sikkink (1998) bergerak di bidang serupa. Sebagai sebuah NGO
dalam buku Activist Beyond Borders: Advocacy yang bergerak di bidang lingkungan dan
Networks in International Politics, yakni kesejahteraan satwa, YIARI cenderung
Information politics, leverage politics, dan memiliki kesamaan dengan World Society for
accountability politics. the Protection of Animal (WSPA) yang tidak
hanya sekadar mengangkat kesejahteraan hewan
Information Politics sebagai isu sosial dengan berdasar pada etika
Information politics yang dilakukan oleh universal biosentrisme, namun juga karena
Yayasan Inisisasi Alam Rehabilitasi Indonesia adanya pertimbangan terhadap aspek
(YIARI) berupa publikasi laporan tahunan rasionalitas antroposentrisme yang memandang
terkait dengan kondisi satwa-satwa pasca pola hubungan antara manusia dengan alam
penyelamatan, rehabilitasi, dan pelepasliaran. merupakan sebuah relasi instrumental
Laporan-laporan ini meliputi latar belakang (Soetjipto, 2018). YIARI juga kerap menggelar
satwa yang masuk ke pusat rehabilitasi, titik webinar yang di dalamnya membahas tentang
konflik antara satwa dan manusia, program- keberadaan satwa liar dilindungi termasuk
program yang telah dilaksanakan, dan laporan primata jenis Kukang sebagai topik
keuangan YIARI selama satu tahun. Melalui pembicaraan. Dalam hal ini, webinar menjadi
laporan tersebut, YIARI memaparkan informasi jembatan tersendiri bagi YIARI dalam

107
Sahda Nabilah Agusta, Wildan Faisol

memperluas jumlah pendukung dan jejaringnya organisasi dalam memfasilitasi kesamaan visi
(Ismail Agung Rusmadipraja, Wawancara, 18 dan misi di bidang Konservasi Kesejahteraan
Agustus 2021). Webinar tersebut diberi judul Satwa dan Lingkungan agar lebih mudah
Human Wildlife Series (HWS) yang hadir setiap tercapai. Dalam hal ini Indonesia dinilai sebagai
bulan. negara potensial dalam menjalankan visi dan
misi tersebut, begitu pun dengan YIARI yang
Symbolic Politics membangun kerja sama guna memperluas
YIARI membingkai isu kesejahteraan satwa jejaring dan memfasilitasi aksi advokasi mereka
sebagai sebuah tanggung jawab bagi umat yang tergambar jelas dengan IAR Inggris
manusia. Dalam hal ini, YIARI bertujuan untuk sebagai donatur tetap bagi YIARI. Lalu, YIARI
mewujudkan ekosistem berkelanjutan untuk juga berkolaborasi bersama organisasi lain
keselarasan hidup manusia, satwa liar, dan dalam pelaksanaan program webinar dengan
Lingkungan di Indonesia, sehingga dalam mengundang para ahli baik dari dalam negeri
menjalankan perannya YIARI banyak menjalin maupun luar negeri yang mumpuni dalam
kemitraan dengan berbagai pihak yang memiliki bidang konservasi serta bidang lainnya. Dalam
kesamaan visi dan misi dalam konservasi hal ini, YIARI kerap bekerja sama dengan
lingkungan dan kesejahteraan satwa di organisasi dan komunitas serupa lainnya untuk
Indonesia. Sebagai Pusat Penyelamatan dan menjadi sponsor hingga narasumber.
Rehabilitasi Primata Jenis Kukang terbesar di
Indonesia, YIARI Bogor memiliki program- Adapun jejaring YIARI meliputi KLHK,
program yang terfokus pada hal tersebut. Salah POLRI, United Nations Development
satunya adalah program kampanye Kukangku Programme (UNDP), Arcus Foundation, Pro
yang hadir pada tahun 2015. (Fadyl Anggada, Wildlife, Kadoorie Farm & Botanic Garden,
Wawancara, 03 Juli 2021). Rettet den Regenwald, United States Agency for
International Development (USAID), U.S. Fish
Dalam konservasi primata jenis Kukang, YIARI & Wildlife Service, TFCA Kalimantan, Wildlife
juga menjalankan Symbolic Politics melalui Reserves Singapore, Orangutan Veterinary Aid
slogan “Stop Kekang Kukang” dalam Program (OVAID), KEHATI, The Rufford Foundation,
Kampanye Kukangku yang hadir sejak tahun dan Ocean Park Conservation Foundation
2014. Dalam hal ini YIARI bersama dengan Hong Kong, ProFauna, Gibbonesia,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Greeneration, Teens Go Green Indonesia, BOS
(KLHK) dan BKSDA (Balai Konservasi Foundation, Mongabay, dan mitra-mitra
Sumber Daya Alam) menegaskan posisinya organisasi, institusi, dan komunitas lainnya.
sebagai Social Media Guard yang berfokus Sebagaimana yang dipaparkan oleh Keck &
dalam menjaring para oknum meliputi Sikkink (1998) bahwa Leverage Politics atau
pedagang, pemburu, dan pembeli/pemelihara politik pengaruh merupakan sebuah strategi
untuk kemudian diproses ke pengadilan. yang dilakukan oleh aktor non negara dalam
Symbolic Politics atau Politik Simbolik jejaring advokasi dalam mendapatkan dampak
didefinisikan oleh Ani Soetjipto (2018) sebagai yang lebih besar lagi dalam mencapai tujuan
sebuah upaya bagi aktivis dalam membingkai aksi advokasinya. Politik Pengaruh berbicara
isu yang diadvokasi dengan bahasa yang lebih tentang pengaruh material (material leverage)
umum guna menarik lebih banyak pihak untuk dan pengaruh moral (moral leverage) yang
mendukung aksi advokasi yang dilakukan. memiliki keterkaitan dengan bantuan dan donasi
Politik Simbolik yang dimaksud ialah bahasa (Soetjipto, 2018), argumen tersebut menjelaskan
yang lebih sederhana dalam bentuk jargon, bagaimana Politik Pengaruh bersifat persuasif
slogan, dan tokoh simbolis serta media sebagai dan menekan dalam setiap aksi advokasi yang
alat pendukung (Soetjipto, 2018). dijalankan.

Leverage Politics Namun demikian, YIARI tidak sepenuhnya


Jejaring yang terbangun antara YIARI dengan menjalankan strategi Politik Pengaruh secara
IAR Inggris menjadi jalan tersendiri bagi kedua maksimal dalam konservasi primata jenis

108
Peran Advokasi NGO Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) dalam Konservasi Primata Jenis
Kukang di Indonesia

Kukang dan satwa liar lainnya, karena relasi Pemberdayaan Pasal 16 mengenai tahap
yang terbangun dengan Kementerian persiapan yang meliputi inventarisasi dan
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) identifikasi karakteristik lokasi, penentuan dan
tidak sepenuhnya memberikan kesempatan bagi penetapan arah pengelolaan dan pemanfaatan,
YIARI untuk mengubah kebijakan terkait pengkajian karakteristik lokasi, memfasilitasi
hukum bagi para pedagang, pemelihara, dan pembentukan kelompok masyarakat, penguatan
pemburu Kukang di Indonesia. Selain itu, kelembagaan kelompok masyarakat. Peraturan
YIARI juga belum berani menjalankan Politik KSDAE tersebut menjelaskan bagaimana
Pengaruh berupa pengaruh moral terhadap pemerintah memiliki peran yang besar dalam
pemerintah dalam hal ini ialah KLHK & menjamin kelancaran konservasi sumber daya
BKSDA yang secara nyata memang belum alam di Indonesia. Dalam hal ini, KLHK sebagai
maksimal dalam merespons isu eksploitasi mitra yang memberikan izin konservasi kepada
satwa primata jenis Kukang dan satwa liar YIARI seharusnya juga mampu untuk lebih
dilindungi lainnya di Indonesia. memahami dan mendetail tentang peta
konservasi yang bersifat krusial.
Accountability Politics
Strategi Politik Akuntabilitas terhadap Namun demikian, YIARI masih belum berani
pemerintah Indonesia dalam hal ini ialah untuk menagih janji yang diberikan oleh
Kementerian Lingkungan dan Kehutanan pemerintah KLHK dalam konservasi primata
(KLHK) yang dilakukan oleh YIARI adalah jenis Kukang, sebagaimana yang pernah
penyimpanan bukti komitmen pemerintah dalam dilakukan oleh NGO lingkungan lainnya yang
menanggapi dan menangani isu eksploitasi secara terang-terangan memaparkan fakta
satwa primata dilindungi yang kian marak lapangan dan membungkam pemerintah dengan
terjadi di Indonesia. Bukti komitmen tersebut fakta dan data yang ada. Selain itu, YIARI juga
berupa kebijakan dan ketetapan hukum yang berharap satwa-satwa yang memerlukan dan
hadir sebagai bentuk kepedulian dari sedang tinggal di pusat rehabilitasi tidak
pemerintah. Misalnya, peran pemerintah yang kehilangan harapan untuk bisa Kembali ke
tidak konsisten dalam memberikan bantuan habitat aslinya. Hal ini menjelaskan posisi
berupa peta kawasan yang sepatutnya mencakup YIARI sebagai mitra pemerintah memiliki
kajian karakteristik lokasi, sehingga YIARI ruang yang terbatas terkait dengan izin
harus membuat pemodelan dalam kawasan kemitraan konservasi.
konservasi. Dalam hal ini peta kawasan
konservasi Cagar Alam Bojong Larang Jayanti
yang diberikan oleh KLHK belum pernah KESIMPULAN
diperbaharui sama sekali sejak awal peresmian
hingga saat ini, di mana peta tersebut tidak Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh
memiliki data verifikasi terkait letak lahan yang penulis, YIARI sebagai aktor non-negara telah
digarap oleh petani, luas wilayah, dan kondisi melakukan berbagai strategi dalam
terkini dari kawasan tersebut menjadi tidak menyuarakan isu konservasi satwa di Indonesia.
spesifik, sehingga menghambat berjalannya Kesungguhan YIARI dalam menjalankan
proses konservasi primata jenis Kukang yang perannya dapat dibuktikan dengan tujuannya
habitatnya ada di dalam Cagar Alam Bojong dalam mewujudkan kehidupan dimana manusia
Larang Jayanti (Huda, 2021). dan satwa dapat hidup berdampingan di
dalamnya. Salah satu fokus satwa utama YIARI
Ketentuan mengenai kemitraan KLHK tertulis adalah primata jenis Kukang. Peran advokasi
dalam Peraturan Konservasi Sumber Daya Alam YIARI dalam konservasi primata jenis Kukang
dan Ekosistem Nomor P. di Indonesia mulai gencar pada tahun 2015 yang
6/KSDAE/SET/Kum.1/6/2018 tentang Petunjuk menjadi tahun dengan tingkat eksploitasi
Teknis Kemitraan Konservasi pada Kawasan Kukang yang tinggi meliputi Perdagangan
Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam Bab Ilegal, Pemeliharaan Kukang sebagai Satwa
II Kemitraan Konservasi dalam Rangka peliharaan, dan Perburuan.

109
Sahda Nabilah Agusta, Wildan Faisol

YIARI berafiliasi dengan IAR Inggris dan IAR monyet/ (Diakses pada 12 April 2022 pukul
Amerika Serikat guna memperkuat posisinya 16.41 WIB).
sebagai aktor advokasi dalam konservasi Banyu, P., Agung, A., & Yani, Y. M. (2017).
primata jenis Kukang. Dalam hal ini, hubungan Pengantar Ilmu Hubungan Internasional.
transnasional yang terjalin antara YIARI dengan Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
IAR Inggris dan IAR Amerika Serikat dapat Barkin, J., Samuel. (2006). International
diamati melalui pendanaan program yang setiap Organization: Theory and Institutions.
tahunnya dialirkan dengan angka yang besar United States of America: Palgrave
setiap tahunnya. Melalui jaringan transnasional Macmillan.
yang terjalin antara YIARI dengan IAR Inggris Creswell, John, W. (2009). Research Design:
dan IAR Amerika Serikat berhasil menarik mitra Qualitative, Quantitative, and Mixed
dan kontributor dalam menjalankan perannya. Methods Approaches 3rd Edition. California:
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan berdirinya SAGE Publications.
Pusat Pembelajaran Sir Michael Uren di Davis, Thomas. (2019). Routledge Handbook of
Ketapang, Kalimantan Barat yang dalam NGOs and International Relations. New
prosesnya melibatkan IAR Inggris dan IAR York: Routledge.
Amerika Serikat sebagai fasilitator dialog. Denzin, Norman K., dan Lincoln, Yvonna S.
Dalam hal ini YIARI telah menjalankan peran (2018). The SAGE Handbook of Qualitative
advokasinya sebagai NGO yang bergerak di Research Fifth Edition. California: SAGE
bidang lingkungan dan kesejahteraan satwa Publications.
secara maksimal dengan cara membentuk Dugis, Vinsensio. (2016). Teori Hubungan
jaring-jaring advokasi transnasional di negara- Internasional: Perspektif-Perspektif Klasik.
negara yang juga menaruh perhatian terhadap Surabaya: Cakra Studi Global Strategis
isu lingkungan dan kesejahteraan satwa. (CSGS).
Hobson, John. M. (2003). The State and
International Relations. New York:
REFERENSI Cambridge University Press.
Huda, Robithotul. (2021, 29 Juli). Wawancara
Albertus, Yanuar. (2020). Jaringan Advokasi Manajer Divisi Resiliensi Habitat YIARI.
transnasional: Strategi Greenpeace dalam (Sahda Nabilah Agusta, Interviewer).
menolak Rencana Pengeboran Shell di Kutub IAR Indonesia. (2018). Laporan Tahunan 2018:
Utara Tahun 2012-2015. Jurnal Ilmiah Mewujudkan Ekosistem Berkelanjutan untuk
Hubungan Internasional Parahyangan Keselarasan Hidup Manusia, Satwa Liar dan
Centre for International Studies (PACIS), Lingkungan.
Vol. 17, No. 2, pp. 239-260. Doi: IAR Indonesia. Tentang Kami. (2021): “Kami
https://doi.org/10.26593/jihi.v17i2.2063.239 dan Kukang”. Tautan:
-260 https://www.internationalanimalrescue.or.id/
Alter, K. & Meunier, S. (2009). The politics of program/konservasi-kukang/.
international regime complexity. IUCN Red List. Slow Loris. Tautan. (2022):
Perspectives on Politics, 7(1), pp. 13–24. https://www.iucnredlist.org/search?query=S
Azizah, Nur, dan Murti, Sri Asfarina. (2019). low%20Loris&searchType=species.
Peran European Women’s Transnational Irawan, Andy. (2022, 25 Maret). Wawancara
Advocacy Networks (TANS) dalam Pelaksana Tugas Kepala Seksi Konservasi
Mengkonstruksi Regime Kesetaraan Gender BKSDA Wilayah II Jawa Barat. (Sahda
di Uni Eropa. Indonesian Journal of Nabilah Agusta, Interviewer).
International Relations, Vol. 3, No. 1, pp. Keck, Margaret E. dan Sikkink, Kathryn.
52-79. (1998). Activist Beyond Borders: Advocacy
Apriando, Tommy. (2018). “Ramai-Ramai Networks in International Politics. London:
Desak Setop Perdagangan Monyet”. Tautan: Cornell University Press.
https://www.mongabay.co.id/2018/10/11/ra
mai-ramai-desak-setop-perdagangan-

110
Peran Advokasi NGO Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) dalam Konservasi Primata Jenis
Kukang di Indonesia

Koesdinar, Dindin. (2022, 11 April). Peña, A.M., (2018). The Politics of Resonance:
Wawancara BKSDA Wilayah III Jawa Barat. Transnational Sustainability Governance in
(Sahda Nabilah Agusta, Interviewer) Argentina. Regulation & Governance, 12(1),
Kukangku. (2022). Dinamika Konservasi pp. 150–170.
Kukang. Tautan: Prameswari, Wendy. (2021, 05 Juli).
https://kukangku.id/konservasi/. Wawancara Manajer Divisi Animal
Lather, P. (1986). Research as praxis. Harvard Management YIARI. (Sahda Nabilah
Educational Review, 56, 257–277. Agusta, Interviewer).
LIPI. (2018). “Perdagangan Satwa Menggila, Rusmadipraja, Ismail Agung. (2021, 18
Berikut Foto-foto Hasil Sitaan”. Tautan: Agustus). Wawancara Manajer Divisi
http://lipi.go.id/lipimedia/Perdagangan- Kampanye YIARI. (Sahda Nabilah Agusta,
Satwa-Menggila-Berikut-Foto-foto-Hasil- Interviewer).
Sitaan/20521 Risse, T., Ropp, S. C., & Sikkink, K. (1999).
Marsingga, Prilla. (2020). Studi Keamanan International Norms and Domestic Change
Lingkungan: Aktor Transnasional dalam (First). New York: Cambridge University
Penanganan Pencemaran Sungai Citarum. Press.
Jurnal Komunikasi, Masyarakat dan Soetjipto, Ani (ed). (2018). Transnasionalisme:
Keamanan (KOMASKAM), Vol. 2, No. 1, pp. Peran Aktor Non Negara dalam Hubungan
66-99. Internasional. Jakarta: Yayasan Pustaka
Matondang, Nora Fery., Bainah, Sari Dewi., dan Obor Indonesia.
Winarti, Indah. (2018). Penggunaan Ruang Septian, Reza. (2019). “BKSDA Cirebon dan
Kukang (Nycticebus coucang) Pelepasliaran IAR Indonesia Selamatkan Bayi Kukang
International Animal Rescue Indonesia Di Tanpa Induk di Kebun Warga”. Tautan:
Hutan Lindung KPHL Batutegi Blok https://www.internationalanimalrescue.or.id/
Kalijernih Tanggamus Lampung”. Jurnal bksda-cirebon-dan-iar-indonesia-
Sylva Lestari, Vol. 6, No.1, Januari 2018, pp. selamatkan-bayi-kukang-tanpa-induk-di-
39-49. kebun-warga/
Maziyah, Roihanatul. (2020). Seafood not Septian, Reza. (2019). “IAR Indonesia
Slavefood: Advokasi Aktivisme Membuka Pusat Pembelajaran bagi Kegiatan
Transnasional untuk Mengakhiri Praktik Konservasi dan Pemberdayaan
Perbudakan Modern di Industri Pakanan Masyararakat”. Tautan:
Thailand. Journal of International Relations, https://www.internationalanimalrescue.or.id/
Vol. 6, No. 1, 2020, pp. 92-107. iar-indonesia-membuka-pusat-
Mas’oed, Mohtar. (1990). Ilmu Hubungan pembelajaran-bagi-kegiatan-konservasi-dan-
Internasional: Disiplin dan Metodologi. pemberdayaan- masyararakat/
Jakarta: LP3ES. Suciadi, Heribertus. (2021) “Aktif mengurangi
Nassaji, Hossein. (2015). Qualitative and Sampah Plastik dan Berdaur Ulang Bagi
Descriptive Research: Data Type Versus Masa Depan Bumi”. Tautan:
Data Analysis. Language Teaching https://www.internationalanimalrescue.or.id/
Research, Vol. 19(2), pp. 129-132. aktif-mengurangi-sampah-plastik-dan-
Nye, J., dan Keohane, R. (1971). Transnational berdaur-ulang-bagi-masa-depan-bumi/
Relations and World Politics. International Suciadi, Heribertus. (2022). “Muda, Beda, dan
Organization, 25(3): 329-349. Berbahaya”. Tautan:
Neuman, W. Lawrence. (2014). Social Research https://www.internationalanimalrescue.or.id/
Methods:Qualitative and Quantitave muda-beda-dan-berbahaya/
th
Approaches (7 Edition). London: Pearson Virgy, Arief., Djuyandi, Yusa., dan Darmawan,
Education Limited. Wawan, B. (2020). Strategi Jaringan
Onuf, N., Greenwood. (2013). Making Sense, Advokasi Transnasional Isu Deforestasi
Making World: Constructivism in Social Hutan Indonesia oleh Wilmar International.
Theory and International Relations. New Journal of Political Issues 1(2), 74-91 Doi:
York: Routledge. https://doi.org/10.33019/jpi.v1i2.9.

111
Sahda Nabilah Agusta, Wildan Faisol

Wahyudin, Dindin., dkk. (2011). Direktori Weber, Cynthia. (2005). International Relations
Organisasi Internasional Non-Pemerintah Theory: A Critical Introduction, New York:
(OINP) Di Indonesia. Jakarta: Direktorat Routledge.
Sosial Budaya dan Organisasi Internasional Wendt, Alexander. (1992). Anarchy is What
Negara Berkembang Direktorat Jenderal States Makeof It: The Social Construction of
Multilateral Kementerian Luar Negeri. Power Politics. International Organization,
46(2), 291-425.

112

Anda mungkin juga menyukai