Disusun oleh :
Kelompok 4
Miftahus Sa’Adah (1167020047 )
Nur Zamilah (1167020054 )
Puji Nuriyah Andini (1167020060 )
Ricky Mushoffa S. (1167020061 )
Salsabila Aliansi (1167020068 )
Yuni Setiyowati (1167020080 )
Zahra Salsabila (1167020081 )
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2017 M/1438 H
I. PENDAHULUAN
1.1 Tujuan:
Untuk mengidentifikasi dan koleksi keanekaragaman hayati.
1.2 Dasar Teori:
Tujuan koleksi dan preservasi meliputi tujuan jangka pendek dan jangka
panjang. Preservasi jangka pendek dilakukan untuk keperluan rutin penelitian yang
disesuaikan dengan kegiatan program atau proyek tertentu. Preservasi jangka panjang
dilakukan dalam kaitannya dengan koleksi dan konservasi plasma nutfah mikroba,
sehingga apabila ssuatu saat diperlukan, dapat diperoleh kembali atau dalam keadaan
tersedia. Koleksi spesimen merupakan asset ilmiah yang penting sebagai bahan
penelitian keanekaragaman fauna baik taraf nasional ataupun taraf internasional.
Kegiatan pengelolaan yang dapat dilakukan adalah proses pengawetan, perawatan,
perekaman data, pengawasan dalam penggunaan spesimen ilmiah. Pembuatan awetan
spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen secara praktis tanpa harus
mencari bahan segar yang baru, terutama untuk spesimen yang sulit ditemukan
dialam (Skerman, 2013).
Menurut Pratiwi (2006), koleksi spesimen yaitu pengawetan yang digunakan
dalam mempertahankan organ spesimen. Teknik koleksi dibedakan menjadi dua yaitu
koleksi basah dan koleksi kering. Koleksi kering dilakukan untuk hewan seperti kelas
Mammalia, Amphibi dan Aves, sedangkan koleksi basah digunakan untuk kelas
Reptil dan Pisces. Persiapan koleksi spesimen yaitu mematikan objek, fiksasi dan
pengawetan. Objek yang akan dijadikan spesimen harus dimatikan terlebih dahulu,
hal ini dilakukan bertujuan untuk memudahkan dalam melakukan pengawetan,
kemudian dilakukan fiksasi yang bertujuan mempertahankan ukuran dan bentuk sel
tubuh, dilanjutkan pengawetan spesimen agar spesimen tersebut tidak rusak sehingga
dapat dijadikan koleksi rujukan dalam identifikasi hewan (Yayuk, 2010).
Preservasi adalah kegiatan yang terencana dan terkelola untuk memastikan berbagai
sampel yang diawetkan bisa digunakan untuk jangka waktu yang lama. Tujuan
presevasi meliputi tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Kelebihan teknik
preservasi yaitu untuk mempertahankan spesimen supaya terhindar dari jamur dan
kerusakan, teknik preservasi mudah dilakukan khususnya pada spesimen basah,
sedangkan kekurangannya yaitu terdapat kesulitan dalam melakukan teknik
preservasi misalnya alat dan bahan yang kurang lengkap (Winker, 2000).
Menurut Dermici et al (2012), pengawetan hewan dapat dilakukan dengan
cara-cara sebagai berikut: 1. Pengawetan tulang (rangka), 2. Pengawetan insekta
(insektarium), 3. Pengawetan kering (taksidermi), 4. Pengawetan basah. Pengawetaan
makhluk hidup baik tumbuhan maupunn hewan bertujuan untuk menghilangkan atau
menghambat proses penghancuran (dekomposisi) oleh mikroorganisme. Pengawetan
obyek biologi terdiri atas dua cara yaitu pengawetan basah dan pengawetan kering.
Pengawetan basah dilakukan dengan mengawetkan obyek biologi dalam suatu cairan
pengawet. Pengawetan kering dilakukan dengan mengeringkan obyek biologi hingga
kadar air yang sangat rendah, sehingga organisme perusak penghancur tidak bekerja.
Obyek biologi yang berukuran kecil misalnya plankton, cacing dan protozoa
diawetkan dalam bentuk slide mikroskop. Pengawetan basah dibuat dengan cara
merendam tumbuhan atau hewan baik dalam bentuk utuh ataupun bagian-bagiannya
dalam larutan pengawet (Satino, 2007).
Semua mikroba hasil koleksi dipelihara dengan peremajaan secara berkala
dengan memperbarui media tumbuhnya setiap 1-3 bulan. Penyimpanan dengan cara
peremajaan berkala ini memiliki kelemahan, yaitu kemungkinan terjadinya
kontaminasi, hilangnya viabilitas, dan terjadinya perubahan genetik melalui seleksi
varian. Cara penyimpanan ini hanya dilakukan untuk jangka pendek, yaitu ketika
mikroba masih digunakan untuk kegiatan penelitian. Cara kriogenik dapat
menyimpan mikroba paling lama setahun, sedangkan cara kering beku dapat
menyimpan bertahun-tahun dan masih mempertahankan stabilitas genetiknya. Namun
demikian, secara periodik, viabilitas mikroba perlu diuji untuk mengetahui viabilitas
mikroba sekaligus menentukan apakah kedua metode penyimpanan tersebut sesuai
untuk penyimpanan koleksi mikroba pengakumulasi logam berat dan perdegrasi tenol
(Yuniarti, 2003).
Dalam koleksi hewan perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya jangan
sampai mengganggu keberadaan satwa langka atau merusak sisa-sisa peninggalan
dalam gua yang sudah ditinggalkan manusia purba. Spesimen awetan yang dibuat
harus dibersihkan dari rambut dan kulit dengan cara dikerok hal ini digunakan untuk
isolasi dari bakteri patogen dan jamur. Alat pelabelan dapat dimulai dari data
lapangan yang berisikan semua data identitas spesimen dari lapangan yang dicatat
dalam buku lapangan dan merupakan catatan kerja (nama spesies, tanggal
pengambilan, kolektor, lokasi, suhu, arus, kedalaman, kecerahan, posisi, salinitas, pH,
parameter kualitas air lainnya, teknik koleksi, nama lokal dan lainnya). Catatan
tersebut sangat membantu dalam melengkapi label. Teknik pelabelan tidak semua
data dituliskan dalam label, hanya berisikan informasi tertentu saja misalnya: nama
jenis, nama suku, nomor katalog, koordinat, nama lokasi, nama kolektor, nama
identifikator, tanggal identifikasi, tanggal pengambilan dan alat yang digunakan
(Pratiwi, 2006).
II. METODE PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
NO Nama alat Jumlah
1. Mikroskop cahaya 1 buah
2. Mikroskop stereo I buah
3. Botol spesimen 5 buah
4. Jarum pentul secukupnya
5. Cup gelas 5 buah
6. Tusuk sate 20 buah
7. Styrofoam 1 buah
8. Gelas objek 1 buah
9. Batang pengaduk 1 buah
10 Sekop/csngkul 1 buah
11. Plastik secukupnya
12. Lup 1 buah
13. Label secukupnya
Lahan pengamatan
Spesies
Jangkrik 1 ekor
Kumbang 2 ekor
Laba-laba 1 ekor
III.HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Hari Pertama
Hari Kedua
4. Bekicot 1 1
Jumlah 30 42 6 10 21 109
Hari ketiga
3. Kumbang 1 1
4. Laba-laba 1 1
5. Kodok 1 1
Jumlah 33 25 14 16 13 101
No Klasifikasi Gambar Literatur
1 Semut Kepala
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Famili : Formicidae (Anton, 2013)
Genus : Polyrhachis
Spesies : Polyrhachis boltoni Antena
(Miller, 2013)
Kaki
(Miller, 2013)
Badan
(Miller, 2013)
Kumbang Kepala dan Antena
2
Kingdom : Animalia
Phylum: Arthropoda
Class: Insecta
Order: Coleoptera (Lie, 2012)
Family: Coccinellidae
Genus :Coccinella Sayap
Species: Coccinella transversalis
(Lie, 2012)
Elytra
(Lie, 2012)
3 Laba-Laba Badan
Kingdom : Animalia
Ordo : Araneae
Divisi : Arthropoda
Spesies : Hesperus
(Cak, 2012)
Genus : Latrodectus
Kaki
Class : Arachnida
Spesies : Araneus diadematus
(Lukman, 2014)
4. Jangkrik Kepala dan Antena
Kingdom: Animalia
Pylum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Ortoptera
(Rian, 2010)
Sub Ordo: Ensifera
Badan
Famili: Gryllidae
Sub Famili: Gryllidae
Genus: Gyllids mitratus
(Rian, 2010)
Kaki
(Rian, 2010)
Ekor
(Rian, 2010)
5. Semut Hitam Tubuh semut hitam
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Hymenoptera (Sarah, 2016)
Famili : Formicidae
Genus : Dolichoderus
Spesies : Dolichoderus thoracicus
IV. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa dari jebakan didapatkan
beberapa spesies diantaranya jangkrik (Gyllids mitratus), laba-laba (Araneus
diadematus), semut rang-rang (Polyrhachis boltoni), semut hitam (Dolichoderus
thoracicus), dan juga kumbang (Coccinella transversalis) yang merupakan insecta
dan memiliki ciri masing-masing.
Daftar pustaka
Abi, H. 2017. The Identification of The Morphology of Insects That Have Potentia
as Pests and The Level of Damage on Red Timber Tree (Shorea Leprosula)
seedings in PT. Sari Bumi Kusuma. Jurnal hutan lestari.vol. 5 (3) : 645-646.
Anton. 2013. kepala+semut&safe. Available at https://www.google.co.id/.diakses
pada [15-10-17] pukul [18.40 WIB].
Cak. 2012.laporan-musuh-alami. Availabel at http://sahatostcak.blogspot.co.id/.
diakses pada [15-10-17] pukul [20.20 WIB].
Dermici, B., Gultiken M.E., Karyigit, M.O dan Atalar, K. 2012. Is Frozen
Taxidermy an Alternative Method for Demonstration of Dermatopaties.
Eurasian Journal of Veterinary Sciences. 28 (3): Hal 172-176.
Elzinga, R.J. 1981.Fundamental of Entomology.Department of Entomology
Kansas State University. New Jersey.Prentice Hall. Inc., Englewood Cliffs.
Lie. 2012. Coccinellidae-anatomi.svg. Available at https:/commons.
wikimedia.org/wiki/ diakses pada [15-10-17] pukul [20.07 WIB].
Luqman. 2014. Laba-laba. Available at http://m-luqmanulhakim.blogspot.co.id/
diakses pada [15-10-17] pukul [20.30 WIB].
Miller. 2013. pesticide-makes-invading-ants-suicidally-aggressive. Available at
http://www.nature.com/ diakses pada [15-10-17] pukul [19.20 WIB].
Pratiwi, R. 2006. Bagaimana Mengkoleksi dan Merawat Biota Laut. Oseana. 91
(2): Hal 1-9.
Rian. 2010. skinny-cricket-chorus. Available at http://www.tricountypestco.com/
diakses pada [15-10-17] pukul [21.04 WIB.
Sarah. 2016. Teks-laporan-hasil-observasi-semut. Available at http:
Livingstone.
Winker, K. 2000. Obtaining, Preserving, and Preparing Bird Specimens. Journal
of Field Ornoithology. 71 (2): Hal 250-297.
Yayuk, S., Hartini, U. dan Sartiarni, E. 2010. Koleksi, Preservasi, Identifikasi,
Kurasi dan Manajemen Data. Bandung: Angkasa Duta.
Yuniarti, Erny. 2003. Koleksi, Karakterisasi dan Preservasi Mikroba Remediasi.
Jurnal Pertanian. 1 (1): Hal 1-9.