Anda di halaman 1dari 15

BAB VI

RENCANA POLA RUANG KABUPATEN

6.1 Kawasan Lindung

6.1.1 Badan Air

1. Badan Air  Badan air merupakan kumpulan air yang besarnya bergantung kepada
bentuk relief permukaan bumi, suhu, curah hujan, kesarangan batuan
pembendungnya, dll. Contohnya: sungai, rawa, danau, laut, dan samudra.

2. Karakteristik Badan Air Badan air dicirikan oleh tiga komponen utama, yaitu
komponen hidrologi, komponen fisika-kimia, dan komponen biologi. Penilaian
kualitas suatu badan air harus mencakup ketiga komponen tersebut. Untuk
mengetahui tiga komponen utama tersebut kita tinjau dua jenis air yaitu : 1. Air
Permukaan 2. Air Tanah

3.  Air Permukaan Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan dan air
tanah. Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa, dan
badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Sekitar 69% air
yang masuk ke sungai berasal dari hujan, pencairan es/salju, dan sisanya berasal
dari air tanah.

4. Lanjutan Perairan permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama,


yaitu: 1. Perairan Tergenang , 2. Perairan Mengalir

5. Perairan Tergenang Perairan tergenang meliputi danau, kolam, waduk, rawa, dan
sebagainya. Berdasarkan intensitas cahaya yang masuk ke perairan, stratifikasi
vertikal kolom air pada perairan tergenang dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : a.
Lapisan eufotik, yaitu lapisan yang masih mendapatkan cukup cahaya matahari. b.
Lapisan kompensasi, yaitu lapisan dengan intensitas cahaya sebesar 1% dari
intensitas cahaya permukaan. c. Lapisan profundal, yaitu lapisan di bawah lapisan
kompensasi, dengan intensitas cahaya sangat kecil atau bahkan tidak ada cahaya
(afotik).
6. Perairan Mengalir, Salah satu contoh perairan mengalir adalah sungai. Sungai dicirikan
oleh arus yang searah relatif kencang, dengan kecepatan berkisar antara 0,1 – 1,0 m/detik,
serta sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola drainase. Pada perairan sungai,
biasanya terjadi percampuran massa air secara menyeluruh dan tidak terbentuk
stratifikasi vertikal kolom air seperti pada perairan tergenang. Kecepatan arus, erosi, dan
sedimentasi merupakan fenomena yang biasa terjadi di sungai sehingga kehidupan flora
dan fauna sangat dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut.

6.1.2 Kawasan yang Memberikan Perlindungan

Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan


Bawahannya
a) Kawasan Hutan Lindung
Kawasan hutan lindung merupakan hutan yang dipertahankan
sebagai kawasan hutan dengan fungsi pokok sebagai perlindungan
sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.
b) Kawasan Bergambut
Kawasan bergambut dengan kedalaman > 3 m merupakan
kawasan yang pembentuk tanahnya sebagian besar berupa sisa-
sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu yang lama.
c) Kawasan Resapan Air
Kawasan resapan air merupakan kawasan yang mempunyai
kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan, dengan demikian
kawasan tersebut merupakan tempat pengisian air bumi (akifer)
yang berguna sebagai sumber air.

6.1.3 Kawasan Perlindungan Setempat

a) Sempadan Pantai
Kawasan sempadan pantai merupakan kawasan tertentu
sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Sempadan pantai
ditetapkan minimal 100 m dari batas air pasang tertinggi ke arah
darat.
b) Sempadan Sungai
Kawasan sempadan sungai merupakan kawasan sepanjang kiri
kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran/irigasi
primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
melestarikan fungsi sungai.
c) Kawasan Sekitar Danau atau Waduk
Kawasan sekitar danau atau waduk merupakan kawasan tertentu
di sekeliling danau atau waduk yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau atau waduk.
d) Kawasan Sekitar Mata Air

6.1.4 Kawasan Konservasi


Kawasan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya. Kawasan Konservasi atau kawasan yang dilindungi ditetapkan oleh
pemerintah berdasarkan berbagai macam kriteria sesuai dengan kepentingannya.
Tiap negara mempunyai kategori sendiri untuk penetapan kawasan yang
dilindungi, dimana masing-masing negara memiliki tujuan dan perlakuan yang
mungkin berbeda-beda. Namun, di tingkat internasional dinaungi oleh WCPA
(World Commission on Protected Areas) yang dulunya bernama

CNPPA(Commision on National Parks and Protected Areas)yaitu sebuah komisi


dibawah IUCN (The Worlf Conservation Union) yang memiliki tanggung jawab
menjaga lingkungan konservasi di dunia, baik untuk kawasan darat maupun
perairan (Kemenhut, 2013).
Istilah hutan konservasi merujuk pada suatu kawasan hutan yang
diproteksi atau dilindungi. Proteksi atau perlindungan tersebut bertujuan untuk
melestarikan hutan dan kehidupan yang ada di dalamnya agar bisa menjalankan
fungsinya secara maksimal. Hutan konservasi merupakan hutan milik negara yang
dikelola oleh pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Perlindungan dan
Konservasi Alam, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pengertian
hutan konservasi menurut Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan
adalah sebagai berikut: Kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keeanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya (Adia, 2011).
Kawasan konservasi dalam kategori nasional mencakup dua kelompok
besar, yaitu Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA).
Kawasan Suaka Alam yang terdiri dari Cagar Alam dan Suaka Margasatwa,
bertujuan untuk perlindungan sistem penyangga kehidupan dan pengawetan
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya (Kemenhut, 2013).

6.1.5 Kawasan Lindung Geologi


Kawasan Lindung, Kawasan Lindung Geologi, Kawasan
Budidaya dan Kawasan Bentang Alam Karst.
Kawasan bentang alam karst dapat termasuk kedalam kawasan lindung
maupun kawasan budidaya, tergantung inventarisasi yang telah dilakukan.
Apabila melihat secara rinci dalam Peraturan Pemerintah, kawasan ini termasuk
kawasan lindung geologi nasional. Kawasan tersebut merupakan kawasan yang
rentan terhadap kegiatan manusia, terutama dalam hal penggalian sumber daya
alam.
Dalam Pasal 1 Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 Tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung, yang dimaksud dengan Kawasan Lindung
adalah:
“Kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber
daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan
pembangunan berkelanjutan.”
Dalam Pasal 2 pengertian Pengelolaan Kawasan Lindung adalah
“Upaya penetapan, pelestarian dan pengendalian pemanfaatan kawasan
lindung.”
28
Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional dan Undang – Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang menyebutkan bahwa kawasan lindung adalah:
“wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan
sumber daya buatan.”
Sedangkan kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan
fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya
alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
Kawasan lindung memiliki jenis dan sebaran yang beraneka ragam
salah satunya adalah kawasan lindung geologi yaitu lahan yang mempunyai ciri
geologi unik/khas, langka dan atau mempunyai fungsi ekologis yang berguna
bagi kehidupan dan menunjang pembangunan berkelanjutan dan atau
mempunyai nilai ilmiah tinggi. Misalnya kawasan cagar alam geologi dan
Kawasan Karst.
Karst adalah bagian dari ekosistem. Tangki raksasa penyimpan air
bawah tanah. Tempat tinggalnya berbagai jenis flora dan fauna langka.
Kawasan mineral tak terbarukan. Wilayah kunci untuk mengetahui sistem
hidrologi kawasa

6.1.6 Kawasan Cagar Budaya


Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat
kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan
Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar
Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat
dan/atau di air yang perlu dilestarikan
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,
dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.
2. Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau
benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak
bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau
bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki
hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah
perkembangan manusia.
3. Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan
yang terbuat dari benda alam atau benda buatan
manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang
berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap.
4. Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang
terbuat dari benda alam dan/atau benda buatan
manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan
yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana
untuk menampung kebutuhan manusia.
5. Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di
darat dan/atau di air yang mengandung Benda Cagar
Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur
Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau
bukti kejadian pada masa lalu.
6. Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang
geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau
lebih yang letaknya berdekatan dan/atau
memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.
7. Kepemilikan adalah hak terkuat dan terpenuh
terhadap Cagar Budaya dengan tetap memperhatikan
fungsi sosial dan kewajiban untuk melestarikannya.
8. Penguasaan adalah pemberian wewenang dari pemilik
kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau setiap
orang untuk mengelola Cagar Budaya dengan tetap
memperhatikan fungsi sosial dan kewajiban untuk
melestarikannya.

6.2 Kawasan Budidaya


6.2.1 Kawasan Hutan Produksi
Pengertian Hutan Produksi
Hutan produksi adalah kawasan hutan yang dimanfaatkan untuk menghasilkan
produk hasil hutan. Produk yang dihasilkan dapat berupa hasil hutan berupa kayu
atau hasil hutan non kayu. Secara lebih luas, hutan jenis produksi juga meliputi
pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan dan pengambilan hasil hutan,
baik kayu serta non kayu.
Kebutuhan masyarakat akan bahan baku yang bersumber dari hutan dapat dipenuhi
dari pengelolaan hasil hutan produksi. Hutan jenis ini memiliki luas area yang besar
dan umumnya dikelola oleh perusahaan swasta atau pemerintah daerah setempat.
Selain di Pulau Jawa, pengelolaan hutan produksi dikelola oleh Perum Perhutani.

6.2.3 Kawasan Perkebunan Rakyat


perkebunan rakyat adalah, mereka bebas untuk memilih bagaimana cara mereka untuk
memanfaatkan lahan yang mereka miliki, jenis tanaman yang akan ditanam, dan bagaimana
mereka mengatur perkebunan atau lahan yang mereka miliki itu. Mereka tidak terikat
kontrak dengan pabrik tertentu atau asosiasi tertentu, dan mereka mungkin untuk
mendapatkan bantuan dari pemerintah.

6.2.4 Kawasan Pertanian


Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada
wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam
tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan
satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

6.2.5 Kawasan Perikanan


Kawasan Budi Daya Perikanan adalah wilayah yang
ditetapkan dengan fungsi utama untuk budidaya ikan
atas dasar potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan kondisi lingkungan serta kondisi
prasarana sarana umum yang ada.
2. Lahan Pembudidayaan Ikan adalah tempat melakukan
kegiatan pembudidayaan ikan.
3. Perairan Darat adalah perairan yang bukan milik
perorangan dan/atau korporasi, yang diukur mulai
dari garis pasang surut terendah air laut ke daratan.
4. Pembudidayaan Ikan adalah kegiatan untuk
memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan
ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang
terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan
kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan,
mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau
mengawetkannya.
5. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau
sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam
lingkungan perairan.
6. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kelautan dan
perikanan.
7. Dinas adalah dinas provinsi dan/atau kabupaten/kota
yang bertanggung jawab di bidang perikanan.
Kawasan Budi Daya Perikanan merupakan:
A . kawasan peruntukan perikanan sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan di
bidang penataan ruang; dan
B. zona perikanan budidaya sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan di bidang
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil.
C. Kawasan Budi Daya Perikanan sebagaimana dimaksud
berupa kawasan pembenihan dan/atau
kawasan pembesaran di:
- laut;
- Perairan Darat; dan
- darat

6.2.6 Kawasan Pertambangan dan Energi


Kawasan Peruntukan Pertambangan mineral radioaktif
ditetapkan berdasarkan kriteria teknis:
a. memiliki sebaran formasi batuan pembawa
mineralisasi radioaktif;
b. terdapat data indikasi mineralisasi radioaktif;
c. terdapat data potensi mineralisasi radioaktif; dan/atau
d. terdapat data cadangan mineral radioaktif.
(2) Kawasan Peruntukan Pertambangan mineral logam
ditetapkan berdasarkan kriteria teknis:
a. memiliki sebaran formasi batuan pembawa
mineralisasi logam;
b. terdapat data indikasi mineralisasi logam;
c. terdapat data potensi mineralisasi logam; dan/ atau
d. terdapat data cadangan minerallogam.
(3) Kawasan Peruntukan Pertambangan mineral bukan logam
dan batuan ditetapkan berdasarkan kriteria teknis:
a. memiliki sebaran formasi mineral bukan logam dan
batuan;
b. terdapat data indikasi mineral bukan logam dan
batuan;
c. terdapat data potensi mineral bukan logam dan
bad. terdapat data cadangan mineral bukan logam dan
batuan.
(4) Kawasan Peruntukan Pertambangan batubara ditetapkan
berdasarkan kriteria teknis:
a. memiliki sebaran formasi batuan pembawa batubara;
b. terdapat data indikasi sumber daya batubara;
c. terdapat data potensi batubara; dan/ atau
d. terdapat data cadangan batubara.
(5) Kawasan Peruntukan Pertambangan minyak dan gas bumi
ditetapkan berdasarkan kriteria teknis:
a. terdapat pada cekungan minyak dan gas bumi
dan/ atau cekungan batubara; dan/ atau
b. terdapat data indikasi dan data potensi minyak dan
gas bumi berdasarkan data hasil survei geologi dan
geofisika.
(6) Kawasan Peruntukan Pertambangan panas bumi
ditetapkan berdasarkan kriteria teknis:
a. terdapat indikasi potensi panas bumi berdasarkan data
Manifestasi Panas Bumi; dan/ atau
b. terdapat indikasi potensi panas bumi berdasarkan data
hasil survei/kajian ilmu kebumian yang berhubungan
dengan kondisi geologi vulkanik aktif, busur magmatik,
cekungan sedimen, dan sesar.

Sistem jaringan energi nasional terdiri atas:

1. pembangkit tenaga listrik; dan


2. jaringan transmisi tenaga listrik.

Jaringan pipa minyak dan gas bumi

Jaringan pipa minyak dan gas bumi dikembangkan untuk:

 menyalurkan minyak dan gas bumi dari fasilitas produksi ke kilang pengolahan
dan/atau tempat penyimpanan; atau
 menyalurkan minyak dan gas bumi dari kilang pengolahan atau tempat penyimpanan
ke konsumen.

1. Jaringan pipa minyak dan gas bumi beserta prioritas pengembangannya ditetapkan
oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang minyak dan gas bumi.
2. Jaringan pipa minyak dan gas bumi ditetapkan dengan kriteria:

 adanya fasilitas produksi minyak dan gas bumi, fasilitas pengolahan dan/atau
penyimpanan, dan konsumen yang terintegrasi dengan fasilitas tersebut; dan
 berfungsi sebagai pendukung sistem pasokan energi nasional.

Pembangkit tenaga listrik

1. Pembangkit tenaga listrik dikembangkan untuk memenuhi penyediaan tenaga listrik


sesuai dengan kebutuhan yang mampu mendukung kegiatan perekonomian.
2. Pembangkit tenaga listrik ditetapkan dengan kriteria:
 mendukung ketersediaan pasokan tenaga listrik untuk kepentingan umum di
kawasan perkotaan, perdesaan hingga kawasan terisolasi;
 mendukung pengembangan kawasan perdesaan, pulau-pulau kecil, dan kawasan
terisolasi;
 mendukung pemanfaatan teknologi baru untuk menghasilkan sumber energi
yang mampu mengurangi ketergantungan terhadap energi tak terbarukan;
 berada pada kawasan dan/atau di luar kawasan yang memiliki potensi sumber
daya energi; dan
 berada pada lokasi yang aman terhadap kegiatan lain dengan memperhatikan
jarak bebas dan jarak aman.

Jaringan transmisi tenaga listrik

1. Jaringan transmisi tenaga listrik dikembangkan untuk menyalurkan tenaga listrik


antarsistem yang menggunakan kawat saluran udara, kabel bawah tanah, atau kabel
bawah laut.
2. Jaringan transmisi tenaga listrik ditetapkan dengan kriteria:

 mendukung ketersediaan pasokan tenaga listrik untuk kepentingan umum di


kawasan perkotaan hingga perdesaan;
 mendukung pengembangan kawasan perdesaan, pulau-pulau kecil, dan kawasan
terisolasi;
 melintasi kawasan permukiman, wilayah sungai, laut, hutan, persawahan,
perkebunan, dan jalur transportasi;
 berada pada lokasi yang aman terhadap kegiatan lain dengan memperhatikan
persyaratan ruang bebas dan jarak aman;
 merupakan media penyaluran tenaga listrik adalah kawat saluran udara, kabel
bawah laut, dan kabel bawah tanah; dan
 menyalurkan tenaga listrik berkapasitas besar dengan tegangan nominal lebih
dari 35 (tiga puluh lima) kilo Volt.

Kriteria teknis jaringan pipa minyak dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik, dan jaringan
transmisi tenaga listrik sditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
energi.
6.2.6 Peruntukan Industri
2. Perusahaan Industri adalah setiap orang yang melakukan
kegiatan di bidang usaha Industri yang berkedudukan di
Indonesia.
3. Kawasan Peruntukan Industri adalah bentangan lahan
yang diperuntukkan bagi kegiatan Industri berdasarkan
Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan
kegiatan Industri yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola
oleh Perusahaan Kawasan Industri.
5. Perusahaan Kawasan Industri adalah perusahaan yang
mengusahakan pengembangan dan pengelolaan kawasan
Industri.
6. Izin Prinsip adalah izin yang diberikan kepada badan
usaha yang berbentuk badan hukum untuk melakukan
penyediaan lahan, pembangunan infrastruktur Kawasan
Industri serta pemasangan/instalasi peralatan dan
kesiapan lain yang diperlukan dalam rangka memulai
pembangunan Kawasan Industri.
7. Izin Usaha Kawasan Industri, yang selanjutnya disingkat
dengan IUKI, adalah izin yang diberikan untuk
melakukan pengembangan dan pengelolaan Kawasan
Industri.
8. Perluasan Kawasan Industri, yang selanjutnya disebut
dengan Perluasan Kawasan, adalah penambahan luas
lahan Kawasan Industri dari luas lahan sebagaimana
tercantum dalam IUKI.
9. Tata Tertib Kawasan Industri adalah peraturan yang
ditetapkan oleh Perusahaan Kawasan Industri, yang
mengatur hak dan kewajiban Perusahaan Kawasan
Industri, perusahaan pengelola Kawasan Industri, dan
Perusahaan Industri dalam pengelolaan dan pemanfaatan Kawasan Industri.
10. Komite Kawasan Industri adalah wadah yang dibentuk
oleh Menteri dengan tugas membantu dalam pelaksanaan

kebijakan pengembangan dan pengelolaan Kawasan Industri

6.2.7 Kawasan Permukiman

Berikut Pengertian Perumahan dan Kawasan Permukiman Menurut Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011

1. Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri
atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan
permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan
dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.

 Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan
maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum
sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.

 Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan


lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan.

 Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih
dari satu satuan permukiman.

 Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu
satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan
perdesaan.

6.2.8 Kawasan Transportasi


jumlah penduduk yang besar. Semakin meningkatnya pertumbuhan jumlah dan kebutuhan
penduduk, semakin meningkat pula kebutuhan tempat atau lahan untuk tempat kegiatan dan
tentunya prasarana untuk menunjang dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Tidaklah
berlebihan jika dikatakan bahwa lingkungan identik dengan lahan. Sikap serta kebijaksanaan
masyarakat terhadap lahan akan menentukan aktifitasnya. Aktifitas itulah yang akan
meninggalkan bekas di atas lahan. Seiring dengan perkembangan waktu, transportasi dan
pengunaan lahan menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan. Dalam konteks perencanaan,
transportasi dan penggunaan lahan memiliki tujuan yang terarah dan spesifik. Di dalam
sistem transportasi, tujuan perencanaan adalah menyediakan fasilitas untuk pergerakan
penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain atau dari berbagai pemanfaatan lahan.
Sedangkan di dalam penggunaan lahan, tujuan dari perencanaan adalah untuk tercapainya
fungsi bangunan dan harus menguntungkan. Melalui makalah ini, kami berusaha untuk
memberikan persepsi atau pandangan serta ulasan secara lebih mendalam mengenai aktifitas
penggunaan lahan dalam kaitannya dengan aktifitas transportasi. Apakah transportasi menjadi
faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan aktifitas penggunaan lahan, ataukah
sebaliknya, penggunaan lahan menjadi faktor yang mempengaruhi aktifitas transportasi.

6.2.9 Kawasan Pertahanan dan Keamanan

Penataan ruang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari berbagai ancaman sehingga
dapat hidup aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Terkait penyelenggaraannya,
akan dilakukan penetapan kawasan rawan bencana, pertahanan dan keamanan serta
ekonomi terpadu. Demikian diungkapkan Kepala Bagian Hukum Setditjen Penataan Ruang
Dadang Rukmana dalam Rapat Pokja Penyusunan TOR tentang Penyelenggaraan Tata Ruang
yang Menjamin Keselamatan Warga Masyarakat. Pada saat ini berbagai ancaman berpotensi
mengganggu keselamatan warga masyarakat, seperti bencana, peperangan ataupun
kemisikinan. Untuk itu perlunya penetapan kawasan rawan bencana tersebut dituangkan
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi, Kabupaten/Kota, khususnya di
rencana pola ruang. Selain itu, terkait dengan penetapan kawasan pertahanan dan
keamanan memerlukan input dari Kementerian Pertahanan untuk nantinya segera
diakomodir dalam rencana tata ruang.
Pentingnya pula adanya arahan peraturan zonasi yang disusun oleh Kementerian
Pertahanan terkait dengan kawasan pertahanan dan keamanan. Hal ini dilakukan agar
pemerintah daerah dan masyarakat dalam memanfaatkan ruang tidak mengganggu
Penetapan dan perencanaan kawasan pertahanan ini penting karena dalam Peraturan
Pemerintah No. 26/2008 dimuat ketentuan mengenai Kawasan Strategis Nasional. Salah
satu didalamnya termasuk KSN dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan.
Adapun kriteria KSN dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan tersebut adalah
diperuntukan bagi pemeliharaan pertahanan dan keamanan, basis militer, daerah latihan
militer, daerah pembuangan amunisi dan pertahanan lainnya, kawasan industri sistem
pertahanan dan aset-aset pertahanan lainnya, serta pulau-pulau kecil terluar yang
berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau lepasggu fungsi pertahanan dan
keamanan,”

Anda mungkin juga menyukai