Ekoriparian merupakan pemanfaatan sepadan sungai dan danau yang dapat dijadikan
sebagai prasarana wisata dengan mengusung tema wisata edukasi lingkungan dengan
mempertimbangkan ekosistem yang ada dan dalam pengelolaannya dengan melibatkan
peran serta masyarakat. Adapun zona riparian adalah area yang terdapat di tepi sungai,
telaga, danau, dan rawa. Zona riparian merupakan salah satu bentuk ekoton (perbatasan
dua ekosistem), yaitu merupakan batas antara ekosistem akuatik dan ekosistem
terestrial. Fasilitas ekoriparian pada dasarnya ada 2 (dua) yang harus tersedia, antara
lain sebagai berikut:
Laporan Pemantauan Pengendalian Pencemaran Limbah Domestik Area Danau Maninjau 2022
I-1
Pendahuluan
1. Zona lindung/inti
2. Zona Penyangga
Dilakukan optimalisasi fungsi sepadan sungai melalui penataan lanskap
ekoriparian dengan fasilitas penunjang seperti rekreasi sederhana yang tidak
mengubah kondisi alami sempadan sungai dan optimalisasi lahan basah yang
ada.
3. Zona Pengembangan
Pada zona pengembangan diaplikasikan konsep waterfront dalam bentuk
penaatan bangunan lanskap dan vegetasi dengan fungsi estetis maupun
ekonomis di sempadan sungai sebagai wadah interaksi sosial dan peningkatan
ekonomi masyarakat sekitar.
Laporan Pemantauan Pengendalian Pencemaran Limbah Domestik Area Danau Maninjau 2022
I-2
Pendahuluan
dengan kedalaman rata- rata 105 meter. Dengan luasnya tersebut, Maninjau
menjadi danau terluas kesebelas di Indonesia. Sehubungan kondisi tersebut, maka
pada tahun 2022 ini Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Barat perlu
memfasilitasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam pengumpulan
data dan informasi seperti peta lokasi dan lingkungan sekitar, data fisik, data
biofisik, data peraturan, data sosial budaya dan sejarah, dan data sumber
pencemaran, serta pembangunan ekoripariannya.
Laporan Pemantauan Pengendalian Pencemaran Limbah Domestik Area Danau Maninjau 2022
I-3